Anda di halaman 1dari 87

Kata Pengantar

Kata Pengantar
Buku ini berisi materi Bab 1A: Bab 1B: Bab 7B: Bab 9 : Heater dan Ventilasi : Air Conditioner : Transmisi Otomatis : Body Service

dan merupakan tambahan informasi yang terdapat pada Buku Pedoman Perbaikan GA413HTR, yang telah terbit lebih dahulu. Dapat digunakan pada model: 99500B76A00-12N Seluruh informasi, gambar dan spesifikasi pada buku ini didasarkan pada informasi terakhir pada saat buku ini diterbitkan. Keterangan yang terdapat pada buku ini didasarkan pada spesifikasi model standar. Karenanya, kemungkinan ada perbedaan antara spesifikasi yang tertera pada buku dengan model aktualnya. Dalam hal ini PT. Indomobil Suzuki International dapat melakukan perubahan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Untuk prosedur perbaikan dan pemeriksaan, dapat merujuk pada Pedoman Perbaikan sebagaimana disebutkan di bawah ini.

CATATAN: Buku pedoman ini dapat digunakan pada seluruh varian sesuai spesifikasi produksi. Meski pada unit aktualnya, komponen yang digunakan tergantung pada spesifikasi kendaraan. Referensi Panduan Buku Panduan Perbaikan GA413 HTR Nomor Part 99500B76A00-12N

PT. IND MOBIL SUZUKI INTERNATIONAL

COPYRIGHT PT. INDOMOBIL SUZUKI INTERNATIONAL 2004

Kata Pengantar

Daftar Isi
HEATER DAN VENTILASI AIR CONDITIONER TRANSMISI OTOMATIS BODY SERVICE 1A 1B 7B 9 7B 7B 7B 7B

HEATER DAN VENTILASI 1A-1

BAB 1A

HEATER DAN VENTILASI


DAFTAR ISI
Komponen .......................................................1A-2 Diagnosa ..........................................................1A-3 Memeriksa Resistor Blower...........................1A-4 Memeriksa Heater Fan Switch ......................1A-4 Perawatan ........................................................1A-5 Melepas dan Memasang Heater Unit ........... 1A-5 Memeriksa Mode Actuator ............................ 1A-5 Menyetel Kabel Control................................. 1A-6 Melepas dan Memasang Heater Unit Belakang ....................................................... 1A-7

1A 1B 3 3A 3B 3B1 3C 3D 3E 3F 4A 4B 5 5A 5B 5C 5E

1A-2 HEATER DAN VENTILASI

Komponen
PERHATIAN: Gambar di bawah ini menunjukkan keadaan saat pemasangan komponen heater termasuk A/C.

1. Heater unit 2. Resistor blower

3. Heater core 4. Mode actuator

5. Temperature control ring 6. Mode control switch

7. Heater control lever

HEATER DAN VENTILASI 1A-3

Unit Heater Belakang

1. Heater core

2. Motor blower

Diagnosa
Kondisi Motor blower tidak bekerja meskipun switch pada posisi ON. Suhu udara yang keluar tidak sesuai Kemungkinan Penyebab Sikring putus Heater fan switch rusak Motor blower rusak Sambungan kabel atau ground Perbaikan Ganti sikring Periksa switch fan heater Ganti motor blower Perbaiki sambungan kabel atau grounding Ganti heater core

Ventilasi udara yang keluar tidak sesuai

Ada kebocoran atau penyumbatan pada heater core Ada kebocoran atau penyumbatan pada pipa/selang heater Ada kotoran masuk Ada kotoran masuk

Ganti selang Bersihkan kotoran Bersihkan kotoran

1A-4 HEATER DAN VENTILASI

Memeriksa Resistor Blower


Lakukan pengukuran resistan antar terminal. Ganti resistor jika hasil pengukuran tidak sesuai. Terminal HI - LO HI - M Resistan () 3.3 1.1

Memeriksa Heater Fan Switch


Lakukan pengukuran resistan antar terminal switch fan heater.

Memeriksa Mode Control Switch


Lihat Memeriksa Mode Control Switch pada Bab 1B.

Memeriksa Switch Heater Fan Belakang


Periksa hubungan antar terminal switch fan heater belakang.

HEATER DAN VENTILASI 1A-5

Perawatan
Melepas dan Memasang Unit Heater
Melepas
1) Keluarkan air dari sistim pendingin sesuai prosedur. 2) Lepaskan selang sistim pendingin yang terhubung pada heater unit. 3) Lepaskan steering column assy. dan instrumen panel sesuai prosedur. 4) Lepaskan baut dan mur pengikat pada heater unit dan evaporator. 5) Lepaskan heater unit. 6) Lepaskan heater core (1) dari heater unit.

Memasang
Kebalikan dari prosedur melepas. PERHATIAN: Gunakan baut (03112-04166) untuk pemasangan unit heater jika terjadi pemasangan yang tidak pas.

Memeriksa Mode Actuator


Memeriksa Unit
1) Hubungkan terminal no.7 dengan ground dan terminal no.6 dengan tegangan 12 V (positip batt). 2) Pada kondisi tersebut di atas, periksa sudut putaran dari mode-actuator pada terminal di bawah ini setelah dihubungkan dengan ground. Terminal no. 1 (FACE) Terminal no. 2 (B/L) Terminal no. 3 (FOOT) Terminal no. 4 (FOOT/DEF) Terminal no. 5 (DEF) : 0 2.5 : 27.5 3.5 : 55.0 3.5 : 83.5 3.5 : 100 3.5

Memeriksa Tegangan Terminal Ukur tegangan pada tiap-tiap terminal. Lihat Daftar Nilai Tegangan Terminal pada Bab 1B.

1A-6 HEATER DAN VENTILASI

Menyetel Kabel Control


Kabel Control Temperatur
1) Posisikan tuas control temperatur (1) pada posisi COOL.

2) Tarik ring temperatur (2) secukupnya dengan arah panah seperti dalam gambar, kemudian tarik bagian luar kabel (1) sambil menepatkan posisi kabel.

Kabel Control Ventilasi


1) Posisikan tuas control ventilasi (1) pada posisi FRESH (udara luar masuk ke kabin).

2) Tarik ring control ventilasi (1) secukupnya sesuai arah panah pada gambar, kemudian tarik bagian luar kabel (2) menepatkan posisi kabel.
3. Box ventilasi

HEATER DAN VENTILASI 1A-7

Melepas dan Memasang Unit Heater Belakang


Melepas
1) Keluarkan air dari sistim pendingin sesuai prosedur. 2) Lepaskan selang sistim pendingin yang terhubung ke unit heater belakang. 3) Lepaskan lembaran ketiga. 4) Lepaskan tail end member trim, rear floor side garnish, rear heater garnish (1) dan karpet lantai sesuai prosedur. 5) Lepaskan baut dan panel heater belakang (2). 6) Lepaskan coupler heater unit belakang. 7) Lepaskan heater core dari unit heater belakang (3).

Memasang Kebalikan dari prosedur melepas, perhatikan hal-hal berikut. Setelah unit heater terpasang, lakukan bleeding sistim pendingin sesuai prosedur.

1A-8 HEATER DAN VENTILASI

AIR CONDITIONER 1B-1

BAB 1B

AIR CONDITIONER
1B

DAFTAR ISI

Komponen .......................................................1B-2 Diagnosa ..........................................................1B-4 Memeriksa Kerusakan Berdasarkan Refrigerant Yang Tidak Tepat .......................1B-4 Troubleshooting Menggunakan Flowchart 1B-4 Troubleshooting Menggunakan Manifold Gauge .........................................1B-7 Memeriksa Refrigerant Melalui Sight-Glass..............................................1B-11 Memeriksa Kerusakan Berdasarkan Bunyi Abnormal .......................................1B-12 Memeriksa Kerusakan pada Cooling Unit Belakang .........................................1B-13

Perawatan ......................................................1B-14 Petunjuk Perawatan A/C Dengan HFC134a1B-14 Proses Vacuum dan Pengisian Refrigerant 1B-18 Momen Pengencangan pada Komponen Sistem A/C .................................................. 1B-24 Melepas Evaporator Unit ............................ 1B-25 Melepas Cooling Unit Belakang.................. 1B-28 Daftar Nilai Tegangan Terminal .................. 1B-30 Mode Actuator......................................... 1B-30 Mode Controller dan Switch A/C ............. 1B-31 Material Service.............................................1B-32 Special Tool...................................................1B-32

1B-2 AIR CONDITIONER

Komponen

1. Compressor 2. Condenser

3. Fan motor 4. Receiver

5. Dual cut switch 6. Cooling unit

7. Controller A/C

AIR CONDITIONER 1B-3

1. Compressor 2. Condenser

3. Fan motor 4. Receiver

5. Dual cut switch 6. Cooling unit

7. Controller A/C 8. Cooling unit belakang

1B-4 AIR CONDITIONER

Diagnosa
Memeriksa Kerusakan Berdasarkan Refrigerant Yang Tidak Tepat
Troubleshooting Menggunakan Flowchart
Flowchart (1): Udara sama sekali tidak berhembus keluar (motor blower tidak berputar).

AIR CONDITIONER 1B-5

Flowchart (2): Udara tidak berhembus keluar (compressor tidak berputar).

1B-6 AIR CONDITIONER

Flowchart (3): Refrigerant kurang.

AIR CONDITIONER 1B-7

Troubleshooting Menggunakan Manifold Gauge


Dengan cara berikut ini, siklus refrigerant pada saluran tekanan tinggi dan tekanan rendah dapat dilihat pada penunjukkan gauge. Untuk selanjutnya sumber kerusakan pada sistem A/C dicari dan diperbaiki. CATATAN: Gambar di bawah ini merupakan ringkasan, posisi penyambungan valve saluran tekanan rendah dan tekanan tinggi dijelaskan pada halaman berikutnya.

1. Gauge tekanan rendah 2. Valve tekanan rendah

3. Charging hose 4. Charging hose (merah)

5. Gauge tekanan tinggi 6. Valve tekanan tinggi

7. Charging valve (tekanan tinggi) 8. Charging valve (tekanan rendah)

PEMASANGAN MANIFOLD GAUGE


1) Tutup valve tekanan tinggi (HI) dan valve tekanan rendah (LO) pada manifold gauge dengan rapat. 2) Hubungkan charging hose tekanan tinggi dengan tekanan rendah. Diameter valve pada tekanan tinggi dan tekanan rendah berbeda (valve tekanan tinggi berdiameter lebih besar), sambungkan sesuai dengan pasangannya. 3) Buka sedikit masing-masing charging hose, udara pada selang pengisi akan keluar bersamaan dengan tekanan refrigerant. Segera tutup valve, pada saat terdengar bunyi "ssss". PERHATIAN: Saat menyambung charging hose, pastikan ujung charging hose berbentuk L.

PEMERIKSAAN KERUSAKAN Syarat pengukuran


Hidupkan mesin hingga mencapai temperatur kerja dan lakukan hal-hal berikut: Kondisi Putaran mesin (proses idle up) Switch A/C Switch fan Control temperatur Kondisi Ventilasi Pintu Temperatur hisapan udara A/C

: 900 50 rpm : ON : MAX : MIN

: Recirculation : Semua terbuka : 30 - 35C (ideal)

1B-8 AIR CONDITIONER

PERHATIAN: Nilai yang ditunjukkan oleh manifold gauge bisa berbeda sedikit dengan suhu hisapan udara A/C.

Nilai normal
Nilai tekanan pada manifold gauge saat siklus refrigerant pada kondisi normal adalah sebagai berikut: (Pada suhu tinggi HFC134a tekanan udaranya lebih tinggi dibandingkan dengan R12, sehingga terjadi sedikit kenaikan pada nilai yang tertera pada manifold gauge). Tekanan tinggi: 0.15 - 0.25 MPa (1.5 - 2.5 kgf/cm2) Tekanan rendah: 1.2 - 1.4 MPa (12 - 14 kgf/cm2)

Memeriksa Kerusakan
Di bawah ini dijelaskan cara penanggulangan berdasarkan nilai tekanan yang ditunjukkan oleh manifold gauge: Nilai Tekanan pada Manifold Gauge MPa (kgf/cm2) Kerusakan Tekanan Tekanan Rendah Tinggi 0.05 - 0.1 0.7 - 1.0 Refrigerant (0.5 - 1.0) (7 - 10) kurang

Kondisi

Kemungkinan Penyebab

Perbaikan

Tekanan terlalu rendah pada sirkuit Low dan High. Terdapat gelembung udara pada sight-glass. Udara yang keluar kurang dingin.

Terdapat kebocoran pada sistem

0.25 - 0.35 2.0 - 2.5 (2.5 - 3.5) (20 - 25)

Refrigerant terlalu banyak atau pendinginan condenser tidak cukup

0.25 - 0.35 0.05 - 0.1 (2.5 - 3.5) (0.5 - 1.0)

Udara luar masuk ke sistem saat siklus pembekuan

Tekanan terlalu tinggi pada sirkuit Low dan High. Gelembung udara pada sight-glass tidak terlihat meskipun putaran mesin diturunkan. Tekanan udara terlalu tinggi pada sirkuit tekanan tinggi ataupun tekanan rendah. Pipa saluran tekanan rendah tidak terasa dingin saat disentuh. Terdapat udara pada sight-glass.

Periksa kebocoran dan perbaiki jika perlu. Tambah refrigerant sesuai spesifikasi. Lakukan pemeriksaan kebocoran pada saat tekanan udara mendekati nilai 0, setelah perbaikan lakukan proses vacuum. Pengisian refrig- Isi refrigerant sesuai spesifikasi. erant berlebihan. Proses pendingi- Bersihkan condenser. nan pada condenser tidak cukup.

Udara luar masuk ke dalam siklus. (Proses vacuum tidak cukup)

Ganti receiver dryer. Periksa oli compressor dari kotoran. Lakukan kembali proses vacuum dan isi refrigerant sesuai spesifikasi.

AIR CONDITIONER 1B-9

Nilai Tekanan pada Manifold Gauge MPa (kgf/cm2) Tekanan Tekanan Rendah Tinggi Waktu Waktu normal: normal: 0.15 - 0.25 1.5 - 1.4 (1.5 - 2.5) (15 - 14) Waktu Waktu abnormal: abnormal: 0.7 - 1.0 tekanan (7 - 10) negatif

Kerusakan

Kondisi

Kemungkinan Penyebab

Perbaikan

0.3 - 0.4 (3.0 - 4.0)

2.0 - 2.5 (20 - 25)

0.4 - 0.6 (4 - 6)

0.7 - 1.0 (7 - 10)

Pada saat A/C ON, pada saluran tekanan rendah terkadang tekanan menjadi negatif dan terkadang tekanan menjadi normal. (Begitu pula pada saluran tekanan tinggi, dan hal ini terjadi secara bergantian). Tekanan udara terKerusakan lalu tinggi pada pada expansirkuit tekanan tinggi sion valve ataupun tekanan (terlalu terrendah. buka) Pada pipa tekanan rendah terlihat banyak butiran es dan embun melekat. Penyetelan jumlah aliran refrigerant tidak tepat. Penyusutan Tekanan terlalu tinggi pada sirkuit tekanan comtekanan rendah dan pressor terlalu rendah pada abnormal sirkuit tekanan tinggi. Jika A/C diOFF-kan maka tekanan pada kedua sirkuit (tekanan rendah dan tinggi) menjadi sama. Air masuk ke sistem saat siklus pembekuan

Periksa expansion Masuknya air valve. menyebabkan Ganti receiver dryer. expansion valve Lakukan proses membeku sehvacuum dan isi ingga siklus pemrefrigerant sesuai bekuan/ spesifikasi. pendinginan untuk sementara tertutup.

Kerusakan pada expansion valve

Periksa expansion valve dan ganti jika perlu.

Periksa, perbaiki atau Terdapat kebocoran di bagian dalam ganti compressor bila perlu. compressor

1B-10 AIR CONDITIONER

Nilai Tekanan pada Manifold Gauge MPa (kgf/cm2) Kerusakan Tekanan Tekanan Rendah Tinggi Tekanan 0.5 - 0.6 Refrigerant negatif (5 - 6) tidak bersirkulasi

Kondisi

Kemungkinan Penyebab

Perbaikan

Terdapat koto Tekanan negatif ran dan air yang pada sirkuit tekanan melekat atau rendah dan tekanan membeku pada sangat rendah pada expansion valve sirkuit tekanan saat siklus pemtinggi. bekuan (pendin Pada pipa dari ginan) yang receiver dryer dan menghalangi alikedua sisi expanran refrigerant. sion valve terlihat Terdapat kebocbanyak butiran es oran gas pada dan embun melekat. diaphragm dari expansion valve sehingga menghalangi aliran refrigerant.

Bersihkan expansion valve dan ganti jika perlu. Ganti receiver dryer. Lakukan proses vacuum dan isi refrigerant sesuai spesifikasi. Ganti expansion valve.

AIR CONDITIONER 1B-11

Memeriksa Refrigerant Melalui Sight-Glass


Periksa jumlah refrigerant dalam siklus dengan melihat gelembung udara pada receiver dryer melalui sight-glass (1).

Cara Pemeriksaan
1) Lakukan pemeriksaan pada kondisi berikut: Putaran mesin (proses idle up) Switch A/C Switch fan Control temperatur Ventilasi Pintu
A: Refrigerant kosong atau pengisian terlalu banyak B: Jumlah refrigerant tepat C: Jumlah refrigerant kurang

: 900 50 rpm : ON : MAX : MIN : Recirculation : Semua terbuka

2) Pastikan aliran refrigerant pada sight-glass receiver dryer sesuai data pada table di bawah ini. No. Kondisi 1 Terlihat gelembung udara pada sight-glass 2 Tidak terlihat gelembung udara pada sight-glass 3 Tidak ada perbedaan suhu antara saluran masuk dan saluran keluar dari compressor 4 Perbedaan suhu yang mencolok antara saluran masuk dan saluran keluar dari compressor Jika A/C dimatikan, maka refrigerant pada bagian dalam sight-glass langsung menjadi transparan Jika A/C dimatikan maka pada sight-glass akan timbul gelembung udara, dan kemudian menjadi transparan Kemungkinan Penyebab Refrigerant tidak cukup Refrigerant tidak ada atau berlebihan Refrigerant tidak ada Perbaikan Periksa kebocoran gas dengan detector kebocoran Lihat langkah 3, 5 atau 6 Refrigerant seluruhnya dibuang, lakukan pengisian baru. Pemeriksaan kebocoran gas dengan detector kebocoran Lihat langkah 5 atau 6

Jumlah refrigerant tidak sesuai atau berlebihan

Pengisian refrigerant berlebihan Buang kelebihan refrigerant sesuai spesifikasi Jumlah refrigerant sesuai Tidak perlu ada perbaikan

1B-12 AIR CONDITIONER

Memeriksa Kerusakan Berdasarkan Bunyi Abnormal


Bunyi abnormal terdengar dari ruang mesin, dengan bermacam-macam jenis suara mulai dari suara berat mesin hingga suara mendecit.

Bunyi Abnormal dari Compressor


Kondisi Bunyi gemuruh pada putaran mesin tertentu Bunyi besar mengeretak saat putaran mesin rendah Kemungkinan Penyebab V-belt kendor/rusak. Baut pengikat kendor. Baut tengah compressor kendor Perbaikan Kencangkan atau ganti V-belt. Kencangkan baut. Kencangkan baut. Jika kondisi ini terjadi dalam waktu yang lama, ganti compressor atau V-belt.

Bunyi Abnormal dari Magnet Clutch


Kondisi Kemungkinan Penyebab Perbaikan Bearing magnetic clutch aus/ Ganti bearing/perbaiki compressor Bunyi gemuruh di mesin saat compressor tidak bek- rusak erja Bunyi gemuruh di mesin Jarak antara clutch terlalu Perbaiki/ganti compressor saat compressor bekerja lebar. Terjadi aus pada bagian clutch yang bergesekan. Oli dari shaft-seal pada compressor merembes dan melekat pada bagian bergesekan.

Bunyi Abnormal dari Pipa Saluran


Kondisi Bunyi getaran terdengar dari ruang kabin Kemungkinan Penyebab Perbaikan Perbaiki posisi clamp atau tambah clamp jika Pipa saluran tidak terperlu clamp dengan baik. Resonansi getaran akibat perubahan tekanan(pulsa) pada refrigerant.

Bunyi Abnormal pada Condenser


Kondisi Terdapat getaran yang kuat pada condenser Kemungkinan Penyebab Terjadi resonansi getaran di antara kondensor, radiator dan electric control Perbaikan Periksa pemasangan bush condenser. Periksa kekencangan baut pengikat.

Bunyi Abnormal dari Pulley


Kondisi Kemungkinan Penyebab Bunyi gemuruh pada puta- Baut pengikat kendor. Bearing Aus/rusak. ran mesin idle dan saat akselerasi mendadak Perbaikan Kencangkan baut. Perbaiki/ganti compressor

AIR CONDITIONER 1B-13

Bunyi Abnormal dari Evaporator


Kondisi Kadang terdengar bunyi "hyun.." atau "piii " Kemungkinan Penyebab Perbaikan Adanya hubungan interaksi Kurangi jumlah refrigerant. Ganti expansion valve. antara suhu udara luar/ dalam, jumlah putaran mesin, tekanan refrigerant dll sehingga pada keadaan tertentu refrigerant yang mengalir keluar dari expansion valve akan mengelurkan bunyi seperti tiupan peluit

Bunyi Abnormal dari Motor Blower


Kondisi Pada saat motor blower berputar maka terdengar bunyi cii,,,, yang bertambah dengan bertambahnya jumlah putaran mesin. Terdengar bunyi mendesis dan terdengar suara keras "boo.ong" Kemungkinan Penyebab Perbaikan Brush pada motor atau com- Ganti motor blower mutator aus/rusak

Ada kotoran seperti daun masuk dari saluran masuk pengisapan udara luar

Bersihkan dan periksa mekanisme ventilasi

Memeriksa Kerusakan pada Cooling Unit Belakang


Kondisi A/C belakang tidak berfungsi Kemungkinan Penyebab Perbaikan Ganti solenoid valve. Solenoid valve rusak. Kerja solenoid valve tidak Periksa distribusi kabel pada switch A/C belakang dan fan dial A/C belakang. normal. Thermistor pada evapora- Ganti thermistor pada evaporator belakang. tor belakang rusak.

1B-14 AIR CONDITIONER

Perawatan
Petunjuk Perawatan A/C Dengan HFC134a
Sistem A/C HFC134a dalam semua hal tidak kompatibel dibandingkan dengan refrigerant pendahulunya (R12), dengan alasan sbb: "Tidak bisa bercampur dengan oli compressor (tidak melarut). "Sifat melarutkan airnya besar (mudah mengandung air). "Sifat mengembangkan dan permeability yang besar pada bahan sealing, bahan selang (mengembangkan dan menembus bahan-bahan dari karet) Meskipun telah dilakukan pencegahan agar tidak terjadi salah pengisian gas, salah pemakaian komponen atau hal fatal lainnya, tapi sangat penting terutama bagi konsumen untuk memperhatikan hal berikut.

Gas Refrigerant (HFC134a)


Refrigerant yang digunakan harus HFC134a. PERHATIAN: Jika mengisi dengan R12, maka compressor akan rusak karena buruknya pelumasan yang dihasilkan.

Oli Compressor (Oli Sintesis)


Oli compressor yang digunakan harus oli untuk HFC134a. Oli compressor: Seiko-Seiki RS20 (99000-99088-00D) PERHATIAN: Oli compressor larut dalam gas refrigerant, bersirkulasi dalam siklus A/C dan melumasi compressor. Tetapi jika menggunakan oli compressor untuk R12 (minyak mineral) maka oli tidak akan larut dalam HFC134a, sehingga tidak ikut sirkulasi.

AIR CONDITIONER 1B-15

Peralatan
1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) 11) 12) Manifold gauge set untuk HFC134a terdiri dari: Manifold gauge Charging hose tengah Service valve T joint service valve Tabung service Pompa vacuum Adapter pompa vacuum Charging hose (biru) Charging hose (merah) Quick joint L Quick joint H Mesin penyimpan gas refrigerant HFC134a

PERHATIAN: Untuk menghindari salah pemakaian manifold gauge R12, maka pada bagian baut koneksi setiap charging hose dibuat dengan ukuran diameter yang berbeda.

Pompa vacuum yang digunakan sama dengan pompa vacuum R12, tetapi ditambahkan dengan sebuah adapter (1). PERHATIAN: Adapter pompa vacuum dapat disambungkan dengan manifold gauge untuk R12 ataupun untuk HFC134a. Dan untuk mencegah adanya aliran oli berbalik arah pada pompa vacuum, maka di dalam pompa vacuum dipasang valve magnetik. Manifold gauge untuk HFC134a menggunakan model quick joint (terpasang valve anti balik). Untuk menyambungkan quick joint ke charging hose, tekan hingga pada bagian a terdengar bunyi "klik". Kemudian pada waktu membuka sambungan, bagian a ditekan dan bagian slip b digeser ke atas. PERHATIAN: Saat penyambungan, pipa selang jangan sampai bengkok waktu ditekan. Di dalam charging hose tersisa refrigerant (karena adanya valve anti balik), sehingga bisa menimbulkan kesulitan saat penyambungan. Oleh karena itu, hilangkan dulu sisa tekanan dalam charging hose baru kemudian disambungkan.
[A]: Memasang [B]: Melepas

1B-16 AIR CONDITIONER

Mengeluarkan Gas Refrigerant


1) Starter mesin dan ON-kan A/C. 2) Dengan kondisi putaran mesin idle, biarkan compressor A/C bekerja selama 5 - 6 menit agar oli compressor yang tersisa pada siklus A/C terkonsentrasi pada bagian dalam compressor. 3) Matikan mesin. 4) Sambungkan manifold gauge dan buka valve tekanan rendah (2) dan tinggi (1) secara bersamaan. Dengan demikian gas dikumpulkan ke mesin penyimpanan refrigerant. PERHATIAN: Jika gas refrigerant dikeluarkan secara mendadak maka oli compressor akan menyembur keluar. Oli compressor jangan sampai melekat pada mobil. Jangan menjalankan compressor pada saat gas refrigerant kosong. Oli tidak bersirkulasi sehingga dapat menyebabkan kerusakan.

Penanganan Pipa Selang


Pada saat melepas komponen dari sistem A/C seperti pipa selang, langsung tutup rapat saluran A/C dengan menggunakan karet penutup (1) untuk mencegah air atau kotoran masuk ke dalam siklus. PERHATIAN: Pada gas refrigerant HFC134a dan oli compressornya, air lebih mudah masuk dibandingkan pada R12. Jika air masuk ke dalam siklus, maka bahan pengering (dryer) dalam receiver akan menjadi jenuh, hingga tidak dapat menghisap air lagi dan dapat mengakibatkan terjadinya gumpalan es dan karat. Pada saat melepas komponen pipa selang, maka O- ring harus diganti dengan yang baru. PERHATIAN: Pada saat melepas O-ring (1) digunakan stik kecil (2) atau bahan lunak lainnya agar tidak menggores pipa selang. O-ring yang digunakan pada pipa selang untuk R12 bahannya berbeda, sehingga jika salah memasang Oring R12 pada siklus HFC134a maka O-ring bisa mengembang dan berakibat bocornya refrigerant.

AIR CONDITIONER 1B-17

Lumasi O-ring saat menyambung charging hose dengan menggunakan oli compressor khusus HFC134a.

1B-18 AIR CONDITIONER

Proses Vacuum dan Pengisian Refrigerant


Ringkasan Proses

1) Memasang manifold gauge a) Tutup rapat saluran tekanan tinggi (2) dan tekanan rendah (1). b) Hubungkan charging hose pada valve tekanan tinggi dan tekanan rendah. CATATAN: Untuk memudahkan saat pemasangan, diameter baut service valve tekanan tinggi dibuat lebih besar daripada tekanan rendah.

AIR CONDITIONER 1B-19

2) Proses vacuum a) Hubungkan charging hose tengah dengan manifold gauge. b) Buka valve tekanan tinggi (HI) dan tekanan rendah (LO). c) Hidupkan pompa vacuum dan lakukan proses vacuum selama 15 menit. Pastikan tekanan gauge pada skala negative (di atas 100 kPa/75 cmHg). d) Setelah proses vacuum selesai, tutup valve tekanan tinggi (HI) dan tekanan rendah (LO). e) Matikan pompa vacuum. PERHATIAN: Jangan mematikan pompa vacuum sebelum valve manifold gauge ditutup. Karena adanya valve magnet pada pompa vacuum, maka jika dimatikan, saat itu juga akan terjadi pelepasan udara dalam jumlah besar.
1. Saluran pembuangan

3) Memeriksa kerapatan udara Setelah proses vacuum selesai, tutup valve tekanan tinggi (HI) dan rendah (LO). Biarkan selama 5 menit atau lebih, kemudian pastikan tidak ada perubahan pada gauge pengukur tekanan rendah (1). Jika gauge pengukur menunjukkan nilai mendekati 0 (gerakan panah), berarti ada kebocoran di suatu tempat. Lakukan pemeriksaan pada bagian sambungan dari pipa selang dan tempat lainnya, kemudian perbaiki. Ulangi proses vacuum dan pastikan tidak ada kebocoran lagi.

4) Membuang udara (bleeding) dalam pipa selang tengah a) Pasang service valve (4) pada tabung service (5). b) Pasang pipa selang tengah manifold gauge dengan tabung service. c) Tutup dengan rapat saluran tekanan tinggi (2) dan tekanan rendah (1). d) Kencangkan tuas valve dan buka lubang pada tabung service. Kemudian buka kembali valve pada tabung service untuk mengalirkan refrigerant. e) Tekan bleeding valve (3) pada manifold gauge. Udara dalam selang akan terdorong keluar oleh tekanan refrigerant. PERHATIAN: Proses bleeding ini harus selalu dilakukan.

1B-20 AIR CONDITIONER

5) Mengisi refrigerant Pengisian refrigerant pada awalnya dilakukan dalam keadaan mesin mati, diisi pada saluran tekanan tinggi (2), kemudian mesin dihidupkan (compressor beroperasi) dan pengisian melalui saluran tekanan rendah (1). a) Pengisian melalui saluran tekanan tinggi. i) Saat mesin dalam kondisi mati, buka valve tekanan tinggi dan lakukan pengisian refrigerant. ii) Tutup valve tekanan tinggi manifold gauge dan valve tabung service. PERHATIAN: Jangan memanaskan tabung service secara langsung ataupun memasukkan ke air mendidih ke dalamnya. Jika diharuskan untuk memanaskannya, gunakan air hangat dibawah 40C Jangan menjalankan compressor selama proses ini karena bisa mengakibatkan aliran refrigerant berbalik arah, hal ini dapat merobek tabung service dan pipa selang.

b) Pengisian melalui saluran tekanan rendah (1). i) Tutup valve tekanan tinggi (2) pada manifold gauge. ii) Hidupkan mesin dengan kondisi berikut. Putaran mesin (proses idle up) Switch A/C Switch fan Control temperatur Ventilasi Pintu : 900 50 rpm : ON : MAX : MIN : Recirculation : Semua terbuka

iii) Buka valve tekanan rendah (LO) manifold gauge dan valve tabung service, kemudian lakukan pengisian. iv) Setelah pengisian refrigerant selesai, tutup valve tekanan rendah (LO) manifold gauge dan valve tabung service, kemudian matikan mesin.

PERHATIAN: Jangan membuka valve tekanan tinggi manifold gauge, hal tersebut bisa mengakibatkan gas tekanan tinggi berbalik arah dan menyebabkan robeknya kaleng atau selang yang sangat berbahaya Jangan membalik tabung service, karena dapat menimbulkan pengisapan refrigerant dalam bentuk cair oleh compressor, menyusutkan cairan sehingga dapat merusak valve compressor, dll. Jika tabung service diganti, lakukan bleeding udara dalam charging hose.

AIR CONDITIONER 1B-21

6) Memeriksa kebocoran gas Gunakan leak detector (1) (pemeriksa kebocoran gas) untuk HFC134a dan lakukan pemeriksaan dengan teliti. PERHATIAN: Jangan menggunakan leak detector untuk tipe R12.

7) Memeriksa jumlah pengisian refrigerant a) Tutup dengan rapat saluran tekanan tinggi (HI) dan tekanan rendah (LO). b) Periksa sight-glass (1) dengan kondisi kendaaan sebagai berikut. Putaran mesin (proses idle up) Switch A/C Switch fan Control temperatur Ventilasi Pintu : 900 50 rpm : ON : MAX : MIN : Recirculation : Semua terbuka

c) Dengan melihat grafik dibawah, periksa jumlah refrigerant. CATATAN: Saat compressor baru bekerja, akan terdengar bunyi gemeretak selama beberapa detik, hal ini adalah normal (terutama bunyi pada saat pengisian refrigerant atau pada saat suhu sekeliling rendah). Sesaat setelah pengisian refrigerant, sight-glass pada receiver dryer akan tampak putih kabur, ini normal. Hal ini tidak sama dengan timbulnya gelembung.

1B-22 AIR CONDITIONER

A: Tekanan pada suhu udara luar saluran tekanan rendah B: Tekanan pada suhu udara luar saluran tekanan tinggi

CATATAN: Contoh penunjukkan gauge pada gambar di atas adalah nilai normal pada suhu udara luar 30C. Nilai tekanan udara pada saluran tekanan rendah 0.2 - 0.3 MPa (2 - 3 kgf/cm2). Nilai tekanan udara pada saluran tekanan tinggi 1.0 - 1.3 MPa (10 - 13 kgf/cm2).

8) Tes kemampuan pendingin Kondisi saat melakukan tes, sama dengan waktu pemeriksaan jumlah pengisian refrigerant. Contoh: Suhu pada pintu masuk evaporator 24C. Suhu pada pintu keluar saluran tengah (center duct) 12C. Suhu udara luar 20 - 30C.

A : Suhu udara pada aliran pintu masuk B: Suhu pada pintu keluar saluran tengah (center duct) (C C: Batas nilai suhu yang baik

AIR CONDITIONER 1B-23

9) Melepaskan manifold gauge a) Matikan compressor. b) Biarkan sejenak hingga indikator pada manifold gauge menunjukkan tekanan paling rendah. Kemudian lepaskan charging hose dari charging valve. CATATAN: Pada manifold gauge khusus HCF134a, terpasang valve anti balik pada quick jointnya. Oleh karena itu harus diperhatikan karena masih terdapat gas refrigerant bertekanan dalam selang meskipun selang sudah dilepas dari charging valve.
1. Saluran tekanan rendah 2. Saluran tekanan tinggi

1B-24 AIR CONDITIONER

Momen Pengencangan pada Komponen Sistem A/C

12 Nm (1.2 kg-m)

13 Nm (1.3 kg-m)

32 Nm (3.2 kg-m)

PERHATIAN: Kencangkan setiap sambungan sesuai momen pengencangan. Gunakan double-nut pada saat mengencangkan atau mengendurkan mur.

AIR CONDITIONER 1B-25

Melepas Unit Evaporator

1. Cooling unit 2. Liquid pipe

3. Section hose 4. Baut pengikat evaporator unit

Melepas
1) 2) 3) 4) Keluarkan refrigerant sesuai prosedur di bab ini. Lepas pipa tekanan tinggi dan rendah yang (terletak pada front hood) dari evaporator. Lepas steering column assy. dan panel instrumen. Lepas baut dan mur pengikat evaporator, kemudian lepaskan evaporator.

Memasang
Kebalikan dari prosedur melepas.

1B-26 AIR CONDITIONER

Mengisi Oli Compressor


Ganti oli compressor dengan yang baru setiap kali melakukan penggantian komponen compressor agar siklus A/C berjalan lancar. Mengganti refrigerant Jika tidak ada penggantian komponen setelah mesin dilepas atau penggantian refrigerant, isi oli compressor sebanyak10 cm saat mengisi ulang refrigerant. Mengganti compressor Jika compressor diganti dengan yang baru, maka harus dilakukan pembuangan kelebihan oli. Hal ini karena pada compressor baru (1) telah diisi dengan oli. Jumlah oli yang terdapat pada Jumlah oli yang = compressor baru dibuang (C) (A)
2. Compressor lama

Jumlah oli yang tersisa pada compressor lama (B)

Mengganti komponen yang lainnya Komponen yang diganti Evaporator Condenser Receiver dryer Charging hose Section hose Pipa yang keluar dari condenser Pipa yang keluar dari receiver dryer Jumlah pengisian oli compressor (satuan cm) 25 20 10 5 (untuk setiap selang)

5 (untuk setiap pipa)

Drive Belt
Periksa ketegangan drive belt saat bagian tengahnya ditekan dengan tenaga 100 N(10 kg/cm2). Ketegangan drive belt: 7 - 9 mm (kondisi drive belt baru) 9 - 11 mm (kondisi drive belt lama)
1. Pulley crankshaft 2. Pulley compressor 3. Drive belt

AIR CONDITIONER 1B-27

Memeriksa Thermistor
Dengan menggunakan circuit tester (1), periksa nilai resistan pada thermistor (3). Suhu (C) 0 25
2. Thermometer

Nilai resistan (k) 6.3 - 7.0 1.8 - 2.2

Memeriksa Mode Controller dan Switch A/C


Lepaskan mode controller dan switch A/C, kemudian periksa aliran arus pada setiap switch.
1. Lampu indikator 2. VENT 3. BI/LEVEL 4. HEAT 5. DEF/HEAT 6. DEF 7. Switch A/C

Mode Controller dan Switch A/C

Tegangan 12 V dialirkan dari terminal no.8 pada terminal no.1 untuk mendapat tegangan lebih tinggi, kemudian periksa apakah lampu iluminasinya menyala atau tidak. Tegangan 12 V dialirkan dari terminal no.11 pada terminal no.4 untuk mendapat tegangan lebih tinggi, kemudian periksa apakah lampu tombol A/C menyala atau tidak saat tombol ditekan. Tegangan 12 V dialirkan dari terminal no.9 pada terminal no.6 untuk mendapat tegangan lebih tinggi, kemudian periksa apakah lampu indikator menyala setiap tombol selector ditekan.

Memeriksa Switch Fan


Lihat prosedur memeriksa switch fan di Bab 1A.

1B-28 AIR CONDITIONER

Melepas Cooling Unit Belakang

1. Cooling unit

2. Cover

Melepas
1) 2) 3) 4) 5) Keluarkan refrigerant sesuai prosedur di bab ini. Lepaskan cover cooling unit (2). Lepaskan pipa-pipa cooling unit (1). Lepaskan connector kabel. Lepaskan cooling unit.

Memasang
Kebalikan dari prosedur melepas untuk memasang.

AIR CONDITIONER 1B-29

Memeriksa Switch A/C Belakang Bagian depan


Lepaskan switch A/C dan periksa arus pada setiap terminal.

Bagian belakang (switch fan)

Memeriksa Resistor
Periksa resistan setiap terminal resistor. Ganti resistor, jika nilai resistan tidak sesuai spesifikasi. Terminal H - MH H - ML H-L Resistan () 0.6 1.2 2.4

Memeriksa Thermistor pada Evaporator


Alirkan tegangan pada terminal (+), kemudian periksa aliran arus antara terminal (-) dan terminal L. Ganti thermistor jika hasil pengukuran tidak sesuai spesifikasi. Terminal (+) 0V 12V Antara Terminal (-) dan L Tidak ada arus Ada arus

1B-30 AIR CONDITIONER

Daftar Nilai Tegangan Terminal


Mode Actuator

No. Terminal 6 7 5 4 3 2 1

Warna Kabel Coklat/Kuning Hitam Abu-abu/Merah Pink/Hitam Merah/Putih Abu-abu/Hitam Abu-abu/Biru

Nama Terminal Sumber tegangan Ground Sirkuit DEF Sirkuit DEF/HEAT Sirkuit HEAT Sirkuit BI/LEVEL Sirkuit VENT

Tegangan (Volt) 10 - 14 0 Sekitar 0 10 - 14 Sekitar 0 10 - 14 Sekitar 0 10 - 14 Sekitar 0 10 - 14 Sekitar 0 10 - 14

Kondisi IG: ON Normal Control mode SW: DEF Mode selain di atas Control mode SW: DEF/HEAT Mode selain di atas Control mode SW: HEAT Mode selain di atas Control mode SW: BI/LEVEL Mode selain di atas Control mode SW: VENT Mode selain di atas

AIR CONDITIONER 1B-31

Mode Controller dan Switch A/C

No. Terminal 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Warna Kabel Hitam Pink/Hitam Abu-abu/Merah Pink/Hijau Merah/Putih Hitam Biru/Merah Merah/Kuning Coklat/Kuning

Nama Terminal Panel switch ground lampu iluminasi Sirkuit DEF/HEAT Sirkuit DEF Switch A/C GND Sirkuit HEAT Ground Switch A/C Ground Sumber tegangan lampu iluminasi switch mode controller Sumber tegangan sirkuit lampu switch A/C Sirkuit VENT Sirkuit BI/LEVEL

Tegangan (Volt) 0 Sekitar 0 10 - 14 Sekitar 0 10 - 14 Sekitar 0 10 - 14 Sekitar 0 10 - 14 0 Sekitar 0 10 - 14 0 10 - 14 10 - 14 Sekitar 0 Sekitar 0

Kondisi

Control mode SW: DEF/HEAT Mode selain di atas Control mode SW: DEF Mode selain di atas Fan switch: ON Fan switch: OFF Control mode SW: HEAT Mode selain di atas Normal A/C: ON - Fan switch: ON Mode selain di atas Lampu kecil menyala IG: ON IG: ON Control mode SW: VENT Mode selain di atas Control mode SW: BI/LEVEL Mode selain di atas

11 13 14

Coklat/Kuning Abu-abu/Biru Abu-abu/Hitam

1B-32 AIR CONDITIONER

Material Service
Material Produk SUZUKI (Nomor Part) Refrigeran drum134a 95794-50G00 (200g) 95793-50G00(250g) Kegunaan Sebagai gas refrigeran A/C

Oli compressor 134a 99000-99088-00D

Sebagai oli compressor A/C

Special Tool

99000-79E90-001 Manifold gauge set

99000-79E90-002 Leak detector

99000-79E90-003 Pompa vacuum

99000-79E90-004 Adapter pompa vacuum

TRANSMISI OTOMATIS 7B-1

BAB 7B

TRANSMISI OTOMATIS
DAFTAR ISI
Diagnosa ..........................................................7B-2 Prosedur Memeriksa Kerusakan ...................7B-2 Tabel Diagnosa .............................................7B-6 Electronic Shift Control System.....................7B-7 Memeriksa Kerusakan Menggunakan Diagnosa Troble Code (DTC) .....................7B-10 Tabel Flow Diagnosa DTC. .........................7B-13 DTC No.14: Sistim Sinyal Putaran Poros Turbin ......................................................7B-13 DTC No.18:Sistem Sinyal Putaran Poros Turbin ......................................................7B-14 DTC No.21, 23, 25, 43 dan 45: Sistim Shift Solenoid-1 (21: no.1; 23: no.2; 25: lock-up; 43 no. 3; dan 45: no.4) ............................7B-15 DTC No.22, 24, 26, 44 dan 46: Sistim Shift Solenoid-2 (22: no.1; 24: no.2; 26: lock-up; 44 no. 3; dan 46: no.4). ...........................7B-16 DTC 31: Vehicle Speed Sensor ..............7B-17 DTC 32:Throttle Position Sensor.............7B-18 DTC 33:Throttle Position Sensor-2 .........7B-19 DTC 34:Shift Switch ................................7B-20 DTC 35:Sistem Sinyal Putaran Mesin .....7B-21 DTC 36: Sensor Suhu Oli........................7B-22 DTC 5: Relay Power (di dalam controller A/T)..........................................7B-23 Hal-Hal Penting saat Mengganti Controller A/T.............................................. 7B-24 Hal-Hal Penting pada Controller A/T........... 7B-24 Perawatan ......................................................7B-25 Jumlah dan Kondisi Oli ............................... 7B-25 Pengukuran Waktu (Time Lag) ................... 7B-26 Jumlah Putaran Stall................................... 7B-26 Tekanan Oli................................................. 7B-27 Tes Jalan .................................................... 7B-27 Tes Posisi P ................................................ 7B-28 Penyetelan pada Kendaraan ........................7B-29 Oli Transmisi Otomatis................................ 7B-29 Kabel Selector............................................. 7B-30 Kabel Key-Interlock..................................... 7B-31 Shift Lock Solenoid ..................................... 7B-33 Shift Switch ................................................. 7B-33 Solenoid Valve dan Sensor Suhu Oli.......... 7B-34 Membongkar..................................................7B-36 Hal-hal yang Harus Diperhatikan saat Membongkar dan Merakit ........................... 7B-36 Memeriksa dan Perbaikan Komponen ........ 7B-36 Material Service.............................................7B-37 Special Tool...................................................7B-37

7B

7B-2 TRANSMISI OTOMATIS

Diagnosa
Jika terjadi kerusakan pada transmisi otomatis, maka pertama-tama lakukan tes pada kendaraan. Jika penyebab dan tempat kerusakan telah diketahui kemudian diputuskan apakah transmisi akan dibongkar atau tidak. Jika langsung membongkar transmisi tanpa memeriksa terlebih dahulu penyebab kerusakan, maka bisa menyebabkan kerusakan baru dan kehilangan waktu kerja. Kerusakan pada transmisi otomatis dapat disebabkan oleh: 1) Pemeriksaan / penyetelan yang salah 2) Kemampuan mesin kurang. 3) Kerusakan mekanisme pengaturan tekanan oli. 4) Kerusakan sistim kontrol elektronik. 5) Kerusakan mekanis di dalam transmisi. Dalam mendiagnosa kerusakan kendaraan, pertama tanyakan secara jelas kepada pemakai kendaraan (customer) mengenai kerusakan, kemudian berdasar keterangan tersebut, lakukan tes kendaraan untuk memastikan kondisi kerusakan.

Prosedur Memeriksa Kerusakan


Sistim transmisi ini dilengkapi fungsi kode diagnosa yang penting dalam menangani kerusakan.

TRANSMISI OTOMATIS 7B-3

Pemeriksaan dan Pertanyaan


Langkah pertama dalam pemeriksaan kerusakan adalah memeriksa kerusakan dengan tidak menebak-nebak. Pemeriksaan dapat dilakukan, pada saat kendaraan masuk bengkel, gejala kerusakan sudah terlihat, tapi jika tidak kelihatan gejala kerusakannya, maka harus berusaha agar sedapat mungkin melihat sendiri gejala kerusakannya. Meskipun mekanik sudah berpengalaman, jika tidak dapat memastikan gejala kerusakan, bisa terjadi hal yang penting terlewatkan, ataupun salah diagnosa. Misalnya gejala hanya muncul jika cuaca dingin atau muncul jika kendaraan berjalan mendapat getaran dari permukaan jalan, sehingga saat pemeriksaan dilakukan pada lingkungan yang panas atau kendaraan dalam keadaan berhenti maka gejalanya tidak muncul. Jadi untuk mengetahui gejala kerusakan, yang penting dilakukan adalah bertanya kepada pengguna kendaraan dengan metode "pemeriksaan dan pertanyaan". Agar informasi yang didapat bisa berguna dalam menangani masalah, maka hal-hal yang berhubungan dengan gejala kerusakan itu juga penting untuk ditanyakan. Ada baiknya membuat dan menyimpan catatan pemeriksaan dan pertanyaan ini.

Pemeriksaan Dasar
Yang penting dilakukan adalah memastikan bahwa penyetelan dasar pada transmisi otomatis ini telah dilakukan. Penjelasan mengenai penyetelan ini tercantum pada bab mengenai "Menyetel pada Kendaraan". 1) Memeriksa Sumber Tegangan Tegangan battery pada saat mesin mati :10-14 V. 2) Memeriksa Oli A/T (Automatic Transmission) Pastikan kuantitas dan kualitasnya sesuai spesifikasi. 3) Tes Stall Lakukan pengukuran jumlah putaran mesin pada stall dari tiap-tiap range. Kemudian periksa performa transmisi otomatis dan mesin. 4) Tes Tekanan Oli Ukur tekanan saluran pada saat diam(idle) dan stall. Periksa juga fungsi setiap komponen. 5) Tes Drive Kendaraan Untuk mendapatkan lebih jelas gejala kerusakan, dan memeriksa hasil penyetelan. 6) Memeriksa Sambungan Elektronik. Periksa apakah konektor telah tersambung dengan baik, ada karat pada coupler, ada kotoran masuk, terminal kabel terlepas, terminal berubah bentuk, kabel telah ditahan (clamp) dengan baik, sehingga tidak menyentuh bagian/komponen yang berputar, bergetar maupun bagian/komponen yang panasnya tinggi, dll. yang bisa merusak kabel.

Memastikan Gejala Kerusakan


Pada trouble shooting, teknisi harus bisa memastikan gejala kerusakan untuk mencari penyebabnya. Karena itu dari informasi yang telah didapat, harus diusahakan untuk bisa melihat sendiri gejala kerusakan tersebut. Jika kondisi untuk menimbulkan gejala kerusakan kurang, maka kondisi (permukaan jalan, cuaca dan cara menyetir) dibuat sedekat mungkin misalnya dengan menggerak-gerakkan wiring harness dan relay agar bergetar, atau menghembuskan angin panas untuk kondisi panas, atau memakai air untuk kondisi kelembaban. Jadi paling penting bagaimana melihat sendiri gejala kerusakan itu. Kemudian menebak komponen penyebab kerusakan, memeriksa komponen tersebut dengan tester atau alat lainnya, jadi secara bersamaan dapat diketahui komponen tersebut rusak atau tidak.

7B-4 TRANSMISI OTOMATIS

Hal-hal yang Perlu Diperhatikan saat Pengukuran Menangani konektor


OFF-kan kunci kontak saat melepas konektor (coupler). Jangan menarik harness saat melepas konektor, tapi lepaskan dulu lock konektor. Saat menggunakan tester, masukkan ujung batang tester pada wiring harness yang terdapat pada bagian belakang konektor. Pada konektor kedap air yang tidak bisa dimasukkan dari belakang, maka dimasukkan dari depan, tapi jangan sampai terminal konektor rusak atau bengkok.

Hal Penting saat Memeriksa Kabel/Konektor


Periksa trouble shooting kabel/konektor sebagai berikut 1) Periksa aliran arus. a) Lepas konektor pada kedua ujung harness. b) Ukur tahanan antar terminal konektor. tahanan standar: dibawah 10 PERHATIAN: Lakukan pengukuran sambil mengoyangkan harness secara perlahan. Jika ada yang terputus, maka yang perlu diperhatikan adalah bagian yang putus, hampir semua bagian yang putus berada pada bagian konektor.

2) Periksa kemungkinan konslet. a) Lepas konektor pada kedua ujung harness. b) Ukur tahanan pada setiap konektor yang terminalnya telah dihubungkan dengan ground. Tahanan standar: diatas 1 M c) Ukur tahanan antar terminal pada konektor yang sama. Tahanan standar: diatas 1 M PERHATIAN: Lakukan pengukuran sambil mengoyangkan harness secara perlahan. Saat memeriksa gejala konslet, perhatikan kemungkinan kawat tersangkut pada chassis yang disebabkan oleh clamp yang rusak.

TRANSMISI OTOMATIS 7B-5

3) Periksa secara visual dengan menggunakan tangan. a) Lepas konektor di kedua ujung harness. b) Periksa ujung konektor apakah ada karat atau kotoran yang masuk. c) Periksa bagian pengait dari kemungkinan kendur, kemudian tarik konektor dengan hati-hati dari harness, apakah bisa lepas atau tidak. d) Siapkan konektor lain yang mempunyai terminal jantan (1) yang sama, kemudian masukkan terminal betinanya. Periksa tenaga yang diperlukan untuk melepaskannya, kemudian bandingkan dengan terminal yang lain, jika ada terminal yang mudah saat dilepas maka ada kemungkinan terminal tersebut tidak terhubung dengan baik. PERHATIAN: Jika ada kerusakan konektor yang disebabkan oleh adanya kotoran masuk pada terminal, lepas konektor dan pasang kembali, ada kemungkinan sambungan akan kembali normal. Setelah kabel dan konektor normal, periksa kembali gejala kerusakan. Jika gejala kerusakan tidak muncul kembali, maka bisa disimpulkan penyebabnya adalah dari kabel dan konektor.

Hal Penting saat Menangani Komponen Elektronik


Controller dan sensor merupakan peralatan yang sangat peka. Pada saat melepas, jangan sampai terkena benturan keras. Jika terkena benturan keras atau terjatuh di lantai maka alat tersebut jangan dipakai lagi. Pemeriksaan pada saat hujan, air jangan sampai masuk ke controller dan sensor. Jangan membuka tutup controller ataupun membongkar komponen. Jika diputuskan adanya kerusakan pada controller, tukar pengontrol dengan yang baru, apakah kendaraan kembali normal. Pasang kembali controller yang dianggap rusak, apakah kerusakan tersebut muncul kembali. Jika muncul kembali dapat dipastikan bahwa controller rusak.

7B-6 TRANSMISI OTOMATIS

Tabel Diagnosa
Kemungkinan Penyebab
Power train Sistim kontrol tekanan oli Accumulator untuk C1, B0, B1 Brake ke-1 da ke-2 (B1 brake O: Point Sistim kontrol electrical

pemeriksaan

Gejala Kerusakan
Kerusakan pada saat kendaraan berjalan Kerusakan fungsi gerak Pada P - N-range mesin tidak mau distarter Pada D - 2 - L-range tidak bisa bergerak maju Pada R -range tidak bisa bergerak mundur Percepatannya lambat Ctutch slip saat bergerak maju Ctutch slip saat bergerak mundur Pada saat gigi 1 (L -range) engine brake tidak berfungsi Pada saat gigi 2 engine brake tidak berfungsi Pada saat gigi 3 engine brake tidak berfungsi Dari gigi 1 ke 2 kecepatannya tidak berubah Dari gigi 2 ke 3 kecepatannya tidak berubah Dari gigi 3 ke 4 (O/D) kecepatannya tidak berubah Dari gigi 4 (O/D) ke 3 kecepatannya tidak berubah Dari gigi 3 ke 2 kecepatannya tidak berubah Dari gigi 2 ke 1 kecepatannya tidak berubah Titik tempat perubahan kecepatan berubah Tidak bisa lock-up Hentakan besar saat perubahan kecepatan

O O O O

O O

O O O O O O O O O

O O

O O O O O O O O O O O O

O O O O O O O O O O O O O O O O O

O O O O O O

O O O

O O

Hentakan saat perubahan kecepatan Kerusakan pada saat perubahan kecepatan

O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O

O O O O O O O O O O O O O

O O O O O O O

Dari N ke D hentakannya besar

Dari N ke R hentakannya besar

Sinyal oil temperature sensor O O

Vehicle speed sensor (VSS)

Sensor putaran poros turbin

Overdrive brake B0 brake)

Accumulator untuk C2, B2

Reverse brake (B2 brake)

Throttle Position Sensor

Front clutch (C1 clutch)

Rear clutch (C2 clutch)

Tekanan oli tidak tepat

Shift solenoid no. 1

Shift solenoid no. 2

Shift solenoid no. 3

Shift solenoid no. 4

Torque converter

Lock-up solenoid

Shift lever switch

Switch O/D OFF

Level oli rendah

Engine system

Lock-up clutch

Valve body

Pompa oli

TRANSMISI OTOMATIS 7B-7

Sistim Kontrol Sihft Elektronik


Diagram Sirkuit Sistim Controller A/T

7B-8 TRANSMISI OTOMATIS

Daftar urutan terminal

Daftar nama terminal


No. TerWarna Kabel minal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Oranye/Hijau Merah Oranye/Biru Coklat Putih S Hijau Hijau/Merah Hijau/Biru Hijau Ungu/Hijau Hitam S Hitam S

Simbol Terminal
P R N IGP SP+ D 2 L DNS SDL SPG SP-

Nama Terminal
Sinyal dari P-range Sinyal dari R-range Sinyal dari N-range Sinyal pulsa starter Sinyal kecepatan kendaraan + Sinyal dari D-range Sinyal dari 2-range Sinyal dari L-range Switch diagnosa Pemeriksa kerusakan Shield dari sinyal kerusakan Sinyal kecepatan kendaraan -

No. TerWarna Kabel minal


201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 213 214 215 216 217 218 Abu-abu Kuning/Hitam Pink Merah/ Kuning Hitam/Putih Kuning/Merah Biru/Merah Biru/Hitam Abu-abu/Hitam Kuning/Putih Hijau/Putih Merah/Biru Hitam Biru Putih/Biru Biru/Kuning Biru/Putih

Simbol Terminal
TB+ VAS ACS THO IG1 DIU S3 S1 TBODC STS E2 GND LUS OD S4 S2

Nama Terminal
Angka putaran turbin Sinyal lebar pembukaan throttle Clutch compressor Oil temperature sensor Sumber tegangan (melalui kunci kontak) Sinyal idle up D-range Shift solenoid no.3 Shift solenoid no.1 Angka putaran turbin Sinyal overdrive cut Sinyal switch lampu rem Ground oil temperature sensor Ground Lock up solenoid Switch lampu O/D OFF dan switch O/D OFF Shift solenoid no.4 Shift solenoid no.2

Keterangan: Warna dengan S adalah kabel pelindung (shield).

Referensi: Asal nama simbol terminal (yang utama)


Simbol Terminal
OD S* TB* THO VAS

Asal Nama
Over Drive OFF Solenoid TurBine THermosignal Oil Voltage Accelerate Sinyal Input/output Output Input Input Input

No. Terminal
216 207 dll 201 dll 204 202

TRANSMISI OTOMATIS 7B-9

Nilai Tegangan Terminal Controller A/C


Nama Terminal
Sinyal kecepatan kendaraan

Simbol Terminal
SP+ ~ SP-

No. Terminal
5 - 12

Kondisi Pengukuran
Pada saat kendaraan berhenti 0V, tetapi pada saat kendaraan berjalan tegangan A/C akan muncul. (sama dengan di atas) Dalam keadaan idling ada tegangan input dari sinyal putaran mesin. Pada saat suhu oli A/T lebih dari 80C Tegangan turun sebanding dengan diinjaknya pedal gas. Selama P-range Di luar P-range Selama R-range Di luar R-range Selama N-range Di luar N-range Selama D-range Di luar D-range Selama 2-range Di luar 2-range Selama L-range Di luar L-range Switch O/D OFF diOFF-kan (lampu mati) Switch O/D OFF diON-kan (lampu hidup) Gigi 2 atau gigi 4 Selain di atas Gigi 1 Selain di atas Gigi 4 Selain di atas Pada saat kunci kontak ON Normal Normal Selama A/C OFF Selama A/C ON (clutch compressor ON) Selama P, N-range Selain di atas Saat lock up gigi 4 Selain di atas Selama lampu rem menyala Selain di atas Kendaraan berhenti Kendaraan berjalan (proses lock up berlangsung)

Standar Tegangan (V)


-

Sinyal putaran poros turbin Sinyal pulsa starter Suhu oli A/T Sinyal pembukaan throttle Sinyal P-range Sinyal R-range Sinyal N-range Sinyal D-range Sinyal 2-range Sinyal L-range Sinyal O/D OFF Shift solenoid no. 1 Shift solenoid no. 2 Shift solenoid no. 4 Sumber tegangan (melalui kunci kontak) Ground Shield dari sinyal kecepatan kendaraan Clutch compressor Sinyal idle up D-range Sinyal overdrive cut Sinyal switch lampu rem Solenoid lock up

TB+ ~ TBIGP ~ GND THO ~ E2 VAS ~ GND P ~ GND R ~ GND N ~ GND D ~ GND 2 ~ GND L ~ GND OD ~ GND S1 ~ GND S2 ~ GND S4 ~ GND IG1 ~ GND GND SPG ~ GND ACS ~ GND DIU ~ GND ODC ~ GND STS ~ GND LUS ~ GND

201 ~ 209 4 ~ 214 204 ~ 213 202 ~ 214 1 ~ 214 2 ~ 214 3 ~ 214 6 ~ 214 7 ~ 214 8 ~ 214 216 ~ 214 208 ~ 214 207 ~ 214 217 ~ 214 205 ~ 214 214 ~ body 11 ~ 214 203 ~ body 206 ~ body 210 ~ body 211 ~ body 215 ~ body

Dibawah 0,4 10 - 16 Dibawah 0,5 10 - 16 Dibawah 0,5 10 - 16 Dibawah 0,5 10 - 16 Dibawah 0,5 10 - 16 Dibawah 0,5 10 - 16 Dibawah 0,5 10 - 16 Dibawah 0,5 9 - 16 Dibawah 0,5 9 - 16 Dibawah 0,5 9 - 16 Dibawah 0,5 10 - 16 Dibawah 0,5 Dibawah 0,5 Dibawah 0,5 10 - 16 10 - 16 0,8 10 - 16 0,8 10 - 16 Dibawah 0,5 Dibawah 0,5 Diatas 8

7B-10 TRANSMISI OTOMATIS

Hal-Hal Penting saat Mengukur


Pengukuran dilakukan dalam keadaan coupler controller A/T terhubung dan kunci kontak dalam keadaan ON. Karena tegangan tiap terminal dipengaruhi oleh tegangan battery, maka pastikan dulu tegangan battery sebesar 10-14 V lalu pastikan pula antara terminal ground controller A/T dan ground body ada hubungan. Pada saat pengukuran tegangan terminal dari setiap coupler, harus diperhatikan cara penanganan dari harness dan coupler (lihat halaman 7B-4).

Memeriksa Kerusakan Menggunakan Diagnosa Troble Code (DTC)


Indikator DTC
Jika lampu O/D OFF menyala, maka matikan switch lampu O/D OFF. Ground-kan coupler diagnosa (DNS) berwarna biru yang terletak di bagian kanan unit heater sehingga lampu O/D OFF dalam panel meter menyala berkedip dan DTC akan tampil. DTC akan tampil satu demi satu secara berurutan, bila semuanya telah muncul, maka akan diulang lagi dari awal.

Menghapus DTC
ON-kan kunci kontak tetapi mesin dalam keadaan mati, hubung-putuskan (ON-OFFkan) coupler diagnosa (DNS) dengan ground selama 10 detik sebanyak 5 kali, maka DTC akan terhapus.

Fungsi Fail-Safe
Fungsi ini untuk mempertahankan kemampuan kendaraan agar tetap bisa berjalan, jika terdeteksi adanya kerusakan pada masing-masing terminal input/output. Pengontrol fail-safe dan kondisi penghapusan kontrol failsafe ada pada daftar DTC di halaman berikut. CATATAN: Jika terpaksa menjalankan kendaraan dengan kondisi controller A/T rusak, maka range L dimajukan ke 2 (atau D), dan proses range dihentikan. Pada pengontrolan fail-safe, dengan kerusakan selain pada sistim shift SW (kode 34), range L dengan gigi 1 maju (percepatan paling rendah), gesekan clutch dengan brake transmisi otomatis sebisa mungkin dihindari, sehingga pada waktu kendaraan berjalan maju, tenaga gerak yang diperlukan mudah didapatkan.

TRANSMISI OTOMATIS 7B-11

Tabel Kode DTC


Item Pemeriksaan Sistim sinyal putaran poros turbin Sistim sinyal putaran poros turbin, sistim sinyal kecepatan kendaraan, atau transmisi otomatis itu sendiri Sistim solenoid no.1 Sistim solenoid no.2 Sistim lock up solenoid Sistim solenoid no.3 Sistim solenoid no.4 Sistim solenoid no.1 Sistim solenoid no.2 Sistim lock up solenoid Sistim solenoid no.3 Sistim solenoid no.4 Sistim sinyal kecepatan kendaraan Kondisi Penghapusan Kontrol Failsafe Setelah terdeteksi sinyal normal dan kendaraan dihentikan. Penghapusan Memori DTC Kunci kontak di ON kan , mesin dalam keadaan mati,antara coupler diagnostik (DNS) dan GND di ON/OFF-kan dalam 10 detik sebanyak 5 kali

Kode 12 14 18

Pemeriksaan

Kontrol Fail-safe

Sistim normal Tegangan terminal input ada kerusa- Hanya pada waktu kan (rendah atau tinggi) range L kendaraan berhenti, maju denDibanding dengan sinyal input putagan gigi 1. ran poros turbin, sinyal input kecepa Selain kondisi diatan kendaraan ada kerusakan tas, gigi 3. (rendah atau tinggi)

21 23 25 43 45 22 24 26 44 46 31

Meskipun ECM mengirim instruksi OFF ke solenoid, tapi tegangan terminal output tetap tinggi (tidak normal).

Jika keadaan kendaraan telah normal kembali (periksa setelah kendaraan berhenti) Hanya pada waktu range L kendaraan berhenti, maju dengan gigi paling rendah yang bisa menormalkan solenoid Selain kondisi diatas, gigi 3

Meskipun ECM mengirim instruksi ON ke solenoid, tapi tegangan terminal output tetap rendah (tidak normal).

Tegangan terminal input ada kerusakan (rendah atau tinggi)

Hanya pada waktu range L kendaraan berhenti, maju dengan gigi 1 Selain kondisi di atas, gigi 3

Setelah terdeteksi sinyal normal dan kendaraan dihentikan

32

Sistim sinyal pembukaan throttle

33

Sinyal gelombang input dalam bentuk "duty" dan saat Lo jika dibandingkan nilainya terlalu tinggi. (Input pada sin Throttle dianggap yal adalah bukaan throttle lebih dari tertutup total pada 100%) saat kontrol memilih Salah satu gejala dibawah ini. gigi Sinyal gelombang input dalam Selain pengaturan bentuk "duty" dan waktu Lo jika diatas, throttle dibandingkan, nilainya terlalu dianggap terbuka rendah. (Input pada sinyal = total. bukaan throttle kurang dari 0%) Sinyal input Hi (12 V)fix, atau Lo (0 V)fix.

7B-12 TRANSMISI OTOMATIS

Kode 34

Item Pemeriksaan Sistim shift switch

Pemeriksaan Salah satu gejala dibawah ini Sinyal shift tanpa input Sinyal shift dengan banyak input

Kontrol Fail-safe

35

36

52

Meskipun sinyal kecepatan kendaraan melewati nilai standar dan sinyal throttle terinput, sinyal putaran mesin tidak terinput. Sistim sinyal suhu Meskipun sinyal putaran mesin telah oli terinput dengan nilai diatas nilai standar, tegangan input sinyal suhu oli tidak turun. Sistim relay sumber Dengan salah satu kondisi dibawah tegangan dalam ini controller Meskipun ECM mengirim instruksi relay OFF, tapi tegangan terminal ralay output tetap terlalu tinggi. Meskipun ECM mengirim instruksi relay ON, tapi tegangan terminal ralay output tetap terlalu rendah

Sistim sinyal putaran mesin

Deteksi kerusakan pada saat kendaraan berhenti, difix pada gigi 3 Deteksi kerusakan saat kendaraan berjalan. Kontrol pada posisi shift tepat sebelum dideteksi, setelah kendaraan berhenti, pilih gigi 3 Diatur pada putaran Setelah pende4000 rpm. teksian sinyal normal. Setelah 5 menit IG ON diatur dengan suhu oli 100C Pada posisi 1 Hanya pada waktu range L kendaraan berhenti, maju dengan gigi 1 Selain kondisi diatas, gigi 3 Pada waktu 2 difix pada gigi ke-3

Kondisi Penghapusan Kontrol Failsafe Setelah terdeteksi sinyal normal dan kendaraan dihentikan

Penghapusan Memori DTC Kunci kontak di ON kan , mesin dalam keadaan mati,antara coupler diagnostik (DNS) dan GND di ON/OFF-kan dalam 10 detik sebanyak 5 kali

Bila terdeteksi normal kembali yaitu pada waktu pemeriksaan awa, saat power ON. (pada saat kendaraan berjalan, maka tunda kontrol ini sampai kendaraan berhenti.)

PERHATIAN: Pada kode 14, 18, 21, 23, 25, 43, 45, 22, 24, 26, 44, 46, 31, 34 dan 52, dalam mengatur fail-safe, pada dasarnya sumber relay menjadi OFF kecuali saat bergerak maju dengan L range. Pastikan keadaan normal kembali setelah solenoid menerima instruksi ON/OFF dalam keadaan kendaraan berhenti. Dan untuk beberapa waktu sumber tegangan relay di-ON-kan selama pengaturan fail-safe, jika ada kerusakan pada sistim solenoid. Pemeriksaan kerusakan pada sumber tegangan relay dilakukan hanya dengan pemeriksaan initial pada saat sumber tegangan ON (pada saat ini meskipun pengaturan fail-safe berlangsung, relay di ON-kan untuk beberapa waktu).

TRANSMISI OTOMATIS 7B-13

Tabel Flow Diagnosa DTC.


DTC No.14: Sistim Sinyal Putaran Poros Turbin
(Tegangan terminal input diluar spesifikasi (tinggi atau rendah))

Langkah Pemeriksaan

CATATAN: *1. Pemeriksaan sensor dilakukan pada suhu koil 20C *2. Pemeriksaan dalam keadaan kabel dan sensor putaran poros turbin dipasang secara seri. *3. Pemeriksaan insulasi antara kabel atau sensor putaran poros turbin dengan ground. Jika konslet, maka nilainya menjadi 0 Ohm.

7B-14 TRANSMISI OTOMATIS

DTC No.18:Sistim Sinyal Putaran Poros Turbin


(Input sinyal kecepatan kendaraan tidak normal (tinggi atau rendah)).

Langkah Pemeriksaan

CATATAN: *1. Pemeriksaan kode DTC berdasarkan adanya kerusakan pada koil sensor atau sistim kabel. *2. Pemeriksaan arus hubungan singkat antara bagian kabel shield dengan ground. Jika ada arus hubungan singkat maka fungsi untuk meredam suara akan berkurang.

TRANSMISI OTOMATIS 7B-15

DTC No.21, 23, 25, 43 dan 45: Sistim Shift Solenoid-1 (21: no.1; 23: no.2; 25: lock-up;43 no. 3; dan 45: no.4)
(Tegangan output solenoid tinggi meskipun instruksi dari controller OFF)).

Langkah Pemeriksaan
PERHATIAN: Disini dijelaskan mengenai sirkuit dari solenoid no.1 Pemeriksaan pada solenoid yang lain dilakukan dengan cara yang sama (no.terminal, simbol terminal dan warna kabel utama tercantum pada tabel diatas.)

CATATAN: *1. Pemeriksaan shift solenoid. Pada saat kabel putus nilai hambatan normal tidak keluar. Nilai standar adalah nilai pada saat suhu koil 20C *2. Pemeriksaan dilakukan dengan kabel dan shift solenoid terpasang secara seri. *3. Pemeriksaan arus hubungan pendek antara sirkuit shift solenoid dengan sirkuit sumber listrik. Jika terjadi hubangan pendek, maka akan menampilkan tegangan sumber.

7B-16 TRANSMISI OTOMATIS

DTC No.22, 24, 26, 44 dan 46: Sistim Shift Solenoid-2 (22: no.1; 24: no.2; 26: lock-up; 44 no. 3; dan 46: no.4).
(Tegangan output solenoid rendah meskipun instruksi dari controller ON)

Langkah Pemeriksaan
PERHATIAN: Disini dijelaskan mengenai sirkuit dari solenoid no.1 Pemeriksaan pada solenoid yang lain dilakukan dengan cara yang sama (no.terminal, simbol terminal dan warna kabel utama tercantum pada tabel diatas.)

CATATAN: *1. Pemeriksaan pada unit shift solenoid. Pada saat ada hubungan pendek antara kabel utama solenoid dan ground maka nilai hambatan normal tidak keluar. Nilai standar adalah nilai pada saat suhu koil 20C *2. Pemeriksaan hubungan pendek antara harness-ground. Jika ada arus hubungan pendek maka nilai hambatan menjadi 0 Ohm.

TRANSMISI OTOMATIS 7B-17

DTC 31: Vehicle Speed Sensor


(Tegangan terminal input ada kerusakan (tinggi atau rendah)).

Langkah Pemeriksaan

CATATAN: *1. Pemeriksaan pada unit sensor. Pada waktu kabel putus atau ada arus hubungan pendek maka nilai hambatan normal tidak keluar. Nilai standar adalah nilai pada saat suhu koil 20C. *2. Pemeriksaan dengan kabel dan vehicle speed sensor (VSS) dipasang seri. *3. Pemeriksaan insulasi antara kabel atau vss dengan ground. Jika terjadi arus hubungan pendek, maka akan menampilkan hambatan 0 Ohm.

7B-18 TRANSMISI OTOMATIS

DTC 32:Throttle Position Sensor


(Sinyal gelombang input dalam bentuk "duty" dan Lo tinggi (input sinyal pembukaan throttle lebih dari 100%)).

Langkah Pemeriksaan

CATATAN: *1. Pemeriksaan diagnosis ECM. Pada saat ECM mendeteksi ada kerusakan sinyal throttle over-range (pembukaan throttle lebih dari 100%), rasio Lo-duty dari output terminal VAS menjadi tinggi.

TRANSMISI OTOMATIS 7B-19

DTC 33:Throttle Position Sensor-2


Gejala seperti berikut: 1. Sinyal gelombang input dalam bentuk "duty" dan waktu Lo rendah (Input pada sinyal pembukaan throttle kurang dari 0%). 2. Sinyal input Hi (12V) tetap, atau Lo (0V) tetap.

Langkah Pemeriksaan

CATATAN: *1. Pemeriksaan diagnosis ECM. Pada saat ECM mendeteksi ada kerusakan sinyal throttle underrange (pembukaan throttle kurang dari 0%), rasio Lo-duty dari output terminal VAS menjadi rendah. *2. Pemeriksaan sekaligus harness dan pengontrol A/T. Pada saat kabel kuning/hitam (sirkuit VAS) putus atau terjadi arus hubungan pendek ke ground atau ada kerusakan pada unit controller A/T, maka tegangan 12 V tidak keluar.

7B-20 TRANSMISI OTOMATIS

DTC 34:Shift Switch


Gejala seperti berikut: 1. Tidak ada sinyal input 2. Banyak sinyal input

Langkah Pemeriksaan
PERHATIAN: Dibagian ini dijelaskan mengenai sirkuit P. Pemeriksaan pada sirkuit yang lain dilakukan dengan cara yang sama (no.terminal, simbol terminal dan warna kabel utama dan sirkuit jump tercantum pada tabel diatas). Pemeriksaan berikut dilakukan setelah dipastikan ada kerusakan pada sirkuit dengan menggunakan shift indicator.

CATATAN: *1. Periksa pada harness dan shift switch . Pada saat posisi P tegangan tidak ada, maka kerusakan kemungkinan pada harness atau shift switch putus atau konslet ke ground *2. Periksa harness dan shift switch. Pada saat posisi selain P terdapat tegangan, kemungkinan konslet antara harness atau shift switch dengan sumber tegangan atau dengan sirkuit selain P.

TRANSMISI OTOMATIS 7B-21

DTC 35:Sistim Sinyal Putaran Mesin


(Meskipun sinyal VSS dan throttle masuk (melebihi spesifikasi), tetapi sinyal putaran mesin tidak masuk).

Langkah Pemeriksaan

CATATAN: *1. Pemeriksaan sirkuit antara ECM dan controller A/T.

7B-22 TRANSMISI OTOMATIS

DTC 36: Sensor Suhu Oli


(Meski input sinyal putaran mesin diatas standar, input sinyal tegangan suhu oli tidak turun).

Langkah Pemeriksaan

CATATAN: *1. Pemeriksaan sambungan ke sumber tegangan 5V. Bila ada kabel putus atau terjadi konslet, maka 5 V tidak akan keluar. *2 (1) Pemeriksaan sirkuit ground. Bila ada kabel putus maka 5 V tidak akan keluar. (2) Periksa dari bagian belakang konektor (menggunakan klip). Jangan memasukkan klip pada bagian antara karet dan kabel utama, karena dapat merusak karet. Masukkan klip diantara karet dan coupler housing.

TRANSMISI OTOMATIS 7B-23

DTC 5: Relay Power (di dalam controller A/T)


Gejala kerusakan seperti berikut: 1.Meski ECM menginstruksikan relay OFF, tapi tegangan terminal output relay tinggi). 2.Meski ECM menginstruksikan relay ON tapi tegangan terminal output relay rendah.

Langkah Pemeriksaan

CATATAN: *1 Pemeriksaan DTC. OFF-kan kunci kontak, periksa DTC. Jika DTC 52 muncul lagi, dapat diputuskan bahwa sistim relay power mengalami kerusakan.

7B-24 TRANSMISI OTOMATIS

Hal-Hal Penting saat Mengganti Controller A/T.


Pada saat mengganti controller A/T, perubahan yang terjadi berdasarkan kondisi pengendaraan yang diinput oleh controller. Pada saat mengganti A/T assembly, reset controller (kondisi baru).

Hal-Hal Penting pada Controller A/T


Controller A/T akan memproses perubahan output mesin, percepatan/perlambatan dan perubahan kecepatan, serta perubahan celah antara clutch dan brake transmisi otomatis, kemudian controller A/T akan melakukan setting sesuai dengan input yang masuk.

Setting
1) Setelah mesin distarter, lakukan perpindahan gigi (PR, NR, ND), ulangi sebanyak 3 sampai 5 kali. 2) Saat kendaraan berjalan perlahan (pembukaan gas 15%), normal (pembukaan gas 25%) dan kencang (pembukaan gas 50 %) pada tiap-tiap keadaan, perubahan kecepatan kendaraan 12321 diulang sebanyak 12-15 kali. 3) Pada tiap perpindahan gigi, jika telah selesai, mesin jangan dimatikan, biarkan kendaraan berjalan lebih dari 300 m, baru kemudian proses setting dihentikan.

Hal-hal Penting dalam Proses Setting


Pada saat mulai setting, suhu ATF diatas 10C, perubahan kecepatan suhu ATF lebih dari 30C. Setelah setting selesai, hasil akan masuk memory setelah kendaraan berjalan 300 m (ada perubahan kecepatan). Memory tersebut tidak akan terhapus walaupun mesin dimatikan atau terminal battery dilepas. 4) Hasil setting akan berubah-ubah sesuai kondisi kecepatan kendaraan.

Cara Me-reset Hasil Setting


1) ON-kan kunci kontak dan tekan O/D, pastikan lampu O/D OFF mati. 2) Hubungkan terminal diagnosa (DNS) dengan (GND) dengan kabel jumper, kemudian dalam 10 detik pindahkan tuas selector dari D2 sebanyak 3 kali. 3) Lepas coupler dan OFF-kan kunci kontak.

TRANSMISI OTOMATIS 7B-25

Perawatan
CATATAN: Lakukan pemeriksaan ini setiap melakukan pekerjaan pemeriksaan lainnya. Jangan mengganti, mengisi atau menambahkan oli sebelum dilakukan tes, hal ini untuk melihat gejala kerusakan yang ada.

Jumlah dan Kondisi Oli


1) Jalankan kendaraan hingga ATF mencapai suhu kerja normal (70-80C) atau berjalan lebih dari 5 km dalam kota. 2) Hentikan kendaraan di tempat yang rata, tarik rem tangan. Dengan kondisi idling pindahkan tuas transmisi dari P ke L dan kembali ke P 3) Lepas oil level gauge (1) dalam keadaan mesin hidup dan bersihkan dengan kain yang bersih. Kemudian masukkan kembali dan periksa kondisinya. Jika berada dalam batas ketentuan maka kondisinya bagus, tetapi jika kurang tambahkan sesuai spesifikasi, kemudian periksa apakah ada kotoran, perubahan warna, bau dll. PERHATIAN: Hasil pemeriksaan ATF kondisi dingin dan panas akan berbeda, sehingga harus dilakukan prosedur pemeriksaan seperti diatas. Pada saat pemeriksaan, bersihkan debu dan kotoran yang ada pada sekitar level gauge terlebih dahulu dan jangan sampai masuk ke transmisi. Spesifikasi oli: Oli A/T 2384K atau Dexron III

Pemeriksaan
Jumlah oli Harus dalam batas spesifikasi, jika kurang ada kemungkinan terdapat kebocoran, periksa kebocoran. Kondisi oli Kondisi oli normal adalah berwarna merah dan kekentalannya sesuai spesifikasi. Jika oli berwarna hitam, terlalu pekat atau ada bau aneh (bau hangus), maka lakukan tes jalan, tes stall, dan tes tekanan oli. Jika tidak ada kerusakan fungsi, maka ganti oli dan lakukan lagi tes jalan. Jika ada busa atau keruh, kemungkinan ada kerusakan pada pendingin olinya.

7B-26 TRANSMISI OTOMATIS

Pengukuran Waktu (Time Lag)


PERHATIAN: Pada tes ini, lakukan pengukuran setelah kembali pada posisi N dan sudah lebih dari 1 menit. Pengukuran dilakukan setelah mesin mencapai temperatur kerja. 1) Setelah memeriksa jumlah ATF, injak pedal rem untuk menahan roda depan dan belakang. 2) Hidupkan mesin dan pindahkan tuas transmisi dari posisi N ke D. Ukur waktunya dengan stopwatch saat tuas dipindahkan sampai terasa adanya hentakan. 3) Dengan kondisi yang sama, lakukan pengukuran waktu (time lag) pada saat tuas transmisi dipindahkan dari posisi N ke R. Standar time lag Posisi N ke D : 1,0 0,5 Posisi N ke R : 1,0 0,5

Standar Pertimbangan
Hasil Pengukuran Kemungkinan Penyebab

Time lag dari posisi N ke posisi D lebih besar Foward Clutch selip dari nilai standar First and second brake selip Kerusakan pada first and second brake, clutch piston oil seal. Time lag dari posisi Nke posisi R lebih besar Foward Clutch selip dari nilai standar Reverse brake selip Kerusakan pada first and second brake, clutch piston oil seal.

Tekanan di saluran kurang.

Jumlah Putaran Stall


PERHATIAN: Putaran stall jangan lebih dari 5 detik Tiap dilakukan 1 kali tes, lakukan proses idling lebih dari 30 detik untuk proses pendinginan. 1) 2) 3) 4) Periksa jumlah dan kondisi oli. Tahan roda dengan menggunakan rem tangan. Hubungkan tachometer pada mesin. Starter mesin, injak pedal rem, kemudian pindahkan tuas transmisi ke posisi D sambil membaca putaran mesin dan menginjak pedal gas. Pada saat putaran mesin mencapai nilai tetap (stall point), catat nilai putaran mesin. 5) Lakukan proses yang sama untuk posisi R. Putaran stall (rpm): 2500 200 Hasil Pengukuran
Lebih rendah dari nilai standar Pada posisi D lebih tinggi dari nilai standar

Kemungkinan Penyebab
Output mesin kurang Kerusakan pada torque converter. Foward clutch selip First and second brake selip Kerusakan kerja pada starter one way clutch Foward clutch selip Reverse brake selip Tekanan oli kurang Kerusakan kerja pada starter one way clutch

Pada posisi R lebih tinggi dari nilai standar

TRANSMISI OTOMATIS 7B-27

Tekanan Oli
1) Periksa jumlah dan kondisi oli. 2) Lepas baut pada permukaan kanan case transmisi, dan pasang special tool (A). Special tool ATM oil pressure gauge set (A): 09925-37810-001 3) Tahan roda dengan menginjak pedal rem dan menarik tuas rem tangan hingga penuh. 4) Starter mesin, kemudian ukur tekanan oli pada kondisi idling dan stall baik D-range ataupun R-range. PERHATIAN: Pastikan tidak ada kebocoran oli setelah pemasangan oil pressure gauge. Putaran stall jangan sampai lewat dari 5 detik. Setiap 1 kali tes, lakukan proses idling lebih dari 30 detik untuk proses pendinginan.

Nilai tekanan oli standar [kPa (kgf/cm2)] Putaran Mesin


Idling Stall

Posisi D
780 960 (8,0 9,8)

Posisi R
1170 1570 (11,9 16,0)

Standar Pertimbangan
Hasil Pengukuran
Saat idling, tekanan oli lebih tinggi dari nilai standar Saat stall, tekanan oli lebih tinggi dari nilai standar Saat idling, tekanan oli lebih rendah dari nilai standar Saat stall, tekanan oli lebih rendah dari nilai standar

Kemungkinan Penyebab Posisi D Posisi R


Control valve rusak. Pompa oli rusak. Front clutch piston oil seal rusak. First dan second brake piston oil seal rusak. Reverse brake piston oil seal rusak. Front clutch piston oil seal rusak.

Tes Jalan
Tes ini dilakukan setelah penyetelan dari langkah perbaikan. 1) Periksa jumlah dan kondisi oli. 2) Periksa apakah perubahan kecepatan sesuai grafik perubahan kecepatan atau tidak, periksa juga hentakan (shock) atau bunyi aneh pada saat perpidahan gigi. PERHATIAN: Lakukan tes jalan dengan sangat hati-hati dengan memperhatikan keadaan lalu lintas. Pada grafik perubahan kecepatan, kecepatannya berdasar pada indeks perubahan kecepatan yang berakhir pada saat percepatan bergeser 2 8 km/jam.

7B-28 TRANSMISI OTOMATIS

Grafik Perubahan Kecepatan

Grafik Lock-Up

Tes Posisi P
Memeriksa 1) Parkir kendaraan pada kondisi jalan miring (mendaki / lebih dari 5) dengan tuas transmisi pada posisi P. Lepas tuas rem tangan dan dipastikan kendaraan tidak begerak. 2) Pada kondisi diatas, pindahkan tuas dari posisi P ke posisi lainnya dan pastikan kendaraan bergerak. 3) Lakukan juga tes ini pada jalan menurun.

TRANSMISI OTOMATIS 7B-29

Penyetelan pada Kendaraan


Oli Transmisi Otomatis
Mengganti
1) Dalam kondisi mesin mati, lepas oil drain plug (1) dan buang oli. PERHATIAN: Kondisi tersebut oli tidak bisa terbuang sampai habis. 2) Pasang dan kencangkan oil drain plug sesuai spesifikasi. Momen pengencangan Oil drain plug (a): 23 Nm (2.3 kg-m, 16.0 lb-ft)

3) Lepaskan oil lever gauge (1) dan masukkan oli sesuai spesifikasi melalui filler tube (2) dengan jumlah yang sama dengan oli yang dibuang. Oli A/T: Oli Suzuki A/T 2384K atau Dexron III CATATAN: Volume seluruh oli A/T = 3.3 liter. PERHATIAN: Jangan mencampur oli dengan jenis oli lain. 4) Hidupkan mesin dan biarkan pada putaran idlle selama lebih dari 5 menit. 5) Angkat kendaraan, dengan posisi tuas posisi D, injak pedal gas hingga kecepatan 50 km/jam dan injak pedal rem, kemudian tepatkan pada putaran idling. Selanjutnya dengan tuas posisi R, lepas pedal rem 10 detik, kemudian injak lagi pedal rem dan tepatkan mesin pada putaran idle. Lakukan sebanyak 23 kali. 6) Ulangi langkah 15 hingga 2 kali. 7) Periksa kembali jumlah oli. PERHATIAN: Memeriksa jumlah oli transmisi dilakukan setelah mesin panas (temperatur kerja) dan dilakukan saat mesin idling.

7B-30 TRANSMISI OTOMATIS

Kabel Selector

1. Kabel selector

2. Selector rod adjuster nut

3. Shift arm

Berikan grease.

7 Nm (0.7 kg-m, 5.0 lb-ft)

Memeriksa
1) 2) 3) 4) 5) Pastikan kendaraan tidak bergerak saat tuas pada posisi P meskipun diberikan tenaga. Motor starter hanya bekerja pada posisi N dan P. Lampu belakang dan buzzer belakang bekerja pada posisi R. Indikator perpindahahan gigi pada panel bekerja sesuai dengan posisi tuas. Tombol tuas bekerja dengan baik.

Menyetel
1) Tahan roda dengan menarik tuas rem tangan, kemudian posisikan kunci kontak pada ACC dan tuas selector pada posisi N. 2) Kendurkan mur select rod adjuster pada sisi transmisi di bagian luar dan dalamnya. 3) Kencangkan bagian luar mur select rod adjuster dengan tangan. PERHATIAN: Pastikan shift arm transmisi tidak bisa digerakkan. 4) Selanjutnya kencangkan mur bagian luar kemudian kencangkan mur bagian dalam sesuai spesifikasi. Momen pengencangan Mur select rod adjuster (a): 7 Nm (0.7 kg-m, 5.0 lb-ft)

TRANSMISI OTOMATIS 7B-31

Kabel Key-Interlock

1. Kabel key interlock

2. Release arm

2.2 Nm (0.22 kg-m, 1.6 lb-ft)

13 Nm (1.3 kg-m, 9.5 lb-ft)

Memeriksa
Key-Interlock 1) Pada posisi P, kunci kontak bisa diputar dengan bebas dari posisi LOCK ke ON. 2) Selain pada posisi P, kunci kontak tidak bisa diputar ke posisi LOCK. Shift Lock 1) Kunci kontak posisi LOCK, tombol tuas selector tidak bekerja. 2) Kunci kontak posisi ACC, tombol tuas selector bekerja. 3) Kunci kontak posisi ON, jika pedal rem tidak diinjak maka pada posisi P tombol selector tidak bisa ditekan dan baru bisa ditekan setelah pedal rem diinjak.

7B-32 TRANSMISI OTOMATIS

Melepas
1) Lepas cover steering column. 2) Lepas baut/mur pengikat kabel interlock, kemudian lepaskan kabel interlock dari release arm. 3) Lepas console tengah dan posisikan tuas pada posisi P.

4) Lepaskan mur dari bracket kabel key-interlock. 5) Untuk melepas kabel interlock dari release cam, tekan bush seperti pada gambar.

Memasang
Kebalikan dari urutan melepas. Setelah selesai memasang masih ada proses penyetelan, sehingga console tengah jangan dipasang dulu. Momen pengencangan Baut pengikat kabel key-interlock (a): 2.2 Nm (0.22 kg-m, 1.6 lb-ft)

Menyetel
1) Putar kunci kontak ke posisi ACC. 2) Tekan tuas selector pada posisi P. Pada kondisi ini, pasang special tool seperti pada gambar dan tepatkan posisi release cam. Special tool Spring pin remover (A): 09925-78210 3) Kendurkan mur bracket kabel dan setel kabel, kemudian kencangkan mur bracket kabel sesuai spesifikasi. Momen pengencangan Mur kabel key-interlock (a): 13 Nm (1.3 kg-m, 9.5 lb-ft) 4) Lepas special tool dan lakukan tes. 5) Pasang penutup console tengah.

TRANSMISI OTOMATIS 7B-33

Shift Lock Solenoid


Memeriksa
1) ON-kan kunci kontak. 2) Pastikan tombol tuas seletor tidak bisa bekerja pada posisi P selama pedal rem tidak diinjak. 3) Tombol tuas selektor akan bisa dipindahkan (bekerja) jika pedal rem diinjak.

Shift Switch
Melepas
1) Lepas kabel selector dari shift shaft arm. 2) Lepaskan juga shift arm dan shift switch (1). Untuk memasang kebalikan dari urutan melepas dan lakukan penyetelan setelah semuanya terpasang.

Menyetel
1) 2) 3) 4) 5) Posisikan tuas selector pada posisi N. Setel kabel selector (lihat Kabel Selector) Kendurkan baut penahan shift switch. Tepatkan tanda (2) pada shift switch (1). Kencangkan baut penahan.

Momen pengencangan Baut penahan: 3.2 Nm (0.32 kg-m, 2.0 lb-ft)

7B-34 TRANSMISI OTOMATIS

Memeriksa
1) Lepaskan kabel shift switch dan pastikan terdapat aliran arus seperti tabel di bawah. 2) Setelah memasang, lakukan penyetelan kabel selector.

Solenoid Valve dan Sensor Suhu Oli

Melepas
1) Angkat kendaraan dan keluarkan oli A/T. 2) Lepaskan oil pan. 3) Lepas konektor sensor suhu oli, kemudian lepaskan sensornya. 4) Lepas semua konektor dan baut solenoid valve, kemudian lepas solenoid valve. 5) Lepas baut pengikat harness dan lepaskan solenoid valve dan sensor suhu oli. PERHATIAN: Lepaskan valve body assy. untuk melepas solenoid valve no.2, karena soenoid valve no.2 terdapat pada bagian belakang valve body.

TRANSMISI OTOMATIS 7B-35

Memeriksa Solenoid Valve


1) Ukur tahanan antara terminal solenoid dengan bracketnya, apakah ada pada spesifikasi. Sesifikasi tahanan pada suhu 20C Shift solenoid no.1: 12 0.5 Shift solenoid no.2: 12 0.5 Shift solenoid no.3: 12 0.5 Shift solenoid no.4: 12 0.5 Lock-up solenoid: 12 0.5

2) Seperti terlihat pada gambar, periksa apakah solenoid bekerja setelah dihubungkan dengan battery.

Sensor Suhu Oli


Periksa apakah nilai tahanan antar terminal pada konektor sensor suhu oli (1) sesuai spesifikasi. Spesifikasi 2.5 k. pada suhu 20C 1.2 k. pada suhu 40C 0.8 k. pada suhu 50C

Memasang
Kebalikan dari prosedur melepas dengan memperhatikan hal-hal berikut. Pasang baut shift solenoid sesuai spesifikasi. Momen pengencangan Baut shift solenoid: 5.5 Nm (0.55 kg-m, 4.0 lb-ft) Pasang baut oil stiffener sesuai spesifikasi. Momen pengencangan Baut oil stiffener: 8 Nm (0.80 kg-m, 6.0 lb-ft) Pasang baut valve body sesuai spesifikasi. Momen pengencangan Baut valve body: 10 Nm (1.0 kg-m, 7.0 lb-ft)

7B-36 TRANSMISI OTOMATIS

Membongkar
PERHATIAN: Lepas unit transmisi dari kendaraan sesuai petunjuk di Bab ini.

Hal-hal yang Harus Diperhatikan saat Membongkar dan Merakit


Transmisi otomatis terdiri dari komponen yang sangat presisi sehingga harus diperhatikan hal-hal dibawah ini pada saat membongkar dan merakit. Pembongkaran dilakukan di tempat yang bersih, tanpa debu dan kotoran. Letakkan pelapis karet di meja kerja, sehingga komponen tidak tergores. Jangan memakai sarung tangan atau kain lap (yang boleh dipakai adalah kain dari nilon atau tissue kertas). Pada waktu membongkar bagian yang menyatu dengan case, jangan memakai obeng hingga menggoresnya. Jika diperlukan, pakai palu plastik/karet dengan cara memukul ringan untuk memisahkannya. Sebelum membongkar, bersihkan lebih dahulu kotoran yang melekat pada transmisi sehingga pada saat membongkar dan merakit, debu atau kotoran tidak masuk. Untuk membersihkan komponon yang telah dibongkar, gunakan ATF atau minyak tanah. Pada jalur yang dilewati ATF, semprotkan angin bertekanan dan jangan sampai ada saluran yang tersumbat (perhatian: ATF atau minyak tanah jangan sampai mengenai wajah). Untuk disc, band, washer dari resin dan komponon dari karet, bersihkan dengan menggunakan ATF. Ganti gasket, oil-seal, dan O-ring dengan yang baru. Pada bagian bergesekan dan bagian berputar, lumasi dahulu dengan ATF sebelum dipasang. Rendam disc dan brake band ke dalam ATF selama lebih dari 2 jam sebelum dipasang. Jangan gunakan merek diluar yang ditetapkan untuk material dari minyak/grease.

Memeriksa dan Memperbaiki Komponen


Komponen Pemeriksaan Perbaikan
Hilangkan dengan oil stone Ganti komponen Bersihkan dengan kawat atau semprot dengan angin. Hilangkan dengan oil stone Ganti komponen Ganti komponen Ganti Ganti komponen Ganti Ganti Ganti Ganti Ganti Hilangkan dengan oil stone atau ganti Ganti Memeriksa komponen cast metal, Goresan kecil, permukaan kasar dan komponen proses masining Goresan dalam, ada baret Penyumbatan jalur minyak Goresan pada permukaan (sisa gasket) Ada retak Tidak berputar dengan halus Aus, pitching, gore atau retak Goresan kecil, permukaan kasar , aus, hangus Goresan pada seal ring (mengeras) Aus pada permukaan outer race seal ring Piston seal ring, oil seal, gasket dan sejenisnya Goresan, permukaan kasar Giginya aus Permukaan kasar, goresan, terpuntir

Memeriksa bearing Memeriksa bush dan thrust washer Memeriksa oil seal, gasket

Memeriksa gear dan sejenisnya Memeriksa spline Memeriksa snap ring

Aus, goresan, perubahan bentuk, tidak ada material penahan Memeriksa baut Permukaan kasar Memeriksa spring Ada goresan, bekas hangus Memeriksa clutch disc, brake disc Aus, hangus, plate berubah bentuk, retak, bengkok, goresan pada daunnya Memeriksa clutch plate, brake Aus, hangus, berubah bentuk, retak, bengkok, goreplate san pada daunnya Memeriksa permukaan seal (bibir Goresan, pecah pada permukaan, aus, ada kotoran seal) masuk

Ganti Ganti Ganti Ganti Ganti

TRANSMISI OTOMATIS 7B-37

Material Service
Material Produk SUZUKI (Nomor Part) Kegunaan

Oli A/T Suzuki (99000-22970)

Oli transmisi otomatis

Special Tool

09925-37810-001 ATM oil pressure gauge

09925-78210 Spring pin remover

BODY SERVICE 9-1

BAB 9

BODY SERVICE
DAFTAR ISI
Sunroof .............................................................. 9-3 Uraian Umum .................................................. 9-3 Kaca ............................................................ 9-4 Frame Assy ................................................. 9-4 Shade.......................................................... 9-4 Motor ........................................................... 9-5 Switch Sunroof ............................................ 9-5 Controller Sunroof ....................................... 9-6

9-2 BODY SERVICE

Sunroof
Uraian Umum
Glass-sunroof yang digunakan adalah model Electrical Inner-slide yang digerakkan motor. Untuk membuka/menutup slide dan menaikkan/menurunkan sunroof dilengkapi dengan fungsi berhenti otomatis. Pada sun-shade model slide ini, saat sunroof terbuka, secara bersamaan sun-shade juga terbuka. Motor menggerakkan kabel/kawat melalui helical-gear.

Sirkuit Sistim

BODY SERVICE 9-3

Kaca
Melepas/Memasang
Setelah melepas baut pada sisi depan kaca, geser kaca sampai sisi belakang, kemudian lepaskan sisi belakang kaca dari relnya. PERHATIAN: Hati-hati kaca jangan sampai terjatuh.

Frame Assy
Melepas/Memasang
Setelah melepas roof-lining dan kaca, lepaskan baut-baut dan mur seperti pada gambar.

Shade
Melepas/Memasang
Lakukan setelah melepas roof-lining.

9-4 BODY SERVICE

Motor
Memeriksa kinerja motor
Lepaskan sambungan dari konektor motor dan gunakan tegangan battery antar ujung terminal seperti pada gambar. Kemudian periksa apakah motor berputar atau tidak (membuka atau menutup). Hubungkan terminal Cu dengan terminal (+) battery dan terminal OD dengan terminal (-) battery, pastikan: sisi CLOSE/UP, motor berputar. Hubungkan terminal OD dengan terminal (+) battery dan terminal Cu dengan terminal (-) battery, pastikan: sisi OPEN/DOWN, motor berputar. Lepaskan sambungan dengan motor pada tiap posisi dari kaca, kemudian periksa aliran/arus tiap terminal.

Memeriksa aliran/arus pada switch (SW) limit Dalam keadaan tilt mengangkat dengan posisi CLOSE: ON
Posisi terminal LSI-E: Posisi UP ~ posisi tepat sebelum DOWN. Posisi terminal LS2-E: Posisi OPEN ~ posisi tepat sebelum CLOSE.

Cara melepas
Setelah melepas roof-lining, lepaskan baut motor seperti pada gambar.

Cara memasang
Berikan gemuk(grease) pada kabel sebelum dipasang. Samakan posisi pada pengarah pemasangan dengan posisi CLOSE, pada keadaan ini pasang motor sehingga pada saat operasi membuka atau menutup kaca tidak miring.

Switch Sunroof
Memeriksa
Periksa hubungan antar terminal berikut ini. Antara terminal US-E : Ada hubungan hanya pada pengopersian UP saja. Antara terminal DS-E : Ada hubungan hanya pada pengoperasian DOWN saja. Antara terminal CS-E : Ada hubungan hanya pada pengopersian CLOSE saja. Antara terminal OS-E : Ada hubungan hanya pada pengoperasian OPEN saja.

BODY SERVICE 9-5

Controller Sunroof
Memeriksa
Periksa tegangan antara terminal pada tabel berikut ini dengan terminal ground.

No. Terminal 1 2 3

Kode Terminal CU IG LSI

Tegangan antara Terminal pada Controller dengan Ground 7 - 11 V kurang dari 1 V 10 - 14 V 5-9V kurang dari 1.5 V 8 - 12 V kurang dari 1.5 V 7 - 11 V kurang dari 1 V kurang dari 1 V 8 - 12 V kurang dari 1.5 V 8 - 12 V kurang dari 1.5 V 5-9V kurang dari 1.5 V 8 - 12 V kurang dari 1.5 V

Syarat Pengukuran Motor bekerja ke arah CLOSE/UP Motor tidak bekerja Kunci kontak ON Pada daerah tilt atau stop sementara Pada daerah slide, kecuali saat stop sementara dan saat menutup total. UP-SW: OFF UP-SW: ON Pengoperasian motor pada arah OPEN/DOWN Motor tidak beroperasi Waktu normal CLOSE = SW : OFF CLOSE = SW : ON OPEN - SW : OFF OPEN - SW : ON Daerah penutupan total pada daerah tilt Daerah slide DOWN - SW : OFF DOWN - SW : ON

4 5 6 7 8 9 10

US OD E CS OS LS2 DS

Disusun oleh
PT. IND MOBIL SUZUKI INTERNATIONAL

Edisi 1. Oktober 2004 Dicetak di Indonesia 087

Anda mungkin juga menyukai