Trauma asam
Dipisahkan menjadi 2 mekanisme : - Ion hidrogen merubah pH - Anion denaturasi protein, presipitasi dan koagulasi
Trauma asam
Flourinosis akut
Patofisiologi
Ditandai oleh 2 fase
Fase kerusakan
Fase penyembuhan
Fase kerusakan
Nekrosis epitel kornea dan konjungtiva
Hilangnya stem cell limbus Penetrasi yang dalam Penetrasi sampai pada COA Kerusakan epitel siliar Hipotoni dan ptisis bulbi
Fase penyembuhan
Penyembuhan jaringan epithelium
Kerusakan kolagen stroma
Klasifikasi
Klasifikasi ditetapkan berdasarkan tingkat kejernihan kornea dan keparahan iskemik limbus. Derajad 1 : kornea jernih dan tidak ada iskemik limbus Derajad 2 : kornea berkabut dengan gambaran iris yang masih terlihat dan terdapat kurang dari 1/3 iskemik limbus Derajad 3 : epitel kornea hilang total, stroma berkabut dengan gambaran iris tidak jelas dan sudah terdapat iskemik limbus Derajad 4 : kornea opak dan sudah terdapat iskemik lebih dari 1/ 2 limbus.
Diagnosis
Gejala klinis
Pemeriksaan penunjang
Ditegakkan berdasarkan
anamnesis
Pemeriksaan fisik
Gejala klinis
epifora blefarospasme
Nyeri berat
Penurunan penglihatan
anamnesis
Pasien menceritakan tersiram cairan atau tersemprot gas atau partikel-partikelnya masuk ke dakam mata Perlu diketahui persisnya zat kimia dan bagaimana terjadinya trauma tersebut
Perlu diketahui apakah ada penurunan visus setelah cedera dan saat terjadinya cedera Onset terjadi penurunan visus apakah terjadi secara progres atau secara tiba-tiba
Pemeriksaan fisik
Setelah irigasi
Memeriksa kejernihan dan keutuhan kornea Derajad iskemik limbus
Tekanan intraokular
Konjungtivalisasi pada kornea Neovaskularisasi Peradangan kronik Defek epitel yang menetap dan berulang
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan pH bola mata
Pemeriksaan bagian anterior dengan loop atau slit lamp
Pemeriksaan tonometri
Kertas lakmus
Diagnosa banding
konjungtivitis
Konjungtivitis hemoragik akut
Keratokonjungtivitis sicca
Ulkus kornea
Penatalaksanaan
Empat tujuan utama untuk mengatasi kasus trauma okular adalah: Memperbaiki penglihatan Mencegah terjadinya infeksi
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan darurat
Penatalaksanaan medikamentosa
Penatalaksanaan pembedahan
Penatalaksaan Darurat
Irigasi untuk meminimalkan durasi kontak mata dengan bahan kimia dan untuk menormalisaasi pH pada saccus konjungtiva yang harus dilakukan sesegera mungkin. Menggunakan larutan normal saline untuk mengirigasi mata selama 15-30 menit sampai pH mata menjadi normal. Anestesi topikal bila perlu, larutan natrium bikarbonat 3% dan antibiotik.
Lanjutan penatalaksanaan darurat Kontak lensa digunakan untuk irigasi yang lama (lensa terhubung dengan sebuah kanul untuk mengirigasi mata dengan aliran yang konstan). Double Eversi pada kelopak mata dilakukan untuk memindahkan material yang terdapat pada kelopak mata. Selain itu dapat menghindarkan perlengketan antara konjungtiva palpebra, konjungtiva bulbi, dan konjungtiva forniks.
Debridemen pada daerah epitel kornea yang mengalami nekrotik sehingga dapat terjadi reepitelisasi pada kornea Selanjutnya diberikan bebat (verban) pada mata, lensa kontak lembek dan artificial tear (air mata buatan)
Penatalaksaan Medikamentosa
Trauma kimia ringan
Steroid topikal
siklopegik
Steroid untuk mengurangi inflamasi dan infiltrat neutrofil. Diberikan secara inisial dan tappering off stelah 7-10 hari. Dexametason 0,1% ED dan prednisolon 0,1% ED diberikan setiap 2 jam. Bila diperlukan berikan prednisolon iv 50-200mg
Siklopegik untuk mengistirahatkan iris, mencegah iritis dan sinekia posterior. Atropin 1% ED atau scopolamin 0,25% diberikan 2 kali sehari
Asam askorbat mengembalikan jaringan scorbutik dan meningkatkan penyembuhan luka dengan membantu pembentukan kolagen matur oleh fibroblas kornea.natrium askorbat 10% topikal diberikan setiap 2 jam. Untuk dosis sistemik dapat diberikan sampai dosis 2 gr. Beta blocker/ karbonik anhidrase inhibitor untuk menurunkan tekanan intra okular dan menggurangi resiko terjadinya glaukoma sekunder. Diberikan secara oral asetazolamid (diamox) 500 mg
Antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi oleh kuman oportunis. Tetrasiklin efektif untuk menghambat kolagenase, menghambat aktivitas netrofil dan mengurangi pembentukan ulkus. Dapat diberikan bersamaan antara topikal dan sistemik (doksisiklin 100 mg).
Asam hyaluronik untuk membantu proses reepitelisasi kornea dan menstabilkan barier fisiologis. Asam sitrat menghambat aktivitas netrofil dan mengurangi respon inflamasi. Natrium sitrat topikal diberikan setiap 2 jam selama 10 hari. Tujuan untuk mengeliminasi fagosit fase kedua yang terjadi 7 hari setelah trauma
Pembedahan
Revaskularisasi limbus
Prosedur pembedahan
Pengembangan kapsul tenon dan penjahitan limbus bertujuan untuk mengembalikan vaskularisasi limbus juga mencegah perkembangan ulkus kornea Transplantasi stem sel limbus dari mata pasien yang lain (autograft) atau dar donor (allograft) bertujuan untuk mengembalikan epitel kornea menjadi normal. Graft membran amnion untuk membantu epitelisasi dan menekan fibrosis
komplikasi
Simblefaron dengan gejala gerak mata terganggu, diplopia, lagoftalmus, sehingga kornea dan penglihatan terganggu Kornea keruh, edema, neovaskuler Sindroma mata kering Katarak traumatik Glaukoma sudut tertutup
Prognosis
Ditentukan oleh bahan penyebab trauma, derajad iskemik pada pembuluh darah limbus dan konjungtiva merupakan indikator keparahan trauma dan prognosis penyembuhan Cooked fish eye prognosis paling buruk kebutaan Trauma kimia sedang sampai berat pada konjungtiva bulbi dan palpebra simblefaron