1.2
RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari anemia normositik normokromik?
2. Apa etiologi dari anemia normositik normokromik? 3. Apa saja klasifikasi dan patogenesis dari normositik normokromik ? 4. Bagaimanakah patofisiologis pada anemia normositik normokromik? 5. Apa saja manifestasi klinis dari anemia normositik normokromik? 6. Bagaimanakah pemeriksaan diagnostik dan terapi anemia normositik
normokromik?
1.3
TUJUAN
Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk pemenuhan tugas inhal praktikum Patologi Klinik Morfologi Darah Tepi. Selain itu tujuan khusus penulisan makalah ini adalah menjawab pertanyaan yang telah dijabarkan pada rumusan masalah.
1|Page
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Anemia normositik normokromik adalah salah satu klasifikasi anemia berdasarkan morfologi selnya, yaitu sel-sel darah merah mempunyai ukuran dan bentuk normal (MCV 80-95 fl) serta mengandung jumlah eritrosit dan konsentrasi hemoglobin yang normal (MCH 27-34 pg). Kadang disebut sebagai anemia penyakit kronis. (At a Glance Medicine, 2002: 79)
2.2 Etiologi Penyebab tersering anemia normositik normokromik: Infeksi kronis, seperti Tuberkulosis (TBC) dan osteomielitis Penyakit radang seperti artritis reumatoid dan penyakit jaringan ikat Gagal ginjal Kehilangan darah akut Hemolitik Sindrom mielodisplasia Alkoholism Anemia pada penyakit hati kronik Gagal ginjal kronik Leukimia akut
2.3 Klasifikasi dari Anemia Normositik Normokromik 1. Anemia Aplastik Anemia aplastik adalah anemia normokromik normositik yang disebabkan disfungsi sumsum tulang sehingga sel-sel darah yang mati tidak diganti. a. Patogenesis Ada tiga mekanisme terjadinya anemia aplastik.Anemia aplastik yang diturunkan terutama anemia Fanconi disebabkan oleh ketidakstabilan DNA.Beberapa bentuk anemia aplastik yang didapatkan disebabkan kerusakan langsung stem sel oleh agen toksik,misalnya radiasi. Patogenesis dari kebanyakan melibatkan reaksi autoimun terhadap stem sel b. Manifestasi klinis
2|Page
Peningkatan kecepatan denyut jantung karena tubuh berusaha memberi oksigen lebih banyak ke jaringan. Peningkatan frekuensi pernapasan karena tubuh berusaha menyediakan lebih banyak oksigen ke darah. Pusing akibat berkurangnya aliran darah ke otak. Kelelahan karena penurunan oksigenasi berbagai organ termasuk,otot jantung dan otot rangka. Kulit pucat karena kurang oksigenasi. Mual akibat penurunan aliran darah saluran dan susunan saraf pusat. Pada anemia aplastik,jika trombosit dan sel darah putih juga terkena,gejala-gejala ditambah dengan: - Perdarahan dari gigi dan gusi;mudah timbul memar - Infeksi berulang - Luka pada kulit dan mukosa yang sulit sembuh c. Penatalaksanaan Obati penyakit yang diketahu menyebabkan anemia atau singkirkan agen penyakitt. Transfusi untuk mengurangi gejala Transplantasi sumsum tulang Imunosupresi jika disebabkan penyakit autoimun Obat untuk merangsang fungsi sumsum tulang mungkin efektif. 2. Anemia Hemolitik Anemia hemoltik adalah penurunan jumlah sel darah merah akibat destruksi sel darah merah yang berlebihan.Sel darah merah yang tersisa bersifat normositik dan normokromik.Pembentukan sel-sel darah merah di sumsum tulang akan meningkat untuk mengganti sel-sel yang mati,lalu mengalami peningkatan sel darah merah yang belum matur atau retikulosit yang dipercepat masuk ke dalam darah. 3. Anemia Pasca Perdarahan Anemia pasca perdarahan adalah anemia normositik,normokromik yang terjadi akibat kehilangan darah secara mendadak pada orang sehat.Perdarahan dapat jelas atau samar. Pada perdarahan mendadak, tekanan darah menurun. Respons refleks terhadap penurunan tekanan darah dan hipoksia jaringan adalah peningkatan aktivasi sistemsaraf simpatis. Hal ini menyebabkan peningkatan resistensi vaskular, kecepatan denyut jantung, dan isi sekuncup, yang kesemuanya bertujuan untuk mengembalikan tekanan darah ke tingkat normal. Respons ginjal terhadap penurunan tekanan darah adalah penurunan pengeluaan urine dan peningkatan pelepasan hormon renin. Terjadi peningkatan reabsorpsi garam
3|Page
dan air dengan tujuan mengembalikan tekanan darah ke tekanan normal. Produksi sel darah merah dirangsang dengan sekresi eritropoietin oleh ginjal.
Anemia hemolitik
Penyebab 1. Keracunan obat 2. Gagal genetik 3. Radiasi 4. Bahan kimia 5. Infeksi 1. Cedera mekanik 2. Reaksi antigen-antibodi SDM 3. Ikatan komplemen 4. Reaksi kimia 5. Defek membran herediter Hilangnya darah berakibat hemodilusi dari cairan interstisial dalam 48-72 jam
2.4 Patofisiologi pada anemia Normositik Normokromik Karena pengeluaran darah/destruksi darah yang berlebihan sehingga menyebabkan sumsum harus bekerja lebih keras lagi dalam eritropoiesis. Sehingga banyak eritrosit muda (retikulosit) yang terlihat pada gambaran darah tepi. Jika retikulosit tidak ditemukan, maka dicurigai adanya anemia aplastik, anemia defesiensi besi dan B12 yang tidak di obati, terapi radiasi, masalah endokrin, kegagalan sumsum tulang, sindrom mielodisplasia dan alkoholism.
2.5. Pemeriksaan diagnostik anemia normositik normokromik Pemeriksaan penyaring ( screening test ) terdiri : Kadar Hb Indeks eritrosit ( MCH, MCV, MCHC ) Hapusan darah tepi Dipastikan adanya anemia dan jenis anemia Pemeriksaan darah seri anemia - Hitung lekosit - Trombosit - Hitung retikulosit - LED Pemeriksaan sumsum tulang Memberikan informasi sistem hematopoesis
4|Page
Mutlak untuk diagnosis anemia aplastik, anemia megaloblastik, serta kelainan hematology yang dapat mensupresi sistem eritroid. Pemeriksaan atas indikasi khusus - Anemia defisiensi besi : serum iron, TIBC ( total iron binding capacity ), saturasi tranferin, protoporfirin eritrosit, feritin serum, reseptor tranferin dan pengecatan besi pada sumsum tulang ( Perls stain ) - Anemia megaloblastik : folat serum, vitamin B12 serum, tes deoksiuridin, tes Schilling - Anemia aplastik : biopsi sumsum tulang Pemeriksaan nonhematologik - Faal hati - Faal ginjal - Faal tiroid - Biakan kuman
5|Page
3.2 SARAN
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
6|Page
DAFTAR PUSTAKA
Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC Young NS. Pathogenesis and Pathophysiology of Aplastic Anemia Dalam. Hoffman R, Benz EJ, Shattil SJ dkk. Penyunting. Hematology : Basic Principles and Practice, edisi ke-2. NewYork : Churchill Livingstone, 1995 : 299-325. Elizabetg, Corwin.2007.Buku Saku Patofisiologi ed 3.Jalarta:EGC Patrick, Davey.2006. At a Glance Medicine.Jakarta:Penerbit Erlangga
7|Page