Anda di halaman 1dari 45

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Judul
Alat Ukur Pencacah Putaran Mesin Uji Kelelahan Bahan dengan Tampilan LCD Menggunakan Mikrokontroler PIC16F84

1.2 Latar Belakang Masalah


Suatu alat ukur tidak selalu dalam keadaan baik, ada kalanya alat ukur tersebut mengalami kerusakan. Untuk memperbaiki kerusakan itu biasanya diperlukan suatu penggantian komponen ataupun onderdil. Biaya yang dikeluarkan untuk proses penggantian itu juga tidak sedikit. Sebagai contoh seperti kerusakan sensor yang pernah dialami pada alat uji kelelahan bahan pada laboratorium teknik mesin, untuk mengganti sensor yang rusak diperlukan biaya yang mahal. Alat ukur yang akan dirancang disini adalah pencacah putaran motor yang dapat dikembangkan untuk dapat diaplikasikan pada alat uji kelelahan bahan yang digunakan untuk menguji ketahanan suatu benda terhadap beban lengkung-puntir. Alat uji kelelahan bahan pada laboratorium ilmu logam fakultas teknik mesin misalnya, pengujian ketahanan benda uji dilakukan dengan memberikan beban pada benda uji dan benda uji tersebut diputar sampai patah (selama benda tersebut belum patah motor akan terus berputar). Alat uji tersebut akan terus mencacah banyaknya putaran yang terjadi. Untuk itu diperlukan cacah putar dalam jumlah yang banyak. Alat uji kelelahan bahan pada laboratorium teknik mesin menggunakan sensor logam untuk mendeteksi putaran yang terjadi, sedangkan pada penelitian ini akan digunakan

2 sensor infrared LED dan fototransistor. Sensor yang digunakan pada penelitian ini jauh lebih murah serta mudah didapat.

1.3 Tujuan
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Membuat suatu pencacah putaran motor dengan tampilan maksimum sebanyak 9.999.999 cacahan dengan menggunakan mikrokontroler PIC16F84 dan dapat ditampilkan hasilnya pada LCD 2 16. 2. Mempelajari dan memanfaatkan mikrokontroler PIC16F84 dalam penerapannya pada alat ukur banyaknya cacah putaran motor. 3. Dapat diaplikasikan pada alat uji kelelahan bahan pada Lab.TM.

1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat dicapai dari penelitian ini, antara lain : 1. Dapat menjadi alternatif alat ukur uji kelelahan bahan yang lebih ekonomis. 2. Menambah literatur tentang aplikasi mikrokontroler menggunakan PIC.

1.5 Batasan Masalah


Dalam penelitian ini akan dirancang sebuah alat ukur yang akan mencacah banyaknya putaran motor menggunakan mikrokontroler PIC16F84 dengan nilai maksimum 9.999.999 cacahan dan data pengukuran yang dihasilkan dapat ditampilkan pada LCD 2 16. Sensor yang digunakan untuk mendeteksi putaran adalah fototransistor dan infrared.

1.6 Metode Pengumpulan Data


Penulisan laporan ini dijadikan beberapa metode pengumpulan data yaitu :

3 1. Studi Pustaka Dalam hal ini pengumpulan data dilakukan dengan membaca dan mempelajari beberapa litelatur/buku tentang PIC16F84, datasheet komponen yang digunakan dan literatur lain yang diperoleh dari internet serta majalah-majalah elektronik yang menunjang serta berhubungan dengan alat dan pemrograman yang dibuat. 2. Pembuatan Program Dalam hal ini materi Tugas Akhir diterjemahkan dalam bahasa pemprograman mikrokontroler, sehingga mampu didemontrasikan dalam sistem alat ukur.

1.6 Sistematika Penulisan


Penulisan laporan tugas akhir ini akan disusun dengan sistematika sebagai berikut: BAB I. PENDAHULUAN Pada bab ini berisi latar belakang masalah, maksud dan tujuan tugas akhir, batasan masalah, metodologi penelitian dan sistematika penulisan laporan. BAB II. DASAR TEORI Pada bab ini berisi tentang teori dari beberapa komponen yang digunakan dalam

pembuatan alat pencacah putaran. BAB III. PERANCANGAN ALAT Pada bab ini berisi tentang penjelasan perancangan pencacah putaran. BAB IV. DATA DAN ANALISA Pada bab ini berisi tentang cara kerja alat keseluruhan dan analisis serta pembahasan mengenai hasil tugas akhir yang telah dibuat. BAB V. PENUTUP

4 Pada bab ini ini berisi kesimpulan dari hasil tugas akhir yang telah dilakukan dan saran yang berisi ide-ide untuk perbaikan atau pengembangan terhadap tugas akhir yang telah dilakukan. DAFTAR PUSTAKA

BAB II

DASAR TEORI
2.1 Pencacah
Pencacah disini merupakan penghitung banyaknya putaran yang terjadi pada motor yang berputar. Pada penelitian ini diperlukan pencacah sampai dengan 9.999.999 cacahan. Pencacah secara elektronis dengan menggunakan gerbang logika memerlukan IC lebih dari satu, misalnya untuk pencacah 16 bit secara perangkat keras hanya mampu menampung data sebanyak 65536 (216) saja, sedangkan pada penelitian ini akan digunakan 2 buah IC (Mikrokontroler dan 74LS14) untuk mencacah putaran motor sebanyak 9.999.999 cacahan. Untuk dapat mencacah sebanyak 9.999.999 cacahan diperlukan software dengan memanfaatkan sebuah mikrokontroler agar dapat menampung data sebanyak itu. Unit pencacah terdiri dari 7 bagian pencacah, yaitu: satuan, puluhan, ratusan, ribuan, puluhan ribu, ratusan ribu, dan jutaan.

2.2 Mikrokontroler PIC16F84


Mikrokontroler PIC16F84 merupakan mikrokontroler yang dikembangkan dan diproduksi oleh perusahaan Microchip. Mikrokontroler PIC16F84 termasuk dalam mikrokontroler 8 bit, yang berarti dapat melakukan pengolahan data sebanyak 8 bit secara langsung. Pada perancangan ini dikehendaki agar program pada mikrokontroler dapat mencacah putaran sebanyak 9.999.999 dengan tampilan bilangan desimal pada LCD. Gambar 2.1 merupakan mikrokontroler yang akan digunakan pada perancangan, yaitu PIC16F84.

Gambar 2.1 Mikrokontroler PIC16F84 Untuk deskripsi tiap pin pada PIC16F84 dapat dilihat pada tabel 2.1 Tabel 2.1 Deskripsi pin PIC16F84 Pin Number 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Description RA2 - Port A RA3 - Port A RA4/TOCK1 - Port A MCLR - Master clear input (active low) Vss Ground RB0/INT Port B RB1 - Port B RB2 - Port B RB3 - Port B RB4 - Port B RB5 - Port B RB6 - Port B RB7 - Port B Vdd - Positive Power Supply OSC2/CLKOUT - Oscillator Output OSC1/CLKIN - Oscillator Input RA0 - Port A RA1 - Port A

7 Port I/O Terdiri dari 13 pin I/O, yaitu 5 pada portA(RA0, RA1, RA2, RA3, RA4) dan 8 pada portB (RB0, RB1, RB2, RB3, RB4, RB5, RB6, RB7). Vdd Merupakan port yang akan dihubungkan ke power suplai yaitu +5 volt DC. VCC terdapat pada pin 14. GND Merupakan port yang akan dihubungkan ke ground atau pertanahan. GND terdapat pada pin 5. XTAL 1 dan XTAL 2 Mikrokontroler PIC16F84 telah memiliki on-chip osilator yang dapat bekerja dengan menggunakan Kristal eksternal yang dihubungkan ke kaki XTAL 1 dan XTAL 2. XTAL 1 dan XTAL 2 terdapat pada pin 15 dan 16. MCLR ( Reset ) Merupakan masukkan reset, apabila diberi masukan 0 pada saat osilator bekerja maka akan mereset mikrokontroler tersebut. MCLR terdapat pada pin 4.

Mikrokontroler tersebut memiliki unit pengolah, unit masukan digital, unit keluaran digital serta penyimpan sementara dan penyimpan permanen. Mikrokontroler PIC16F84 memiliki fitur-fitur [4] berikut : 1. Memiliki 13 buah port I/O (5 pada port A dan 8 pada port B) 2. 68 Byte memori data

8 3. 1k Byte memori program 4. Kemasan fisik 18 pin DIP 5. Merupakan mikrokontroler RISC, sehingga hanya memiliki 35 instruksi 6. Pemrograman di dalam sistem (ICSP) 7. Tegangan operasi normal 5Vdc

Pada dasarnya PIC memerlukan 4 hal untuk dapat membuatnya bekerja, antara lain: 1. Sumber tegangan 5 Volt untuk sumber daya pada IC

2. Clock yang berfungsi memberikan kemampuan IC untuk memproses instruksi. 3. Software yang berisi suatu rentetan instruksi yang kita buat. 4. Programmer untuk memprogram mikrokontroller[3].

2.2.1 Arsitektur PIC16F84

Gambar 2.2 Arsitektur mikrokontroler PIC16F84

9 Bagian-bagian utama dari mikrokontroler PIC16F84 (gambar 2.2), yaitu[1]: 1. ALU Merupakan bagian mikrokontroler yang bertanggungjawab terhadap operasi aritmetika (penjumlahan dan pengurangan) dan logika, termasuk pergeseran dalam register (shifting). 2. Memori Program Memori program direalisasikan dalam teknologi FLASH memori yang

memungkinkan pemrogram melakukan program hapus-tulis hingga berulang kali. 3. Program counter Merupakan suatu register 13 bit yang berisi alamat instruksi yang sedang dieksekusi. Program Counter terbagi menjadi byte rendah (PCL) dan byte tinggi (PCH). PCL bersifat dapat dibaca dan ditulis, sedangkan PCH hanya dapat ditulis. 4. Register status Register status berisi status aritmetika dan ALU (C, DC, Z), status reset (TO, PD) dan bit-bit pemilih memori (IRP, RP1, RP0). 5. Pembangkit clock - osilator Rangkaian osilator yang dibutuhkan oleh mikrokontroler untuk menyediakan clock bagi mikrokontroler. 6. Unit I/O Agar mikrokontroler dapat berkomunikasi dengan dunia luar, maka harus ada terminal yang menghubungkan keduanya. Terminal tersebut dinamakan port I/O yang dialamati sebagaimana layaknya lokasi memori. Ada 13 I/O dalam PIC16F84. 7. Timer Timer digunakan untuk keperluan menghasilkan tunda, mencacah pulsa, mengetahui keberadaan proses yang sedang berlangsung, dan sebagainya.

10

2.2.2 Instruksi-instruksi Untuk Seri PIC16


Mikrokontroler seri PIC16 tergolong mikrokontroler jenis RISC sehingga instruksi yang digunakan relatif sedikit, hanya 35 instruksi. Instruksi-instruksi tersebut tersebut terdiri atas 6 instruksi untuk transfer data, 15 instruksi untuk operasi aritmetika dan logika, 2 instruksi pengarah aliran program dan instruksi umum.

2.2.2.1 Instruksi-instruksi Transfer Data


Transfer data dalam mikrokontroler dilakukan antara register kerja w (working register) dan register file F (baik GPR maupun SFR). Instruksi transfer data digunakan untuk memindahkan data antar register. 1. movlw = digunakan untuk memindahkan nilai literal ke register W. Dengan instruksi ini kita dapat memuati register W dengan nilai tertentu. 2. movwf = digunakan untuk memindahkan isi register W ke register f. Dengan instruksi ini kita dapat menyalin isi register W ke register f. Dalam hal ini isi register W tidak berubah. 3. movf = digunakan untuk memindahakan isi register f ke register W jika d=0 atau ke register f jika d=1. 4. clrw = digunakan untuk membersihkan isi register W. Dengan instruksi ini register W akan diisi dengan 00h. 5. clrf = digunakan untuk membersihkan register f. Register f akan diisi nilai 00h. 6. swapf = digunakan untuk saling menukarkan 4 bit (nibble) atas dengan 4 bit (nibble) bawah pada register f dan hasilnya dletakkan pada tujuan d.

11

2.2.2.2 Instruksi-instruksi Aritmetika dan Logika


Mikrokontroler PIC seri 16 hanya mengenal operasi aritmetika berupa penjumlahan dan pengurangan. Bendera C, DZ, dan Z akan ditetapkan menurut hasil dari operasi ini, dengan satu pengecualian, pengurangan dilakukan sebagai penjumlahan terhadap nilai negatif. Unit logika pada seri PIC16 dapat melakukan operasi AND, OR (Inclusive OR), XOR, COMF, dan rotasi RLF/RRF. 1. addlw = digunakan untuk menjumlakan suatu literal dengan register W, dan hasilnya disimpan di register W. 2. addwf = digunakan untuk menjumlahkan isi register W dengan register f, kemudian hasilnya disimpan di tujuan d. 3. sublw = digunakan untuk mengurangkan isi register W dari suatu nilai literal, hasilnya disimpan di register W. 4. subwf = digunakan untuk mengurangkan isi register W dari register f, hasilnya disimpan di tujuan d. 5. andlw = digunakan untuk melakukan operasi logika AND antara nilai literal dengan register W. Hasil operasi diletakkan kembali di register W. 6. andwf = digunakan untuk operasi logika AND antara register W dengan register f, hasil disimpan di tujuan d. 7. iorlw = digunakan untuk melakukan operasi OR antara register W dengan nilai literal k. Hasil operasi ini disimpan di register W. 8. iorwf = digunakan untuk operasi logika OR antara register W dengan register f, hasilnya ditempatkan di tujuan d. 9. xorlw = digunakan untuk operasi logika Exclusive OR (XOR) antara register W dengan nilai literal k. Hasilnya dikembalikan ke register W.

12 10. xorwf = digunakan untuk operasi XOR antara register W dengan register f, hasilnya ditempatkan di tujuan d. 11. incf = digunakan untuk menaikkan 1 nilai register f, kemudian hasilnya diletakkan di tujuan d. 12. decf = digunakan untuk mengurangi 1 nilai register f, kemudian hasilnya diletakkan di tujuan d. 13. rlf = digunakan untuk menggeser kiri bit-bit dalam register f. Hasil penggeseran disimpan di tujuan d. 14. rrf = digunakan untuk menggeser kanan bit-bit dalam register f. Hasil pergeseran diletakkan di tujuan d. 15. comf = digunakan untuk mendapatkan nilai komplemen dari isi register f. Nilai komplemen tersebut kemudian disimpan di tujuan d.

2.2.2.3 Instruksi-instruksi Operasi Bit


Operasi bit dilakukan dengan instruksi BCF atau BSF. Instruksi ini digunakan untuk menetapkan atau menghapus suatu bit dalam sebuah register. 1. bcf = digunakan untuk membersihkan suatu bit pada register f. Bit yang bersangkutan akan diberi logika 0. 2. bsf = digunakan untuk menetapkan suatu bit pada register f. Bit yang bersangkutan akan diberi logika 1.

2.2.2.4 Instruksi Pengarah Aliran Program


Instruksi instruksi akan dapat mengalihkan aliran program pada kondisi-kondisi tertentu.

13 1. btfsc = digunakan untuk menguji logika suatu bit pada register f. Jika hasilnya 0, instruksi berikutnya dilompati (tidak dieksekusi), sedangkan jika hasilnya 1, instruksi berikutnya tetap dieksekusi. 2. btfss = digunakan untuk memeriksa bit pada register f. Jika nilainya1, lompati instruksi berikutnya, jika 0 instruksi berikutnya tetap dieksekusi. 3. decfsz = digunakan untuk melakukan pengurangan register f dengan 1.Jika bernilai 0 instruksi berikutnya dilompati. Hasil disimpan di tujuan d. 4. incfsz = digunakan untuk melakukan penambahan register f dengan 1. Jika hasilnya 0 instruksi berikutnya dilompati. Hasil disimpan di tujuan d. 5. goto = digunakan untuk mengarahkan program ke suatu tempat dengan nama atau alamat tertentu. 6. call = digunakan untuk memanggil suatu subrutin. 7. return = digunakan untuk kembali dari subrutin ke program utama yang memanggilnya. Setelah kembali, program akan melanjutkan mengerjakan instruksi berikutnya. 8. retlw = instruksi ini serupa dengan return, namun saat kembali dari subrutin, register w akan diberi nilai literal k yang menyertainya. 9. retfie = digunakan untuk mengakhiri suatu rutin interupsi agar program dapat kembali ke pekerjaan awal, melanjutkan pekerjaan yang ditinggalkan akibat adanya interupsi.

2.2.2.5 Instruksi-instruksi lain


1. nop = tidak ada yang dikerjakan 2. clrdwt = digunakan untuk mereset WDT. Saat WDT di enable, WDT harus direset sebelum mencapai overflow karena apabila dibiarkan akan menyebabkan

mikrokontroler reset.

14 3. sleep = digunakan untuk membawa mikrokontroler ke keadaan stand-by. Mode sleep sangat bermanfaat untuk menghemat daya pada aplikasi. Tabel 2.2 Tabel instruksi PIC16F

2.2.3 Register Status


Register status berisi status aritmetika dari ALU (C, DZ, Z), status reset (TO, PD) dan bit-bit pemilih bank memori (IRP, RP0, RP1).
bit 7 IRP bit 6 RP1 bit 5 RP0 bit 4 TO bit 3 PD bit 2 Z bit 1 DC bit 0 C

Gambar 2.3 Format register status

15 Bit 0 = C (Carry) Transfer Bit C merupakan bit yang dipengaruhi oleh operasi penjumlahan, pengurangan, dan pergeseran. 1 = transfer tejadi dari bit tertinggi (MSB) pada hasil operasi 0 = tidak terjadi transfer Instruksi yang mempengaruhi ADDWF, ADDLW, SUBLW, SUBWF. Bit 1 = DC (Digit Carry) DC transfer Bit DC juga dipengaruhi oleh operasi penjumlahan, pengurangan, dan pergeseran. Bit DC menyatakan terjadinya transfer dari bit 3 ke bit 4 pada operasi penjumlahan, atau transfer dari bit 4 ke bit 3 pada operasi pengurangan, atau operasi pergeseran antara bit 3 dan bit 4 dengan arah manapun. 1 = terjadi transfer antara bit 3 dan bit 4 0 = tidak terjadi transfer Bit 2 = Z (Zero bit) Bit Z akan mengindikasikan apabila hasil operasi adalah nol. Bit ini akan diset jika hasil operasi aritmetika atau logika sama dengan nol. 1 = hasil operasi sama dengan nol 0 = hasil operasi tidak sama dengan nol Bit 3 = PD (Power Down bit) Bit PD akan diset ketika power supply mulai ON atau setelah eksekusi instruksi CLRWDT. Instruksi SLEEP akan mereset bit ini ketika mikrokontroler mulai memasuki mode SLEEP. 1 = sesudah power supply ON 0 = saat eksekusi instruksi SLEEP Bit 4 = TO (Time Out, WDT overflow)

16 Bit ini diset setelah power supply ON, eksekusi CLRWDT dan instruksi SLEEP. Reset pada bit ini akan terjadi saat WDT overflow. 1 = overflow tidak terjadi 0 = overflow terjadi Bit 5, 6 = RP1, RP0 (Request Bank Select Bit) Kedua bit ini merupakan bit-bit pemilih bank pada mode pengalamatan langsung. Bit RP0 tidak difungsikan karena bit ini hanya disisakan untuk keperluan ekspansi mendatang. 01 = bank 1 00 = bank 0 Bit 7 = IRP (Register Bank Select Bit) Bit IRP digunakan untuk memilih bank pada pengalamatan tidak langsung. 1 = bank 2 dan bank 3 2 = bank 1 dan bank 0

2.3 Pendeteksi Putaran Motor


Untuk mendeteksi adanya putaran yang terjadi, maka diperlukan sensor. Sensor yang akan dipergunakan disini adalah sebuah LED inframerah dan sebuah fototransistor. Untuk rangkaian pemancarnya menggunakan LED inframerah sebagai sumber inframerah dan untuk penerimanya menggunakan fototransistor.

2.3.1 LED inframerah


LED inframerah merupakan satu komponen yang prinsip kerjanya sama dengan LED biasa. Saat menghantar arus LED inframerah juga memancarkan cahaya. Perbedaan cahaya yang dipancarkan berupa cahaya tidak tampak, sedangkan pada LED biasa cahaya yang dipancarkan tampak.

17 LED inframerah juga dilengkapi lensa untuk memfokuskan cahaya inframerah, sehingga dapat membentuk berkas yang sempit dengan tujuan supaya jangkauan pancaran cahaya mempunyai jarak yang jauh. Dengan demikian dapat ditransmisikan ke pendeteksi cahaya infra merah (fototransistor) dengan cara menyinari pada daerah basisnya, sehingga cahaya yang ditransmisikan oleh LED inframerah dapat diubah menjadi sinyal listrik. Rangkaian pemancar dapat dilihat pada gambar 2.4.

Gambar 2.4 Rangkaian sumber cahaya


VCC =( I F Rd ) +V F ..............................................................( 2.1) Rd = VCC V F IF ................................................... .(2.2)

Vcc = tegangan 5V VF = tegangan dioda IF Rd = arus IRLED = resistor

2.3.2 Fototransistor
Fototransistor merupakan transduser optis karena komponen tersebut dapat mengubah efek cahaya (sinar inframerah) menjadi sinyal listrik. Fototransistor terbuat dari bahan dasar silikon dan dapat menghantarkan listrik saat terkena cahaya inframerah. fototransistor pada dasarnya memiliki prisip kerja yang sama dengan transistor, namun pada

18 fototransistor arus basis digantikan oleh bias cahaya yang diterima pada kaki basis fototransistor. Pada fototransistor, arus basis dipengaruhi oleh cahaya infra merah yang mengenai permukaan dari fototransistor, sehingga ketika cahaya infra merah mengenai permukaan fototransistor akan timbul arus basis (IB). Keadaan tersebut akan menyebabkan resistansi emiter-kolektor akan menjadi kecil sekali mendekati nol, sehingga arus akan mengalir ke kaki kolektor (IC). Hal ini menyebabkan tegangan pada kaki kolektor mendekati 0V. Keadaan tersebut menyatakan keadaan transistor dalam keadaan on. Sebaliknya apabila tidak ada cahaya infra merah atau dapat dikatakan dalam keadaan gelap, maka tidak ada I B. Ketika tidak ada arus IB, maka resistansi emiter-kolektor menjadi besar dan tidak ada arus kolektor (IC), sehingga tegangan di kaki kolektor terhadap ground (Vc) sama dengan Vcc, sehingga transistor dalam keadaan off. Rangkaian penerima dapat dilihat pada gambar 2.5.

Gambar 2.5 Rangkaian penerima menggunakan fototransistor

Besarnya arus kolektor yang dihasilkan pada rangkaian dipengaruhi oleh bias cahaya yang dihasilkan oleh LED inframerah. Besarnya arus kolektor dapat diperoleh dari persamaan matematis, sebagai berikut:
I C = I ........................................................................ (2.3)

19
I

adalah intensitas cahaya yang diterima oleh kaki basis fototransistor.

Persamaan matematis untuk mencari nilai RE adalah:


IE = VCC VCE RE IC ..............................................................( 2.4) ........................................ ( 2.5)

RE =

VCC VCE

Besarnya VO dari gambar 2.4 jika fototransistor mendapat bias cahaya dari LED inframerah dapat diperoleh melalui persamaan matematis 2.6.
VO = I E RE .. (2.6)

2.4 Pengkondisi Sinyal


Pengkondisi sinyal disini menggunakan IC74LS14 yang di dalamnya terdapat rangkaian schmitt trigger. Schmitt trigger merupakan suatu rangkaian yang digunakan sebagai pembanding tegangan yang telah melintasi suatu peringkat tertentu[2]. Schmitt trigger berfungsi untuk membuat gelombang keluaran dari sensor menjadi kotak penuh, sehingga memperjelas kondisi 0 dan 1 atau disebut juga sebagai pembentuk pulsa. Pada gambar 2.6 terlihat bentuk gelombang sinyal masukan yang mempunyai waktu naik-turun yang sangat lambat. Bentuk seperti ini akan dapat menyebabkan operasi dan kinerja rangkaian menjadi sangat lambat, sehingga tidak dapat diandalkan apabila berhubungan langsung ke rangkaian penghitung atau rangkaian lainnya. Untuk itu perlu ditambahkan rangkaian pengkondisi sinyal yang berupa pembanding histerisis.

20

Gambar 2.6 Bentuk gelombang masukan dan keluaran pembanding histerisis Rangkaian pada pembanding histerisis menghasilkan bentuk gelombang dengan pinggiran naik dan pinggiran turun yang tajam dan waktu naik-turun yang cepat. Waktu bangkit yang cepat ini sangat dibutuhkan karena rangkaian-rangkaian dimaksudkan untuk bekerja dengan tegangan masukan dua keadaan. Tabel 2.3. Tabel fungsi IC 74LS14 Masukan L H Keluaran H L

Keterangan : H = Level logika HIGH, L = Level logika LOW

2.5 LCD HD44780U


LCD (Liquid Crystal Display) adalah suatu tampilan (display) dari bahan cairan kristal yang dioperasikan dengan menggunakan sistem dot matriks. Pada perancangan alat ini digunakan display LCD 2

16 karakter, yang artinya LCD ini memiliki 2 baris dan 16

kolom karakter, sehingga jumlah total karakter yang dapat ditampilkan sekaligus adalah

21 sebanyak 32 karakter. Masing-masing karakter tersebut terbentuk dari susunan dot yang berukuran 8 baris dan 5 kolom dot seperti terlihat pada gambar 2.7. Jenis LCD yang

digunakan dalam perancangan alat ini adalah LCD HD44780U, dimana interface LCD dengan mikrokontroler dapat dilakukan dengan sistem 4-bit ataupun 8-bit. Layar LCD Tiap segment terdiri dari 5 x 8 dot

Gambar 2.7 Layar LCD 2

16

Total jumlah karakter yang dapat ditampilkan sekaligus dalam satu layar adalah sebanyak 32 karakter, dimana masing-masing karakter tersebut, terbentuk dari susunan titiktitik (dot) yang berukuran 5 x 8. Tabel 2.4 Pin LCD HD44780U Nomor Pin Simbol 1 VEE (0V) 2 VCC (5V) 3 GND (0V) 4 RS 5 R/W 6 E 7 DB0 8 DB1 9 DB2 10 DB3 11 DB4 12 DB5 13 DB6 14 DB7 15 A 16 K

22 Deskripsi pin: 1. DB0 s/d DB7, merupakan jalur data yang dipakai untuk menyalurkan kode ASCII maupun perintah pengatur kerja LCD tersebut. 2. RS (Register Select), merupakan pin yang dipakai untuk membedakan jenis data yang dikirim ke LCD. Jika RS berlogika 0 maka data yang dikirim adalah perintah untuk mengatur kerja LCD tersebut, jika RS berlogika 1 maka data yang dikirim adalah kode ASCII yang ditampilkan. 3. R/W (Read/Write), merupakan pin yang digunakan untuk mengaktifkan pengiriman dan pengambilan data ke dan dari LCD. Jika R/W berlogika 0 maka akan diadakan pengiriman data ke LCD, jika R/W berlogika 1 maka akan diadakan pengambilan data dari LCD. 4. E (Enable), merupakan sinyal sinkronisasi. Saat E berubah dari logika 1 ke 0, maka data di DB0 s/d DB7 akan diterima atau diambil dari port mikrokontroler. 5. A (Anoda) dan K (Katoda), merupakan pin yang digunakan untuk menyalakan backlight dari layer LCD.

2.6 Rangkaian Reset


Reset digunakan untuk mengembalikan mikrokontroler pada kondisi awal. Pada keadaan tertentu, mikrokontroler dapat memasuki kondisi tak tentu akibat terjebak dalam suatu loop atau sebab lain. Hal ini semacam hang up pada komputer. Pada saat mikroprosesor mendapat reset, alamat dari Program Counter (PC) pada mikroprosesor akan otomatis berisi nilai paling kecil ataupun paling besar (tergantung

arsitektur dari prosesor) dimana nilai pada Program Counter tersebut menunjuk ke alamat program yang paling awal yang terdapat di dalam ROM . Rangkaian reset harus bisa

23 menjamin, bahwa ketika sistem mendapat daya, reset harus otomatis terjadi atau yang lebih dikenal dengan Power on Reset, hal ini fungsinya untuk menjamin bahwa mikroprosesor memulai mengambil instruksi dari awal program. Secara umum rangkaian untuk melakukan reset terdiri dari 2 macam, yakni: 1. Reset active high : reset akan terjadi bila pada pin reset mendapat logika 1 selama beberapa saat. 2. Reset active low : reset akan terjadi bila pada pin reset mendapat logika 0 selama beberapa saat.. Pada kebanyakan mikroprosesor dibutuhkan waktu beberapa saat pin reset mendapat logika 1 supaya terjadi reset, tetapi untuk PIC16F84 diberikan logika 0 untuk reset, sehingga yang digunakan dalam perancangan ini adalah rangkaian reset active low. gambarnya dapat dilihat pada gambar 2.8.

Gambar 2.8 Reset active low Pada saat pertama rangkaian di atas mendapat power, tegangan pada titik x (tegangan kapasitor) akan sama dengan 0, sehingga terjadi reset. pada saat muatan di kapasitor terisi dan mendekati penuh, maka pada titik x akan mulai muncul tegangan, yang

24 dianggap oleh pin reset sebagai logika 1, sehingga reset pun tidak terjadi. Pada saat tombol ditekan, seluruh muatan pada kapasitor maupun tegangan yang mengalir pada R akan dialirkan semua ke ground (titik yang lebih rendah), sehingga titik x akan berlogika 0 dan terjadilah reset. Waktu reset tersebut dapat dihitung dengan rumus T = RC. Untuk keamanan dan untuk mencegah bouncing dari tombol reset yang dapat menyebabkan reset terjadi beberapa kali meskipun tombol cuma sekali ditekan, maka ada baiknya pin reset diberi logika 0 selama lebih kurang 20 - 100 ms. Cara menanggulanginya adalah dengan mengatur nilai pada resistor dan kapasitor yang mempengaruhi lama pengisian dan pembuangan muatan dari kapasitor. Cara untuk menentukan nilai ini ialah dengan mencari konstanta waktu ( ), dengan = R.C. Nilai menunjukkan waktu yang dibutuhkan kapasitor untuk melakukan charging / discharging sebesar 63,7 % dari tegangan catu, dan waktu yang dibutuhkan untuk charging / discharging penuh ialah 5 kali konstanta waktu (5.). Umumnya nilai R untuk rangkaian reset berkisar antara 1-10 k dan untuk C berkisar antara 0,1 - 10 F.

25

BAB III

RANCANGAN PENELITIAN
3.1 Perancangan Perangkat Keras
Gambar dibawah ini merupakan blok diagram pada perancangan perangkat keras.

Gambar 3.1 Blok diagram alat ukur pencacah banyaknya putaran motor

3.2 Pendeteksi Putaran Motor


Rangkaian pendeteksi putaran motor dalam perancangan ini berfungsi untuk mendeteksi ada atau tidaknya tanda hitam pada beban motor (piringan), untuk itu ditempelkan tanda hitam/gelap pada piringan tersebut (seperti terlihat pada gambar 3.2). Terdeteksinya tanda hitam menandakan telah terjadinya 1 putaran.

26 Gambar 3.2 Penempelan tanda hitam pada motor Sensor pendeteksi putaran motor disini 25 menggunakan rangkaian LED inframerah sebagai rangkaian sumber cahaya dan rangkaian fototransistor sebagai penerima cahaya. Suatu putaran terdeteksi jika pancaran cahaya infra merah tersebut terkena tanda hitam pada motor, sehingga pancaran cahaya tersebut akan dipantulkan dan diterima oleh fototransistor ditunjukkan gambar 3.3.

Gambar 3.3 Keadaan sensor mengenai tanda hitam

Jika cahaya inframerah tidak terkena tanda hitam (terkena badan piringan), maka cahaya inframerah tidak akan dipantulkan ke fototransistor (gambar 3.4).

Gambar 3.4 Keadaan sensor mengenai badan piringan

27 Rangkaian pendeteksi putaran motor mempunyai dua bagian yaitu rangkaian sumber cahaya dan rangkaian penerima cahaya. Seperti terlihat pada gambar 3.5.

3.2.1 Rangkaian Sumber Cahaya


Rangkaian sumber cahaya dari rangkaian deteksi putaran motor pada perancangan ini menggunakan sebuah LED inframerah, rangkaian sumber cahaya dapat dilihat pada gambar 2.5. Keluaran LED inframerah berupa bias cahaya dengan intensitas tertentu dan dianggap sebagai sumber arus bagi kaki basis fototransistor. Dalam menentukan hambatan R d sebagai pembatas arus pada LED inframerah, maka perlu diketahui tegangan bias maju dan arus bias maju maksimum yang dimiliki oleh LED inframerah. Dari datasheet[4] diperoleh data bahwa LED inframerah memiliki batas arus bias maju maksimum IF = 100mA dan tegangan bias maju maksimum VF = 1.6V. Pada perancangan ini ditetapkan arus yang mengalir pada LED inframerah sebesar IF = 20mA dan tegangan catu yang digunakan adalah 5V, sehingga dapat diperoleh nilai resistor Rd dari persamaan matematis 2.2 adalah:
Rd = 5 1,6 =170 0,02

Agar resistor dapat diperoleh di pasaran maka diambil nilai Rd yang mendekati yaitu Rd = 180 .

3.2.2 Rangkaian Penerima


Bagian penerima cahaya dari rangkaian pendeteksi putaran adalah sebuah fototransistor, rangkaian sumber cahaya dapat dilihat pada gambar 2.4. Pada perancangan diinginkan fototransistor berprasikap sebagai saklar, sehingga fototransistor dibuat saturasi dengan cara membuat tegangan antara kaki kolektor dan emiter (VCE) = 0,4V, IC sat = 0,1 mA sesuai dengan datasheet[4]. Keadaan tersebut dapat dicapai dengan cara memberi hambatan pada kaki emiter (RE).

28 VCC yang diberikan pada fototransistor adalah VCC = 5V, IE diperoleh nilai resistor RE menurut persamaan matematis 2.5 adalah:
RE = 5 0,4 46k 0,0001

ICsat sehingga dapat

Pada perancangan digunakan nilai RE = 47k yang ada di pasaran. Besarnya VO dari gambar 3.5 jika fototransistor mendapat bias cahaya dari LED inframerah dapat diperoleh melalui persamaan matematis 2.6. Jika I E hasil perancangan adalah 1.8 mA, RE = 4700 maka dapat diperoleh nilai VO :
VO = 0,0001 4700
VO = 4,7 Volt

Jika fototransistor tidak mendapat bias cahaya dari LED inframerah maka tegangan VO = 0V karena tidak ada arus IE yang mengalir melewati RE. Keadaan keluaran pendeteksi putaran motor saat terdeteksi tanda hitam dan tidak ada tanda hitam yang dideteksi dari perancangan dapat dilihat pada tabel 3.5.

Gambar 3.5 Rangkaian deteksi adanya putaran

Tabel 3.1. Keluaran rangkaian pendeteksi putaran

29

Rangkaian pendeteksi putaran motor ini memiliki dua keadaan keluaran, jika ada tanda hitam pada badan piringan maka keluaran rangkaian deteksi putaran adalah 0,25 V (Logika 0 IC 74LS14 dari datasheet[4]). Sebaliknya jika tidak ada tanda hitam pada badan piringan maka keluaran rangkaian deteksi putaran adalah 3,4 V (Logika 1 IC 74LS14 dari datasheet[4]).

3.3 Rangkaian Reset


Pada perancangan ini waktu reset 100 ms dengan menggunakan nilai kapasitor C = 10 uF maka nilai resistansi dapat dihitung sebagai berikut :
100ms =10 FxR

R=

100.10 3 = 10 10.10 6

Sehingga rangkaiannya menjadi:


VC C

P IC 1 6 F 8 7 7 10k x Reset

Reset

10u

Gambar 3.6 Rangkaian reset

3.4 Koneksi LCD dengan Mikrokontroler PIC16F84

30 LCD yang dipakai pada pada alat pencacah ini menggunakan sistem pengiriman data 8-bit dan diperlukan 10 jalur data untuk berhubungan dengan sistem mikrokontroler PIC16F84 dapat dilihat pada gambar 3.7. Kesepuluh jalur data tersebut adalah :

1.

Delapan jalur data untuk mengirimkan data instruksi dan data karakter yang akan ditampilkan, kedelapan jalur tersebut secara berurutan yaitu kaki 7 (DB0), kaki 8 (DB1), kaki 9 (DB2), kaki 10 (DB3), kaki 11 (DB4), kaki 12 (DB5), kaki 13 (DB6), kaki 14 (DB7).

2. (E/Enable).

Dua jalur lainnya adalah kaki 4 (RS/Register select), dan kaki 6

Gambar 3.7. LCD dengan Pengiriman data 8 bit

3.4.2 Tampilan Perkenalan

FRANKIE TJANDRA NIM = 015114022


Gambar 3.8 Tampilan perkenalan pada LCD

31 Begitu tombol power ditekan, maka LCD akan menampilkan nama dan nomor mahasiswa seperti gambar 3.8.

3.4.3 Tampilan Pencacah

PENCACAH PUTARAN CACAH = 7654321


Gambar 3.9 Tampilan pencacah pada LCD Keterangan: 1. Pencacah satuan 2. Pencacah puluhan 3. Pencacah ratusan 4. Pencacah ribuan 5. Pencacah puluhan ribu 6. Pencacah ratusan ribu 7. Pencacah jutaan

3.4.4 Tampilan Akhir

selesai
Gambar 3.10 Tampilan akhir

32 Setelah pencacah mencapai cacahan 9.999.999, maka LCD akan menampilkan tulisan SELESAI seperti pada gambar 3.10.

3.5 Diagram Alir 3.5.1 Diagram Alir Utama

Gambar 3.11 Diagram alir utama

33 Inisialisasi pencacah berisi pemesanan tempat register untuk menyimpan data unitunit pencacah dan pemberian nilai awal tiap unit pencacah. Inisialisasi LCD digunakan untuk mengkonfigurasikan tampilan LCD sesuai dengan tampilan yang kita kehendaki. Tampilan tunggu berisi tampilan perkenalan yang mencakup Nama Mahasiswa dan NIM, serta tampilan awal pencacah. Jika start ditekan menandakan sensor sudah siap mendeteksi putaran motor dan pencacah akan mulai mencacah setiap kali sensor terkena tanda hitam yang dimulai dari pencacah satuan.

3.5.2 Diagram Alir Pencacah Mencacah

34

Gambar 3.12 Diagram alir pencacah mencacah Jika sensor mendeteksi tanda hitam, maka pencacah satuan akan ditambahkan dengan 1 kemudian tampilkan ke LCD. Kemudian jika satuan belum bernilai 9, maka satuan akan ditambahkan 1 jika sensor mendeteksi tanda hitam. Jika satuan telah bernilai 9, maka nilai satuan akan di-nol-kan dan pencacah puluhan ditambahkan dengan 1 kemudian tampilkan ke

35 LCD. Setiap pencacah satuan >9, maka pencacah puluahan akan ditambahkan dengan 1. Jika nilai puluhan telah >9, maka nilai puluhan akan di-nol-kan dan pencacah ratusan akan ditambahkan dengan 1 kemudian ditampilkan LCD. Demikian seterusnya sampai semua unit pencacah bernilai 9, maka LCD akan menampilkan tulisan SELESAI.

3.5.3 Diagram Alir Tampil LCD

Gambar 3.13 Diagram alir tampil ke LCD Data-data yang ada pada PORTB (yang akan ditampilkan) dipindahkan ke register W. LCD akan menuliskan data dengan cara men-set pin RS (untuk mengakses register data) kemudian men-set pin E (untuk penulisan data) dan men-clear-kannya lagi. Untuk tiap-tiap

36 langkah tersebut diberikan waktu delay agar LCD dapat mengakses perintah-perintah tersebut.

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

37

4.1 Rangkaian Sensor


Pada rangkaian sensor ini terdiri dari pemancar dan penerima. Pada bagian pemancar menggunakan infra merah, yang mana arus yang dibutuhkan pada perancangan untuk memancarkan sinar infra merah yang baik atau kuat sekitar 20 mA agar jarak yang ditempuh dapat maksimal. Jika dioda infra merah dialiri arus yang lebih besar dari 100 mA maka dioda akan rusak (sesuai dengan datasheet). Pada rangkaian dioda infra merah ini digunakan resistor yang besarnya 174 menggunakan tegangan Vcc 5,02 V. Dari pengamatan dioda infra merah didapatkan hasil pengukuran V led = 1,23 V dengan VR = 3,79 V, maka berdasarkan Hukum Ohm didapatkan:
VR R 3,79 I = 174 I = 21,7 mA I =

Sedangkan pada pengamatan didapatkan Id terukur 21,2 mA. Tabel 4.1. Tabel pengamatan rangkaian sensor Keadaan Fototransistor 74LS14 (V) Vc (V) Ic (mA) Terkena tanda hitam 4,02 0,02 0,04 Terkena badan piringan 0,15 0,1 4,4 Pada saat fototransistor menerima cahaya infra merah akan dalam keadaan jenuh sehingga tegangan dikaki kolektor akan mendekati ground yaitu 0,1 V. Semakin fokus infra merah tersebut terhadap fototransistor maka tegangan pada kaki kolektor akan semakin mendekati ground (0 V) Pada saat fototransistor terkena tanda hitam pada piringan motor maka tegangan pada 36 tersebut akan menaikkan nilai cacahan kaki kolektor akan naik menjadi 4,02 V. Kejadian pada tampilan LCD. Gambar dibawah ini merupakan gambar sinyal keluaran pada photo transistor.

38

Gambar 4.1 Sinyal keluaran pada phototransistor

4.2 Pengkondisi Sinyal


Perubahan tegangan dari tinggi ke rendah atau sebaliknya sudah dapat mengaktifkan schmitt trigger yang dihubungkan pada kaki kolektor fototransistor. Perubahan tegangan pada kaki kolektor ini akan di inisialisasikan oleh schmitt trigger perubahan logika rendah ke tinggi yang keluaran dari schmitt trigger dengan perubahan yang sebaliknya dengan tegangan yang terukur dari 3,78 V untuk logika tinggi menuju 0,16 V untuk logika rendah. Dengan adanya perubahan ini maka didapatkan gambar dari keluaran dari fototransistor dan schmitt trigger. Dengan melihat gambar gelombang keluaran saat fototransistor terhalang dan tidak terhalang didapatkan bentuk gelombang yang kurang tegas antara perubahan keadaan rendah ke tinggi maka diperlukan schmitt trigger untuk memperbaiki gelombang dari fototransistor. Dari gambar keluaran schmitt trigger didapat gelombang yang tegas antara perubahan keadaan tinggi ke rendah dengan bentuk gelombang yang tebalik dari keadaan semula. Sehingga schmitt trigger ini selain berfungsi untuk memberikan bentuk gelombang kotak yang tegas yang dibutuhkan IC TTL juga membalikkan keluaran dari tinggi ke rendah.

39

Gambar 4.2. Sinyal keluaran pada 74LS14

4.3 Program Mikrokontroler


Dari diagram alir dapat dibuat program pada mikrokontroler PIC16F84.Data yang tersimpan dalam bentuk 8 bit disajikan dalam tabel berikut : Tabel 4.2. penyimpan data dalam berbagai format BCD unpacked BCD packed Biner ASCII (8 bit) (4 bit) (4 bit) 0 0000 0000 0000 0000 0000 0000 30H 1 0000 0001 0000 0001 0000 0001 31H 2 0000 0010 0000 0010 0000 0010 32H 3 0000 0011 0000 0011 0000 0011 33H 4 0000 0100 0000 0100 0000 0100 34H 5 0000 0101 0000 0101 0000 0101 35H 6 0000 0110 0000 0110 0000 0110 36H 7 0000 0111 0000 0111 0000 0111 37H 8 0000 1000 0000 1000 0000 1000 38H 9 0000 1001 0000 1001 0000 1001 39H 10 0000 0001 0001 0001 0000 1010 30H 31H 0000 0000 11 0000 0001 0001 0010 0000 1011 31H 31H 0000 0001 12 0000 0001 0001 0010 0000 1100 31H 32H 0000 0010 13 0000 0001 0001 0011 0000 1101 31H 33H 0000 0011 14 0000 0001 0001 0100 0000 1110 31H 34H 0000 0100 15 0000 0001 0001 0101 0000 1111 31H 35H 0000 0101 Penyimpan data menggunakan tipe data BCD unpacked (8 bit) memudahkan dalam Data penampilan data, data mudah diubah menjadi format ASCII yang dapat ditampilkan secara langsung melalui tampilan LCD. Sedangkan tipe data hexa lebih menghemat tempat. Format data untuk hexa bila akan ditampilkan harus dilakukan konversi terlebih dahulu. Format data hexa cocok untuk pengolahan data secara langsung.

40

4.4 Tampilan Pencacah


Berikut merupakan tampilan pencacah dengan 3 buah metode yang berbeda:

4.4.1 Metode manual


Metode ini dilakukan dengan cara memutar piringan pada motor sebanyak data yang didapatkan seperti yang telah tertulis pada tabel 4.3.

Gambar 4.3 Sensor dan alat uji Gambar 4.3 merupakan gambar sensor dan alat uji untuk pengujian data pada tabel 4.3 dan tabel 4.4 Dengan metode manual didapatkan data pengukuran sebagai berikut:

Tabel 4.3 Tabel pengamatan tampilan LCD terhadap tanda hitam. Tanda Hitam keTampilan LCD 1 1 2 2 : : 90 90 91 91 92 92 : :

41 299 300 301 : 299 300 301 :

Dari pengambilan data pada metode ini, tampilan putaran pada LCD sesuai dengan banyaknya sensor yang mendeteksi benda hitam.

4.4.2 Metode Pemberian Tegangan


Metode ini dilakukan dengan menggunakan alat uji pada gambar 4.3 dengan cara memberikan tegangan pada motor. Kecepatan motor pada alat uji dapat diketahui dari periode pada keluaran 74LS14 (Gambar 4.2). Berikut merupakan data pengukuran: Tabel 4.4 Data pengukuran jumlah putaran 60 Banyaknya cacah Cacah= rp
Periode

No.

Periode (ms) 58 50 34 27 25

m (perhitungan) 1034 1200 1764 2222 2400

1" 1030 1038 1180 1185 1756 1758 2250 2257 2391 2398

2" 2058 2060 2390 2397 3528 3530 4470 4473 4764 4768

5" 4655 4650 5980 5988 8792 8797 11130 11139 11855 11863

10" 10292 10295 11803 11813 17660 17655 22516 22526 23920 23925

1 2 3 4 5

Jumlah putaran motor(rpm) =

Waktu putar (det) Periode

(5.1)

Pengukuran banyaknya putaran motor dilakukan selama 1 menit, 2 menit, 5 menit, dan 10 menit pada setiap periode. Banyaknya cacah putaran motor dalam perhitungan dapat dibandingkan dengan data cacah putaran motor dalam waktu 1 menit.

42 Menurut rumusan 5.1, maka data perhitungan yang diperoleh pada tabel 4.4 masih terdapat selisih dengan data pengamatan yang disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: 1. Sulitnya mengukur/mengamati periode yang tepat pada layar osiloskop karena resolusi pada osiloskop (keterbatasan alat ukur). 2. Sulit untuk menentukan waktu yang tepat pada motor untuk berhenti pada waktu yang ditentukan.

4.4.3 Metode Perbandingan


Metode ini dilakukan dengan membandingkan dengan tampilan pada mesin uji kelelahan bahan dengan cara memberikan tanda hitam yang kecil/tipis pada motor yang berputar. Berikut ini merupakan gambar hasil perbandingan putaran dengan Alat Uji Kelelahan Bahan pada Laboratorium Teknik Mesin.

Gambar 4.3 Perbandingan jumlah putaran dengan alat uji kelelahan bahan Data-data perbandingan hasil putaran dengan MesinUji Kelelahan Bahan dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5 Perbandingan jumlah putaran dengan Alat uji kelelahan bahan DigitalCount LCD Jumlah putaran 100% Error (%) = DigitalCou nt No. LCD Digital counter 1 1142 1161 1,63 2 3760 3803 1,13

43 3 4 5 6 7 8 9 10 5668 9103 9243 10074 10823 23993 26198 26450 5728 9187 9329 10176 10925 24298 26458 26716 1,04 0,91 0,92 1 0,93 1,25 0,98 0,99

Dari data yang diperoleh pada tampilan cacah pada LCD masih terdapat perbedaan/selisih dari tampilan pada Mesin Uji Kelelahan Bahan. Ini dapat berarti bahwa alat ini sudah dapat untuk mendeteksi cacah putar pada kecepatan 2880 rpm, tetapi dengan error sebesar 1%.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
1. Pengolahan data yang tersimpan dalam pencacah tergantung pada tipe data yang dipakai pada pencacah.

44 2. Alat ini dapat dikembangkan untuk dapat menjadi alternatif pencacah pada alat uji kelelahan bahan. 3. Dilihat dari segi ekonomis alat ini mempunyai kelebihan jika dibandingkan dengan sensor mesin uji kelelahan bahan, yaitu lebih murah dan mudah didapat di pasaran.

5.2 Saran
1. Jarak antara sensor dengan putaran motor 0,5cm agar dapat menghasilkan jumlah cacahan yang baik. 2. Agar mudah mengamati putaran motor dengan baik, maka digunakan kecepatan putaran motor yang rendah terlebih dahulu. 3. Sebaiknya digunakan tanda hitam yg kecil/tipis agar dapat menampilkan cacahan yang benar. 4. Dengan mengurangi level stack yang digunakan, alat ini dapat dikembangkan lagi untuk tampilan cacahan lebih dari 9.999.999. 5. Untuk menentukan kebenaran jumlah putaran yang terjadi pada Mesin Uji Kelelahan Bahan, maka harus ada alat ukur yang dapat mengukurnya secara tepat.

DAFTAR PUSTAKA 43

1. Pratomo, Andi, Belajar Cepat Dan Mudah Mikrokontroler PIC16F84, Gramedia, Jakarta, 2004 2. Stanley.W.O, Operational Amplifier With Linier Integrated Circuit New York. Mc. Millan College Publishing Co. 1994

45 3. www.jdm.homepage.dk 4. www.datasheetcatalog.com

Contact me at: lionjogja@yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai