Anda di halaman 1dari 2

Gliocompost Berpeluang Menggantikan Fungisida Sintetis

Gliocladium sp. merupakan salah satu cendawan musuh alami yang memiliki harapan besar untuk dijadikan alternatif pengendalian patogen terbawa tanah. Balai Penelitian Tanaman Hias telah mengemas cendawan tersebut dan diberi bernama Gliocompost. estisida merupakan hal penting dalam usaha tani di Indonesia. Dengan menggunakan pestisida, harapan untuk meningkatkan hasil menjadi lebih besar, karena kerusakan tanaman akibat serangan hama dan penyakit dapat ditekan. Namun, semakin lama penggunaan pestisida sintetis semakin tidak bijaksana dengan jenis dan jumlah yang cenderung berlebih. Akibatnya terjadi hal yang tidak diinginkan, seperti pencemaran air tanah dan air permukaan, membahayakan kesehatan manusia maupun hewan, timbulnya residu pada tanaman, menurunnya keanekaragaman hayati, matinya musuh alami, serta timbulnya daya tahan hama dan penyakit terhadap pestisida. Di samping itu, harga pestisida sintetis semakin mahal, yang pada akhirnya menurunkan pendapatan petani karena biaya produksi yang tinggi. Untuk mengurangi dampak negatif penggunaan pestisida sintetis, kini perhatian beralih ke pestisida hayati. Selain ramah lingkungan, harga pestisida hayati relatif murah. Bermacam-macam mikroba telah terbukti dapat digunakan untuk mengendalikan penyakit tanaman. Gliocladium sp. merupakan cendawan yang berperan sebagai musuh alami dan dapat mengeluarkan antibiotik yang sangat baik untuk mengendalikan patogen terbawa tanah. Cendawan ini mudah ditemukan di lahan pertanian karena terdapat dalam hampir semua jenis tanah, terutama yang mengandung bahan organik. Mekanisme kerja Gliocladium sp. Menurut beberapa hasil penelitian, Gliocladium sp. mampu mengen-

Tinggi rendahnya persentase penekanan Gliocladium terhadap patogen dipengaruhi oleh lingkungan tempat tumbuhnya; semakin banyak Gliocladium yang tumbuh semakin tinggi penekanannya terhadap patogen. Gliocladium sp. tumbuh baik pada tanah yang agak asam dengan pH 4-6 dan kelembapan 20-30%. Beberapa spesies Gliocladium yang telah digunakan sebagai bahan untuk mengendalikan cendawan patogen antara lain adalah G. roseum, G. fimbriatum, G. virens, dan G. deliquescens. Gliocladium sp. bekerja dengan cara menjadi parasit pada cendawan patogen. Cara lain yaitu dengan bersaing mendapkan hara maupun ruang, atau membunuhnya dengan antibiotik yang dihasilkannya (gliotoksin). Bahan Jadi Gliocladium sp.

Gliocompost insektisida hayati yang efektif terhadap OPT sasaran.

dalikan patogen tular tanah yang disebabkan oleh Fusarium spp., Pythium sp., Rhizoctonia solani, Sclerotium sp., Pseudomonas solanacearum, dan Ganoderma boninense. Fusarium spp. dikenal sebagai patogen penyebab layu yang sulit dikendalikan karena kemampuannya untuk hidup di dalam tanah dalam waktu yang lama, meskipun tidak ada tanaman inangnya. Pythium sp. dan Rhizoctonia solani adalah patogen penyebab penyakit rebah kecambah atau patek pada persemaian. Sclerotium sp. banyak ditemukan pada leher akar tanaman dan menyebabkan busuk pada leher akar. Pseudomonas solanacearum merupakan penyebab penyakit layu bakteri yang sangat berbahaya karena menimbulkan kematian yang cepat pada tanaman, sedangkan G. boninense menimbulkan busuk pada pangkal batang. Rata-rata persentase pengendalian Gliocladium pada patogen berkisar antara 35,5% dan 91,6%.

Gliocladium sp. mudah ditemukan di dalam tanah. Namun demikian jumlahnya sangat sedikit sehingga tidak menimbulkan efek pengendalian yang diharapkan. Penambahan Gliocladium sp. ke dalam tanah diperlukan untuk menambah populasinya agar dapat mengendalikan cendawan patogen karena semakin banyak populasi Gliocladium sp., daya bunuhnya akan semakin besar. Hal ini karena jumlah cendawan yang memparasit cendawan patogen akan semakin banyak, ruang yang ditempati Gliocladium sp. semakin luas sehingga cendawan patogen tidak berkesempatan untuk mendekati tanaman. Selain itu, antibiotik yang dihasilkan untuk dapat membunuh patogen akan semakin tinggi. Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) telah melakukan serangkaian penelitian untuk membuat biakan massal Gliocladium sp. dengan menggunakan media yang mudah didapat, harganya ekonomis, dan mudah diaplikasikan. Biakan massal Gliocladium sp. tersebut dinamakan Gliocompost. Pada saat ini, Gliocompost sedang dalam proses komersialisasi.
1

Dari hasil uji coba di Balithi, ternyata Gliocompost efektif mengendalikan penyakit layu yang disebabkan oleh Fusarium pada beberapa komoditas tanaman hias. Penggunaan Gliocompost 1 kg/m2 pada krisan membuat tanaman menjadi lebih subur dengan warna daun yang lebih gelap berkilat dan produksi bunga meningkat. Balithi bekerja sama dengan perusahaan tanaman hias di Cianjur

telah pula melakukan pengujian penggunaan Gliocompost pada tanaman anyelir. Ternyata, penggunaan Gliocompost dapat menurunkan jumlah tanaman anyelir yang terserang penyakit layu yang disebabkan oleh Fusarium sp. hingga 68%. Beberapa perusahaan tanaman hias secara rutin juga telah menggunakan Gliocompost untuk mengendalikan patogen terbawa tanah (Evi Silvia Yusuf, W. Nuryani, dan Asep Saepullah).

Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Balai Penelitian Tanaman Hias Jln. Raya Ciherang Segunung, Pacet-Cianjur 43253 Kotak Pos 8 Sdl Telepon : (0263) 512607 516684 Faksimile : (0263) 512607 E-mail : segunung@indoway.net

Anda mungkin juga menyukai