Anda di halaman 1dari 24

SUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN OMFALOKEL + ATRESIA ANI + LABIO PALATOSCHISIS INCOMPLETE OMPHALOCELE / GASTROSCHISIS I.

Konsep Dasar Dinding perut mengandung struktur muskulo aponeuresis yang kompleks. Dibagian belakang, struktur ini melekat pada tulang belakang. Disebelah atas, melekat pada iga. Di bagian bawah melekat pada tulang panggul. Dinding perut ini terdiri dari berbagai lapis, yaitu dari luar ke dalam lapisan kulit yang terdiri dari kutis dan sub cutis, lemak sub cutan dan fasia superfisialis ( Fasia scarpa ). Kemudian ketiga otot dinding perut, m. oblikus abdominis externus, m. oblikus abdominis internus, m. tranfersus abdominis dan ahirnya lapis preperitoneum. Peritoneum, yaitu fasia tranversalis, lemak peritoneal dan peritoneum. Otot di bagian depan tengah terdiri dari sepasang otot rectus abdominis dengan fasianya yang di garis tengah dipisahkan oleh linea alba. Dinding perut membentuk rongga perut yang melindung isi di dalamnya. Integritas lapisan muskulo aponeuresis sangat penting untuk mencegah terjadinya hernia bawaan, dapatan maupun iatogenik. Fungsi lain otot dinding perut adalah pada waktu pernafasan, juga pada saat berkemih, dan buang air besar dengan meninggikan tekanan intra abdomen. Vaskularisasi dinding perut berasal dari beberapa arah. Dari kranio dorsal diperoleh pendarahan dari cabang aa. Intercostalis VI s/d XII dan a epigastrika superior. Dari kaudal terdapat a. iliaka sirkum fleksa superfisialis, a pudenta externa dan a epigastrika inferior. Kekayaan vaskularisasi ini memungkinkan sayatan perut horisontal maupun vertical tanpa menimbulkan gangguan pendarahan. Persyarafan dinding perut dilayani secara segmental oleh n. torakalis VI s/d XII dan n. lumbalis I. 2. Patofisiologi Kelainan kongenital Omfalokel dan Gastrischisis Embriogenesis Pada janin usia 5 6 minggu isi abdomen terletak di luar embrio di rongga selom. Pada usia 10 minggu terjadi pengembangan lumen abdomen sehingga usus dari extra peritoneum akanmasuk ke rongga perut. Bila proses ini terhambat maka akan terjadi kantong di pangkal umbilikus yang berisi usus, lambung kadang hati. Dindingnya tipis terdiri dari lapisan peritoneum dan lapisan amnion yang keduanya bening sehingga isi kantong tengah tampak dari luar, keadaan ini disebut

omfalokel. Bila usus keluar dari titik terlemah di kanan umbilikus, usus akan berada di luar rongga perut tanpa dibungkus peritoneum dan amnion, keadaan ini disebut gastroschisis. Diagnosis Pada omfalokel tampak kantong yang berisi usus dengan atau tanpa hati di garis tengah pada bayi yang baru lahir. Pada gastro schisis usus berada di luar rongga perut tanpa adanya kantong. III. Pengobatan Paliatif Besarnya kantong, luasnya cacat dinding perut dan ada tidaknya hati di dalam kantong akan menentukan cara pengobatan. Bila kantong omfalokel kecil, dapat dilakukan operasi satu tahap. Dinding kantong dibuang, isi kantong dimasukkan ke dalam rongga perut, kemudian lubang ditutup dengan peritoneum, fasia dan kulit. Tetapi omfalokel biasanya terlalu besar dan rongga perut terlalu kecil sehingga isi kantong tidak bisa dimasukkan ke dalam rongga perut. Jika dipaksakan maka karena regangan dinding perut diafragma terdorong ke atas dan terjadi gangguan pernafasan. Obstruksi vena cava inferior juga dapat terjadi karena penekanan tersebut. Tindakan yang dapat dilakukan ialah dengan melindungi kantong omfalokel dengan cairan anti septik misalnya betadin dan menutupnya dengan kain dakron agar tidak tercemar. Dengan demikian ada kesempatan terjadinya epitelisasi dari tepi sehingga seluruh kantong tertutup epitel dan terbentuk hernia ventralis yang besar. Epitelisasi ini membutuhkan waktu 3 4 bulan. Kemudian operasi koreksi hernia ventralis tersebut dapat dikerjakan setelah anak berusia 5 10 tahun. Pada gastroschisis operasi koreksi untuk menempatkan usus ke dalam rongga perut dan menutup lobang harus dikerjakan secepat mungkin sebab tidak ada perlindungan infeksi. Tambahan lagi makin ditunda operasi makin sukar karena usus akan udem. Komplikasi Komplikasi dini merupakan infeksi pada kantong yang mudah terjadi pada permukaan yang telanjang. Kelainan kongenital dinding perut ini mungkin disertai kelainan bawaan lain yang memperburuk prognosis.

ATRESIA ANI Istilah digunakan untuk menggambarkan keadaan saluran anorectal yang abnormal a. Etiologi 1. Timbul pada fase perkembangan embrional dari anus, rektum bagian bawah, traktus urogenital minggu ke 8 kehidupan embriotik 2. Penyebab tidak diketahui 3. Insiden + 1 : 4000 5000 4. Secara tertutup diasosiakan dengan devidasi kongenital lainnya seperti : penyakit jantung, atresia esofagus, spinal malformasi, hidronefrosis, BBLR. b. Tipe 1. Transelvator ( anus imperforata rendah ) Perempuan 50 % dengan tipe ini, laki laki 90 % 2. Supralevator ( anus imperforata tinggi ) Kantong ( pounch ) rektum lebih ke atas dari pubocogsigeal Perempuan 50 % laki laki 10 % Berdasarkan tinggi rendahnya dalam hubungan terhadap otot levator ini dibagi dua jenis : a. Stenosis, merupakan penyempitan anus dan rectal b. Membranous, otot levator ani terbentuk tetapi anus tidak Aknesis ada dua macam : 1 ) Distensi rendah, colon melekat pada levator ani < 1,5 Cm 2 ) Distensi tinggi, colon menempel pada levator ani lebih dari 1,5 Cm c. Manifestasi klinik 1. Tidak ada anus yang terbuka 2. Termometer oleh jari kecil tidak dapat masuk ke dalam rectum 3. Tidak ada meconium 4. Tidak ada vistula; urine kehijauan 5. Distensi abdomen 6. Anus berwarna merah 7. Muntah muntah setelah 24 48 jam pertama 8. Pada abyi perempuan biasanya disertai vistula recta vagina, jarang disertai vistula recta ana 9. Pada bayi laki laki sering disertai vistula recta urinari; dalam urin ada meconium d. Evaluasi diagnosis 1. Pemeriksaan visual a. Adanya vistula perianal b. Meconium keluar dari vagina atau meconium terdapat dalam urin

2. Pemeriksaan secara umum 3. Pemeriksaan urine untuk melihat adanya mekonium 4. Pemeriksaan RO / X Ray a. Pada abdomen tegak; tidak ada udaranya b. Pada sisi wangesten dan rice X ray ( kepala dibawah,kaki diatas ) akan terlihat bayangan udara terhenti di usus setelah bayi berusia 24 jam 5. USG 6. Pemeriksaan neurologi e. Penanganan Tindakan medis : 1. Perempuan rendah a. Decomoseri usus dengan irigasi kateter b. Dilatasi vistula 8 12 jam kemudian 2. Laki laki rendah a. Rectal cutback anoplasty b. Lokal dilatasi vistula 3. Perempuan tinggi Colostomi untuk dekompresi 4. Laki laki tinggi a. Colostomi b. Renair dilakukan bila bayi lebih satu tahun dengan BB 6,75 9 Kg f. Manajemen keperawatan 1. Tindakan perawatan sebelum operasi a. Bantu dalam mempertahankan kondisi untuk klien sebelum operasi : 1. Makan biasanya diberikan, catatan setiap ada muntah, warna jumlah 2. NGT dipasangkan, ukuran dedistensi abdomen 3. Monitor cairan parenteral b. Obsern 2. Tindakan perawatan post operasi a. Beri perawatan post operasi dengan baik, observasi kemungkinan adanya komplikasi b. Memberikan perawatan anoplasty perineal yang baik, mencegah infeksi dari suture linu, yang tercepat penyembuhan 1. Jangan meletakkan apapun pada rectum 2. Biarkan perineum terbuka 3. Rubah posisi kiri kanan 4. Posisi panggul ditegalkan jika akan melakukan pembersihan atau perawatan c. Melakukan perawatan colostomy dengan baik

1. Cegah exoriasi dan iritasi 2. observasi dan catat ukuran, frekwensi, karekteristik feces d. Mempertahankan nutrisi yang adekuat untuk mencegah dehidrasi ketidakseimbangan elektrolit 1. Oral fediny biasanya diberikan beberapa jam post anoplasti 2. diberikan setelah peristaltik usus 3. NGT pada awal post operasi digunakan 4. Monitor cairan parenteral e. Health Education 1. Orang tua diberi penjelasan bagaimana melakukan perawatan colostomi 2. Bantu orang tua klien untuk dapat mengerti situasi anaknya bila tambah usia / besar f. Ketidakmampuan mengontrol feces g. Perlu toilet training

FORMAT PENGKAJIAN I. Biodata A. Identitas Klien 1. Nama / Nama Panggilan : By Ny. S 2. Tempat / Tanggal Lahir : Makassar / 25/3 2003 Usia : 13 hari 3. Jenis Kelamin : perempuan 4. Agama : Islam 5. Pendidikan : 6. Alamat : Jl. Layya lr 124 A / 3 A 7. Tanggal Masuk : 25/3 2003 8. Tanggal Pengkajian : 7/3 2003 9. Diagnosa Medik : Omphalocele + Atresia ani + Labiopalatoschisis incompleta 10. Rencana Therapi : Tindakan yang akan dilakukan ialah dengan melindungi kantong omfalokel dengan cairan anti septik dan menutupnya dengan kain dakron agar tidak tercemar. Dengan demikian diharapkan ada kesempatan terjadinya epitelisasi dari tepi sehingga seluruh kantong tertutup epitel dan terbentuk hernia ventralis yang besar. Epitelisasi ini membutuhkan waktu 3 4 bulan. Kemudian operasi koreksi hernia ventralis tersebut dapat dikerjakan setelah anak berusia 5 10 tahun. Pada gastroschisis operasi koreksi untuk menempatkan usus ke dalam rongga perut dan menutup lobang harus dikerjakan secepat mungkin sebab tidak ada perlindungan infeksi. Tambahan lagi makin ditunda operasi makin sukar karena usus akan udem. Operasi telah dilakukan pada tanggal 28/3 2003 saat bayi berusia 4 hari. Dan sekarang dilakukan perawatan post operasi. B. Identitas Orang Tua 1. Ayah a. Nama b. Usia c. Pendidikan d. Pekerjaan / Sumber Penghasilan e. Agama f. Alamat

: Tn. Yahya : 42 Tahun : SMA : Pedagang : Islam : Jl. Layya lr 124 A / 3 A

NO 1

Nama : Ny. Sabariah Usia : 40 Tahun Pendidikan : SMA Pekerjaan / Sumber Penghasilan : Ibu rumah tangga e. Agama : Islam f. Alamat : Jl. Layya lr 124 A / 3 A C. Identitas Saudara Kandung NAMA USIA HUBUNGAN STATUS KESEHATAN Destri Y 17 Tahun Saudara Tumbuh normal seperti kandung kebanyakan anak anak bisa bersekolah dan tidak memiliki kelainan seperti adiknya Andri Y 11 Tahun Saudara sda kandung I. Keluhan Utama 1. Usus berada di luar perut 2. Tidak memiliki lubang pada pantat. 3. Bibir sumbing bagian atas. Riwayat Kesehatan D. Riwayat Kesehatan Sekarang Vital sign Pernafasan : 112 X / Nadi : 152 X / Suhu : 35,5 C Komplikasi : periodic apneu E. Riwayat Kesehatan Lalu ( Khusus untuk anak usia 0 5 tahun ) 1. Pre Natal Care a. Pemerikassan kehamilan 5 kali b. Keluhan selama hamil : Tidak mengalami perdarahan, penyakit infeksi, hanya mengidam ringan, muntah muntah tapi masih tetap bisa makan, tidak pernah mengalami demam atau sakit yang serius sehingga tidak menggunakan obat obatan. Ibu minum jamu gendongan untuk menembah kesehatan 2. Natal

2. Ibu a. b. c. d.

II.

Tempat melahirkan : Rumah Sakit Bersalin Pertiwi Lama dan jenis persalinan : Spontan Penolong persalinan : Dokter dan Bidan Tidak dilakukan apapun untuk memudahkan persalinan e. Tidak terjadi komplikasi persalinan dan masa nifas 3. Post Natal a. Kondisi bayi : BB lahir 2.400 gram. PB 44 Cm b. Anak tidak mengalami penyakit kuning, Kebiruan, Kemerahan, menyusui dengan disendoki, BB tetap stabil F. Riwayat Kesehatan Keluarga - Penyakit anggota keluarga : Keluarga tidak memiliki riwayat alergi, Asma, TBC, Hipertensi, Penyakit jantung, Stroke, Anemia, Hemophilia, Arthritis, Migrain, Kanker, Jiwa. Nenek laki laki meninggal karena Diabetes dalam usia 61 Tahun - Genogram

a. b. c. d.

II. Riwayat Immunisasi NO JENIS IMMUNISASI WAKTU PEMBERIAN 1 BCG Belum pernah diberikan 2 DPT ( I, II, III ) Belum pernah diberikan 3 Polio ( I, II, III, IV ) Belum pernah diberikan 4 Campak Belum pernah diberikan 5 Hepatitis Belum pernah diberikan

REAKSI SETELAH PEMBERIAN

III.

IV.

Riwayat Tumbuh Kembang A. Pertumbuhan Fisik 1. Berat Badan : 2.400 gram 2. Tinggi Badan : 44 Cm 3. Belum ada gigi Riwayat Nutrisi A. Pemberian ASI 1. Pertama kali disusui : beberapa jam setelah lahir 2. Cara pemberian : menyusu secara langsung dan setelah operasi melalui sonde 3. Lama pemberian : diberikan sampai sekarang B. Tidak pernah diberikan susu formula C. Belum pernah diberikan makan tambahan D. Pola perubahan nutrisi tiap tahap perkembangan usia sampai saat ini JENIS NUTRISI ASI LAMA PEMBERIAN Sampai saat ini

USIA 0 4 Bulan 4 12 Bulan Saat ini III.

IV.

V.

Riwayat Psychososial - Anak masih tinggal di rumah sakit - Hubungan antar anggota keluarga : harmonis - Pengasuh anak : Orang tua, kakak kandung Riwayat Spiritual - Support system dalam keluarga : keluarga sangat perhatian, nampak dari bergantian datang menjenguk - Kegiatan keagamaan : keluarga nampak sangat religius Reaksi hospitalisasi E. Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap Ibu membawa anak ke rumah sakit : karena lahir di rumah sakit dan belum pernah pulang Dokter menceritakan tentang kondisi anak dengan sangat jelas - Perasaan orang tua saat ini : tidak bisa mengungkapkannya, tapi kelihatan sangat pasrah dan tetap mengikuti semua program terapi - Apakah orang tua akan selalu berkunjung :Ya - Siapa yang akan tinggal dengan anak : Ibu F. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap Anak belum bisa memahami

Aktifitas Sehari Hari G. Nutrisi KONDISI SEBELUM SAKIT 1. Selera makan 2. Menu makan 3. Frekwensi makan 4. Makanan yang disukai 5. Makanan pantangan 6. Pembatasan pola makan 7. Cara makan 8. Ritual saat makan H. Cairan KONDISI 1. Jenis minuman 2. Frekwensi minum 3. Kebutuhan cairan 4. Cara pemenuhan SEBELUM SAKIT

VI.

SAAT SAKIT Tidak berubah ASI saja Setiap kali tersedia ASI, diperaskan dengan vacum dan anak bisa minum dengan sendok atau sonde + 8 cc 5 s/d 8 kali sehari

SAAT SAKIT ASI

I. Eliminasi ( BAB & BAK ) KONDISI SEBELUM SAKIT 1. Tempat pembuangan 2. Frekwensi (waktu) 3. Konsistensi 4. Kesulitan 5. Obat pencahar J. Istirahat Tidur KONDISI SEBELUM SAKIT 1. Jam tidur - Siang - Malam 2. Pola tidur 3. Kebiasaan sebelum tidur 4. kesulitan tidur K. Olah Raga KONDISI SEBELUM SAKIT 1. Program olah raga 2. Jenis dan

SAAT SAKIT Colostomi dan keteter Urine 100 cc per hari

SAAT SAKIT Hampir setiap waktunya dihabiskan untuk tidur bangun hanya saat disusui dengan sendok

SAAT SAKIT Bayi belum bisa berolah raga

frekwensi 3. Kondisi olah raga L. KONDISI 1. Mandi a. b. c.

setelah

Personal Hygiene SEBELUM SAKIT

SAAT SAKIT Dimandikan perawat 1 kali sehari tempat tidur

Cara Frekwensi Tempat mandi 2. Cuci rambut a. Frekwensi b. Cara 3. Gunting kuku a. frekwensi b. Cara 4. Gosok gigi a. Frekwensi b. Cara

M. Aktifitas / Mobilitas Fisik KONDISI SEBELUM SAKIT 1. Kegiatan seharihari 2. Pengaturan jadwal harian 3. Penggunaan alat bantu aktifitas 4. kesulitan pergerakan tubuh N. Rekreasi KONDISI SEBELUM SAKIT 1. Perasaan saat sekolah 2. Waktu luang 3. Perasaan setelah rekreasi / bermain 4. Waktu senggang keluarga 5. kegiatan hari libur

SAAT SAKIT Anak belum melakukan apa apa

bisa

SAAT SAKIT Anak belum mengenal rekreasi

VII.

Pemeriksaan Fisik O. Keadaan Umum Klien Lemah P. Tanda Tanda Vital - Suhu : 36, 5 0 C - Nadi : 152 X / menit - Respirasi : 46 X / menit - Tekanan Darah : 90/50 mm Hg

36 36,8 120 - 125 30 60 46 92 sistole 38 71 diastole

Q. Antropometri - Panjang Badan : 44 Cm 45 - 53 - Berat Badan : 2400 gram 2.500 - >4000 - Lingkar lengan atas : 9,5 Cm 9,5 - 11 - Lingkar Kepala : 32 Cm - Lingkar dada : 30 Cm - Lingkar perut : 33 Cm - Tebal Lemak Kulit : R. System Pernafasan - Hidung : simetris, terdapat secret secara periodik - Leher : tidak ditemukan pembesaran kelenjar dan Tumor - Dada Bentuk dada barrel chest Gerakan dada : simetris tidak terdapat retraksi ataupun Otot bantu pernafasan Suara nafas tambahan: ronchi S. System Cardio Vaskuler - Conjunctiva : Anemia, Bibir : pucat - Arteri carotis : kuat ,Tekanan vena jugularis : tidak meninggi - Ukuran jantung : Normal, Ictus cordis / Apex mid clav inter costa 4-5 Suara jantung : S1 murni S2 murni T. System Pencernaan - Sklera : tidak Ikterus, Bibir : lembab, ditemukan labioschisis inkompleta Mulut : ditemukan palato skizis kemampuan menelan : baik - Gaster : tidak kembung - Gerakan peristaltik : terdengar melalui stetoskope - Abdomen : colostomi - Anus : tidak ada lobangnya U. System Indra 1. Mata - kelopak mata, bulu mata, Alis sudah ada

- Visus belum bisa dilakukan pengukuran 2. Hidung Terdapat secret secara periodik yang mengganggu air way 3. Telinga - Keadaan daun telinga elastis dan sudah bisa kembali kalau terlipat, Kanal auditoris : bersih, belum adaserumen - Fungsi pendengaran belum bisa diukur, sangat subjektif dengan suara ibu sudah merespon V. System Syaraf 1. Fungsi cerebral : a. Status mental : belum bisa diukur b. Kesadaran : eyes bergerak dan berkedip, motorik bergerak aktif tetapi lemah, verbal : menangis cukup keras c.Bicara ekspresive : belum bisa bicara 2. Fungsi Cranial : Nervus I ( olfactorius ): belum dapat dilakukan karen belum bisa memberikan umpan balik mengenai hal hal yang diciumnya Nervus II ( Opticus ): Visus dan lapang pandang belum bisa dilakukan Nervus III ( occulomotorius ), Pupil isokor bereaksi terhadap cahaya Gerak bola mata aktif ke kiri kanan atas bawah, Nervus IV ( troclearis ) : bola mata bisa bergerak kebawah dan kedalam Nervus VI ( abduccens ) : bola mata bisa bergerak ke lateral Nervus V ( tigeminus ) oftalmika, mandibula, maxilla : Sensorik : menyentuhkan kapas di daerah wajah Motorik : bereaksi dengan mengerutkan dahi Nervus VII ( facialis ) : observasi nampak simetris kiri kanan Sensorik : belum bisa dilakukan karena belum bisa memberikan umpan balik mengenai pengecapan Nervus VIII ( acustikus ) : Pendengaran belum bisa dilakukan tetapi menurut orang tua mampu merespon suaranya Nervus IX ( glossovaringeus ) : belum bisa dilakukan Nervus X ( vagus ) : merespon rangsangan dengan menelan susu yang disendokkan Nervus XI ( spinal accessories ): Sternocledomastoideus, Trapexius diperiksa pada waktu dimandikan dan bereaksi bagus Nervus XII ( hipoglossus ) : Gerakan lidah simetris, test kekuatan lidah belum bisa dilakukan pemeriksaan 3. Fungsi motorik : Massa otot : normal, Tonus otot ada Kekuatan otot : derajat : 3

4. 5. 6.

7.

( bisa melawan grafitasi tapi tidak bisa melawan tahanan pemeriksa ) Fungsi sensorik : Suhu, Nyeri, Getaran, Posisi, Diskriminasi, belum bisa dilaksanakan Fungsi serebellum : Koordinasi, Keseimbangan belumbisa dilaksanakan Refleks : Bisep, Trisep, Patella, belum bisa dilaksanakan Refleks primitif : Rooting refleks : bisa mengisap dengan baik Sucking refleks : bereaksi mengikuti sentuhan pada sudut bibir Ciliary : berkedip bila bulu mata disentuh Dolls eyes, moro, tonick neck, palmer ( grasping ), stapping, babinski tidak dilakukan, pasien dikurangi berbagai bentuk rangsangan karena rangsangan rangsangan tersebut akan diberikan pada waktu pasien apneu untuk memancing pasien bernafas spontan lagi. Dikhawatirkan apabila apneu, pasien tidak bereaksi lagi dengan rangsangan tersebut. Iritasi meningen : Kaku kuduk, Lasaque sign, kernig sign, Brudzinki sign I, II tidak dilakukan.

W. System Muskulo Skeletal 1. Kepala : Bentuk kepala mesocephal, gerakan aktif ke kiri dan kanan 2. Vertebrae : spina lurus, tidak menunjukkan Scoliosis, Lordosis, Kiposis. Gerakan aktif, ROM sesuai aksis, aktif dan pasif. Fungsi gerak : tidak ditemukan adanya penyimpangan 3. Pelvis : tidak ditemukan kelainan pelvis 4. Lutut : tidak ditemukan pembengkakan, Kaku, Gerakan : tanpa hambatan. Kaki : tidak bengkak / edema 5. Tangan : terpasang infus, gerakan terhambat oleh spalk, ROM sesuai dengan persendian 6. System Integumen - Rambut : Warna hitam kecoklatan, tidak mudah dicabut - Kulit : Warna kemerahan, Temperatur hangat, lembab, bulu kulit halus kemerahan, tidak ada Erupsi, Tahi lalat Ruam tidak ada, Texture pada daerah ekstremitas sudah lengkap sedang pada daerah abdomen ada colostomi pada bekas omfalokel - Kuku : Warna kemerahan Permukaan kuku datar cembung, tidak mudah patah, Kebersihan belum pernah dipotong X. System Endokrin - Kelenjar Thyroid :belum bisa diraba dengan baik - Exkresi urine 100 cc per 24 jam

- Suhu tubuh relatif tidak seimbang - Keringat berlebihan tidak nampak terbentuk Y. System Perkemihan - Keadaan kandung kemih kosong karena terpasang keteter dengan out put 100 cc per hari Z. System Reproduksi 1. Wanita - Payudara : Putting dan Areola mammae sudak nampak terbentuk - Labia mayora menutup minora dalam kondisi bersih dari Secret dan bau AA. System immun Diharapkan mendapat kekebalan dari ASI VIII. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan BB. 0 5 Tahun Dengan menggunakan DDST Tidak dilakukan IX. Test Diagnostic Laboratorium Hematologi WBC Lym Mon Gra Lym # Mon # Gra # RBC MCV Hct Plt MCH MCHC RDW Hb THR : : : : : : : : : : : : : : : : 16.8 m/mm3 10.3 % 3.2 % 86.5 % 1.7 m/mm3 0.5 m/mm3 14.6 m/mm3 4.29 M/mm3 110 fl 47.2 % 107 L % 36.8 pq 33.4 g/dl 17.3 H % 15.8 g/dl 247 m/mm3 5.0-10 20.0-40.0 2.0-8.0 50.0-70.0

4.5-5.5 80-97 40.0-48.0 150-400 27.0-31.0 32.0-37.0 10-15 12.0-16.0 150-450

X.

MPV : Pct : PDW : Waktu bekuan : Wktu perdarahan : Ro Photo CT Scan MRI, USG, EEG

8.5 fl 0.081 L% 12.6 10 2 : Tidak dilakukan : Tidak dilakukan : Tidak dilakukan 250 mg / 12 jam cc / 8 jam 15 tetes per menit 30 cc 2 L / menit

6.0-13.0 100-500 10.0-18.0 4-10 1-7

Therapy sat ini : - Ampicillin - Antrain - Infus Ka En 3B - Tranfusi semua obat ini melalui iv - Oxigen

ANALISA DATA DATA DS : Ibu mengatakan anaknya kadang kadang berhenti bernafas DO : Anak nampak bernafas dangkal, irama tidak teratur, frekwensi berfariasi setiap jam periodik apneu 3 5 kali sehari ETIOLOGI Multiple anomali, General anestesi fungsi pengatur pusat pernafasan belum optimal aritmia nafas, periodic apneu disfungsi pernafasan Pemotongan usus menjadi lebih pendek Bidang penyerapan berkurang Waktu penyerapan cairan berkurang Jumlah cairan yang dapat diserap usus berkurang Post op colostomi, BBLR Peningkatan kebutuhan nutrisi terutama protein Intake tidak mencukupi Kebutuhan nutrisi tidak MASALAH Gangguan pola nafas

DS : Ibu mengatakan anak minum ASI dan air dengan sendok / slang DO : Post op colostomi Feces keluar berbentuk cair Urine 100 cc per hari

Resiko keseimbangan cairan dan elektrolit

DS : Ibu mengatakan anak masih minum ASI, Ibu mengatakan bayi berat lahir rendah ( 2.400 gram ) DO : Suhu tubuh pernah meningkat (38,7 derajat Celsius) pada tanggal 6/4 jam 10.00 dan tagl

Nutrisi kurang dari kebutuhan

7/4 jam 1.00 Ketergantungan total pada orang tua dan perawat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi DS : Ibu mengatakan tidak berani memembersihkan atau mengganti kantong colostomi DO : Bidang colostomi yang terbuka Feces keluar dari lubang colostomi

terpenuhi

Post op Colostomi Resiko infeksi Media tumbuh kuman

Resiko terinfeksi

DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguan pola nafas B/D Aritmia nafas Periodik apneu DS : Ibu mengatakan bahwa anaknya kadang kadang berhenti nafas DO : Anak nampak nafas dangkal, irama tidak teratur Frekwensi berfariasi tiap jam Periodik apneu 3 5 kali sehari 2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit B/D Pemotongan usus menjadi lebih pendek Waktu penyerapan dan jumlah penyerapan berkurang DS : Ibu mengatakan anak minum ASI dan air dengan sendok / slang DO : Post op colostomi Feces keluar berbentuk cair Urine 100 cc per hari TGL DITEMUKAN 7/4 2003 TGL TERATASI Belum teratasi

7/4 2003

Belum terayasi

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan 7/4 2003 B/D BBLR Peningkatan kebutuhan nutrisi DS : Ibu mengatakan anak minum ASI, Ibu mengatakan bayi berat lahir rendah ( 2.400 gram ) DO : Suhu tubuh pernah meningkat

Belum teratasi

(38,7 derajat Celsius) pada tanggal 6/4 jam 10.00 dan tagl 7/4 jam 1.00 Ketergantungan total pada orang tua dan perawat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi 4. Resiko infeksi B/D Post op Colostomi DS: Ibu mengatakan tidak berani membersihkan atau mengganti kantong colostomi DO : Bidang colostomi yang terbuka Feces keluar dari lubang colostomi 7/4 2003 Belum teratasi

EVALUASI N O DP 1 TGL JAM PERKEMBANGAN ( SOAP ) PARAF / NAMA

7/4

14.00

S : Ibu mengatakan anaknya masih sering apneu O : Apneu jam 2.10 A : Gangguan pola nafas masih aktual P : Intervensi dilanjutkan S : Ibu mengatakan anak minum ASI dengan sendok / slang 8 cc 5 8 kali sehari O : Feces cair dalam kantong colostomi Urine 100 cc per hari A : Resiko kekurangan cairan masih ada P : Intervensi dilanjutkan S : Ibu mengatakan anak minum ASI dengan sendok / slang 8 cc 5 8 kali sehari O : Berat bayi tetap 2.400 gram Suhu tubuh pernah meningkat (38,7 derajat Celsius) pada tanggal 6/4 jam 10.00 dan tagl 7/4 jam 1.00 Ketergantungan total pada orang tua dan perawat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi A : Kebutuhan nutrisi masih kurang P : Intervensi dilanjutkan S : Ibu mengatakan belum berani membersihkan atau mengganti kantong colostomi sendiri O :Bidang colostomi yang terbuka Feces keluar dari lubang colostomi A : Resiko infeksi masih ada P : Intervensi dilanjutkan

7/4

14.02

7/4

14.05

7/4

14.10

RENCANA KEPERAWATAN DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguan pola nafas B/D Aritmia nafas Periodic apneu TUJUAN Klien akan bernafas spontan Dengan frekwensi 30 60 X/ RENCANA Lakukan CPR bila apneu, O2 3 L per menit ( 2 L bila sudah nafas spontan ) Observasi nafas libatkan keluarga Observasi vital sign tiap jam Suction bila ada secret Hitung kebutuhan cairan Pantau input dan out put Kebutuhan nutrisi terpenuhi Ditandai dengan peningkatan berat badan secara periodik RASIONAL Basic live support Memudahkan pemantauan Menghilangkan hambatan air way

2. Resiko keseimbangan cairan dan elektrolit B/D Pemotongan usus 3. Nutrisi kurang dari kebutuhan B/D BBLR Peningkatan kebutuhan nutrisi 4. Resiko infeksi B/D Colostomy

Kebutuhan cairan terpenuhi

Keseimbangan akan tercapai dengan perhitungan dan observasi yang tepat ASI makanan paling ideal bagi bayi ASI dengan jumlah yang cukup sudah memenuhi kebutuhan nutrisi bayi Mencegah kontaminasi mikroorganisme

Bantu ibu memberikan ASI Catat setiap input nutrisi HE mengenai nutrisi

Infeksi tidak terjadi Ditandai dengan tidak ada tanda tanda infeksi

Ganti colostomi bag tiap hari Cuci tangan sebelum dan sesudah memegang pasien

IMPLEMENTASI NO DP 1 TGL 6/4 JAM 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 IMPLEMENTASI N 102 104 120 147 130 120 96 128 130 134 130 134 138 133 131 102 128 125 129 128 128 130 134 128 127 122 108 124 108 128 132 136 134 139 138 134 128 S 37 36.5 36 36.5 36 36 36 36.5 36.5 36.2 36.6 36.5 36.5 37.2 37.2 36.9 36.5 36.5 36.2 36.4 36.5 36.5 36.4 36.5 36 36 36 36.2 36 36.8 36.4 36 36 36.5 36.4 36.6 36.8 P 46 40 sonde ASI 10 cc 56 40 48 sonde ASI 8 cc 28 48 58 50 Apneu 18.30 48 50 sonde ASI 8 cc + air 10 cc 48 54 47 48 44 52 Apneu 02.10 30 49 49 50 44 47 sonde ASI 8 cc 45 32 32 36 38 sonde ASI 8 cc 34 38 35 38 sonde ASI 10 cc 34 38 34 sonde ASI 8 cc 30 32

7/4

8/4

23 24 1 2 3 4 5 6 7 8

132 36.6 36 130 36.4 34 122 36.6 32 128 36.6 40 122 36.5 32 120 36.5 40 124 36.5 32 120 36.5 32 134 36.2 30 Apneu HR makin turun 08.20 Ahirnya meninggal karena gagal bernafas spontan

Anda mungkin juga menyukai