Anda di halaman 1dari 6

PR STASE BEDAH ONKOLOGI

Oleh : BOBBI JUNI SAPUTRA NIM. G.99131024

Pembimbing : dr. Widyanti Soewoto, Sp.B (K) Onk

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH ONKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA 2013

1. PENGERTIAN METASTASIS, INVASI, DAN INFILTRASI.

a. Metastasis : Terbentuknya implan sekunder yang terpisah dari tumor primer dan mungkin berasal dari jaringan yang jauh. (Patologi Robbins). Metastasis : perpindahan penyakit dari satu organ atau bagian ke organ atau bagian lainnya yang tidak berhubungan langsung dengan asalnya, hal ini dapat disebabkan oleh perpindahan mikroorganisme patogenik (misal pada basil tuberkulosis) atau perpindahan sel (pada tumor ganas); pertumbuhan

mikroorganisme patogenik atau sel abnormal jauh dari tempat utama berlangsungnya proses penyakit (Dorland, 2010). b. Invasi : serangan atau onset suatu penyakit; infiltrasi dan destruksi aktif jaringan sekitar oleh suatu tumor ganas (Dorland, 2010). c. Infiltrasi : penimbunan bahan patologis dalam jaringan/sel yang tidak normal atau dalam jumlah yang berlebihan; deposit larutan langsung ke dalam jaringan; penetrasi interstitium jaringan atau bahan (Dorland, 2010).

2. TAHAPAN TAHAPAN INVASI Tahapan invasi adalah sebagai berikut: a. Meregangnya sel tumor Pada dasarnya, setiap sel diikat oleh E-kaderin. Bagian E-kaderin yang berada di sitoplasma berikatan dengan beta-katenin. Molekul E-kaderin yang berdekatan mempertahankan agar sel tetap menyatu, sedangkan perlekatan homotipik yang diperantarai oleh E-kaderin menyalurkan sinyal antipertumbuhan melalui beta-katenin. Beta-katenin bebas dapat mengaktifkan transkripsi gen yang mendorong pertumbuhan. Akan tetapi, fungsi E-kaderin lenyap di hampir semua kanker sel epitel, baik akibat mutasi inaktivasi gen E-kaderin meupun oleh aktivasi gen beta-katenin, sehingga sel tumor seolaholah renggang dari sel lainnya. b. Melekatnya sel tumor ke berbagai protein matriks ekstraseluler Contoh protein matriks ekstraseluler: laminin dan fibronektin. Sel epitel normal memiliki reseptor untuk laminin membrana basalis yang terpolarisasi di permukaan basalnya. Sebaliknya, sel karsinoma memiliki lebih banyak reseptor, dan reseptor ini tersebar di seluruh membran sel, sehingga memungkinkan perlekatan yang lebih banyak. c. Degradasi lokal membrana basalis dan jaringan ikat interstisium Sel tumor mengeluarkan enzim proteolitik untuk mengeluarkan protease. Beberapa enzim penghancur matriks yang disebut metalloproteinase, termasuk gelatinase, kolagenase, dan stromelisin, ikut berperan. Kolagenase tipe IV adalah suatu gelatinase yang memecah kolagen tipe IV epitel dan membrane basal vascular. Keganasan dari sel tumor ditunjukkan oleh meningkatnya kolagenase tipe IV ini, dan juga inhibitor metaloproteinsase akan berkurang sehingga keseimbangan akan bergeser ke arah penghancuran jaringan. d. Migrasi sel tumor menembus membrana basalis Migrasi diperantarai oleh berbagai sitokin yang berasal dari sel tumor, misalnya faktor motilitas autokrin. Selain itu, produk penguraian komponen matriks (misal: kolagen, laminin) dan sebgian faktor pertumbuhan (misal:nsulin-like growth factor I dan II) memiliki aktivitas kemotaktik untuk sel tumor. Sel stroma juga menhasilkan efektor parakrin untuk motilitas sel, seperti hepatocyte growth factor(HGF) yang berikatan dengan reseptor di sel tumor. Konsentrasi HGF meningkat di bagian tepi tumor otak yang sangat invasive, glioblastoma multiforma yang mendukung peran faktor ini dalam motilitas tumor.

3. TAHAPAN TAHAPAN METASTATIS Proses metastasis pada pembuluh darah adalah sebagai berikut: a. Invasi: Sel tumor menembus lapisan membrane basalis dan masuk ke matriks ekstrasel. b. Intravasasi: Dari matriks ekstrasel, sel tumor masuk menembus endotel pembuluh vaskuler (intravasasi) dan mulai menyebar melalui aliran pembuluh tersebut. c. Sirkulasi: saat berada di dalam sirkulasi, sel tumor rentan terhadap destruksi oleh sel imun pejamu. Di dalam aliran darah, sebagian sel tumor membentuk embolus (gumpalan)/adhesi dan kemudian melekat ke leukosit dan trombosit. Embolus tersebut akan sedikit banyak memperoleh perlindungan dari serangan sel efektor antitumor pejamu. Namun sebagian besar sel tumor masuk dalam sirkulai sendirisendiri. d. Eksravasasi: ketika sampai di lokasi organ yang akan diinangi, sel tumor ataupun embolus akan melekat ke endotel vaskuliar yang diikuti dengan pergerakan melalui membrane basal dengan mekanisme yang serupa dengan yang berperan dalam invasi. e. Angiogenesis: Sesampainya sel tumor di organ yang diinangi, sel tersebut akan mengeluarkan faktor pertumbuhan PLGF untuk merangsang pembentukan pembuluh darah baru. f. Pertumbuhan: setelah semua fasilitas cukup untuk mendukung kehidupan sel tumor tersebut, maka sel tumor mulai tumbuh dan membelah sehingga membentuk tumor baru.

STEPS IN THE FORMATION OF A METASTASIS

4. CARA PENYEBARAN METASTASIS Pada dasarnya, penyebaran sel tumor melalui empat cara: a. Penyebaran perkontinuitatum: Sel /jaringan kanker menyusup keluar dari organ tempat tumbuhnya, kemudian masuk kedalam organ /struktur disekitarnya, dapat berupa satelit nodule. b. Penyebaran Limfogen: Sel kanker masuk ke saluran limfe, ikut aliran limfe dan menimbulkan metastasis di kelenjer getah bening regional. Sel kanker juga mengadakan infiltrasi dengan struktur sekitarnya sehingga terjadi perlengketan dan membentuk paket (konglomerasi). c. Penyebaran Hematogen: Sel kanker menyusup ke kapiler darah, masuk pembuluh darah, vena sampai keorgan tubuh lainya, lalu sel kanker tumbuh disana, menjadi tumor baru, merupakan anak sebar, letaknya jauh dari tumor primer (distance metastasis). Penyebaran hematogen dapat mengenai: Hati, Paru, Pleura, Tulang, Kulit, Otak dll. d. Penyebaran Transluminal: Terjadi dalam saluran, seperti melaui saluran pernapasan, saluran pencernaan, dan saluran kemih. Sel lepas kedalam lumen kemudian tertanam pada satu tempat, lalu mengalami implantasi. Hal serupa juga bisa terjadi dalam rongga tubuh, misal: rongga peritonium dan rongga pleura melalui lapisan serosa (transserosa).

Anda mungkin juga menyukai