Anda di halaman 1dari 6

BAB I PENDAHULUAN

Pada saat cahaya merambat dari medium optik lebih rapat ke medium optik kurang rapat dengan sudut datang tertentu, cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal. Artinya sudut bias akan selalu lebih besar dibandingkan sudut datang. Apabila sudut datang cukup besar, maka sudut bias akan lebih besar lagi, Apa yang terjadi, bila sudut datang terus diperbesar? Bila sudut datang terus diperbesar, maka suatu saat sinar bias akan sejajar dengan bidang yang berarti besar sudut biasnya (r) 90. Tidak ada lagi cahaya yang dibiaskan, seluruhnya akan dipantulkan. Sudut datang pada saat sudut biasnya mencapai 90 ini disebut sudut kritis atau sudut batas. Pemantulan yang terjadi disebut pemantulan total atau pemantulan sempurna.

udara air J

bidang batas udara - air

L cahaya pemantulan sempurna

Pemantulan total diterapkan pada banyak alat optik seperti pada teropong binokuler yang memakai prinsip pemantulan sempurna. Mengamati objek dengan teropong biasanya menggunakan satu mata. Teropong yang digunakan biasanya relatif panjang. Agar teropong menjadi lebih pendek dan pengamatan suatu objek dapat dilakukan dengan dua mata, digunakan prisma yang dipasang diantara lensa objektif dan lensa okuler. Prisma itu berfungsi untuk memantulkan cahaya dengan pemantulan sempurna. Pada proses pemantulan ini, cahaya mengalami dua kali pemantulan, yaitu ke kiri-kanan dan ke atas-bawah. Akibatnya arah perambatan juga mengalami dua kali pemantulan sehingga panjang teropong menjadi lebih pendek. Teropong prisma dibuat binokuler, yaitu dibuat dengan cara menggabungkan dua teropong secara berdampingan dan jarak antar lensa disesuaikan dengan jarak kedua mata pengamat.

BAB II PROSES TERJADINYA PEMANTULAN SEMPURNA PADA TEROPONG BINOKULER

Pada dasarnya prinsip kerja dari teropong binokuler atau tropong prisma hampir sama dengan teropong bumi. Teropong prisma adalah alat untuk melihat benda yang jauh tetapi bayangannya tidak terbalik. Lensa-lensa pada teropong prisma sama dengan teropong bumi tetapi pada teropong prisma terdapat prisma yang dapat membalikkan bayangan benda sehingga bayangan yang dilihat mata tidak terbalik. Teropong ini menggunakan 2 buah prisma siku-siku sama kaki untuk menggantikan fungsi lensa pembalik. Kedua prisma disusun bersilang satu sama lain. Teropong demikian disebut juga teropong binokuler karena menggunakan dua buah lensa okuler, karena pengamat dapat melihat dengan 2 mata, maka kesan bayangan yang diperoleh adalah sebagai bayangan 3 dimensi (stereokopis).

Prinsip kerja pemantulan sempurna pada teropong prisma: 1. Sinar masuk melalui lensa obyektif (depan) 2. Kemudian mengalami pemantulan pada sebuah prisma (sinar berbalik arah tetapi pada lintasan yang berbeda) 3. Sinar mengenai sisi prisma yang lain, sehingga mengalami proses seperti nomor 2. 4. Sinar menuju lensa okuler (dekat dengan mata)

5. Proses selanjutnya adalah kita yang menggunakan teropong tersebut seperti melihat benda secara langsung.

Perhatikan bagaimana pemantulan sempurna membalik sinar-sinar 1 dan 2. Sebagai hasilnya, prisma membalik bayangan lensa objektif, sehingga bayangan akhir yang dibentuk lensa okuler terlihat oleh mata tegak terhadap arah benda semula.

Pemantulan sempurna pada prisma di teropong :

= 45o

= 45o

= 45o

= 45o = 45o

= 45o karena segitiga sama kaki.

= 45o

= 45o

Mekanisme pembentukan bayangan pada teropong prisma :

Prisma Lensa Okuler

Lensa Objektif

Bayangan yang terbentuk adalah : Maya, Tegak dan Diperbesar

TUGAS FISIKA DASAR II

MEKANISME PEMANTULAN SEMPURNA PADA TEROPONG BINOKULER


Disusun untuk memenuhi tugas dan nilai UKD IV mata kuliah Fisika Dasar II

Disusun oleh : Ferdinand Tri A Fitri Nela Fitriana Jati Gadis Trieska Ganjar Fadillah Gesti Munasah M0311027 M0311028 M0311029 M0311030 M0311031 M0211032

JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Anda mungkin juga menyukai