Anda di halaman 1dari 15

PENENTUAN SENYAWA GLIKOSIDA, STEROIDA, FLAVONOIDA, GULA DAN MINYAK ATSIRI

I.

TUJUAN PERCOBAAN Agar mahasiswa mampu melakukan skrinning fitokimia terhadap golongan glikosida, steroida, flavonoid, gula dan minyak atsiri. Mengetahui senyawa apa saja yang terkandung didalam sampel yang akan di uji.

II.

TINJAUN PUSTAKA A. Glikosida

Salicin, a glikoside related to aspirin. Glikosida adalah senyawa yang jika dihidrolsis akan menghasilkan satu atau lebih gula dan komponen non gula. Secara kimia glikosida adalah aseatal, dimana gugus hidroksil dari komponen non gulanya, dan gugus hirdoksil yang lain berkondensasi kedalam gulanya sendiri membentuk cincin oksida. Komponen non gula disebut aglikon sedangkan komponen gulanya disebut glikon. Sebagai senyawa hidroksil, karbohidrat mampu membentuk ester dengan alkohol lain. Sifat yang paling penting dari ester tersebut adalah mudah dihidrolisis. Dengan cara mendidihkan sebentar dalam asam encer sudah cukup untuk menghidrolisis bagian gula dan melepaskan dari bagian aglikon. Hampir semua glikosida alam mempunyai konfigurasi beta. Gula yang paling sering dijumpai dalam glikosida ialah glukosa. Dari segi pandang biologi, glikosida berperan dalam tumbuhan terlibat dalam fungsi pengaturan-pengaturan, perlindungan, dan kesehatan. Sedangkan untuk manusia ada yang digunakan dalam pengobatan. Dalam segi pengobatan, glikosida menyumbang hampir setiap kelas pengobatan, misalnya sebagai obat jantung (kardiotonika), contohnya: glikosida digitalis, strophantus, squill, convallaria,

apocynum, dll. Sebagai obat pencahar (laxantia), misalnya antrakinon dalam sena, aloe, kelembak, kaskara sagrada, frangula, dll. Sebagai penyedap atau lokal iritan, misalnya alil-isotiosianat; sebagai analgesika, misalnya gaulterin dan gandapura menghasilkan metilsalisilat. Secara kimia, glikosida dibagi berdasarkan aglikonnya, yaitu: kardioaktif, fenol, alkohol, aldehida, lakton, saponin, antrakuinon, isotiosianat, sianogenik dan flavanol. Secara kimia, senyawa ini merupakan asetal, yaitu hasil kondensasi gugus hidroksil gula dengan gugus hidroksil dari komponen aglikon, serta gugus hidroksil sekunder di dalam molekul gula itu sendiri juga mengalami kondensasi membentuk cincin oksida. Secara sederhana glikosida merupakan gula eter. Bentuk alfa dan beta mungkin saja ada, namun di alam atau di dalam tanaman hanya bentuk beta () yang ada. Biosintesis glikosida secara singkat dapat dirangkum dalam reaksi sebagai berikut: UTP + gula-1-fosfat -(1)- UDP-gula + PPi UDP-gula + septor -(2) septon gula + UDP (glikosida) (1) enzim uridil tranferase (2) enzim glikosil transferase Dengan reaksi sejalan akan terbentuk di-, tri-, bahkan tetra- sakarida. Bila bagian aglikon digunakan sebagai dasar klasifikasi maka akan didapatkan penggolongan sebagai berikut (menurut Claus dalam Tyler et al.,1988).

B. Steroida

Steroida merupakan suatu

golongan senyawa triterpenoida

yang

mangandung inti siklopentan perhidrofenantrena yang terdiri dari tiga cincin sikloheksana dan sebuah cincin siklopentana. Nama sterol dipakai khusus untuk steroida alkohol, tapi karena semua steroida tumbuhan berupa alkohol dengan gugus hidroksil pada C-3 maka disebut sterol. Sterol bisa terdapat dalam bentuk bebes atau sebagai glikosida. Lemak sterol adalah bentuk khusus dari steroid dengan rumus bangun diturunkan dari kolestana dilengkapi gugus hidroksil pada atom C-3 , banyak ditemukan pada tanaman, hewan dan fungsi. Semua steroid dibuat di dalam sel dengan bahan baku berupa lemak sterol, baik berupa lanosterol pada hewan atau fungsi, maupun berupa sikloartenol pada tumbuhan. Kedua jenis lemak sterol di atas terbuat dari siklisasi squalena dari triterpena. Kolesterol adalah jenis lain lemak sterol yang umum dijumpai. Steroid meliputi empat golongan, yaitu kolesterol, hormon,

adrenokortikoid, hormone seksual dan asam empedu. Kolesterol ditemukan dalam semua organism dan merupaka bahan awal untuk pembentukan asam empedu, hormone steroid, dan vitamin D. Walaupun kolesterol esensial bagi makhluk hidup, tapi berimplikasi terhadap pembentukam plek pada dinding pembuluh nadi (suatu proses yang disebut arteosklerosis atau pengerasan pembuluh), bahkan dapat mengakibatkan penyumbatan. Gejala ini penting terutama dalam pembuluh yang memasuk darah ke jantung. Penyumbatan pada pembuluh ini menimbulkan kerusakan jantung yang pada gilirannya dapat menimbulkan kematian akibat serangan jantung.

Beberapa steroid bersifat anabolik, antara lain testosteron, metandienon,

nandrolon dekanoat, 4-androstena-3 17-dion. Steroid anabolik dapat mengakibatkan sejumlah efek samping yang berbahaya, seperti menurunkan rasio lipoprotein densitas tinggi, yang berguna bagi jantung, menurunkan rasio lipoprotein densitas rendah, stimulasi tumor prostat, kelainan koagulasi dan gangguan hati, kebotakan, menebalnya rambut, tumbuhnya jerawat dan timbulnya payudara pada pria. Secara fisiologi, steroid anabolik dapat membuat seseorang menjadi agresif.

C. Flavonoida Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol yang tarbesar. Gololngan flavonoid mencakup banyak pigmen yang paling umum dan terdapat pada seluruh dunia tumbuhan mulai dari fungus sampai angiospermae.

Struktur molekuler dari rangka flavon (2-fenil-1,4-benzopiron)

Stuktur isovlavon

Struktur neoflavonoid Flavonoid adalah jenis campuran yang dihasilkan oleh tumbuhan secara alami, yang berfungsi sebagai anti oksidan. Campuran tersebut seperti pada zat warna

tanaman dan walaupun tidak tergolong sebagai bahan gizi penting, mereka mampu menghasilkan vitamin C yang menjadikannya anti oksidan yang sangat kuat. Flavonoid juga dibutuhkan untuk memelihara dinding kapiler dan melindungi dari infeksi. Kekurangan flavonoid akan menyebabkan tubuh mudah memar. Golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai deret senyawa C6 C3 C6 artinya kerangka karbonnya terdiri atas dua gugus C6 (cincin benzena tersubtitusi) disambungkan oleh rantai alifatik ketiga karbon. Flavonoid mempunyai sifat yang khas yaitu bau yang sangat tajam, sebagian besar merupakan pigmen warna kuning, dapat larut dalam air dan pelarut organik, mudah terurai pada temperatur tinggi.. campuran flavonoid dapat ditemui pada buah- buahan seperti: berry, apel, bawang putih, anggur merah, the, anggur hijau, jeruk, lemon, cherry, sayur- sayuran hijau, alga biru dan hijau, dan banyak lagi yang lain. Flavonoid tak hanya melindungi dari zat berbahaya yang merusak sel, tapi juga mencegah tumbuhnya bibit penyakit kanker dalam tubuh, memperlambat pertumbuhan dan penyebaran sel kanker dalam tubuh, dan lain-lain.

Walaupun studi yang terdahulu menunjukkan bahwa hampir semua buah-buahan dan sayuranmengandung campuran anti-kanker yang sangat ampuh, para peneliti gagal menemukan apakah jenis antioksidan tanaman yang menghancurkan sel tumor itu dan bagaimanacarakerjamereka. Flavonoid punya sejumlah kegunaan. Pertama, terhadap tumbuhan, yaitu sebagai pengatur tumbuhan, pengatur fotosintesis, kerja antimiroba dan antivirus. Kedua, terhadap manusia, yaitu sebagai antibiotik terhadap penyakit kanker dan ginjal, menghambat perdarahan. Ketiga, terhadap serangga, yaitu sebagai daya tarik serangga untuk melakukan penyerbukan. Keempat, kegunaan lainnya adalah sebagai bahan aktif dalam pembuatan insektisida nabati dari kulit jeruk manis (Arda Dinata). Pemberian atom hidrogen ini akan menyebabkan radikal bebas menjadi stabil dan berhenti melakukan gerakan ekstrim, sehingga tak merusak lipida, protein, dan DNA (materi genetik) yang menjadi target kerusakan seluler. Hal senada dikatakan oleh Kandaswami dan Middleton (1997), bahwa flavonoid dapat bertindak sebagai quencer oksigen singlet dan sebagai chelator logam.

D. Gula Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan komoditi perdagangan utama. Gula paling banyak diperdagangkan dalam bentuk kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk mengubah rasa menjadi manis dan keadaan makanan atau minuman. Gula sederhana, seperti glukosa (yang diproduksi dari sukrosa dengan enzim atau hidrolisis asam), menyimpan energi yang akan digunakan oleh sel. Gula sebagai sukrosa diperoleh dari nira tebu, bit gula, atau aren. Meskipun demikian, terdapat sumber-sumber gula minor lainnya, seperti kelapa. Sumber-sumber pemanis lain, seperti umbi dahlia, anggir, atau jagung, juga menghasilkan semacam gula/pemanis namun bukan tersusun dari sukrosa. Proses untuk menghasilkan gula mencakup tahap ekstrasi (pemerasan) diikuti dengan pemurnian melalui distilasi (penyulingan). Negara-negara penghasil gula terbesar adalah negara-negara dengan iklim hangat seperti Australia, Brazil, dan Thailand. Hindia-Belanda (sekarang Indonesia) pernah menjadi produsen gula utama dunia pada tahun 1930-an, namun kemudian tersaingi oleh industri gula baru yang lebih efisien. Pada tahun 2001/2002 gula yang diproduksi di negara berkembang dua kali lipat lebih banyak dibandingkan gula yang diproduksi negara maju. Penghasil gula terbesar adalah Amerika Latin, negara-negara Karibia, dan negara-negara Asia Timur. Lain halnya dengan bit, gula bit diproduksi di tempat dengan iklim yang lebih sejuk, Eropa Barat Laut dan Timur, Jepang utara, dan beberapa daerah di Amerika Serikat, musim penumbuhan bit berakhir pada pemanenannya di bulan September. Pemanenan dan pemrosesan berlanjut sampai Maret di beberapa kasus. Lamanya pemanen dan pemrosesan dipengaruhi dari ketersediaan tumbuhan, dan cuaca. Bit yang telah dipanen dapat disimpan untuk di proses lebih lanjut, namum bit yang membeku tidak bisa lagi diproses. Pengimpor gula terbesar adalah Uni Eropa. Peraturan pertanian di EU menetapkan kuota maksimum produksi dari setiap anggota sesuai dengan permintaan, penawaran, dan harga. Sebagian dari gula ini adalah gula "kuota" dari industry levies,

sisanya adalah gula "kuota c" yang dijual pada harga pasar tanpa subsidi. Subsidisubsidi tersebut dan pajak impor yang tinggi membuat negara lain susah untuk mengekspor ke negara negara UE, atau bersaing dengannya di pasar dunia. Amerika Serikat menetapkan harga gula tinggi untuk mendukung pembuatnya, hal ini mempunyai efek samping namun, banyak para konsumen beralih ke sirup jagung (pembuat minuman) atau pindah dari negara itu (pembuat permen). Pasar gula juga diserang oleh harga sirup glukosa yang murah. Sirup tersebut di produksi dari jagung (maizena), Dengan mengkombinasikannya dengan pemanis buatan pembuat minuman dapat memproduksi barang dengan harga yang sangat murah. E. Minyak Atsiri Minyak atsiri, atau dikenal juga sebagai minyak eteris (aetheric oil), minyak esensial, minyak terbang, serta minyak aromatik, adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Di dalam perdagangan, sulingan minyak atsiri dikenal sebagai bibit minyak wangi. Para ahli biologi menganggap, minyak atsiri merupakan metabolit sekunder yang biasanya berperan sebagai alat pertahanan diri agar tidak dimakan oleh hewan (hama) ataupun sebagai agen untuk bersaing dengan tumbuhan lain (lihat alelopati) dalam mempertahankan ruang hidup. Walaupun hewan kadang-kadang juga mengeluarkan bau-bauan (seperti kesturi dari beberapa musang atau cairan yang berbau menyengat dari beberapa kepik), zat-zat itu tidak digolongkan sebagai minyak atsiri. Ciri- ciri minyak atsiri: Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Selain itu, susunan senyawa komponennya kuat memengaruhi saraf manusia (terutama di hidung) sehingga seringkali memberikan efek psikologis tertentu (baunya kuat).

Setiap senyawa penyusun memiliki efek tersendiri, dan campurannya dapat menghasilkan rasa yang berbeda. Secara kimiawi, minyak atsiri tersusun dari campuran yang rumit berbagai senyawa, namun suatu senyawa tertentu biasanya bertanggung jawab atas suatu aroma tertentu. Sebagian besar minyak atsiri termasuk dalam golongan senyawa organik terpena dan terpenoid yang bersifat larut dalam minyak/lipofil. Minyak atsiri biasanya dinamakan menurut sumber utamanya, misalnya: Minyak adas (fennel/foeniculi oil) Minyak cendana sandalwood oil) Minyak bunga cengkeh (eugenol oil) dan minyak daun cengkeh (leaf clove oil) Minyak kayu putih (cajuput oil) Minyak bunga kenanga (ylang-ylang oil) Minyak lawang Minyak mawar Minyak nilam Minyak serai Selain itu, dikenal pula beberapa "minyak" (atau dalam bentuk salep) yang sebenarnya merupakan kombinasi antara beberapa minyak atsiri. Contohnya adalah:

Minyak telon Minyak tawon Minyak angin Beberapa minyak gosok dan salep gosok. Berdasarkan sifat fisikokimianya minyak atsiri merupakan cairan lembut,

bersifat aromatik, dan mudah menguap pada suhu kamar. Minyak atsiri umumnya diperoleh dari ekstrak bunga, biji, daun, kulit batang, kayu, dan akar tumbuhtumbuhan tertentu. Minyak atsiri banyak digunakan dalam industri sebagai bahan pewangi atau penyedap (flavoring). Minyak atsiri sebagai bahan pewangi dan penyedap digunakan oleh bangsa-bangsa yang telah maju dan sudah digunakan sejak beberapa abad yang lalu.

Selain itu minyak atsiri banyak digunakan dalam bidang kesehatan dan kegunaan lain. Beberapa jenis minyak atsiri dapat digunakan sebagai bahan antiseptik internal atau eksternal, sebagai bahan analgesik, haemolitik atau sebagai enzimatik, sebagai sedatif, stimulan untuk obat sakit perut, dll. Selain memiliki bau yang harum, minyak atsiri dapat pula membantu pencernaan dengan merangsang sistem saraf sekresi. Minyak atsiri dapat menetralisir bau yang tidak enak dari suatu bahan, misalnya bau dari bahan sintetis.Pandan wangi merupakan salah satu tanaman yang potensial untuk menghasilkan minyak atsiri. Pandan wangi yang dalam bahasa latinnya Pandanus amaryllifolius Roxb., merupakan tumbuhan yang cocok dengan iklim di daerah tropis. Terdapat di pinggir sungai, di tepi rawa, atau di tanah yang basah, dan tumbuh subur di daerah pantai sampai ketinggian 500 meter di atas permukaan laut. Batangnya bulat dengan bekas duduk daun,

bisa bercabang-cabang, menjalar, akar tunjang ke luar di sekitar pangkal batang dan cabang.

III.

PROSEDUR KERJA A. Penentuan Glikosida Sampel: Daun ketepeng dan Lidah buaya. Sebanyak 2 g sampel yang telah dihaluskan, dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer, masukkan beberapa batu didih dan ditambahkan 20 ml etanol 95% dan air (7:3), dipanaskan dengan pendingin balik selama 10 menit, dinginkan dan saring, tambahkan 10 ml air dan 10 ml larutan Pb asetat 0.4M, diamkan sebentar, saring. 10 ml filtratnya masukkan kedalam corong pisah, sari dengan 10 ml campuran kloroform dan isopropanol (3:2) sebanyak 3 kali, kumpulkan sari tambahkan asam sulfat anhidrat, saring dan uapkan pada suhu 50oC. Residu dilarutkan dalam methanol dan uji sebagai berikut: 1. Sedikit residu didalam tabung reaksi tambahkan 2 ml air dan 5 tetes pereaksi molish homogenkan dan tambahkan saam sulfat pekat perlahan- lahan melalui dinding tabung, terbentuk cincin ungu. 2. Tambahkan 5 ml asam asetat dan 10 tetes asam sulfat terjadi warna biru atau hijau. 3. 200 mg sampel tambahkan 2 ml larutan FeCl3, 8 ml air dan 5 ml HCl pekat. Tambahkan 5 ml benzene, kocok, lapisan benzene berwarna kuning

tambahkan NaOH 2N dan kocok, lapisan air akan berwarna merah, menunjukkan adanya glikosida. 4. Sampel tambahkan NaOH akan terjadi warna kuning sampai coklat.

B. Penentuan Steroida Sampel: Sanggul nenas dan Daun srikaya. Sebanyak 1 g sampel yang telah dihaluskan disari dengan 20 ml eter, hasilnya di uapkan dalam cawan penguap. Pada sisa ditambahkan 5 tetes asam asetat anhidrat dan 5 tetes asam sulfat pekat (pereaksi Liebermann - Burchard), apabila terbentuk warna merah atau ungu yang kemudian akan berubah menjadi warna biru atau biru hijau menunjukkan adanya senyawa steroida/ triterpenoid bebas.

C. Penentuan Flavonoid Sampel: Daun kumis kucing, Kulit jeruk bali dan Daun jambu biji. Sebanyak 500 mg sampel yang telah dihaluskan, dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer ditambahkan 10 ml etanol, direfluks selama 10 menit. Kemudian disaring selagi panas melalui kertas saring. Setelah dingin ditambahkan 5 ml eter minyak tanah, dikocok hati- hati, lalu didiamkan sebentar lapisan methanol di ambil, lalu di uapkan pada temperatur 40OC. Sisanya dilarutkan dalam 5 ml etil asetat dan kemudian disaring. Filtrat di gunkan untuk percobaan berikut: 1. Sebanyak 1 ml filtrate diuapkan sampai kring, kemudian sisanya dilarutkan dalam 1-2 ml etanol 95% lalu ditambahkan 0,5 g serbuk seng dan 2 ml HCl 2N. Teteskan 1 tetes HCl pekat. Diamkan selama 5 menit terbentuk warna merah intensif maka menunjukkan adanya senyawa flavonoida. 2. Sebanyak 1 ml filtrate diuapkan sampai kering, sisanya dilarutkan dalam 1 ml etanol 95% kemudian ditambahkan 0,1 g serbuk Mg dan 10 ml HCl pekat. Jika terjadi warna merah jingga sampai ungu menunjukkan adanya senyawa flavonoida. Jika warnanya kuning jingga menunjukkan adanya flavon, kalkon dan auron. 3. Sebanyak 1 ml filtrat duapkan sampai kering, sisanya dilarutkan dalam 1 ml etanol 95% kemudian ditambahkan sedikit serbuk asam borat dan asam oksalat, dipanaskan di atas penangas air, campurkan dengan eter, amati dibawah sinar UV 366 nm, berflouresensi kuning intensif.

D. Penentuan gula Sampel: Daun tebu dan Buah bit. Sampel dihaluskan, dan direbus dengan air sampai mendidih, dinginkan dan saring lalu lakukan uji sebagai berikut: 1. Sedikit sampel masukkan kedalam tabung reaksi, kemudian tambahkan fehling A dan Fehling B, dan basakan dengan NaOH, panaskan dan amati apa yang terjadi. 2. Sedikit sampel masukkan kedalam tabung reaksi, kemudian tambahkan sedikit larutan Ag ammoniakal dan NH4OH, panaskan dan amati apa yang terjadi.

E. Penentuan minyak atsiri Sampel: Kulit jeruk bali dan Jahe Sedikit sampel diiris- iris secara melintang, disari dengan methanol, bagi dua bagian, sebagian ditambahkan asam borat dan sebagian lagi ditambahkan Vnilinasam sulfat,amati apa yang terjadi.

IV.

HASIL PENGAMATAN A. Glikosida

Hasil reaksi dengan pereaksi 2 ml air + 5 ml asetat + 2ml FeCl3 + 8 + NaOH NO Sampel Molish H2SO4 + H2SO4 ml air + 5 ml HCl(P) + 5 ml benzene NaOH 2N 1 Ketepeng (+) Cincin ungu (+) Warna hijau (+) Lap. air merah, lapisan benzene kuning 2 Lidah buaya (+) Cincin ungu (+) Warna hijau (+) Lap.air merah, lap. Benzene kuning (+) kuning (+) kuning

B. Steroida

No 1 2

Sampel Jambul Nenas Daun Srikaya

Pereaksi Liebermann - Burchard (+) Warna Ungu (+) Warna Ungu

C. Flavonoida

Direaksikan dengan pereaksi NO sampel Serbuk Zn + HCl 2N+ HCl(P) Kulit 1 jeruk bali Daun 2 jambu biji Daun 3 kumis kucing (+) Merah intensif (+) Merah intensif (+) Merah intensif Serbuk Mg + HCl(P) (+) Merah jingga (+) Kuning Jingga (+) Merah Jingga As.borat + As.oksalat (+) Kuning intensif (+) Kuning intensif (+) Kuning intensif

D. Gula

Direaksikan dengan pereaksi No Sampel Fehling A+B + NaOH panaskan 1 Daun tebu Endapan Merah Larutan Biru kehijauan 2 Buah bit Endapan Merah bata Cermin perak Ag- Ammoniakal + NH4OH panaskan Cermin perak

E. Minyak Atsiri

Direaksikan Dengan Pereaksi No 1 2 Sampel Kulit Jeruk Bali Jahe As. Borat (+) Larutan Merah (+) Larutan Merah Vnilin + H2SO4 (+) Larutan Merah (+) Larutan Merah

V.

KESIMPULAN 1. Skrinning fitokimia yang dilakukan pada daun ketepeng dan lidah buaya memberikan hasil positif. Hal Sehingga dapat disimpulkan bahwa daun ketepeng dan lidah buaya mengandung senyawa glikosida. 2. Skrinning fitokimia yang dilakukan pada sanggul nenes dan daun srikaya memberikan hasil positif setelah di uji dengan pereaksi Liebermann burchard yang menghasilkan larutan warna ungu. Hal ini dapat disimpulkan bahwa didalam sanggul nenes dan daun srikaya mengandung senyawa steroid. 3. Skrinning fitokimia yang dilakukan pada daun kumis kucing, daun jambu biji dan daun kumis kucing memberikan hasil positif. Akan tetapi setelah di uji dengan masing- masing pereksi yang digunakan, didalam kulit jeruk bali dan daun kumis kucing dapat disimpulkan mengandung senyawa flavonoida, sementara pada daun jambu biji didapatkan adanya senyawa flavon, kalkon dan auron, hal ini dikarenakan setelah penambahan serbuk magnesium dan 10 ml HCl(P) memberikan warna kuning jingga. 4. Skrinning fitokimia yang dilakukan pada daun tebu dan buah bit yang diuji dengan larutan fehling A dan B memberikan endapan merah bata, sementara diuji dengan Ag- ammoniakal ditambahkan NH4OH membentuk cermin perak. Hal ini dapat disimpulkan bahwa daun tebu dan buah bit mengandung senyawa gula. 5. Skrinning fitokimia yang dilakukan terhadap kulit jeruk bali dan rimpang jahe dapat disimpulkan mengandung minyak atsiri. Hal ini dibuktikan setelah disari dan direaksikan dengan penambahan asam borat yang membentuk larutan merah serta setelah penambahan Vnilin asam sulfat juga membentuk larutan merah.

DAFTAR PUSTAKA

Harbone.J.B, 1987. Metode Fitokimia. Edisi II. Bandung : ITB Press. Depkes RI. 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta : Binarupa Akasra. Dra. Nio, Kam Oey. 1989. Cermin Dunia Kedokteran No. 58. Jakarta. Steroid. Cyberlipid Center. http://www.cyberlipid.org/simple/simple0008.htm#1. Diakses pada
21 Februari 2010. Dewick, Paul M. , "Medicinal Natural Products: A Biosynthetic Approach" 2nd edition, 2002, Chichester, John Wiley & Sons Ltd

SKRINNING FITOKIMIA GOLONGAN GLIKOSIDA, STEROIDA, FLAVONOID, GULA DAN MINYAK ATSIRI

Jurnal Praktikum Fitokimia

Oleh : Kelompok X 1. INKA TRIASNITA 2. RUSMANIAR (104301149) (1043011 )

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS TJUT NYAK DHIEN MEDAN 2011

Anda mungkin juga menyukai