Anda di halaman 1dari 3

Prilla Tania

Hello Goodbye Series @ 100 x 70 cm Photographs 2007 Karya fotografi Prilla Tania ini menampilkan figur seorang wanita dan alam. Tampak sekali citraan garis horizontal yang tercipta dari pertemuan antara langit dan padang rumput ataupun pasir. Yang dapat terlihat pada seri 2 sampai seri 5. Dan figur seorang wanita terlihat pula sebagai hampir satu-satunya garis vertikal yang ada pada keenam karya tersebut. Pada seri 1 menampilkan suasana yang agak rindang, dengan latar pepohonan yang tidak begitu rimbun, disertai dengan figur wanita yang berada ditengah-tengahnya. Berdiri di atas keset seperti sedang mengetuk pintu. Pada seri 2 tampak empat objek utama, yaitu wanita, pohon, keset, dan meja kecil, yang dikomposisikan secara asimetris. Berlatar padang rumput tandus dengan langit berwarna biru cerah yang begitu kontras. Pada seri 3 berkurang hanya menjadi dua objek, yaitu wanita dan meja, serta terdapat aktivitas yang ditampilkan oleh wanita yang sedang minum menggunakan semacam cangkir. Dan kedua objek tersebut diposisikan pada bagian kanan, dengan latar padang rumput dan langit yang berawan, menciptakan keseimbangan yang berat sebelah. Pada seri 4 semua objek utama begitu samar karena foto diambil dari jarak yang jauh, dan citraan yang kuat dari padang rumput dengan komposisi yang beragam dan acak, serta warna hijau dan coklat muda yang dominan. Sehingga hanya tampak kontras antara langit yang biru cerah dengan sedikit berawan, dan padang rumput yang menciptakan garis horisn. Seri 5 justru menampilkan figur wanita yang sangat dominan, karena meja dan keset yang tampak lebih kecil. Dikomposisikan secara garis miring, dengan berlatarbelakang langit biru dan padang pasir berwarna putih agak kecoklatan serta garis rerumputan yang berwarna hijau gelap. Pada seri 6 secara garis besar hanya tampak langit biru cerah yang kontras dengan padang rumput kecoklatan, dan sebenarnya terdapat meja dan keset yang tersamar karena tampak kecil.

Secara garis besar karya Tania ini menggambarkan kegiatan wanita di alam terbuka, namun alam terbuka tersebut diasumsikan sebagai rumah tempat tinggalnya. Jadi si wanita seperti berimajinasi atau berilusi bahwa ia sedang berada dirumahnya. Pada mulanya si wanita mengetuk pintu sebelum masuk ke rumah. Lalu tampak si wanita seperti sedang berada di suatu sudut dan terdiam. Dan setelah itu ia melakukan sebuah aktivitas, yaitu minum sambil berdiri dekat meja kecil. Lalu ia berdiri lagi di sudut jauh dari meja kecil dan kembali seperti terdiam. Berikutnya ia berdiri dengan badan agak menyerong kedepan dengan menoleh ke arah dalam rumahnya, seakan ia berat untuk meninggalkannya. Alam sekitar yang tampak asing bagi si wanita menggambarkan alam realitas atau dunia sesungguhnya. Dan dengan begitu gerakan wanita mengetuk pintu pada seri pertama menggambarkan tentang perkenalan dengan alam dunia untuk pertama kalinya. Berarti pula ia seperti seorang bayi yang baru terlahir dari rahim ibunya, dan ia mengetuk pintu dunia, yaitu dengan tangisannya, sebagai tanda ia telah terlahir ke alam dunia. Dan ia hidup dengan singgungan lingkungan sekitar, bagaimana ia melihat, merasakan, mendengar, dan sebagainya. Dengan keterbatasan yang ada, membuat ia takkan pernah jauh dari rumah yang sejatinya adalah simbol dari keluarganya. Bagaimana ia masih sangat bergantung kepadanya, minum air dari gelas, yang mengingatkan kita akan bayi yang menyusu dari si ibu. Seberapa pun ia merasakan keterasingan, seperti jauh dalam alam dunianya yang penuh dengan kesendirian tapi ia tetap takkan jauh dari keluarganya. Dan saat-saat ia akan mengucapkan salam perpisahan adalah saat ia mulai beranjak tumbuh dan mengenal dunia yang baru. Sepertinya kita dapat mengulang prosesnya secara garis besar, bagaimana ia menjadi anak kecil dan berkenalan lagi dengan sesuatu yang baru. Dan ia berpisah lagi dengan dunia kanak-kanaknya itu untuk mengucapkan salam kepada masa remajanya, dan seterusnya hingga salam perpisahan ditujukan kepada alam dunia, yang berarti kematian baginya. Dapat kita temukan bahwa di dalam kata salam Hello and Goodbye mengandung proses yang sebetulnya kita alami, namun kita tidak begitu peka untuk merasakan, dan mencermatinya. Seolah-olah begitu cepat dan memang sejatinya proses ini begitu cepat dan bersifat sementara. Bagaimana di setiap pertemuan, pastilah ada perpisahan. Kita bertemu pada masa sulit, kita juga akan berpisah dengannya. Kita bertemu masa remaja, lalu berpisah untuk bertemu masa dewasa, dan berpisah lagi untuk bertemu masa tua, dan seterusnya. Dengan begitu jelas sekali bahwa Prilla Tania menggunakan fotografi sebagai teknis penyampaiannya, bagaimana dia mencoba menghadirkan gambaran yang benar-benar riil.

Dimana setiap orang pasti akan sama-sama mengalami sebuah pengalaman dalam proses kehidupannya. Dia takut bila membuatnya dengan lukisan akan menjadikan pengalaman itu menjadi spesifik, yaitu pengalaman dari dirinya pribadi. Karena goresan yang dia buat pastinya terbuat dari akumulasi perasaan, pengalaman, dan bersatu menjadi ekspresinya. Prilla Tania ingin kita untuk lebih peka terhadap sebuah proses. Karena proses itu lebih penting daripada mempertimbangkan awalan dan akhiran. Hello and Goodbye hanyalah sebuah batasan atau penyekat bagi si proses itu. Hello sebagai batasan awal dan Goodbye untuk batasan akhir. Hal ini pulalah yang membuat karyanya menjadi berseri, yaitu terdapat enam seri. Proses juga dianggapnya sebagai paduan antara awal dan akhir. Hal ini mengingatkan kita pada pemikiran filsuf idealis berkebangsaan Jerman, yaitu Hegel dengan metode dialektikanya. Dengan pola dialognya, Hegel menciptakan sebuah pola saling menyangkal namun saling membenarkan dan memajukan. Tesis memancing anti-tesis, dan menciptakan sebuah sintesis atau gabungan dari keduanya yang lebih baik. Seperti tesis ada, akan memancing anti-tesis tiada, dan menciptakan sebuah sintesis menjadi. Apabila kita kaitkan dialektika Hegel ini dengan karya Hello and Goodbye ini, yaitu tesis awalan, memancing anti-tesis akhiran, dan menciptakan sintesis pertengahan, maka benar adanya bahwa proses yang dikatakan sebagai pertengahan menjadi sangat penting dalam karya ini. Namun tak terelakkan pula bahwa pengalaman-pengalaman akan dunia realitas tersebut membawa kita pada penyadaran akan dunia diluar realitas yang tak terlihat. Karena pada hakekatnya pengalaman manusia tidak melulu kepada alam sekitarnya, hubungan antar sesama manusia, yaitu hubungan yang bersifat horizontal. Tetapi hubungan yang bersifat vertikal, yaitu hubungan kepada yang spiritual, Tuhan, Dewa, atau yang lainnya, juga menjadi sangat penting. Dengan begitu terciptalah suatu keseimbangan antara jasmaniah dan rohaniah. Prilla Tania mengajak kita untuk mencapai penyadaran tersebut dalam karyanya ini. Dia ingin kita menjadi figur wanita yang ada dalam karya fotografinya tersebut, namun hanya dalam kontekstualnya saja. Wanita yang identik dengan penggunaan perasaan dalam setiap tindakan, dia ingin kita memiliki kepekaan seperti halnya seorang wanita yang sangat sensitif untuk mencapai pemahaman akan sebuah proses dalam kehidupan.

Anda mungkin juga menyukai