Anda di halaman 1dari 4

4 Rekomendasi Lagu yang Dapat Menemani Fase

Krisis Eksistensial Para Kawula Muda.


oleh Noval Auliya Fikri

Dalam kehidupan ini, ada tahap di mana kita mulai mempertanyakan segala
sesuatu tentang keber-ada-an diri kita. Biasanya sih, kita mulai mikirin hal-hal seperti
itu pada masa muda kita—suatu tahapan di mana kita merasa bebas akan pilihan
hidup, namun juga dihadapkan pada fakta bahwa ada beban dan tanggung jawab
yang mesti dipikul di depan mata. Duh!

Tanggung jawab itu bisa berupa ada keluarga yang mesti dipikirkan, masa depan
yang mesti dicapai, dan tuntunan-tuntunan lainnya yang kadang gak masuk akal
contohnya mesti dapat uang satu em sebelum kepala tiga. Bablas! Kadang kondisi-
kondisi seperti itu menggiring kita pada suatu keadaan yang bisa dinamakan sebagai
krisis eksistensial.

Jadi karena di awal kita dihadapkan pada kondisi yang saling bertabrakan, antara
kebebasan dan kewajiban yang saling beradu, kadang kita jadi mempertanyakan
bahkan hinnga merasa tidak nyaman terhadap pilihan-pilihan hidup serta makna yang
ada di kehidupan ini. Kita mulai mempertanyakan diri kita ini siapa, mau ke mana,
mau apa, dan mengapa mesti menghidupi kehidupan yang aselole ini. Kita mulai
mempertanyakan tentang kematian, mulai menyangsikan diri sendiri, mulai
meragukan segala sesuatu. Dan sampailah kita pada tahan krisis eksitensial!

Mungkin setiap orang pernah merasakan fase seperti itu atau bahkan mungkin
saja fase seperti itu adalah suatu siklus yang memang mesti berulang di kehidupan
manusia. Jadi ada saat-saat di mana kita mesti mempertanyakan kembali diri kita,
keberadaan kita, kehidupan dan kematian, serta menyangsikan segala sesuatu. Nah,
biar fase itu engga kamu jalani gitu gitu aja boleh dicoba nih dengan mendengarkan
lima rekomendasi lagu yang bakalan membuat fase krisis eksistensial itu terasa
syahdu dan mendayu-dayu! Langung aja ya, Ges, ke yang pertama:

#1 Radiohead – No Surprises

Band asal Inggris ini gausah ditanyain lagi deh soal kualitas musik mereka,
apalagi bagi kamu-kamu yang sedang tersayat-sayat kehidupan ini. Bisa dibilang
Radiohead menjadi semacam band para kawula muda-mudi yang sedang mengalami
fase krisis eksistensial. Contohnya lagu ini dengan lirik yang begitu mengawang-
ngawang, namun setidaknya bisa menggambarkan kemuakan-kemuakan kita
terhadap kehidupan ini.

Lirik A heart that's full up like a landfill / A job that slowly kills you /Bruises
that won't heal /You look so tired, unhappy begitu menggambarkan kerentanan diri
kita sebagai manusia di hadapan kehidupan. Hati yang dipenuhi perasaan-perasaan
yang engga jelas, pekerjaan yang identik dengan rutinitas terasa sangat
membosankan, hingga luka-luka yang tak kunjung sembuh karena ketidak-beranian
kita untuk merangkul dan menerimanya sebagai bagian dari hidup ini. Semua itu pun
membuat kita terlihat tidak bahagia dan lelah dengan kehidupan, sehingga kemuakan
itu juga tergambar jelas dengan lirik selanjutnya yang menyerukan untuk bring down
the government karena then don’t speak for us!

Selain dari segi lirik yang begitu menyat ini, lantunan musik yang disajikan
Radiohead juga seakan-akan tak mau kalah menggambarkan ke-absurd-an hidup ini:
begitu mendayu-dayu, terkesan lambat, namun kadang juga bisa ramai.

#2 Radiohead- Fake Plastic Trees

Di deretan kedua ini masih diisi oleh Radiohead dengan lagunya yang bertajuk
Fake Plastic Trees. Dengan lirik-lirik yang dipenuhi dengan banyak metafora,
kadang kita dibuat bingung oleh arti dari setiap larik-lariknya (ya sama aja kayak
kejadian di hidup ini, chuaks). Namun dengan begitu, kita juga dapat
menginterpretasikan liriknya sesuai dengan pengalam personal diri kita. Tapi kalau
kalian ingin mencoba memahami lagu ini dari sudut pandang yang berbeda, kalian
bisa lihat lirik serta interpretasi lagunya di laman genius.com dijamin pasti terkopet-
kopet setelah membacanya.

Selain dari segi lirik, jika kita mendengarkan live session-nya pada perhelatan
Glastonbury 2003, suara lengkingan gitar Jonny Greenwood saat akan memasuki
verse dengan lirik she looks like the real things terasa begitu melengking dan
menjerit-jerit (asyik). Kita diantarkan pada suatu perasaan betapa dunia ini penuh
dengan senda gurau, apalagi di era sekarang ini betapa cangkang begitu dielu-elukan
ketimbang isi. Oh, semuanya penuh kepalsuan, my fake palstic love! Kadang karena
standarisasi yang begitu mementingkan cangkang tersebut, beberapa orang mesti
tersisihkan dan mengindentifikasi diri dengan cara yang salah. Mereka pun akhirnya
berandai-andai supaya kayak mereka-mereka yang bisa lebih diterima karena
cangkangnya good looking misalnya.

And if I could be who you wanted


If i could be who you wanted
All the time .. All the time

Janji ga all the time tuh, awikwok.

#3 Efek Rumah Kaca – Melankolia

Setelah menjelahi Inggris beserta Radiohead-nya, sekarang kita berkunjung ke


Indonesia bersama Efek Rumah Kaca. Mungkin banyak orang yang mengenal Efek
Rumah Kaca dengan lagu-lagunya yang bersifat politis, menebas tabu-tabu yang ada
di masyarakat, ya intinya rebel pokoknya mah. Namun selain itu, banyak juga loh
lagu-lagu ERK ini yang menyentuh pengalaman personal kita sebagai manusia
dengan segala tetek bengeknya. Salah satunya adalah lagu yang berjudul melankolia
ini ya, Gais.

Dengan suara gitar yang mengalun pelan serta hentakan drum yang kentara,
lagu ini mengantarkan kita pada suasana sepi namun anehnya riuh sekaligus. Begitu
pula dengan liriknya yang seakan-akan mengafirmasi suasana sepi itu, murung itu
sungguh indah/ melambatkan butir darah/ nikmatilah saja kegundahan ini/ segala
denyutnya yang merobek sepi/ kelesuan ini jangan lekas pergi/ aku menyelami
sampai lelah hati.

Dengan lagu ini, setidaknya malam-malam kita yang sunyi dan sendiri itu bisa
kita nikmati dengan enjoy karena kita sadar betul bahwa rasa sepi atau kesendirian
adalah suatu hal yang mesti kita rangkul sebagai salah satu bagian dari hidup ini,
bukan malah mengingkarinya mati-matian! Terimalah, wahai Kawula-Muda
sekalian, pada akhirnya kita hanya akan ditemani oleh diri kita sendiri! Mari berani
menghadapi kenyataan.

#4 Putih – Efek Rumah Kaca

Pada nomer empat ini, saya persembahkan Putih dari Efek Rumah Kaca. Lagu
Putih ini terdapat pada album yang bertajuk Sinestesia, album studio ketiga dari Efek
Rumah Kaca yang dirilis pada tahun 2015. Dengan durasi kurang dari sepuluh menit,
lagu ini dijamin bakal mengantarkan para kawula muda pada nuansa krisis
eksistensial paling puollll!

Betapa tidak, dinamisnya musik yang disajikan dari awal hingga akhir lagu ini
berhasil mengoyak-ngoyak inti ke-dirian manusia dengan sukses sekali. Ditambah
dengan lirik-lirik yang berusaha menyadarkan kita bahwa bumi manusia dengan
segala persoalannya ini fana dan sementara. Kalau pinjem quotes dari salah satu
filusf eksistensial yang bernama Schopenhauer mah, ini lagu berusaha menyadarkan
kita bahwa “life is a contant process of dying.”

Lagu Putih ini terdiri dari dua bagian yakni tiada dan ada. Bagian pertama,
tiada, banyak membicarakan mengenai salah satu bagian dari kehidupan manusia—
yakni kematian. Hal itu tergambar jelas dengan lirik-liriknya yang bersifat visual
berusaha menggambarkan kondisi ‘aku’ sebagai arwah yang sudah meninggal di
tengah-tengah tahlilan. Hingga akhirnya aku sadar bahwa akhirnya aku usai juga /
oh, kini aku lengkap sudah / dan kematian keniscayaan.

Bagian kedua, ada, tentu sudah pasti membahas mengenai kelahiran. Maka
lengkap sudah bahwa hidup adalah sebuah siklus antara mereka yang lahir dan mati,
mereka yang hidup dan tiada. Kita dipaksa menerima bahwa ketika kita berani untuk
menghidupi kehidupan ini, kita juga mesti menerima mati sebagai konsekuensinya.
Bahkan sekalipun kita tidak pernah meminta untuk hidup dalam dunia yang wadidaw
ini.

#5 Smells Like Teen Spirit – Nirvana

Lagu terkahir yang dapat kalian dengarkan ketika krisis eksitensial adalah
Smells Like Teen Spirit-nya Nirvana. Berbeda dengan lagu-lagu sebelumnya yang
mendayu dan melankolis, lagu ini cenderung meledak-ledak dan terkesan penuh
dengan luapan kemarahan. Lagu ini sangat cocok didengarkan para Kawual Muda
karena setelah kita mengetahui bahwa kehidupan iut begitu muram dan gelap, ini
saatnya Kawula Muda merangkul dan memeluknya dengan erat. Maka nyanyikanlah
dengan lantang here we are now, entertain us!

Sama seperti apa yang dikatakan oleh Nietzsche, “Ja-Sagen.” Walau seberapa
berat pun kehidupan katakanlah iya, terimalah dengan berani dan kreatif. Mari
bersama-sama menari di atas kehidupan yang tragis, itulah teen spirit—semangat
dyonisius yang merangkul segalanya dengan berani walau mesti hancur lebur

Itulah setidaknya lima lagu yang bisa kalian dengarkan ketika kalian sedang
mengalami fase krisis eksitensial. Dengan menikmati kelima lagu ini saya jamin
kenyataan bahwa kehidupan ini begitu pahit tidak akan berubah, tapi kita bisa
menikmatinya dengan lebih baik dan berani lagi. Amor Fati!

Anda mungkin juga menyukai