Anda di halaman 1dari 3

Juli Yang Ganjil

Bulan juli. bulan dengan keganjilan-keganjlannya. Dinginmu menusuk relung-relung


tulang. Merengek semua tunduk pada kesakitan, demam menjalar ke semua yang
engkau kehendaki. Juli, siapa kiranya satu jam lagi akan mati. Kau menjemput semua
orang dengan membabi buta, siapa saja ada dekat dengan kematian. Uh juli, kau bulan
yang dingin dan kaku, bahkan dipertengahanmu kini kau masih saja tak se-segar dulu.
Bunga-bunga beremekar indah, kupu-kupu dan lebah beterbangan manja. Juli, dulu kau
tak sesuram ini, kau tak seganjil dan sedingin ini. ku mengingat dan merasakan bulan
juli kala di atas gunung, kau juli memebrikanku energi dan eknangan yang luar biasa
indah. Tetapi apa yang kau pikirkan kali ini, apa yanng kau inginkan kali ini. setiap jam
kau membawa kematian. Merah kuning hijau bungah tak lagi sama. Burung berkicau
dengan suram, kata-kata menjadi basi, semua menjadi teggang menunggu giliran.
Besokkah nantiikah atau masih lama. Kematian. Juli, kau merenggut banyak orang.
Terdekat, terjauh bahkan ter.... semuanya.

Kegajilan lagi juga terjadi, kala semua orang dipaksa untuk diam diri di rumah. Ketika
semua orang dilarang beraktiitas seperti biasa. Ketika manusia kini takut dengan sesuatu
yang tak kasatmata. Virus, yah memang ia tak nampak dan tak terlihat. Tetapi sial, di
negaraku kental budaya-budaya kuno, mitos-mitos kuno dengan hantu, kuntilanak dan
genderuwo. Makhluk semacam itu selalu bergentayangan saban malam, pagi mereka
cuti. Ku kira pemerintah juga berpikir serupa bahwa sesuatu yang takkasat mata
datangnya hanya malam saja..... pedagang-pedagang kecil yang beradu nasib saban
malam harus tersingkirkan, mas-mas yang menjajakan anggkringan di pinggir jalan itu
juga tersinngkirkan, apalagi mbak-mbak ayu yang selalu menantimu untuk menjajakan
manisnya bulan madu itu jugaharus cuti sebentar menahan lapar. Alasan pemerintah :
demi kesehatan dan keamanan bersama. Ada yang protes kenapa pagi yang lain boleh
beraktivitas seperti biasa. Pasar-pasar kau buka, tokoh dan lain berjalan sempurna. Kata
pemerintah : itu untuk perputaran ekonomi bersama.

Yah, dan lagi. negarku maish kental dengan mitos kuno. Bahwa dunia berjalan dengan
hukum surya dan kental dengan budaya agrikultur yang ketinggalan zaman mungkin
jugakebiasaan warisan tuan-tuan residen dari Belanda. Dikirinya hanya pagi aktivitas
ekonomi berjalan. Ketika petani pergi ke sawah dan senja telah tiba suka tidak suka
mereka harus pulang untuk beriistirahat. Bahkan sebelum tenggelam surya pintu rumah-
rumah telah ditutup rapi bukan tanpa alasan yang teknis tapi malam sangat gelap tak ada
cahaya dari lampu jalanan bahkan rumah mereka mungkin saja hanya diterangi satu
lampu dari api. Lagian malam hari adalah waktunya para pencuri, pembekal, pemerkosa
berkeliaran. Waktu itu tidak ada sistem kemanan seperti polisi. Sialnya sekarang kita
juga harus sama seperti mereka yang kiranya hidup ratusan tahun yang lampau. Bahwa
aktivitas ekonomi hhanya berjalan waktu matahari datang. Atau mungkin ini hanyalah
teknis birokrasi saja yang sialan. Pemerintah dan tangan kakinya, para pegawi itu
bekerja pagi sampai sore, mereka harus masuk untuk mengisi jadwal dan piket atau
skeedar absen saja tak apa. uh, warisan Belanda. Dulu malam tempat genderuwo
berjalan-jalan, sekarang adalah waktu untuk virus berterbangan. Ku kira itu tidak a.....
sudahlah, sialan.

Keganjilan juli ditambah oleh satu hal lagi yang membuatnya kini menjadi genap bulat.
Pas sudah kau juga meremukan hati, menghisap semangat dan arah langkah untuk
ketenangan, kau menyuruh untuk kembali mengulang dan terus menengok ke waktu
lampau yang suram. Ku kira semua seudah usai, tapi masih saja rasa yang tak terima
dengan nasibnya. Dulu ku kira kau yang lantang mengatakan, biarkan semua keputusan
menjadi tanggungjawabku, apa yang ku putuskan, apa yang kujalani dan kulakukan
menjadi tanggung dan bebanku sendiri. Uh, kata manis lagi.... nyatanya kau masih
mempersalahkan sesorang dalam kehidupanmu. Memang suka kau memberi harapan
yanng indah lalu mennjatuhkan di akhir-akhir cerita.

Kehidupan memang suram. Seperti jalan berluubang dan motor tua yang meliyuk-liyuk
untuk mencoba menghindari ini. selihai apapun pengendera ia tetap akan masuk ke
lubang. Sudah pasti apalagi di depan ada truk yang bersimpangan.

Sialan, kehidupan aku memakimu. Tapi percuma tak akan pula merubah keadaan.

Kehidupan aku menghardik, membenci dan ingin meremukanmu. Aku ingin mati dan
lenyap dari bumi. Percuma, barangkali masalahmu tak akan pernah usai di bumi,
bahkan kematian akan membawanya sekalian. Sialan lagi, jika semua yang aku lakukan
tidak dapat merubah apapun lalu.....

Jangan putus asa... ada, ada hal yang bisa kau rubah yaitu dirimu sendiri. Jika sifatnya,
perlakuannya, tindakan dan kata-kata yang keluar dari nya selalu saja melukai hatimu,
membuatmu kecil tiada seperti dirimu sendiri... biarkan, apa yang bisa kau lakukan
untuknya. Ia sudah melekat bersamnya menjadi ego yang tak terhingga. Kau, kau cukup
merubah sikapmu kepadanya, merubah dirimu dan pikiranmu sendiri. Apa guna
merubah seseorang yangtak inginn di rubah. Lagian tak mungkin merubah sesorang
yang sudah teguh pendirian.

Kau katakan bahwa aku yang tak teguh pendirian begitukah.

Tidak juga tetapi alangkah baiknya jika dirimu tak berharap kepada dunia yang memang
sialan itu. tetapi berharaplah kepada dirimu sendiri, karena itu satu-satunya yang bisa
kau perbuat. Kepadanya reaksi yang kau berikan adalah keputusan yang matang-
matang. Berbesar hatilah kembali.

Selama ini masihkan aku untuk kurang bersabar. masihkan, hah. Seandainya ia tahu...

Itulah persoalannya. “seandainya ia tahu”.. sellau begitu dan begitu sabn waktu,
berulang-ulang.

Aku amsih tak mengerti


Kau mengharapkan hal yang sama dengan diriinya. “seandainya ia tahu”.. “seandainya
ia tahu”.. “seandainya ia tahu”.. “seandainya ia tahu”.. “seandainya ia tahu”.....

Yah, dan ia tak mau mengerti juga bahwa tidak hanya dirinya yang begitu menderita,
yang sakit dan dipenuhi masalah dalam kehidupannya. Dia kira keaskitan hanya untuk
dirinya, apakah dia lupa bahwa semua manusia ... uh sudahlah, percuma aku menuntut
ia untuk mengerti. Yah, benar katamu alangkah baiknya cukupkan untuk diriku sendiri.
Sikap dan reaksiku biarlah aku kontrol.

Kau ingin dimengerti dan ia pun juga sama.

Tapi apakah kita tak benar-benar saling mengerti.

Jika iya tak seharusnya begini.

Dunia memang sialan. Begitu banyak hal yang tak ku tahu dan ku menegrti.
Membningungkan, apa yang harus kulakukan.

Baiknya kau diam. Tenangkan dirimu. Apa yang indah dengan mengatami diri sendiri,
keluar dari tubumu dan lihat kedalam, untuk apa melihat keluar. Perkataan orang?
Walau susah tapi apa perlunya, jika kata-kata itu hanya membutamu semakin berkecil
hati, untuk apa didengar jika suara-suara itu hanya mematikan api semangatmu, untuk
apa kau memikirkan sesuatu yang jelass merusak hatimu, tubuhmu, pikiranmu.... untuk
apa.

Tapi jika ia adalah kebenaran bagaimana. Aku berfikir dia ingin menamparku dengan
kebenaran.

Dengan cara apapun kebenaran akan tiba. Sikapmu dan reaksimu yang membunuhmu.

“Juli. satu jam lagi siapa yang akan engkau jemput.....”

15/07/2021

 Nama. Nama penulis ditulis paling awal. ...


 Tahun Terbit. Setelah nama, cantumkan tahun terbit dari buku yang teman-teman
gunakan sebagai referensi. ...
 Judul Buku. Tuliskan judul bukumu secara lengkap. ...
 Kota dan Nama Penerbit

Anda mungkin juga menyukai