Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

Nama : Intan Nur Aini


Kelas : 8C / 17
Hari/tanggal : Senin, 4 Januari 2021
Tema cerita : Suka duka belajar selama pandemi covid-19

Rembulan kembali ke peraduannya, lelah terjaga semalaman hanya untuk


menyaksikan dua insan memutus kasih. Mentari mulai menampakkan dirinya,
menghangatkan tiap-riap ruangan berventilasi dengan cahaya oranye
kekuningannya. Mentari melihat seorang gadis tengah terbangun dari tidurnya
yang indah seraya menggumamkan sesuatu.
"Ahh selamat pagi dunia, semoga hari ini adalah hari baik," Tak lupa, ia
merentangkan kedua tangannya menyambut hangatnya mentari.
"Intan ayo bangun sudah pagi! nggak baik loh anak gadis bangun kesiangan
nanti rezekinya dipatok ayam, cepat sana mandi jangan lupa turun ke bawah
sarapan dulu. Inget hari ini kamu sekolah online" ujar seorang wanita paruh
baya di depan kamar putri kecilnya.
"Iyaa mama, Intan sudah bangun kok ini mau mandi dulu" terlihat jendela
kamar terbuka, menampilkan Intan yang baru saja bangun dari tidur lelapnya,
rambut yang berantakan serta matanya yang masih menyipit itu, lalu menjawab
ucapan sang mamanya.
Gadis itu menghela napasnya berat, lalu melenggang masuk ke dalam kamar
mandi dengan piyama yang masih melekat di tubuhnya. Tak butuh waktu lama,
Intan sudah bersiap dengan setelan seragam sekolahnya. Gadis itu terlihat
semakin cantik dan elegan menggunakan hijabnya.
Ia berdiri, lalu tersenyum manis menatap sebuah pantulan dirinya di cermin.
"Cantik," ucapnya pelan, setelah selesai bercermin dan merapihkan sebentar
seragamnya ia lantas membalikkan badan. Tanpa mengatakan sepatah katapun
lagi, ia berjalan keluar kamar menuju ruang makan yang berada di lantai bawah.
Di ruang makan, terlihat ayah dan kakak dengan asyik mengobrol bersama
mamanya yang menyiapkan secangkir teh serta makanan untuk sarapan pagi.
"Nah itu anaknya datang, duduk sini sayang sarapannya sebentar lagi jadi" sang
mama tersenyum tulus kepada putrinya.
Dengan langkah gontainya Gadis itu menarik sebuah kursi tepat di depan
mamanya dan di samping kanan kakak serta samping kiri ayahnya. "Selamat
pagi mama, ayah kecuali kakak jelek" ucapnya sambil tersenyum manis, mama
dan ayahnya membalas ucapannya. "selamat pagi anak mama dan ayah yang
cantik jelita"
"kok aku nggak diucapin selamat pagi, cuma mama sama ayah doang sih?"
protes kakak laki lakinya yang tak terima dirinya tidak mendapat ucapan
selamat pagi dari sang adik terakhir. "Oh ada orang ya? kirain hantu" ejek Intan
seraya menjulurkan lidahnya tanda sedang mengerjai kakaknya.
"Gitu ya sekarang, oke besok besok nggak usah nitip telur gulung lagi! beli
sendiri sana jalan kaki" marahnya saat dikerjai adiknya, "loh nggak bisa gitu
dong, masa ngambek sih iya iya deh selamat pagi abangku yg paling ganteng
sedunia mengalahkan kegantengan Zayn Malik" demi menyelamatkan makanan
telur gulung kesukannya, dengan malas ia mengatakan itu.
"sudah sudah jangan pada ribut nanti kepala mama pusing, ayo sini makan
sarapannya sudah jadi" tak berselang lama keheningan muncul, tak ada yang
berani menyahut ucapan mamanya yang galak kalau sedang marah.
"Kita akan makan apa untuk sarapan hari ini, ma?" tanya sang kakak melihat
makanan yang tersaji di piringnya, "mama buat roti bakar dengan daging ayam,
telur dan sayur" mama berkata lembut sambil menyiapkan makanan di depan
anak-anak dan suaminya.
"Itu terdengar seperti porsi sarapan yang besar mah" sekarang gantian intan
yang terlihat keheranan, "kamu harus menyimpan banyak energi untuk harimu
di hari ini. Ini dia, sarapan sudah siap."
"Terima kasih, mama. Ini sangat lezat" ucap, Intan dan kakaknya berbarengan,
"Sama-sama sayang, jangan lupa minum susu juga!"
Mereka semua menghabiskan sarapannya dengan lahap, sambil sesekali
bercanda bersama. setelah selesai acara sarapan tadi, Intan langsung bergegas
menuju kamarnya untuk melaksanakan sekolah onlinenya. Tak lupa ia absen
terlebih dahulu.
"huh, bosan setiap hari kayak gini terus sekolah harus daring. Semua kegiatan,
pekerjaan, bersekolah, semuanya serba online. Awalnya terasa aneh, tapi lagi-
lagi kita akan terbiasa. Benar, walaupun kondisi ini menghimpit kita dalam
beraktivitas, bukan berarti kita hanya bisa diam dirumah dan meratapi detik
demi detik yang berlalu tanpa arti jika kita benar-benar hanya diam." ia
bermonolog sendiri, layaknya sedang berpidato di hadapan banyak orang.
"Hampir 10 bulan lamanya batasan ini terjadi, aku bahkan bertanya-tanya
sendiri apakah aku akan belajar dari awal lagi? Semoga saja tidak. Batasan ini
benar-benar mengisolasi semua kegiatan. Aku yakin, semua orang punya target
dalam hidupnya. Kita semua punya goals. Namun kondisi ini pula membuat kita
hanya bisa diam di tempat sedangkan semua rencana yang sudah terancang
menuntut kita bergerak keluar. Dan pada akhirnya, kita mengalah pada kondisi
ini dan membiarkan rencana-rencana itu berserakan. Berusaha memahami
kondisi ini memang sulit adanya. Namun lagi-lagi kita harus terbiasa."
"kebiasaanku aku lebih bebas untuk belajar, sering menonton film, lebih sering
tidur siang, lebih sering memasak di rumah ketimbang membeli di luar, lebih
sering bereksperimen di dapur dari membuat dalgona sampai membuat donat
sendiri. Dan sekarang batasan ini membuatku terbiasa.

Memasuki pertengan bulan mei, angin bertiup kencang. Pemandangan baru


lainnya terasa mengelitik perut. Anak-anak kecil di sekitaran rumahku
menerbangkan layang-layang. Setiap sore, langit menjadi tempat persinggahan
kerangka bambu yang dibungkus plastik. Melayang-layang di udara dengan
pesonanya dari berbagai bentuk, walaupun rata-rata bentuknya burung hantu.
Antusias anak-anak kecil melihat layang-layang membuatku tak bisa
memungkiri jika bukan karena batasan ini mungkin pemandangan langit
seramai itu tidak akan pernah ada.

Dari semua pemandangan baru yang kini menjadi sebuah kebiasaan itu, tercipta
pertanyaan-pertanyaan baru pula. Apakah batasan ini tercipta untuk
memperbaiki segala yang rusak oleh keterbatasan waktu? Selama ini kita hanya
bisa mengutuk virus itu agar segera enyah dari permukaan bumi. Setelahnya,
apakah pemandangan-pemandangan baru ini akan hilang? Aku bukannya
senang akan keberadaan batasan ini, hanya saja berusaha mengamati lebih jauh
lagi tentang semua dampak yang tercipta. Ternyata tidak semuanya buruk, tapi
ada pula yang baik seperti lebih banyak waktu dengan keluarga, lebih banyak
waktu mengeksplorasi diri, lebih terbiasa berhemat, lebih sedikit polusi, langit
lebih jernih, bintang lebih sering terlihat, lebih sedikit kemacetan.

Walaupun ada banyak dampak baru yang terasa nyaman buatku, aku tetap tidak
ingin virus itu berlama-lama ada di bumi. Tak tega melihat para tenaga medis
dan pemerintah yang mati-matian mencegah penyebaran virus yang begitu pesat
ini. Disamping itu, faktanya, manusia adalah makhluk yang dituntut untuk bisa
beradaptasi dan itu bukan hal mudah dilakukan. Aku sangat merindukan
suasana keramaian kelas dan kekonyolan yang dibuat penghuninya, rindu
momen-momen dimana kita suka mengeluh terhadap banyaknya tugas, rindu
suasana perpustakaan sekolah, rindu suasana jam kosong, suasana riuh di
kantin. Rindu jalan menuju sekolah, rindu bagaimana keruwetan parkiran
sekolah.

Bertahanlah. Batasan ini akan berakhir sesegera mungkin. Nikmati


pemandangan yang ada hari ini sebanyak yang kau bisa. Karena belum tentu
akan ada lagi di esok hari. Percayalah, tidak semuanya buruk. Aku pun tak bisa
memungkiri, menelan bulat-bulat kekecewaan bukanlah perkara mudah.
Melihat semua yang telah dirancang menjadi sia-sia butuh jiwa yang lapang,
menerima bahwa perpisahan benar-benar tidak ada butuh hati yang kuat,
semuanya benar-benar tidak mudah.  Kesulitan ini bukan hanya milikmu, tapi
milik kita bersama. Lakukan sesuatu yang membuatmu jauh dari kebosanan.
Amati sekelilingmu, sadari apa yang berubah. Jika hanya rebahan pastinya kau
tak akan melihat apa-apa dan akan terasa sangat lama untuk melihat pagi
berganti menjadi malam. Jika hanya mengeluh, yang ada hanyalah kekosongan.
Lakukan sesuatu yang membuatmu bisa mengenang hari ini dengan penuh
bangga dan bisa kau ceritakan 10 atau 15 tahun lagi bahwa kau pernah melewati
pandemi ini.  Badai akan berakhir sebentar lagi. Semoga kita semua dalam
keadaan sehat ya.
salam dariku,
Intan Nur Aini

pesan dariku :
"Hidup itu bagai mengarungi samudera dengan perahu. Yang mana kamu
bertindak untuk menentukan arah tempat mu berlayar. Semakin besar ombak
yang kamu lewati dan semakin sulit kamu menerjang badai tapi, ketahuilah
akan ada pelabuhan indah yang menunggumu di sana. Kerja kerasmu tidak akan
pernah sia-sia. Karena sejatinya kebahagian selalu tersimpan dalam pelukan
kesedihan"

"Jangan pernah membunuh mimpi kamu, karena mimpi tak akan bisa mati. Mau
kamu pukul, atau kamu tusuk, dia hanya akan pingsan dan bangkit di usia tua
dalam bentuk penyesalan" — Ayah Pandji Pragiwaksono
"Nggak ada yang instan di dunia ini. Kalau Tuhan ngasih jalan buat melangkah
cepat, berarti udah jadi rezeki buat hambanya. Tapi yang namanya hidup,
semuanya butuh proses. Mau cepat, mau pelan-pelan, semuanya udah
digariskan oleh Tuhan. Tinggal kita yang menyikapinya seperti apa. Kalau
dikasihnya cepat, syukuri. Kalau lambat, nikmatin. Semuanya punya esensi
sendiri dan Tuhan juga punya banyak maksud lain di tiap takdir yang dituliskan.
Nggak cuma sekadar kata "lelah' yang didapat, tapi juga ada hikmah di sana.

Buru-buru nggak bikin cepat sampai di tujuan, Terlalu maksain kehendak juga
nggak baik. Ikutin alur aja maunya takdir kayak gimana, perlahan tapi pasti.
Lakuin apa yang menurut kamu benar, yakinin diri kamu atas pilihan kamu
sendiri. Jangan sampai ada penyesalan di tiap langkah kamu berikutnya, karena
kamu adalah pemeran utama di kehidupan kamu sendiri."

Anda mungkin juga menyukai