Anda di halaman 1dari 7

Etah dia penting,atau aku yang tak berharga.

Untuk kali ini aku rapuh. Berulang kali ku yakinkan diriku untuk kuat,nyatanya lemahku tak
dapat kututupi. Beritau aku setidaknya cara menggunakan topeng semu itu. Aku harus mengelabui
mereka. Tolong bantu aku kali ini.

Untuk siapa aku mengucapkan permohonan,kepada siapa?

Pertanyaan yang sebenarnya jawabnnya sudah kuketahui sejak awal itu benar-benar
menghancurkanku. Aku percaya,aku beriman,namun mengapa pertanyaan mengenai pada siapa ini
justru menghantuiku. Apa karna permintaanku yang salah?. Atau karena permohonan itu emang
harusnya gak ada dari awal?. Kali ini pertanyaan yang benar-benar tak aku ketahui jawabannya itu harus
kulalui.

“aku akan menerimanya sya.”,pernyataan tergila dalam hidupku yang sudah jelas ditolak
mentah-mentah oleh sahabatku itu tak beubah sama sekali. Hal yang jelas hanya akan memberikan luka
itu tak merubah sedikit pun keputusanku. “jangan bodoh ra,kau mau mengirbakn seluruh hidupmu
untuk orang tak tau terimakasih itu? Apa kau tidak waras,sadarlah dia sedang membodohimu ra”

Ya tak kuelakkan bahea pernyataan itu nyata adanya,bahkan tembok beton sekalipun tak bisa
menutupinya. Mengurungku dalam jeruji api yang akan melahap sempurna tubuhku tanpa aku bisa
berbuat apapun. Bahwa dia begitu berarti untukku itu masih menjadi teka-teki tanpa kata kunci. Aku
kan menemuinya,hanya itu yang sudah terjawab olehku kini. Pembodohan ini akan kuteruskan.

Kuraih kardigan kesayanganku juga tas selempang coklat pemberian bibi ratih tahun lalu.
Kuabaikan Keisya yang menggila melihatku yang bodoh ini. Tapi dia tidak tau,akan jauh lebih sakit
untukku jika harus menukar posisiku dengan lelaki brengsek yang akan kutemui ini. Aku akan tetap
memilih keputusan ini berapa kali pun aku dihadapkan pada pilihan yang sama. Memilih untuk tersakiti
dari pada menyakiti. Pilihan itu dari awal adalah keputusan yang benar untukku. Aku lebih memilih
merasa sakit dari pada menyesali hidupku karna menyakiti orang yang kucinta segitu dalamnya.

Biar kukenalkan tentang si dia. Lelaki yang kutemui tanpa sengaja dia,penyelamatku. Arga
namanya. Nama yang selalu ada dalam ingatanku tanpa memudar justru menebal. Perkenalan penuh
makna yang menjatuhkan ku sejatuh-jatuhnya. Bahkan sampai tak bisa kutemukan cara untuk kembali
keposisiku semula. Rambut hitam legam miliknya yang terlihat selalu sedikit berantakan tak dapat
memudarkan sedikitpun ketampanannya. Kulit putih bersih miliknya,mata berwarna hazel yang
menakjubkan,badannya yang terbilang atletis dan tingginya. Wah,setiap jengkal tubuhnya membuatku
makin jatuh padanya. Dari awal akulah yang menaruh hati,entah untuk apapun tentangnya adalah
berharga untukku. Dia dari indonesia,sama denganku. Bahkan alasan dia menetap di negara penuh oppa
tampan inipun kurang lebih sama denganku. Sekolah.

Kami ada diperguruan yang sama.


------------

Maret,2014
Aku mengecek ponselku, ada pesan dari bunda disana.

Ra,telfon ibu saat kelasmu selesai

Aku langsung memulai panggilan dengan tujuan indonesia itu.

Assalamualaikum bun,ada apa bu?

Waalaikumussalam sayang,kau sudah makan?

Sudah bun aku langsung makan saat perjalanan pulang tadi

Baguslah. Ra, ibu sudah mentransfer uang bulananmu. Pakailah seperlunya ya sayang.

Hmm,akan kugunakan sebaik baiknya bun,tak usah khawatirkan aku,

Bagaimana kabar orang-orang dirumah bun?,baik-baik saja kan?

Iya semua baik-baik aja kok. Pokoknya kamu fokus aja sama sekolahmu disana,oke?

Iya bun,aman kok.

bun aku matiin ya aku ada tugas nih,assalamualaikum

Waalaikumsalam sayang

Tutt.. telpon terputus. Aku bohong,aku tak ada tugas. Tapi aku tak bisa menahan tangisku lagi.
Aku benar-benar rindu indonesia,aku ingin pulang. Kenyataaan yang kualami disini benar-benar jauh
dari anganku sebelum tiba dikorea.

Sangat sulit sampai rasanya aku hampir menyerah.

Tringg...,tringg…

Alarmku berbunyi,aku bergegas mandi dan membuat sereal favoritku. Beruntunglah aku bahwa
pemakan segala adalah aku. Aku tidak kesulitan soal itu. Aku mengenakan seragam sekolah ku. Seragam
sekolah yang dulu begitu aku impikan. Kau tau sekrang aku justru merindukan seragam putih abu-abu
ku,sungguh.

Setelah menghabiskan sarapanku aku bergegas menuju halte bis. Asrama sekolahku berjarak
cukup jauh dari sekolah,itu sebabnya kesekolah aku harus mengenakan bis. Sekolahku benar-benar
sama visualnya dengan yang slalu aku bayangkan dulu. Namun dalamnya saja yang tidak. Jika bisa
mengulang waktu aku tak akan memilih untuk kesini. Pembulliyan benar terjadi sampai rasa ingin mati
akan terus menghantuimu. Itu fakta,percayalah.

Hari ini aku melangkahkan kakiku dengan berat,aku bahkan sudah membayangkan akan seburuk
apa hari ini. Sungguh aku ingin kembali saja ke asramaku dan mengurung diri seharian. Lelah rasanya
aku benar benar ingin menyerah, bahkan jika mungkin aku akan memesan tiket pulang ke Indonesia dan
terbang pulang saat ini juga,lalu aku akan langsung berlari dang memeluk tubuh hangat milik bunda
serat yang kubisa. Aku akan membuat pengakuan bahwa aku menyesal tidak mendengarkan bunda
untuk tidak kemari.

Tapi aku tak boleh menyerah aku harus menghadipi keputusan yang kuambil berdasarkan
keinginanku tanpa paksaan justru memaksa itu. Kutegarkan langkahku menyusuri koridor yang ramai
oleh para murid yang saling bergerombol untuk bergosip atau hanya mereka yang berlalu lalang
bersama teman dengan sedikit percakapan ringan,namun tak banyak juga yang jalan sendiri sepertika
yang hanya sekedar melewati koridur dengan tujuan.

Dapat kudengar riuh kelasku saat jarakku tak lebih dari 5 meter menuju pintu kelas. Kuhentikan
langkahku untuk sekedar menarik nafas panjang sebelum masuk kekelas yang lebih mirip dengnan
neraka bagiku itu. Selangkah kaki ku masuk dapat ku lihat sosok gadis berambut panjang dan berkulit
seputih salju yang kini sedang melihatku masuk dengan tatapan yang sangat meremehkan itu, namanya
Du Nam Kyu,oarang orang memanggilnya Nam Kyu.

Dia adalah iblis yang menjelma dalam wujud remaja wanita berparas cantik bagiku. Terkadang
aku berfikir kenapa dia menyia nyiakan wajahnya cantiknya utuk memiliki sifat seperti itu. Lihatlah
bagaimana dia yang sudah memasang tatapan permusuhan kental itu kepadaku.

Belum sempat menaruh tas di bangku ku dia sudah menghampiriku,apalgi hari ini ha?,rasa ingin
ku katakan itu sambil menantangnya namun ini bukan tampatku,aku tak punya keberanian untuk itu. “
wah siapa yang baru saja datang,sibodoh ini,hey kenapa kau terlambat ha. Sudah kukatakan kau tak
boleh terlambat kau harus memberikanku sarapan kau tau itu”,tanpa aba aba dia menjambak rambutku.
Rasanya sungguh sakit bahkan aku sampai ingin menangis,aku sudah mengatakan maaf yang tak
dianggap. Dia menendang kaki bagian belakaangku yang membuatku terjatuh. Aku tak berdaya,teriak
sekali pun tak ada gunanya apalagi meminta tolong. Tak akan ada yang menolongku,tak akan ada.

Jam pelajaran telah berakhir,sekarang waktunya istirahat. Dan untuk yang tadi pagi berakhir
dengan satu tamparan dipipiku sebelum guru memasuki kelas. Kini aku berada dalam barisan antri untuk
mengambil makan siangku. Selesai mengambil makan aku berusaha mencari tempat duduk yang rata
rata sudah terisi para murid yang tengah menyantap makan siangnya. Aku akhirnya menemukan celah
dikursi bagian pojok kanan kantin yang dekat dengan jendela, kufikir itu akan jadi tempat yang pas untuk
menyantap makan siangku.

Makananku sudah habis separuhnya,aku mulai bingung juga senang. Karna biasany Nam Kyu
and gengnya takkan melewatkan makan siang tanpa menggangguku. Tapi kali ini mereka bahkan tak
terlihat dikantin. Masa bodo, yang penting aku bisa makan dengan tenang. Itu yang kufikirkan sampai
sesaat kemudian pukulan keras, sangat keras mendarat di punggungku dan membuatku memuntahkan
makanan yang sedang ku kunyah. Aku tak ingin menoleh,aku sudah tau siapa itu, Nam Kyu,sudah pasti
itu dia. Ternyata hari ini pun tidak tenang,atau bahkan mengerikan. “hei siapa yang memperbolehkanmu
makan,sampah sepertimu tidak pantas untuk makanan makanan manusia.” Dia menarik nampanku dan
menumpahkannya tepat dikepalaku.aku hanya bisa memejamkam mataku sambil menahan segalanya.
Tapi aku tetap tahu bahwa ada puluhan bahkan mungkin ratusan pasang mata manusia yang ada di
kantin ini sedang melihat apa yang tengah terjadi kepadaku. Tanpa niat menolong sedikitpun seakan ini
adalah hal yang wajar dan merupakan tontonan yanbg menarik untuk disaksikan.

Nam Kyu dan teman temannya itu benar benar tertawa puas melihatku. Apa dia memang tidak
punya hati atau memang bukan manusia. Beruntungnya bel berbunyi untuk menyelamatkanku. Aku
segera keloker untuk mengambil baju ganti yang sudah ku siapkan karna tau bahwa itu satu satunya
yang bisa kulakulakukan. Aku kemar mandi dan mengganti bajuku dan setelahnya kembali kekelas.

….

Aku duduk di dikursi meja belajarku untuk menyelesaikna pr yang harus aku kumpulkan besok.

Tak lama bagiku untuk menyelesaikan pr itu,setelahnya aku menutup buku dan mulai menarik
nafas dalam sambil melihat kearah jendela kamarku yang tepat dihadapa meja belajarku ini.

Ini adalah mimpiku. Mimpi yang aku kira akan sangat indah menyenangkan dan akan memenuhi
hari hari ku dengan senyuman. Aku bahkan mendoakan ini di setiap doa yang aku panjatkan setelah
sholatku. Aku selalu minta sama tuhan untuk mengizinkanku dan memberi ku kesempatan untuk belajar
di negri oppa korea yang slalu ku tonton di drama korea yang ku tonton ini. Tapi aku lupa minta sama
tuhan untuk mewujudkan ekspektasiku juga. Sampai kini aku terjebak dalam mimpi yang ku doakan ini
yang kini telah berubah menjadi mimpi buruk. Sangat buruk sampai aku berharap bahwa ini adalah
mimpi dalam tidurku yang akan berakhir saat aku membuka mata. Sayng bahwa itu hanya sebuah
harapan,dan kenyataan aku terjebak dimimpi yang telah terwujud. Betapa menydihkannya diriku bukan.

Aku merebahkan diriku dikasur tempat satu satunya ternyaman dan teraman yang kupunya.

Pagi kembali menyapaku. Aku mengambil handukku dan mulai mandi.setelahnya hanya menjali
pagi dengan lesu seperti biasanya. Tak ada lagi pagi indah setelah pagi pertamaku disini. Seperti
kemaren semua berjalan kurang lebih sama. Hanya caranya saja yang beda,hari ini mereka membawaku
ke lorong kosong bagunan lama sekolah yang terletak di pojok sekolah. Aku bahkan takut hanya sekedar
mambayangkan apa yabg akan terjadi kepada ku saat tubuhku tengah berlutut tak berdaya dihadapan 4
orang yang lebih mirip iblis ini. Mereka mulai memaki ku,menagtai bahwa aku sampah karna aku berasal
dari negara yang bagi mereka adalah negara sampah, mereka benar benar rasis aku tak mengerti
mengapa mereka begitu atau apa alasannya. Apa yang sebenarnya menjadi masalah mereka dengan
Indonesia,atau denagnku. Aku sama sekali tak pernah mengusik mereka.
Hari hari buruk itu terus kulalui sampai akhirnya aku berdiri disini,di tepi jembatan yang
dibawahnya ada sungai yang terus mengalir tanpa memperdulikan peliknya dunia. Aku lelah,aku muak.
Aku tak lagi memikirkan apapun,kukira inilah satu satunya yang bisa kulakukan di tengah ketidak
berdayaanku. Tepat sesaat sebelum aku menjatuhkan diri tangan seseorang meraih tanganku dan
menarikku kearah yang tidak kuinginkan,itu hanya akan menggagalkan usahaku untuk mati seperti yang
kurencanakan.

Aku menangis sekencang kencangnya.apa bahkan mati pun aku tidak diizinkan. Aku harus apa,
aku sudah tidak sanggup lagi. Lalu tangan yang meraihku kini langsung memelukku. Dengan sangat erat
seakan tau apa yang tengah kurasakan. “tak apa menangislah” dia menagtakannya sembari mengelus
lembut punggungku. Aku membalas pelukannya itu dan menagis sekencang dan selepas yang ku bisa.
Setidaknya ku masih bisa melakukan ini. Sungguh aku merasa bahwa mati adalah satu satunya cara
untuk melepaskan semua beban ini.

Aku mulai berhrnti menangis,aku menatap penyelamatku. Dia seorang pria. Tampan. Itu yang
pertama kali ada difikiranku saat mataku mendapati wajahnya. Dia memberikan senyumnya untukku,
terasa begitu tulus. Itu senyum tertulus yang pernah kudapati setelah tiba dikorea. Apa kli ini aku
memiliki harapan, apa kau mengirimnya untukku tuhan. Apa dia yang akan membantuku keluar dari
belenggu keji ini? Aku benar benar baerharap seperti itu.

“kau berharga,percayalah bahwa pasti akan ada setidaknya satu dua manusia yang
menantikanmu, membutuhkanmu dan menyayangimu” tatapannya membiusku aku terdiam,mulutku
terasa kelu. Aku bahkan memang tidak memiliki niat untuk mengatakan apapun mengenai
pernyataannya itu. Aku melepaskan pelukan yang menyatukan tubuhku dengannya. “ aku tidak memiliki
niat untuk berterimakasih padamu, mengapa menagcaukan rencanaku,aku tidak menginginkan
penyelamat,aku tidak butuh itu. Apa kau bisa menghilangkan bebanku,hah?. Jika tidak,jangan mencoba
mencampuri kehidupan orang lain”,wah betapa kejamnya aku mengatakan itu pada penyelamatku. Tapi
saat ini itulah yang kupikirkan. Aku tidak ingin menaruh harapan pada ekspektasiku yang berharap
bahwa dia adalah penyelamatku,lagi pula bagaimana caranya dia jadi penyelamatku,dia hanya orang
asing.

Dia tak mebalas kata kataku namun juga tidak melangkah pergi meninggalkanku. Apa maunya?
Menagapa hanya diam sambil memandangi ku begitu? Ayolah katakan sesuatu kau hampir membuatku
takut. 5 menit kami hanya saling menatap dalam diam. “ dunia begitu kejam bukan? Apa kau merasa
sendiri? Aku akan menemanimu” perkataan yang membuatku terkejud. Siapa dia, beraninya dia
mengatakan harapan kosong yang kuharapkan itu. Bagaimana dia bisa begitu kejam.

“pernyataan gilamu hanya semakin membuatku sakit. Apa kau sungguh tak punya hati”

“mengapa itu adalah pernyataan gila. Aku bersungguh sungguh.” Dia menatapku serius seakan
dia memang akan melakukan apa yang dia katakan. Setelahnya dia mengalihkan pandangannya dari
wajahku,membenarkan posisi duduk sehingga kami duduk bersebelahan mengarah kelangit.
Pandangannya mulai memandangi langit yang tak terlihat hamparan bintang,sudah tertutup polusi. “Kau
pecaya takdir?”katanya sambil menoleh kearahku. Aku hanya menjawab dengan tatapan bingung. “aku
percaya, tapi aku juga percaya setiap takdir memiliki timbal baliknya. Setiap yang baik akan diikuti yang
buruk dan begitu sebaliknya.” Ucapnya seakan mengerti denagn kebingunganku.

“itu artinya setelah hal buruk tuhan menyiapkan sesuatu yang indah untukmu” aku terdiam.
Oatakku tak bisa mencernanya. Banyak yang masih terasa janggal. Namun aku bukan tipikal orang
terbuka yang akan menceritakan kisahku pada seseorang yang baru kutemui 2 jam yang lalu. “ hari
ini,saat kau memutuskan untuk menyerah artinya kau tak mengizinkan takdir baik yang telah disiapkan
tuhan untukmu berwujud. Apa kau tak merasa merugi?” ,aku mengalihkan tapanku dari wajahnya. Dia
benar dan aku salah. Itulah faktanya. Tapi aku tak suka mengakui kekalahan,walau nyatanya aku selalu
kalah.

Dia menarik tanganku dan menggenggamnya. Akan selalu ada tangn yang membantu mu untuk
naik. Dan hari ini tanganku lah yang akan membantumu. Tatapan tulus itu, oke,dinting pertahananku
runtuh. Aku ingin memberikan harapan terakhirku padanya.

Hari ini akan menjadi pertemuan keduaku dengannya. Hari pertama di liburan musim pertama
tahun ini. Semalam dia bilang bilang dia berjanji akan menagjakku jalan-jalan. Dia bilang jalan jalan akan
membantuku melupakan sejenak semua masalahku dan membantuku untuk mencari inspirasi tentang
hal apa yang akan kulakukan berikutnya. Hari ini aku berdandan sedikit. Hal yang sudah hampir setahun
lebih kulupakan setelah tiba dikorea. Untuk apa berdandan jika hanya mengalami hari yang buruk.
Bukankah itu hanya akan terasa seperti aku ikut merayakan hari buruk ku sendiri.

Aku keluar dari asramaku. Sepi,sepertinya semua orang pada kembali kerumahnya masing
masing atau pergi kesuatu tempat untuk menikmati liburan. Liburan akan berlangsung selama satu
bulan. Akan ada begitu banyak waktu untuk menikmati hari. Tahun lalu aku mengabiskan liburanku
dengan pulang keindonesia. Tapi itu justru terlihat seperti aku yang me;arikan diri seperti seorang
pengecut. Aku bahkan malu pada diriku sendiri. Tapi kali ini tidak. Aku tidak akan melarikan diri.

Senyumannya, hal pertama yangkulihat sesaat setelah aku mendorong pintu dpan asramaku.
“selamat pagi tuan putri” hah,gombalan klasik macam apa itu. Tapi tak apa itu tidak buruk. “pagi”. Dia
mengulurkan tangannya,bak pangeran. Wah bahkan wajahnya begitu mendukung. Aku tersenyum dan
membalas ulurannya. “kita akan kemana?”,dia tidak menjawab hanya tersenyum. Baiklah aku akan
menurut. Ayo kita ikuti pangeran tampan ini.

Tak lama kami sampai disebuah restoran yang memiliki nuansa khas korea jaman dulu. Bahkan
penjulanya memakai hanbuk kuno yang biasa dipakai oleh rakyat biasa pda jaman dulu. “Kau takkan
menyesal. Dan ini halal”,aku menatap kaget. “bagaimana kau tau?”, “ aku adalah seorang peramal”
uacapnya sambil tertawa meledek. “aku serius,apa kau menguntit,hah?”,tidak membalas, dia tertawa
kencang.hal itu benar benar menyebalkan,sungguh. Aku memasang muka sebel pada raut wajahku. Dan
dia malah mengak rambut atasku.

Anda mungkin juga menyukai