Alunan merdu kicau burung berirama bagai orkestra alam raya. Saut menyaut
kicauannya mengisi setiap ruang daun telinga, menggetarkan gendang telinga
mengisi setiap jengkal kepala. Paduka Tuan muda sedang asik menonton telivisi
dengan siaran live didalam gua hangatnya menenggelamkan diri dengan coklat
panas dan cerutu khas Zimbabwe. Paduka Tuan Muda sungguh sedang senang
hatinya melihat seorang gadis belia cantik menari menohok di telivisi sana.
Sungguh bibit unggulah dia itu kata Paduka Tuan Muda. Lelaki tua dengan
cangkul kebenarannya sedang berkonsentrasi untuk meyangkul ladang-ladang
kedustaan, ladang-ladang pertikaian dan ladang permusuhan di teras samping
rumah. Ia benar-benar bersungguh-sungguh membawa sebuah risalah kebenaran
menuju sang Lillah. Tuan Muda berkemaslah sucikan diri Tuan muda dengan
mandi tujuh daun rupa. Daun yang dapat menyembuhukan gatal-gatal di mata.
Tuan Muda ohhh, Ketahuilah jikalau tuan muda telah mendapatkan sebuah petaka
dengan menyaksikan apa yang Tuan Muda tak boleh saksiskan. Tuan muda dikau
telah merusak dan menodai mata tuan, sucikanlah dengan tujuh daun mujarab itu.
......
Lelaki tua itu tak sadarkan diri, ia terseret arus sungai begitu jauh dari sumber
mata air sampai suatu hari Paduka Tuan Muda menemukannya sekarat tersangkut
akar Pohon kebijaksanaan.
Bersembah sujud Tuan Muda kepada lelaki tua yang sekarat itu. Tuan muda
sungguh bersih dan baik hati tuan muda mau merawat aku yang diujung
kebinasaan dan peleburan ini. apakah yanng engkau mau dariku tuan muda.
Bagaikan tuan muda-tuan muda lainnya, ia ingin kaya, mobil mewah, hewan
ternak berlimpah, tanah seluas kerajaan Alengka dan harta yang tiada kira tiada
banding.
Ohh tuan muda saksikanlah dihadapanmu kini telah tersedia apa yan
engkau pinta lantas kenapa engkau hanya menutup mata. Ambilah. Ambilah apa
yang engaku inginkan itu.
Itulah tuan muda, engkau meminta apa yang engkau sendiri tak kuasa
untuk mengambilnya.