Anda di halaman 1dari 4

Cangkul Kebenaran

Butiran embun turun beralun bersama tarian rerumputan. Kicauan burung


memekik tinggi setinggi matahari terbit yang datang dari ufuk timur
memuncratkan cahaya-cahaya ilahi. Kembalilah kepada sang pencipta tuan
pemuda. Kata seorang lelaki tua dengan cangkul kebenarannya. oh sesungguhnya
kebenaran Tuhan ialah apa yang engkau lihat saban pagi, saban hari, saban waktu
ketika mega-mega telah memulai harinya maka bertobatlah anakku, dengan tobat
yang benar-benar tak dapat di tawar-tawar kembali.

Alunan merdu kicau burung berirama bagai orkestra alam raya. Saut menyaut
kicauannya mengisi setiap ruang daun telinga, menggetarkan gendang telinga
mengisi setiap jengkal kepala. Paduka Tuan muda sedang asik menonton telivisi
dengan siaran live didalam gua hangatnya menenggelamkan diri dengan coklat
panas dan cerutu khas Zimbabwe. Paduka Tuan Muda sungguh sedang senang
hatinya melihat seorang gadis belia cantik menari menohok di telivisi sana.
Sungguh bibit unggulah dia itu kata Paduka Tuan Muda. Lelaki tua dengan
cangkul kebenarannya sedang berkonsentrasi untuk meyangkul ladang-ladang
kedustaan, ladang-ladang pertikaian dan ladang permusuhan di teras samping
rumah. Ia benar-benar bersungguh-sungguh membawa sebuah risalah kebenaran
menuju sang Lillah. Tuan Muda berkemaslah sucikan diri Tuan muda dengan
mandi tujuh daun rupa. Daun yang dapat menyembuhukan gatal-gatal di mata.
Tuan Muda ohhh, Ketahuilah jikalau tuan muda telah mendapatkan sebuah petaka
dengan menyaksikan apa yang Tuan Muda tak boleh saksiskan. Tuan muda dikau
telah merusak dan menodai mata tuan, sucikanlah dengan tujuh daun mujarab itu.

......

Di tengah pertapaanya. Lelaki tua pembawa cangkul kebenaran dihampiri oleh


seekor sapi. Gemericik lonceng di kaki dan lehernya menghantui pertapaan sang
lelaki tua. Suaranya lama-lama mengalun tambah keras. Langkahnya semakin
dekat semakin cepat. Berdegub kencangg jantung lelaki tua. Nafasnya semburat
pas ditelinga lelaki tua. Bau busuk rerumputan tercium keras, sapi itu kembali
mengeluarkan nafasnya tepat diwajah lelaki tua. Dengan keras sapi itu mengaum
sejadi-jadinya. Lelaki tua tetap berusaha berkonsentrasi dengan tapanya, ia tetap
berusaha untuk tenang dan tak membuka sedikitpun mata, tetap bertahan untuk
tidak bergerak sedikitpun dari tempat dan menggerakan bagian tubuh sedikit pun
bahkan batang zakar yang berkontraksi ia tahan. Gemericik lonceng sapi betina
menggema begitu keras bagaikan gema tabuhan beduk waktu shalat. Hentakan
kakinya menggetarkan tanah. Lelaki tua dalam pikirnya bertanya-btanya.
Seberapa besar pula sapi ini. nafasnya keras terasa oleh tubuhnya, ia juga
merasakan hembusan nafasnya membuat tanah disekelilingnya bergetar keras.
Bertanya-tanya lelaki tua itu. sapi apa ini yang mampu menggetarkan tanah hanya
dengan satu tarikan nafas. Ia kembali mengaum begitu keras, kali ini aumannya
tujuh kali lebihh keras dibanding sebelumnya. Lelaki tua tak mampu mendugaa
dari arah sebelah mana, gendangnya pecah. Telinganya dienuhi darah yang
mengalir keluar menetes ketanah. Lelaki tetap mempertahankan posisi dengan
sebaik munngkin meski rasa sakit pasti menerkam dari dalam. sapi itu kembali
lagi meggetarkan tanah dengan hentakan kakinya. Tubuh lelaki tua terguncang
keras hampir-hampir sempoyongan dan posisi tapanya nyaris akan rubuh. Lelaki
tua tetap mempertahankan tapanya dengan baik. Dan suara-suara pergerakan sapi
itu lama-lama hilang, nafas baunya sudah tak tercium lagi oleh lelaki tua. Tak ada
getaran, tak ada auman pun juga tak ada lagi gangguan-gangguan dari sapi lagi.
Dengan rasa gemetar dan takut lelaki tua itu memaksakan untuk membuka
matanya dengan cepat-cepat ia berdiri dan lari dengan sempoyong ke kiri juga
kanan. Mata yang telah ia tutup beberapa minggu tiba-tiba ia buka dengan ceat-
cepat membuat semua yang ia lihat adalah putih yang menyilaukan. Ia berlari
tanpa arah. Kepalanya tiba-tiba pusing, begitu berat sampai lelaki tua itu
tersungkur menuju jurang terjal, berputar-putar tubuhnya jatuh kebawah
mengntam rantung dan akar, menerjang bebatuan dan sampai kepada sungai suci
dilembah Alaska.

Lelaki tua itu tak sadarkan diri, ia terseret arus sungai begitu jauh dari sumber
mata air sampai suatu hari Paduka Tuan Muda menemukannya sekarat tersangkut
akar Pohon kebijaksanaan.

Bersembah sujud Tuan Muda kepada lelaki tua yang sekarat itu. Tuan muda
sungguh bersih dan baik hati tuan muda mau merawat aku yang diujung
kebinasaan dan peleburan ini. apakah yanng engkau mau dariku tuan muda.

Bagaikan tuan muda-tuan muda lainnya, ia ingin kaya, mobil mewah, hewan
ternak berlimpah, tanah seluas kerajaan Alengka dan harta yang tiada kira tiada
banding.

Gemuruh langit hitam menggetarkan bumi. Awan gelap tiba-tiba menggumpal


tepat diatas tuan muda. Petir menyahut bergantian keras memuncratkan
aliranlistrik yang begitu dahsyat. Angin berehembus kencang merobohkan pohon-
pohon suci. Tanah merekah terbelah menjadi dua memisahkan antara lelaki tua
dengan Tuan Muda. Cahaya bersinar keras dari dalam tanah yang merekah.
Cahaya itu begitu keras sampai menyilaukan mata membuat semua menjadi
kuning bercahaya. Tak kuasa Tuan Muda menyaksikan apa yang ada didalmnya,
Tuan muda menutup matanya dengan mejerit karena ketakutan.
Lelaki tua tetap berada diposisinya dengan tenang menyaksikan cahaya yang
semburat itu di balik kecamata hitam legamnya.

Ohh tuan muda saksikanlah dihadapanmu kini telah tersedia apa yan
engkau pinta lantas kenapa engkau hanya menutup mata. Ambilah. Ambilah apa
yang engaku inginkan itu.

Tuan pertapa, di depan cahaya sebesar ini bagaimanakah aku dapat


mengambilnya, jika membuka mata saja aku tak kuasa.

Itulah tuan muda, engkau meminta apa yang engkau sendiri tak kuasa
untuk mengambilnya.

Aduhh... Maafkanlah hamba tuan pertapa. Bagaimana hamba dapat


menebus keserakahan hamba ini

Pergilah ke sebuah gunung agung. Gunung Olympus di Planet Mars.


Taklukanlah gunung itu. Larilah menuju puncak singgahsananya. Dan
ambilkanlah untukku sebuah senjata yang begitu sakti mandraguna.

Senjata apa itu Tuan.

Jangan bertanya apa senjata itu, tetapi ingatlah perkataanku. Bahwa


perjalananmu untuk mendapatkannya itu snagat panjang dan melelahkan,
menyusahkan bahgkan mengancam eksistensianmu di kehidupan ini. engkau akan
menaiki sebuah baja terbang mengantarkanmu menuju Planet Mars lalu kemudian
engkau akan dikelilingii baju putih berat. Kepalamu dikelilingi kaca. Di sana
engkau akan biisa terbang, melompat dengan tinggi setingg duapuluh gajah yang
disusun keatas. Engkau akan mampu mengangkat batu yang seberat ratusan kali
lipat dari seekor singa. Engkau akan mendapatkan kekuatan yang ekstra tetapi
jalanmu menuju Puncak Agung Gunung Olympus itu bukanlah sebegitu
gampangnya. Ingatlah perkataanku Tuan Muda!

Aku maish menunggu...

Disana bukanlah tempatmu tetapi engkau harus menebus kesombonganmu


yang terlalu tinggi itu maka engkau juga harus menapaki sebuah gunung tertinggi
di jagad ini. engkau harus menemukan sebuah senjata yang maha agug, maha
saksi, maha digdaya untukku. Engkau akan melewati tigaratus lembah, tujuh
puluh sungai berlahar yang disana kau pun harus berhati-hati dengan ikan-ikan
neraka. Engkau juga akan melewati sarang naga dengan semburan api ganas,
gurita pemakan jari-jari kaki dan yang paling penting engkau akan mendaki
sebuah gunung tertinggi di alam semesta. Kuharap kakimu tak akan lumpuh...
Kelak di sebuah catatan kuno. Senjata itu berhasil didapatkan dengan nama
cangkul kebenaran.....

Anda mungkin juga menyukai