Anda di halaman 1dari 49

BAB

PENJELAJAHAN

P
ada zaman dahulu kala, manusia hidup berdampingan dengan
makhluk lain, seperti jin, putri duyung dan beberapa
makhluk bukan manusia lainnya. Mereka saling menjaga
daerah teritorialnya masing-masing dan membuat peraturan
tentang dunia mereka dengan tujuan kerukunan dan kerhamonisan
dapat terlaksana.

Dibawah laut, terdapat kerajaan putri duyung yang berdiri kokoh


dan gagah yang dipimpin oleh rajanya yang begitu bijaksana dan
tegas yang dikenal sebagai raja triton. Raja triton dikenal karena
mampu menguasai daerah lautan yang luas hingga ke samudra
Pasifik. Dia hidup dengan bahagia di istana bersama dengan istrinya
yang cantik dan anggun bernama wulan.

Raja triton juga memiliki seorang putri yang sangat gemar belajar
dan mencari tau, bernama kemuning. Sejak kecil, kemuning sering
berkeliling lautan hanya untuk terus belajar dan memuaskan hasrat
rasa ingin tahunya terkait dunia yang begitu luas ini. Hingga saat ini
usianya sudah beranjak dewasa namun rasa ingin tau yang kuat tetap
berada lekat di hatinya. Hatinya begitu penasaran tentang kehidupan
di dunia atas, kehidupan para manusia. Sudah bertahun-tahun dia
menyelidiki tentang dunia manusia. Sudah lama dia mengamati
manusia-manusia yang berlayar di atas kapal, atau hanya sekedar
berenang di tepian. Rasa penasaran nya semakin memuncak setiap
hari membuat dia tidak bisa menahannya lagi.

"Ayah, usiaku sudah beranjak dewasa, bolehkah aku mempelajari


kehidupan manusia?" Belum sempat ayahnya menjawab, ibu
kemuning, wulan, langsung menyangkal tegas ucapan kemuning.
"Tidak boleh! Untuk apa kau berada di dunia manusia? Mereka
sangat berbahaya!" Raut wajah kemuning berubah menjadi sedih.
Dia tidak pernah menyangka bahwa permintaannya akan ditolak
secepat dan setegas itu.

"Itu benar anakku, mengapa kau begitu ingin melihat dunia manusia?
Apakah kau merasa tidak cukup senang berada di istana ini? Apakah
istana ini kurang luas bagimu untuk berpetualang?" Ayah kemuning
menjawab dengan bijaksana, membuat kemuning kembali
bersemangat. Dia berpikir bahwa jawaban ayahnya memberikan
sedikit harapan dan kemungkinan.

"Seperti yang ayah tau, aku sangat senang belajar. Aku sangat ingin
tau apa yang manusia lakukan. Aku sudah mengamati ini sejak lama,
ayah." Kemuning memelas kepada ayahnya membuat raja tersebut
semakin tidak tega. "Baiklah kemuning, kau bisa pergi, Dengan
syarat jika matahari sudah terbenam, kau harus kembali lagi ke lautan
tanpa terkecuali"

"Tunggu dulu, triton!" Ratu wulan langsung memotong ucapan


suaminya tersebut. "Tidakkah kau merasa bahwa keputusan mu
terlalu cepat? Dunia manusia terlalu berbahaya. Bukankah kau
dengan raja para manusia, ali sudah membuat beberapa peraturan
tentang ini?" ratu wulan tetap bersikeras untuk melarang kemuning
pergi ke daratan membuat keadaan di ruang raja tersebut memanas.

"Tentu kami sudah membicarakan ini, kami sudah


mempertimbangkan banyak hal. Kami sudah membuat beberapa
peraturan demi kebahagiaan bersama. Selama kemuning tidak
melanggar ucapanku, kemuning akan baik-baik saja!" Ucap raja
triton yakin. Menurutnya, dia sudah benar-benar yakin bahwa
peraturan yang sudah dirinya diskusikan dengan ali mampu
melindungi rakyatnya. Dia kurang senang dengan ucapan istrinya
yang seolah-olah menyudutkan dirinya dan berpikir bahwa dia telah
membuat peraturan yang lemah.

Ratu wulan tidak dapat menbantah lagi. Dia tidak mampu untuk
melanjutkan perdebatan ini dengan suaminya. Menyadari perdebatan
telah berakhir dan kemuning disetujui untuk pergi ke daratan,
kemuning merasa sangat bahagia dan senang dengan keputusan raja
triton. Kemuning memeluk ayahnya dan kemudian ibunya sebagai
bentuk Terima kasih nya. Dia berkata bahwa dia akan pergi besok
pagi sehingga bisa sedikit lama berada di daratan.

Keluar dari ruang kerajaan, kekemuning menuju taman kerajaan yang


dipenuhi oleh kerumbu karang. Disana terdapat bangkai kapal yang
tenggelam beserta kerumbu karang yang berwarna-warni menghiasi
sekelilingnya. Ikan beragam corak dan warna berkeliling dan bermain
di sekitar sana, membuat pemandangan semakin indah. Kemuning
bertemu dengan dua sahabatnya sejak kecil siere dan pavlopetri yang
sedang bercanda di salah satu kabin kapal.
"Teman-teman... Besok aku akan pergi ke daratan untuk mempelajari
kehidupan manusia!" Kemuning bercerita dengan penuh kebahagiaan
dan semangat. Namun, kedua temannya itu malah saling menoleh
dengan tatapan bingung. "Mengapa dirimu ingin pergi ke sana?
Lihatlah! Disini banyak hal indah yang bisa dilakukan." Ucap
pavlopetri sambil merangkul bahu kemuning.

"Itu benar, dunia manusia berbeda dengan dunia kita. Akan sangat
berbahaya bila pergi kesana. Walaupun manusia mirip dengan kita,
bukan berarti mereka baik!" Siere menambahkan ucapan pavlopetri
dengan nada khawatir.

"Seperti kita bukan? Duyung juga tidak semuanya baik. Manusia


juga begitu, tidak semuanya baik dan tidak semuanya jahat. Jangan
memandang sama mereka semua!" Ucap kemuning membela. Siere
dan pavlopetri hanya bisa menarik nafas karena mereka tau seberapa
keras kepalanya teman masa kecil mereka itu.

Keesokan paginya, matahari menyapa lembut lautan. Kemuning


dengan semangat segera menuju perbatasan antara daratan dan
lautan. Kemuning ingat pesan ayahnya bahwa untuk pergi ke daratan,
dia perlu mengucapkan mantra agar bisa beradaptasi di dunia
manusia. "Bumi langit bumi surga, aku melangkah untuk menghargai
dan menyayangi. Aku ikut akan peraturan dan tunduk pada raja.
Avkrum mikrum." Kemuning mengucapkan mantra dan kemudian
berjalan perlahan menuju permukaan air. Sirip ikannya menghilang
digantikan oleh sepasang kaki yang indah.
Kemuning melompat lompat dengan bahagia di pinggiran pantai
menyadari bahwa mantranya berhasil dan kini dia berada di dunia
manusia. Kemuning mulai berjalan memasuki desa di pinggiran
pantai. Terdapat banyak anak kecil yang berlari kesana kemari, saling
mengejar satu sama lain. Terdapat juga seorang nelayan yang baru
saja pulang dari kegiatan melautnya dan berusaha memindahkan
Ikan-ikan yang didapatnya di dalam wadah. Kemuning
memperhatikan itu semua dengan seksama dan senyum gembira.

Lama berjalan di sekitaran desa membuat kemuning tidak


menyangka hari sudah mulai petang. Matahari sudah berada di barat
dan para orang tua sudah meneriaki anaknya menyuruh mereka
untuk segera masuk ke dalam rumah. Kemuning bergegas menuju
tepi pantai lagi ketika pandangannya terkejut kan oleh sosok di kapal
nelayan.

"Siere? Kamu kenapa disini? Dan Jaring-jaring itu?" Kemuning


menghampiri temannya dengan rasa khawatir. Tubuh siere terbelit
oleh jaring-jaring nelayan yang besar. "Kemuning! Tolong aku!"
Ucap siere sambil menangis. "Sial banget, padahal aku kira tadi
dapat ikan bandeng super gede, ternyata dapatnya ikan setengah
manusia!"

"Heh, kurang ajar, aku ini putri duyung tau!" Sanggah siere dengan
cepat sambil tetap menangis. "Sudah, jangan bertengkar. Lebih baik
sekarang segera kitab lepaskan ikatan ini sebelum matahari
terbenam!" Ucap kemuning cepat dengan bijaksana.
Setelah usaha yang panjang, akhirnya siere bisa lepas dari jeratan
jaring nelayan tanpa perlu merusak jaring milik pemuda tersebut.
"Terima kasih kemuning!" Siere melompat dan memeluk kemuning
yang langsung disambut hangat olehnya.

"Sama aku gak ada makasih nih?" Pemuda tersebut menggoda siere.
"Tidak ada, bagimu dimaafkan saja sudah bagus karena kamu telah
menjebak ku!" "Eh kurang ajar, aku tidak melakukannya. Aku hanya
melakukan pekerjaan ku!" Siere dan pemuda itu terus berdebat
membuat kemuning hanya menghela nafas panjang mendengarnya.

Matahari mulai tenggelam membuat kemuning sadar bahwa ia harus


segera kembali. "Tolong bantu aku membawa siere kembali ke air!"
Ucapan kemuning tidak memberikan cela bagi pemuda itu untuk
menolak, memaksanya untuk menuruti permintaan kemuning.

Siere sudah masuk kembali ke lautan meninggalkan kemuning


sendirian di daratan. "Bumi langit bumi surga, aku melangkah untuk
menghargai dan menyayangi. Aku ikut akan peraturan dan tunduk
pada raja. Avkrum mikrum." Kemuning kemudian melangkah
perlahan menuju lautan dan kembali berubah menjadi putri duyung.
Pemuda yang menyaksikan itu hanya bisa terkagum-kagum melihat
kemampuan wanita tersebut.
MUNCULNYA SI RADEN

K emana saja kau kemuning!? Tidak tahu kah orang tua


mu sangat mengkhawatirkan mu!?" Ibu kemuning
berteriak keras kepada kemuning yang baru saja
sampai di istana. Kemuning sadar bahwa tentu bukan salahnya
dia kembali terlambat. Dia membantu siera terlebih dahulu
untuk lepas dari jeratan nelayan, hal itulah yang membuat
kemuning terlambat untuk kembali.

Setelah puas diomelin oleh Raja dan ratu perihal pasal ini dan
peraturan itu, kemuning keluar ruangan dengan ekspresi muka
lelah. "Maaf kemuning, karenaku dirimu menjadi kena marah
oleh kedua orang tuamu!" Siere tidak mampu mendongakkan
wajahnya dan memandang mata kemuning membuat kemuning
menjadi iba akan nya. "Tidak apa, siere, yang terpenting kamu
selamat. Apakah kamu baik-baik saja? Adakah bagian tubuhmu
yang terluka?"

Raut wajah siere berubah seketika menjadi senang ketika


kemuning menanyakan kondisinya. "Tidak apa, kemuning.
Tidak ada dari badanku yang terluka." Jawaban siere membuat
kemuning tersenyum senang. Bagaimanapun, dia merasa bahwa
menolong temannya lebih penting dari apapun. Siere dan
kemuning kemudian berpisah menuju kamar mereka masing-
masing karena hari sudah semakin gelap dan kemuning ingin
segera pergi tidur karena lelah akan hari yang panjang namun
menyenangkan ini.

Keesokan paginya, kemuning pergi kembali ke taman istana.


Disana sudah ada pavlopetri yang sedang duduk sendirian.
Melihat kedatangan sahabatnya itu, pavlopetri segera berdiri
dan berenang cepat menghampiri kemuning.

"Bagaimana perjalanan mu kemarin, kemuning? Apakah


menyenangkan?" Pavlopetri bertanya secara antusias kepada
kemuning. Pertanyaan pavlopetri membuat dirinya merasa
bahagia dan mulai menceritakan segala yang dia lihat di daratan
kepada pavlopetri. Kemuning menceritakan secara detail akan
apa saja yang dia lihat, rasakan, dan dengar selama di daratan
membuat pavlopetri merasa terkagum-kagum.

"Perjalanan yang menyenangkan ya, kemuning! Apakah kamu


akan kembali ke daratan besok?" Tanya pavlopetri menanggapi
akhir cerita dari perjalanan kemuning.

"Entahlah aku tidak yakin. Aku pulang melewati batas yang


sudah ayah izinkan. Sepertinya akan sedikit sulit bagiku untuk
meminta izin agar pergi ke daratan lagi!" Terdengar kesedihan
di ucapan kemuning membuat pavlopetri turut merasa sedih
juga. Dirinya ingin membantu, tapi apa daya, raja triton adalah
raja yang sangat berkuasa dan tegas, tidak mudah untuk
meluluhkan hatinya.

"Tapi, bisa saja sih aku melanggar." Ucap kemuning yang


sontak membuat pavlopetri terkaget. "Kemuning, tidakkah
kamu tau itu adalah tindakan yang sangat nekad? Bukanlah hal
yang baik untuk melanggar ketentuan raja!" Pavlopetri
berusaha mengingatkan kemuning yang menurutnya sudah
kehilangan akal tersebut.

Kemuning hanya mengangkat pundaknya, seolah tidak peduli


dengan peringatan yang diberikan oleh pavlopetri.
Sesungguhnya di hati kemuning, dirinya masih sangat
penasaran tentang apa yang terjadi di daratan. Masih banyak
tempat yang ingin ia kunjungi dan datangi.

Sedangkan itu, dilain tempat, terdapat seorang nenek tua yang


sedang berbaring lemah di kasur tempat ia tidur. "Wahai
raden, segeralah menikah. Sesungguhnya sebelum aku pergi
meninggalkan dunia ini, aku sangat ingin menyaksikan anak ku
satu-satunya menikahi seorang wanita." Wanita tersebut
berkata dengan suara yang sangat dalam dan serak.

"Iya ibu, aku akan sesegera mungkin menemukan pendamping


hidup!" Ucap pemuda itu dengan nada yang dalam. Pemuda
itu bernama raden, fisiknya tampan dengan postur tubuh yang
tinggi. Rambutnya panjang teurai berwarna hitam lebat.
Kulitnya sawo matang dengan otot-otot gagah terpampang
jelas di badannya. Pekerjaan sehari-hari raden adalah seorang
nelayan di laut. Ayahnya meninggalkan mereka semenjak raden
kecil sehingga raden hanya hidup berdua dengan ibunya.

Raden berpamitan untuk pergi melaut lagi hari ini,


meninggalkan ibunya yang sakit sendirian di rumah.
Sebenarnya raden tidak ingin meninggalkan ibunya, namun apa
daya, jika dia tidak bekerja maka mereka tidak bisa makan.
"Semoga hari ini aku bisa mendapatkan banyak ikan untuk
biaya berobat ibu, bukan malah putri duyung lagi." Doa raden
sebelum dia mendorong perahunya ke laut. Biasanya dia pergi
berlaut di malam hari, namun karena belakangan ini cuaca
sedang tidak mendukung, hujan terus menerus jatuh saat
malam hari, membuat raden harus mau tidak mau bekerja di
siang hari dengan tenaga seadanya. Ia akan berangkat
menggunakan perahu tradisional, mendayung perahunya atau
bila cukup beruntung maka angin akan membantunya sampai
ke tengah laut. Disana ia akan menebar jaring dan memancing
ikan-ikan.

Kembali ke kemuning, kemuning masih melihati daratan dari


dalam lautan dengan pandangan sedih. Hingga kemudian dia
melihat raden berlayar menuju tengah lautan. Entah apa yang
ada di pikiran kemuning, tapi kemuning mulai mengikuti
raden. Dia mendengar ucapan raden yang sedih karena sejak
beberapa hari belum mendapatkan ikan sama sekali untuk
dijual dan membutuhkan uang sesegera mungkin untuk
berobat.

"Sebagai salah satu penguasa lautan, dengarkanlah kuasa ku,


avkrum mikrum!" Kemuning merapalkan mantra dan dalam
seketika saja banyak ikan berdatangan dan memenuhi jaring-
jaring yang telah disebar oleh raden membuat raden
kebingungan sekaligus senang.

"Terima kasih, Tuhan. Dengan ikan sebanyak dan secepat ini


aku bisa membeli obat untuk ibu dan segera pulang untuk
merawatnya!" Syukur raden sembari menarik kembali jaring
nya menuju perahu. Karena merasa tugasnya sudah selesai,
raden mulai mendayung kembali untuk pergi ke daratan dan
menjual ikan-ikan hasil tangkapannya di pasar.

"Pemuda itu adalah pemuda yang baik. Dan seseorang yang


baik pantas menerima apa yang seharusnya dia Terima." Batin
kemuning. Kemuning kemudian mengikuti raden hingga ke
daratan. Dia melanggar larangan ayahnya dan tetap pergi ke
daratan tanpa izin. Disana dia tetap mengikuti raden secara
diam-diam yang menghantarkan ikan hasil tangkapannya ke
pasar. Dia juga melihat raden membeli beberapa makanan.

Raden kemudian berjalan menuju rumah kayunya dan


kemuning masih mengikutinya. Dari ambang pintu, kemuning
dapat melihat betapa cintanya raden dengan ibunya. Hati
kemuning luluh ketika melihat raden merawat ibunya dengan
penuh ketekunan dan kesabaran.

Raden yang menyadari kehadiran kemuning segera berjalan


menuju ambang pintu. Kemuning yang masih dalam dengan
lamunannya tidak sadar ketika raden sudah berada di
sampingnya menegurnya. "Kamu? Ngapain kamu disini?"
Tanya raden yang membuat kemuning gelagapan.

"Siapa itu, raden?" Ibu raden yang tidak dapat bangun dan
melihat lawan bicara raden bertanya. "Tolong, bisakah kau
menyembuhkan ibuku? Aku akan melakukan apapun demi ibu
sehat!" Permohonan raden membuat hati kemuning semakin
luluh. Dia merasa iba, namun, tidak ada yang bisa dia lakukan
juga.

"Tidak, kita berbeda. Kemampuan ku hanya untuk dilautan.


Maaf!" Ucap kemuning sedih. "Raden?" Ibu raden kembali
memanggil membuat raden mulai mendekat kembali ke arah
ibunya. Kemuning berjalan mengikuti raden memasuki
rumahnya.

"Siapakah wanita cantik ini, raden? Apakah dirimu sudah


menemukan kekasih hati?" Pertanyaan ibu raden membuat
raden maupun kemuning kebingungan. Kondisi kesehatan ibu
raden semakin buruk, membuat raden rasanya tidak kuasa
untuk menyangkal. Kemuning memandang mata raden, merasa
kebingungan juga terkait apa yang harus dia jawab.

"Iya, ibu, dia adalah calon istri raden!" Dan jawaban raden
membuat kemuning kebingungan. Wajah kemuning memerah.
Kemuning memutuskan tidak menyangkal dan mengamati
keadaan.

"Baguslah jikalau begitu. Wahai anak cantik, tolong jaga


anakku, raden. Dia memang anak yang baik namun terkadang
terlalu baik sehingga mudah untuk dimanfaatkan. Terkadang
dia bekerja terlalu keras hingga lupa makan. Tolong jaga
anakku karena usiaku sudah tidak lagi lama." Ibu raden
memegangi tanganku dan mengusapnya perlahan.

"Tolong jangan mengatakan itu, ibu!" Raden mulai bersedih,


air matanya tidak dapat tertahankan kembali. "Raden, tolong
jaga diri ya!" Sesaat setelah ibu raden mengatakan hal itu, ibu
raden menghembuskan nafas terakhirnya. Raden terduduk
lemas bersedih melihat kematian ibunya. Tanpa sadar
kemuning juga meneteskan air mata kesedihan walaupun dia
baru saja mengenal raden dan ibunya.

Hari mulai sore, kemuning dan raden berjalan ke luar rumah


menuju lautan. "Terima kasih karena tidak menyangkal
ucapanku tadi. Maaf aku kurang sopan." Permohonan maaf
raden disetujui oleh kemuning. Baginya tindakan raden tadi
adalah tindakan yang benar.

Kemuning kemudian merapalkan mantra dan berjalan kembali


menuju tengah lautan, meninggalkan raden dengan cahaya
matahari yang mulai samar. Di dalam lautan, terutama
kerajaan, raja dan ratu mulai khawatir karena mereka sedari
tadi tidak bisa menemukan kemuning.

"Dari mana saja kamu, kemuning? Tidakkah engkau tau kami


sudah mencarimu sedari tadi dengan perasaan khawatir?"
Tanya ratu wulan kepada kemuning. "Itu benar, kemuning.
Sebagai anak dari raja yang memiliki kekuasaan lautan terbesar,
seharusnya dirimu bisa menjadi contoh bagi rakyat dan kaum
putri duyung yang lainnya."

Lagi dan lagi kemuning merasa disudutkan. Dia tidak


mendapatkan hak bersuara di sini. Kemudian sebuah
gerombolan kuda laut datang dengan cepat, mengarah ke raja
triton. "APA!? KAMU BARU SAJA PERGI KE DARATAN
LAGI?!" teriak raja triton kepada kemuning.

"Kau seharusnya sadar akan betapa kelewatannya dirimu saat


ini, kemuning! Tindakan mu sangatlah berbahaya!" Entah
mengapa kemuning rasanya tidak mampu untuk berdebat
dengan kedua orang tuanya, membuat dirinya berada di posisi
yang semakin salah karena hanya terus menerus diam.

"Kemuning, segera pergi ke kamar dan renungkanlah apa yang


telah dirimu lakukan!" Perintah ratu wulan yang sama sekali
tidak dibantah oleh kemuning. Kemuning berjalan perlahan
menuju kamarnya, menangis sedih atas omelan kedua orang
tuanya. Entah mengapa mulutnya membisu ketika dihadapkan
dengan pertanyaan orang tuanya.

AWAL DAN AKHIR


B eberapa hari "terkurung" Di lautan membuat kemuning
merasa bosan. Kemuning kemudian merencanakan
rencana untuk pergi ke daratan secara diam-diam besok.
Hatinya juga entah mengapa merasa kangen akan seorang raden
membuat tepatnya semakin kuat.

Keesokan harinya, kemuning tetap secara diam-diam pergi ke


daratan melanggar larangan orang tuanya. Disana dia bertemu
dengan raden yang baru saja pulang dari makan bunya. Raden
menyambut kedatangan kemuning dengan baik membuat
kemuning merasa senang. Raden kemudian menawarkan diri
untuk mengajak kemuning berkeliling daratan dan
memperkenalkan kepada beberapa budaya yang ada sebagai
bentuk Terima kasih atas bantuan kemuning kemarin.

Kemuning sangat merasa senang dan menerima ajakan raden.


Mereka berkeliling dari tempat ke tempat, melihat beberapa
pertunjukan dan mencoba banyak makanan baru. Kemuning
merasa sangat bahagia karenanya.

Di akhir hari, saat kemuning dan raden duduk menatap langit,


Tiba-tiba terjadi sesuatu yang mengejutkan. "Kemuning, hatiku
jatuh sejak pandangan pertama melihat mu. Maukah dirimu
menikah denganku?" Raden bertekuk lutut dan memegangi
tangan kemuning dengan lembut. Sungguh, didalam hati
kemuning, dia merasa sangat mencitai raden. Walaupun
mereka baru saja bertemu dan belum banyak mengenal satu
sama lain, perasaannya kepada raden sudah sangat kuat
membuat dia tanpa sengaja membuat keputusan yang gegabah.

Dia menerima permintaan raden. Raden yang merasa sangat


senang pun memeluk erat kemuning. Kemuning juga ikut
membalas pelukan raden. Mereka berdua berencana akan
menikah besok lusa setelah raden mempersiapkan segala
keperluan yang diperlukan. Raden kemudian berpamitan
dengan kemuning untuk segera mengurus segala keperluan.
Kemuning yang merasa sudah puas berasa di daratan akhirnya
memutuskan untuk pergi kembali ke lautan.

Dirinya hari ini cukup beruntung karena kedua orang tuanya


sedang berada di lautan hindia untuk menghadiri rapat antar
raja yang sangat penting sehinga dirinya tidak diomeli lagi hari
ini. Kemuning berenang dengan bahagia menuju kamarnya. Dia
juga memerintahkan kepada beberapa kuda laut untuk
memanggil kedua sahabatnya, pavlopetri dan siere untuk
menginap di kamarnya malam ini.

Kedua sahabatnya itupun akhirnya datang ke kamar kemuning.


Kemuning menceritakan segala hal yang terjadi hari ini
termasuk lamaran dari raden. "Kau gila, kemuning!" Ucap siere
setelah selesai mendengar cerita dari kemuning. "Itu adalah hal
yang sangat berbahaya, kemuning! Tidakkah kamu tau bahwa
peraturan kedua dunia sebenarnya melarang cinta dua dunia?"
Imbuh pavlopetri.

"Teman-teman, aku sudah belajar peraturan ini sejak kecil.


Aku tau ini aman. Dan sebenarnya, peraturan akan pernikahan
kedua dunia ini sebenarnya baik-baik saja dan diperbolehkan."
Ucap kemuning berusaha menenangkan rasa khawatir teman-
temannya.

"Setidaknya bicarakan itu terlebih dahulu dengan raja dan ratu,


kedua orang tuamu! Jangan bertindak se gegabah itu!" Siere
berusaha menegur temannya yang menurutnya sudah semakin
kelewatan membangkangnya itu. "Itu benar, kemuning,
setidaknya raja harus tau akan apa yang terjadi!" pavlopetri
setuju dengan gagasan siere untuk tidak bertindak gegabah.

"Mereka pasti tidak setuju, berkata ini dan itu. Merepotkan."


"Kau tau mereka tidak setuju karena banyak peraturan dan kau
melanggarnya? Apakah pemuda itu sudah menyihir mu,
kemuning sehingga kamu menjadi kehilangan akal seperti ini?"
Pernyataan kemuning disanggah cepat oleh siere membuat
kemuning semakin tersudut.

"Peraturan ada untuk melindungi kita semua dari mara bahaya,


kemuning!" Siere menambahkan. Dia terlihat sangat berusaha
keras untuk menyadarkan temannya yang sedang dimabuk
cinta tersebut.

"Kemuning, sadarlah! Itu adalah tindakan yang sangat


berbahaya!" Pavlopetri memelas dan menggoyang-goyangkan
tubuh kemuning perlahan. "Tidak apa, teman, sungguh! Aku
akan bisa menjaga diri." Teman-teman kemuning menyerah
dengan keras kepala kemuning. Kedua sahabatnya itu hanya
menarik nafas panjang dan berdoa dari dalam hati semoga
kemuning diberikan kebahagiaan dan baik-baik saja.

Hari berlalu dengan cepat esok hari. Kemuning merasa bahagia


dan tidak sabar akan menikah dengan sosok pria yang dia
cintai. Hari telah tiba, pernikahan berlangsung dengan damai
dan bahagia. Kemuning meras sangat bahagia karena kini raden
berada di sampinganya sebagai seorang suami. Pesta
berlangsung meriah selama 2 hari 2 malam membuat kedua
mempelai baru itu sangat kelelahan.

Kemuning sebenarnya masih belum terlalu sempurna ketika


berada di darat. Gerakannya tidak terlalu cepat dan masih
belum lihai dalam berlari karena dia tidak sering menggunakan
kaki. Namun itu bukanlah hal yang terlalu bermasalah baginya,
karena dia masih bisa tetap hidup bahagia bersama suaminya.
Kemuning mulai belajar untuk beradaptasi di hidup manusia
lebih dalam. Dia mulai belajar bagaimana cara memasak nasi,
bagaimana cara membuat makanan di daratan dan lain
sebagainya. Berbagai budaya yang sebelumnya hanya dilihat dan
diperhatikan oleh kemuning memaksa dia untuk segera
beradaptasi dan belajar hingga ahli. Kondisi ini sering membuat
lelah kemuning karena dirinya juga masih belum terbiasa
berpindah tempat menggunakan kaki.

"Jangan terlalu dipaksakan, sayang! Lakukan dengan perlahan


dan nikmati segala prosesnya. Aku tidak ingin dirimu tertekan
karena ku" Raden merasa tidak enak hati karena sering melihat
kemuning kelelahan di akhir hari. Kemuning yang menyadari
rasa khawatir suaminya tersebut membalas dengan senyuman
hangat.

"Aku baik-baik saja suamiku, sungguh. Aku hanya perlu


beradaptasi lebih lama lagi." Kemuning mengelus pundak
suaminya dengan lembut untuk menangkan raden yang sedikit
khawatir. Raden tersenyum hangat kepada kemuning sebagai
respon.

Satu minggu berlalu, pernikahan mereka masih baik-baik saja.


Namun, tidak lama setelah matahari terbenam, ketika
kemuning hendak menghantarkan suaminya pergi nelayan lagi,
pusaran ombak tinggi terbentuk di lautan. Pandangan pasangan
suami-istri tersebut memperhatikan dengan seksama apa yang
terjadi. Dari pusaran ombak itu, munculah kereta kuda raksasa
yang ditarik oleh kuda. Kuda tersebut seperti kuda di daratan
namun berwarna biru dan terbuat dari air. Naik di atasnya
terlihat seorang raja dengan tongkat trisulanya terduduk gagah
beserta istrinya yang anggun di sampingnya.

"Wahai anakku kemuning, tidakkah kau sadar tindakan gila


apa yang telah kau lakukan?" Seru raja triton kepada anaknya.
"Aku telah mendengar segalanya dari istana. Kau benar-benar
berada di kemalangan yang amat besar, kemuning." Lanjut raja
triton.

"Setelah kami merawatmu dari kecil dengan baik. Setelah kami


membesarkan mu dengan baik, dirimu lebih memilih tinggal
bersama manusia dan bahkan tidak meminta restu kami?
Durhaka sekali dirimu kemuning!" Ratu wulan menambahkan
ucapan suaminya tersebut. Kemuning seperti biasa hanya bisa
mematung diam mendengar omelan dari kedua orangtuanya
tersebut.

"Jawablah kami, wahai kemuning!" Namun Kemuning masih


tetap terdiam. Pandangannya dalam menunduk kebawah, tidak
berani menatap mata kedua orang tuanya. Sadar bahwa ocehan
dan marahan tidak berlangsung dengan efektif, raja triton
mengubah nadanya menjadi lebih lembut.
"Wahai kemuning, apakah kamu tahu akibat dari pernikahan
dua dunia?" Tanya raja triton dengan lembut dan mengubah
suaranya. Kemuning akhirnya berani menghadap mata raja
triton, membuat kedua mata mereka saling bertemu. "Aku
tidak akan bisa memiliki anak." Jawab kemuning dengan suara
pelan. "Tidak hanya itu, kemuning. Dirimu juga tidak bisa lagi
ke lautan dan menjadi putri duyung. Dirimu sudah sepenuhnya
menjadi manusia. Hubungan keluarga kita juga terputus."
Kemuning terkejut mendengar ucapan raja triton. Dia memang
pernah mendengar bahwa menikah dengan sosok yang berbeda
dunia hanya akan berdampak pada mereka tidak memiliki
keturunan, bukan tidak bisa kembali ke dunia asal.

"Pernikahan mu di dunia manusia, itu sebabnya dirimu tidak


lagi bisa menjadi putri duyung. Adat mana yang dipakai
menentukan dunia mana yang akan ditinggali untuk
selamanya." Ujar ratu wulan menambabkan. Hati kemuning
menjadi sedih, bukan hanya karena dia tidak bisa lagi bertemu
dengan sahabatnya, melainkan juga dia tidak bisa lagi bertemu
kedua orang tuanya.

"Tidak perlu menangisi apapun, kemuning. Keputusan mu


sudah sangat menunjukkan bahwa dirimu sudah tidak lagi
ingin bersama kami. Kau begitu gegabah dan membangkang
pada kedua orang tua mu, kemuning!" Nada tinggi terdengar
dari lidah ratu wulan. Suaminya yang mendengar itu mengelus
pundak istrinya, memintanya untuk lebih menenangkan diri.
Raden tidak bisa melakukan apapun dan hanya bisa melihat
apa yang terjadi. Dia tidak akan mengira bahwa rasa cinta
mereka sangat ditentang oleh kedua orang tua kemuning.
Raden mengira bahwa kemuning yang setuju akan lamaran
pernikahan menandakan bahwa orang tuanya juga setuju dan
mereka bisa menikah dengan damai. Ternyata masalah besar
baru saja muncul hari ini, tepat setelah satu minggu pernikahan
mereka.

"Tidak ada lagi yang bisa dilakukan, kau telah melakukan


peraturan dan ritual sakral kedua dunia." Penegasan raja triton
membuat air mata kemuning semakin deras. Suara tidak lagi
bisa keluar dari kemuning, hanya air mata dan raut wajah sedih
yang terpampang diwajahnya.

"Tahukah kamu kemuning, kami keras kepadamu bukan


karena benci, melainkan kami sayang padamu. Kami
mengizinkan mu pergi ke daratan dengan beberapa Syarat dan
pertimbangan karena kami tetap ingin kau bahagia dan aman.
Namun, dirimu sudah mengkhianati kepercayaan kami. Wahai
kemuning, ibu sangat sedih akan keputusan mu. Namun, tidak
ada lagi hal yang bisa dilakukan. Ibu hanya bisa berharap,
dirimu bisa hidup bahagia!" Air mata mulai turun dari mata
ibu kemuning, melepas anaknya tersebut.
"Wahai raden, aku bisa merasakan bahwa dirimu adalah anak
yang baik. Kami mohon dengan amat sangat untuk menjaga
anak kami, kemuning. Sayangi dirinya dan lindungi dirinya."
Raja kemudian berpindah memandang kemuning. "Wahai
anakku kemuning, patuhlah dirimu kepada suamimu. Ini
adalah pertemuan terakhir kita. Setelah pertemuan ini, jika kita
bertemu lagi dirimu bukanlah anakku. Ayah berdoa kepada
Tuhan agar kebahagiaan selalu menyertai pernikahan kalian
berdua!" Raja triton ikut bersama istrinya untuk memeluk anak
semata wayang mereka.

Raden yang melihat hal tersebut hatinya menjadi sangat sayu,


di satu sisi dirinya senang karena akhirnya kemuning bisa akur
dengan kedua orang tuanya. Namun disisi lain, raden merasa
sedih karena kemuning harus berpisah dengan orang tuanya
untuk selama lamanya.

Setelah perpisahan dan beberapa wejangan yang cukup


menyayat hati, pusaran ombak tinggi kembali terbentuk. Kereta
kuda yang membawa Raja triton dan ratu wulan kemudian
berlari kencang menuju pusaran ombak, meninggalkan
kemuning dan raden. Hati kemuning masih sedih, dia melihat
kerang emas pemberian terakhir ayahnya yang kini berada di
genggamannya. Raden yang melihat kesedihan hati istrinya
tersebut memeluk kemuning dan menenangkannya.
TARI BANJAR KEMUNING

K emuning menjalani hari demi hari sebagai istri dan


manusia dengan baik. Tindakan yang dia lakukan
belum sempurna, beberapa kali dia ketika dia memasak
nasi malah nasinya menjadi gosong, ketika dia memasak ikan
ikannya terbakar hangus, dan lain kecerobohan yang dialami
oleh kemuning. Raden yang melihat hal itu tetap sabar dengan
kemuning. "Tidak apa, kemuning, dirimu sudah berusaha
semaksimal mungkin."

Hari demi hari berlalu. Minggu berganti bulan dan bulan


berganti tahun, akhirnya usia pernikahan mereka genap 5
tahun. Pernikahan mereka berlangsung baik walaupun
kemuning tidak bisa mengandung. Pertengkaran kecil tentu
sering terjadi diantara mereka, namun mereka tetap bisa
mempertahankan pernikahan mereka dan menyelesaikan
masalah dengan baik.

Belakangan ini raden selalu berangkat lebih sore dan pulang


lebih siang membuat kemuning khawatir. "Wahai suamiku,
bagaimana keadaan mu? Janganlah dirimu terlalu memaksa
diri." "Tidak perlu khawatir, kemuning, aku baik baik saja.
Sudah menjadi tugasku untuk mengayomi dan menafkahi
kalian" Raden menenangkan kemuning dan membelai pelan
rambut kemuning.
Kemuning mengantarkan suaminya pergi ke tengah laut. salam
perpisahan sudah di utarakan oleh kedua bela pihak. Kini,
kemuning hanya tinggal sendiri dibawah sapuan sinar
rembulan. Hatinya sebenarnya tidak kuasa harus terlalu sering
dan selama ini berpisah dengan suaminya. Namun apa daya,
jika suaminya tidak bekerja, mereka tidak akan memiliki
makanan untuk dimakan.

Kemuning kemudian mengambil selendangnya dari dalam


rumah, kemudian menari-nari dibawah rembulan. Tarian
kemuning begitu indah, dipadukan dengan suara ombak yang
bersautan membuat pemandangan malam itu begitu syahdu.
Beberapa orang datang untuk melihat kemuning menari.
Mereka menyaksikan dengan seksama gerakan kemuning yang
cukup lihai dan anggun.

"Wahai kemuning, apa yang sedang kau lakukan?" Tanya salah


satu warga kepada kemuning setelah kemuning selesai menari.
"Aku merasa rindu dengan suamiku. Tidak kuasa hatiku terus
menerus ditinggal oleh raden untuk pergi melayan. Aku tidak
kuasa untuk menahannya karena jika aku menahan raden untuk
melayan, maka tentulah kami tidak bisa makan. Aku
melampiaskan rasa rinduku dengan tarian ini."
Ucapan kemuning membuat beberapa warga desa mengangguk
paham. Karena keindahannya, warga desa meminta agar
kemuning juga mengajar tariannya kepada mereka. "Apakah
seindah itu gerakanku? Sesungguhnya aku tidak terlalu
memperhatikan gerakan yang aku lakukan, aku hanya
mengikuti naluri rembulanku."

"Sangat indah wahai kemuning. Jika tarian ini dilakukan di


tengah laut, niscaya ikan ikan akan berkumpul hanya untuk
sekedar menyaksikannya." Ujar salah satu warga membenarkan.
Kemuning tersenyum lembut mendengar pujian dari para warga
tersebut. "Baiklah, akan aku ajarkan. Tarian ini akan berguna
bagi kita, para istri nelayan yang merasa sedih hatinya ditinggal
melaut oleh sang suami. Tarian ini sebagai bukti seberapa
kuatnya kita sebagai istri nelayan." Ujar kemuning bangga.

"Tidak hanya untuk para istri," Kemuning menoleh ke arah


beberapa anak perempuan yang merasa kecewa dengan ucapan
kemuning sebelumnya "siapapun bisa melakukan dan belajar
tarian ini." Ujar kemuning melanjutkan. Ucapan kemuning
membuat mereka semua senang.

Para warga desa terutama yang perempuan segera berlari


menuju rumah mereka masing-masing dan mengambil
selendang. Kemuning sudah siap mengajarkan mereka secara
perlahan gerakan demi gerakan. Para warga desa, baik tua
maupun muda mengikuti gerakan kemuning dengan antusias
dan semangat hingga tidak terasa hingga tengah malam sudah
mereka belajar tarian yang mereka sebut sebagai tarian Banjar
kemuning ini.

"Saya kalian semua sudah mengerti tarian ini, bukan? Kita


akhiri malam ini. Besok malam, setelah suami kita pergi
melayan, marilah kita melakukan tarian ini sebagai bentuk rasa
tegar hati kita setelah ditinggal oleh suami kita pergi bekerja."
Kemuning mengajak agar mereka semua melakukan tarian
Banjar kemuning besok hari dan langsung disetujui cepat oleh
warga desa yang lainnya.

Keesokan harinya, matahari sudah mulai siang namun suaminya


masih belum terlihat sampai di rumah. Kemuning yang tidak
tau keberadaan suaminya tersebut merasa khawatir dan mulai
bertanya pada nelayan sekitar. "Maaf, tapi Aku tidak tau
dimana suamimu, kemuning."

Kemuning merasa sedih dan khawatir karena hari sudah


semakin sore dan dirinya masih belum menemukan keberadaan
suaminya. Beberapa tetangga menghiburnya dengan
mengatakan bahwa semuanya akan baik baik saja. "Ini
mungkin baru pertama kali bagimu kemuning, namun, memang
terkadang beberapa nelayan tidak pulang selama beberapa hari
untuk bisa mendapatkan hasil yang maksimal. Akun rasa raden
juga sedang melakukan demikian. kita doakan saja suamimu
bisa kembali dengan keadaan selamat sentosa."
Ucapan tetangga kemuning membuat dirinya merasa sedikit
terkejut pasalnya selama 5 tahun pernikahan suaminya tidak
pernah pergi melaut hingga berhari-hari. Dirinya mulai
khawatir karena suaminya tidak memberitahunya dan dirinya
tidak menyiapkan bekal "menginap" Untuk sang suami.
"Barangkali suamimu tidak ingin membuat mu khawatir.
Bukankah sebentar lagi adalah ulang tahunmu, kemuning?
Barangkali dia ingin memberikan kejutan hadiah menggunakan
uang hasil melaut nya selama beberapa hari." Ucap tetangga
kemuning berusaha menenangkan.

Malam sudah tiba, rembulan sudah diatas kepala dan beberapa


nelayan sudah pergi melaut. Sesuai kesepakatan mereka semua
kemarin, mereka akan melaksanakan tadi Banjar kemuning
malam ini, untuk melepas kepergian suami mereka masing-
masing. Kemuning ikut serta dalam tarian ini, dengan harapan
bahwa dirinya bisa terus berpikiran positif tentang keadaan
suaminya dan mampu diberikan ketegaran hingga suaminya
pulang.

Tarian tersebut mereka lakukan dengan indah diiringi dengan


suara desisan ombak. Mereka berliak-liuk dengan sangat
anggun membuat rembulan pun terpanah melihatnya. Usai
melakukan tarian Banjar kemuning, warga desa memutuskan
untuk kembali ke rumah masing-masing untuk beristirahat.
"Ya tuhanku, berikanlah keselamatan bagi suami hamba.
Berikanlah perlindungan baginya dan berikanlah dirinya
keselamatan." Ujar kemuning sebelum dirinya pergi tidur.

Keesokan paginya suaminya datang dengan dengan ikan yang


cukup banyak. Seperti yang diduga, tangkapan besar berhasil
diraih oleh raden, suami kemuning. Namun, bukanlah ikan
hasil tangkapannya yang membuat kemuning senang melainkan
keberadaan raden yang sudah pulang.

"Aku sangat merindukan mu, suamiku." Ujar kemuning.


Suaminya membalas pelukan kemuning dan mencium lembut
dahinya. Raden sadar bahwa dirinya sudah berkerja terlalu
lama sehingga membuat istrinya khawatir. "Maafkan aku,
istriku!"

PERTEMUAN ANTAR SAHABAT LAMA


R aden memutuskan untuk tidak pergi melaut selama
beberapa hari setelah dirinya tidak pulang selama
beberapa malam. Dia memutuskan untuk
menghabiskan waktu bersama dengan istrinya. Mereka
berjalan-jalan bersama, menikmati pemandangan alam dan
makan makanan yang enak sedari pagi.

"Aku menyayangimu, kemuning!" Ucap raden sambil mencium


dahi istrinya tersebut. "Aku juga, suamiku. Aku sangat
mencintai mu!" Mereka saling berpelukan dan menatap
matahari terbenam. Hari sudah mulai malam, ketika mereka
mendengar suara tangisan dari arah selatan pantai.

"Suamiku, sepertinya ada seseorang yang menangis, apakah kau


mendengarnya? Mari kita periksa barangkali dia membutuhkan
bantuan!" Raden mengangguk setuju atas saran kemuning.
Mereka berjalan cepat menuju sumber suara. Sesampainya di
sana, hati kemuning menjadi leleh, air mata tidak dapat
dibendung dari mata kemuning. Kemuning berlari cepat ketika
melihat kedua wanita yang sedang duduk di pinggiran pantai
tersebut.

"Siere! Pavlopetri!" Meskipun dirinya sudah tidak bertemu


kedua sahabatnya tersebut dalam jangka waktu yang lama,
walaupun mereka sudah berpisah dunia selama 5 tahun lebih,
kemuning tetap tidak akan bisa melupakan wajah kedua
sahabatnya tersebut.
Teriakan kemuning yang sangat merindukan dua sahabatnya
itu di sambut hangat dengan pelukan dari mereka. Siere dan
pavlopetri berlari menuju kemuning yang menghampiri mereka.
Mereka kemudian saling berpelukan erat melepaskan rasa rindu
yang besar di hati mereka masing-masing.

"Aku sangat merindukan kalian berdua! Aku pikir, kita tidak


akan pernah bisa bertemu lagi!" Air mata membanjiri pipi
kemuning, tidak kuasa akan kejadian mengejutkan ini. "Kami
juga sangat merindukanmu, kemuning!" Ujar pavlopetri yang
air matanya juga sudah deras membanjiri pipinya.

Suasana baru ini hanya dilihat dari beberapa langkah oleh


raden. Raden merasa ikut senang melihat istrinya bisa bertemu
kembali dengan sahabat lamanya. Sejenak, mereka hanya
berpelukan sambil menitihkan air mata. Hanya terdengar suara
sedu dan isak tangis di pelukan mereka, menyimbolkan bahwa
kata-kata pun tidak mampu diucapkan untuk menggambarkan
rasa senang ini.

"Bagaimana keadaan kalian?" Tanya kemuning setelah mereka


bertiga kembali mampu mengatur nafas masing-masing.
Pertanyaan kemuning tidak langsung dijawab oleh kedua
sahabatnya tersebut. Mereka diam sejenak kemudian saling
memandang satu sama lain. Kemuning kebingungan akan
tingkah laku aneh kedua sahabatnya itu. "Apakah terjadi
sesuatu?"

"Kemuning, dunia duyung akan binasa." Ujar siere berusaha


menjawab. Hati siere merasa takut, sedih, dan lemas
mengatakan hal itu. Namun, kemuning harus mengetahui
kebenaran yang ada di dunia bawah laut selama kemuning
tidak ada.

"Hah? Apa maksud kalian?" Kemuning bertanya berusaha


memastikan akan apa yang dikatakan oleh siere. "Banyak hal
yang terjadi setelah kepergianmu, kemuning. Banyak hal telah
berubah. Beberapa peraturan di tambahkan dan jarak antara
dunia manusia dan dunia duyung semakin jauh. Hal inilah
yang menyebabkan kami tidak pernah bisa mengunjungi mu
walaupun kami sangat rindu kepadamu!" Pavlopetri
menambahkan dan mengambil nafas panjang. Dirinya siap
untuk menceritakan apa yang terjadi setelah kemuning menikah
dan menetap di dunia manusia.

5 tahun lalu, satu bulan setelah kemuning memutuskan untuk


menikah, keadaan di istana tidak baik-baik saja. Cawan sakti
milik raja triton dicuri oleh seorang penyihir lautan, aza. Aza
dikenal sebagai penyihir sakti yang sangat terobsesi dengan
dunia dan alam makhluk lain dan keabadian. Dia rela
melakukan apapun demi bisa menjadi penguasa atas setiap
dunia yang dia tinggali.
Raja triton tidak menyadari kehadiran aza yang sedang
menyamar waktu itu. Aza merubah wujudnya menjadi duyung
kecil bernama sarah yang siripnya terluka. Saat itu, raja triton
bersama ratu wulan sedang berjalan-jalan, berenang menikmati
pemandangan karang di daerah samudra Hindia, ketika dia
melihat aza yang sudah berubah wujud berteriak kesakitan.
Raja triton yang tidak kuasa melihatnya segera menolong anak
kecil tersebut.

Ratu wulan yang memang terkenal di seluruh penjuru lautan


karena memiliki kemampuan menyembuhkan yang sangat luar
biasa, mengobati sarah dengan sangat mudah. Sarah kemudian
diangkat dan diadopsi menjadi anak angkat raja triton dan ratu
wulan.

Sarah dikenal sebagai perempuan cantik yang berhati baik. Dia


sering membatu duyung-duyung lain yang sedang memerlukan
bantuan. Ucapannya begitu manis sehingga siapapun yang
mendengarnya menjadi terlena. Namun, itu semua tidak lain
dan tidak bukan hanyalah akal-akalan dirinya untuk bisa
semakin mendapatkan hati raja triton.

Tidak butuh lama untuk sarah melakukan "sandiwaranya".


Raja triton akhirnya jatuh dan sangat mempercayai sarah.
Hingga sarah meminta agar raja triton menunjukkannya
dimana lokasi cawan sakti lautan dan bagaimana cara
membukanya. Raja triton yang sudah hanyut dalam sandiwara
sarah pun akhirnya menunjukkan lokasi cawan sakti tersebut.

Sarah memanfaatkan kesempatan itu dengan baik.


Kemampuannya yang sangat tinggi membuat dia mampu
menghafal setiap mantra dan gerakan yang dilakukan raja
triton. Keesokan harinya, keadaan mulai gempar karena air
lautan menjadi merah darah. Tidak hanya di istana, air merah
ini sudah menyebar hingga seluruh penjuru samudra. Raja
triton yang kebingungan akan apa yang terjadi mulai
melakukan perkumpulan dengan raja lautan lainnya.

Perkumpulan mendadak dilaksanakan di tengah palung


mariana. Mereka membahas terkait fenomena tidak biasa ini.
Seorang ratu dari lautan selatan, nyi roro kidul, mengatakan
bahwa lautan merah darah ini disebabkan oleh cawan sakti.
Cawan sakti memang digunakan untuk menjaga samudra agar
tetap "sehat". Nyi roro kidul kemudian memaksa agar seluruh
raja pergi ke tempat cawan tersebut untuk memeriksanya.

Sesuai dugaan Nyi roro kidul, cawan tersebut tidak ada pada
tempatnya. Ke 7 penguasa lautan tersebut menjadi panik,
karena fenomena anomali ini tidak lah biasa dan bisa saja
membawa berita buruk.
Tidak menunggu waktu lama, beberapa duyung datang
menghampiri ke 7 penguasa tersebut membawa kabar buruk.
Beberapa duyung dikabarkan pingsan dan sedang dibawa ke
pusat pengobatan. Ratu wulan saat ini sedang mengkondisikan
suasana sekaligus melakukan penelitian terkait dampak apa saja
yang bisa ditimbulkan laut Merah darah ini. Keadaan menjadi
sangat runyam dan berantakan.

Nyi roro kidul kemudian mengusulkan agar bertemu dengan


ali, karena dialah salah satu dari sang penjaga keseimbangan.
Saran itu segera disetujui cepat oleh raja lautan lainnya. Mereka
segera menggunakan kekuatan dasyat mereka Masing-masing
untuk membuat portal menuju tempat ali.

Namun, ali menolak untuk menyelamatkan dunia duyung. Dia


mengatakan bahwa ini semua adalah kesalahan ke-7 penguasa
karena telah lalai menjaga keseimbangan lautan. Ali hanya
mengatakan bahwa cawan itu sedang dicuri oleh seorang
akanQQ ACC berbagai dunia, aza.

Ke-7 raja itu memaksa agar ali ikut campur dalam


menyelamatkan dunia mereka, mengingat ali adalah penjaga
keseimbangan. Sayangnya, ali kembali menolak permintaan
tersebut. Dia mengatakan bahwa jika dirinya kembali ikut
campur, maka keadaan semesta tidak akan seimbang. Sebagai
gantinya, ali memberikan sebuah mutiara. Ali mengatakan
bahwa mutiara itu akan menjaga kembali kondisi lautan tempat
para duyung itu tinggal.

Ali juga mengatakan bahwa sejak awal fenomena air darah itu
muncul, dia juga sudah memindahkan lautan tempat para
duyung tinggal. Ali membalikkan ruang dan waktu sehingga
lautan tempat para duyung itu tinggal sudah terisolasi dari
makhluk apapun. Hal ini bertujuan untuk menjaga keselamatan
makhluk lainnya.

Ali juga mengatakan bahwa mutiara itu hanya akan


berlangsung selama 5 tahun. Dalam jangka waktu yang
diberikan tersebut, ke-7 raja diminta untuk memikirkan
rencana mereka untuk menyelamatkan dunianya. Jika tidak, Ali
tidak memiliki opsi lain selain membiarkan dunia duyung mati.

Kemuning yang mendengar cerita tragis temannya tersebut


mulai paham akan keadaan. Dia akhirnya sadar mengapa
Teman-temannya tidak pernah mengunjunginya. Dia juga
sadar mengapa air laut sedikit berubah, ternyata hal ini
memang karena Ali yang sudah mengubah samudra di dunia ini
dengan samudra lain untuk menjaga keseimbangan dan
keselamatan makhluk lainnya.

"Lantas, mengapa kalian bisa berada disini? Bukankah dunia


kalian terisolasi." Pavlopetri dan siere saling menatap sejenak
kemudian mulai menjelaskan bahwa mereka bertemu Ali di
dalam mimpi. Disana mereka menjelaskan bahwa mereka ingin
bertemu sahabat lamanya, kemuning. Ali yang mendengar itu
hanya tersenyum dan mengabulkannya.

"Okeh, ini agak sakit yaa." Belum sempat pavlopetri dan siere
bertanya apa maksudnya, mereka sudah terhampas kuat menuju
tempat ini. "Pavlopetri kan lemah, dia begitu saja menangis"
Ejek siere. "Hei!" Pavlopetri yang tidak Terima
mengembangkan mulutnya. Kemuning yang melihat aksi kedua
sahabatnya itu hanya bisa tersenyum menyaksikan pertengkaran
kecil mereka.

Asal Bersamamu:Aku Ikhlas


L ima tahun itu, berarti sekarang kan?" Pertanyaan
kemuning membuat siere dan pavlopetri saling
menatap. Mereka kemudian menganggukkan kepala
sebagai pembenaran atas ucapan kemuning. Kemuning merasa
lemas, dia tidak bisa membayangkan bahwa rakyat dan beserta
keluarganya akan mati secara tragis seperti ini. "Bagaimanapun
caranya, kita harus menyelematkan dunia duyung!" Ucap
kemuning semangat. Kemuning yakin, masih ada harapan atas
bencana besar yang ada.

Sesaat setelah kemuning mengatakan hal tersebut, suara


lonceng terdengar diikuti oleh angin dingin yang menerpa
tubuh. "Semangat yang bagus, wahai keturunan suci klan putri
duyung. Jika kau ingin menyelamatkan duniamu, aku akan
sangat senang hati membantumu!" Ucap suara misterius itu
bahagia. Kemuning, siere, pavlopetri, dan raden saling
bertatapan, memastikan bahwa suara itu bisa saling mereka
dengar.

"Pulanglah, tidurlah sembari memeluk kerang emas pemberian


ayahmu. Setelah bangun, kumpulkan seluruh penguasa lautan
di kuil bawah air. Taruhlah kerang emas itu di tempat
persembahan!" Suara lonceng kembali terdengar diikuti oleh
hembusan angin dingin yang cukup kuat hingga mampu
menggoyangkan rambut kemuning yang panjang.
"Tunggu apalagi, itulah harapan kita! Tuhan telah mendengar
doa kita!" Ucap raden bahagia. "Tidakkah menurut mu ini
terlalu aneh, raden? Suara yang entah dari mana asalnya, begitu
mengerikan!" Ucap pavlopetri ketakutan. Bulu kuduk nya
berdiri tegak sedari tadi, mulai dari saat kalimat pertama suara
misterius itu muncul.

"Aku setuju dengan raden, hanya inilah satu-satunya harapan


kita!" Semangat sudah terlanjur membara di hati kemuning.
Meskipun dia tidak tau suara Siapakah itu, dirinya memiliki
keyakinan yang kuat bahwa suara itu membimbingnya menuju
keselematan dunia duyung. "Jangan menunggu lama!ayo kita
segera ke rumahku! Nasib dunia duyung berasa di tangan kita!"
Perkataan kemuning membakar semangat kedua sahabatnya
tersebut. Walaupun tidak tau itu suara siapa, namun, rencana
ini tetap harus dicoba. Mereka tidak ada harapan lain selain
pada rencana suara misterius tersebut.

"Ayo!" Seru pavlopetri dan siere hampir bersamaan setuju.


Raden mengangguk kuat menandakan bahwa dirinya akan ikut
pergi. Mereka bertiga segera berlari menuju rumah kemuning
dan raden sesuai dengan arahan suara misterius tersebut.
Sesampainya disana, mereka langsung mengambil posisi untuk
berbaring dan tidur. Tak lupa kemuning mengambil kerang
emas pemberian ayahnya untuk ia peluk selama tidur.
Kemuning membuka mata kembali secara tiba-tiba dan
tersadar bahwa dirinya sudah tidak lagi berada di rumahnya,
melainkan di bawah lautan. "Ini, dunia duyung kan?" Ujar
kemuning memastikan.

"Betul, aku ingat ornamen itu. Ornamen itu adalah ornamen


khusus yang dimiliki raja duyung!" Siere membenarkan ucapan
kemuning. Kemuning dan kedua sahabatnya melihat kebawah
dan menyaksikan kaki mereka sudah hilang dan berganti
menjadi sirip ikan. Mereka sangat senang karena bisa menuju
dunia duyung, terutama kemuning, dia sangat bahagia hingga
beberapa kali memeluk suaminya untuk meluapkan rasa
senangnya kepada suaminya tersebut membuatnya beberapa
kali hilang keseimbangan.

Kemuning, pavlopetri, dan siere mungkin menjadi duyung,


namun raden tetap dalam wujud manusianya. Raden masih
lengkap utuh kedua kakinya. Raden bagaikan manusia ajaib
yang bisa bernafas dibawah laut tanpa menggunakan alat
apapun. Pakaian yang digunakan raden juga tidak terlihat
basah.

Mulai sadar akan tujuannya, kemuning mengajak kedua


sahabatnya tersebut untuk berpisah dan memberitahu kan
kepada semua penguasa lautan akan apa yang terjadi. Siere dan
pavlopetri setuju, mereka mulai berpencar menuju istana
penguasa tujuan mereka masing-masing.
"Hei, lalu aku bagaimana?" Tanya raden. Dirinya tidak
memiliki sirip seperti kemuning dan kedua temannya,
membuatnya kesulitan untuk berpindah tempat di bawah laut
ini. Kemuning kemudian berpikir sejenak sambil mengelus
dagunya. "Aku akan menuju istana ku, disana aku akan
memberitahukan ayahku, raja triton terkait apa yang terjadi.
Aku akan kembali disini menjemputmu dengan kereta kuda
kerajaan." Ucap kemuning.

Belum sempat raden menjawab ide kemuning, dirinya sudah


ditinggal sendirian di bawah lautan oleh kemuning. Kemuning
segera berenang menjauh menuju istana tempat tinggalnya
dulu. Raden yang tidak punya pilihan lain hanya bisa
menunggu dengan sabar hingga kemuning kembali.

Sesampainya di istana, kemuning segera berenang menuju


ruang singgah sana raja. Raja triton dan ratu wulan yang saat
itu sedang berdiskusi dengan beberapa penguasa lautan lainnya
merasa terkejut akan kehadiran tiba-tiba kemuning.
"Kemuning? Bagaimana engkau?" Air mata tidak tanpa kendali
mulai mengucur dari mata ratu wulan. Meskipun selama ini
ratu wulan cukup keras kepada kemuning, dia tetaplah seorang
ibu yang sangat menyayangi anaknya. Ratu wulan kemudian
berenang cepat menuju kemuning dan memeluknya.
Kemuning yang awalnya merasa kaget, mulai membalas
pelukan ibunya tersebut. Air matanya juga mulai menetes.
Sebenarnya kemuning juga sangat merindukan ratu wulan,
ibunya. Baginya, ibunya bukanlah wanita yahg suka mengomel
secara asal, dirinya adalah wanita tegas yang sangat penyayang.
Raja triton yang masih terkejut melihat kehadiran kembali
putrinya tersebut hanya bisa menatap dari kejauhan sambil
meneteskan air mata. Dirinya merasa lemas bahagia sehingga
tidak mampu berenang karena melihat kembalinya putri
kesayangan mereka.

"Bagaimana kau bisa kemari, wahai kemuning? Pertama,


bukankah kau sudah menikah dengan manusia menggunakan
adat manusia? Menurut aturan dan hukum alam yang berlaku,
dirimu seharusnya tidak mampu berubah menjadi putri duyung
lagi. Dan yang kedua, dunia putri duyung ini sudah disegel dan
diasingkan oleh ali, penjaga alam semesta untuk melindungi
makhluk lain dari bahaya laut Merah darah yang muncul." nyi
roro kidul bertanya berusaha memperoleh banyak informasi
dari kemuning ketika kemuning dan ibunya sudah mampu
menenangkan diri kembali.

"Aku juga awalnya tidak menyangka akan kembali ke tempat


ini, nyi roro kidul. Hingga tiba-tiba aku mendengar suara
misterius yang menyuruhku untuk berbaring di rumah sambil
memeluk kerang emas. Dan ketika diriku sudah bangun, aku
sudah berada di dunia duyung ini." Ucap kemuning berusaha
menjelaskan. Semua orang yang berada dalam ruangan itu
mengangguk paham, kecuali nyi roro kidul yang malah
menatapnya makin serius.

"Apakah sebelum suara itu muncul, ada suara lonceng yang


terdengar?" Tanya nyi roro kidul berusaha memastikan
hipotesis yang sudah ia pikiran semenjak mendengar cerita
kemuning. "Iya, itu benar." Ucap kemuning membenarkan.

"Kumpulkan semua anggota tentara. Panggil dan kumpulkan


seluruh penguasa samudra. Suara itu adalah arahan dari ali,
sang penjaga semesta!" Teriak nyi roro kidul memerintahkan.
Duyung tentara yang mendengar itu segera berenang menjauh
mengikuti perintah dari nyi roro kidul.

"Katakanlah kemuning! Apa yang diperintahkan oleh ali!?"


Ucap nyi roro kidul sambil berusaha berenang mendekati
kemuning. "Dia menyuruhku untuk mengumpulkan seluruh
anggota penguasa samudra di kuil agung, dan menaruh ini ke
tempat sesembahan!" Ujarku sambil menunjukkan kerang emas
pemberian ayah.

"Baik kami mengerti. semuanya! Segera bersiap menuju kuil


agung!" Perintah nyi roro kidul yang langsung dibalas dengan
anggukan cepat oleh seluruh penguasa lain. "Tunggu, bolehkah
aku meminta bantuan?" Permintaan kemuning membuat semua
orang dalam ruangan tersebut kembali menoleh ke arah
kemuning. "Suamiku tertinggal di dekat ornamen kesayangan
raja triton. Bolehkah kereta kuda menjemput dia disana? Dia
tidak memiliki sirip dan hanya berdiri dengan kedua kakinya
menyebabkan pergerakannya sangat terganggu." Ujar
kemuning.

Setelah kemuning bersama raja triton menjemput raden


menggunakan kereta kuda air, mereka melakukan cepat menuju
kuil agung. Disana mereka sudah melihat para penguasa lautan
lainnya telah menunggu lama diri mereka. Nyi roro kidul
memberikan isyarat pada kemuning untuk segera menaruh
kerang emas pemberian ayahnya di tempat persembahan.
Kemuning yang paham akan kode dari nyi roro kidul segera
melakukannya.

Sesaat kemudian, api mendadak muncul membakar kerang


tersebut. Suatu peristiwa aneh dan ajaib telah terjadi, ada api
berwarna biru telah berkobar membakar kerang emas tersebut.
"Aku hanya membantu sedikit ya!" Ujar seorang pria dari arah
titik buta mereka semua, membuat semua orang dalam tempat
itu menoleh ke belakang.

"Tahukah dirimu, di tempat ini terdapat seorang wanita putri


keturunan murni dunia duyung?" Ali melanjutkan ucapannya
dengan terbang perlahan menuju arah mereka semua.
"Keturunan murni, suatu hal yang ajaib dan tidak diketahui
polanya. Dalam 5 tahun sekali, semesta akan memilih seorang
putri duyung secara acak untuk menjadi keturunan putri
duyung murni!" Jelas nyi roro kidul.

"Tepat sekali, sesungguhnya cawan sakti itu adalah jasad dari


salah seorang putri duyung murni dan pasangannya. Mereka
mengorbankan jiwa dan raga mereka demi keselamatan duyung
lainnya." Jelas ali yang membuat semua orang dalam tempat itu
terbelalak tidak percaya.

"Beribu-ribu tahun yang lalu, terjadi bencana seperti ini, laut


Merah darah. Saat itu bencana ini terjadi karena lautan sudah
tidak mampu menerima kekuatan negatif dan terus menerus
memberontak ingin menghancurkan kehidupan di dalamnya.
Akhirnya dengan penuh pengorbanan, seorang keturunan
duyung murni beserta pasangannya mengorbankan dirinya,
memasuki api raksasa itu dan berubah menjadi cawan sakti.
Cawan itulah yang selalu menenangkan lautan!" Ujar ali
memberikan penjelasan tambahan.

Penjelasan yang ali katakan adalah informasi baru yang selama


ini tidak pernah mereka dengar. Mereka semua terkejut akan
hal itu. "Kemuning, dirimu lah keturunan putri duyung murni
itu!" Kemuning terkejut mendengar penjelasan ali. Disatu sisi
dia senang karena masih ada solusi untuk menyelamatkan
dunia putri duyung namun disisi lainnya dirinya sedih karena
berarti dia harus mati.
"Tidak! Jangan kemuning ku! Aku tidak ingin berpisah
dengannya lagi!" Teriak ratu wulan melarang. Hati kemuning
menjadi luluh melihat ibunya yang membelanya saat itu.
"Tidak apa-apa, ibu, aku harus melakukan ini demi kebaikan
bersama!" Ujar kemuning.

Kemuning kemudian menatap suaminya. Raden yang paham


akan apa yang hendak dibicarakan oleh kemuning menjawab
cepat. "Asal bersama mu, aku ikhlas, kemuning!" Ucapan raden
membuat kemuning bahagia. Dia bisa menyelamatkan seluruh
dunia duyung dan suaminya sangat mencintainya.

"Jadi, kalian akan memasuki api tersebut dan membiarkan abu


kalian menjadi cawan, kan?" Tanya ali memastikan. Kemuning
dan raden mengangguk bersamaan. Ratu wulan ingin
memberontak kembali namun ditahan oleh suaminya.

Kemuning dan raden berjalan perlahan dengan tangan


bergandengan menuju api tersebut, dan memasukkan diri
kedalamnya. Api besar sudah melahap mereka, menyisakan
bayangan mereka yang terlihat dari kejauhan. Semua orang
yang disana memutuskan untuk memalingkan wajah, tidak
kuasa melihat pengorbanan kemuning. Tidak lama Setelah itu,
api mulai perlahan padam dan cawan sudah mulai terlihat. Laut
yang sebelumnya mulai berwana merah menjadi kembali seperti
semula. Ali sudah menghilang entah sejak kapan, menyisakan
para penguasa beserta beberapa duyung tentara lainnya.

"Kita harus menghargai seluruh jasa kemuning!" Perintah Raja


triton yang akhirnya bersuara dan segera dibalas anggukan oleh
seluruh penguasa lainnya.

Mereka semua memutuskan untuk membuat patung raden dan


kumala dibawah lautan sebagai bentuk penghormatan terakhir
mereka. Mereka juga memutuskan bahwa jika ada yang menari
Banjar kemuning, tarian ciptaan kemuning, dibawah sinar
rembulan pada malam khusus, maka mereka semua akan
menyaksikannya dan memberikan Kelimpahan berkah yang
banyak.
Kemuning dan raden, walaupun kalian sudah tiada, kisah kalian
selalu melekat di hati baik manusia maupun putri duyung.
Kebaikan kalian akan selalu menjadi contoh tauladan kami.
Semoga bahagia di alam sana.

~~Tamat~~

Anda mungkin juga menyukai