Anda di halaman 1dari 6

ARTIKEL HUKUM

Tema : paradoks penegakan hukum di indonesia

Judul :

Nama Peserta: Miftakhul Shodikin (1311900287)

Nur Bintang Alfina Laila (1311900288)

Asal Instansi: Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Dalam kehidupan bernegara kita seringkali menyaksikan hukum yang


bersifat paradoks. Menurut KBBI Paradoks adalah pernyataan yang seolah-olah
bertentangan (berlawanan) dengan pendapat umum atau kebenaran, tetapi
kenyataannya mengandung kebenaran bersifat paradoks. Meskipun Indonesia
adalah negara hukum namun sepertinya negara kita ini tidak sepenuhnya
menjalankan kaidah-kaidah hukum, bahkan seringkali aparatur penegak hukum
yang menjalankan fungsinya yang bertentangan dengan hukum itu sendiri. Seperti
yang disebutkan dalam Pasal 8 Undang-undang No.4 Tahun 2001 Jo. Undang-
undang Nomor.48 Tahun 20091 sehingga banyak diantaranya yang berselisih
pendapat untuk menegakkan hukum dalam sebuah kasus tertentu, dan keadilan
yang ingin dicapai bersifat relatif dan subjektif. Tak jarang yang terjadi adalah
masyarakat kecil yang menjadi korban kesewang-wenangannya.

Meskipun di dalam hukum mengenal tentang asas “lex posteori derogat


legi priori”2 dan asas “Lex specialis derogat legi generali”3 namun terlalu
mengutamakan hukum yang bersifat khusus itu seringkali justru pembuat undang-
undang mengesampingkan Undang-undang Dasar dimana tak jarang ketika
sebuah undang-undang baru dirancang justru jauh dari cita-cita bangsa yakni
memajuhkan kesejahteraan umum dan kemakmuran rakyat. Seperti dalam
1
Penjelasan tentang Kekuasan Kehakiman yang menyatakan bahwa setiap orang tidak boleh
dianggap bersalah jika belum ada putusan pengadilan yang memiliki kekuatan hukum yang tetap
2
asas penafsiran hukum yang menyatakan bahwa hukum yang terbaru mengesampingkan hukum
yang lama. Asas ini biasanya digunakan baik dalam hukum nasional maupun internasional
3
asas penafsiran hukum yang menyatakan bahwa hukum yang bersifat khusus (lex specialis)
mengesampingkan hukum yang bersifat umum (lex generalis).
undang-undang cipta kerja yang jauh dari pasal 33 ayat (3) UUD 1945 4, bukan
untuk dikuasai oleh investor dan dipergunakan untuk kemakmuran segilintir
golongan.

Paradoks hukum di Indonesia akhir-akhir ini dapat kita saksikan dengan


amat jelas. Di tengah bencana yang meruap ke seluruh negeri, kita seolah tak
habis-habisnya diberikan sebuah pertunjukan yang dilakukan oleh pejabat publik
dan aparat penegakan hukum. Mulai dari penghapusan mural sampai kasus
korupsi yang tiada henti. Dan aparat kita seolah melindungi ketiadaan moral para
pejabat-pejabat publik tersebut. Kasus ini kami rasa sangat menawan untuk
diperhatikan terlebih ketika kita mengaku sebagai negara hukum tetapi
melestarikan budaya korupsi. Tepat pada tanggal 5 Desember 2020 mencuat berita
yang mengejutkan publik yakni KPK melakukan operasi tangkap tangan (OTT)
yang membongkar kasus rasuah juliari Peter batubara mantan mensos dan 4
lainnya terkait bantuan sosial penanganan covid.195. nilai sekitar Rp 5,9 Triliun
dengan total 272 kontrak Keuntungan yang diperoleh juliari atas dana penanganan
covid.19 senilai 17 miliar rupiah. Lalu mengapa vonis yang dijatuhkan hakim
sangat ringan? Begitulah bentuk kekecewaan yang muncul dari masyarakat
terhadap putusan hakim pada senin 23 agustus 2021 terjerat Pasal 12 huruf b Jo
Pasal 18 atau Pasal 11 Jo Pasal 18 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP Jo Pasal 64 ayat (1) ke-1 KUHP, yang
mana juliari hanya divonis 12 tahun penjara dan denda 500 juta rupiah serta
mengembalikan uang senilai 14,9 miliar dan hak politik, hak pilih juliari dicabut
selama 4 tahun6. bukankah pantas di hukum seumur hidup/penjara 20 tahun?
Bagaimana ini tidak menjadi lelucon ,mereka melakukan kejahatan luar biasa
ditengah badai pandemi covid.19 ,masyarakat banyak yang banting tulang
bahkan untuk sekedar mencari makan . Sedangkan mereka mengambil
kesempatan dalam kesempitan penyaluran dana bantuan sosial tersebut untuk
kepentingan pribadinya.Memang begitu banyak kejanggalan terhadap kasus ini

4
bahwa “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”
5
https://nasional.kompas.com/read/2021/08/23/18010551/awal-mula-kasus-korupsi-bansos-
covid-19-yang-menjerat-juliari-hingga-divonis?page=all (diakses pada 30 agustus 2021)
6
https://nasional.tempo.co/read/1497644/hakim-vonis-juliari-batubara-12-tahun-penjara-dan-
denda-rp-500-juta/full&view=ok (diakses pada 30 agustus 2021)
sejak proses penyidikan sampai putusan hakim dijatuhkan,dengan putusan hakim
yang ringan ini membuat bibit-bibit koruptor semakin tumbuh subur dan
mendorong mereka untuk tak gentar berbuat hal yang serupa ,karena nantinya
juga akan diajatuhi hukuman ringan dan di diskon pula. Seolah hukuman di
negeri ini hanya dijadikan formalitas belaka agar terlihat seperti negara yang taat
terhadap hukum saja.dan yang lebih mencengangkan lagi hakim memberikan
diskon hukuman terhadap juliari dikarenakan juliari bersifat kooperatif dan kerap
dicerca,dimaki dan di hina masyarakat ,menurut hakim juliari telah mendapat
hukuman sosial yang setimpal,begitu pula tersangka meminta untuk dibebaskan
dari segala tuntutan karena merasa sangat menderita. Kata Juliari pada Pledoi 9
Agustus 2021 "Akhirilah penderitaan kami ini dengan membebaskan saya dari
segala dakwaan,"7sejatinya cercaan hinaan makian masyarakat tidak bisa
dijadikan alasan untuk peringanan hukuman putusan ini karena itu ranah sanksi
sosial bukan hukum. Sungguh menggelikan dan tidak masuk akal,kita memang
mengetahui jika hakim memiliki kebebasan dalam menjalankan tugasnya sebagai
hakim sesuai pasal 24 Undang-undang 1945 Dimana Hakim bebas dalam
memutuskan segala putusannya tanpa ada campur tangan pihak lain dan Seorang
hakim sangat bebas, tidak bersifat memihak dalam menjalankan tugas memutus
suatu perkara di peradilan (within the exercise of the judicial function) 8. Jadi dapat
disimpulkan kekuasaan kehakiman yang merdeka, harus menjamin terlaksananya
peradilan yang jujur dan adil serta memenuhi kepastian hukum dalam masyarakat
berdasarkan hukum yang berlaku bukan keadilan subyektif menurut pengertian
atau kehendak hakim semata.Karena bagimanapun juga reaksi negatif dari
masyarakat yang dapat menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga
peradilan. Adapun memang vonis hakim 1 tahun lebih berat daripada jaksa
penutut umum yakni 12 tahun penjara dan faktor pemberatan ini dikarenakan
terpidana tidak mengakui semua kesalahan yang diperbuat.pertanyaannya apakah
jika juliari si maling uang negara ini mengakui semua perbuatan dan meminta

7
Kasus Korupsi Juliari Batubara: Minta Dibebaskan, Hakim Vonis 12 Tahun Penjara - Nasional
Tempo.co (diakses pada 30 agustus 2021)
8
Pasal 1 Ayat (1) UU. No. 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. Lihat pula Surat Edaran
Ketua Mahkamah Agung RI Nomor 09 tahun 1976 tentang Gugatan terhadap Pengadilan dan
Hakim, substansi pokok surat edaran tersebut, bahwa Hakim bebas dari Gugatan ganti rugi
karena kesalahan dalam tugas mengadili
maaf hakim akan mendiskon lagi hukumannya? Entahlah,alangkah lucunya
hukum di negeri ini.

Padahal ketimpangannya cukup jelas ketika kasus-kasus pencurian yang


terjadi ada di jalan-jalan, di gorong-gorong dan di sudut kota. Tak jarang rakyat
kecil yang terpaksa mencuri itu harus berakhir ditengah amukan massa. Mereka
langsung dihakimi bersama-sama, dikeroyok, dipukul dan tak jarang berujung
pada kematian. Inilah memang sepercik potret hukum di Indonesia yang seakan-
akan tumpul ke pejabat dan konglomerat sedangkan tajam menusuk ke rakyat .
Hakim harus memiliki keyakinan bahwa terdakwa memang bersalah berdasarkan
pada fakta-fakta dan bukti dalam proses pengadilan. Bukannya malah
meyandarkan pada argumentasi bahwa “Terdakwa sudah cukup menderita
dicerca, dimaki, dihina oleh masyarakat”. Karena argumentasi tersebut sangat
subjektif. Bagaimana hakim menilai atau mengukur cercaan tersebut,hakim juga
harus membuktikan seberapa banyak yang mencerca, seberapa keras cercaan
tersebut sehingga terdakwa menderita. Bahwa selain argumentasi tersebut sangat
subjektif alasan karena dicerca dan dihina seorang koruptor bisa mendapatkan
diskon hukuman, alasan tersebut juga bisa digunakan menjadi dasar hukum untuk
kasus-kasus yang serupa di masa mendatang atau kita kenal dengan
Yurisprudensi9.

Daftar Pustaka

9
serangkaian putusan hukum yang dikeluarkan oleh pengadilan yang kemudian memiliki
kekuatan hukum yang mengikat atau persuasif. Dan juga instrumen hukum yang memiliki
kekuatan hukum.
Undang-Undang 1945 Pasal 8 Undang-undang No.4 Tahun 2001 Jo. Undang-
undang Nomor.48 Tahun 2009 dan pasal 24 Undang-undang 1945

Undang-undang tindak pidana korupsi Pasal 12 huruf b Jo Pasal 18 atau Pasal 11


Jo Pasal 18 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55
ayat (1) ke-1 KUHP Jo Pasal 64 ayat (1) ke-1 KUHP.

Ediwarman.2012.Jurnal Kriminologi Indonesia .paradoks penegakan hukum


pidana dalam perspektif kriminologi di Indonesia. Vol. 8 No.1 Mei 2012 : 038 –
051 38.

Floranta Firman.2015. Prinsip Kebebasan Hakim dalam Memutus Perkara Sebagai


Amanat Konstitusi. Volume 12, Nomor 2, Juni 2015.

Ariyanti Vivi.2019. kebebasan hakim dan kepastian hukum dalam menangani


perkara pidana di indonesia. Vol. 4, No. 2, Desember 2019 E-ISSN: 2502-6593.

Simanjuntak enrico.2019.peran yurisprudensi dalam sistem hukum di


Indonesia.volume 16 nomor 1 maret 2019

Amirullah.2021. Kasus Korupsi Juliari Batubara: Minta Dibebaskan, Hakim


Vonis 12 Tahun Penjara Diakses pada 30 Agustus 2021, dari
https://nasional.tempo.co/read/1497948/kasus-korupsi-juliari-batubara-minta-
dibebaskan-hakim-vonis-12-tahun-penjara

Putri zunita.2021.Hal meringankan vonis juliari di kasus bansos: Menderita


karena dihina publik. Diakses pada tanggal 23 Agustus 2021,dari
https://news.detik.com/berita/d5692919/hal-meringankan-vonis-juliari-di-kasus-
bansos-menderita-dihina-publik

Sahara wahyuni.2021. Awal Mula Kasus Korupsi Bansos Covid-19 yang Menjerat
Juliari hingga Divonis 12 Tahun Penjara.diakses pada 23 Agustus 2021,dari
https://nasional.kompas.com/read/2021/08/23/18010551/awal-mula-kasus-
korupsi-bansos-covid-19-yang-menjerat-juliari-hingga-divonis?page=all
Budiman Aditya.2021. Hakim Vonis Juliari Batubara 12 Tahun Penjara dan

Denda Rp 500 Juta. Diakses pada 23 Agustus 2021.dari


https://nasional.tempo.co/read/1497644/hakim-vonis-juliari-batubara-12-tahun-
penjara-dan-denda-rp-500-juta

Anda mungkin juga menyukai