Anda di halaman 1dari 3

Apakah setiap usaha selalu membutuhkan modal besar? Tidak selalu.

Inilah yang dilakukan oleh Pak Thariq, seorang pengusaha Bandeng Presto asal Pontianak. Pak Thariq adalah seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang mempunyai gaji tidaklah besar. Dipotong dengan berbagai kewajiban dan hutang-hutang, jadilah sisa yang bisa dibawa pulang adalah Rp 150.000. Situasi ini membuat kondisi Pak Thariq menjadi sulit. Hampir tidak mungkin ia menghidupi anak istrinya dengan uang sebesar itu. Setiap hari ia berpikir dan berdiskusi dengan istrinya bagaimana memperbaiki nasib dan kehidupannya agar lebih baik. Kebetulan, Pak Thariq ingat, tantenya mempunyai alat masak presto yang jarang digunakan. Iapun berpikir panjang bagaimana memanfaatkan apa yang ia bisa lakukan. Ia hubungi tantenya, meminjam alat masak presto, dan mulailah mencari bahan baku bandeng di sekitar Pontianak. Tidak mudah mencari bahan baku ikan Bandeng yang enak di Pontianak. Dari Rp 150.000 itu, dibelilah 5 kg Ikan Bandeng dengan bumbu-bumbu yang diperlukan untuk membuat presto. Mulailah langkah pertama Pak Thariq dan istrinya membuka bisnis Bandeng. Tidak ada jalan yang mudah. Pada awal-awal memasak, hampir 50% lebih Bandeng yang dibelinya ternyata bau lumpur yang menyengat. Akhirnya, lebih setengah dari Bandeng yang ia beli tidak bisa dijual. Iapun dengan keluarganya memakan sendiri presto yang sudah dimasak. Namun, tantangan itu tidak menyurutkan niat Thariq untuk berusaha. Setengah Bandeng yang berhasil dimasak dengan baik ternyata diminati masyarakat. Iapun tambah giat untuk memasak yang terbaik buat masyarakat. Dicarilah berbagai supplier Bandeng, dan ia meminta mereka untuk menyeleksi Bandeng agar tidak berbau lumpur. Menurut Thariq, yang menyebabkan Bandeng itu berbau lumpur memang karena jenis Bandengnya. Ia yang sudah menjalankan usaha ini sekitar dua tahun lalu sudah mulai mengenal mana Bandeng yang berbau lumpur, dan mana Bandeng yang tidak berbau. Banyak kendala yang harus dihadapi Pak Thariq dalam memasarkan dan membangun usaha Bandeng Presto ini. Kesulitan utama adalah bahan baku. Kalau di daerah Jawa, lebih mudah mendapatkan ikan Bandeng dengan ukuran yang sudah disesuaikan. Nah, di sekitar Pontianak agak sulit mencari bahan baku Bandeng yang bisa secara terus menerus ada. Kadang minggu ini banyak, kadang minggu depan tidak ada sama sekali. Belum lagi ukuran bandengnya yang tidak sama. Ketidakkonsitenan pasokan bahan baku inilah yang menjadi PR berat bagi Pak Thariq. Ia harus memastikan produksi tetap berjalan, walaupun pasokan tersendat. Iapun mencari cara bagaimana hal itu bisa diakali. Setelah berdiskusi dengan berbagai pihak, akhirnya ia membeli freezer daging yang bisa mengawetkan ikan Bandeng dalam waktu yang lama. Berapapun pasokan yang datang, ia bisa awetkan dan dinginkan dalam freezer sehingga ikan tidak rusak. Permasalahan pasokan yang tidak konsisten sedikit demi sedikit bisa dipecahkan. Masalah berikut yang menjadi kendala adalah teknologi pemasakan. Awalnya, dengan teknologi pemasakan sederhana yang ia lakukan, Bandeng presto yang telah masak hanya

bisa bertahan 3-4 hari, setelah itu busuk dan kadaluwaras. Iapun tidak menyerah. Ia belajar ke berbagai sentra industri Bandeng Presto di Jawa untuk melihat teknologi apa yang digunakan.

Bandeng Presto Pontianak Yuli Belajar dari cara pemasakan dan pengemasan di Jawa, akhirnya Bandeng Presto produksi Pak Thariq yang diberi merek Yuli sekarang ini sudah bisa bertahan selama 2 minggu. Ke depan ia berharap, bisa membeli mesin pemasakan dan pengepakan yang lebih canggih sehingga produk Bandeng-nya bisa bertahan hingga 3 bulan tanpa bahan pengawet jika ditaruh di freezer sebagaimana yang ia saksikan di Jawa.

Untuk pemasaran, saat ini ia menitipkan Bandeng Prestonya ke berbagai toko oleh-oleh di sekitar Pontianak. Ia juga menerima pesanan Bandeng Presto untuk berbagai acara. Ia berharap, usahanya bisa semakin maju dan berkembang hingga Bandeng Presto Yuli bisa menjadi salah satu produk oleh-oleh Khas Kalimantan Barat, khususnya Pontianak dan sekitarnya.

Anda mungkin juga menyukai