Anda di halaman 1dari 2

Editorial

Dari Beta Blocker ke Analog Prostaglandin: Lini Pertama dalam Terapi Glaukoma

Wahyu Budi Santosa


Dokter Umum di Jakarta

Pendahuluan Glaukoma adalah kelainan pada mata yang ditandai oleh neuropati optik glaukomatosa dan hilangnya lapang pandang yang khas, dengan peningkatan tekanan intraokular (TIO) sebagai salah satu faktor risiko utamanya.1-4 Glaukoma dapat menyebabkan kebutaan yang bersifat ireversibel. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) tahun 2002, dilaporkan bahwa glaukoma merupakan penyebab kebutaan paling banyak kedua dengan prevalensi sekitar 4,4 juta (sekitar 12,3% dari jumlah kebutaan di dunia).5 Pada tahun 2020 jumlah kebutaan akibat glaukoma diperkirakan akan meningkat menjadi 11,4 juta. Prevalensi glaukoma diperkirakan juga akan mengalami peningkatan, yaitu dari 60,5 juta (2010) menjadi 79,6 juta (2020).6 Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi glaukoma di Indonesia adalah 4,6%.7 Terapi pada pasien glaukoma bertujuan untuk menurunkan dan menstabilkan TIO, antara lain dengan antiglaukoma topikal, laser trabekuloplasti, dan operasi filtrasi glaukoma. Tindakan operasi dapat menurunkan TIO secara drastis; namun operasi dapat meimbulkan beberapa komplikasi yang cukup berat, seperti katarak, makulopati hipotonik, dan bleb-related infection. Oleh karena itu,

pemberian obat antiglaukoma merupakan jenis terapi yang paling banyak direkomendasikan. Antiglaukoma topikal yang sering dipakai dalam praktik klinik adalah beta blocker dan analog prostaglandin.8 Penggunaan beta blocker sebagai antiglaukoma sudah dimulai sejak tahun 1970-an. Golongan beta blocker bersifat antagonis terhadap reseptor beta adernergik. Contoh antiglaukoma golongan beta blocker adalah timolol maleate, carteolol hydrochloride, levebunolol hydrochloride, optipranolol, dan betaxolol hydrochloride.9-11 Beta blcoker akan menurunkan TIO dengan mengurangi produksi akuos humor tanpa mempengaruhi aliran keluar (outflow) akuos humor. Dalam kondisi normal, ikatan antara agonis beta adrenergik dengan reseptornya akan mengaktifkan protein regulator (protein G). Aktivasi protein G akan menstimulasi adenyl cyclase , yang selanjutnya akan menyebabkan konversi adenosine triphosphate (ATP) menjadi cyclic adenosine monophosphate (cAMP). Kemudian cAMP intraseluler akan bertindak sebagai second messenger yang akan menstimulasi produksi akuos humor di prosesus siliaris. Beta blocker akan menghambat produksi cAMP di dalam prosesus siliaris sehingga produksi akuos humor dapat dihambat.9,11
41

J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 2, Februari 2012

Dari Beta Blocker ke Analog Prostaglandin: Lini Pertama dalam Terapi Glaukoma Analog prostaglandin merupakan antiglaukoma yang relatif baru jika dibandingkan beta blocker. Antiglaukoma golongan ini merupakan analog dari prostaglandin F2. Di Amerika Serikat, penggunaan analog prostaglandin sebagai antiglaukoma dimulai pada tahun 1996, yaitu latanoprost. Terdapat empat jenis analog prostaglandin yang dapat dijadikan pilihan, yaitu latanoprost, travoprost, bimatoprost, dan unoprostone.9 Analog prostaglandin akan menurunkan TIO dengan meningkatkan aliran keluar (outflow) akuos humor yang melalui jalur uveoskleral. Hal tersebut dapat terjadi melalui dua mekanisme, yaitu relaksasi otot siliaris dan dilatasi atau pelebaran ruang antar-otot siliaris.9,12 Sebelum tahun 1996, beta blocker merupakan antiglaukoma lini pertama. Namun, setelah analog prostaglandin mulai diperkenalkan di Amerika Serikat, posisi beta blocker sebagai antiglaukoma lini pertama digeser oleh analog prostaglandin.9 Terdapat beberapa kelebihan yang dimiliki oleh analog prostaglandin dibandingkan beta blocker dalam menurunkan TIO. Kelebihan utamanya adalah efek samping sistemik analog prostaglandin lebih rendah jika dibandingkan beta blocker.8 Selain itu, analog prostaglandin lebih efektif dalam menurunkan TIO dengan dosis pemberian satu kali per hari. Analog prostaglandin akan menurunkan TIO baik pada saat tidur (malam hari) maupun saat siang hari, sedangkan beta blocker tidak menurunkan TIO saat tidur (malam hari). Kelebihan analog prostaglandin yang paling penting adalah potensinya dalam menurunkan TIO.13-15 Analog prostaglandin dapat menurunkan TIO sekitar 31% sampai 33% dari baseline, sedangkan beta blocker akan menurunkan TIO sekitar 26% sampai 27% dari baseline.8,10 Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Netland et al, mebandingkan efektivitas tavoprost 0,0015% atau 0,004% yang diberikan satu kali per hari dengan timolol 0.5% yang diberikan dua kali per hari dalam menurunkan TIO pada pasien glaukoma sudut terbuka. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dilaporkan bahwa tavoprost 0,0015% atau 0,004% lebih efektif dalam menurunkan TIO dibandingkan dengan timolol 0,5%. Pada saat dilakukan follow-up; pasien yang terkontrol dengan travoprost 0,0015% mempunyai TIO 17,9 -19.1 mmHg, dengan travaprost 0.004% mempunyai TIO 17,7-19,1 mmHg, dengan timolol 0.5% mempunyai TIO 19,4-20,3 mmHg. Daftar Pustaka
1. Stamper RL, Lieberman MF, Drake MV. Becker-Shaffers diagnosis and therapy of the glaucoma. 8th ed. United Kingdom: Mosby Elsevier; 2009. p. 1-7. Racette MWL, Zangwill L, Weinreb R, Sample P. Primary open angle galucoma in black: a review. Surv of Ophthalmol. 2003;48:295-313. Kwon YH, Fingert JH, Kuehn MH, Alward WLM. Mechanism of disease: primary open-anle glaucoma. N Engl J Med. 2009;360:1113-24. American Academy of Ophthalmology. Fundamentals and principles of ophthalmology. San Fransisco: American Academy of Ophthalmology; 2010. Quigley H. Number of people with glaucoma worldwide. Br J Ophthalmol. 1996;80:389. Quigley H, Broman AT. The number of people with glaucoma worldwide in 2010 and 2020. Br J Ophthalmol. 2006;90:262-7. Badan Penelitan dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Riset kesehatan dasar (Riskesdas): laporan nasional 2007. Jakarta: Balitbangkes Depkes RI; 2008. Kashiwagi K. Changes in trend of newly prescribed anti-glaucoma medications in recent nine years in a Japanese local community. The Open Ophthalmology Journal. 2010;4:7-11. Khouri AS, Lama PJ, Fechtner RD. Beta blocker. In: Netland PA, editor. Glaucoma medical therapy: principle and management. 2nd ed. Oxford: Oxford University Press; 2008. p. 55-101. Sachdeva D, Bhandari A. Glaucoma and beta-blockers. American Journal of Pharm Tech Research. 2011;1(4):14453. Schwartz K, Budenz D. Current management of glaucoma. Curr Opin Ophthalmol. 2004;15:119-26. Lee JA, McCluskey P. Clinical utility and differential effects of prostaglandin analogs in the management of raised intraocular pressure and ocular hypertension. Clinical Ophthalmology. 2010;4:741-64. Higginbotham EJ, Schuman JS, Goldberg I. One-year randomized study comparing bimatoprost and timolol in glaucoma and ocular hypertension. Arch Ophthalmol. 2002;120:1286-93. Camras CB. Comparison of latanoprost and timolol in patients with ocular hypertension and glaucoma: a six-month masked, multicenter trial in United States. Ophthalmology. 1996;103:13847. Netland PA, Landry T, Sullivan EK, Andrew L, Silver R, Weiner A, et al. Travoprost compared with latanoprost and timolol in patients with open-angle glaucoma or ocular hypertension. Am J Ophthalmol. 2001;132:472-84.

2.

3.

4.

5. 6. 7.

8.

9.

10. 11. 12.

13.

14.

15.

FS

42

J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 2, Februari 2012

Anda mungkin juga menyukai