Anda di halaman 1dari 40

JOURNAL READING

Prospective Randomized Controlled Trial Of Phaco-Trabectome Versus Phaco-


Trabeculectomy In Patients With Open Angle Glaucoma

Disusun oleh:
Angga Syafari
H1AP13034

Pembimbing:
dr. Eka Yeri Prasetya, Sp. M

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KEDOKTERAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2019

1
HALAMAN PENGESAHAN

Journal Reading dengan Judul

Prospective Randomized Controlled Trial Of Phaco-Trabectome Versus Phaco-


Trabeculectomy In Patients With Open Angle Glaucoma

Disusun Untuk Memenuhi Syarat ujian Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata

Disusun Oleh:
Angga Syafari
(H1AP13034)

Telah diterima dan disetujui oleh dokter dr. Eka Yeri Prasetya, Sp. M. Selaku dosen
penguji journal reading.

Bengkulu, Juli 2019


Dosen Penguji

Dr. Eka Yeri Prasetya, Sp. M

2
BAB I
JURNAL

3
BAB II
ULASAN

TUJUAN
Untuk membandingkan efikasi dan keamanan ab interno trabekulektomi dengan
Trabektomi yang dikombinasikan dengan operasi katarak (Phaco-AIT) dibandingkan
trabeculektomi dengan mitomycin C yang dikombinasikan dengan operasi katarak (phaco-
Trab) pada glaukoma sudut terbuka.

METODE

Penelitian dilakukan dengan metode RCT dengan bedah tunggal. Pasien direkrut dari
Juli 2009 sampai Oktober 2014. Hasil primer dinyatakan dengan tekanan intraokular (TIO)
pada kurun waktu 6 bulan dan komplikasi dari pembedahan. Hasil sekunder adalah rata-rata
TIO pada 12 bulan, pencapaian target TIO, sejumlah obat glaukoma, dan tingkat operasi
sekunder.

HASIL

Penelitian ini berakhir lebih awal sebelum mencapai ukuran sampel dimaksudkan
kami karena kesulitan dalam perekrutan dan kurangnya keseimbangan klinis dari waktu ke
waktu. Sembilan belas pasien yang diambil dalam penelitian, 10 phaco-AIT dan 9 phaco-
Trab. Dasar TIO adalah 20,0 ± 5.3 di phaco-AIT dan 23,1 ± 6,4 mm Hg di phaco-Trab
( p=0,22). TIO menurun menjadi 17,5 ± 3,8 dan 16,0 ± 6.0 mm Hg pada 6 bulan ( p=0,57),
dan 16,8 ± 2,7 dan 17,1 ± 5.0 mm Hg pada 1 tahun ( p = 0.57), masing-masing. rata jumlah
obat glaukoma pada awal adalah 1,8 ± 1.3 di phaco-AIT dan 1,4 ± 1.1 di phaco-Trab ( p =
0.59). rata jumlah obat glaukoma menurun menjadi 0,78 ± 1,39 dan 0,38 ± 0,74 pada 6 bulan
( p = 0.68), dan 0,44 ± 0,88 dan 0,75 ± 0,89 pada 1 tahun ( p = 0.41). Komplikasi ringan dan
sedang terlihat pada kedua kelompok perlakuan, tetapi komplikasi parah terlihat hanya dalam
phaco-Trab. Satu tindakan glaukoma sekunder diperlukan dalam kelompok phaco-AIT.

1
KESIMPULAN

Pencapaian Phaco-AIT dalam penurunan TIO pada 6 dan 12 bulan dibandingkan


dengan phaco-Trab dengan jumlah yang sama obat glaukoma diperlukan pada 1 tahun, dan
tidak ada komplikasi serius yang diidentifikasi dalam kelompok Phaco-AIT.

PENDAHULUAN
Glaukoma merupakan penyebab utama kebutaan menetap di seluruh dunia, dan jenis
yang paling sering adalah glaukoma sudut terbuka. Menurunkan tekanan intraokular (TIO)
adalah satu-satunya pengobatan yang terbukti dapat mengurangi perkembangan glaukoma
optik neuropati. Pengobatan glaukoma terdiri dari terapi medis dengan hipotensif okular dan
laser trabekuloplasti, diikuti dengan prosedur bedah
Sejarah menunjukkan trabekulectomi dengan mitomycin C merupakan standar dari
pembedahan glaukoma. Meskipun efektif menurunkan IOP, Bisa dikaitkan dengan
komplikasi serius, seperti hipotoni makulopati, efusi koroid/perdarahan, dan endophthalmitis.
Pencarian prosedur alternatif yang efektif menurunkan TIO yang dapat meningkatkan
keamanan dan minimal invasif sangat dibutuhkan. Salah satu prosedur tersebut adalah ab
interno trabekulektomi (AIT) dengan Trabektomi (Neomedix, Tustin, California.). metode ini
menggunakan ablasi dengan menggunakan plasma untuk menghilangkan sudut dari trabecular
meshwork dan dinding dalam Schlemm's kanal. Metode ini menciptakan aliran langsung
untuk akuos humor mengalir dari COA ke saluran pengumpul keluar melalui jalur
konvensional. AIT telah ditemukan secara efektif menurunkan TIO dengan komplikasi serius
yang rendah yang dikaitkan dengan trabekulektomi konvensional.
Seiring dengan penambahan usia, glaukoma dan katarak sering timbul pada pasien
yang sama. Baik trabekulektomi dengan mitomycin C dan AIT dapat dikombinasikan
dengan operasi katarak dengan aman. Kombinasi dari trabekulektomi dan operasi katarak
(phaco-Trab) telah ditemukan untuk menurunkan TIO, sedangkan AIT gabungan dan operasi
katarak (phaco-AIT) telah ditemukan untuk menurunkan TIO untuk menengah keatas.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan keamanan dan
keampuhan dari phaco-AIT vs phaco-Trab pada pasien OAG. Untuk diketahui, ini
adalah uji RCT prospektif pertama secara acak dari phaco-AIT dibandingkan phaco-
Trab.

2
MATERIAL DAN METODE
Semua prosedur penelitian dilakukan dengan persetujuan dari Penelitian Kesehatan
Dewan Etika di Universitas Alberta dan sesuai dengan Deklarasi Helsinki untuk penelitian
medis yang melibatkan peserta manusia. Sidang ini terdaftar online di ClinicalTrials.gov
dengan identifikasi yang fi er NCT00901108. Pasien direkrut dan dioperasikan oleh seorang
ahli bedah tunggal (KD) di Institut Eye of Alberta antara Juli 2009 dan Oktober 2014. Hanya
1 mata untuk 1 pasien yang terdaftar. Perekrutan pasien lambat sebagian karena Kriteria
kelayakan. Untuk meningkatkan pendaftaran, penyertaan Kriteria diperluas selama studi
sebagai berikut: usia 40 - 85 tahun; glaukoma sudut terbuka ( ≥ Shaffer grade 2); glaukoma
yang tak terkendali dan/atau TIO dengan pengobatan medikamentosa; ditemukan katarak
secara visual (opasitas lensa dengan koreksi terbaik Snellen untuk ketajaman visual ≤ 20/30);
dan persetujuan dan ketersediaan mengikuti penilitian minimal 1 tahun follow-up. Kriteria
eksklusi terdiri dari glaukoma sudut tertutup; glaukoma sudut terbuka sekunder (dengan
pengecualian pseudoexfoliation glaukoma); tidak ditemukan sudut yang jelas dengan
gonioskopi; penyakit mata lain yang mengganggu dari ketajaman visual, lapang pandang,
atau tonometri; dan penggunaan steroid dalam 3 bulan terakhir.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai baik efikasi dan keamanan, kami
memilih 2 hasil primer: rata-rata TIO dalam 6 bulan dan tingkat komplikasi pembedahan.
TIO diukur dengan Goldmann applanation tonometry dan dicatat sebagai rata-rata dari 2
pengukuran berturut-turut, atau rata-rata 3 pengukuran jika 2 pengukutan pertama tidak 2 mm
Hg.
Hasil sekunder terdiri dari TIO dalam 12 bulan, pencapaian target TIO, jumlah
pengobatan glaukoma dan adakah pembedahan glaukoma sekunder. Target TIO
dikelompokan berdasarkan canadian glaucoma guidelines. Pembedahan yang gagal
dinyatakan jika TIO >21 mmHg atau <20% penurunan TIO awal dalam 2 kali follow up
dalam 3 bulan. TIO <5 mmHg dalam 2 kali follow up setelah 3 bulan, adakah operasi
glaukoma sekunder, atau hilang persepsi sinar. Operasi yang dianggap sukses secara baik
apabila paska pembedahan tidak memerlukan terapi tambahan.

Pengolahan sampel dilakukan dengan menggunakan SAS / STAT Power dan


kalkulator (SAS Institute Inc, Cary, NC). Berdasarkan hipotesis sebelumnya yang
trabeculectomy dengan mitomycin C dan AIT dengan Trabectome akan menghasilkan rata-

3
rata IOP dari 13,96 mmHg dan 18,4 mmHg, dengan varian 4,5 mmHg. Kategori variabel
dianalisis menggunakan χ 2 uji. Variabel kontinyu dibandingkan dengan menggunakan
Wilcoxon. Untuk perbandingan intraeye dari variabel kontinyu pra operasi dan pasca operasi,
campuran (PROC GLM) model linier umum telah dibuat.

HASIL

Sebanyak 19 pasien yang diambil untuk dilakukan penelitian, 10 pasien dilakukan phaco-
AIT dan 9 pasien dengan phaco-Trab. Pada kelompok phaco-Trab, 1 pasien tidak dilanjutkan
penelitian. Data demografi dari masing-masing kelompok perlakuan ditunjukkan pada tabel 2
dan tidak ditemukan perbedaan yang signifikan.

Tabel 3 mewakili TIO pada awal dan pasca operasi. phaco-Trab memiliki TIO awal yang
lebih tinggi dan rata-rata perubahan TIO pada 6 dan 12 bulan, meskipun ini secara statistik
tidak signifikan. Pada 1 tahun, 44% dari pasien phacoAIT menemui sasaran TIO
dibandingkan dengan 63% dari pasien phaco-Trab, tapi secara statistik dinilai tidak signifikan
( p=0,46).

4
Gambar 1 mewakili perubahan pengobatan glaukoma dari waktu ke waktu. Tidak ada
perbedaan statistik secara signifikan antara phaco-AIT dan phaco-Trab pada awal ( P= 0.59),
6 bulan ( p = 0,68), atau 12 bulan ( p = 0.41). Kedua metode menurunkan kebutuhan akan
pengobatan, dan selama 12 bulan pasca operasi, ada penurunan rata-rata 1,4 di phaco-AIT
dibandingkan dengan 0,65 di phaco-Trab.

Gambar 2 merupakan korelasi antara TIO dan panjang celah ablasi intraoperatif yang
dibuat dengan Trabektomi. Celah intraoperatif berkisar 90-160 derajat, dengan rata-rata 124 ±
29,1 derajat. Tidak ada korelasi yang signifikan antara celah ablasi intraoperatif dan 6 bulan
(p = 0,32) atau 12 bulan (p = 0,31).

5
Tabel 4 dan 5 menunjukan komplikasi awal dan akhir disertai dengan operasi
glaukoma sekunder. Tidak ada perbedaan secara signifikan. Dari tabel pada kelompok phaco
AIT, 3 dari 5 pasien memiliki kenaikan TIO terkait dengan hyphema. Selanjutnya, 1 pasien
memiliki hypotony yang menghilang secara spontan dan pasien lain dianggap sebagai respon
dari steroid. Dalam phaco-Trab, 2 pasien memiliki kebocoran bleb dan 2 pasien lainnya
mengalami komplikasi parah hipotoni makulopati dengan efusi koroid. Dalam phacoAIT,
operasi glaukoma sekunder diperlukan pada 1 pasien.

Keberhasilan dalam 1 tahun dan tingkat kegagalan ditunjukkan pada tabel 6. Secara
kolektif, tidak ada perbedaan signifikan antara phaco-AIT dan phaco-Trab ( p = 0,14).
Selanjutnya, dalam menganalisis keberhasilan dibandingkan dengan kegagalan, ada juga tidak
ada perbedaan secara signifikan ( p = 0,32). Phaco-AIT memiliki tingkat kegagalan yang
lebih tinggi pada 60% dibandingkan dengan 13% di phaco-Trab. Kegagalan dinilai

6
berdasarkan TIO > 21 mmHg atau target <20% pengurangan TIO yang dilakukan dengan 2
kali berturut-turut follow up selama 3 bulan dan dilakukannya operasi glaukoma sekunder
pada 1 pasien.

DISKUSI
 Penurunan TIO dan pengobatan
Dalam waktu 1 tahun, phaco-AIT memiliki penurunan TIO dari 20,0 ± 5,3 menjadi
16,8 ± 2,7 mmHg, sedangkan phaco-Trab memiliki penurunan TIO dari 23,1 ± 6,4
menjadi 17,1 ± 5,0 mmHg. Secara statistik tidak ditemukan perbedaan secara signifikan.
Namun, beberapa penelitian lain, Francis dan Winarko menemukan perbedaan secara
signifikan dalam pengurangan IOP dari 22,1 ± 5,5 menjadi 15,4 ± 3.1 mm Hg di phaco-
AIT dan 23.0 ± 10,7 menjadi 11,0 ± 5,7 mm Hg di phaco-Trab pada 1 tahun, masing-
masing ( p = 0,01).
Dalam metaanalisis terbaru tentang AIT dan trabektomi, pasca operasi diharapkan
penurunan TIO sekitar 16 mmHg. Sejalan dengan penelitian tersebut pada penelitian ini
didapatkan 16,8 + 2,7 mmHg. Untuk AIT, satu-satunya dalam teknik bedah panjang celah
ablasi intraoperatif. Dokter bedah awalnya dibuat celah sekitar 90 derajat, tetapi dalam
kasus yang terakhir, ini meningkat hingga 160 derajat. Hal ini bisa membantu
memfasilitasi drainase air meningkat karena saluran kolektor lebih terbuka. Namun, kami
tidak menemukan korelasi signifikan antara panjang celah ablasi intraoperatif dan TIO
pasca operasi. Demikian pula, sesuai dengan meta-analisis AIT, 2 abstrak juga
melaporkan ini dan menemukan tidak ada korelasi.
Pada kelompok phaco-AIT, 7 dari 9 pasien yang memenuhi target IOP, tetapi hanya 4
memenuhi kriteria untuk sukses. 3 pasien lainnya gagal memenuhi kriteria untuk sukses

7
sebagai penurunan TIO 20% dari target. Di lain hal, menggabungkan pengurangan
persentase TIO pada kriteria kurang tepat dikarenakan 6 pasien dalam kelompok phaco-
AIT memiliki dasar IOP 17,5 mm Hg atau lebih rendah. Oleh karena itu, pengurangan
20% di IOP akan sangat dif fi kultus untuk mencapai diberi IOP menurunkan batas AIT
sekitar 16 mm Hg.

 Komplikasi
Secara keseluruhan Phaco-AIT memiliki peningkatan insiden PAS (peripheral
anterior synechiae ) dibandingkan dengan Phaco-Trab. Empat pasien dalam Phaco-AIT
memiliki komplikasi hifema. Komplikasi hifema banyak di berbagai kasus dengan AIT
dikarenakan pembuatan celah di trabecular meshwork dan dinding dalam schlemm kanal
dalam keadaan transien hipotoni memungkinkan darah balik ke saluran yang terhubung
ke sistem vena episkleral.
Tidak ada komplikasi yang parah mengenai tajam penglihatan dalam kelompok phaco-
AIT. Sebaliknya, beberapa penelitian menunjukan komplikasi yang parah dengan
menggunakan trabekulektomi. Sebuah penelitian menunjukan dalam 5 tahun, 20% dari
pasien trabeculectomy memiliki komplikasi serius yang mengakibatkan operasi ulang dan
/ atau kehilangan tajam penglihatan ≥ 2 baris Snellen.
Dalam studi ini, 2 dari 9 pasien phaco-Trab memiliki efusi koroid yang dikaitkan
dengan makulopati hipotoni. Indikasi untuk AIT adalah glaukoma sudut terbuka dengan
tingkat ringan sampai sedang dengan target TIO di pertengahan tengah ke tinggi dan /
atau pengurangan pemakaian obat.glaukoma.

 Kekurangan dan kekuatan penelitian


Keterbatasan utama dari penelitian ini adalah bahwa tidak mencapai target sampel
yang diiinginkan. Namun, ini adalah RCT dengan kerentanan terhadap bias rendah dan
variabel pengganggu. Selanjutnya, semua prosedur dilakukan oleh 1 dokter bedah, yang
membatasi variabilitas dalam teknik bedah dan hasil berikutnya.

8
Penurunan TIO dan obat-obatan, bersama dengan risiko komplikasi yang rendah di
phaco-AIT dalam penelitian ini konsisten dengan literatur. Pada phaco-Trab, penurunan
TIO lebih rendah dari yang diharapkan, tapi ini mungkin berhubungan dengan outlier,
sementara peningkatan kejadian komplikasi parah konsisten dengan literatur saat ini.

KESIMPULAN
Kesimpulannya, phaco-AIT dapat menurunkan TIO dalam 6 dan 12 bulan
dibandingkan dengan phaco-Trab yang memerlukan waktu 1 tahun dan tidak ada komplikasi
serius dalam kelompok Phaco-AIT. Pada penelitian ini phaco-AIT sejalan dengan literatur
yang ada, mendukung keamanan dan menguntungkan untuk pasien dengan katarak,
glaukoma ringan sampai sedang, dan pengurangan target TIO atau menurunkan
ketergantungan pada obat glaukoma topikal. Namun, untuk pasien dengan glaucoma yang
lebih rumit penelitian ini menyarankan phaco-Trab, mengingat risiko komplikasi parah.

9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 DEFINISI GLAUKOMA AKUT

Glaukoma akut merupakan salah satu glaukoma sudut


tertutup primer. Glaukoma sudut tertutup terjadi bila terdapat
k e n a i k a n m e n d a d a k d a r i t e k a n a n intraokular, yang disebabkan penutupan sudut
bilik mata depan yang mendadak oleh a k a r i r i s , s e h i n g g a m e n g h a l a n g i s a m a
sekali keluarnya humor akueus melalui t r a b e k u l a , menyebabkan
m e n i n g g i n y a t e k a n a n i n t r a o k u l a r , m a k a g e j a l a y a n g ditimbulkan
sangat berat seperti: nyeri pada mata, sakit kepala, pandangan kabur, halo, mual
dan muntah serta disertai tanda kongesti, maka disebut pula glaucoma akut
kongestif atau glaukoma akut. Glaukoma akut hanya timbul pada orang-orang
yang mempunyai sudut bilik mata yang sempit. Jadi hanya pada orang-orang
dengan predisposisi anatomis.4,5

1
Gambar 1.Bilik mata depan normal ( atas ), dan sudut tertutup (bawah)

Glaukoma akut merupakan suatu kedaruratan mata yang


memerlukan  p e n a n g a n a n segera untuk mencegah
kerusakan nervus optikus yang d a p a t menyebabkan kebutaan.
Pengobatan medika mentosa harus dimulai secepat mungkin untuk menurunkan tekanan intra
okuler sebelum terapi definitive iridektomi laser atau bedah dilakukan. Diagnosa pasti
ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan hasil pemeriksaan gonioskopi yang dapat
memberikan bukti bahwa sudut bilik mata tertutup.5

3.2 KLASIFIKASI

Klasifikasi Vaughen untuk glaukoma adalah sebagai berikut :


1. Glaukoma primer, tidak diketahui penyebabnya, didapatkan bentuk :

- Glaukoma sudut sempit/ tertutup (close angle


g l a u c o m a , a c u t e c o n g e s t i v e glaucoma).

- Glaukoma sudut terbuka (glaucoma simpleks, open angle


g l a u c o m a , c h r o n i c simple glaucoma).

2. Glaukoma sekunder, t i m b u l s e b a g a i a k i b a t p e n y a k i t l a i n d a l a m
b o l a m a t a , disebabkan :

- Perubahan lensa.

- Kelainan uvea

- Trauma

- Bedah.

- Rubeosis.

2
- Steroid dan lainnya.

3. Glaukoma kongenital 

- Primer atau infantile.

- Menyertai kelainan kongenital lainnya.

4. Glaukoma absolute, keadaan terakhir suatu glaucoma, yaitu dengan kebutaan total dan
bola mata nyeri.2

Glaukoma sudut tertutup primer sendiri dapat dibagi dalam 5


tingkatan d e n g a n p e r j a l a n p e n y a k i t n y a y a n g o v e r l a p p i n g d a n
tidak selalu dimulai d a r i  progresifitas tingkat awal ke tingkat selanjutnya.
Kombinasi ini dibagi sesuai dengantingkatan klinis, yaitu:

1. Glaukoma sudut tertutup suspek 

2. Glaukoma sudut tertutup intermitten (subakut) : e p i s o d e s e r a n g a n s i n g k a t


d a n rekuren

3. Glaukoma sudut tertutup akut : kongesti dan post-kongesti

4. Glaukoma sudut tertutup kronik : tanpa atau dengan glaucomatous damage

5. Glaukoma sudut tertutup absolut : merupakan tingkat terakhir dari glaukoma akut, pada
tingkatan ini mata sudah mengalami kebutaan total.2,5

3.3 ANATOMI DAN FISIOLOGI

3
Sudut bilik mata depan dibentuk oleh tautan antara kornea dan iris
perifer,y a n g diantaranya terdapat jalinan trabekular. Jalinan
t r a b e k u l a r ( trabecular meshwork) sendiri terdiri dari 3 bagian yaitu:

1 . J a l i n a n u v e a l uveal meshwork)

2 . J a l i n a n k o r n e o s k l e r a ( corneoscleral meshwork )

3 . J a l i n a n e n d o t h e l i a l (  juxtacanalicular atau endothelial meshwork )

Ketiga bagian ini terlibat dalam proses outflow Aquos Humor. S t r u k t u r l a i n


yang terlibat adalah kanalis sklem. Kanalis
b e r b e n t u k   sirkumfensial dan dihubungkan oleh septa-septa. Bagian dalam
kanalis dilapisi olehsel-sel endotel berbentuk kumparan yang mengandung
vakuol-vakuol besar, dan di  bagian luar dilapisi oleh sel-sel datar halus yang
mengandung ujung dari kanalis-kanalis kolektor. Bagian selanjutnya yang
berperan adalah kanalis kolektor. Kanalis ini meninggalkan kanalis sklem dan
berhubungan dengan vena episklera. Aquos Humor adalah suatu cairan jernih yang
mengisi kamera anterior dan  p o s t e r i o r m a t a . D i p r o d u k s i o l e h k o r p u s
s i l i a r e d a n b e r v a r i a s i d i u r n a l . S e t e l a h memasuki bilik mata belakang,
humor akuos melalui pupil dan masuk ke bilik mata depan dan kemudian ke
perifer menuju ke sudut bilik mata depan dan nantinya akan dikeluarkan melalui
dua jalur outflow berbeda yaitu:

1.Outflow melalui jalur trabekulum (jalur konvensional). Yang


m e r u p a k a n  jalur utama, dimana sekitar 90% outflow Aquos Humor melalui
jalinan trabekular menuju kanalis sklem dan berlanjut ke sistem vena kolektor.

2.Outflow melalui jalur uveoscleral (jalur unkonvensional). Dimana


s e k i t a r   10% outflow akuos humor melalui jalur ini. (gambar 2).

4
3.4 FAKTOR PREDISPOSISI

Faktor anatomis yang menyebabkan sudut sempit adalah :4

1.Bulbus okuli yang pendek, biasanya pada mata yang hipermetrop.


M a k i n b e r a t hipermetropnya makin dangkal bilik mata depannya.

2.Tebalnya lensa, menyebabkan bilik mata depan menjadi lebih dangkal. Pada
umur 25 tahun, dalamnya bilik mata depan rata-rata 3,6 mm, sedangkan pada umur 70
tahun 3,15 mm.

3.Kornea yang kecil, dengan sendirinya bilik mata depannya dangkal.

4.Tebalnya iris. Makin tebal iris, makin dangkal bilik mata depan

5
Pada sudut bilik mata yang sempit, letak lensa jadi lebih dekat ke iris,
sehingga aliran cairan bilik mata dari bilik mata belakang ke bilik mata depan
tehambat, i n i l a h y a n g d i s e b u t d e n g a n h a m b a t a n p u p i l . H a l
ini dapat m e n y e b a b k a n meningkatnya tekanan di dalam bilik mata
belakang dan medorong iris ke depan . P a d a s u d u t b i l i k m a t a d e p a n y a n g
m e m a n g s u d a h s e m p i t , a d a n y a d o r o n g a n i n i menyebabkan iris menutupi
jaringan trabekula, sehingga cairan bilik mata tidak  dapat atau sukar untuk keluar
dan terjadilah glaukoma sudut tertutup.

3.5 INSIDENSI

Terjadi pada 1 dari 1000 orang yang berusia di atas 40 tahun dengan angka kejadian yang
bertambah sesuai usia. Perbandingan wanita dan pria pada penyakit ini adalah 4:1. Sering
terjadi pada kedua mata. 2

3.6 PATOGENESIS

Sudut bilik mata dibentuk dari jaringan korneosklera dengan pangkal iris.
Pada keadaan fisiologis bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan
b i l i k m a t a . Berdekatan dengan sudut ini didapatkan jaringan trabekulum,
kanal Schlemm, baji sklera, garis Schwalbe dan jonjot iris. Pada sudut filtrasi
terdapat garis Schwalbe yang merupakan akhir perifer endotel dan membran
descement, kanal schlemm yang menampung cairan mata ke salurannya. Sudut filtrasi
berbatas dengan akar iris berhubungan dengan sklera kornea dan disini ditemukan spur
s k l e r a   y a n g m e m b u a t c i n c i n m e l i n g k a r 3 6 0 d e r a j a t d a n merupakan batas
belakang sudut filtrasi serta tempat insersi otot siliar longitudinal. A n y a m a n
trabekula mengisi kelengkungan sudut filtrasi yang mempunyai dua

6
komponen yaitu badan siliar dan uvea. T e k a n a n i n t r a o k u l a r d i t e n t u k a n o l e h
k e c e p a t a n t e r b e n t u k n y a c a i r a n m a t a (Aquos Humor) bola mata oleh badan siliar
dan hambatan yang terjadi pada trabekular meshwork. Aquos Humor yang dihasilkan
badan siliar masuk ke bilik  m a t a b e l a k a n g , kemudian melalui pupil
m e n u j u k e b i l i k m a t a d e p a n d a n t e r u s k e sudut bilik mata depan, tepatnya
ke jaringan trabekulum, mencapai kanal Schlemm dan melalui saluran ini keluar dari
bola mata. P a d a g l a u k o m a s u d u t t e r b u k a , k e l a i n a n t e r j a d i p a d a j a l i n a n
t r a b e k u l a r , sedangkan sudut bilik mata terbuka lebar. Jadi tekanan intraokuler meningkat
karena adanya hambatan outflow Aquos Humor akibat kelainan mikroskopis pada
jalinan trabekular. Pada glaukoma sudut tertutup, jalinan trabekular normal,
sedangkan tekanan intraokuler meningkat karena obstruksi mekanik akibat penyempitan
sudut bilik mata, s e h i n g g a o u t f l o w Aquos Humor t e r h a m b a t s a a t m e n j a n g k a u
j a l i n a n t r a b e k u l a r . Keadaan seperti ini sering terjadi pada sudut bilik mata yang sempit
(kadang-kadangdisebut dengan “dangerous angle”).

  Penting untuk diketahui, jika sudut bilik mata tidak sempit atau sudut terbuka luas,
perifer iris tidak kontak dengan perifer kornea, sehingga sudut bilik mata depan tidak
tertutup dan glaukoma sudut tertutup tidak akan terjadi. Ini
m e r u p a k a n  perbedaan dasar antara glaukoma sudut terbuka dengan glaukoma sudut
tertutup. Ketika dislokasi lensa sebagai penyebab tertutupnya sudut bilik mata
maka keadaan ini dikenal dengan   glaukoma sudut tertutup sekunder. Jika glaukoma sudut
tertutup tidak diketahui penyebabnya, kondisi ini dikenal dengan glaukoma
sudut  tertutup primer. Apabila sudut bilik mata depan tertutup secara cepat dan
berat, ini dikenal dengan glaukoma akut y a n g d i s e r t a i d e n g a n b a n y a k g e j a l a
d a n t a n d a . A p a b i l a  penutupan sudut bilik mata depan tidak sempurna dan kadang-
kadang saja terjadi, ini dikenal dengan glaukoma sudut tertutup intermitten atau glaukoma
sudut tertutup kronik , d a n d i s e r t a i d e n g a n s e d i k i t g e j a l a . A p a b i l a
g l a u k o m a s u d u t t e r t u t u p intermitten yang tidak mempunyai gejala,
i n i d i k e n a l d e n g a n glaukoma sudut  tertutup kreeping. 

Satu hal penting untuk diketahui bahwa tidak semua sudut bilik mata sempit akan
berkembang menjadi glaukoma akut, dapat terjadi hanya sebagian kecil saja, t e r u t a m a

7
pada mata yang pupilnya berdilatasi sedang (3,0 - 4,5mm) yang dapat
memungkinkan terjadinya blok pupil sehingga dapat berlanjut menjadi sudut tertutup. Akibat
terjadinya blok pupil, maka tekanan intraokular lebih tinggi di bilik m a t a b e l a k a n g
d a r i p a d a b i l i k m a t a d e p a n . J i k a b l o k p u p i l s e m a k i n b e r a t t e k a n a n intra
okuler di bilik mata belakang semakin bertambah, sehingga konveksivitas iris semakin
bertambah juga, ini dikenal dengan iris bombe, yang membuat perifer iris kontak dengan
jalinan trabekuler, dan menyebabkan sudut bilik mata depan tertutup. Jika tekanan intraokuler
meningkat secara drastis akibat sudut tertutup komplit maka akan terjadi glaukoma akut.
Mekanisme lain yang dapat menyebabkan glaukoma akut ialah  plateau iris dan letak lensa
lebih ke anterior. Pada keadaan seperti ini juga sering terjadi blok  pupil.

3.7 MANIFESTASI KLINIS

Sebelum penderita mendapat serangan akut, dapat didahului serangan prodormal, meskipun
tidak selalu demikian.4
a. F a s e P r o d o r m a l ( F a s e N o n k o n g e s t i f ) .
- Penglihatan kabur
- Melihat halo (gambar pelangi)sekitar lampu atau lilin,
- Sakit kepala, sakit pada mata dan kelemahan akomodasi. Keadaan ini berlangsung
½-2 jam. Bila serangannya reda, mata menjadi normal kembali. 
b. Fase Glaukoma Akut ( Fase Kongestif).
-Penderita tampak sangat payah, memegangi kepalanya karena sakit hebat.
Jalannya dipapah, karena tajam penglihatannya sangat turun
-Muntah-m u n t a h
-Mata hiperemis dan fotofobia. Karenanya sering
d i s a n g k a b u k a n menderita sakit mata, melainkan suatu penyakit sistemik.

- Visus cepat menurun, disertai sakit hebat di dalam mata yang menjalar sepanjang
Nervus Cranial V, sakit kepala, mual muntah, tampak warna pelangi di sekitar lampu.4

8
3.8 PEMERIKSAAN
a. Slit-lamp Biomikroskopi
• Konjungtiva bulbi: hiperemia kongestif, kemotis dengan injeksi silier, injeksi
konjungtiva dan episclera.
• Kornea: edema dengan vesikel epithelial dan penebalan struma, keruh, tidak sensitif
karena tekanan pada saraf kornea.
• Bilik mata depan: dangkal dengan kontak iridokorneal perifer. Flare dan
sel akuos dapat dilihat setelah edem kornea dapat dikurangi.
• Iris: gambaran corak bergaris tak nyata karena edema,
b e r w a r n a kelabu, dilatasi pembuluh darah iris.

• Pupil: oval vertikal, tetap pada posisi semi-dilatasi, kadang-kadang


didapat midriasis yang total, warna kehijauan, tidak ada reaksi terhadap
cahaya dan akomodasi 
b. Tonometri Schiotz
Normal TIO : 10-21 mmHg, pada glaukoma akut dapat
mencapai 50-100 mmHg
c. Funduskopi
Papil saraf optik menunjukan penggaungan dan atrofi, seperti
p a d a glaukoma simpleks. Sehingga cup disk ratio membesar (N = <0,4) (gambar 3
dan 4). Sering juga ditemukan optic-disk edema dan hiperemis.

Gambar 3 : saraf optik normal (kiri), penggaungan saraf optik pada glaukoma
akibat peningkatan TIO (kanan)

9
Gambar 4: Terlihat cup-disk ratio membesar akibat penggaungan saraf optik pada funduskopi
(kanan)

d. Gonioskopi

Pemeriksaan gonioskopi adalah tindakan untuk melihat sudut


b i l i k m a t a dengan goniolens. Gonioskopi adalah suatu cara untuk melihat
langsung keadaan patologik sudut bilik mata, juga untuk melihat hal-hal
yang terdapat pada sudut bilik mata seperti benda asing. Dengan
gonioskopi dapat ditentukan klasifikasi glaukoma penderita apakah
glaukoma terbuka atau glaukoma sudut tertutup dan mungkin dapat
menerangkan penyebab suatu glaukoma sekunder.1 Pemeriksaan gonioskopi
ditunda sampai edem kornea berkurang, salah satunya d e n g a n o b a t
yang dapat menurunkan tekanan intraocular, misalnya dengan
gliserin topical atau saline hipertonik salp mata. (gambar 5)

10
Gambar 5: Gonioskopie

e. Pemeriksaan lapang pandang.

Pemeriksaan lapang pandang penting, baik untuk menegakkan diagnosa maupun


untuk meneliti perjalanan penyakitnya, juga untuk menentukan pengobatan
selanjutnya. Harus selalu diteliti keadaan lapang pandangan perifer dan
sentral. Pada glaukoma yang masih dini, lapang pandangan perifer belum
menunjukkan kelainan, tetapi lapang pandangan sentral sudah menunjukkan
adanya bermacam-macam skotoma. Jika glaukomanya sudah lanjut,
lapang pandangan perifer juga memberikan kelainan  berupa penyempitan
yang dimulai dari bagian nasal atas. Yang kemudian akan   b e r s a t u
dengan kelainan yang ada ditengah yang dapat menimbulkan
t u n n e l vision, seolah-olah melihat melalui teropong untuk kemudian menjadi buta.

 
f. Tes provokasi,

Tes ini dilakukan pada keadaan yang meragukan.


Tes yang dilakukan : tes kamar gelap, tes midriasis, tes membaca, tes
bersujud(prone test). Untuk glaucoma sudut tertutup, yang umum
dilakukan adalah tes kamar gelap (karena pupil akan midriasis dan pada sudut
bilik mata yang sempit, ini akan menyebabkan tertutupnya sudut bilik mata).
Caranya adalah ukur TIOawal, kemudian pasien masuk kamar gelap selama 60-90
menit. Ukur segera TIOnya. Kenaikan > 8 mmHg, tes provokasi (+)

11
3.9 DIAGNOSIS BANDING

Beberapa penyakit yang mirip dengan glaucoma akut adalah :4,7 

1. Iridosiklitis akut.

2. Konjungtivitis akut.

3. Keratitis.

4. Skleritis.

5. Katarak senilis

6. Glaukoma sudut tertutup kronik 

7. Cluster headache

8. Migraine

3.10 PENCEGAHAN
1) Deteksi dini

Salah satu satu cara pencegahan glaukoma adalah dengan


d e t e k s i s e d i n i mungkin. Tidak ada tindakan yang dapat mencegah
terjadinya glaukoma sudut terbuka. Jika penyakit ini
d i t e m u k a n s e c a r a d i n i , m a k a h i l a n g n y a f u n g s i  penglihatan
dan kebutaan bisa dicegah dengan pengobatan. Orang-orang yang
memiliki resiko menderita glaukoma sudut tertutup
sebaiknya m e n j a l a n i  pemeriksaan mata yang rutin dan jika
resikonya tinggi sebaiknya menjalani iridotomi untuk mencegah
serangan akut.

12
- Mengingat hilangnya penglihatan secara permanen yang
d i s e b a b k a n o l e h glaukoma, sebaiknya setiap orang memperhatikan kesehatan
matanya dengan cara melakukan pengukuran tekanan bola mata secara rutin
setiap 3 tahun ,terutama bagi orang yang usianya di atas 40 tahun.

- Faktor risiko lain yang perlu diwaspadai adalah mereka yang memiliki
riwayat keluarga penderita glaukoma, mata minus tinggi atau plus tinggi
(hipermetropia), s e r t a p e n d e r i t a p e n y a k i t s i s t e m i k s e p e r t i d i a b e t e s
a t a u k e l a i n a n v a s k u l a r   (jantung).

- Pemeriksaan mata rutin yang disarankan adalah setiap enam bulan


sekali,khususnya bagi orang dengan risiko tinggi. Untuk mengukur
tekanan bolamata kerusakan mata yang diderita dilakukan tes lapang pandang mata

- Sebaiknya diperiksakan tekanan bola mata bila mata kemerahan dan sakit
kepala berat.

2) Nutrisi yang adekuat (banyak mengandung vitamin A dan Beta


Karoten). Faktor risiko pada seseorang yang bisa menderita
glaukoma adalah seperti diabetes m e l l i t u s d a n h i p e r t e n s i , u n t u k
itu bagi yang menderita diabetes mellitus dianjurkan untuk
mengurangi mengkonsumsi gula agar tidak terjadi komplikasiglaukoma,
sedangkan untuk penderita hipertensi dianjurkan untuk diet rendah garam
karena jika tekanan darah naik cepat akan menaikkan tekanan bola mata.
3) Gaya Hidup (Life style) yang sehat seperti menghindari merokok dan
olahragateratur. Olahraga dapat merendahkan tekanan bola mata sedikit.
4) Pencegahan lanjutan bagi yang sudah menderita glaukoma agar
t i d a k b e r t a m b a h  parah/untuk mencegah tingginya tekanan intraokuler yaitu:
 Mengurangi stress
 Hindari membaca dekat karena pupil akan menjadi kecil
s e h i n g g a g l a u c o m a akan memblok pupil
 Hindari pemakaian obat simpatomimetik karena pupil akan
melebar (dilatasi)
 Diet rendah natrium

13
 Pembatasan kafein
 Mencegah konstipasi
 Mencegah manuver valsava seperti batuk, bersin, dan mengejan
k a r e n a a k a n meningkatkan TIO
 Menempatkan pasien dalam posisi supinasi dapat
m e m b a n t u p a s i e n m e r a s a nyaman dan mengurangi tekanan intra
okular. Diyakini juga bahwa dengan posisi supinasi, lensa jatuh menjauh dari
iris yang mengurangi blok pupil

3.11 PENATALAKSANAAN7 

1. Terapi medikamentosa
1.1. Agen osmotik 
1.2. Karbonik anhidrase inhibitor  
1.3. Miotik kuat (Parasimpatomimetik)
1.4. Beta-blocker
1.5. Alpha adrenergic agonist
1.6. Analog Prostaglandin
1.7. Kortikosteroid Topikal

2. Observasi respon terapi

2.1. Monitor ketajaman visus, edema kornea, dan ukuran pupil

2.2.Ukur tekanan intraocular setiap 15 menit

2.3Gonioskopi

3. Parasintesis

4. Bedah Laser

4.1.Laser iridektomi

14
4.2.Laser iridoplasti

5. Bedah insisi

5.1.Iridektomi bedah insisi


5.2. Trabekuloktomi

6. Ekstraksi lensa

7. Tindakan profilaksis

Ad.1. Terapi medikamentosa

Penatalaksanaan Glaukoma sudut tertutup terdiri dari mengurangi tekanan intra


okular, menekan inflamasi, dan pemulihan sudut tertutup.2,7 

1.1. Agen osmotic

Agen ini lebih efektif untuk menurunkan tekanan intraokuler dan


e f e k n y a menjernihkan kornea, pemberiannya dianjurkan kepada pasien yang tidak
mengalami emesis. Agen-agen hiperosmotik berguna untuk mengurangi volume
vitreus, yang,k e b a l i k a n n y a , m e n u r u n k a n t e k a n a n i n t r a o k u l a r . P e n u r u n a n
t e k a n a n i n t r a o k u l a r   memulihkan iskemia iris dan memperbaiki kepekaan
terhadap pilokarpin dan obat-obat lainnya. Agen-agen osmotic menyebabkan
diuresis osmotic dan mengurangi cairan tubuh total. Agen-agen tersebut tidak
boleh digunakan pada pasien penyakit  jantung dan penyakit ginjal.

•Gliserin

 Dosis efektif 1-1,5 gr/kgBB dalam 50% cairan. Selama penggunaanya gliserin
dapat menyebabkan hiperglikemia dan dehidrasi. Hati-hati terhadap
p a s i e n diabetes dan lansia dengan gagal ginjal serta penyakit kardiovaskular karena agen

15
ini sendiri dapat menyebabkan mual muntah. Menurunkan tekanan
intraokular dalam waktu 30-90 menit setelah pemberian.

• Manitol 

Dosis 1-2 gram/kgBB dalam 50% cairan. Aman digunakan pada pasien
diabetes karena tidak dimetabolisme. Puncak efek hipotensif okular terlihat dalam 1-3
jam. B i l a t i d a k d a p a t d i b e r i k a n o r a l ( m i s : p a s i e n m u a l - m u n t a h ) d a p a t
d i b e r i k a n s e c a r a intravena dalam 20% cairan dengan dosis 2 gr/kgBB selama 30
menit. Maksimal penurunan tekanan dijumpai dalam 1 jam setelah pemberian
IV. Pada penderita payah jantung pemberian manitol berbahaya, karena
volume darah yang beredar m e n i n g k a t sehingga memperberat kerja
j a n t u n g y a n g t e l a h g a g a l . P e m b e r i a n manitol juga dikontraindikasikan
pada penyakit ginjal dengan anuria, kongesti atau udem paru yang berat, dehidrasi
hebat, dan perdarahan intra kranial, kecuali bila akan dilakukan kraniotomi, serta pada
pasien yang hipersensitivitas terhadap manitol.

•Ureum intravena

Dosis 1-1,5 g/kg IV Tidak seefektif manitol karena berat molekulnya


l e b i h rendah sehingga lebih cepat dipenetrasi pada mata. Penggunaannya harus
dengan pengawasan ketat untuk menghindari komplikasi kardiovaskuler.

1.2.Karbonik Anhidrase Inhibitor

Mengurangi produksi akuos humor dengan menghambat karbonik anhidrase di


badan siliar sehingga cepat mengurangi TIO

•Asetazolamide

Merupakan pilihan yang sangat tepat untuk pengobatan darurat pada glaucoma
akut. Acetazolamide sebaiknya diberikan dengan dosis awal 500 mg IV yang
diikuti dengan 500 mg per oral. sekarang diketahui bahwa karbonik anhidrase
inhibitor oral sedikit atau tidak ada sama sekali efek samping sistemik.

16
•Methazolamide

Dosis 50-100 mg p.o. 2 atau 3 kali sehari ( total tidak lebih dari 600mg/hari)

• Dorzolamide

Berbeda dengan obat-obat yang lebih tua, Dorzolamide sanggup menerobos


kedalam mata dengan aplikasi topical.

• Dichlorphenamide

Dosis awal 100-200mg per oral, diikuti 100 mg setiap 12 jam sampai tercapai
respons yang diinginkan. Dosis pemeliharaan (maintenance) yang biasa
untuk glaukoma adalah 25-50 mg 3 atau 4 x/hari. Dosis harian total tidak melebihi
300mg.

• Brinzolamide

Brinzolamide adalah penghambat karbonik anhidrasi yang digunakan pada


mata d e n g a n k a d a r 1 % . B r i n z o l a m i d e d i g u n a k a n u n t u k m e n g o b a t i
tekanan yang meningkat pada mata karena glaukoma sudut
t e r b u k a . B r i n z o l a m i d e j u g a digunakan untuk mengatasi kondisi yang disebut
hipertensi pada mata

1.3. Miotik kuat (Parasimpatomimetik)


• Pilokarpin 2% atau 4%

Setiap 15 menit sampai 4 kali pemberian sebagai inisial terapi.


Tidak efektif pada serangan yang sudah lebih dari 1-2 jam. Hal ini
karena musculus sphincter pupil sudah iskemik sehingga tidak dapat
m e r e s p o n  pilokarpin

17
1.4. Beta blocker

Bekerja dengan cara mengurangi produksi Aquos Humor.

• Levobunolol 0,25%, 0,5%

• Betaxolol HCl 

Betaxolol HCl adalah penghambat reseptor beta-1 selektif yang digunakan


untuk  pengobatan glaukoma dalam bentuk sediaan gel untuk mata dengan
kadar 0,1% dan tetes mata dengan kadar 0,5%.

•Timolol maleat 

Merupakan beta bloker tetes mata nonselektif. Sebagai inisial


t e r a p i d a p a t diberikan 2 kali dengan interval setiap 20 menit dan dapat diulang dalam
4, 8 dan12 jam kemudian. Tersedia dalam bentuk tetes mata dengan kadar
0,25%, 0,5% dan 0,68%.

1.5.Alpha adrenergic agonist

Dapat ditambahkan untuk lebih mengurangi produksi Aquos Humor

• Brimonidine

•Apraclonidine 0,5%, 1%

1.6.Analog Prostaglandin
• Latanoprost 0,005%

Senyawa analog prostaglandin yang dapat menurunkan tekanan intraokuler


dengan cara meningkatkan outflow Aquos Humor. Dosis 1 tetes/ hari. Tersedia

18
dalam bentuk tetes mata dengan kadar 0,005%, dan juga dikombinasi dengan Timolol
maleate.

1.7.Kortikosteroid Topikal

Inflamasi merupakan bagian penting dari patofisiologi dan timbulnya gejala.


Steroid topical mengurangi reaksi inflamasi dan kerusakan
nervus optikus.
• Prednisolon asetat 1%

Digunakan selama 1 minggu pasca operasi i r i d e k t o m i . Diberikan


sebagai pengganti obat-obat antiglaukoma yang digunakan saat serangan akut
sebelumnya.

Pada fase kongesif (akut)

Pengobatan harus diberikan secara cepat dan tepat, jika terlambat 24-48 jam maka sinekia
anterior sudah kuat sehingga pengobatan dengan miotikum tak berguna lagi. TIO harus
sudah turun dalam 2-4 jam sedapat-dapatnya.
a) miotikum : untuk mengecilkan pupil, sehingga iris terlepas dari tekanannya ditrebekula
dan sudutnya menjadi terbuka, cara menberikannya : Pilocarpin 2-4 % setiap menit satu
tetes selama 5 menit diteruskan dengan setiap jam.
b) Penghambat karbonik anhidrase ----> mengurangi produksi humor akueus seperti
diamox 500 mg sekaligus (2 tablet) kemudian disusul tiap 4 jam 1 tablet.
c) Obat hiperosmotik. Gliserin 50 % peroral 1-1,8 gram/kg BB.
d) Untuk mengurangi rasa sakitnya dapat disuntikkan 10-15 mg morfin.
e) 10-12,5 kg largaktil ----> penderita yang muntah-muntah sebelum tablet diamox dan
tablet gliserin diberikan, sehingga obat dapat ditelan. Dengan pengobatan di atas
bersama-sama, tekanan yang tinggi sekali dapat ditekan sampai dibawah 25 mmHg
dalam waktu 24 jam. Jika tekanan intraokulernya sudah turun, operasi harus dilakukan
paling lambat 2-4 hari kemudian. Selama ini pengobatan tetap dilanjutkan. Bila tekanan

19
tetap tinggi, melebihi 30 mmHg diberikan obat hiperosmotik yang lain yaitu : manitol
(1,5-3/kg BB) 20 tetes/ menit (20%) atau ureum 30% infus, 300 cc diberikan ± 2-3 jam
yang diberikan sebelum operasi dilakukan.

Ad. 2. Observasi respon Terapi

Merupakan periode penting untuk melihat respon terapi


yang dapat menyelamatkan visus penderita, sehingga keputusan
harus segera dibuat (paling kurang dalam 2 jam setelah mendapat terapi
medikamentosa intensif), untuk tindakan selanjutnya, observasinya meliputi:
1) Monitor ketajaman visus, edem kornea dan ukuran pupil
2) Ukur tekanan intraokuler setiap 15 menit (terbaik
d e n g a n t o n o m e t e r   aplanasi)
3) Periksa sudut dengan gonioskopi, terutama apabila tekanan
intraokulernya sudah turun dan kornea sudah mulai jernih. Pada masa observasi ini
yang dilihat adalah respon terapi. Respon terapi bisa  b a i k , j e l e k , a t a u p u n
sedang. Bila respon terapi baik maka akan terjadi perbaikan
visus, kornea menjadi jernih, pupil kontriksi, tekanan
i n t r a o k u l e r m e n u r u n , d a n sudutnya terbuka kembali. Pada keadaan ini
dapat dilakukan penatalaksaan lebih lanjut.

Ad. 3. Parasintesis

Jika pemakaian terapi medikamentosa secara intensif masih dianggap lambat d a l a m


menurunkan tekanan intraokuler ke tingat yang aman dan kadang-
kadang  j u s t r u setelah pemberian 2 atau 4 jam masih tetap
tinggi. Sekarang ini mulai diperkenalkan cara menurunkan
t e k a n a n i n t r a o k u l e r y a n g c e p a t d e n g a n t e k h n i k    parasintesis. Pada prosedur
ini, mata diberikan anestesi lokal sebelumnya, lalu jarum dimasukkan ke dalam bilik
mata depan untuk mengeluarkan Aquos Humor. Cairan disedot sebanyak 0,05

20
ml, sehingga secara cepat dapat mengurangi tekanan di mata. Cara ini jg dapat
menghilangkan rasa nyeri dengan segera pada pasien.

Ad. 4. Bedah Laser

4.1. Laser Iridektomi

Terapi ini digunakan untuk mengurangi tekanan dangan mengeluarkan bagian iris untuk
membangun kembali outflow aqueus humor.IndikasiIridektomi diindikasikan untuk
glaukoma sudut tertutup dengan blok pupil, iridektomi juga diindikasikan untuk
mencegah terjadinya blok pupil pada mata yang beresiko yang ditetapkan
melalui evaluasi gonioskopi. Laser iridektomi juga dilakukan pada serangan
glaukoma akut dan pada mata kontra-lateral dengan potensial glaucoma akut.

Kontraindikasi

Iridektomi laser tidak dapat dilakukan pada mata dengan rubeosis iridis karena dapat terjadi
perdarahan. Resiko perdarahan juga meningkat pada
pasien y a n g menggunakan anti-koagulan sistemik, seperti aspirin. Walaupun laser
iridektomi tidak  membantu dalam kasus glaukoma sudut tertutup yang disebabkan
oleh mekanisme blok pupil, tetapi kadang-kadang laser iridektomi perlu
dilakukan untuk mencegah terjadinya blok pupil pada pasien dengan sudut bilik mata
tertutup. Pertimbangan sebelum operasi

Pada glaukoma sudut tertutup akut sering mengalami kesulitan saat


m e l a k u k a n iridektomi laser karena kornea keruh, sudut bilik mata dangkal,
pembengkakan iris. Sebelum dilakukan laser harus diberikan inisial gliserin
topikal untuk memperbaik iedema kornea agar mudah untuk mempenetrasi kripta iris.

21
Komplikasi

Komplikasi dari argon laser adalah sinekia posterior, katarak lokal,


meningkatnya t e k a n a n i n t r a o k u l a r , i r i t i s , l u b a n g i r i d e k t o m i l e b i h c e p a t
tertutup kembali dan terbakarnya kornea dan retina. Pada umumnya
k o m p l i k a s i y a n g s e r i n g t e r j a d i meliputi kerusakan lokal pada lensa dan kornea,
ablasio retina, pendarahan, gangguan visus dan tekanan intraokular meningkat.8

Gambar 6: Sedang melakukan iridektomi laser

Gambar 7: Setelah dilakukan iridektomi laser

4.2. Laser iridoplasti

Merupakan tindakan alternatif jika tekanan intraokular gagal


d i t u r u n k a n secara intensif dengan terapi medikamentosa bila tekanan intraokularnya
tetap sekitar 40 mmHg, visus jelek, kornea edema, dan pupil tetap dilatasi.
Pada laser iridoplasti ini pengaturannya berbeda dengan

22
p e n g a t u r a n p a d a l a s e r i r i d e k t o m i . D i s i n i  pengaturannya dibuat
sesuai untuk membakar iris agar otot sfingter iris berkontraks isehingga iris
bergeser kemudian sudut pun terbuka. Agar laser iridoplasti berhasil maka
titik tembakan harus besar, powernya rendah, dan waktunya lama.8

Ad. 5. Bedah insisi

Iridektomi insisi dilakukan pada pasien yang tidak berhasil dengan tindakan
laser iridektomi seperti:

•Pada situasi iris tidak tidak dapat dilihat dengan jelas karena edema kornea, hal ini sering
terjadi pada pasien glaukoma akut berat yang berlangsung 4-8 minggu.

•Sudut bilik mata depan dangkal, dengan kontak irido-korneal yang luas

•Pasien yang tidak kooperatif 

•Tidak tersedianya peralatan besar.5

5.1 Iridektomi Bedah Insisi

Dikerjakan pada kasus glaukoma sudut tertutup sebagai tindakan pencegahan.


Dilakukan untuk mengangkat sebagian iris untuk memungkinkan
aliran Aquos Humor dari kamera posterior ke kamera anterior.
Diindikasikan pada penanganan glaukoma dengan penyumbatan pupil bila
pembedahan laser tidak berhasil atau tidak t e r s e d i a . P u p i l d i b u a t s e m i o s i s
m u n g k i n d e n g a n m e n g g u n a k a n m i o t i k t e t e s a t a u asetilkolin intra
kamera. Kemudian dilakukan insisi 3mm pada korneosklera 1 mm dibelakang
limbus. Insisi dilakukan agar iris prolaps. Bibir insisi bagian
posterior d i t e k a n s e h i n g g a i r i s p e r i f e r h a m p i r s e l a l u p r o l a p s l e w a t
insisi dan kemudian dilakukan iridektomi. Bibir insisi posterior
d i t e k a n l a g i d i i k u t i d e n g a n r e p o s i s i  pinggir iridektomi. Luka insisi

23
kornea ditutup dengan satu jahitan atau lebih, dan   b i l i k m a t a d e p a n
dibentuk kembali. Setelah operasi selesai, fluoresen sering
digunakan untuk menentukan ada tidaknya kebocoran pada bekas insisi. Oleh karena
kebocoran dapat meningkatkan komplikasi seperti bilik mata depan dangkal.

5.2. Trabekulektomi

Dilakukan untuk menciptakan saluran pengaliran baru


melalui sklera. Dilakukan dengan melakukan diseksi flap ketebalan
setengah (half-tickness) sclera dengan engsel di limbus. Satu segmen jaringan
trabekula diangkat, flap sklera ditutup k e m b a l i d a n k o n j u n g t i v a d i j a h i t r a p a t
u n t u k m e n c e g a h k e b o c o r a n c a i r a n A q u o s . Trabekulektomi meningkatkan
aliran keluar Aquos Humor dengan memintas struktur   p e n g a l i r a n y a n g a l a m i a h .
Ketika cairan mengalir melalui saluran baru ini, akan terbentuk
bleb (gelembung). Dapat diobservasi pada pemeriksaan
konjungtiva. P e r s i a p a n sebelum operasi yaitu pembahasan
d i t u j u k a n u n t u k m e m p e r b a i k i  penglihatan dan biasanya dikerjakan secara
berencana, kecuali pada kasus-kasus yang tidak biasa, misalnya lensa hipermature yang
sejak awal telah memberikan ancaman terjadinya ruptura. (Gambar 8).

Gambar 8: Trabekulektomi

Indikasi

24
Tindakan trabekulektomi dilakukan pada keadaan glaukoma akut yang berat
atau setelah kegagalan tindakan iridektomi perifer.

Komplikasi

Setelah prosedur filtrasi meliputi hipotoni (TIO rendah yang tidak normal),
hifema(darah di kamera anterior mata), infeksi dan kegagalan filtrasi.

Ad. 6. Ekstraksi lensa

Apabila blok pupil jelas terlihat berhubungan dengan katarak, ekstraksi lensa dapat
dipertimbangkan sebagai prosedur utama. Walaupun iridektomi laser
dapatmenghentikan serangan akut akibat blok pupil, namun operasi katarak baik
dilakukanagar lebih aman untuk waktu yang akan datang.

Ad. 7. Tindakan profilaksis

Tindakan profilaksis terhadap mata normal kontralateral dilakukan


laser iridektomi profilaksis, ini lebih disukai daripada perifer
i r i d e k t o m i b e d a h , y a n g dilakukan pada mata kontralateral yang tidak mempunyai
symptom.

3.12 PROGNOSIS

Prognosa baik apabila glaukoma akut cepat terdeteksi dan mendapat terapi segera mungkin.
Sering diagnosa dibuat pada stadium lanjut, dimana lapang pandang telah hilang secara
progresif, iris menjadi atrofi dan midriasis pupil telah menetap. Penanganan episode akut
yang terlambat akan menyebabkan sinekia sudut tertutup permanen dan bahkan menyebabkan

25
26
BAB IV
KESIMPULAN

Phaco-AIT dapat menurunkan TIO dalam 6 dan 12 bulan dibandingkan dengan phaco-
Trab yang memerlukan waktu 1 tahun dan tidak ada komplikasi serius dalam kelompok
Phaco-AIT. Namun, untuk pasien dengan glaucoma yang lebih rumit penelitian ini
menyarankan phaco-Trab, mengingat risiko komplikasi parah.
.

1.

1
DAFTAR PUSTAKA

1. Jessica et al, Prospective Randomized Controlled Trial Of Phaco-Trabectome Versus


Phaco-Trabeculectomy In Patients With Open Angle Glaucoma. Canadian
ophtalmological society. 2018.
2. Ilyas, Sidartha, dkk. Glaukoma. dalam: Ilmu Penyakit Mata, edisi 3,
Jakarta,BalaiPenerbit FKUI, 2002, hal 212-217.
3. Vaughan, D.G. Asbury, T. Riodan-Eva, P. Glaukoma. dalam : Oftalmologi Umum,ed.
Suyono Joko, edisi 14, Jakarta, Widya Medika, 2000, hal : 220-230
4. Anonim. Glaukoma. Diunduh dan
http://www.oocities.com/infokeben/glaukoma.htm.Diakses Januari 2014.
5. Wijaya, Nana. Glaukoma. dalam : Ilmu Penyakit Mata, ed. Wijaya Nana,
cet.6,Jakarta, Abadi Tegal, 1993, hal : 219-232.
6. American Academy of Ophtalmology: Acute Primary Angle Closure
Glaucomain Basic and Clinical Science Course, section 10, 2005-2006, page 122-
126.
7. O’brien, Chock, Opere. An Overview of Glaucoma Management for
Pharmacists.http://www.uspharmacist.com/continuing_education/ceviewtest/lessoni
d/106698/.Updated April 2010.
8. Noecker, R. J. Glaucoma, Angle Closure, Acute. Available
athttp://emedicine.medscape.com/article/1206956-diagnosis.Updated January 2011
9. Indra. Glaukoma. Available athttp://iebegtd.wordpress.com/2010/12/05/glaukoma/.
Diakses Januari 2014

Anda mungkin juga menyukai