Ditulis oleh Jim Clark pada 07-12-2007 Halaman ini membahas reaksi-reaksi oksida unsur-unsur periode 3 (dari natrium hingga klor) dengan air, dan dengan asam atau basa yang sesuai. Argon tidak dibahas karena tidak membentuk oksida.
Ringkasan
Oksida-oksida
Oksida-oksida yang akan kita bahas adalah:
Na2O
MgO
Al2O3
SiO2
P4O10 P4O6
SO3 SO2
Cl2O7 Cl2O
Kecenderungannya adalah oksida-oksida basa kuat terdapat pada sisi kiri dan oksidaoksida asam kuat pada sisi kanan, terpisahkan oleh oksida amfoter (aluminium oksida) di tengah. Oksida amfoter adalah oksida yang menunjukkan sifat-sifat asam sekaligus basa.
Dari kecenderungan sederhana ini, anda cukup melihat pada oksida tertinggi dari masingmasing unsur. Yaitu unsur-unsur pada baris pertama dari daftar di atas, dimana unsur tersebut berada pada keadaan oksidasi tertingginya yang dimungkinkan. Pola ini tidaklah sesederhana jika anda memasukkan oksida-oksida lain. Semua reaksi ini diamati lebih rinci pada akhir halaman.
Magnesium oksida
Magnesium oksida juga merupakan oksida basa sederhana, karena mengandung ion oksida juga. Namun demikian, sifat basanya tidak sekuat natrium oksida karena ion oksidanya tidak terlalu bebas. Dalam contoh natrium oksida, padatan dipengaruhi bersama oleh daya tarik antara ion 1+ dan 2-. Dalam magnesium oksida, daya tarik yang ada adalah antara 2+ dan 2-. Ini memerlukan energi yang lebih untuk memecahnya. Meskipun dipengaruhi oleh faktor-faktor lain (seperti pelepasan energi ketika ion positif menarik air pada bentuk larutannya), pengaruh dari hal ini adalah reaksi yang melibatkan magnesium oksida akan selalu kurang eksotermik daripada natrium oksida.
Reaksi dengan asam Magnesium oksida berreaksi dengan asam seperti yang anda harapkan pada oksida logam sederhana. Sebagai contoh, ia bereaksi dengan asam klorida encer yang hangat untuk menghasilkan larutan magnesium klorida.
Aluminium oksida
Menjelaskan sifat-sifat aluminium oksida dapat menimbulkan kebingungan karena dapat berada pada beberapa bentuk yang berbeda. Salah satu bentuknya sangat tidak reaktif. Ini diketahui secara kimia sebagai alfa-Al2O3 dan dihasilkan pada temperatur tinggi. Pada pembahasan ini kita memakai salah satu bentuk yang reaktif. Aluminium oksida merupakan senyawa amfoter. Artinya dapat bereaksi baik sebagai basa maupun asam.
Dalam hal ini (dan sama dalam reaksi dengan asam yang lain), aluminium oksida menunjukkan sisi basa dari sifat amfoternya.
Berikutnya anda mendapatkan silikon, terjadi kenaikan elektronegativitas sehingga perbedaan elektronegativitas antara silikon dan oksigen tidak cukup untuk membentuk ikatan ionik. Silikon dioksida tidak mempunyai sifat basa tidak mengandung ion oksida dan tidak bereaksi dengan asam. Sebaliknya, silikon dioksida merupakan asam yang sangat lemah, bereaksi dengan basa kuat.
Anda mungkin terbiasa dengan satu reaksi yang terjadi pada ekstraksi besi dengan Blast Furnace dimana kalsium oksida (dari batu kapur yang merupakan bahan mentah) bereaksi dengan silikon dioksida menghasilkan cairan slag, kalsium silikat. Ini merupakan sebuah contoh dari silikon dioksida asam yang bereaksi dengan basa.
Oksida-oksida fosfor
Kita akan membahas dua oksida fosfor, fosfor(III) oksida, P4O6, dan fosfor(V) oksida, P4O10.
Fosfor(III) oksida
Fosfor(III) oksida bereaksi dengan air dingin menghasilkan larutan asam lemah, H3PO3 dikenal dengan asam fosfit, asam ortofosfit atau asam fosfonat. Reaksinya dengan air panas lebih rumit.
Hidrogen tidak dapat dilepaskan sebagai ion hingga anda menambahkan air ke dalam asam ini, bahkan kemudian tidak ada yang dilepaskan karena asam fosfit hanya asam lemah.
Asam fosfit mempunyai pKa 2.00 yang menjadikannya lebih kuat jika dibandingkan dengan asam organik pada umumnya seperti asam etanoat (pKa = 4.76). Ini memungkinkan untuk mereaksikan fosfor(III) oksida secara langsung dengan basa, tetapi anda perlu mengetahui apa yang terjadi jika anda mereaksikan asam fosfit dengan basa. Pada asam fosfit, dua atom hidrogen pada gugus -OH bersifat asam, tetapi yang lainnya bukan. Itu artinya anda akan mendapatkan dua kemungkinan reaksi, sebagai contoh, reaksi dengan larutan natrium hidroksida akan tergantung pada proporsi natrium hidroksida yang direaksikan.
Pada contoh pertama, hanya satu hidrogen yang bersifat asam yang bereaksi dengan ion hidroksida membentuk basa. Pada contoh kedua (menggunakan natrium hidroksida dua kali lebih banyak), kedua hidrogen bereaksi.
Fosfor(V) oksida
Fosfor(V) oksida bereaksi hebat dengan air menghasilkan larutan yang mengandung campuran asam, yang tergantung pada kondisinya. Kita biasanya hanya mempertimbangkan salah satunya, yaitu asam fosfor(V), H3PO4 juga dikenal sebagai asam fosfat atau asam ortofosfat.
Asam ini dalam keadaan murni dan tak terionkan mempunyai struktur:
Asam(V) fosfor juga merupakan asam lemah dengan pKa 2.15. Hal itu membuatnya secara fraksional lebih lemah dari asam fosfit. Kedua larutan asam ini pada konsentrasi sekitar 1 mol dm-3 akan mempunyai pH sekitar 1. Sekali lagi, anda tidak pernah mereaksikan oksida ini dengan basa, tetapi anda diharapkan mengetahui bagaimana asam fosfor(V) bereaksi dengan sesuatu seperti larutan natrium hidroksida. Jika anda melihat kembali strukturnya, anda akan melihat ada 3 gugus -OH, dan masingmasing mempunyai atom hidrogen yang bersifat asam. Anda akan mendapatkan suatu reaksi dengan natrium hidroksida dalam tiga langkah, satu hidrogen akan bereaksi setelah hidrogen yang lain bereaksi dengan ion hidroksida.
Oksida-oksida sulfur
Kita akan membahas sulfur dioksida, SO2, dan sulfur trioksida, SO3.
Sulfur dioksida
Sulfur dioksida sedikit larut dalam air, bereaksi dengan air menghasilkan larutan asam sulfit (asam sulfur(IV)), H2SO3. Ini hanya ada dalam bentuk larutan, usaha untuk mengisolasinya hanya akan mendapatkan sulfur dioksida kembali.
Asam sulfit juga merupakan asam lemah dengan pKa sekitar 1,8 sangat sedikit lebih kuat dibandingkan dua jenis asam dari fosfor di atas. Adalah masuk akal jika larutan pekat asam sulfit juga mempunyai pH sekitar 1. Sulfur dioksida juga akan bereaksi secara langsung dengan basa seperti larutan natrium hidroksida. Jika gas sulfur dioksida dimasukkan ke dalam larutan natrium hidroksida, pada awalnya terbentuk larutan natrium sulfit kemudian diikuti dengan terbentuknya natrium hidrogensulfit jika sulfur dioksidanya berlebih.
Reaksi lain yang penting dari sulfur dioksida adalah dengan basa kalsium oksida membentuk kalsium sulfit (kalsium sulfur(IV)). Ini merupakan inti dari salah satu metode penghilangan sulfur dioksida dari gas buang pada pembangkit energi.
Sulfur trioksida
Sulfur trioksida bereaksi hebat dengan air menghasilkan kabut dari embun asam sulfat pekat.
Asam sufat merupakan asam kuat, dan secara umum larutannya mempunyai pH sekitar 0. Asam sulfat bereaksi dengan air menghasilkan ion hidroksonium (ion hidrogen dalam larutan) dan ion hidrogensulfat. Reaksi ini 100 % sempurna.
Hidrogen kedua lebih sulit untuk dihilangkan. Faktanya ion hidrogensulfat merupakan asam yang relatif lemah kekuatan asamnya sama dengan asam-asam yang telah kita bahas pada halaman ini. Sekarang anda mendapatkan kesetimbangan:
Anda mungkin tidak memerlukan ini untuk pembahasan tingkat dasar, tetapi ini bermanfaat jika anda memahami alasan mengapa asam sulfat merupakan asam yang lebih kuat dari asam sulfit. Anda dapat menerapkan alasan yang sama untuk asam yang lain yang anda temukan pada halaman ini. Ketika gugus -OH kehilangan satu ion hidrogen, muatan negatif yang ada pada oksigen tersebar (terdelokalisasi) ke seluruh ion melalui interaksi dengan oksigen-oksigen ikatan rangkap dua. Hal ini mengarahkan pada anda bahwa delokalisasi yang lebih banyak akan anda dapatkan dengan delokalisasi yang lebih banyak, ion yang lebih stabil akan terbentuk. Ion yang lebih stabil kurang disukai untuk bergabung kembali dengan ion hidrogen untuk kembali ke bentuk asam yang tak terionkan. Asam sulfit hanya mempunyai satu oksigen ikatan rangkap dua, sedangkan asam sulfat mempunyai dua itu menjadikan delokalisasinya lebih efektif, ion menjadi lebih stabil, dan menghasilkan asam yang lebih kuat. Asam sulfat, tentu saja, dapat bereaksi sebagaimana reaksi-reaksi asam kuat yang telah anda kenal dari awal pelajaran kimia. Sebagai contoh, reaksi normal dengan larutan natrium hidroksida membentuk larutan natrium sulfat dimana kedua hidrogen yang bersifat asam bereaksi dengan ion hidroksida.
Secara prinsip, anda dapat juga memperoleh larutan natrium hidrogensulfat dengan menggunakan natrium hidroksida setengahnya yang bereaksi hanya dengan satu dari dua
hidrogen yang bersifat asam yang ada pada asam sulfat. Dalam praktek, saya pribadi tidak pernah melakukannya untuk saat ini saya tidak dapat menjelaskannya! Sulfur trioksida sendiri akan bereaksi secara langsung dengan basa membentuk sulfat. Sebagai contoh, reaksi dengan kalsium oksida membentuk kalsium sulfat. Ini seperti reaksi dengan sulfur dioksida yang telah dijelaskan di atas.
Oksida-oksida klor Klor membentuk beberapa oksida, tetapi hanya dua yang disebutkan pada silabus untuk tingkat A di UK yaitu klor(VII) oksida, Cl2O7, dan klor(I) oksida, Cl2O. Klor(VII) oksida juga dikenal sebagai dikloro heptoksida, dan klor(I) oksida dikenal sebagai dikloro monoksida.
Klor(VII) oksida
Klor(VII) oksida merupakan oksida tertinggi dari klor klor mempunyai tingkat oksidasi maksimum +7. Ini merupakan kelanjutan dari kecenderungan oksida tertinggi pada unsur periode 3 untuk membentuk asam yang lebih kuat. Klor(VII) oksida bereaksi degan air menghasilkan asam yang sangat kuat, asam klor(VII) dikenal juga sebagai asam perklorat. pH larutan secara umum sama dengan asam sulfat, yaitu sekitar 0.
Ketika ion klor(VII) (ion perklorat) terbentuk oleh hilangnya ion hidrogen (ketika bereaksi dengan air, sebagai contoh), muatan dapat terdelokalisasi ke tiap atom oksigen dalam ion. Hal itu membuatnya sangat stabil, dan artinya bahwa asam klor(VII) sangat kuat. Asam klor(VII) bereaksi dengan larutan natrium hidroksida membentuk larutan natrium klor(VII).
klor(VII) oksida sendiri juga bereaksi dengan larutan natrium hidroksida menghasilkan produk yang sama.
Klor(I) oksida
Klor(I) oksida kurang bersifat asam dibanding klor(VII) oksida. Klor(I) oksida bereaksi dengan air sampai batas tertentu menghasilkan asam klor(I), HOCl dikenal juga sebagai asam hipoklorit.
Catatan: anda mungkin juga menemukan asam klor(I) ditulis sebagai HClO. Bentuk yang kita gunakan disini lebih akurat karena menggambarkan bagaimana atom-atom bergabung. Struktur asam klor(I) sama seperti yang ditunjukkan oleh rumusnya, HOCl. Asam ini tidak memiliki oksigen dengan ikatan rangkap dua, dan tidak ada delokalisasi muatan jika ion negatif terbentuk oleh hilangnya hidrogen. Itu artinya bahwa ion negatif yang terbentuk sangat tidak stabil, dan dengan segera menarik kembali hidrogennya untuk kembali membentuk asam. Asam klor(I) merupakan asam yang sangat lemah (pKa = 7.43). Asam klor(I) bereaksi dengan natrium hidroksida menghasilkan natrium klor(I) (natrium hipoklorit).
Klor(I) oksida juga bereaksi secara langsung dengan natrium hidroksida menghasilkan produk yang sama.
Kata Pencarian Artikel ini: oksida amfoter, Natrium oksida, unsur yang dapat bereaksi dengan asam maupun basa adalah, rumus kimia oksida asam, Unsur periode ketiga yang membentuk asam kuat adalah, klor dan belerang dioksida merupakan contoh bahan yang bersifat, oksida yang bersifat asam, sifat kimia perklorat, sifat magnesium oksida, oksida bersifat asam