BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Perubahan yang cukup signifikan telah terjadi di berbagai sektor kehidupan masyarakat Indonesia pada dekade ini. Sistem pemerintahan misalnya, telah bergeser dari sentralistik menjadi desentralisasi dan otonomi daerah yang terletak di kabupaten/kota. Pada sektor perdagangan, batas antar negara semakin tidak nampak dengan adanya teknologi e-commerce. Dengan dimulainya perdagangan bebas tingkat Asia, dari sisi regulasi hampir tidak ada lagi perbedaan antara organisasi domestik dengan organisasi asing dalam menjalankan usahanya di berbagai bidang dan daerah di Indonesia.
Kondisi ekonomi memaksa setiap organisasi lokal untuk meningkatkan kualitas produk dan efisiensinya sehingga dapat meningkatkan daya saing agar dapat mengimbangi banyaknya organisasi bisnis asing yang masuk ke Indonesia. Berbagai usaha juga telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya bangkit dari keterpurukan akibat krisis multi dimensi yang melanda sejak tahun 1997. Segala upaya pemerintah tersebut bertujuan untuk mendorong percepatan pembangunan terutama di sektor perekonomian melalui berbagai investasi, dari yang berskala kecil dengan nilai puluhan jutaan hingga yang bernilai milyaran rupiah. Berbagai aktivitas perekonomian tersebut secara bertahap akan menyebabkan terjadinya
peningkatkan mobilitas penduduk ke daerah-daerah yang prospektif untuk meningkatkan pendapatan mereka, baik sebagai pembawa dana (investor),
PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
pengusaha maupun pekerja. Melalui aktivitas tersebut diharapkan akan muncul pemukiman-pemukiman baru dan kluster-kluster masyarakat berbasis pekerjaan. Konsekuensi lebih jauh dari hal tersebut adalah meningkatnya kebutuhan akan fasilitas penunjang, misalnya pendidikan dan kesehatan.
Berbagai fasilitas kesehatan seperti Rumahsakit yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan yang ada kini telah banyak tersedia. Disamping milik pemerintah kini telah banyak pula fasilitas pelayanan kesehatan yang didirikan oleh pihak swasta, mulai dari balai pengobatan hingga rumah sakit berskala internasional. Jumlah kunjungan pasien ke berbagai fasilitas tersebut juga menunjukkan kecenderungan yang positif. Ini mengindikasikan bahwa kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan pelayanan medis makin meningkat. Kesehatan menjadi suatu hal yang penting untuk diperhatikan, karena merupakan modal dasar bagi suatu bangsa untuk maju dan berkembang. Hal ini sudah menjadi perhatian pemerintah Indonesia, yang tercermin dalam visi Indonesia Sehat 2010. Untuk mendukung visi tersebut, tiap propinsi dan Kabupaten/kota mengembangkan strateginya masing-masing dengan target-target tertentu yang diharapkan dapat menjadi titik awal tercapainya visi tersebut.
Meskipun demikian, perlu disadari bahwa ada keterbatasan sumber daya yang dimiliki dalam berbagai upaya pengembangan tersebut., antara lain : Fasilitas infrastruktur baik pembangunan jalan maupun sarana
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Pengembangan pelayanan kesehatan sangat terkait dan dipengaruhi oleh berbagai aspek baik demografi, pertumbuhan ekonomi, tingkat pendidikan, serta perkembangan lingkungan fisik dan biologi khususnya epidemiologi penyakit. Dari sisi demografi, saat ini kecenderungan yang tampak adalah bergesernya piramida penduduk dari muda ke dewasa dan tua. Ini menunjukkan bahwa angka kelahiran semakin menurun dan angka harapan hidup yang semakin meningkat. Sementara itu, gaya hidup masyarakat cenderung makin konsumtif. Meskipun krisis multi dimensi menyebabkan keterpurukan ekonomi masyarakat, disisi lain cukup banyak kelompok masyarakat berpenghasilan tinggi dan dapat meneruskan pola hidup konsumtif.
Dengan gaya hidup tidak seimbang, akibatnya, dari segi epidemiologi juga telah terjadi pergeseran pola penyakit. Meskipun angka kejadian infektus sebagai tipikal penyakit di negara tropis masih tinggi, namun kini sudah banyak masyarakat yang menderita penyakit-penyakit tipikal negara industri-industri dan maju. Pergeseran ini tentunya akan sangat berpengaruh pada penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan, teknologi kedokteran yang harus dikuasai/disediakan dan kecukupan tenaga kesehatan terlatih. Pada aspek lain, untuk faktor mutu dan manajemen pelayanan kesehatan khususnya Rumahsakit turut memegang peran penting dalam penyediaan layanan kesehatan yang berkualitas. Kedua faktor tersebut
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
sangat dipengaruhi oleh jumlah dan jenis tenaga kesehatan, anggaran dana, obat, dan sistem pelayanan kesehatan secara makro. Salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat adalah rumah sakit. Ini terlihat dari makin meningkatnya utilitasi fasilitas di Rumahsakit dari tahun ke tahun.
Dengan
berbagai
perubahan
kondisi
demografis,
pola
penyakit
dan
perkembangan teknologi, diperlukan suatu perencanaan rumah sakit yang benarbenar berbasis pada kondisi lingkungan yang dihadapi. Hal ini penting untuk menghindari suatu investasi yang sia-sia karena berbeda dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini perlu dilakukan suatu studi khusus untuk meneliti perubahan lingkungan tersebut, dalam rangka mengantisipasi berbagai kemungkinan yang akan terjadi.
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Pendirian Rumahsakit ini diharapkan sebagai salah satu upaya mempersiapkan diri terhadap perubahan lingkungan akibat globalisasi. Untuk itu, pihak pemerintah kota pekalongan khususnya Dinas Kesehatan Kota Pekalongan bermaksud melakukan studi kelayakan terhadap rencana pendirian Rumahsakit baru yang ditinjau terutama dari kebutuhan masyarakat. Mengacu pada berbagai hal tersebut di atas maka pihak Dinas Kesehatan Kota Pekalongan telah menunjuk konsultan untuk melakukan kajian terhadap berbagai aspek tersebut.
Hasil Studi Kelayakan ini akan dijadikan bahan pertimbangan bagi pemerintah kota Pekalongan dalam pengambilan keputusan khususnya dalam perencanaan tipe dan berbagai fasilitas yang disediakan di Rumahsakit nantinya. Disamping itu dokumen ini juga dapat dimanfaatkan oleh pihak lain dalam pengambilan keputusan investasi.
Selain mempunyai motivasi sosial dan keuntungan, sebagaimana layaknya bentuk usaha lain, rencana pendirian Rumahsakit ini juga diharapkan dapat : Membuka lapangan kerja baru serta meningkatkan pendapatan
masyarakat pada umumnya dan calon tenaga kerja di Rumahsakit pada khususnya, Meningkatkan pendapatan pemerintah daerah. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Meningkatkan peluang terjadinya aliansi strategis antar-berbagai lembaga pelayanan kesehatan di Kabupaten Pekalongan dan sekitarnya.
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Pada dasarnya pelaksanaan studi ini dapat dikelompokkan menjadi 3 tahapan yang juga tercermin dalam 3 jenis pelaporan yaitu ; 1. Laporan fakta dan analisa, laporan ini berisi berbagai kajian mengenai fakta dilapangan melalui hasil survey langsung dan berbagai data statistik yang ada. Fakta yang ada selanjutnya akan dilakukan analisa awal untuk memberikan kajian-kajian mendalam yang berhubungan dengan rencana pendirian Rumahsakit baru di Kota Pekalongan. 2. Laporan Draft Studi Kelayakan ; Laporan ini lebih lengkap karena terdiri dari kajian pasar, keuangan dan block plan. Namun masih perlu dibahas dan disempurnakan, terutama masukan dari pemilik dalam hal ini pemerintah kota Pekalongan, 3. Laporan Final Studi Kelayakan. Dalam laporan (buku) ini merupakan laporan pertama final studi kelayakan.
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
4.2. Sistematika Pembahasan Studi Secara umum, laporan (buku) ini merupakan tahap akhir dari proses studi
kelayakan, dengan sistematika pembahasannya sebagai berikut : a. Pendahuluan Dalam bagian ini akan dijelaskan mengenai latar belakang proyek, tujuan studi kelayakan, metode yang digunakan, dan sistematika penyusunan. b. Profil Kota Pekalongan Dalam bagian ini dititikberatkan pada kondisi kota Pekalongan secara umum. Analisis akan ditinjau dari kondisi demografi, kesehatan, ekonomi, maupun sosial budaya. Analisis terhadap berbagai kondisi tersebut masih dalam koridor studi kelayakan. c. Kinerja beberapa Rumahsakit di kota Pekalongan dan sekitarnya Bagian ini akan memaparkan berbagai jenis pelayanan Rumahsakit yang saat ini tersedia di kota Pekalongan dan sekitarnya. Selanjutnya juga akan dianalisis mengenai kinerja setiap Rumahsakit tersebut, yang meliputi; rawat inap, rawat jalan, dll. d. Kajian Aspek Pasar dan Pemasaran Dalam aspek ini pada awalnya akan dititikberatkan pada analisa mengenai pasar yang berlaku dan kecenderungannya secara umum. Selanjutnya akan dikaji mengenai tingkat persaingan organisasi pelayanan kesehatan di kota Pekalongan dan sekitarnya melalui analisis terhadap berbagai jenis pelayanan Rumahsakit yang saat ini tersedia saat ini. Selanjutnya juga akan dilakukan proyeksi pangsa pasar terhadap rencana pengembangan atau pendirian Rumahsakit baru di kota Pekalongan tersebut. Disamping itu juga akan
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
dianalisis mengenai pilihan tempat Rumahsakit dari aspek keterjangkauan pasien dan calon pasien. e. Kajian AspekTeknis & Tekhnologi serta kebutuhan peralatan Tahap awal dari bagian ini adalah menentukan jenis pelayanan yang akan diberikan. Berdasarkan hal tersebut selanjutnya akan dilakukan kajian fisik berupa pembuatan block plan serta kajian kebutuhan peralatan. f. Kajian Aspek Sumberdaya manusia dan aspek lainnya Dalam aspek ini dilakukan kajian secara umum mengenai kebutuhan sumberdaya manusia (SDM) di Rumahsakit baik tenaga medis maupun non medis. g. Kajian Keuangan studi kelayakan Dalam aspek ini hasil analisis sebelumnya akan dikaitkan dengan indikator kelayakan standar yaitu Net Present Value dan Payback Period untuk mengetahui kelayakan investasi yang telah ditentukan sebelumnya. h. Rekomendasi Studi
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
605042 sampai dengan 605544 Lintang Selatan dan 1093755 sampai dengan 1094219 Bujur Timur, dan data curah hujan yang ada di kota Pekalongan selama tahun 2002 sebanyak 2.514 mm.
Kota Pekalongan dibatasi oleh Laut Jawa di bagian Utara, Kabupaten Batang di sebelah Timur, Kabupaten Pekalongan di sebelah Barat dan Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang di sisi Selatan Kota Pekalongan. Jarak terdekat dengan ibu kota propinsi adalah kota Semarang sejauh 101 km dan terjauh adalah Kota Surabaya yaitu 488 km, sedangkan dengan Ibukota negara sejauh 384 km.
Kota Pekalongan, memiliki jumlah penduduk sebanyak 263.540 jiwa dengan 60.325 KK yang terbagi di beberapa wilayah yaitu di Pekalongan Barat sebanyak 83.516 jiwa yang berada di 13 Kelurahan, Pekalongan Timur 61.341 jiwa ada pada 13 Kelurahan, Pekalongan Selatan 49.378 jiwa ada di 11 Kelurahan dan di Pekalongan Utara ada 69.305 yang berada di 9 Kelurahan.
10
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Jika luas daerah Kota Pekalongan sebesar 45,25 km,dengan jarak terjauh dari Utara ke Selatan 9 km dan dari Barat ke Timur sepanjang 7 km maka
diperkirakan kepadatan penduduk mencapai sekitar 5.824/ km, sedangkan jumlah rata-rata anggota rumah tangga adalah 4,2. Sedangkan kepadatan penduduk terbesar ada di Pekalongan Barat dengan luas daerah sebesar 10,05 km dan jumlah penduduk 83.516 jiwa diperkirakan kepadatan penduduknya sekitar 8.310/km, dan angka rasio ketergantungan penduduk ternyata masih cukup kecil mengingat jumlah penduduk usia (15 64) tahun sebanyak 167.526 jiwa jauh lebih besar dibandingkan penduduk usia (0 14) tahun dan usia diatas 65 tahun yang berjumlah sebanyak 96.031 jiwa atau rasio ketergantungan rata rata penduduknya sebesar 57,32 (Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan 2002).
Mayoritas penduduk Kota Pekalongan menganut agama Islam sebanyak 247.017 jiwa dengan 84 buah masjid, 584 Mushola/Surau dan masyarakat lainnya menganut agama Kristen Protestan, Katholik Hindu, dan Budha. Sejak tahun 1998 setiap tahun hingga tahun 2001 telah terjadi peningkatan angka penduduk Kota Pekalongan yang menunaikan ibadah haji pada tahun 1998 sebanyak 426, 1999 94, 2000 - 474, dan 2001 sebanyak 860 orang dan terakhir tahun 2002 ada 531 orang jemaah haji.
11
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Kecamatan
Puskesmas
Jumlah Lahir Hidup 1.018 510 386 478 0 339 770 649 472 589 5.211
Pekalongan Barat
Pekalongan Timur
Bendan Kramatsari Tirto Noyontaan Tondano Klego Kusuma Bangsa Krapyak Kidul Pekalongan Selatan Jenggot
Melihat angka kematian bayi di tabel di atas tampak bahwa perbandingan jumlah kelahiran dan kematian sebesar 2,19% dari kelahiran hidup atau 21,9 per 1000 kelahiran hidup. Angka ini relatif cukup rendah mengingat angka nasional sebesar 48 per 1000 kelahiran hidup. Ini menunjukkan bahwa program kesehatan yang berkaitan dengan kesehatan anak cukup berhasil. Kondisi ini juga menunjukkan kesejahteraan masyarakat relatif baik.
12
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Kematian Ibu 4 2 1 1 0 0 1 0 0 1 10
Dari tabel-tabel di atas tampak bahwa dengan angka kematian ibu sebanyak 10 orang per 5.211 kelahiran hidup ini berarti angka kematian ibu di Kota Pekalongan sebesar 192 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini juga relatif rendah dibandingkan dengan angka nasional yang sebesar 373/100.000 kelahiran hidup. Sekali lagi ini menunjukkan bahwa kondisi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat relatif baik. Hal ini juga menunjukkan bahwa kebutuhan kesehatan masyarakat telah bergeser dari kebutuhan mendasar ke kebutuhan yang lebih tinggi.
3. Lingkungan Ekonomi
Ekonomi kota Pekalongan seperti kebanyakan daerah di Indonesia sempat terganggu sewaktu terjadi krisis ekonomi. Lapangan kerja juga sempat mengalami penurunan. Namun, kondisi ini saat ini semakin membaik. Dari jumlah penduduk sebanyak 263.540 jiwa tersebut sebanyak 14.825 laki-laki dan 9.515
13
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
perempuan telah bekerja diberbagai sektor lapangan kerja seperti pertanian, pertambangan, industri, listrik, bangunan, perdagangan, keuangan dan lain sebagainya, namun sektor lapangan kerja di industri, khususnya industri batik, telah menyerap tenaga yang terbesar yaitu 10.472 laki-laki dan 6.598 perempuan, sehingga kota ini juga dijuluki sebagai kota Batik sedangkan 5.328 orang bekerja sebagai pegawai negeri yang tercatat sebagi anggota KORPRI, karena data dari Kantor Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekalongan menunjukkan bahwa ada 3 perusahaan yang tergolong besar dimana perusahaan itu memiliki nilai investasi minimal 5 milyar rupiah telah menyerap tenaga sebanyak 1.234 orang, industri menengah dengan investasi antara 200 juta rupiah hingga 5 milyar rupiah menyerap tenaga sebesar 4.414 orang dan industri kecil yang memiliki investasi kurang dari 200 juta rupiah menyerap tenaga sebanyak 9.952 orang. Selain itu ada sekitar 153 orang yang menjadi tenaga kerja ke luar negeri, data statistik terbesar menunjukkan 92 orang telah bekerja di Malaysia menjadi operator dan PRT (Pembantu Rumah Tangga) serta 58 orang ke Saudi Arabia juga sebagai PRT (Pembantu Rumah Tangga), namun Desember 2002 tercatat ada tenaga kerja yang masih belum tertampung di lapangan kerja dimana angka terbesar adalah pencari kerja lulusan SMTA 1.305, dan lulusan Sarjana sebanyak 451 orang.
Kondisi masyarakat kota Pekalongan yang berada dalam kategori atau kelompok KS.III dan KS.III Plus ada sekitar 31,37 % masih jauh dibawah masyarakat yang ada di kelompok Pra Sejahtera hingga KS.I yang jumlahnya mencapai 50,37%
14
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
dan sisanya ada sekitar18,25% masuk dalam kategori KS.II. Pendapatan per kapita penduduk kota Pekalongan tampak pada tabel-tabel berikut ini:
Tabel 3. PENDAPATAN PERKAPITA PENDUDUK PEKALONGAN TH.2002 (Berdasarkan Data Produk Domestik Regional Bruto Kota Pekalongan dan Angkaangka perkapita tahun 1998 2001 atas dasar Harga Berlaku) No Tahun Pendapatan perkapita (Rp) 1. 1998 2.818.889 2. 1999 3.284.122 3. 2000 3.596.670 4. 2001 4.977.837 Sumber: data sekunder
Tabel 4. PENDAPATAN PERKAPITA PENDUDUK PEKALONGAN TH.2002 (Berdasarkan Data Produk Domestik Regional Bruto Kota Pekalongan dan Angkaangka perkapita tahun 1998 2001 atas dasar Harga Konstan) No Tahun Pendapatan perkapita (Rp) 1. 1998 1.212.349 2. 1999 1.185.521 3. 2000 1.114.442 4. 2001 1.468.836 Sumber: data sekunder Dari tabel di atas tampak bahwa Produk domestik Regional Bruto Kota Pekalongan atas dasar harga konstan menunjukkan bahwa pendapatan perkapita penduduk senilai Rp.1.468.836,- menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi kota Pekalongan tahun 2001 yang ditunjukkan oleh Pertumbuhan Domestik Regional Bruto atas dasar harga konnstan tahun 1993 menunjukkan lebih tinggi dari tahun sebelumya sebesar 4,30% walaupun perjalanan perekonomian selama tahun 2001 dipengaruhi oleh beberapa faktor yang secara langsung telah merugikan, seperti adanya kegagalan panen , dampak krisis ekonomi dan moneter serta kekacauan situasi politik telah berakibat buruk pula disektor perdagangan,
PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI
15
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
konstruksi dan industri, karena pelaku bisnis baik konsumen ataupun produsen takut atas resiko yang tidak menentu, karena itu situasi yang kondusif khususnya yang berkaitan dengan isu politik dan keamanan harus betul-betul dapat dijamin oleh pemerintah, sehingga pelaku bisnis akan merasa nyaman dan aman dalam berdagang.
Selain situasi yang kondusif, perputaran roda perekonomian juga didukung oleh kondisi fasilitas infra struktur berupa jalan raya yang tersedia. Hal ini karena para pelaku bisnis baik produsen maupun konsumen tidak dapat melakukan transaksi bisnis bila prasarana jalan dalam kondisi yang tidak memadai, yang pada akhirnya hanya akan menambah cost production menjadi lebih besar lagi. Kota Pekalongan hingga kini memiliki tiga macam tipe jalan yaitu jalan negara, jalan propinsi dan jalan kota yang setiap tahun sejak tahun 2001 telah menunjukkan pertambahan panjang jalan yang dikerjakan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kota Pekalongan dimana jalan propinsi sepanjang 7,610 km dalam kondisi baik hingga sedang jalan propinsi sepanjang 7,203 km dalam kondisi dalam kondisi baik hingga
sedang, telah mempermudah akses antara produsen dan konsumen dalam bertransaksi, hal ini dibuktikan dengan angka besar nilai ekspor yang hingga tahun 2002 masih di dominasi oleh sektor tekstil khususnya produk batik, dan peringkat kedua di duduki sektor ikan apalagi didukung oleh adanya TPI pelabuhan yang dimiliki oleh kota Pekalongan.
16
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Hingga Desember 2002 telah tercatat realisasi ekspor ke manca negara senilai $ 4.361.782,9, yang mana sebanyak $ 1.763.989,32 datang dari ekspor garment, $ 1.356.464,07 dari batik printing dan sarung batik, serta $ 1.136.982,90 didapat dari sektor ikan yang terdiri dari ikan kakap merah, ikan tuna steak dan ikan ikan lainnya.
Fasilitas sarana dan prasarana telekomunikasi sejak tahun 1998 hingga tahun 2002 terus mengalami kenaikan jumlah konsumen karena data yang ada di PT.Telkom Pekalongan ada 17.850 pelanggan sehingga juga telah mempengaruhi secara langsung jumlah pemakaian pulsa telepon dan terakhir jumlah pemakaian ada sekitar 104.270.2744 pulsa, ini juga didukung dengan pertumbuhan TUT (Teleon Umum Tunggu) dan Wartel (Warung Telekomunikasi) yang hingga tahun 2002 ada 257 TUT dan 35 Wartel.
17
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
tampak pada jumlah jemaah haji yang terus meningkat jumlahnya. Sejak tahun 1998 setiap tahun hingga tahun 2001 telah terjadi peningkatan angka yang penduduk Kota Pekalongan yang menunaikan ibadah haji pada tahun 1998 sebanyak 426, 1999 - 94, 2000 - 474, dan 2001 sebanyak 860 orang dan terakhir tahun 2002 ada 531 orang jemaah haji.
18
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Kinerja Rumahsakit dalam tulisan ini adalah kinerja Rumahsakit yang ada di kota Pekalongan dan sekitarnya baik milik pemerintah maupun milik swasta. Seperti diketahui bahwa di kota Pekalongan terdapat 5 Rumahsakit umum yang terdiri dari 1 Rumahsakit umum milik kabupaten Pekalongan dan 4 Rumahsakit umum milik swasta.
19
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Dari tabel diatas terlihat bahwa satu-satunya Rumahsakit pemerintah di kota Pekalongan adalah Rumahsakit daerah miliknya kabupaten Pekalongan. Dengan sarana kesehatan yang ada, menurut data tahun 2002 tenaga kesehatan yang bekerja di lingkungan institusi kesehatan kota Pekalongan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6. Kategori Tenaga Kesehatan Kota Pekalongan Berdasarkan Institusi Kesehatan
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Kategori TenKes Dokter Spesialis Dokter umum Dokter Gigi Apoteker/ Sarjana farmasi Sarjana Kes. Masy Sarjana Perawatan Sarjana Non Kesehatan ATRO/ ATEM APRO AKZI APK Akademi Analisis Kimia Akademi Analisis Kesh Ak. Analisis Farmasi AKPER Sarmud. Non Kesehatan SMAK SPPH Sekolah Analis Kimia SPAG SPRG/SPTG SMF/SAA SPK/SPR Bidan Asisten Rongent Paramedis Pembantu Pekarya Kesehatan SMTA SMTP SD JUMLAH DKK, Pusk, Bp 4, Gudang Farmasi 0 23 8 2 3 0 6 0 0 4 4 0 1 0 8 0 4 4 1 8 6 10 30 23 0 3 23 75 15 27 288 Sarana Pelayanan Kesehatan lainnya 23 27 3 25 1 7 17 0 3 3 1 0 12 46 16 8 4 0 0 2 0 95 55 22 6 63 33 180 72 81 805 Jumlah 23 50 11 27 4 7 23 0 3 7 5 0 13 46 24 8 8 4 1 10 6 105 85 45 6 66 56 255 87 108 1093
20
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Tabel diatas menggambarkan data tenaga kesehatan yang telah bekerja di institusi kesehatan. Ini artinya, apabila rencana pendirian Rumahsakit ini direalisasikan maka pemerintah kota Pekalongan harus mempersiapkan/merekrut tenaga kesehatan baru khususnya dokter umum, spesialis, perawat, dan tenaga lainnya.
60.876
64.200
21
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Gambar di atas, menunjukkan bahwa jumlah kunjungan rawat jalan di Rumahsakit, secara umum menunjukkan trend meningkat. Walaupun pada tahun 3 (1998) mengalami penurunan namun kemudian meningkat. Hal ini kemungkinan besar karena adanya pengaruh krisis moneter tahun 1998. Dari total jumlah kunjungan rawat jalan seperti pada tabel berikut. di Rumahsakit, diperoleh berbagai kasus yang terjadi
Tabel 7. Kasus Rawat Jalan Di Rumah Sakit Untuk Umur 5 - 60 Tahun Di Kota Pekalongan Tahun 2000
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 GOLONGAN SEBAB SAKIT Cedera YTD lainnya YTT dan daerah badan multipel Infeksi saluran napas bagian atas akut lainnya Feringitis akut Demam yang tidak diketahui sebabnya Diare, Gastro Enteritis oleh penyebab infeksi tertentu Gastritis dan duodentis Tuberkolosis paru lainnya Penyakit kulit dan jaringan subkutan lainnya Demam Tifoid dan Paratifoid Demam Tifus Migren dan sindrom nyeri kepala lainnya Infeksi kulit dan jaringan subkutan Varises Isofagus Penyakit Isofagus, Lambung, Duodenum lainnya Artritis reumatoid Bronkhitis, emfiserna dan penyakit paru obstruktif kronik lainnya Diabetes melitus tidak bergantung insulin Asma Sisitis Penyakit sisitim kemih lainnya Hipertensia esensial (primer) Nyeri perut dan Panggul Bronkitis akut dan bronkilitis akut lainnya Penyakit lainnya JUMLAH KASUS BARU 2000 2001 1.541 868 1.418 911 1.297 1.225 1.082 760 815 720 644 655 541 339 480 345 418 351 383 208 335 192 263 261 235 210 202 165 187 185 185 169 146 6.887 17.623 341 220 128 112 367 125 103 5.951 14.347 TREND (0,44) (0,36) (0,06) (0,30) (0,12) 0,02 (0,37) (0,28) (0,16) (0,46) (0,43) (0,01) (1,00) (1,00) (0,18) 0,82 (1,00) 0,19 (0,24) (0,23) (0,14)
22
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Walaupun secara keseluruhan terjadi penurunan jumlah kasus, namun pada beberapa kasus terjadi peningkatan seperti gastritis dan duodentis, bronkitis, dan asma. Ada 3 kasus yang tidak ada di tahun sebelumnya yaitu hipertensi, nyeri perut dan panggul, dan bronkitis akut.
SITI KHODIJAH BUDI RAHAYU BHAKTI WALUYO RUMAHSAKIT Kabupaten Pekalongan (Kraton) AL KAROMAH JUMLAH
858 45.497
5.840 86.50
14,7 52,6
0 0
0 0
Data: Data sekunder diolah Pada tabel diatas terlihat bahwa Persaingan pelayanan kesehatan khususnya Rumahsakit di Kota Pekalongan cukup tinggi. Dengan 475 tempat tidur untuk 263.540 penduduk, berarti tiap 1 TT tersedia untuk 555 penduduk. Padahal standar WHO menyebutkan bahwa 1 TT tersedia untuk 1000 penduduk. Hal ini berarti bahwa apabila pendirian Rumahsakit hanya mengandalkan kota penduduk kota pekalongan saja maka akan sulit untuk mendapatkan pasar yang lebih baik.
23
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Kinerja BOR dari tahun ke tahun dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 2. BOR tahun 1 (1996) tahun 5 (2001)
47,81
50,02
24
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Aspek pasar merupakan salah satu aspek utama dalam suatu studi kelayakan pendirian Rumahsakit harus dikaji secara bersamaan dengan berbagai aspek lainnya secara lebih tajam. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa tidak mungkin suatu produk atau pelayanan dapat dikembangkan jika tidak ada pangsa pasar yang akan menyerapnya. Hasil kajian terhadap aspek pasar ini akan membantu pengambil kebijakan untuk menentukan segmen mana yang akan dijadikan sebagai sasaran pengembangan produk atau layanan.
Pasar
Rumahsakit
di
Kota
Persaingan pelayanan kesehatan khususnya Rumahsakit di Kota Pekalongan cukup tinggi. Berdasarkan observasi yang dilakukan di lapangan tampak bahwa RS yang telah ada di Kota Pekalongan mempunyai beberapa kelemahankelemahan yang dapat dijadikan titik tolak untuk menjadikan RS baru ini lebih unggul. Gambar-gambar berikut ini menggambarkan beberapa kelemahan tersebut :
25
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Gambar di atas menunjukkan bahwa RS tersebut mempunyai lahan parkir yang terbatas dan akses ke jalan besar juga terbatas. Hal ini dapat menjadi kelemahan karena akses adalah unsur utama yang harus dimiliki sebuah RS. Kamar-kamar di RS tersebut juga menunjukkan bahwa masih terdapat peluang untuk
26
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Gambar di atas menunjukkan sebuah kamar VIP yang selama ini menjadi andalan dari RS tersebut dan menurut wawancara yang dilakukan seringkali penuh. Apabila terdapat kamar dengan desain yang lebih baik dari kamar di atas, tentunya akan lebih diminati oleh kalangan menengah ke atas. Gambar di bawah ini menunjukkan kondisi RS yang cukup laris di Kota Pekalongan. Gambar 5. Tampilan Depan Rumahsakit Pekalongan
Dari penampilan luar yang cukup megah, RS ini dapat menjadi pesaing yang cukup berat bagi RS yang akan didirikan. Apalagi, akses jalan masuknya cukup baik. Demikian juga dengan kondisi kamarnya seperti tampak pada gambar di bawah ini :
27
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Seperti juga di banyak RS lain, BOR kamar VIP lebih sering penuh dan bahkan terkadang harus menunggu. Namun demikian, kelemahan dari RS ini adalah akses UGD yang sempit dan kurang mendukung apabila terdapat pasien gawat darurat. Hal ini tampak pada gambar di bawah ini :
28
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Dengan akses UGD seperti tampak pada gambar di atas, maka akan sulit apabila terdapat 2 kecelakaan sekaligus. Jalan menuju ruangan UGD yang sempit dan terlalu menanjak juga kurang aman bagi pasien kecelakaan atau kasus gawat darurat yang lain.
Rumahsakit lain di Kota Pekalongan ini, yang terbesar, juga mempunyai kelemahan dalam akses UGD nya seperti tampak pada gambar di bawah ini :
Gambar di atas diambil ketika terjadi kecelakaan. Tampak pada gambar di atas bahwa kerumunan orang yang melihat korban kecelakaan menutupi akses ke pintu yang sudah sempit. Rumahsakit di atas juga terletak agak jauh ke dalam kota sehingga kurang mendukung kemudahan akses pelayanan gawat darurat.
Kasus kecelakaan di Kota Pekalongan yang berada di jalur pantai utara yang padat ini sebenarnya cukup banyak seperti tampak pada tabel di bawah ini :
29
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Tabel 9. BANYAKNYA ANGKA KECELAKAAN (Berdasarkan data Banyaknya korban,Pembayaran klaim, dan Pendapatan dirinci menurut UU.No.33 da UU.No34 Tahun1964 Pada PT.Jasa Raharja (PERSERO) Pekalongan Tahun 2002
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah UU.No.33/1964 Jml.Korban Jml.Klaim 119 23 30 47 25 23 19 33 61 60 9 15 464 252.471.550 78.738.100 110.827.950 154.369.600 30.481.350 78.272.600 68.442.800 129.381.100 77.891.850 106.657.800 33.338..950 72.743.750 1.193.667.400 UU.No.34/1964 Jml.Korban Jml.Klaim 171 120 113 151 140 131 137 164 121 159 137 134 1.678 1.105.820.900 626.546.650 627.332.000 901.594.700 907.523.400 646.939.750 843.330.450 883.295.000 651.339.300 771.219.400 805.715.350 712.052.050 9.482.708.950
Dari gambaran yang telah disebutkan di atas tampak bahwa pelayanan yang masih dapat dikembangkan dan masih merupakan kelemahan di RS lain adalah trauma centre dan pelayanan ruang VIP untuk kelas menengah ke atas.
Pilihan pendirian Rumahsakit dapat berupa Rumahsakit umum atau Rumahsakit khusus. Untuk kota Pekalongan, peluang untuk mendirikan Rumahsakit umum masih terbuka karena ratio jumlah tempat tidur dibandingkan dengan jumlah penduduk daerah cakupan masih lebih rendah daripada standar (analisis lebih lanjut dapat dilihat di bahasan tentang proyeksi kebutuhan tempat tidur untuk rawat inap). Selain itu, Rumahsakit umum lebih prospektif secara finansial karena menyediakan pelayanan paripurna. Rumahsakit khusus hanya akan melayani pasar khusus yang tentu saja jumlahnya lebih terbatas.
PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI
30
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Sebagai Rumahsakit umum, nantinya juga dapat menjadi Rumahsakit rujukan karena selama ini rujukan puskesmas di kota Pekalongan masih ke Rumahsakit Kabupaten yang letaknya di Kota Pekalongan. Standar pelayanan minimal sebuah daerah otonom adalah tersedianya pelayanan kesehatan rujukan. Seperti telah dikemukakan di atas, Kota Pekalongan sudah membutuhkan pelayanan kesehatan yang sifatnya pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, bukan lagi pelayanan dasar karena indikator kesehatan menunjukkan bahwa masalah pelayanan dasar sudah diatasi oleh Puskesmas yang ada. Dengan adanya sebuah Rumahsakit umum, maka Kota Pekalongan akan dapat meningkatkan derajat kualitas pelayanan kesehatan yang lebih baik. Seperti diketahui kelompok masyarakat menengah ke atas, selama ini memanfaatkan pelayanan Rumahsakit di kota besar seperti Semarang. Apabila Kota Pekalongan dapat menyediakan pelayanan kesehatan yang memadai, mereka tidak perlu jauh-jauh berobat dan pada akhirnya aliran dana masyarakat tidak akan keluar dari Kota Pekalongan.
2. Faktor Pembeli
Pada masa lalu, konsumen di sektor kesehatan adalah konsumen yang pasif dan penurut. Bagaimanapun kualitas jasa pelayanan kesehatan yang ada, ramah atau tidak ramah, mereka tetap menerimanya karena kurangnya pengetahuan dan tidak banyaknya pillihan. Namun kondisi saat ini telah berubah. Oleh karena semakin banyaknya pilihan, konsumen rumah sakit saat ini adalah konsumen yang pemilih (choosy) dan cepat berubah pendirian. Mereka semakin cenderung menjadi konsumen yang penuh perhitungan, serta menuntut jasa pelayanan yang terbaik yang bisa diberikan. Selain itu, dengan adanya UU Perlindungan
31
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Konsumen,
maka konsumen
mempunyai
daya
tawar
yang
lebih
tinggi
dibandingkan beberapa tahun yang lalu. Dokter dan RS saat ini merupakan institusi yang rentan terhadap tuntutan hukum. Bila konsumen kurang mendapat informasi yang memadai tentang jasa pelayanan yang ada, salah paham dan saling tuntut dapat menjadi ancaman. Bila hal itu terjadi, maka citra RS akan menjadi taruhannya dan pesaing yang akan mendapat keuntungan. Beberapa Rumahsakit sudah mengantisipasi hal itu dengan produk penanganan keluhan yang komprehensif yang terintegrasi dengan bagian pemasaran RS.
Untuk dapat mengukur keinginan dan harapan konsumen atau pembeli pelayanan kesehatan di Kota Pekalongan, telah dilakukan survei kepada sejumlah pasien di beberapa RS di Kota Pekalongan. Survei ini bertujuan untuk menilai kekuatan tawar, terutama dari aspek kemauan dan kemampuan membayar, dari calon pembeli RS yang akan dibangun.
Dari hasil survei terhadap 103 responden yang sudah mengembalikan kuesioner tampak bahwa kemampuan membayar responden yang saat ini dirawat di berbagai RS cukup tinggi. Hal ini tampak pada rata-rata alokasi dana yang diperuntukkan untuk hal-hal yang sebenarnya bisa dialihkan untuk kesehatan yaitu rokok, kesehatan itu sendiri, rekreasi dan sumbangan seperti tampak pada tabel berikut ini:
32
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Dari data di atas tampak bahwa total alokasi dana untuk rokok, kesehatan, rekreasi dan sumbangan sosial adalah sebesar Rp 322.956 per bulan. Hal ini cukup tinggi, terutama untuk rokok, mengingat dari beberapa penelitian sebelumnya dan angka SUSENAS, jumlah uang yang dialokasikan untuk rokok berkisar antara Rp 40.000 sampai dengan Rp 60.000. Dari angka yang diperoleh dari survei ini maka dapat dikatakan bahwa potensi pasar kesehatan di Pekalongan cukup baik karena kemampuan membayarnya cukup baik. Bila melihat kemauan membayar, maka tabel-tabel di bawah ini menunjukkan bahwa responden mempunyai kemauan yang kurang untuk membayar pelayanan kesehatan.
33
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Hal ini terutama tampak pada kemauan untuk membayar operasi yang jika dilihat maka kemauan tersebut amat kurang dibandingkan biaya rata-rata sesungguhnya bila dioperasi, apalagi di kamar VIP. Namun demikian, mengingat pelayanan
kesehatan lebih tidak sensitif terhadap harga (sensitivitas harga rendah), kemauan yang rendah ini lebih menunjukkan bahwa segmentasi untuk Rumahsakit yang akan dibangun sebaiknya lebih fokus. Selain itu hal ini menunjukkan bahwa manajemen RS yang akan didirikan nantinya harus profesional sehingga dapat meraih pasar yang cukup sulit ditembus ini.
Berdasarkan survei terhadap harapan pasien yang ada di Kota Pekalongan dan sekitarnya tampak bahwa sebagian besar mengharapkan adanya pelayanan yang baik serta murah. Hal ini tampak pada tabel berikut ini:
34
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Tabel 12. Harapan Konsumen akan Pelayanan Kesehatan Harapan utama Pelayanan yang baik Murah Fasilitas lengkap Letaknya strategis Bersih Obat-obatan tersedia Ada pelayanan ASKES Ada tempat parkir luas Sumber: hasil survei diolah Proporsi responden yang berpendapat 42,6% 33,2% 15,3% 5,0% 2,5% 0,5% 0,5% 0,5%
Data di atas menunjukkan bahwa masyarakat kota Pekalongan sudah lebih mengedepankan mutu pelayanan daripada harga yang murah. Hal ini berarti Rumahsakit yang akan dibangun sebaiknya lebih mengedepankan pelayanan yang berkualitas, walaupun dari segi harga harus kompetitif.
Hasil survei di atas menunjukkan gambaran pasar yang bersifat individual. Sebenarnya di Pekalongan juga terdapat peluang pasar yang bersifat kelompok yaitu mereka yang biaya kesehatannya ditanggung perusahaan tempat bekerja atau yang diasuransikan. Biasanya pasar ini menyukai tarif yang lebih pasti, tidak berubah-ubah dan mengingat mereka merupakan pembeli besar (borongan) maka mereka menginginkan harga khusus atau diskon. Dengan demikian Perusahaan dapat lebih memfokuskan diri pada core bisnis, urusan kesehatan karyawan di contracting out dan Perusahaan dapat merencanakan anggaran lebih jelas sehingga tidak mengganggu cashflow
35
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Pasar kelompok adalah pasar yang selama ini sering kurang diperhatikan oleh Rumahsakit. Hal ini disebabkan karena pasar kelompok oleh sebagian Rumahsakit dianggap merepotkan, bahkan sebagian pasar kelompok yang berasal dari asuransi dianggap merugikan. Padahal sebenarnya kerepotan dan kerugian tersebut dapat diminimalisir kalau pihak Rumahsakit telah menguasai teknik penentuan tarif paket untuk pasar kelompok. Dengan demikian, RS dapat mempunyai posisi tawar yang lebih tinggi. Bila pasar kelompok tersebut tidak dapat memenuhi tarif yang disepakati, kontraknya tidak perlu diperpanjang lagi. Apabila RS telah dapat menguasai teknik penentuan tarif paket ini dan pihak perusahaan yang ingin mengontrak RS telah sepakat dan memahami tarif tersebut, maka keuntungan dari pihak Rumahsakit akan lebih banyak daripada melayani pasar individual karena RS telah memiliki captive market.
Mengingat kota Pekalongan dekat dengan daerah-daerah industri maka perlu diraih peluang pasar perusahaan atau asuransi kesehatan yang menjamin karyawan perusahaan. Rumahsakit yang akan didirikan untuk itu perlu menetapkan tarif paket karena tarif paket lebih disukai pasar khusus ini. Sistem pembayaran biasanya dapat dilakukan dengan cara klaim apabila ada karyawan yang sakit. Sistem klaim dapat dilakukan secara penggantian langsung (reimbursement), atau per hari rawat (daily charge) atau memberi RS tersebut sejumlah anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya, misalnya per orang yang dijamin (kapitasi) atau per kelompok diagnosis (diagnosis related group).
36
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
37
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
4. Faktor Pemasok
Kekuatan posisi tawar pemasok kepada RS dapat mempengaruhi intensitas persaingan dan mendorong perlunya inovasi dan pengembangan produk. Pemasok di sini dapat berarti pemasok alat kesehatan atau pemasok jasa. Pemasok obat atau alat kesehatan biasanya mempunyai daya tawar yang lebih rendah. Namun pemasok jasa medik, terutama dokter spesialis mempunyai daya tawar yang lebih tinggi. Sering terjadi tarif RS sangat tergantung pada dokter spesilias tertentu yang memang merupakan pemasok pasien utama. Hal ini akan mempengaruhi intensitas persaingan dengan RS lain yang mungkin dapat lebih murah tarifnya. Beberapa RS mencoba melakukan inovasi dengan menciptakan produk pelayanan yang tidak tergantung pada satu atau sekelompok spesialis tertentu misalnya dengan pelayanan home care pasca perawatan. Dengan cara ini, RS berharap dapat mengurangi hari rawat di RS, dan tentu saja jumlah jasa medis yang harus diberikan kepada dokter spesialis, sehingga dapat mengurangi biaya bagi pasien namun RS sendiri tidak kehilangan sumber pendapatan.
Hasil pengamatan di Kota Pekalongan menunjukkan bahwa faktor pemasok ini juga dapat menjadi ancaman karena dokter spesialis Kota Pekalongan, seperti juga kota-kota lain, juga berpraktek di banyak Rumahsakit.
38
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Di Pekalongan, saat ini terdapat sebuah klinik alternatif yang secara mencolok mengiklankan pelayanan medik di sebuah Rumah Toko (Ruko) di pinggir jalan protokol. Memang berdasarkan pengamatan, jumlah pasien tidak terlalu banyak dan kebanyakan merupakan mereka yang sebenarnya menderita gangguan psikosomatis. Namun demikian, bila tidak diwaspadai, pelayanan seperti ini dapat menipu masyarakat, selain dapat merebut pasar rawat jalan Rumahsakit.
39
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Proses analisis kebutuhan tempat tidur adalah sebagai berikut: Jumlah penduduk: Kota Pekalongan Kab Batang Kab Pekalongan Total = = = 263.540 jiwa, 665.426 jiwa , 807.051 jiwa,
= 1.736.017 jiwa.
40
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Perbandingan jumlah penduduk dgn TT1 TT = 2.012penduduk. Standar: 500-1000 penduduk = 1TT
Berdasarkan analisis perbandingan jumlah penduduk dengan TT dan standar WHO maka terlihat masih ada kemungkinan penambahan TT untuk pasar kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan dan Kabupaten Batang. Kapasitas TT yang dibutuhkan 100TT ditambah dengan 10TT untuk ICU/ICCU. Karena itu, proyeksi proporsi TT untuk Rumahsakit yang akan didirikan dapat dilihat pada tabel berikut.
Berdasarkan kajian terdahulu terlihat bahwa untuk kelas atas (VIP) selalu penuh. Sedangkan untuk kelas menengah ke bawah relatif sedang. Karena itu BOR untuk tahun pertama diproyeksikan masing-masing; VIP 50%, kelas I 20%, kelas II 20%, kelas III 30%, dan ICU/ICCU 30%. Peningkatan BOR diproyeksikan 20% pertahun hingga BOR mencapai kapasitas maksimal, yaitu untuk VIP 100%, untuk kelas I dan II 86%, kelas III 90%, dan ICU/ICCU 100%. Pada tingkatan kapasitas
PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI
41
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
maksimal tersebut diharapkan akan ada penambahan jumlah tempat tidur. Proyeksi BOR secara rinci selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut.
LOS rata-rata untuk kelas I hingga VIP berdasarkan data kinerja Rumahsakit disekitar kota Pekalongan sekitar 4 hari. Sedangkan rata-rata LOS pasien ICU/ICCU sekitar 7 hari. Dengan proyeksi LOS tersebut, maka jumlah pasien diperoleh dengan cari membagi jumlah hari dalam setahun dengan LOS yang dikalikan dengan jumlah Tempat Tidur dan BOR. Hasil perhitungan tersebut, selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut.
42
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Mengacu pada berbagai data proyeksi, selanjutnya dilakukan diproyeksi terhadap jumlah hari perawatan (JHR). Gambar berikut adalah proyeksi JHR untuk tahun I.
43
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Jumlah pasien rawat jalan pada tabel diatas selanjutnya tiap tahun meningkat 20% seiring dengan perkembangan dan cakupan pelayanan yang ada. Selanjutnya, berdasarkan kajian pola dan jenis penyakit dalam bab terdahulu, maka direncanakan pendirian Rumahsakit kota Pekalongan ini akan menyediakan
44
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
pelayanan rawat jalan di 7 poli spesialis, 1 poli gigi dan 1 poli umum. Selain poli umum dan poli gigi, pelayanan rawat jalan terdiri dari poli spesialis yaitu:
1. Poli penyakit dalam, 2. poli anak, 3. poli mata, 4. poli kebidanan dan kandungan, 5. poli syaraf, 6. poli bedah, dan 7. poli THT.
Dari total pasien rawat jalan pada tabel diatas, selanjutnya akan diproyeksi kedalam setiap poli dengan asumsi sbb: 1. Jumlah pasien poli umum sebesar 25% dari total proyeksi jumlah pasien rawat jalan, 2. Jumlah pasien poli penyakit dalam sebesar 20% dari total proyeksi jumlah pasien rawat jalan, 3. Jumlah pasien poli bedah bedah, mata, THT dan poli Syaraf masing-masing sebesar 5% dari total proyeksi jumlah pasien rawat jalan, 4. Jumlah pasien poli kebidanan dan kandungan sebesar 15% dari total proyeksi jumlah pasien rawat jalan, 5. Jumlah pasien poli syaraf sebesar 10% dari total proyeksi jumlah pasien rawat jalan.
45
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Berdasarkan dasar asumsi tersebut, kemudian dilakukan proyeksi jumlah pasien untuk setiap poli seperti pada tabel berikut.
Tabel 17. Proyeksi Jumlah Pasien Setiap Poli di Rawat Jalan Tahun I - X
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Tahun Umum I II III IV V VI VII VIII IX X 2.965 3.558 3.914 4.305 4.735 5.209 5.730 6.303 6.933 7.626 POLI Peny. Dalam 2.372 2.846 3.131 3.444 3.788 4.167 4.584 5.042 5.547 6.101 Bedah 593 712 783 861 947 1.042 1.146 1.261 1.387 1.525 Anak 1.186 1.423 1.565 1.722 1.894 2.084 2.292 2.521 2.773 3.051 Kebidanan 1.779 2.135 2.348 2.583 2.841 3.125 3.438 3.782 4.160 4.576 Mata 593 712 783 861 947 1.042 1.146 1.261 1.387 1.525 THT 593 712 783 861 947 1.042 1.146 1.261 1.387 1.525 Syaraf 593 712 783 861 947 1.042 1.146 1.261 1.387 1.525 Gigi 1.186 1.423 1.565 1.722 1.894 2.084 2.292 2.521 2.773 3.051
Tabel 17 diatas menunjukkan jumlah pasien dengan pelayanan periksa dokter. Sedangkan untuk pelayanan tindakan untuk poli spesialist seperti; tindakan sederhana, tindakan kecil, tindakan sedang, dan tindakan besar diproyeksi masing-masing sebesar 40%, 30%, 20% dan 10% dari proyeksi jumlah pasien.
46
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Tabel 18. Proyeksi Jumlah pasien radiologi Tahun I - X No Tahun Proyeksi 1 I 8.030 2 II 9.636 3 III 11.563 4 IV 14.372 5 V 16.517 6 VI 19.090 7 VII 22.178 8 VIII 23.268 9 IX 24.576 10 X 24.576 Sumber: data proyeksi
6.4. PROYEKSI JUMLAH PASIEN KAMAR BEDAH Proyeksi jumlah pasien kamar Bedah berbasis asumsi bahwa minimal 2 pasien per hari. Setiap tahun meningkat 20%. Selanjutnya, proyeksi pasien bedah dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 19. Proyeksi Jumlah pasien Bedah Tahun I X PROYEKSI Pertahun Per hari 1 I 730 2 2 II 876 2 3 III 1.051 3 4 IV 1.261 3 5 V 1.514 4 6 VI 1.816 5 7 VII 2.180 6 8 VIII 2.616 7 9 IX 3.139 9 10 X 3.767 10 Sumber: data proyeksi NO TAHUN
47
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
6.6. PROYEKSI JUMLAH PASIEN REHAB MEDIK Proyeksi jumlah pasien Rehab Medik berbasis asumsi bahwa minimal 2 pasien per hari. Setiap tahun meningkat 20%. Selanjutnya, proyeksi pasien Rehab Medik dapat dilihat pada tabel berikut.
48
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Tabel 20. Proyeksi Jumlah pasien Bedah Tahun I X PROYEKSI Pertahun Per hari 1 I 730 2 2 II 876 2 3 III 1.051 3 4 IV 1.261 3 5 V 1.514 4 6 VI 1.816 5 7 VII 2.180 6 8 VIII 2.616 7 9 IX 3.139 9 10 X 3.767 10 Sumber: data proyeksi NO TAHUN
49
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Kajian kedua aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk melihat sampai berapa besar kebutuhan dana pendirian Rumahsakit baru tersebut. Karena itu, mengacu pada kajian pasar dan kebutuhan pelayanan kesehatan maka direncanakan pendirian Rumahsakit kota pekalongan mengacu pada standar Rumahsakit tipe C. Rumahsakit tipe C adalah Rumahsakit yang menyediakan pelayanan rujukan tingkat pertama yang dilengkapi dengan 4 spesialis besar yaitu; spesialis penyakit dalam, bedah, Obgyn, dan spesialis anak dan 4 spesialis lain yang sifatnya on call. Spesifikasi Rumahsakit yang rencananya akan didirikan adalah sebagai berikut:
INSTALASI RAWAT INAP Fasilitas kamar di instalasi rawat inap terdiri dari VIP (20 TT), Kelas I (30 TT), Kelas II (20 TT), dan kelas III (30 TT), ditambah dengan 10 TT untuk ICU/ICCU. Pada instalasi ini tentunya membutuhkan berbagai fasilitas mulai dari kamar, hingga peralatan medis dan non medis. Rincian kebutuhan peralatan medis dan non medis selanjutnya dapat dilihat pada lampiran. Sedangkan untuk kebutuhan fisik akan dibahas kemudian.
50
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
INSTALASI RAWAT JALAN & IGD Selain fasilitas ruang poli dan IGD, di instalasi ini juga membutuhkan investasi alat medis dan non medis. Rincian kebutuhan peralatan medis dan non medis selanjutnya dapat dilihat pada lampiran.
INSTALASI PENUNJANG MEDIS Instalasi penunjang medis seperti lab, Radiologi, Rehab Medik dan lain-lain lebih banyak membutuhkan investasi peralatan medis dan non medis dari pada bangunan.
FASILITAS & SARANA PENDUKUNG RUMAHSAKIT Fasilitas pendukung Rumahsakit seperti unit gizi, londry, dan unit lainnya juga diperlukan dana untuk investasi. Tapi penekanannya lebih banyak pada peralatan non medis dan bangunan.
LAIN-LAIN. Yang dimaksud dengan lain-lain adalah sarana umum yang ada di Rumahsakit, seperti masjid, wartel, dll.
Pembangunan berbagai fasilitas fisik serta kebutuhan peralatan sebaiknya dilakukan secara bertahap sesuai kemmampuan dan melihat kondisi pasar. Dari kelima item yang rencananya ada untuk pendirian Rumahsakit Pekalongan, diperkirakan membutuhkan dana sebesar Rp. 37,065,900,000 (Tiga puluh tujuh
51
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
milyard enam puluh lima juta sembilan ratus ribu rupiah), yang selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut.
No
Kegiatan
Nilai (Rp.)
1 2 3
Penjelasan lebih rinci dapat dilihat pada lampiran I mengenai daftar inventarisasi Aset.
52
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Pertimbangan diatas apabila dihubungkan dengan rencana yang pernah di buat pada tahun 2002 untuk pengembangan Puskesmas Bendan menjadi Rumahsakit, maka hal tersebut kurang mendukung produk unggulan yang diusulkan. Secara umum, beberapa alasan yang Rumahsakit adalah sbb: a. Luas tanah hanya 3.500m2. Dengan tanah seluas itu, apabila dibangun Rumahsakit maka luas bangunan menjadi sempit karena harus menyediakan lahan parkir. Kalaupun mau dikembangkan harus memperluas lahan, sedangkan kondisi saat ini sangat tidak mungkin karena disamping sudah dikelilingi jalan, juga dibelakang Puskesmas tersebut ada bangunan Sekolah Menengah.Pertama (SMP), b. Bangunan yang ada sekarang maupun yang direncanakan lebih tepat sebagai Puskesmas dengan rawat inap karena konsep denahnya tidak mendukung produk unggulan yang diusulkan. Misalnya UGD terletak di belakang, tidak ada kamar VIP, dan lahan parkir yang sempit, c. Akses dari jalan besar kurang lancar, karena lokasi yang agak jauh dari jalan PANTURA. Kalaupun Puskesmas Bendan akan didirikan menjadi Rumahsakit dengan unggulan IGD(Trauma Center) dan VIP, maka pasien Gawat Darurat akan lebih mudah aksesnya ke beberapa Rumahsakit swasta lain yang letaknya lebih dekat dengan PANTURA, d. Rumahsakit yang baik harus dirancang secara sistematis sejak awal dan sebaiknya tidak tambal sulam. Oleh karena itu, seandainya lokasi Puskesmas Bendan di pilih maka seluruh bangunan yang ada harus di robohkan terlebih tidak mendukung Puskesmas Bendan menjadi
53
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
dahulu. Konsekuensinya, biayanya lebih mahal dan akan terjadi inefesiensi aset PEMDA.
pengembangan di masa mendatang dari segi perkembangan lokasi proyek yang memiliki potensi lokasi yang dapat dikembangkan di masa mendatang di mana dapat kita ketahui dari potensi lahan disekitar lokasi yang memiliki mayoritas masih merupakan tanah kosong disisi lokasi maupun disisi seberang jalan raya di depan lokasi. Disamping itu tidak kalah penting adalah adanya faktor pendukung dari Puskesmas-Puskesmas yang telah ada sebelumnya dengan harapan dapat mendukung Rumah Sakit Umum Kota Pekalongan yang akan berdiri seoptimal mungkin.
54
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
1.1.2. Khusus Lokasi yang disyaratkan untuk pembangunan Rumah Sakit Umum Kota Pekalongan diharapkan memiliki luas lahan minimal 10.000 m 2 / 1 Ha dengan ukuran panjang x lebar ideal dan terletak di sepanjang jalan raya Pantura dengan kontur tanah yang relatif rata sehingga mengakomodasi segala kepentingan dengan harapan memberikan kenyamanan dan keamanan pasien Rumah Sakit Umum Kota Pekalongan.
1.2.1. Faktor Primer SDM di bidang Kesehatan SDM yang memadai sangat dibutuhkan untuk penyelenggaraan sebuah Rumah Sakit yang baik. Meskipun pada dasarnya Rumah Sakit Umum merupakan usaha yang banyak memberikan pelayanan berupa produk jasa. Namun kebutuhan dokter spesialis, tenaga medis & manajemen kesehatan tidak bisa dianggap sepele begitu saja baik kuantitas maupun kualitas akan sangat berpengaruh terhadap terselenggaranya sebuah Rumah Sakit Umum Kota Pekalongan yang unggul dalam segala hal terutama pelayanan, peralatan yang memadai.
55
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Sarana Transportasi Sarana transportasi untuk akses ke arah lokasi harus memadai baik angkutan kota, bus maupun kereta api dimana dapat dicapai dengan mudah sehingga membantu terhadap pasien dari segala penjuru baik dari Kota Pekalongan maupun dari luar Pekalongan seperti Batang, Pemalang, Tegal bahkan Semarang. Adapun untuk lokasi juga tidak kalah penting dari segi parkir sehingga tidak menyebabkan kemacetan yang akan mengganggu kenyamanan penghuni Rumah Sakit Umum Kota Pekalongan. Maka diperlukan sistem sirkulasi baik dari luar ke dalam maupun sebaliknya secara efisien dan efektif. Sarana Pendukung Lain Beberapa sarana lain yang dibutuhkan berkaitan dengan proyek untuk mendukung kelancaran operasional proyek baik pada saat persiapan maupun saat proyek sudah berjalan adalah : Sarana Listrik Sarana listrik harus tersedia untuk menunjang berjalannya proyek baik dari persiapan maupun opersionalnya bangunan ditambah dengan kapasitas listrik dan jarak yang dekat dengan gardu induk akan sangat membantu terselenggaranya proses pembangunan Rumah Sakit Umum Kota
Pekalongan, juga tidak lupa adanya kebutuhan darurat listrik dengan penyediaan listrik cadangan secara prima dan bisa dipertanggungjawabkan baik untuk bangunan itu sendiri maupun alat-alat medis perangkat pendukung lainnya.
56
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Sarana Air Sarana air merupakan unsur utama dalam pelaksanaan proyek dimana sarana air harus tersedia baik dalam kapasitas sebagai persediaan sementara maupun setelah bangunan Rumah Sakit Umum berlangsung. Ada beberapa sumber air yang bisa didapatkan yaitu sumur biasa dengan buis beton , sumur bor maupun sumur dari PDAM. Ada baiknya sumber air menggunakan ketiganya sehingga bisa dijadikan cadangan sewaktu-waktu sumber air tersebut berkurang sehingga kelangsungan operasional Rumah Sakit Umum bisa berlangsung tanpa mengurangi kenyamanan penghuni RSU tersebut.(untuk efisiensi penyimpanan dibutuhkan sarana water torn secara terpadu). Perlu diingat bahwa jarak antara sumber air bersih dengan sanitasi khususnya air kotor bisa diatur dengan peraturan yang berlaku sehingga mengurangi pencemaran dari sumber air kotor yang nantinya dikaji
bersama-sama dengan pengolahan limbah dengan analisa dampak lingkungan ( AMDAL ) secara terpadu. Sarana Telekomunikasi Guna menunjang kegiatan pelayanan Rumah Sakit Umum, telekomunikasi juga merupakan sarana pendukung yang penting dimana dapat berfungsi sebagai : Komunikasi dari dalam atau ke luar bangunan (Telkom) Antar ruang dalam bangunan (PABX) Komunikasi dari bangunan ke unit-unit mobile yang bergerak (HT/Selular)
57
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Untuk itu daerah tersebut harus tersedia jalur telekomunikasi yang cukup memadai baik jalur Telkom maupun jalur telpon selular ataupun satelit.
1.2.2. Faktor Sekunder 1. Strategi Kebijakan Pemerintah ( RENSTRA, RTURK ) 2. Pengembangan di masa datang. Berbagai hal di masa mendatang bisa terjadi baik hal positif maupun negatif, namun demikian kemungkinan-kemungkinan tersebut bisa kita prediksikan secara ilmiah dengan pertimbangan-pertimbangan yang didasarkan pada analisa-analisa terpadu dari beberapa aspek-aspek pendukung antara lain: a. Potensi lahan untuk lokasi masih memungkinkan untuk dikembangkan secara maksimal. b. Potensi disekeliling lokasi yang memungkinkan mendukung
berkembangnya Rumah Sakit Umum ini. c. Akses dari segala penjuru yang mudah dicapai. d. Kontur tanah yang relatif stabil dan rata untuk menjaga kekuatan struktur bangunan secara berkala. 3. Persyaratan teknis dan non teknis rancang bangun a. Faktor Teknis Salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam persyaratan teknis adalah pelayanan, untuk itu jenis aktifitas, sirkulasi dan pengelompokan zona kegiatan memberikan andil yang cukup besar dalam
58
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Persyaratan teknis dan normatif pada Rancang Bangun Rumahsakit sangat spesifik dan bervariasi sehingga kesalahan Rancang Bangun dapat berakibat rendahnya nilai fungsi bangunan atau bahkan tidak berfungsinya suatu fasilitas pelayanan. Persyaratan yang ada dan berlaku bisa berupa ketentuan dari Pemerintah maupun standar yang diterbitkan oleh para ahli yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Adapun hal penting yang terkandung dan membentuk fisik Rumahsakit mencakup landasan pemikiran mengenai : Fokus pemikiran terhadap prosedur medis dan prosedur non medis termasuk manajemen Rumah Sakit yang kemudian akan
membentuk kemampuan dan kelengkapan fasilitas Rumahsakit, pengaturan fungsi ruang dan program ulang baik berlangsungnya kegiatan maupun pasca huni. Faktor pemikiran terhadap prosedur sanitasi dan utilitas dan limbah yang akan membentuk lay out (tata letak) Rancang Bangun yang mencerminkan suatau kualitas dan hirearki ruang dengan prosedur sebagai berikut : Persyaratan teknis terdiri dari konstruksi ruang, instalasi medis dan pendukung lainnya. Pencegahan adanya pencemaran lingkungan terdiri dari
penyebaran infeksi dan limbah. Pemeliharaan baik bangunan maupun alat-alat medis
59
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Untuk lebih jelasnya akan kita tinjau ulang faktor-faktor tersebut dengan faktor-faktor lain yang mendukung terselenggaranya Rumah Sakit Umum yang optimal, yaitu : Keamanan dan kenyamanan Hal ini sangat berkaitan dengan jasa maupun produk yang akan diberikan kepada konsumen berupa pelayanan kesehatan, maka faktor keamanan dan kenyamanan menjadi faktor pertimbangan yang penting, dimana faktor pengenaan tarif serta bentuk lay out bangunan akan sangat berpengaruh terhadap pelayanan Rumah Sakit yang optimal. b. Struktur Bangunan Struktur bangunan hendaknya dapat menjamin terselenggaranya kegiatan Rumah Sakit secara maksimal dengan syarat sebagai berikut : Dapat secara baik berfungsi minimal 20 th sesuai standar yang berlaku. Dapat secara kuat menahan semua beban dan gaya yang bekerja pada bangunan sesuai dengan fungsinya. Dapat secara baik melindungi dari berbagai kekuatan perusak bangunan. Dapat menahan struktur terhadap kebakaran minimal satu jam dari terjadinya kebakaran. c. Bahan Bangunan Untuk menjamin keawetan bangunan dan efisiensi pemakaian bahan bangunan perlu diperhatikan syarat sebagai berikut :
60
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Memenuhi standar dan norma yang berlaku mengenai bahan bangunan. Penggunaan bahan bangunan harus sesuai dengan fungsinya. Memiliki ketahanan minimal 5 tahun untuk susunan bahan bangunan non struktur dan minimal 20 tahun untuk susunan bahan bangunan struktur bila digunakan sesuai aturan yang berlaku. Terlindungi dari berbagai kekuatan perusak bahan bangunan. Dapat menahan semua beban dan gaya yang bekerja pada struktur bangunan. d. Tenaga Listrik Berdasarkan pada jenis tindakan pengamanan terhadap bahaya karena gangguan tenaga listrik bisa dibagi dalam ruang fasilitas pelayanan kelompok 1., 1.E dan 2E yaitu : Dalam kelompok 1 terputusnya aliran listrik karena gangguan tidak berbahaya dan pelayanan yang diberikan dapat dihentikan atau diulang. Dalam kelompok 1.E dimana penghentian pelayanan masih bisa terganggu dengan batas toleransi tertentu, jika ada gangguan atas tenaga listrik maka diperlukan catu daya pengganti khusus yang dapat mengganti tugas jaringan listrik umum dalam beberapa saat secara otomatis. Untuk kelompok 2.E pelayanan yang diberikan tidak boleh terhenti, maka diperlukan catu daya pengganti khusus yang bersifat back up penuh tanpa jeda jika terjadi gangguan listrik.
61
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
e. Jaringan Listrik Jaringan listrik adalah sistem listrik yang terdiri dari hantaran dan
peralatan listrik yang terhubung satu sama lain untuk menyalurkan tenaga listrik. Komponen-komponen pokok dari jaringan listrik dalam bangunan dapat dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu : i. Saluran listrik
ii. Peralatan listrik iii. Peralatan pemakaian aliran listrik f. Penerangan Darurat (Emergency Lighting) Penerangan darurat merupakan jenis penerangan yang diperlukan pada saat aliran listrik pada bangunan atau komplek bangunan padam. Dalam kondisi tersebut diperlukan catu daya yang memenuhi syarat paling tidak diperlukan untuk penerangan pada ruang-ruang yang memerlukannya. g. Air Bersih Sistem pengaliran air bersih harus dapat memenuhi persyaratan plumbing dalam bangunan sehingga tidak terjadi pengaliran kembali air bekas ke jaringan air bersih serta mencegah kemungkinan terjadinya water hammer. Selain itu jika sistem menggunakan air tanah maka sistem ini harus terpisah dari sistem pemadam kebakaran
menggunakan air tanah maka sistem ini harus terpisah dari sistem air untuk pelayanan. Apabila tekanan air kota dapat menjangkau fixture unit didalam bangunan maka diperlukan tandon air bawah tanah dengan kapasitas
62
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
2/3 kebutuhan cadangan air total kemudian langsung dipompa ke sistem air bersih dalam bangunan. Selanjutnya agar kerja pompa tidak terlalu berat perlu juga direncanakan adanya Tandon air atap dengan kapasitas 1/3 dari kebutuhan cadangan air total, jika tandon atap juga di gunakan untuk masalah kebakaran maka kapasitasnnya juga harus di tambah. Fasilitas air bersih terdiri serta dari pemasangan pipa baru pipa dan bila
pendistribusiannya
penyempurnaan
sistem
memungkinkan di lengkapi dengan pressure tank. Sesuai dengan ketentuan Pemerintah maka penyediaan air minum untuk memenuhi seluruh kegiatan minimal di rumah sakit adalah 600 liter/ tempat tidur /hari. Disamping itu yang perlu diadakan adalah : 1. Water Treatment dengan menggunakan metode Filtuasi Pasir Lembut, Penurunan kadar besi dan Chlorinasi. Diharapkan air Konsumsi Setelah melalui pengolahan sesuai dengan kriteria dalam PERMENKES No. 416 tahun 1990. 2. Hot Water System dengan Kebutuhan air panas untuk bangunan Rumah Sakit adalah sekitar 130 Liter per hari per pasien. h. Sistem Sanitasi. Sistem Sanitasi Rumahsakit Umum wajib dilaksanakan oleh pengelola RSU hal ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah RI No. 51 / 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan yang kemudian
63
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
ditindaklanjuti
dengan
SK
Menteri
Negara
Lingkungan
Hidup
Nomor.KEP-10/MENLH/3/1994 tentang Jenis Usaha atau Kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan untuk jenis-jenis Rumahsakit dengan kelas A atau yang setara dengan pelayanan spesialisasi lengkap dan menyeluruh.( Rumah Sakit Umum type dibawahnya menyesuaikan.) Tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan Rumahsakit yang wajib dilakukan oleh pengelola Rumahsakit menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No.KEP-58/MENLH/ 12/1995 adalah : 1. Melakukan pengelolaan limbah cair sebelum dibuang ke lingkungan sehingga mutu limbah cair yang dibuang ke lingkungan tidak melampaui baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan. 2. Membuat saluran pembuangan limbah cair tertutup dan kedap air sehingga tidak terjadi perembesan ke tanah serta terpisah dengan saluran limpahan air hujan. 3. Memasang alat ukur debit laju air limbah cair dan melakukan pencatatan debit harian limbah cair tersebut. Berdasarkan peraturan tersebut diatas, maka Rumahsakit akan membuat suatu instalasi Pengolahan Air Limbah dari Kamar Bedah, Laboratorium, Radiologi dan WC. Air Kotoran dan air hujan yang berasal dari ruang perawatan, bagian cuci dan dari halaman dialirkan melalui saluran terbuka/ tertutup langsung ke parit atau sungai terdekat atau Riol Kota.
64
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Intinya adalah pengolahan limbah cair seefektif dan seefisien mungkin untuk menurunkan zat pencemaran organik dan angka kuman sehingga sifat air limbah cair memerlukan syarat baku mutu limbah. i. Sarana Drainase. Perencanaan Kota Drainase Rumah Sakit dilaksanakan secara terpadu j. Sarana Gas Sarana gas di dalam Rumahsakit hendaknya memikirkan mengenai pasokan sarana gas medis yang cukup dimana pasokan gas medis ini dilayani oleh agen per tabung gas sedangkan pada masa mendatang gas akan didistribusikan melalui stasiun gas di berbagai lokasi yang telah ditentukan menurut kebutuhan masing-masing secara medis. k. Masalah Kebakaran Penanggulangan bahaya kebakaran sangat berkaitan dengan : Kelengkapan lingkungan yang disyaratkan agar dilengkapi dengan sumur kebakaran, komunikasi dan hydrant kebakaran dimana jarak hydrant atau sumur kebakaran 500 meter dengan aliran air berkapasitas 100 liter per menit, sedangkan sumber air bisa
diperoleh dari berbagai sumber asal berada dalam jangkauan dan tidak beracun. Jalan lingkungan yang menuju lokasi Rumah Sakit mudah dicapai dimana harus cukup dilewati mobil pemadam kebakaran dan petugas pemadam kebakaran, serta harus kuat menahan beban mobil pemadam kebakaran, serta bangunan khususnya yang
65
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
bertingkat harus dapat dijangkau oleh mobil pemadam kebakaran dengan jarak maksimal 12 meter. Khusus tempat-tempat penting seperti kamar operasi dan kamar inap disediakan tabung pemadam kebakaran stasioner pada tempat yang sekiranya yang diletakkan resiko
mengundang
kebakaran seperti : dapur, ruang diesel, laboratorium. Sebagai tindakan penanggulangan bahaya kebakaran perlu
dilakukan penanganan secara teknis yaitu : 1). Penanganan secara manual 2). Penanganan secara semi otomatis 3). Penanganan secara otomatis l. Sistem Komunikasi Sistem komunikasi berkaitan erat juga dengan pemberian pelayanan yang akan diberikan di bidang kesehatan terdapat masalah kedaruratan yang harus ditangani dengan segera. Untuk ini diperlukan pendukung untuk dapat mempertahankan pemberian pelayanan dan menangani kedaruratan dimana jalur komunikasi menjadi penting sehingga sistem komunikasi yang handal harus tersedia, hal ini juga dapat mendukung peningkatan mutu pelayanan sebagai sarana untuk mencari informasi terbaru mengenai pelayanan kesehatan dari berbagi media. Prinsip utama jaringan internal Rumah Sakit adalah kelancaran hubungan dan komunikasi antar masing-masing bagian dan dalam setiap bagian dapat dilakukan dengan sistem intercom tersentralisir, sedangkan pada tiap bagian juga disediakan nurse call. Kebutuhan intercom dapat
66
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
disesuaikan untuk satu tempat tidur terdapat satu nurse call, untuk perbandingan dalam Rumah Sakit Umum, satu stasiun perawat melayani 20 40 tempat tidur. Untuk jaringan internal Rumah Sakit ratarata memerlukan 3 satuan sambungan telepon, yaitu: Sambungan telepon darurat Sambungan telepon kantor administrasi Sambungan telepon sentral yang mampu menampung 20 nomor extension namun jumlah ini bisa disesuaikan. Disamping itu perlu juga tersedia adanya komunikasi SSB atau VHF atau UHF untuk komunikasi darurat yang sering disebut radio medik. Untuk mempercepat arus komunikasi juga bisa disediakan satu atau dua fasilitas faximile. m. Pengaturan Udara (Pengkondisian Ruang ) Pengkondisian Ruang di Rumah Sakit ditujukan untuk kenyamanan, mengurangi laju pertumbuhan dan perkembangbiakan jamur dan bakteri. Oleh sebab itu ruang ICU, ruang operasi dan ruang poliklinik harus dikondisikan berdasarkan persyaratan yang telah ditentukan. Porsi energi listrik untuk pengaturan udara berkisar antara 10 20 %. Oleh karena itu persyaratan pengaturan udara untuk Rumah Sakit cukup bervariasi maka dibutuhkan perencanaan yang tepat dan teliti dalam pemilihan peralatan. Untuk pengaturan udara digunakan ventilasi alam, kipas angin, air conditioning (AC). Untuk menentukan kapasitas AC yang dipasang dibutuhkan data-data awal sebagai berikut : Fungsi ruangan
67
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Suhu dan kelembaban yang diinginkan Suhu dan kelembaban udara luar Konstitusi bangunan Peralatan listrik yang ada di ruangan Udara ventilasi yang dibutuhkan Posisi bangunan terhadap matahari
n. Penangkal Petir Penangkal petir sangat penting untuk mengantisipasi bangunan terhadap gangguan yang mungkin timbul akibat petir. Pada prinsipnya, instalasi penangkal petir merupakan suatu sistem instalasi dengan komponen-komponen dan peralatan-peralatan yang secara keseluruhan berfungsi untuk menangkal petir dan menyalurkannya ke dalam tanah sehingga semua bagian dari bangunan beserta isinya atau bendabenda disekelilingnya terlindung/terhindar dari bahaya sambaran petir. Sistem jaringan ini biasanya dilewatkan melalui yang tertinggi dari bangunan yang kemudian disalurkan ke bawah melalui sudut-sudut bangunan sampai ke permukaan air tanah Ada tiga bagian-bagian penting dari instalasi penangkal petir : Penghantar diatas tanah, adalah penghantar yang dipasang diatas atap sebagai penangkal petir, berupa elektroda logam yang dipasang tegak dan elektroda logam yang dipasang mendatar. Pengahantar pada dinding atau didalam bangunan, sebagai penyalur arus petir ke tanah yang terbuat dari tembaga, baja galvanish atau aluminium.
68
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Elektroda-elektroda tanah berupa : pita (strip), batang (pipa, besi) dan pelat.
Faktor-faktor sebagai pertimbangan sistem penangkal petir : Keamanan secara teknis Penampang hantaran Ketanahan mekanis Ketahanan terhadap korosi Bentuk dan ukuran bangunan yang dilindungi Faktor ekonomis
o. Sistem Transportasi dalam bangunan Sistem transportasi dalam bangunan perlu direncanakan dengan seksama mengingat penggunaannya merupakan seseorang yang memerlukan bantuan dan mencapai ruang tertentu seperti pasien, pengunjung, dokter, perawat dan barang, untuk itu dalam menentukan sistem transportasi perlu diperhatikan sebagai berikut : Tangga umum Tangga darurat Selasar Ramps Eskalator (tangga berjalan otomatis), untuk bertingkat dua atau lebih. Elevator (lift), untuk bertingkat dua atau lebih. Elevator barang, untuk bertingkat dua atau lebih.
69
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Perencanaan
untuk
pertamanan
dibuat
dengan
tujuan
untuk
mempertahankan kenyamanan suasana agar udara tetap segar dan bangunan terlindung dari sinar matahari. Perencanaan kawasan perparkiran mempertimbangkan jumlah kunjungan rawat inap dan rawat jalan yang terjadi setiap harinya, banyaknya karyawan Rumah Sakit dan banyaknya penghantar pasien.
Gambaran umum Kota Pekalongan secara geografis terletak di dataran rendah di pantai utara Pulau Jawa dengan ketinggian kurang lebih 1 meter di atas permukaan laut dengan posisi geografis berada pada 60 o 5042 sampai 60o 55 44 Lintang Selatan dan 109o 37 55 sampai dengan 109o Bujur Timur. Batas-batas wilayah kota pekalongan adalah : Sebelah Utara Sebelah Timur Sebelah Barat Sebelah Selatan Batang. Secara Administrasi Kota Pekalongan terbagi dalam 4 Kecamatan dan terdiri dari 46 Kelurahan. Jarak terjauh dari utara ke selatan 9 KM dan dari Barat Ke Timur 7 KM. Luas Wilayah Kota Pekalongan 45,25 KM2 atau sekitar 4525 Hektar terbagi dalam tanah sawah 33.79 %, tanah Kering 66,21 % dari Ibu Kota Propinsi Jawa Tengah (Semarang) berjarak sekitar 384 KM.
PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI
= = = =
Laut Jawa Kabupaten Batang. Kabupaten Pekalongan Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten
70
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
b.
Leading sektor pembangunan Kesehatan di kota pekalongan .Struktur Organisasi Dainas Kesehatan Kota terdiri (Lima) Sub Dinas yaitu : Sub Din Pembinaan Pelayanan Kesehatan Sub Din Kesehatan Keluarga Sub Din Penyehatan Keluarga Sub Din Penyehatan Lingkungan Sub Din Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular. Sub Din Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat. dari Kepala Dinas, Bagian Tata Usaha dan 5
Sektor Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang terdiri dari 10 (sepuluh) Puskesmas, UPTD Kefarmasian dan UPTK BP Paru-paru.Adapun Sumber Daya tenaga di jajaran Pelayanan Kesehatan seperti Pada tabel Berikut :
Tabel 23. Distribusi Tenaga Kesehatan di Kota Pekalongan. Instansi Jumlah % Pemerintah 316 28,91 BUMN 56 5,12 ABRI 14 1,28 Swasta 707 64,69 Jumlah 1093 100 Sumber : Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2000 1 2 3 4 No
Arah Kebijakan Pembangunan Kesehatan Kota Pekalongan meliputi. 1. Meningkatkan Mutu Sumber Daya Manusia dan Lingkungan yang saling mendukung dengan pendekatan paradigma sehat yang memberikan prioritas pada upaya peningkatan kesehatan, Pencegahan, Penyembuhan,
PT. GAMA MULTI USAHA MANDIRI
71
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Pemulihan dan Rehabilitasi sejak pembuahan dalam kandungan sampai dengan lanjut usia. 2. Meningkatkan dan memelihara mutu, efisiensi, akuntanbilitas lembaga dan pelayanan kesehatan melalui pemberdayaan sumber daya manusia secara berkelanjutan dan sarana dan prasarana dalam bidang medis, juga mutu dan akreditas termasuk ketersediaan obat yang dapat dijangkau oleh masyarakat. Dari pandangan situasi yang telah kita pelajari diatas maka untuk memenuhi peningkatan kinerja mutu sumber daya dan pelayanan sarana dan prasarana Rumah Sakit Umum Kota Pekalongan perlu segera dibangun Rumah Sakit yang merupakan unggulan di Kota Pekalongan untuk segera memujudkan suatu Rumah Sakit Umum yang representatif dengan pelayanan yang unggul dan memuaskan dengan didukung oleh peralatan medis yang lengkap dan dapat bersaing secara ,kompetitif dengan sektor-sektor terkait lainnya, sehingga arah kebijakan
72
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Pola tata letak fungsional Pola tata letak produk Pola tata kelompok Pola tata letak posisi
Yang kesemuanya dapat diterapkan tetapi perlu diingat bahwa tujuan dari penentuan desain adalah optimalisasi pengaturan operasional sehingga nilai yang diciptakan menjadi maksimal. Khusus untuk Rumah Sakit pengelompok dan desain tata ruang sering dikelompokkan menjadi Blok Bangunan yang mendasarkan fungsi yang meliputi : Kelompok Medis : Ruang Rawat Jalan Ruang Gawat Darurat Ruang Rawat Inap Ruang Operasi Ruang untuk melahirkan - Ruang Radiologi Ruang Farmasi Ruang laboratorium Ruang Bengkel
Ruang Dapur Ruang Cuci Ruang Pusat Steril Ruang Mayat. dll
73
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Ada beberapa persyaratan yang yang dapat digunakan dalam penilaian lay out : 1. 2. Konsisten dengan teknologi Adanya arus produk dalam proses yang lancar dari proses yang satu ke proses yang lain. 3. 4. 5. Penggunaan ruang yang optimal Terdapat kemudahan dalam penyesuaian dan ekspansi Minimalisasi biaya dan memberikan jaminan keselamatan kerja
Dari berbagai aspek tersebut faktor yang penting adalah kenyamanan konsumen lebih lanjut secara aturan baku yang berlaku, berbagai standard sangat berkaitan dengan masalah dimensi fisik Rumah Sakit ada beberapa besaran fisik yang harus dicukupi, berkaitan dengan rasio antara luas lantai dan luas lahan yang tertuang dalam Keputusan Direktorat Jenderal Pelayanan Medik No. HK 00.06.355797. Pada prinsipnya Perencanaan Rumah Sakit diperhitungkan agar dapat mencukupi kebutuhan dan kapasitas pelayanannya untuk kurun waktu beberapa periode kedepan sehingga titik balik pelayanan baru akan tiba pada tahun impas proyeksi maka dalam perencanaan fisik Rumah Sakit perlu diperhatikan : Prosedur Medik, Non Medik, Sanitasi, Utility dan persyaratan normatif rancang bangun Rumah Sakit. Prakiraan Matematis beban kerja untuk kurun waktu mendatang. Analisis Tapak seperti Sirkulasi, Kepadatan lahan dan barang serta lingkungan.
74
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Persyaratan yang menentukan penekanan karakter fisik setiap instalasi pelayanan di Rumah Sakit adalah sebagai berikut :
Tabel 24.Penekanan Rancang Bangun PENEKANAN PENTING YANG MEMPENGARUHI RANCANG BANGUN PADA BEBERAPA UNIT ATAU INSTALASI PELAYANAN DI RUMAH SAKIT No 1 2 Instansi atau Unit Pelayanan Unit Gawat Darurat Rawat Jalan Karakteristik Penekanan Kecepatan Penanganan Pemisahan Sirkulasi Medis dan Umum Prosedur Administrasi Pasien Dimensi Ruang Poli Khusus Pengelolaan ruang Tunggu Efektivitas Penanganan Pasien Pengendalian Infeksi Nosokomial Proteksi terhadap Radiasi Prosedur Kamar Gelap Perlistrikan Pendaerahan Steril, Semi Streril dan Tidak Streril Prosedur Pre dan Post Operasi Perlistrikan Prosedur Pemeriksaan Pencegahan Infeksi Nosokomial Pengelolaan Limbah Prosedur Penanganan Sediaan Farmasi Pengeloaan Limbah Farmasi Prosedur Distribusi Bahan dan alat
3 4
Kamar Operasi
Laboratorium
7 8
Farmasi Gizi
75
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
1. Perencanaan SDM
Kebutuhan sumberdaya manusia (SDM) yang sesuai dan bermutu di organisasi manapun termasuk Rumahsakit sangat diperlukan terutama yang menduduki posisi kunci. SDM yang dimaksud adalah direksi serta stafnya. Kesuksesan suatu perencanaan dan pengoperasionalisasian suatu organisasi Rumahsakit sangat bergantung pada SDM yang solid. Membangun sebuah tim yang efektif merupakan suatu kombinasi antara seni dan ilmu pengetahuan. Karena itu, dalam membangun sebuah tim yang efektif, pertimbangan harus diadakan bukan hanya pada keahlian teknis para manajer atau staf semata, tetapi juga pada peranan penting mereka dan keselarasan mereka dalam bekerja.
Sebagai seorang manajer, direktur Rumahsakit merupakan salah satu anggota terpenting dari suatu organisasi. Orang ini memegang peranan penting dalam perecanaan dan pelaksanaan operasional organisasi. Ada 2 hal penting dalam memilih direktur suatu organisasi termasuk Rumahsakit, yaitu; pemilihan waktu dan kriteria seleksi.
Pemilihan waktu. Pemilhan waktu yang tepat untuk memilih seorang direktur tidak ada patokannya yang dianggap paling benar karena memang sangat beragam sifatnya. Akan tetapi, syarat yang harus diingat, direktur sebagai
76
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
seorang Manajer dan anggota tim harus secepatnya terlibat dalam perencanaan operasional sehingga mereka akan lebih terikat untuk segera merealisasikan berbagai rencana tersebut.
Kriteria seleksi. Tujuan utama pemilihan seorang direktur adalah untuk menugaskan seseorang yang berpengalaman, mampu, dan kompeten untuk menghasilkan produk akhir secara tepat waktu, sesuai dengan biaya yang tersedia dan juga sesuai dengan syarat yang diberikan. Untuk itu, seorang pemimpin perlu memiliki karakteristik yang dapat digolongkan dalam lima kategori, yaitu : Latar` Belakang dan Pengalaman; Kepemimpinan dan Keahlian Strategis; Keahlian Teknis; Kemampuan Kehumasan; dan Kemampuan Manajerial. Hal tersebut selanjutnya akan dijelaskan di bawah ini.
Mengingat Rumahsakit ini dibangun dengan dana yang tidak sedikit maka perlu didukung oleh manajemen yang handal. Dengan spesifikasi sbb: 1. Mempunyai wawasan strategik dan visioner, 2. Lebih baik apabila mempunyai latarbelakang pendidikan yang memadai, misalnya; ahli manajemen Rumahsakit, 3. Adaptif terhadap perubahan lingkungan persaingan bisnis maupun lingkungan pemerintahan, 4. Tidak birokratis dan mengedepankan kepentingan pelanggan,
1. Latar Belakang dan Pengalaman. Latar belakang dan keahlian seorang direktur yang prospektif haruslah konsisten dengan keberadaan dan
77
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
kebutuhannya. Tujuannya adalah untuk menugaskan seseorang yang dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan syarat yang ditentukan. Direktur Rumahsakit seorang manajer harus memiliki latar belakang kemampuan pendidikan, dan sebagai tambahan adalah pengalaman di area pekerjaan yang ditugaskan. Sebaiknya yang dipilih adalah kandidat yang menunjukkan pengalaman analisis konseptual, operasional, dan praktek yang dapat diterima.
2. Kepemimpinan dan Keahlian Strategis. Direktur Rumahsakit sebagai seorang manajer adalah seorang pemimpin yang turut mendesain, mengkoordinasikan, mengatur, dan mengimplimentasikan rencana yang telah ditetapkan. Pimpinan juga biasanya menetapkan berbagai kebijakan yang berhubungan dengan operasional dan visi Rumahsakit kedepan. Dalam hal kepemimpinan dan keahlian strategis berarti direktur sebagai manajer harus memiliki visi mengenai pengembangan Rumahsakit kedepan, dimana ia juga mendesain tahapan pencapaian visi yang ada dalam dokumen rencana stratejik.
3. Kemampuan Teknis. Walaupun direktur tidak melakukan semua pekerjaan di Rumahsakit seorang diri, namun kemampuannya untuk mengarahkan, menilai, dan memberikan keputusan akan pilihan teknis alternatif sangat diperlukan. Direktur sebagai seorang manajer haruslah memiliki
78
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
selain ia harus mengerti perihal pasar, perilaku konsumen, serta teknologi yang digunakan.
4. Kemampuan Kehumasan. Direktur hendaknya mampu bertindak dengan berbagai macam keahlian, misalnya bahwa ia harus dapat bertindak sebagai pengayom, pemberi informasi bagi pekerja, sebagai negosiator, mengatasi masalah konflik, dan mampu memecahkan masalah serta mencari jalan keluarnya. Peran penting lainnya adalah sebagai politikus, pramuniaga, fasilitator, pengawas, dan sebagai pembimbing.
5. Kemampuan Manajerial. Kemampuan manajerial sangat diperlukan dalam direktur Rumahsakit dalam menjalankan kegiatan operasional sehari-hari maupun dalam kegiatan perencanaan kedepan. Agar dapat melakukan hal tersebut, bagaimana kebutuhan direktur harus memiliki pengetahuan perihal organisasi: para staf,
mengorganisasikan, operasional,
menentukan
kebutuhan
menangani
permasalahan
manajemen,
79
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
80
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Dengan proyeksi jumlah SDM sebanyak 300 orang, dan gaji rata-rata sebesar Rp. 700.000, maka total gaji untuk tahun pertama di proyeksikan sebesar Rp. 2.520.000.000,-. Mulai tahun kedua dan selanjutnya, total gaji diproyeksikan sebesar 20% dari tahun sebelumnya. Total gaji tersebut tidak termasuk jasa pelayanan dan lain-lain yang bersifat tidak tetap. Proyeksi gaji setiap tahun dapat dilihat pada`lampiran tabel IV-5 (lampiran keuangan).
Kebutuhan SDM seperti pada tabel diatas, dengan asumsi bahwa total SDM di suatu instalasi/unit merangkap sebagai kepala instalasi/unit. Proyeksi tersebut berbasis standar DEPKES yang kemudian disesuaikan dengan pengalaman di beberapa Rumahsakit tipe C.
Organisasi
dalam
kaitannya
dengan
peningkatan
mutu
pelayanan
dan
peningkatan kinerja secara keseluruhan tidak terlepas dari anggota yang berperan didalamnya, juga memerlukan rancang bangun keorganisasian yang handal serta fleksibel dan sesuai dengan kondisi usaha serta pelayanan yang diberikan. Hal ini
81
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
ditutujan untuk mendapatkan kejelasan kewajiban, hak dan tanggungjawab para anggota organisasi serta prospek mengenai kehidupan anggota didalam organisasi sehingga bisa mendukung terbentuknya budaya yang kondusif bagi perkembangan organisasi. Namun, juga diperlukan dukungan dari sistem informasi dalam organisasi yang dapat memberikan informasi dan data yang akurat dan dapat dipercaya demi peningkatan organisasi dan pengendalian serta pengawasan operasional organisasi.
Dalam kaitannya dengan sistem informasi pada dasarnya dapat dibagi 2 yaitu; sistem informasi berbasis manual dan sistem informasi berbasis komputer. Untuk perkembangan dan kebutuhan kedepan, sistem informasi berbasis komputer sangat dibutuhkan dalam jangka panjang. Bahkan, kebutuhan SDM akan diperkecil apabila sistem informasi ini dikembangkan secara baik. Di samping itu, dengan sistem informasi berbasis komputer (seperti billing system). Tingkat kebocoran akan dapat ditekan sampai pada titik terendah.
Dalam rancangan struktur organisasi sebenarnya cukup fleksibel tergantung pada tingkat dan jenis usaha yang dijalani, dalam hal ini pelayanankesehatan untuk Rumahsakit. Walaupun struktur organisasi harusnya ada dalam dokumen Business Plan, namun berikut adalah gambaran struktur organisasi untuk Rumahsakit umum pemerintah yang lazim.
82
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Subbag Umum
Subbag Lainnya
Bidang Pelayanan
Bidang Perawatan
Bidang Keuangan
Adm. RM
Asuhan Keperawatan
Anggaran
Irna Irja Evaluasi Keperawatan Yan-Jang Sarana Keperawatan Perbendaharaan Pembukuan Verifikasi
Dal-Mutu
83
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Kajian keuangan pada dasarnya untuk melihat sejauhmana dana yang diinvestasikan dapat bermanfaat semaksimalmungkin. Secara spesifik kajian keuangan ini berisi analisis NPV(Net Present Value) Payback Period, dan proyeksi Rugi/laba investasi. Selanjutnya akan dibahas secara runtut di bawah ini.
1.1.1 Pendapatan Rawat Inap Rawat inap terdiri dari 4 kelas yaitu VIP, kelas I, kelas II, dan kelas III, dan ICC/ICCU. Sesuai dengan asumsi diatas, proyeksi pendapatan rawat inap
84
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
dapat dilihat pada lampiran tabel IV-4. Berikut adalah proyeksi pendapatan rawat inap mulai tahun 1 hingga tahun 6 dapat dilihat pada gambar berikut.
3,119,530,240
1.1.2 Pendapatan Rawat Jalan Proyeksi jumlah pasien dan tarif seperti dalam asumsi yang disebutkan diatas akan mempengaruhi jumlah pendapatan berbagai poli di Rawat jalan. Berikut adalah tabel proyeksi jumlah pasien dan tarif untuk tahun I disetiap poli.
85
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Tabel 27. Proyeksi jumlah pasien dan tarif poli dan IGD Untuk tahun I
NO 1 2 KETERANGAN J. PAS. POLI UMUM Periksa Dokter POLI PENYAKIT DALAM - Periksa Dokter - Sederhana - Kecil - Sedang - Besar POLI BEDAH - Periksa Dokter - Tindakan Sederhana - Tindakan Kecil - Tindakan Sedang - Tindakan Besar POLI ANAK - Periksa Dokter - Tindakan Sederhana - Tindakan Kecil - Tindakan Sedang - Tindakan Besar POLI KEBIDANAN & KANDUNGAN - Periksa Dokter - Tindakan Sederhana - Tindakan Kecil - Tindakan Sedang - Tindakan Besar POLI MATA - Periksa Dokter - Tindakan Sederhana - Tindakan Kecil - Tindakan Sedang - Tindakan Besar TH I TARIF 5,000 25,000 5,000 10,000 15,000 25,000 10,000 20,000 40,000 150,000 25,000 5,000 10,000 15,000 25,000 10,000 20,000 40,000 150,000 25,000 10,000 20,000 40,000 150,000
2,965 2,372 2,372 949 712 712 593 593 237 178 119 59 1,186 1,186 474 356 356 1,779 1,779 712 534 356 178 593 593 237 178 119 59
86
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Tabel
28. Proyeksi jumlah pasien dan tarif poli dan IGD Untuk tahun I (lanjutan)
KETERANGAN POLI THT - Periksa Dokter - Tindakan Sederhana - Tindakan Kecil - Tindakan Sedang - Tindakan Besar POLI SYARAF - Periksa Dokter - Tindakan Sederhana - Tindakan Kecil - Tindakan Sedang - Tindakan Besar POLI GIGI - Periksa Dokter - Tindakan Sederhana - Tindakan Kecil - Tindakan Sedang - Tindakan Besar/Khusus/canggih IGD - Periksa Dokter - Tindakan Sederhana - Tindakan Kecil - Tindakan Sedang - Tindakan Besar TH I J. PAS. TARIF 593 593 25,000 237 10,000 178 20,000 119 40,000 59 150,000 593 593 25,000 1,186 1,186 5,000 474 7,500 356 23,750 237 100,000 119 300,000 3,650 3,650 16,000 1,825 25,000 1,278 80,000 365 250,000 183 375,000
NO 7
10
Hasil kali antara proyeksi jumlah pasien dan proyeksi tarif pada tabel diatas adalah proyeksi pendapatan rawat jalan dan IGD. Proyeksi pendapatan rawat jalan dan IGD dapat dilihat pada lampiran tabel IV-4. Berikut adalah gambar proyeksi pendapatan total instalasi rawat jalan dan IGD untuk tahun I hingga IV.
87
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
1.861.411.655 2.000.000.000 1.800.000.000 P 1.600.000.000 e n 1.400.000.000 d 1.200.000.000 a R 1.000.000.000 p p 800.000.000 a 600.000.000 t a 400.000.000 n 200.000.000 ( ) I II Tahun III IV 1.349.566.815
979.908.077 559.070.849
1.1.3 Pendapatan Radiologi Dari keempat jenis pemeriksaan radiologi yang biasa disediakan, kemudian dilakukan proyeksi terhadap setiap item tersebut. Berikut adalah tabel proyeksi jumlah pasien dan tarif untuk tahun I.
Tabel 29. Proyeksi Jumlah pasien & tarif Radiologi untuk tahun I
NO KETERANGAN VOL. - Sederhana (rata-rata) - Sedang(rata-rata) - Canggih(rata-rata) - Khusus(rata-rata) 1.989 1.492 994 497 TH I TARIF 40.000 50.000 100.000 200.000
88
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Hasil kali antara volume(jumlah pemeriksaan) dengan tarif proyeksi akan menghasilkan proyeksi pendapatan radiologi. Secara rinci, proyeksi
pendapatan radiologi, pasien bedah, lab, farmasi dan pendapatan lainnya dapat dilihat pada lampiran tabel IV-4. Berikut adalah gambar proyeksi pendapatan radiologi untuk tahun I hingga III.
497.779.456
353.035.075
1.1.4 Pendapatan pasien bedah Rata-rata jumlah pasien bedah per hari sebanyak 2 orang . Tabel berikut adalah proyeksi jumlah pasien dan tarif untuk tahun I. Tabel 30. Proyeksi Jumlah pasien & tarif bedah untuk tahun I
NO KETERANGAN VOL. 730 292 219 146 73 TH I TARIF 150.000 200.000 300.000 450.000
- Sederhana (tarif rata-rata) - Sedang (tarif rata-rata) - Canggih (tarif rata-rata) - Khusus(tarif rata-rata)
89
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Jumlah pasien tindakan sederhana sebanyak 40% dari jumlah pasien bedah. Sedangkan jumlah pasien tindakan sedang sebanyak 30% dari total proyeksi pasien bedah. Selanjutnya, proyeksi pendapatan kamar bedah selama 3 tahun dapat dilihat pada gambar berikut.
228.964.500 164.250.000
1.1.5 Pendapatan Lab Sama seperti unit penunjang lainnya, pemeriksaan lab dikategorikan dalam 4 jenis pemeriksaan. Berikut adalah gambar proyeksi pendapatan lab dari tahun I hingga tahun III.
90
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
245.384.239
300.000.000 P e 250.000.000 n d 200.000.000 a R p p 150.000.000 a t 100.000.000 a n 50.000.000 ( ) 1 2 Tahun 3
174.031.375
1.1.6 Pendapatan Farmasi dan Pendapatan Lainnya Pendapatan farmasi diperoleh dari penjualan obat kepada pasien di Rumahsakit. Sedangkan pendapatan lain-lain dihasilkan dari aktivitas pelayanan tambahan seperti rahab medik, ICU/ICCU, jasa kamar jenazah, ambulance, dll. Proyeksi pendapatan farmasi (apotik) sebesar 35% dari total pendapatan proyeksi minus pendapatan lain-lain. Sedangkan proyeksi pendapatan lain-lain sebesar 35% dari total pendapatan proyeksi.
1.2. Proyeksi Biaya Proyeksi biaya opersional rumah sakit yang berhubungan dengan pembangunan Rumahsakit baru dalam analisis berikut ini hanya
berhubungan dengan biaya yang benar-benar secara realitas terjadi dan tidak termasuk biaya penyusutan. Dasar-dasar analisis untuk proyeksi biaya operasional adalah sebagai berikut:
91
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
1. Biaya kamar pasien umum sebesar 15% dari total pendapatan kamar pasien umum. Yang dimaksud dengan biaya ini adalah pengeluaran yang merupakan fasilitas kamar pasien seperti biaya bahan medis habis pakai yang tidak dibayar pasien. Yang tidak termasuk biaya kamar pasien adalah biaya penyusutan, gaji dan biaya obat yang dibayar pasien.
2. Biaya kamar bedah sebesar 40% dari total pendapatan kamar bedah untuk jasa Rumahsakit. Biaya kamar adalah pengeluaran yang terjadi di kamar bedah yang merupakan fasilitas pasien penyusutan, gaji, dan obat yang dibayar pasien. kecuali biaya
3. Biaya rawat jalan di proyeksikan sebesar 35% dari pendapatan rawat jalan. Yang tidak termasuk biaya rawat jalan adalah biaya penyusutan, gaji, dan obat yang dibayar pasien. Biaya rawat jalan adalah segala bentuk pengeluaran yang terjadi dan merupakan fasilitas pasien rawat jalan kecuali ketiga item biaya tersebut.
4. Biaya lab, Radiologi, sebesar 35% dari pendapatan masing-masing unit tersebut. Pada dasarnya definisi biaya-biaya adalah segala bentuk pengeluaran yang terjadi di setiap unit tersebut kecuali biaya penyusutan, gaji, dan obat yang dibayar pasien.
92
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
5. Harga pokok penjualan obat farmasi (apotik) sebesar 75% dari pendapatannya. Sedangkan biaya atas pendapatan lainnya sebesar 10% atas pendapatannya. Harga pokok penjualan obat adalah harga beli obat ditambah biaya lainnya diluar biaya penyusutan dan gaji.
6. Biaya gaji diproyeksikan sebesar 30% dari total biaya min biaya pemeliharaan dan penyusutan.
7. Biaya pemeliharaan untuk tahun pertama sebesar 10% dari total biaya min biaya penyusutan. Untuk tahun kedua dan selanjutnya meningkat 25% dari tahun pertama.
Berdasarkan dasar analisis diatas, proyeksi biaya (kas) selanjutnya dapat dilihat dalam lampiran tabel IV-5.
93
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
2.1 Analisis Aliran Kas (Cash Flow) Prediksi terhadap aliran kas mengacu pada prediksi pendapatan dan biaya operasional rumah sakit. Berikut ini adalah tabel aliran kas masuk dan aliran kas keluar selama 10 tahun. Secara lebih rinci dapat dilihat pada lampiran tabel IV-6.
Tabel 31. Aliran Kas Bersih No Tahun Net Cash flow (699,523,593) (224,224,622) 264,906,568 1,269,944,974 2,239,860,776 3,688,125,567 5,898,043,660 8,586,603,695 12,393,026,526 14,693,099,147
1 Proceed tahun I 2 Proceed tahun II 3 Proceed tahun III 4 Proceed tahun IV 5 Proceed tahun V 6 Proceed tahun VI 7 Proceed tahun VII Proceed tahun 8 VIII 9 Proceed tahun IX 10 Proceed tahun X
94
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
2.2 Rekomendasi Kelayakan Investasi Berdasarkan proyeksi selisih antara aliran kas masuk dan aliran kas keluar, kemudian dapat dilakukan penilaian mengenai kelayakan investasi pendirian Rumahsakit baru di Jember.
A1 (1+r)t
dimana; r = tingkat kembalian yang disyaratkan, misalnya bunga deposito bersih (setelah dikurangi pajak) t = jumlah tahun Ao = investasi awal A1 = penerimaan kas bersih
tingkat suku
Suatu investasi biasanya diakatakan layak secara ekonomis apabila Net Present Value (NPV) > 0. Apabila NPV< 0 investasi tersebut tidak layak secara ekonomis.
Selanjutnya untuk mengetahui berapa lama pengembalian uang yang diinvestasikan biasanya digunakan indicator Payback period. Karena payback period suatu investasi menunjukkan jangka waktu yang diperlukan untuk pengembalian investasi awal. Rumus payback period adalah sebagai berikut:
PP = InvestasiAwal KasMasukBersih
95
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Berdasarkan analisis sebelumnya maka perhitungan NPV, Payback Period dapat dilihat pada tabel berikut.
1 Proceed tahun I 2 Proceed tahun II 3 Proceed tahun III 4 Proceed tahun IV 5 Proceed tahun V 6 Proceed tahun VI 7 Proceed tahun VII 8 Proceed tahun VIII 9 Proceed tahun IX 10 Proceed tahun X 11 Proceed tahun XI 12 Proceed tahun XII 13 Proceed tahun XIII 14 Proceed tahun XIV 15 Proceed tahun XV 16 Proceed tahun XVI 17 Proceed tahun XVII 18 Proceed tahun XVIII 19 Proceed tahun XIX 20 Proceed tahun XX
37,065,900,000 9,746,167,687
96
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Berdasarkan hasil analisis, dengan diskon factor 15% dan berbagai asumsi yang telah disebutkan sebelumnya maka rencana pendirian Rumahsakit baru di kota Pekalongan ini layak secara ekonomis untuk dilakukan. Payback period dengan memperhitungkan nilai waktu uang terjadi pada tahun ke 16 dan 2 bulan. Secara lebih rinci dapat dilihat pada lampiran tabel IV-6.
menggunakan berbagai asumsi proyeksi pendapatan dan proyeksi biaya seperti yang dijelaskan sebelumnya. Asumsi tambahan adalah 7,5% dari proyeksi pendapatan tidak tertagih (dalam bentuk piutang).
Dengan asumsi tersebut, secara ekonomis investasi ini layak karena NPV masih prositif dengan nilai Rp. 1.835.974.148,-. Tingkat pengembalian modal investasi (payback period) terjadi pada tahun ke 19 dan 1 bulan. Secara lebih rinci dapat dilihat pada lampiran tabel IV-7, IV-8, dan IV-9.
97
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
Berdasarkan fakta hasil Studi Kelayakan Peningkatan Pelayanan Sarana dan Prasarana Kesehatan/Rumahsakit Kota Pekalongan maka direkomendasikan sebagai berikut : a. Layak didirikan Rumahsakit Umum yang setara tipe C yaitu Rumahsakit yang menyediakan layanan rujukan terutama untuk 4 besar layanan (bedah, kebidanan dan kandungan, anak dan penyakit dalam) secara full time, namun juga melayani spesialisasi kecil (THT, Mata, Syaraf) secara part time (on call)
b.
Rumahsakit tersebut sebaiknya mempunyai pelayanan unggulan untuk rawat inap (VIP) dan IGD khususnya Trauma Center. Hal ini mengingat beberapa alasan sebagai berikut : Berbagai Rumahsakit yang ada tidak mempunyai fasilitas pelayanan gawat darurat yang sesuai dengan kebutuhan standar. Tingginya kasus korban kecelakaan di Kota Pekalongan yang berada di jalur pantai utara yang padat. Berdasarkan UU NO. 34/1964 jumlah korban kecelekaan lalu lintas pada tahun 2002 mencapai 1.678 dengan jumlah klaim sebanyak Rp. 9.482.708.950. Tingkat Utilisasi kamar VIP di Rumahsakit yang ada saat ini cukup tinggi.
98
STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN / RUMAHSAKIT KOTA PEKALONGAN LAPORAN AKHIR
c.
Jumlah tempat tidur di Rumahsakit yang akan dibangun berjumlah 100TT ditambah 10 TT untuk ICU/ICCU, yang dapat dirinci sbb : 20 TT, kamar VIP, 20 TT, kamar kelas I, 20 TT, kamar kelas II, 30 TT, kamar kelas III dan, 10 TT, kamar ICU/ICCU.
d.
Lokasi pendirian Rumahsakit memliki luas minimal 1 hektar dengan beberapa pertimbangan tempat seperti yang telah disebutkan.
e.
Untuk mengantisipasi persaingan yang semakin ketat, bukan hanya fasilitas medis yang perlu diperhatikan tetapi juga fasilitas pendukung seperti sistem informasi yang terintegrasi. Sebagai bagian dari pemerintahan kota
Pekalongan, Rumahsakit kota Pekalongan nantinya harus menjadi unit strategis yang mampu memberikan laporan up to date mengenai diagnosa dan terapi pasien di rawat jalan, status kamar di rawat inap, sisa stok bahan medis di gudang farmasi hingga nilai transaksi dan lain-lain.
f.
Kebutuhan SDM dan struktur organisasi sebaiknya mengacu pada standar Rumahsakit tipe C.
g.
Pembangunan Rumahsakit bisa dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan dan kondisi pasar.
99