PENDAHULUAN
Epistemologi dapat diartikan sebagai salah satu cabang filsafat yang mengkaji
tentang sumber, susunan, metode-metode dan validitas pengetahuan.[1]
Epistemologi sebagai cabang filsafat ini merupakan suatu upaya rasional untuk
menimbang dan menemukan nilai kognitif pengalaman manusia dalam
interaksinya dengan diri, lingkungan sosial dan alam sekitarnya. Sedang struktur
keilmuan merupakan suatu disiplin ilmu yang bersifat evaluatif, normatif dan
kritis. Evaluasi yang dimaksud, adalah sesuatu yang bersifat menilai terhadap
suatu keyakinan, sikap, pernyataan pendapat dan teori pengetahuan yang
dibenarkan atau memiliki dasar yang dapat dipertanggungjawabkan secara nalar.
Normatif berarti menentukan norma atau tolak ukur kenalaran bagi kebenaran
pengetahuan. Sedangkan, kritis berarti banyak mempertanyakan dan menguji
kenalaran baik cara ataupun hasil kegiatan manusia mengetahui.[2]
Dengan demikian, selama ini ranah epistemologi atau struktur keilmuan[8] Islam
pesantren bisa dikatakan belum mendapatkan perhatian khusus dari para ilmuan
muslim. Yang ada hanya sebatas keterkaitan antara struktur keilmuan dengan
kurikulum atau kitab kuning atau hanya sekedar menyebutkan dan
mengungkapkan isinya secara global, tidak sampai pada struktur nalar keilmuan
kitab kuning yang paling fundamental. Dalam konteks ini, penelitian ini dibangun
dengan mengambil sampel pesantren Tebuireng Jombang dan Mu’allimin
Muhammadiyah Yogyakarta.
*****
Atas pemikiran di atas, masalah penelitian ini difokuskan pada tiga masalah.
Pertama, bagaimana dasar-dasar filosofis-teologis penyeleksian kitab-kitab
diajarkan pada kedua pesantren itu? Kedua, bagaimana pemetaan struktur
keilmuan dalam nalar bayâni, ‘irfâni dan burhâni pada kedua pesantren tersebut?
Ketiga, bagaimana hubungan metodologis antara nalar materi dan metode
pengajaran pada kedua pesantren tersebut? Untuk itu, penelitian ini
menggunakan kerangka teoretik strukturalisme, yang dalam hal ini pemetaan
nalar keilmuan bayâni, ‘irfâni dan burhâni yang telah digagas oleh al-Jabiri
dianggap representatif untuk membongkar struktur keilmuan yang ada di
pesantren. Penelitian ini ditujukan untuk mencari hubungan antara materi dan
corak nalar dan metode pengajaran pada kedua pesantren tersebut.
Pada pesantren Tebuireng kitab yang diajarkan meliputi sebelas bidang kajian:
al-Qur’an, tafsir, hadits, ilmu hadits, bahasa Arab, tauhid/aqidah, akhlak, tasawuf
dan mantiq. Kitab-kitab kuning yang digunakan berdasarkan pola tingkatan.
Pada tingkat dasar kitab yang digunakan masih bersifat elementer dan relatif
mudah dipahami. Misalnya, ‘Aqîdah al-‘Awwâm (tauhid), Safînah al-Najâh (fiqh),
Washâya al-Abnâ’ (akhlak) dan Hidâyah al-Shahibyân (tajwid). Pada tingkat
menengah kitab yang digunakan, yaitu: Matan Taqrîb, Fath al-Qarîb dan Minhâj
al-Qawîm (fiqh), Jawâhir al-Kalâmiyyah dan al-Dîn al-Islâmî (tauhid), Ta’lîm al-
Muta’allim (akhlak), ‘Imrithi dan Nahwu al-Wâdhih (nahwu), al-Amtsilah al-
Tashrîfiyyah, Matan al-Binâ’ dan Kaelani (sharaf) serta Tuhfah al-Athfâl, Hidâyah
al-Mustafid, Musyid al-Wildân dan Syifâ al-Rahmân (tajwid).
Pada tingkat atas kitab yang digunakan, yaitu: Jalâlayn (tafsir), Mukhtâr al-
Hadîts, al-Arba’în Nawâwi, Bulûgh al-Marâm dan Jawâhir al-Bukhâri (hadits),
Minhâj al-Mughîts (musthalah hadits), Tuhfah al-Murîd, Husûn al-Hamîdiyyah,
‘Aqîdah Islâmiyyah dan Kifâyah al-‘Awwâm (tauhid), Kifâyah al-Akhyâr dan Fath
al-Mu’în (fiqh), Waraqat al-Sulâm (ushul fiqh), Alfiyyah Ibnu Mâlik, Mutammimah,
‘Imrithi, Syabrawi dan al-‘Ilal (nahwu dan sharaf) serta Minhâj al-‘Âbidîn dan
Irsyâd al-‘Ibâd (tasawuf/akhlak). Yang paling menarik, pada pesantren ini kitab al-
Munawwarah digunakan sebagai pelajaran mantîq (logika formal), yang berisi
logika Aristoteles dan lainya.[11]
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kajian keilmuan Islam, kitab kuning
khususnya, di Pesantren Tebuireng lebih luas cakupannya daripada di Mu’allimin
Muhammadiyah. Adalah suatu ironi, adanya pelajaran mantîq pada Pesantren
Tebuireng, akan tetapi pada Mu’allimin Muhammadiyah pelajaran mantîq tidak
diajarkan, padahal Muhammadiyah terkenal dengan rasionalitasnya, yang nota
bene KH. Ahmad Dahlan adalah seorang penggemar mantîq. Diakui juga bahwa
semenjak berdirinya hingga saat ini, pesantren Tebuireng senantiasa
menggunakan kitab kuning sebagai materi pelajaran dalam kurikulum.
Pertimbangan Teologis-Epistemologis: Penyeleksian Kitab
Hubungan Metodologis
Nalar Materi dan Metode Pengajaran
PENUTUP
Kaitan antara nalar materi dengan nalar metode pengajaran, dapat dipahami
bahwa materi Islam pada Mu’allimin Muhammadiyah berada dalam dominasi
nalar bayâni yang diajarkan secara metodologis menggunakan nalar bayâni pula.
Karena, metode ceramah masih mendominasi dalam proses belajar
mengajarnya, kecuali materi bahasa Arab yang bercorak bayâni namun diajarkan
secara ‘irfâni. Belakangan ini dikembangkan ke arah nalar metode burhâni. Hal
ini berbeda dengan yang terjadi pada pesantren Tebuireng. Pada pesantren
Tebuireng struktur keilmuannya adalah bayâni, ‘irfâni dan burhâni diajarkan
dengan metode bernalar bayâni, atau dengan pemulaan burhâni tapi pada
ujungnya bermuara pada bayâni lagi.
Dengan demikian, ada sebuah refleksi yang perlu diperhatikan dalam penelitian.
Karena, wilayah penelitian itu masih sangat terbatas, yaitu pada struktur
keilmuan pesantren dengan hasilnya sebagaimana yang telah disebutkan di
atas. Tentunya, ini bisa dijadikan prediksi untuk menatap masa depan keilmuan
Islam di Indonesia dan dunia pesantren khususnya. Apakah kita umat Islam, NU
dan Muhammadiyah khususnya, masih menginginkan model epistemologis
pendidikan seperti yang ada ini, atau ingin mengadakan perubahan yang lebih
dinamis-futuristis-rasional?
Kalau jawaban dari pertanyaan reflektif ini menjadi harapan kita, maka perlu
diadakan penelitian-penelitian lanjutan untuk mencari model epistemologi
pendidikan Islam lainnya, dengan sampel yang lain. Atau, kita mencari sampel di
luar wilayah Indonesia yang memungkinkan untuk ditemukan struktur keilmuan
Islam yang lebih rasional-futuristik seiring dengan derasnya arus Iptek yang
berbasis pada nalar rasional.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’ân al-Karîm
Ashraf, Ali, Horison Baru Pendidikan Islam, terj. Sori Siregar, Pustaka Firdaus,
Jakarta, 1989.
_________, Jaringan Ulama Timur Timur dan Kepulauan Nusantara Abad XVII
dan XVII: Melacak Akar-akar Pembaharuan Pemikiran Islam di Indonesia, Mizan,
Bandung, 1994.
Banardib, Imam, Filsafat Pendidikan Islam: Sistem dan Metode, Andi Offset,
Yogyakarta, 1994.
Bruinessen, Martin van, NU: Tradisi, Relasi-relasi Kuasa dan Pencarian Wacana
Baru, LKiS, Yogyakarta, 1994.
Burr, John R., and Guldinger Milton, Philosophy and Contemporey Issues, Upper
Saddle River, New Jersey, 1995.
Butler, J.D., Four Philosophies and Their Practice in Education dan Religion,
Harper and Brothers, New York, 1951.
Dahlan, Dikdik L. Dkk., Pondok Pesantren Darul Arqam: Potret Sekolah Kader
Ulama Muhammadiyah, PB IKADAM, Bandung, 1996.
Daradjat, Zakiyah dkk., Ilmu Pendidikan Islam, Ditjen Binbaga Islam, Depag RI
dan Bumi Aksara, Jakarta, 1991.
Dar, Bahir Ahmad, Etika Qur’an, terj. Yusuf Sobirin, Pustaka Litera antar Nusa,
Jakarta, 1993.
Departemen Agama RI, Pesantren: Profil Kyai, Pesantren dan Madrasah, Badan
Litbang Agma, Jakarta, 1981.
Haniefah, Abu, Upaya Mencari Cara yang Tepat: Bagaimana Menghadapi Santri
di Darul Arqam, PP. Darul Arqam Muhammadiyah Daerah Garut, Garut, 1987.
Jalal, Abdul Fattah, Azas-azas Pendidikan Islam, terj. Herry Noer Ali, Diponegoro,
Bandung, 1988.
Karim, M. Rusli, Dinamika Islam di Indonesia: Suatu Tinjauan Sosial dan Politik,
Hanindita, Yogyakarta, 1985.
Kneller, George F., Movements of Thought in Modern Education, John Wiley &
Sons Inc., New York, 1984.
Mulkan, Abdul Munir, Warisan Intelektual KH. Ahmad Dahlan dan Amal
Muhammadiyah, Percetakan Persatuan, Yogyakarta, 1990.
Munir, Abdul dan Ahmad Arwani Bauis, Pokok-pokok Ajaran NU dan Masa Depan
Umat, Ramadhani, Solo, 1989.
Nasr, Sayyed Hossein, Islamic Studies: Essays on Law and Society: The
Sciences and Philosophy and Sufism, Librairie Du Liban, Beirut, 1967.
__________, Science and Civilization in Islam, New American Library, New York,
1970.
Nasution, Harun, Akal dan Wahyu dalam Islam, Penerbit UI, Jakarta, 1982.
Price, Kingsly, Education and Philosophical Thought, Allyn and Bacon Inc.,
Boston, 1962.
Prasodjo, Sudjoko dkk., Profil Pesantren: Laporan Hasil Penelitian Pesantren Al-
Falak dan Delapan Pesantren Lain di Bogor, LP3ES, Jakarta, 1982.
Salam, Solichin, KH. Hasyim Asy’ari: Ulama Besar Indoensia, Djaja Murni,
Jakarta, 1963.
Smith, Samuel, Ideas of the Great Educators, Barnes and Noble Books, New
York, 1979.
Suriasmantri, Jujun S., Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta, 1994.
Team PDP, Tebuireng dari Masa ke Masa, PP. Tebuireng, Jombang, t.t.
Weber, Christian O., Basic Philosophies of Education, Holt Rinehart and Winston,
New York, 1970.
Yusuf, Slamet Efendi, Mohammad Ichwan Syam dan Masdar Farid Mas’ud,
Dinamika Kaum Santri: Menelusuri Jejak dan Pergolakan Internal NU, Rajawali,
Jakarta, 1983.
Zaid, Nars Hamid Abu, Naqd al-Khitâb al-Dîn, Sina li al-Nasyr, Kairo, 1994.
Majalah:
-----------------------------------------------------------------------
Endnotes:
[3] Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium
Baru, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 114.
[5] Imam Banardib, Filsafat Pendidikan Islam: Sistem dan Metode, (Yogyakarta:
Andi Offset, 1994), hlm. 21.
[7] Pengertian kitab kuning seperti ini sengaja penulis melakukan mengingat
realitas di pesantren, bahwa kitab-kitab yang diajarakan di pesantren itu meliputi
karya-karya pemikir muslim Indonesia, seperti karya Syekh Nawawi Banten.
[8] Dalam penelitian ini pengertian epistemologi tersebut dijadikan pijakan dasar.
Karena itu, peneliti mengasumsikan epistemologi sebagai struktur keilmuan.
[10] Team BPS Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, 1992, hlm. 17.
[17] Misalnya, pendapat Imam Syafi’i dikutip dengan disertai landasan al-Hadits,
dalam Muqarraru al-Fiqh, Jilid IV, Kelas IV, hlm. 23.
[21] Martin van Bruissen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat: Tradisi-tradisi
Islam di Indonesia, (Bandung: Mizan, 1995), hlm. 30.
[23] Benedict Anderson, “Bahasa Politik Indoensia,” dalam Yudi Latif (ed.),
Bahasa dan Kekuasaan, (Bandung: Mizan, 1996), hlm. 128.
[26] Wawancara dengan salah satu Pengurus Forum Diskusi Salaf, tanggal 3
Oktober 2002.
[27] Wawancara dengan Ta’mir Masjid, Ustadz Pengajar Bahasa Arab, Tanggal
24 November 2002.