Abstract
In addition to clerics and values, yellow books are essential elements of an Islamic boarding
school. Yellow Books are Islamic boarding school instructional materials that have been used for a
long time. One area of yellow book that has been long taught is jurisprudence (fiqh) field. Teaching
of fiqh books starts from the low level books, such as Safinahan-Najah to the high level books, such
as Al-Muhadzdzab. Teaching methods used were Bandongan and Sorogan methods. In line with
diversified development of forms and types of education in Islamic boarding schools, such as formal
education (madrassas and schools) and vocational education, it is expected that teaching of yellow
books, including books of fiqh, was changing, either books taught, teaching methods used, number of
meetings in teaching, and teaching level. Through a survey of 951 schools in 15 provinces of 72 books
of fiqh chosen by the researchers, there were 5 books of 72 books of fiqh included in a group of the most
widely taught books of fiqh, namely: Taqrib, Safinah an-Najah, Fath al-Mu’in, Fath al-Qarib, and
Sullam at-Taufiq. Besides Fath al-Mu’in, these books are elementary books of fiqh.
Abstrak
Selain Kyai dan tata nilai, kitab kuning merupakan unsur pokok dari sebuah pondok pesan-
tren. Kitab kuning adalah bahan ajar pesantren yang sudah lama digunakan. Salah satu bidang kitab
kuning yang sudah lama diajarkan adalah bidang fiqih. Pengajaran kitab-kitab fiqih dimulai dari
kitab tingkat rendah seperti kitab Safinah an-Najah sampai kitab tinggi seperti kitab al-Muhadzdzab.
Metode pengajarannya menggunakan metode bandongan dan sorogan. Seiring dengan munculnya
diversifikasi pengembangan bentuk dan jenis-jenis Pendidikan di pesantren seperti Pendidikan formal
(madrasah dan sekolah) dan Pendidikan keterampilan, diduga pengajaran kitab kuning, termasuk
kitab-kitab fiqih, mengalami perubahan pengajaran kitab, baik kitab-kitab yang diajarkan, metode
pengajaran yang digunakan, jumlah pertemuan dalam pengajaran, dan tingkat pengajaran. Melalui
survei pada 951 pesantren di 15 propinsi terhadap 72 kitab fiqih hasil pilihan peneliti, terdapat 5 kitab
dari 72 kitab fiqih yang termasuk kelompok kitab fiqih yang banyak diajarkan, yaitu: Taqrib, Safinah
an-Najah, Fath al-Mu’in, Fath al-Qarib, dan Sullam at-Taufiq. Kecuali, Fath al-Mu’in, kitab-kitab
tersebut merupakan kitab-kitab fiqih elementer.
Kata kunci: Pengajaran Kitab Kuning, Kitab-Kitab Fiqih, Pesantren
Naskah diterima 10 Januari 2012. Revisi pertama, 2 Februari 2012, revisi kedua 27 Februari 2012,
revisi ketiga 2 April 2012
1 Imam Nakhai, Peranan Kitab-Kitab Fiqih da- 2 Lihat Affandi Mochtar, “Tradisi Kitab Kuning:
lam Menciptakan Budaya Damai dalam Konteks Negara Sebuah Observasi Umum”, dalam Marzuki Wahid,
Bangsa: Telaah terhadap Budaya Damai dalam Kitab-kitab dkk (penyunting), Pesantren Masa Depan: Wacana
Kuning Otoritatif di Dunia Pesantren, tidak diterbitkan, Pemberdayaan dan Transformasi Pesantren, 1999,
2011. Bandung: Pustaka Hidayah, hal. 224
belas propinsi tersebut dipilih karena me- Data yang terkumpul dilakukan va-
miliki jumlah pesantren yang banyak. lidasi dan coding serta dilakukan proses
Untuk memenuhi Margin Error +/- 3,1% entry. Selanjutnya, data ditabulasi dan
ditetapkan besaran sampel survei sekitar disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
996 pesantren. Kerangka sampel menggu- Data yang telah terkategorisasi selanjutnya
nakan nama-nama pondok pesantren yang dianalisa dengan statistik deskrptif untuk
terdaftar pada EMIS tahun 2008-2009. mendapatkan hasil temuan yang diajukan
sebelumnya. Berdasarkan masukan data
Sebelum penarikan pesantren secara
dari hasil entry, tabulasi, uji statistik, selan-
random, ditetapkan terlebih dahulu
jutnya paparan temuan disampaikan secara
kategori pesantren salafiyah, pesan-
deskriptif.
tren kombinasi dan pesantren ashriyah
untuk masing-masing propinsi. Langkah
selanjutnya adalah pada masing-masing KERANGKA KONSEP
propinsi dipilih kabupaten-kabupaten
yang mewakili kabupaten yang memili- Kitab-Kitab Fiqih
ki kategori pesantren salafiyah terbanyak,
sedang, dan rendah; kabupaten-kabupaten Pendefinisian istilah kitab kuning
yang mewakili kabupaten yang memili- beragam. Pendefinisian kitab kuning itu
ki kategori pesantren ashriyah terbanyak, ada yang dibatasi dengan tahun karangan,
sedang dan rendah; juga kabupaten- mazhab teologi, istilah mu’tabarah, dan
kabupaten yang mewakili kabupaten yang sebagainya. Selain istilah kitab kuning,
memiliki kategori pesantren kombinasi untuk menyebut jenis kitab yang sama
terbanyak, sedang dan rendah. beredar istilah ‘kitab klasik’(al-kutub al-
qadimah), ‘kitab gundul’, dan ‘kitab kuno’.
Setelah itu mendaftar pesantren di
Pengertian yang umum beredar di kalangan
masing-masing kabupaten terpilih. Ke-
pemerhati masalah pesantren adalah bah-
mudian secara random dipilih pesantren-
wa kitab kuning selalu dipandang sebagai
pesantren di masing-masing kabupaten
kitab-kitab keagamaan berbahasa Arab,
terpilih sesuai dengan jumlah sampel yang
atau berhuruf Arab, sebagai produk pe-
telah ditentukan berdasarkan proporsi po-
mikiran ulama-ulama masa lampau (as-
pulasi masing-masing kabupaten yang
salaf ) yang ditulis dengan format khas pra-
mewakili. Berdasarkan jumlah sampel 996
modern, sebelum abad ke-17-an M. Dalam
pesantren, sebanyak 951 sampel akhir pe-
Rumusan yang lebih rinci, definisi kitab
santren yang berasal dari 89 kabupaten dan
kuning adalah kitab-kitab yang: a) ditulis
kota. 951 pesantren itu terdiri dari 530 pe-
oleh ulama-ulama ‘asing’ tetapi secara
santren salafiyah, 300 pesantren kombinasi,
turun-temurun menjadi rujukan yang
dan 121 pesantren ‘ashriyah.
dipedomani oleh para ulama Indonesia, b)
Sumber data survei ini adalah pimpin- ditulis oleh ulama Indonesia sebagai karya
an dan santri pesantren. Untuk mengambil tulis yang ‘independen’, dan c) ditulis oleh
sumber data atau responden survei dilaku- ulama Indonesia sebagai komentar atau
kan metode berikut. Dari 951 pesantren yang terjemahan atas kitab karya ulama ‘asing’4.
terjaring, didapat 951 pimpinan dan 2146 Menurut Azyumardi Azra, kitab kuning
santri sebagai sumber data (responden). adalah kitab-kitab keagamaan berbahasa
Untuk kyai ditanyakan tentang kitab-kitab Arab, Melayu atau Jawa atau bahasa-bahasa
fiqih apa yang banyak diajarkan dan tingkat
4 Affandi Mochtar, “Tradisi Kitab Kuning:
pengajaran kitab-kitab fiqih. Sementara
Sebuah Observasi Umum”, dalam Marzuki Wahid,
untuk santri ditanyakan tentang metode dkk (penyunting), Pesantren Masa Depan: Wacana
dan jumlah pertemuan pengajaran kitab- Pemberdayaan dan Transformasi Pesantren, 1999,
kitab fiqih. Bandung: Pustaka Hidayah, hal. 222
lokal lain di Indonesia dengan mengguna- Al-Wahab sebuah syarah karya Zakariya
kan aksara Arab, yang selain ditulis oleh Anshari atas karangan sendiri Manhaj Al-
ulama di Timur Tengah, juga ditulis oleh Tullab. Mir’at Al-Tullab karya Abdurrauf
ulama Indonesia sendiri.5 Al-Singkili merupakan terjemahan Fath Al-
Wahhab dalam bahasa Melayu.
Studi Van den Berg (1886) merupakan
survei paling terperinci mengenai kitab- Dari Taqrib lahir syarah-syarahnya
kitab yang umum dipelajari di pesantren seperti Fath Al-Qarib (Ibn Qasim), Kifayatul
Jawa. Van den Berg menyebutkan lima Al-Akhyar (Dimasyqi), dan Iqna’ (Khatib
puluh judul kitab. Selanjutnya Bruinessen Syarbini). Dari Qurrah Al-ain disyarahi oleh
mencantumkan ada sekitar 900 buku Malibari sendiri menjadi Fath Al-Mu’in.
(kitab) yang digunakan di pesantren (buku Dan Nawawi Banten menulis syarah Qurrah
teks) dan kemungkinan buku-buku terse- Al-‘Ain yakni Nihayah Al-Zain. Hasyiyah
but masih dicetak dan digunakan sampai atas Fath Al-Mu’in adalah I’anah al-Thalibin
saat ini. Menurut Bruinessen, bidang fiqih karya Sayid Bakri bin Muhammad Syatha
merupakan satu disiplin ilmu yang paling Al-Dimyati dan Tarsyih Al-Mustafidin karya
banyak diajarkan di pesantren. Karena itu Alwi Al-Saqqaf.6
dari sekitar 900 judul kitab kuning yang
Garis lain kitab-kitab fiqih yaitu kitab
beredar di pesantren, 20% (sekitar 180
al-Muqaddimat al-Hadhramiyyah karya
kitab) yang bersubstansikan fiqih.
Abdullah bin Abdul Karim Bafadhal. Dari
Menurut Bruinessen, karya-karya garis ini lahir tiga kitab kuning baru, yaitu:
fikih yang paling populer adalah Taqrib Minhaj al-Qawwim, yang pada abad ke-18
dan syarahnya Fath Al-Qarib. Hampir tidak melahirkan kitab Hawashi al-Madaniyah. Dua
ada pesantren yang tidak menggunakan kitab komentar lagi atas kitab al-Muqadimah
paling tidak salah satu dari kedua kitab adalah, pertama, sebuah kitab komentar
ini. Lebih lanjut Bruinessen mengatakan yang ditulis dalam bahasa Arab oleh
ada beberapa “keluarga” kitab fikih Syafii ulama Indonesia, Mahfudz bin Abdullah
dan hubungan antara anggota keluarga at-Tarmisi (w.1338 H/1919 M), dan kedua,
ini, yaitu Muharrar karangan Rafi’i (w.625 kitab Busyr al-Karim bi Syarah Masail at-
H/1226 M), Taqrib (atau Mukhtashar) oleh Ta’lim ‘ala Muqadimah al-Hadramiyah (karya
Abu Syuja’ Al-Isfahani (w.593 H/1197 M)), Sa’id bin M. Bahsin). Selain kitab-kitab
dan Qurrah Al-‘Ain karangan Malibari fiqih yang mempunyai hubungan dengan
(w.kira-kira 975 H/1567 M). Muharrarnya empat garis asal-muasal di atas, masih
Imam Rafi’i pertama-tama disingkat oleh banyak kitab-kitab fiqih yang terkenal di
Abu Zakariya Yahya bin Syaraf Al-Nawawi lingkungan pesantren. Untuk menyebut
menjadi Minhaj At-Thalibin. Karya ini telah beberapa contoh, diantaranya adalah kitab
melahirkan banyak syarah, diantaranya Sullam at-Taufiq (Abdullah bin Husayn bin
lima yang paling penting yaitu: Kanz Al- Thahir Ba’alawi, w.1271/1855M), kitab
Raghibin (Muhalli), Manhaj Al-Thullab Safinah an-Najah (Salim bin Abdullah bin
(Zakariya Al-Anshari), Tuhfah Al-Muhtaj Sumayr, tinggal di Jakarta pertengahan
(Ibn Hajar Al-Haitami), Nihayatul Muhtaj abad ke 19 M), kitab Muhadzdzab karangan
(Samsudin Ramli), dan Mughni Al-Muhtaj Ibrahim asy-Syirazi al-Fayruzabadi (w.467
(Sayrbini). Dari kitab Kanz Al-Raghibin lahir H/1083 M), kitab Bughyah al-Mustarsyidin
hasyiyah Qalyubi dan ‘Umaira. Dan Fath (sebuah koleksi fatwa ulama abad ke-
19/20 M, karya Abdurahman bin Husayn
5 Azra, Azyumardi. “Kitab Kuning: Tradisi Ba’alawi), dan kitab ‘Uqud al-Lujayn fi
dan Epistemologi Keilmuan Islam di Indonesia”,
Azyumardi AZra, Pendidikn Islam: Tradisi dan 6 Bruinessen, Martin Van.. Kitab Kuning, Pesan-
Modernisasi Menuju Milenium Baru”, 2002, Jakarta, tren dan Tarekat: Tradisi-Tradisi Islam di Indonesia, 1999,
Logos, hal 111 Bandung, Mizan, hal. 131-132.
Huquq az-Zawjayn karya Syaikh Nawawi litian berasal dari (a) studi Martin Van
al-Bantani. Bruinessen, (b) Appendix C Daftar Kitab-
kitab dalam Sudjoko Prasodjo, dkk, (c)
Penelitian Mastuhu tahun 1994 sekitar
Lampiran 2: Daftar Kitab yang Dikaji da-
kitab yang digunakan pada 6 pesantren
lam Pesantren dalam Mastuhu, (d) Studi
terkemuka di Jawa (Guluk-guluk, Sukorejo,
Puslitbang Lektur Keagamaan tahun 2006,
Blok Agung, Tebuireng, Paciran dan Gontor)
(e) Kitab-kitab standar Ma’had Aly, Kitab
terdapat sekitar 7 bidang kajian agama
Standar Pokok Jurusan Fiqh dan Ushul
Islam (tauhid, tafsir, hadis, fikih, usul fikih,
Fiqh Ma’had Aly, dan Kutub Al-Maraji’ Al-
tasawuf, nahu/ saraf/balagah, mantik dan
Muqarrarah Ma’had Aly, (f ) Acuan kitab-
ahlak) dan menggunakan 112 macam kitab.
kitab dan/atau yang sederajat sesuai Surat
Kitab-kitab fiqih yang dikaji pada 6 pesan-
edaran Direktorat Jenderal Kelembagaan
tren itu yaitu: pertama, pesantren Guluk-
Agama Islam, Nomor: Dj.II.II/V/PP.007/
guluk; Minhaj Al-‘Abidin, Fath Al-Wahhab,
AZ/28/04 tanggal 9 Januari 2004, pada
Fath Al-Mu’in, Fath Al-Qarib, Sullam At-
tahun 2008 Direktorat Jenderal Pendidikan
Taufiq, Fath Al-Jawad, dan Minhaj Al-Qawim.
Islam Departemen Agama RI menetapkan
Kedua, pesantren Sukorejo; Safinat An-
kebijakan terhadap lulusan pondok pe-
Najah, Sullam At-Taufiq, Fath Al-Qarib, Fath
santren dan Pendidikan diniyah yang
Al-Mu’in, Fath Al-Wahhab, Minhaj Al-Abidin,
meliputi pengakuan kesetaraan lulusan
Minhaj Al-Qawim, Kifayat Al-Akhyar, dan Al-
dan legalisasi ijazah/syahadah pondok
Iqna fi Al-Fadli Abi Syuja’. Ketiga, pesantren
pesantren dan Pendidikan diniyah. Kitab-
Blok Agung; Al-Iqna fi Al-Fadli Abi Syuja’,
kitab fiqih yang dijadikan sasaran sebagai
Fath Al-Wahhab, Kasyifat As-Saja, Fath Al-
pilihan peneliti sebanyak 72 kitab.
Mu’in, Sullam As-Safinah, Kifayat Al-Akhyar,
Fath Al-Qarib, Bahjat Al-Wasail, Bugyat Al-
Mustarsyidin, Minhaj Al-Qawim, Sullam At- Pengajaran Kitab-Kitab Fiqih
Taufiq, Al-Asybah wannadhoir, dan Sullam
Al-Munajat. Keempat, pesantren Tebuireng; Pengajaran kitab kuning adalah proses
Mabadi’ Al-Fiqh, Taqrib, Fathul Mu’in, Fath belajar mengajar yang menggunakan kitab
Al-Wahhab, Al-Muhadzdzab, Al-Asybah kuning sebagai sumber belajarnya. Dalam
wannadhoir, Mizan Al-Kubra, dan Minhaj Al- kegiatan belajar mengajar kitab kuning
‘Abidin. Kelima, pesantren Paciran; Bidayat melibatkan beberapa komponen, yakni
Al-Mujtahid. Keenam, pesantren Gontor; santri yang belajar, kyai atau ustadz yang
Pengantar Fiqih, Al-Fiqh Al-Wadih 1,2,3, dan mengajar, isi pelajaran, metode, sistem
Bidayat Al-Mujtahid.7 pengajaran, bahasa pengantar, dan evaluasi.
Dalam penelitian ini kitab-kitab fiqih Hampir setiap pesantren mengajarkan
adalah kitab-kitab keagamaan berbahasa kombinasi kitab yang berbeda-beda, dan
Arab, Melayu atau Jawa atau bahasa-bahasa banyak kyai terkenal sebagai spesialis
lokal lain di Indonesia dengan mengguna- kitab tertentu. Pesantren berbeda dengan
kan aksara Arab, yang selain ditulis oleh madrasah dalam hal, disamping beberapa
ulama di Timur Tengah, juga ditulis oleh hal lainnya, tidak adanya keseragaman
ulama Indonesia sendiri yang berisikan dalam kurikulum.8 Banyak kyai yang
keilmuan fiqih. mengkhususkan diri menekuni salah satu
Daftar nama-nama kitab-kitab fi- cabang ilmu, atau bahkan salah satu kitab
qih yang dijadikan bahan dasar pene- tertentu. Karena alasan ini pula, banyak
para santri yang berpindah dari satu pe- berulang-ulang dan bertahun-tahun selama
santren ke pesantren lainnya untuk belajar mengikuti Pendidikan di pesantren.10
sejumlah kitab tertentu secara menyeluruh.
Selama kurun waktu yang panjang,
Tidak ada satu pun pesantren yang
pesantren telah memperkenalkan dan
memberikan kurikulum yang mewakili
menerapkan beberapa metode: bandongan,
semua.
sorogan, hafalan, dan diskusi.11 Semua
Jenis Pendidikan ‘pesantren’ bersifat metode ini dilakukan dalam sistem halaqah12
non formal hanya mempelajari agama maupun klasikal (madrasah). Metode ban-
yang bersumber pada kitab-kitab klasik dongan adalah cara penyampaian kitab
(kitab kuning) meliputi bidang-bidang kuning di mana seorang guru atau ustadz
studi: Tauhid, Tafsir, Hadits, Fiqih, Ushul membacakan dan menjelaskan isi kitab
Fiqih, Tasawuf, Bahasa Arab (Nahwu, kuning, sementara santri, murid, atau
Sharaf, Balaghah dan Tajwid), Mantiq, siswa mendengarkan, memberi makna,
dan Akhlaq. Kurikulum dalam jenis Pen- dan menerima. Dalam metode ini, guru
didikan ‘pesantren’ berdasarkan tingkat berperan aktif, sementara murid bersikap
kemudahan dan kompleksitas ilmu atau pasif. Adapun metode sorogan adalah
masalah yang dibahas dalam kitab, jadi ada murid membaca dan guru mendengarkan
tingkat awal, tingkat menengah dan tindak sambil memberi catatan, komentar, atau
lanjut, misalnya pesantren Blok Agung bimbingan bila diperlukan. Catatan itu
berkeyakinan bahwa sebelum seorang anak bisa berupa syakl atau makna mufrodat
belajar lebih lanjut, minimal mereka harus atau penjelasan. Metode bandongan atau
mempelajari kitab-kitab awal keagamaan sorogan memiliki ciri penekanan yang
fiqih-sufistik.9 sangat kuat pada pemahaman tekstual
atau literal. Metode hafalan adalah bela-
Diantara kitab kuning yang diajarkan
jar sendiri secara individual dengan jalan
secara intensif berasal dari “gen”. “Gen” atau
menghapal. Metode ini telah menjadi ciri
matan (matn) ini kemudian dikembangkan
dan cap yang melekat pada sistem Pen-
menjadi komentar (syarh), catatan pinggir
didikan tradisional, termasuk pesantren.
(hasyiyah), bahkan adakalanya muncul da-
Dalam pengajaran kitab kuning diguna-
lam bentuk ringkasan (mukhtashar) dan
kan metode diskusi (munazharah). Metode
syair (nazham). Kitab kuning dalam pe-
ini adalah penyajian bahan pelajaran de-
santren berjalan dalam siklus yang tetap:
ngan cara murid atau santri membahasnya
mengembang, menyempit, berputar,
bersama-sama melalui tukar pendapat
dan berulang. Beberapa contoh dapat
tentang suatu topik atau masalah tertentu
disebutkan, misalnya, dalam fikih: At-
Taqrib, Fathu al-Qarib karya al-Bajuri,
Qurrah al-‘Ayn, Fath al-Mu’in, I’anatuh ath- 10 Husen Muhammad, “Kontekstualisasi Kitab
Tahalibin atau Nihayah az-Zayn. Contoh da- Kuning: Tradisi Kajian dan Metode”, dalam Marzuki
lam bidang nahwu adalah: Al-Ajurumiyah, Wahid, dkk (penyunting), Pesantren Masa Depan:
Wacana Pengembangan dan Transformasi Pesantren,
al-Asymawi, ad-Dahlan, al-Khalid, al-Kafrawi, 1999, Bandung, Pustaka Hidayah, hal. 270-271
al-Mutammimah, al-‘Imrithi hingga Alfiyah 11 Mastuhu mengistilahkan dengan lalaran.
Ibn Malik dan Ibn ‘Aqil. Sebuah cabang ilmu Metode lalaran adalah belajar sendiri secara
boleh jadi dikupas dan diringkas dalam individual dengan jalan menghapal, biasanya dila-
kukan di mana saja seperti di dekat makam, serambi
puluhan kitab kuning. Semuanya diajarkan Mesjid, serambi kamar dan sebagainya. Lihat
Mastuhu, op.cit., hal. 144
12 Mastuhu dan Affandi Mochtar mengartikan
yang ada dalam kitab kuning. Di beberapa santri tingkat tinggi dan mengenai kitab-
pesantren, mengaji kitab kuning dengan kitab besar dan masyhur.
metode munazharah berjalan cukup baik dan
Hasil penelitian Puslitbang Lektur Ke-
bahkan mampu memacu para santri untuk
agamaan tahun 2004 tentang pergeseran
melakukan telaah (muthala’ah) atas kitab
literatur keagamaan di pesantren salafi-
yang besar-besar. Di masa lalu, mengaji de-
yah di pulau Jawa, menyebutkan adanya
ngan metode munazharah menjadi sebuah
pergeseran-pergeseran dalam penggunaan
tradisi para ulama.13
literatur baik dari sisi materi, bidang
Selain metode-metode di atas, penga- kajian, penyampaian, dengan berbagai
jaran kitab kuning dapat dilakukan melalui penyebabnya. Penelitian Puslitbang Lektur
metode penulisan ilmiah, sekurang-kurang- Keagamaan diteruskan tahun 2005 dengan
nya dengan menulis resume atau ikhtisar judul “Pergeseran Literatur di Pondok
atas topik yang ada dalam kitab kuning, dan Pesantren Salafiyah” sebagai lanjutan
metode evaluasi dalam bentuk penilaian dari kajian yang sama pada tahun sebe-
atas tugas, kewajiban dan pekerjaan. Cara lumnya (2004). Penelitian ini di fokuskan
ini dilakukan setelah kajian kitab kuning pada 9 daerah dengan sampel 21 pesan-
selesai dibacakan atau disampaikan. Di tren dengan pertimbangan bahwa pesan-
masa lalu, cara ini disebut imtihan, yakni tren ini masih dianggap bersifat salafi-
suatu pengujian santri melalui munaqasyah yah untuk daerah-daerahnya dan masih
oleh para guru atau kyai di hadapan forum konsisten menggunakan pola-pola lama
terbuka. Selesai munaqasyah, ditentukanlah dengan literatur klasiknya. Temuan pe-
kelulusan. Kepada santri yang “lulus” da- nelitian itu menyebutkan bahwa nilai-
pat diberikan ijazah lisan maupun diploma nilai salafiyah dalam menggunakan kitab
alimiyyah atau sejenisnya.14 kuning sangat dipegang teguh oleh pe-
santren, penghormatan atas sikap para
Evaluasi keberhasilan pengajaran di
ulama pesantren terdahulu masih tetap
pesantren ditentukan oleh kemampuan
dianut, konsep tikrari, sawabit dan qauli da-
mengajarkan kitab kuning kepada orang
lam penggunaan kitab yang diaji masih
lain. Jika audiennya merasa puas, maka hal
tetap dilakukan. Oleh karenanya secara
itu santri yang bersangkutan telah lulus.
substansi dapat dikatakan tidak ada pe-
Sebagai legalisasi kelulusannya adalah restu
rubahan dalam penggunaan literaturnya
kyai bahwa santri yang bersangkutan boleh
kecuali dalam cara pembelajaranya yaitu
pindah mempelajari kitab lain yang lebih
menambah dengan cara klasikal dan tidak
tinggi tingkatannya dan boleh mengajarkan
meninggalkan cara lama yaitu bandongan,
kitab yang telah dikuasai kepada orang
sorogan, wetonan dan lalaran. Pergeseran
lain.15 Kalaupun dikenal sistem pemberian
dalam penggunaan literatur hanya bersifat
ijazah, kompetensi lulusan santrinya diu-
teknis dan terbatas pada alih bidang kajian,
kur berdasarkan pada sejauhmana seorang
bahasa terjemah, penambahan kitab da-
santri telah menyelesaikan pelajarannya
lam bahsul masail dan penerbitan majalah
dengan baik tentang suatu kitab tertentu
serta kajian kitab khusus atas keinginan
sehingga si santri tersebut dianggap me-
masyarakat. Hal lain dari temuan peneli-
nguasai dan mengajarkannya kepada orang
tian tersebut berkaitan dengan pengaruh
lain. Dan menurut Dhofier, pemberian
kitab kuning terhadap lingkungan pondok
ijazah ini hanya dikeluarkan untuk santri-
pesantren yang memperlihatkan adanya
pengaruh yang nampak terutama dalam
13 Husen Muhammad, op.cit., hal. 280-283 sikap antara santri dan kyai, kebersamaan,
14 Ibid, hal. 283-284
ketentraman, kepatuhan dan kerelaan.
15 Op.cit.,
Hal-hal tersebut kadangkala merupa-
hal. 145
kan kendala bagi lingkungan pesantren tingkat awaliyah (ula), wustha, ‘ulya, dan
yang dianggap sebagai jumud dan agen Ma’had Aly.
kemunduran. Namun demikian tuduhan
Pengajaran kitab-kitab fiqih dalam pe-
tersebut tidak semuanya tepat karena
nelitian ini adalah proses belajar mengajar
banyak para santri yang ada di pesan-
yang menggunakan kitab-kitab fiqih seba-
tren mengikuti perkuliahan di perguruan
gai sumber belajarnya. Proses belajar
tinggi agama atau umum yang berada di
mengajar kitab-kitab fiqih dalam penelitian
wilayahnya.16
ini difokuskan pada: (1) nama kitab-kitab
Bruinessen membuat tingkat kesulitan fiqih (72 kitab) yang banyak diajarkan, (2)
kitab kuning. Untuk itu ia mengguna- metode yang digunakan dalam pengajaran
kan nama-nama tingkatan madrasah, kitab-kitab fiqih, (3) jumlah pertemuan da-
yaitu ibtidaiyah, tsanawiyah, aliyah dan lam pengajaran kitab-kitab fiqih, dan (4)
khawash. Kitab-kitab fiqih yang diajarkan tingkat pengajaran kitab-kitab fiqih.
adalah: pada tingkat tsanawiyah yaitu,
Metode pengajaran kitab kuning ada-
Taqrib, Safinah, Sullam al-Taufiq, Uqud al-
lah metode sorogan, bandongan, lalaran,
Lujain, Mabadi Fiqhiyah, dan Fiqh Wadhih.
dan diskusi. Sedangkan jumlah pertemuan
Pada tingkat Aliyah, yaitu Fath Al-Qarib,
pengajaran kitab-kitab fiqih adalah se-
Minhaj Al-Thalibin, Fathul Wahab, Mahalli,
berapa kali kitab-kitab fiqih tersebut
Tahrir. Kitab Kifayatul Akhyar diajarkan
diajarkan, apakah setiap hari, satu minggu
pada tingkat Tsanawiyah dan Aliyah. Kitab
satu kali, satu minggu dua kali, dan satu
kuning I’anah Thalibin, Bajuri, Iqna, Minhaj
minggu tiga kali. Ada juga kitab-kitab
al-Thullab, Minhajul Qawim, Kasifat al-Saja,
fiqih tertentu diajarkan setiap pasaran. Arti
Syarah Sittin, Muhadzab, dan Bughyat al-
pasaran di sini adalah dalam satu waktu
Mustarsyidin tidak disebutkan tingkat
(misalnya satu bulan) satu kitab fiqih
pengajarannya.17
tertentu ditamatkan. Selanjutnya, istilah
Apa yang digambarkan Bruinessen yang digunakan untuk menyebut tingkat
di atas tentunya bukan berlaku untuk pengajaran kitab-kitab fiqih adalah tingkat
seluruh pesantren di Indonesia. Karena ula, wustha, ulya dan ma’had Aly.
tingkat pengajaran kitab kuning di pesan-
tren berbeda satu pesantren dengan pesan-
Pondok Pesantren
tren yang lain. Istilah tingkat yang diguna-
kan pun berbeda-beda. Ada yang meng-
Pondok Pesantren adalah lem-
gunakan istilah tingkat itu mengadopsi
baga Pendidikan tradisional Islam untuk
sistem madrasah yang sudah ada seperti
mempelajari, memahami, menghayati,
ibtidaiyah, tsanawiyah, aliyah seperti yang
dan mengamalkan ajaran Islam dengan
digunakan Bruinessen dalam studinya.
menekankan pentingnya moral keagama-
Saat ini tingkatan pengajaran pada Pendi-
an sebagai pedoman perilaku sehari-hari.18
dikan diniyah dan pesantren sudah diatur
Dalam perkembangannya, pondok pesan-
dalam PP No 55 Tahun 2007 tentang Pendi-
tren mengalami variasi dilihat dari orientasi
dikan agama dan Pendidikan keagamaan.
dan serta strategi pembelajarannya. Ada
Dalam PP itu disebutkan ada tingkat dasar,
tiga kategori pondok pesantren: pondok
menengah, dan tinggi. Selain itu ada istilah
pesantren salafiyah, pondok pesantren
khalafiyah atau ashriyah, dan pondok pe-
16 Fadhal A.R. Bafadal dan Syatibi (ed.), Per- santren kombinasi.
geseran Literatur di Pondok Pesantren Salafiyah,
2006, Jakarta, Puslitbang Lektur Keagamaan, Keme-
nag RI
17 Bruinessen, op.cit., hal. 115 18 Mastuhu, op.cit., hal 55
Pondok pesantren salafiyah merupa- dari sekitar 900 judul kitab kuning yang
kan jenis pondok pesantren yang hanya beredar di pesantren, 20% (sekitar 180
menyelenggarakan atau mengutamakan kitab) yang bersubstansikan fiqih.
pengajian kitab dan tidak menyelengga-
Dalam survei ini, dari 72 kitab fiqih,
rakan Pendidikan formal, atau pondok
kitab Taqrib menempati urutan teratas de-
pesantren yang berorientasi mengajarkan
ngan frekuensi pengajaran sebesar 661 atau
pengetahuan agama sepenuhnya (tafaquh
(7,2%) dan kitab al-Majmuat ar-Rawiyah
fi addin), dengan metoda sorogan atau
menempati urutan terbawah dengan
bandongan. Pondok pesantren salafiyah
frekuensi pengajaran sebesar 3 atau (0,03%).
sering dikategorikan sebagai pondok pe-
santren tradisional karena menekankan Jika diklasifikasikan ke dalam kelom-
pada pengajaran kitab kuning (karya-karya pok pengajaran kitab fiqih, yaitu: kelom-
besar produk abad keemasan peradaban pok kitab yang sedikit diajarkan (0,0%-
Islam pada abad 9-13 Masehi). Pesantren 2,4%), kelompok kitab yang cukup banyak
khalafiyah/Ashiriyah--yang juga disebut diajarkan (2,5%-4,8%), dan kelompok kitab
pondok pesantren modern--merupakan yang banyak diajarkan (4,9%-8,4%), Tabel
jenis pesantren yang hanya menyelenggara- 1 menunjukkan ada lima kitab fiqih yang
kan Pendidikan formal yang mengajarkan termasuk kelompok kitab yang banyak
pengetahuan umum (yang dianggap dasar diajarkan, yakni: Taqrib, Safinah al-Najah,
dan penting, seperti bahasa Inggeris, Fath al-Muin, Fath al-Qarib, dan Sullam al-
Bahasa Indonesia, dan pengetahuan umum Taufiq.
lainnya) di samping pengetahuan agama.
Di antara pondok pesantren khalafiyah, Tabel 1
banyak pula pondok pesantren yang me- Kelompok Kitab Yang Banyak Diajarkan
nyelenggarakan Pendidikan persekolahan
dengan menggunakan kurikulum Depag Nama Kitab
Banyaknya Kyai
Persentase (%)
Mengajarkan
atau Depdiknas. Sementara, pondok pesan- Taqrib 661 7,21
tren kombinasi merupakan jenis pondok Safinah al-Najah 651 7,10
Fath al-Mu’in 613 6,69
pesantren yang belajar kitab kuning dan Fath al-Qarib 607 6,62
menyelenggarakan Pendidikan formal. Sullam al-Taufiq 501 5,47
Pesantren yang dimaksud dalam pe- Sumber: data survei pengajaran kitab kuning
nelitian ini adalah seluruh pondok pe-
santren yang terdata pada EMIS Kemen-
terian Agama RI yang jumlahnya 24. 206 Menurut Tabel 1, kitab Taqrib dan
pada tahun 2008/2009. Semua pesantren syarahnya Fath al-Qarib yang menurut
ini dikategorikan oleh EMIS kementeri- Bruinessen sebagai kitab fiqih yang
an Agama RI ke dalam pesantren Salafi- dahulu paling populer dan hampir tidak
yah (12.477 pesantren atau 56%), pesantren ada pesantren yang tidak menggunakan
Ashriyah (3.165 pesantren atau 13%), dan kedua kitab tersebut, saat ini masih tetap
pesantren Kombinasi (7.564 pesantren atau diajarkan di pesantren. Selain Taqrib dan
31%). Fath al-Qarib, yang termasuk kelompok
kitab yang banyak diajarkan adalah Safinah
al-Najah, Fath al-Mu’in dan Sullam al-Taufiq.
KITAB-KITAB FIQIH YANG BANYAK Kitab Safinah al-Najah, misalnya, ditulis oleh
DIAJARKAN DI PESANTREN Salim bin ‘Abdullah bin Sumayr di Jakarta,
setelah kedatangannya dari Makkah pada
Menurut Bruinessen, bidang fiqih me- tahun 1850 M. Penulisnya sangat membenci
rupakan satu disiplin ilmu yang paling tarekat yang pada masa itu berkembang di
banyak diajarkan di pesantren. Karena itu
Jakarta dan sekitarnya. Dapat diperkirakan ini, berada di luar kelompok kitab yang
bahwa kehadiran Safinah pun dimaksud- banyak diajarkan. Berikut adalah frekuensi
kan, antara lain, untuk mengembalikan pengajaran masing-masing nama kitab-
umat pada syariat (Moctar, 1999: 244). kitab fiqih itu.
Kitab Muharrarnya Imam Rafii per-
Tabel 2 tama-tama disingkat oleh Abu Zakariya
Kelompok Kitab Yang Cukup Banyak Yahya bin Syaraf Al-Nawawi menjadi
Diajarkan Minhaj At-Thalibin. Frekuensi pengajaran
kitab Minhaj at-Thalibin sebesar 1,59%. Kitab
Nama Kitab
Banyaknya Kyai Persentase Minhaj at-Thalibin ini telah melahirkan
Mengajarkan (%)
Kasyifat al-Saja 363 3,96 banyak syarah, diantaranya lima yang
Kifayat al-Akhyar 358 3,91
I’anah at-Thalibin 310 3,38
paling penting yaitu: Kanz Al-Raghibin
Riyad al-Badi’ah 273 2,98 (Muhalli) yang frekuensi pengajarannya
Sulam al-Munajat 272 2,97
Uqud al-Lujain 251 2,74 sebesar 0,29%, Manhaj At-Thullab (Zakariya
Bidayah al-Hidayah 250 2,73 Anshari) sebesar 0,64%, Tuhfah Al-Muhtaj
Nasoih al-’Ibad 243 2,65
(Ibn Hajar Al-Haitami) sebesar 0,42%,
Sumber: data survei Pengajaran Kitab Kuning
Nihayatul Muhtaj (Samsudin Ramli) sebesar
Tabel 2 menunjukkan bahwa ada 8 kitab 0,47%, dan Mughni Al-Muhtaj (Syarbini)
fiqih yang termasuk kelompok yang cukup sebesar 0,12%.
banyak diajarkan. Kitab-kitab Kasyifat al- Dari kitab Kanz al-Raghibin lahir
Saja, Sulam al-Munajat dan Uqud al-Lujain hasyiyah Qalyubi dan ‘Umaira. Dan Fath
merupakan produk ulama Indonesia. al-Wahab sebuah syarah karya Zakariya
Kitab Kifayatul Al-Akhyar (Dimasyqi), kitab Anshari atas karangan sendiri Manhaj Al-
I’anah at-Thalibin (hasyiyah atas kitab Fath Tullab, frekuensi pengajarannya sebesar
al-Mu’in) yang merupakan salah satu 2,21%. Mir’at Al-Tullab karya Abdurrauf
kitab fiqih otoritatif, dan kitab Riyadh al- Al-Singkili merupakan terjemahan Fath
Badi’ah yang merupakan salah satu teks Al-Wahhab dalam bahasa Melayu sebesar
yang diperkenalkan kepada kaum Muslim 0,07%. Kecuali Taqrib dan Fath al-Qarib dari
Indonesia oleh Nawawi Banten. Selain 6 keluarga Taqrib yang masuk kelompok kitab
kitab fiqih diatas, kitab Bidayah al-Hidayah yang banyak diajarkan, kitab Iqna’ (Khatib
dan kitab Nasoih al-‘Ibad juga termasuk ke- Syarbini) frekuensi pengajarannya sebesar
lompok kitab yang cukup banyak diajarkan 1,56%. Hanya Fath al-Muin (syarah Qurrah
di pesantren. Sedangkan kitab-kitab fiqih al-‘Ain) yang masuk kelompok kitab yang
yang termasuk kelompok kitab yang sedikit banyak diajarkan dari keluarga Qurrah al-
diajarkan berjumlah 59 kitab. Kelima puluh ‘Ain.
sembilan kitab fiqih itu terdapat beberapa
kitab fiqih yang tergolong kitab tinggi dan Nawawi Banten menulis syarah Qurrah
kitab otoritatif. al-‘Ain yakni Nihayah al-Zain yang frekuensi
pengajarannya sebesar 2,18%. Kitab Tarsyih
Mengaitkan dengan beberapa “ke- Al-Mustafidin karya Alwi Al-Saqqaf menda-
luarga” kitab fiqih Syafii dan hubungan pat frekuensi sebesar 0,60%.
antara anggota keluarga ini, yaitu Muharrar
karangan Rafi’i, Taqrib (atau Mukhtashar) Satu keluarga kitab fiqih lagi yaitu Al-
oleh Abu Syuja’ Al-Isfahani, dan Qurrah Muqaddimah Al-Hadramiyah karya Abdullah
Al-‘Ain karangan Malibari, hanya beberapa Ba-fadhl. Kitab ini frekuensi pengajaran
kitab fiqih saja yang termasuk kelompok sebesar 0,28%. Ibnu Hajar Al-Haitami
kitab yang banyak diajarkan. Sebagian menulis syarah atas kitab ini, Minhaj al-
besar kitab dari keluarga kitab fiqih Syafii Qawim yang frekuensi pengajaran sebesar
dan hubungan antara anggota keluarga 1,49%. Dan kemudian mufti Syafi’i Madinah
kitab Kasyifat as-Saja. Di NAD dan Kalsel NAD (23 kitab), Lampung (25 kitab), NTB
kitab I’anah at-Thalibin dan Hasyiyah Bajuri (27 kitab), Kalsel (29 kitab), DIY (30 kitab),
menggeser kitab Safinah al-Najah dan Sullam Kalbar (38 kitab), Jambi, Sumbar, Sumut,
al-Taufiq. Di Lampung kitab Sullam al-Taufiq dan Sulsel (55 kitab). Propinsi-propinsi
digeser oleh kitab Sullam al-Munajat. Di yang menjadi basis pesantren seperti Jatim,
NTB kitab Kifayat al-Akhyar menggeser Jateng, dan Banten memperlihatkan adanya
kitab Sullam al-Taufiq. Di Sumbar kitab kitab-kitab fiqih yang tidak diajarkan. Pe-
Safinah al-Najah dan Sullam al-Taufiq digeser santren sasaran di Jatim tidak mengajarkan
oleh kitab I’anah at-Thalibin dan Minhaj at- 4 kitab fiqih, yaitu: Nihayah al-Muhtaj, al-
Thalibin. Di Sulsel kitab Tarikh Tasyri dan Majmuat al-Rawiyah, al-Fiqh ‘ala Mazahib al-
Al-Fiqh ‘ala Mazahib al-Arba’ah menggeser Khamsah, dan Mughni al-Muhtaj. Pesantren
kitab Taqrib dan Sullam al-Taufiq. Selain Fath sasaran di Jateng tidak mengajarkan 5 kitab
al-Mu’in, di Sumut yang termasuk kelom- fiqih, yaitu: al-Majmuat al-Rawiyah, Tuhfah
pok kitab yang banyak diajarkan adalah: al-Infinaniyah, Sabil al-Muhtadin, Mir’at
Hasyiyah Bajuri, Al-Tadhib fi Adilati Matn al-Thullab, dan Mughni al-Muhtaj. Pesan-
Al-Ghoyah wa Taqrib, Kifayat al-Akhyar, dan tren sasaran di Banten tidak mengajarkan
I’anat at-Thalibin. 3 kitab fiqih, yaitu: al-Majmuat al-Rawiyah,
Mughni al-Muhtaj, dan Tanwir al-Hija’.
Tabel 4: Jumlah Kitab Fiqih Diajarakan
atau Tidak diajarkan Tabel 5: Lima Kitab Fiqih Teratas
di Masing-Masing Propinsi Yang Diajarkan di Masing-Masing Tipologi
Pesantren
No Propinsi Diajarkan Tdk Diajarkan
1 Jabar 72 0 Lima Kitab Fiqih Teratas Yang Diajarkan
2 Banten 69 3 No Propinsi
1 2 3 4 5
3 Jatim 68 4 1 Salafiyah Taqrib Safinah Fath al- Fath al- Sullam
4 Jateng 67 5 al- Mu’in Qarib al-
Najah Taufiq
5 Sumsel 54 18 2 Kombinasi Taqrib Fath al- Safinah Fath al- Sullam
6 NAD 49 23 Mu’in al- Qarib al-
7 Lampung 47 25 Najah Taufiq
3 Ashriyah Fath al- Safinah Fath al- Taqrib Kifayah
8 NTB 45 27 Qarib al- Mu’in al-
9 Kalsel 43 29 Najah Akhyar
10 DIY 42 30
11 Kalbar 34 38
Berdasarkan tipologi pesantren,
12 Jambi 17 55
13 Sumbar 17 55
Tabel 5 menunjukkan bahwa kitab Taqrib
14 Sumut 17 55 menempati urutan teratas di pesantren Sa-
15 Sulsel 17 55 lafiyah dan pesantren Kombinasi, dan kitab
Fath al-Qarib menempati urutan teratas
Berapa jumlah kitab fiqih yang di pesantren ashriyah. Dilihat dari lima
diajarkan atau tidak diajarkan di masing- urutan kitab fiqih teratas di masing-masing
masing propinsi. Ada perbedaan jumlah tipologi, kitab Sullam al-Taufiq termasuk
kitab fiqih yang diajarkan atau tidak pada tipologi salafiyah dan kombinasi.
diajarkan di masing-masing propinsi. Kitab Sullam at-Taufiq tidak termasuk ke
Tabel 4 menunjukkan bahwa 72 kitab yang dalam urutan lima teratas pada tipologi
disurvei seluruhnya diajarkan di pesantren- ashriyah, dan sebagai gantinya adalah
pesantren di Jawa Barat. Kitab-kitab fiqih kitab Kifayah al-Akhyar.
yang tidak diajarkan di masing-masing Sebagian besar kitab fiqih—jumlahnya
propinsi adalah: Banten (3 kitab), Jatim (4 67 kitab—yang tidak termasuk ke-
kitab), Jateng (5 kitab), Sumsel (18 kitab), lompok kitab yang banyak diajarkan
jumlah kitab-kitab fiqih. Tiga kitab pilihan Pada tingkat Aliyah, yaitu Fath Al-
terbanyak akan diambil menjadi pilihan Qarib, Minhaj Al-Thalibin, Fathul Wahab,
tingkat pengajaran kitab kuning. Alasan Mahalli, Tahrir sebagaimana temuan
pemilihan tiga kitab pilihan terbanyak Bruinesen, hanya Fathul Muin yang
untuk memberikan alternatif bagi termasuk tingkatan ‘ulya. Meskipun
penentuan pengakuan kesetaraan Pendi- keterpilihannya kepada tingkatan ‘ulya,
dikan pesantren berbasis pengajaran kitab- kitab-kitab Fathul Wahab, Mahalli, Tahrir
kitab fiqih. keterpelihan kepada tingkatan itu masing-
masing hanya sebanyak 50 pesantren untuk
Tabel 7: fathul wahab, 28 pesantren untuk Mahalli,
Tingkat Pengajaran Kitab Fiqih dan 13 pesantren untuk tahrir.
Kitab I’anah Thalibin, Bajuri, Iqna,
Nama Kitab Manhaj al-Thullab, Minhajul Qawim, Kasifat
Tingkat
I II III al-Saja, Syarah Sittin, Muhadzab, dan Bughyat
Ula Safinah al- Taqrib Mabadiu al- al-Mustarsyidin tidak disebutkan oleh
Najah Fiqhiyah
Wustha Fath al-Qarib Taqrib Sullam at- Bruinessen tingkat pengajarannya, temuan
Taufiq
‘Ulya Fath al-Mu’in I’anah at- Fath al-Qarib survei memasukan I’anah at-Thalibin, Iqna,
Thalibin Manhaj al-Thullab, dan Minhajul Qawim ke
Ma’had aly Fath al-Mu’in Fath al-Wah- I’anah at-
hab Thalibin tingkatan ‘ulya.