Anda di halaman 1dari 19

PENGAJARAN KITAB-KITAB FIQIH DI PESANTREN

Oleh Husen Hasan Basri*)

Abstract

In addition to clerics and values, yellow books are essential elements of an Islamic boarding
school. Yellow Books are Islamic boarding school instructional materials that have been used for a
long time. One area of yellow book that has been long taught is jurisprudence (fiqh) field. Teaching
of fiqh books starts from the low level books, such as Safinahan-Najah to the high level books, such
as Al-Muhadzdzab. Teaching methods used were Bandongan and Sorogan methods. In line with
diversified development of forms and types of education in Islamic boarding schools, such as formal
education (madrassas and schools) and vocational education, it is expected that teaching of yellow
books, including books of fiqh, was changing, either books taught, teaching methods used, number of
meetings in teaching, and teaching level. Through a survey of 951 schools in 15 provinces of 72 books
of fiqh chosen by the researchers, there were 5 books of 72 books of fiqh included in a group of the most
widely taught books of fiqh, namely: Taqrib, Safinah an-Najah, Fath al-Mu’in, Fath al-Qarib, and
Sullam at-Taufiq. Besides Fath al-Mu’in, these books are elementary books of fiqh.

Keywords: Teaching of Yellow Books, Fiqh Books, Islamic Boarding School

Abstrak

Selain Kyai dan tata nilai, kitab kuning merupakan unsur pokok dari sebuah pondok pesan-
tren. Kitab kuning adalah bahan ajar pesantren yang sudah lama digunakan. Salah satu bidang kitab
kuning yang sudah lama diajarkan adalah bidang fiqih. Pengajaran kitab-kitab fiqih dimulai dari
kitab tingkat rendah seperti kitab Safinah an-Najah sampai kitab tinggi seperti kitab al-Muhadzdzab.
Metode pengajarannya menggunakan metode bandongan dan sorogan. Seiring dengan munculnya
diversifikasi pengembangan bentuk dan jenis-jenis Pendidikan di pesantren seperti Pendidikan formal
(madrasah dan sekolah) dan Pendidikan keterampilan, diduga pengajaran kitab kuning, termasuk
kitab-kitab fiqih, mengalami perubahan pengajaran kitab, baik kitab-kitab yang diajarkan, metode
pengajaran yang digunakan, jumlah pertemuan dalam pengajaran, dan tingkat pengajaran. Melalui
survei pada 951 pesantren di 15 propinsi terhadap 72 kitab fiqih hasil pilihan peneliti, terdapat 5 kitab
dari 72 kitab fiqih yang termasuk kelompok kitab fiqih yang banyak diajarkan, yaitu: Taqrib, Safinah
an-Najah, Fath al-Mu’in, Fath al-Qarib, dan Sullam at-Taufiq. Kecuali, Fath al-Mu’in, kitab-kitab
tersebut merupakan kitab-kitab fiqih elementer.
Kata kunci: Pengajaran Kitab Kuning, Kitab-Kitab Fiqih, Pesantren

*) Peneliti Muda Pada Puslitbang Pendidik an

Agama dan Keagamaan. hhasanbasri@yahoo.com,


081319157303

Naskah diterima 10 Januari 2012. Revisi pertama, 2 Februari 2012, revisi kedua 27 Februari 2012,
revisi ketiga 2 April 2012

14 EDUKASI Volume 10, Nomor 1, Januari-April 2012


Pengajaran Kitab-Kitab Fiqih di Pesantren

PENDAHULUAN kuning, di lingkungan pesantren sejak


tahun 1990-an telah berkembang metode
Latar Belakang diskusi. Metode ini lebih sering digunakan
di tingkat kiai-ulama atau pengasuh pesan-
Kitab kuning merupakan salah satu elemen tren untuk, antara lain, membahas isu-isu
penting dari sebuah pesantren. Kitab kontemporer dengan bahan-bahan pemi-
kuning telah menjadi bahan ajar pesantren kiran yang bersumber dari kitab kuning.2
dalam waktu yang lama sehingga kitab
Tradisi pengajaran kitab kuning itu
kuning memiliki posisi dan peran yang
berorientasi pada: pertama, kitab kuning
signifikan di pesantren. Walaupun telah
diajarkan secara berjenjang dari mu-
berkembang Pendidikan Islam formal,
lai kitab elementer sampai kitab tingkat
tidak berlebihan kalau kekuatan Pendi-
tinggi. Kedua, kitab kuning elementer
dikan Islam pada masa lalu masih berada
banyak diajarkan, dan kitab kuning tinggi
pada sistem pesantren. Hal ini sebagian
menjadi rujukan kaum santri tingkat
disebabkan oleh suksesnya lembaga ter-
tinggi atau ustadz atau kyai dalam forum
sebut menghasilkan sejumlah ulama
pengkajian kitab seperti bahtsul masail,
yang berkualitas tinggi. Kesuksesan ini
dan ketiga, pengajaran kitab kuning di pe-
tidak terlepas dari faktor kealiman kyai,
santren tidak variatif (variasinya yang
pengajaran kitab kuning, dan sistem nilai.
rendah). Kitab kuning tidak perlu diajarkan
Kalaupun dikenal sistem pemberian ijazah,
semua, kyai pesantren cukup mengajarkan
kompetensi lulusan santrinya diukur
beberapa kitab yang perlu dikuasai, sete-
berdasarkan pada sejauhmana seorang
lah menguasai santri dibebaskan untuk
santri telah menyelesaikan pelajarannya
mempelajari kitab lain secara mandiri.
dengan baik tentang suatu kitab tertentu
sehingga si santri tersebut dianggap Kondisi saat ini, menurut sebagian
menguasai dan mengajarkannya kepada praktisi dan pemerhati pesantren, tradisi
orang lain. pengajaran kitab kuning termasuk kitab-
kitab fiqih, diduga mengalami perubah-
Kitab Kuning di pesantren lebih dido-
an pengajaran kitab, baik kitab-kitab yang
minasi oleh teks-teks keilmuan yang lebih
diajarkan, metode pengajaran yang diguna-
kental dengan nuansa fiqih ketimbang
kan, jumlah pertemuan dalam pengajaran,
bidang lain seperti tafsir, tasawwuf,
maupun tingkat pengajaran seiring dengan
teologi, usul fiqih dan lain-lain. Fiqih ada-
munculnya diversifikasi pengembangan
lah primadona kaum santri dan salah satu
bentuk dan jenis-jenis Pendidikan di pesan-
disiplin keilmuan Islam yang paling dimi-
tren seperti Pendidikan formal (madrasah
nati. Kitab-kitab fiqih yang menjadi bahan
dan sekolah) dan Pendidikan keterampilan
kajian di pesantren lebih banyak berasal
serta munculnya sumber belajar baru yang
dari aliran Syafi’iyah khususnya kitab-kitab
berasal dari perkembangan teknologi infor-
yang ditulis pada abad keenam sampai
masi.
abad kesepuluh Hijriah.1
Memang saat membuka Pendidik-
Kitab-kitab fiqih di pesantren dipelajari
an formal, pesantren tetap mengajarkan
melalui metode bandongan dan sorogan.
kitab kuning. Tetapi, apakah dengan waktu
Selain kedua metode tersebut, sejalan de-
yang terbagi dengan materi pelajaran pada
ngan usaha kontekstualisasi kajian kitab

1 Imam Nakhai, Peranan Kitab-Kitab Fiqih da- 2 Lihat Affandi Mochtar, “Tradisi Kitab Kuning:

lam Menciptakan Budaya Damai dalam Konteks Negara Sebuah Observasi Umum”, dalam Marzuki Wahid,
Bangsa: Telaah terhadap Budaya Damai dalam Kitab-kitab dkk (penyunting), Pesantren Masa Depan: Wacana
Kuning Otoritatif di Dunia Pesantren, tidak diterbitkan, Pemberdayaan dan Transformasi Pesantren, 1999,
2011. Bandung: Pustaka Hidayah, hal. 224

Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan 15


Husen H asan B asr i

Pendidikan formal akan cukup untuk Tujuan Penelitian


pengajaran kitab kuning. Mungkin untuk
pesantren-pesantren yang tetap fokus pada Penelitian ini bertujuan untuk men-
pengajaran kitab kuning (pesantren salafi- deskripsikan:
yah murni atau salafiyah tradisional) tidak 1. Kitab-kitab fiqih yang banyak diajarkan
ada masalah, barangkali untuk pesantren- di pesantren
pesantren yang membuka Pendidikan 2. Metode pengajaran kitab-kitab fiqih
formal muncul masalah dalam pembagian yang digunakan
waktu antara mengikuti aturan-aturan 3. Jumlah pertemuan pengajaran kitab-
formal (standar nasional Pendidikan) de- kitab fiqih
ngan pengajaran kitab kuning. 4. Tingkat pengajaran kitab-kitab fiqih
Saat ini banyak pesantren yang meng-
ikuti Pendidikan formal tetapi pesantren- Manfaat Pe nelitian
pesantren tersebut tetap mengajarkan kitab
kuning. Tahun 2009-2010, terdapat 24.206 Melalui penelitian ini diharapkan da-
pesantren dengan 3.647.719 santri. Dari pat tergambarkannya peta kitab-kitab fiqih
jumlah tersebut, 13.477 (56%) buah adalah yang banyak diajarkan di pesantren, metode
pesantren salafiyah dimana kitab kuning dan jumlah pertemuan pengajaran kitab-
menjadi fokus pengajarannya, dan 7.564 kitab fiqih, dan tingkatan pengajaran kitab-
(31%) buah adalah pesantren Kombinasi kitab fiqih (ula, wustha, ‘ulya, dan Ma’had
dimana selain belajar kitab kuning juga me- ‘Aly). Selanjutnya data ini dapat menjadi
nyelenggarakan Pendidikan formal.3 Jika dasar pembuatan pedoman standarisasi
pesantren-pesantren tersebut—setidaknya penyetaraan Pendidikan pesantren berbasis
87% pesantren—mengajarkan kitab ku- kitab kuning, serta dapat melengkapi dan
ning, apakah dalam pengajaran kitab memperkuat buku Pedoman Standarisasi
kuning itu masih menggunakan tradisi Kurikulum Pendidikan Pesantren yang telah
pengajaran kitab kuning yang sudah lama dibuat oleh Direktorat Pendidikan Diniyah
diperaktekkan atau menerapkan tradisi dan Pondok Pesantren.
lain dalam pengajaran kitab kuning. Maka
dalam konteks itulah penelitian tentang
pengajaran kitab kunig di pesantren dila- Metode Penelitian
kukan.
Metode pengumpulan data meng-
gunakan metode kuantitatif dengan jenis
Pertanyaan Penelitian
survei. Jenis survei ini dipilih karena
1. Kitab-kitab fiqih apa yang banyak dianggap tepat untuk mendapatkan peta
diajarkan di pesantren? kitab-kitab fiqih yang banyak diajarkan,
2. Apa metode yang digunakan dalam metode pengajaran, jumlah pertemuan, dan
pengajaran kitab-kitab fiqih? tingkat pengajaran kitab-kitab fiqih. Survei
3. Berapa jumlah pertemuan pengajaran dilakukan pada bulan Mei-Juni 2011.
kitab-kitab fiqih? Target populasi yang menjadi sasaran
4. Kitab-kitab fiqih itu diajarkan pada penelitian seluruh pesantren di 15 propinsi
tingkat apa? di Indonesia, yaitu: Jabar, Jatim, Jateng,
Banten, DIY, Aceh, Sumut, Sumbar, Sumsel,
Jambi, Lampung, Kalsel, Kalbar, NTB,
dan Sulsel. Secara nasional, di lima belas
3 EMIS, Statistik Pendidikan Diniyah dan propinsi ini mencakup 23.065 pesantren
Pondok Pesantren, Tahun ajaran 2009-2010. atau (95,3%) dari 24.206 pesantren. Kelima

16 EDUKASI Volume 10, Nomor 1, Januari-April 2012


Pengajaran Kitab-Kitab Fiqih di Pesantren

belas propinsi tersebut dipilih karena me- Data yang terkumpul dilakukan va-
miliki jumlah pesantren yang banyak. lidasi dan coding serta dilakukan proses
Untuk memenuhi Margin Error +/- 3,1% entry. Selanjutnya, data ditabulasi dan
ditetapkan besaran sampel survei sekitar disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
996 pesantren. Kerangka sampel menggu- Data yang telah terkategorisasi selanjutnya
nakan nama-nama pondok pesantren yang dianalisa dengan statistik deskrptif untuk
terdaftar pada EMIS tahun 2008-2009. mendapatkan hasil temuan yang diajukan
sebelumnya. Berdasarkan masukan data
Sebelum penarikan pesantren secara
dari hasil entry, tabulasi, uji statistik, selan-
random, ditetapkan terlebih dahulu
jutnya paparan temuan disampaikan secara
kategori pesantren salafiyah, pesan-
deskriptif.
tren kombinasi dan pesantren ashriyah
untuk masing-masing propinsi. Langkah
selanjutnya adalah pada masing-masing KERANGKA KONSEP
propinsi dipilih kabupaten-kabupaten
yang mewakili kabupaten yang memili- Kitab-Kitab Fiqih
ki kategori pesantren salafiyah terbanyak,
sedang, dan rendah; kabupaten-kabupaten Pendefinisian istilah kitab kuning
yang mewakili kabupaten yang memili- beragam. Pendefinisian kitab kuning itu
ki kategori pesantren ashriyah terbanyak, ada yang dibatasi dengan tahun karangan,
sedang dan rendah; juga kabupaten- mazhab teologi, istilah mu’tabarah, dan
kabupaten yang mewakili kabupaten yang sebagainya. Selain istilah kitab kuning,
memiliki kategori pesantren kombinasi untuk menyebut jenis kitab yang sama
terbanyak, sedang dan rendah. beredar istilah ‘kitab klasik’(al-kutub al-
qadimah), ‘kitab gundul’, dan ‘kitab kuno’.
Setelah itu mendaftar pesantren di
Pengertian yang umum beredar di kalangan
masing-masing kabupaten terpilih. Ke-
pemerhati masalah pesantren adalah bah-
mudian secara random dipilih pesantren-
wa kitab kuning selalu dipandang sebagai
pesantren di masing-masing kabupaten
kitab-kitab keagamaan berbahasa Arab,
terpilih sesuai dengan jumlah sampel yang
atau berhuruf Arab, sebagai produk pe-
telah ditentukan berdasarkan proporsi po-
mikiran ulama-ulama masa lampau (as-
pulasi masing-masing kabupaten yang
salaf ) yang ditulis dengan format khas pra-
mewakili. Berdasarkan jumlah sampel 996
modern, sebelum abad ke-17-an M. Dalam
pesantren, sebanyak 951 sampel akhir pe-
Rumusan yang lebih rinci, definisi kitab
santren yang berasal dari 89 kabupaten dan
kuning adalah kitab-kitab yang: a) ditulis
kota. 951 pesantren itu terdiri dari 530 pe-
oleh ulama-ulama ‘asing’ tetapi secara
santren salafiyah, 300 pesantren kombinasi,
turun-temurun menjadi rujukan yang
dan 121 pesantren ‘ashriyah.
dipedomani oleh para ulama Indonesia, b)
Sumber data survei ini adalah pimpin- ditulis oleh ulama Indonesia sebagai karya
an dan santri pesantren. Untuk mengambil tulis yang ‘independen’, dan c) ditulis oleh
sumber data atau responden survei dilaku- ulama Indonesia sebagai komentar atau
kan metode berikut. Dari 951 pesantren yang terjemahan atas kitab karya ulama ‘asing’4.
terjaring, didapat 951 pimpinan dan 2146 Menurut Azyumardi Azra, kitab kuning
santri sebagai sumber data (responden). adalah kitab-kitab keagamaan berbahasa
Untuk kyai ditanyakan tentang kitab-kitab Arab, Melayu atau Jawa atau bahasa-bahasa
fiqih apa yang banyak diajarkan dan tingkat
4 Affandi Mochtar, “Tradisi Kitab Kuning:
pengajaran kitab-kitab fiqih. Sementara
Sebuah Observasi Umum”, dalam Marzuki Wahid,
untuk santri ditanyakan tentang metode dkk (penyunting), Pesantren Masa Depan: Wacana
dan jumlah pertemuan pengajaran kitab- Pemberdayaan dan Transformasi Pesantren, 1999,
kitab fiqih. Bandung: Pustaka Hidayah, hal. 222

Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan 17


Husen H asan B asr i

lokal lain di Indonesia dengan mengguna- Al-Wahab sebuah syarah karya Zakariya
kan aksara Arab, yang selain ditulis oleh Anshari atas karangan sendiri Manhaj Al-
ulama di Timur Tengah, juga ditulis oleh Tullab. Mir’at Al-Tullab karya Abdurrauf
ulama Indonesia sendiri.5 Al-Singkili merupakan terjemahan Fath Al-
Wahhab dalam bahasa Melayu.
Studi Van den Berg (1886) merupakan
survei paling terperinci mengenai kitab- Dari Taqrib lahir syarah-syarahnya
kitab yang umum dipelajari di pesantren seperti Fath Al-Qarib (Ibn Qasim), Kifayatul
Jawa. Van den Berg menyebutkan lima Al-Akhyar (Dimasyqi), dan Iqna’ (Khatib
puluh judul kitab. Selanjutnya Bruinessen Syarbini). Dari Qurrah Al-ain disyarahi oleh
mencantumkan ada sekitar 900 buku Malibari sendiri menjadi Fath Al-Mu’in.
(kitab) yang digunakan di pesantren (buku Dan Nawawi Banten menulis syarah Qurrah
teks) dan kemungkinan buku-buku terse- Al-‘Ain yakni Nihayah Al-Zain. Hasyiyah
but masih dicetak dan digunakan sampai atas Fath Al-Mu’in adalah I’anah al-Thalibin
saat ini. Menurut Bruinessen, bidang fiqih karya Sayid Bakri bin Muhammad Syatha
merupakan satu disiplin ilmu yang paling Al-Dimyati dan Tarsyih Al-Mustafidin karya
banyak diajarkan di pesantren. Karena itu Alwi Al-Saqqaf.6
dari sekitar 900 judul kitab kuning yang
Garis lain kitab-kitab fiqih yaitu kitab
beredar di pesantren, 20% (sekitar 180
al-Muqaddimat al-Hadhramiyyah karya
kitab) yang bersubstansikan fiqih.
Abdullah bin Abdul Karim Bafadhal. Dari
Menurut Bruinessen, karya-karya garis ini lahir tiga kitab kuning baru, yaitu:
fikih yang paling populer adalah Taqrib Minhaj al-Qawwim, yang pada abad ke-18
dan syarahnya Fath Al-Qarib. Hampir tidak melahirkan kitab Hawashi al-Madaniyah. Dua
ada pesantren yang tidak menggunakan kitab komentar lagi atas kitab al-Muqadimah
paling tidak salah satu dari kedua kitab adalah, pertama, sebuah kitab komentar
ini. Lebih lanjut Bruinessen mengatakan yang ditulis dalam bahasa Arab oleh
ada beberapa “keluarga” kitab fikih Syafii ulama Indonesia, Mahfudz bin Abdullah
dan hubungan antara anggota keluarga at-Tarmisi (w.1338 H/1919 M), dan kedua,
ini, yaitu Muharrar karangan Rafi’i (w.625 kitab Busyr al-Karim bi Syarah Masail at-
H/1226 M), Taqrib (atau Mukhtashar) oleh Ta’lim ‘ala Muqadimah al-Hadramiyah (karya
Abu Syuja’ Al-Isfahani (w.593 H/1197 M)), Sa’id bin M. Bahsin). Selain kitab-kitab
dan Qurrah Al-‘Ain karangan Malibari fiqih yang mempunyai hubungan dengan
(w.kira-kira 975 H/1567 M). Muharrarnya empat garis asal-muasal di atas, masih
Imam Rafi’i pertama-tama disingkat oleh banyak kitab-kitab fiqih yang terkenal di
Abu Zakariya Yahya bin Syaraf Al-Nawawi lingkungan pesantren. Untuk menyebut
menjadi Minhaj At-Thalibin. Karya ini telah beberapa contoh, diantaranya adalah kitab
melahirkan banyak syarah, diantaranya Sullam at-Taufiq (Abdullah bin Husayn bin
lima yang paling penting yaitu: Kanz Al- Thahir Ba’alawi, w.1271/1855M), kitab
Raghibin (Muhalli), Manhaj Al-Thullab Safinah an-Najah (Salim bin Abdullah bin
(Zakariya Al-Anshari), Tuhfah Al-Muhtaj Sumayr, tinggal di Jakarta pertengahan
(Ibn Hajar Al-Haitami), Nihayatul Muhtaj abad ke 19 M), kitab Muhadzdzab karangan
(Samsudin Ramli), dan Mughni Al-Muhtaj Ibrahim asy-Syirazi al-Fayruzabadi (w.467
(Sayrbini). Dari kitab Kanz Al-Raghibin lahir H/1083 M), kitab Bughyah al-Mustarsyidin
hasyiyah Qalyubi dan ‘Umaira. Dan Fath (sebuah koleksi fatwa ulama abad ke-
19/20 M, karya Abdurahman bin Husayn
5 Azra, Azyumardi. “Kitab Kuning: Tradisi Ba’alawi), dan kitab ‘Uqud al-Lujayn fi
dan Epistemologi Keilmuan Islam di Indonesia”,
Azyumardi AZra, Pendidikn Islam: Tradisi dan 6 Bruinessen, Martin Van.. Kitab Kuning, Pesan-

Modernisasi Menuju Milenium Baru”, 2002, Jakarta, tren dan Tarekat: Tradisi-Tradisi Islam di Indonesia, 1999,
Logos, hal 111 Bandung, Mizan, hal. 131-132.

18 EDUKASI Volume 10, Nomor 1, Januari-April 2012


Pengajaran Kitab-Kitab Fiqih di Pesantren

Huquq az-Zawjayn karya Syaikh Nawawi litian berasal dari (a) studi Martin Van
al-Bantani. Bruinessen, (b) Appendix C Daftar Kitab-
kitab dalam Sudjoko Prasodjo, dkk, (c)
Penelitian Mastuhu tahun 1994 sekitar
Lampiran 2: Daftar Kitab yang Dikaji da-
kitab yang digunakan pada 6 pesantren
lam Pesantren dalam Mastuhu, (d) Studi
terkemuka di Jawa (Guluk-guluk, Sukorejo,
Puslitbang Lektur Keagamaan tahun 2006,
Blok Agung, Tebuireng, Paciran dan Gontor)
(e) Kitab-kitab standar Ma’had Aly, Kitab
terdapat sekitar 7 bidang kajian agama
Standar Pokok Jurusan Fiqh dan Ushul
Islam (tauhid, tafsir, hadis, fikih, usul fikih,
Fiqh Ma’had Aly, dan Kutub Al-Maraji’ Al-
tasawuf, nahu/ saraf/balagah, mantik dan
Muqarrarah Ma’had Aly, (f ) Acuan kitab-
ahlak) dan menggunakan 112 macam kitab.
kitab dan/atau yang sederajat sesuai Surat
Kitab-kitab fiqih yang dikaji pada 6 pesan-
edaran Direktorat Jenderal Kelembagaan
tren itu yaitu: pertama, pesantren Guluk-
Agama Islam, Nomor: Dj.II.II/V/PP.007/
guluk; Minhaj Al-‘Abidin, Fath Al-Wahhab,
AZ/28/04 tanggal 9 Januari 2004, pada
Fath Al-Mu’in, Fath Al-Qarib, Sullam At-
tahun 2008 Direktorat Jenderal Pendidikan
Taufiq, Fath Al-Jawad, dan Minhaj Al-Qawim.
Islam Departemen Agama RI menetapkan
Kedua, pesantren Sukorejo; Safinat An-
kebijakan terhadap lulusan pondok pe-
Najah, Sullam At-Taufiq, Fath Al-Qarib, Fath
santren dan Pendidikan diniyah yang
Al-Mu’in, Fath Al-Wahhab, Minhaj Al-Abidin,
meliputi pengakuan kesetaraan lulusan
Minhaj Al-Qawim, Kifayat Al-Akhyar, dan Al-
dan legalisasi ijazah/syahadah pondok
Iqna fi Al-Fadli Abi Syuja’. Ketiga, pesantren
pesantren dan Pendidikan diniyah. Kitab-
Blok Agung; Al-Iqna fi Al-Fadli Abi Syuja’,
kitab fiqih yang dijadikan sasaran sebagai
Fath Al-Wahhab, Kasyifat As-Saja, Fath Al-
pilihan peneliti sebanyak 72 kitab.
Mu’in, Sullam As-Safinah, Kifayat Al-Akhyar,
Fath Al-Qarib, Bahjat Al-Wasail, Bugyat Al-
Mustarsyidin, Minhaj Al-Qawim, Sullam At- Pengajaran Kitab-Kitab Fiqih
Taufiq, Al-Asybah wannadhoir, dan Sullam
Al-Munajat. Keempat, pesantren Tebuireng; Pengajaran kitab kuning adalah proses
Mabadi’ Al-Fiqh, Taqrib, Fathul Mu’in, Fath belajar mengajar yang menggunakan kitab
Al-Wahhab, Al-Muhadzdzab, Al-Asybah kuning sebagai sumber belajarnya. Dalam
wannadhoir, Mizan Al-Kubra, dan Minhaj Al- kegiatan belajar mengajar kitab kuning
‘Abidin. Kelima, pesantren Paciran; Bidayat melibatkan beberapa komponen, yakni
Al-Mujtahid. Keenam, pesantren Gontor; santri yang belajar, kyai atau ustadz yang
Pengantar Fiqih, Al-Fiqh Al-Wadih 1,2,3, dan mengajar, isi pelajaran, metode, sistem
Bidayat Al-Mujtahid.7 pengajaran, bahasa pengantar, dan evaluasi.
Dalam penelitian ini kitab-kitab fiqih Hampir setiap pesantren mengajarkan
adalah kitab-kitab keagamaan berbahasa kombinasi kitab yang berbeda-beda, dan
Arab, Melayu atau Jawa atau bahasa-bahasa banyak kyai terkenal sebagai spesialis
lokal lain di Indonesia dengan mengguna- kitab tertentu. Pesantren berbeda dengan
kan aksara Arab, yang selain ditulis oleh madrasah dalam hal, disamping beberapa
ulama di Timur Tengah, juga ditulis oleh hal lainnya, tidak adanya keseragaman
ulama Indonesia sendiri yang berisikan dalam kurikulum.8 Banyak kyai yang
keilmuan fiqih. mengkhususkan diri menekuni salah satu
Daftar nama-nama kitab-kitab fi- cabang ilmu, atau bahkan salah satu kitab
qih yang dijadikan bahan dasar pene- tertentu. Karena alasan ini pula, banyak

8 Steenbrink, Karel A., Pesantren, Madrasah,


7 Mastuhu. Dinamika sistem Pendidikan Pesan- Sekolah: Pendidikan Islam dalam Kurun Moderen, 1994,
tren, 1994, INIS, Jakarta, hal. 170-173 Jakarta, LP3ES. hal 166-167.

Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan 19


Husen H asan B asr i

para santri yang berpindah dari satu pe- berulang-ulang dan bertahun-tahun selama
santren ke pesantren lainnya untuk belajar mengikuti Pendidikan di pesantren.10
sejumlah kitab tertentu secara menyeluruh.
Selama kurun waktu yang panjang,
Tidak ada satu pun pesantren yang
pesantren telah memperkenalkan dan
memberikan kurikulum yang mewakili
menerapkan beberapa metode: bandongan,
semua.
sorogan, hafalan, dan diskusi.11 Semua
Jenis Pendidikan ‘pesantren’ bersifat metode ini dilakukan dalam sistem halaqah12
non formal hanya mempelajari agama maupun klasikal (madrasah). Metode ban-
yang bersumber pada kitab-kitab klasik dongan adalah cara penyampaian kitab
(kitab kuning) meliputi bidang-bidang kuning di mana seorang guru atau ustadz
studi: Tauhid, Tafsir, Hadits, Fiqih, Ushul membacakan dan menjelaskan isi kitab
Fiqih, Tasawuf, Bahasa Arab (Nahwu, kuning, sementara santri, murid, atau
Sharaf, Balaghah dan Tajwid), Mantiq, siswa mendengarkan, memberi makna,
dan Akhlaq. Kurikulum dalam jenis Pen- dan menerima. Dalam metode ini, guru
didikan ‘pesantren’ berdasarkan tingkat berperan aktif, sementara murid bersikap
kemudahan dan kompleksitas ilmu atau pasif. Adapun metode sorogan adalah
masalah yang dibahas dalam kitab, jadi ada murid membaca dan guru mendengarkan
tingkat awal, tingkat menengah dan tindak sambil memberi catatan, komentar, atau
lanjut, misalnya pesantren Blok Agung bimbingan bila diperlukan. Catatan itu
berkeyakinan bahwa sebelum seorang anak bisa berupa syakl atau makna mufrodat
belajar lebih lanjut, minimal mereka harus atau penjelasan. Metode bandongan atau
mempelajari kitab-kitab awal keagamaan sorogan memiliki ciri penekanan yang
fiqih-sufistik.9 sangat kuat pada pemahaman tekstual
atau literal. Metode hafalan adalah bela-
Diantara kitab kuning yang diajarkan
jar sendiri secara individual dengan jalan
secara intensif berasal dari “gen”. “Gen” atau
menghapal. Metode ini telah menjadi ciri
matan (matn) ini kemudian dikembangkan
dan cap yang melekat pada sistem Pen-
menjadi komentar (syarh), catatan pinggir
didikan tradisional, termasuk pesantren.
(hasyiyah), bahkan adakalanya muncul da-
Dalam pengajaran kitab kuning diguna-
lam bentuk ringkasan (mukhtashar) dan
kan metode diskusi (munazharah). Metode
syair (nazham). Kitab kuning dalam pe-
ini adalah penyajian bahan pelajaran de-
santren berjalan dalam siklus yang tetap:
ngan cara murid atau santri membahasnya
mengembang, menyempit, berputar,
bersama-sama melalui tukar pendapat
dan berulang. Beberapa contoh dapat
tentang suatu topik atau masalah tertentu
disebutkan, misalnya, dalam fikih: At-
Taqrib, Fathu al-Qarib karya al-Bajuri,
Qurrah al-‘Ayn, Fath al-Mu’in, I’anatuh ath- 10 Husen Muhammad, “Kontekstualisasi Kitab
Tahalibin atau Nihayah az-Zayn. Contoh da- Kuning: Tradisi Kajian dan Metode”, dalam Marzuki
lam bidang nahwu adalah: Al-Ajurumiyah, Wahid, dkk (penyunting), Pesantren Masa Depan:
Wacana Pengembangan dan Transformasi Pesantren,
al-Asymawi, ad-Dahlan, al-Khalid, al-Kafrawi, 1999, Bandung, Pustaka Hidayah, hal. 270-271
al-Mutammimah, al-‘Imrithi hingga Alfiyah 11 Mastuhu mengistilahkan dengan lalaran.
Ibn Malik dan Ibn ‘Aqil. Sebuah cabang ilmu Metode lalaran adalah belajar sendiri secara
boleh jadi dikupas dan diringkas dalam individual dengan jalan menghapal, biasanya dila-
kukan di mana saja seperti di dekat makam, serambi
puluhan kitab kuning. Semuanya diajarkan Mesjid, serambi kamar dan sebagainya. Lihat
Mastuhu, op.cit., hal. 144
12 Mastuhu dan Affandi Mochtar mengartikan

istilah halaqah bukan sebagai sistem tetapi sebagai


metode pegajaran. Keduanya mengartikan istilah
9 Mastuhu, op. cit., 142 halaqah yaitu metode seminar atau diskusi. Mochtar,
op.cit., hal.223 dan Mastuhu, op.cit., hal. 144.

20 EDUKASI Volume 10, Nomor 1, Januari-April 2012


Pengajaran Kitab-Kitab Fiqih di Pesantren

yang ada dalam kitab kuning. Di beberapa santri tingkat tinggi dan mengenai kitab-
pesantren, mengaji kitab kuning dengan kitab besar dan masyhur.
metode munazharah berjalan cukup baik dan
Hasil penelitian Puslitbang Lektur Ke-
bahkan mampu memacu para santri untuk
agamaan tahun 2004 tentang pergeseran
melakukan telaah (muthala’ah) atas kitab
literatur keagamaan di pesantren salafi-
yang besar-besar. Di masa lalu, mengaji de-
yah di pulau Jawa, menyebutkan adanya
ngan metode munazharah menjadi sebuah
pergeseran-pergeseran dalam penggunaan
tradisi para ulama.13
literatur baik dari sisi materi, bidang
Selain metode-metode di atas, penga- kajian, penyampaian, dengan berbagai
jaran kitab kuning dapat dilakukan melalui penyebabnya. Penelitian Puslitbang Lektur
metode penulisan ilmiah, sekurang-kurang- Keagamaan diteruskan tahun 2005 dengan
nya dengan menulis resume atau ikhtisar judul “Pergeseran Literatur di Pondok
atas topik yang ada dalam kitab kuning, dan Pesantren Salafiyah” sebagai lanjutan
metode evaluasi dalam bentuk penilaian dari kajian yang sama pada tahun sebe-
atas tugas, kewajiban dan pekerjaan. Cara lumnya (2004). Penelitian ini di fokuskan
ini dilakukan setelah kajian kitab kuning pada 9 daerah dengan sampel 21 pesan-
selesai dibacakan atau disampaikan. Di tren dengan pertimbangan bahwa pesan-
masa lalu, cara ini disebut imtihan, yakni tren ini masih dianggap bersifat salafi-
suatu pengujian santri melalui munaqasyah yah untuk daerah-daerahnya dan masih
oleh para guru atau kyai di hadapan forum konsisten menggunakan pola-pola lama
terbuka. Selesai munaqasyah, ditentukanlah dengan literatur klasiknya. Temuan pe-
kelulusan. Kepada santri yang “lulus” da- nelitian itu menyebutkan bahwa nilai-
pat diberikan ijazah lisan maupun diploma nilai salafiyah dalam menggunakan kitab
alimiyyah atau sejenisnya.14 kuning sangat dipegang teguh oleh pe-
santren, penghormatan atas sikap para
Evaluasi keberhasilan pengajaran di
ulama pesantren terdahulu masih tetap
pesantren ditentukan oleh kemampuan
dianut, konsep tikrari, sawabit dan qauli da-
mengajarkan kitab kuning kepada orang
lam penggunaan kitab yang diaji masih
lain. Jika audiennya merasa puas, maka hal
tetap dilakukan. Oleh karenanya secara
itu santri yang bersangkutan telah lulus.
substansi dapat dikatakan tidak ada pe-
Sebagai legalisasi kelulusannya adalah restu
rubahan dalam penggunaan literaturnya
kyai bahwa santri yang bersangkutan boleh
kecuali dalam cara pembelajaranya yaitu
pindah mempelajari kitab lain yang lebih
menambah dengan cara klasikal dan tidak
tinggi tingkatannya dan boleh mengajarkan
meninggalkan cara lama yaitu bandongan,
kitab yang telah dikuasai kepada orang
sorogan, wetonan dan lalaran. Pergeseran
lain.15 Kalaupun dikenal sistem pemberian
dalam penggunaan literatur hanya bersifat
ijazah, kompetensi lulusan santrinya diu-
teknis dan terbatas pada alih bidang kajian,
kur berdasarkan pada sejauhmana seorang
bahasa terjemah, penambahan kitab da-
santri telah menyelesaikan pelajarannya
lam bahsul masail dan penerbitan majalah
dengan baik tentang suatu kitab tertentu
serta kajian kitab khusus atas keinginan
sehingga si santri tersebut dianggap me-
masyarakat. Hal lain dari temuan peneli-
nguasai dan mengajarkannya kepada orang
tian tersebut berkaitan dengan pengaruh
lain. Dan menurut Dhofier, pemberian
kitab kuning terhadap lingkungan pondok
ijazah ini hanya dikeluarkan untuk santri-
pesantren yang memperlihatkan adanya
pengaruh yang nampak terutama dalam
13 Husen Muhammad, op.cit., hal. 280-283 sikap antara santri dan kyai, kebersamaan,
14 Ibid, hal. 283-284
ketentraman, kepatuhan dan kerelaan.
15 Op.cit.,
Hal-hal tersebut kadangkala merupa-
hal. 145

Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan 21


Husen H asan B asr i

kan kendala bagi lingkungan pesantren tingkat awaliyah (ula), wustha, ‘ulya, dan
yang dianggap sebagai jumud dan agen Ma’had Aly.
kemunduran. Namun demikian tuduhan
Pengajaran kitab-kitab fiqih dalam pe-
tersebut tidak semuanya tepat karena
nelitian ini adalah proses belajar mengajar
banyak para santri yang ada di pesan-
yang menggunakan kitab-kitab fiqih seba-
tren mengikuti perkuliahan di perguruan
gai sumber belajarnya. Proses belajar
tinggi agama atau umum yang berada di
mengajar kitab-kitab fiqih dalam penelitian
wilayahnya.16
ini difokuskan pada: (1) nama kitab-kitab
Bruinessen membuat tingkat kesulitan fiqih (72 kitab) yang banyak diajarkan, (2)
kitab kuning. Untuk itu ia mengguna- metode yang digunakan dalam pengajaran
kan nama-nama tingkatan madrasah, kitab-kitab fiqih, (3) jumlah pertemuan da-
yaitu ibtidaiyah, tsanawiyah, aliyah dan lam pengajaran kitab-kitab fiqih, dan (4)
khawash. Kitab-kitab fiqih yang diajarkan tingkat pengajaran kitab-kitab fiqih.
adalah: pada tingkat tsanawiyah yaitu,
Metode pengajaran kitab kuning ada-
Taqrib, Safinah, Sullam al-Taufiq, Uqud al-
lah metode sorogan, bandongan, lalaran,
Lujain, Mabadi Fiqhiyah, dan Fiqh Wadhih.
dan diskusi. Sedangkan jumlah pertemuan
Pada tingkat Aliyah, yaitu Fath Al-Qarib,
pengajaran kitab-kitab fiqih adalah se-
Minhaj Al-Thalibin, Fathul Wahab, Mahalli,
berapa kali kitab-kitab fiqih tersebut
Tahrir. Kitab Kifayatul Akhyar diajarkan
diajarkan, apakah setiap hari, satu minggu
pada tingkat Tsanawiyah dan Aliyah. Kitab
satu kali, satu minggu dua kali, dan satu
kuning I’anah Thalibin, Bajuri, Iqna, Minhaj
minggu tiga kali. Ada juga kitab-kitab
al-Thullab, Minhajul Qawim, Kasifat al-Saja,
fiqih tertentu diajarkan setiap pasaran. Arti
Syarah Sittin, Muhadzab, dan Bughyat al-
pasaran di sini adalah dalam satu waktu
Mustarsyidin tidak disebutkan tingkat
(misalnya satu bulan) satu kitab fiqih
pengajarannya.17
tertentu ditamatkan. Selanjutnya, istilah
Apa yang digambarkan Bruinessen yang digunakan untuk menyebut tingkat
di atas tentunya bukan berlaku untuk pengajaran kitab-kitab fiqih adalah tingkat
seluruh pesantren di Indonesia. Karena ula, wustha, ulya dan ma’had Aly.
tingkat pengajaran kitab kuning di pesan-
tren berbeda satu pesantren dengan pesan-
Pondok Pesantren
tren yang lain. Istilah tingkat yang diguna-
kan pun berbeda-beda. Ada yang meng-
Pondok Pesantren adalah lem-
gunakan istilah tingkat itu mengadopsi
baga Pendidikan tradisional Islam untuk
sistem madrasah yang sudah ada seperti
mempelajari, memahami, menghayati,
ibtidaiyah, tsanawiyah, aliyah seperti yang
dan mengamalkan ajaran Islam dengan
digunakan Bruinessen dalam studinya.
menekankan pentingnya moral keagama-
Saat ini tingkatan pengajaran pada Pendi-
an sebagai pedoman perilaku sehari-hari.18
dikan diniyah dan pesantren sudah diatur
Dalam perkembangannya, pondok pesan-
dalam PP No 55 Tahun 2007 tentang Pendi-
tren mengalami variasi dilihat dari orientasi
dikan agama dan Pendidikan keagamaan.
dan serta strategi pembelajarannya. Ada
Dalam PP itu disebutkan ada tingkat dasar,
tiga kategori pondok pesantren: pondok
menengah, dan tinggi. Selain itu ada istilah
pesantren salafiyah, pondok pesantren
khalafiyah atau ashriyah, dan pondok pe-
16 Fadhal A.R. Bafadal dan Syatibi (ed.), Per- santren kombinasi.
geseran Literatur di Pondok Pesantren Salafiyah,
2006, Jakarta, Puslitbang Lektur Keagamaan, Keme-
nag RI
17 Bruinessen, op.cit., hal. 115 18 Mastuhu, op.cit., hal 55

22 EDUKASI Volume 10, Nomor 1, Januari-April 2012


Pengajaran Kitab-Kitab Fiqih di Pesantren

Pondok pesantren salafiyah merupa- dari sekitar 900 judul kitab kuning yang
kan jenis pondok pesantren yang hanya beredar di pesantren, 20% (sekitar 180
menyelenggarakan atau mengutamakan kitab) yang bersubstansikan fiqih.
pengajian kitab dan tidak menyelengga-
Dalam survei ini, dari 72 kitab fiqih,
rakan Pendidikan formal, atau pondok
kitab Taqrib menempati urutan teratas de-
pesantren yang berorientasi mengajarkan
ngan frekuensi pengajaran sebesar 661 atau
pengetahuan agama sepenuhnya (tafaquh
(7,2%) dan kitab al-Majmuat ar-Rawiyah
fi addin), dengan metoda sorogan atau
menempati urutan terbawah dengan
bandongan. Pondok pesantren salafiyah
frekuensi pengajaran sebesar 3 atau (0,03%).
sering dikategorikan sebagai pondok pe-
santren tradisional karena menekankan Jika diklasifikasikan ke dalam kelom-
pada pengajaran kitab kuning (karya-karya pok pengajaran kitab fiqih, yaitu: kelom-
besar produk abad keemasan peradaban pok kitab yang sedikit diajarkan (0,0%-
Islam pada abad 9-13 Masehi). Pesantren 2,4%), kelompok kitab yang cukup banyak
khalafiyah/Ashiriyah--yang juga disebut diajarkan (2,5%-4,8%), dan kelompok kitab
pondok pesantren modern--merupakan yang banyak diajarkan (4,9%-8,4%), Tabel
jenis pesantren yang hanya menyelenggara- 1 menunjukkan ada lima kitab fiqih yang
kan Pendidikan formal yang mengajarkan termasuk kelompok kitab yang banyak
pengetahuan umum (yang dianggap dasar diajarkan, yakni: Taqrib, Safinah al-Najah,
dan penting, seperti bahasa Inggeris, Fath al-Muin, Fath al-Qarib, dan Sullam al-
Bahasa Indonesia, dan pengetahuan umum Taufiq.
lainnya) di samping pengetahuan agama.
Di antara pondok pesantren khalafiyah, Tabel 1
banyak pula pondok pesantren yang me- Kelompok Kitab Yang Banyak Diajarkan
nyelenggarakan Pendidikan persekolahan
dengan menggunakan kurikulum Depag Nama Kitab
Banyaknya Kyai
Persentase (%)
Mengajarkan
atau Depdiknas. Sementara, pondok pesan- Taqrib 661 7,21
tren kombinasi merupakan jenis pondok Safinah al-Najah 651 7,10
Fath al-Mu’in 613 6,69
pesantren yang belajar kitab kuning dan Fath al-Qarib 607 6,62
menyelenggarakan Pendidikan formal. Sullam al-Taufiq 501 5,47
Pesantren yang dimaksud dalam pe- Sumber: data survei pengajaran kitab kuning
nelitian ini adalah seluruh pondok pe-
santren yang terdata pada EMIS Kemen-
terian Agama RI yang jumlahnya 24. 206 Menurut Tabel 1, kitab Taqrib dan
pada tahun 2008/2009. Semua pesantren syarahnya Fath al-Qarib yang menurut
ini dikategorikan oleh EMIS kementeri- Bruinessen sebagai kitab fiqih yang
an Agama RI ke dalam pesantren Salafi- dahulu paling populer dan hampir tidak
yah (12.477 pesantren atau 56%), pesantren ada pesantren yang tidak menggunakan
Ashriyah (3.165 pesantren atau 13%), dan kedua kitab tersebut, saat ini masih tetap
pesantren Kombinasi (7.564 pesantren atau diajarkan di pesantren. Selain Taqrib dan
31%). Fath al-Qarib, yang termasuk kelompok
kitab yang banyak diajarkan adalah Safinah
al-Najah, Fath al-Mu’in dan Sullam al-Taufiq.
KITAB-KITAB FIQIH YANG BANYAK Kitab Safinah al-Najah, misalnya, ditulis oleh
DIAJARKAN DI PESANTREN Salim bin ‘Abdullah bin Sumayr di Jakarta,
setelah kedatangannya dari Makkah pada
Menurut Bruinessen, bidang fiqih me- tahun 1850 M. Penulisnya sangat membenci
rupakan satu disiplin ilmu yang paling tarekat yang pada masa itu berkembang di
banyak diajarkan di pesantren. Karena itu

Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan 23


Hus en H asan B asr i

Jakarta dan sekitarnya. Dapat diperkirakan ini, berada di luar kelompok kitab yang
bahwa kehadiran Safinah pun dimaksud- banyak diajarkan. Berikut adalah frekuensi
kan, antara lain, untuk mengembalikan pengajaran masing-masing nama kitab-
umat pada syariat (Moctar, 1999: 244). kitab fiqih itu.
Kitab Muharrarnya Imam Rafii per-
Tabel 2 tama-tama disingkat oleh Abu Zakariya
Kelompok Kitab Yang Cukup Banyak Yahya bin Syaraf Al-Nawawi menjadi
Diajarkan Minhaj At-Thalibin. Frekuensi pengajaran
kitab Minhaj at-Thalibin sebesar 1,59%. Kitab
Nama Kitab
Banyaknya Kyai Persentase Minhaj at-Thalibin ini telah melahirkan
Mengajarkan (%)
Kasyifat al-Saja 363 3,96 banyak syarah, diantaranya lima yang
Kifayat al-Akhyar 358 3,91
I’anah at-Thalibin 310 3,38
paling penting yaitu: Kanz Al-Raghibin
Riyad al-Badi’ah 273 2,98 (Muhalli) yang frekuensi pengajarannya
Sulam al-Munajat 272 2,97
Uqud al-Lujain 251 2,74 sebesar 0,29%, Manhaj At-Thullab (Zakariya
Bidayah al-Hidayah 250 2,73 Anshari) sebesar 0,64%, Tuhfah Al-Muhtaj
Nasoih al-’Ibad 243 2,65
(Ibn Hajar Al-Haitami) sebesar 0,42%,
Sumber: data survei Pengajaran Kitab Kuning
Nihayatul Muhtaj (Samsudin Ramli) sebesar
Tabel 2 menunjukkan bahwa ada 8 kitab 0,47%, dan Mughni Al-Muhtaj (Syarbini)
fiqih yang termasuk kelompok yang cukup sebesar 0,12%.
banyak diajarkan. Kitab-kitab Kasyifat al- Dari kitab Kanz al-Raghibin lahir
Saja, Sulam al-Munajat dan Uqud al-Lujain hasyiyah Qalyubi dan ‘Umaira. Dan Fath
merupakan produk ulama Indonesia. al-Wahab sebuah syarah karya Zakariya
Kitab Kifayatul Al-Akhyar (Dimasyqi), kitab Anshari atas karangan sendiri Manhaj Al-
I’anah at-Thalibin (hasyiyah atas kitab Fath Tullab, frekuensi pengajarannya sebesar
al-Mu’in) yang merupakan salah satu 2,21%. Mir’at Al-Tullab karya Abdurrauf
kitab fiqih otoritatif, dan kitab Riyadh al- Al-Singkili merupakan terjemahan Fath
Badi’ah yang merupakan salah satu teks Al-Wahhab dalam bahasa Melayu sebesar
yang diperkenalkan kepada kaum Muslim 0,07%. Kecuali Taqrib dan Fath al-Qarib dari
Indonesia oleh Nawawi Banten. Selain 6 keluarga Taqrib yang masuk kelompok kitab
kitab fiqih diatas, kitab Bidayah al-Hidayah yang banyak diajarkan, kitab Iqna’ (Khatib
dan kitab Nasoih al-‘Ibad juga termasuk ke- Syarbini) frekuensi pengajarannya sebesar
lompok kitab yang cukup banyak diajarkan 1,56%. Hanya Fath al-Muin (syarah Qurrah
di pesantren. Sedangkan kitab-kitab fiqih al-‘Ain) yang masuk kelompok kitab yang
yang termasuk kelompok kitab yang sedikit banyak diajarkan dari keluarga Qurrah al-
diajarkan berjumlah 59 kitab. Kelima puluh ‘Ain.
sembilan kitab fiqih itu terdapat beberapa
kitab fiqih yang tergolong kitab tinggi dan Nawawi Banten menulis syarah Qurrah
kitab otoritatif. al-‘Ain yakni Nihayah al-Zain yang frekuensi
pengajarannya sebesar 2,18%. Kitab Tarsyih
Mengaitkan dengan beberapa “ke- Al-Mustafidin karya Alwi Al-Saqqaf menda-
luarga” kitab fiqih Syafii dan hubungan pat frekuensi sebesar 0,60%.
antara anggota keluarga ini, yaitu Muharrar
karangan Rafi’i, Taqrib (atau Mukhtashar) Satu keluarga kitab fiqih lagi yaitu Al-
oleh Abu Syuja’ Al-Isfahani, dan Qurrah Muqaddimah Al-Hadramiyah karya Abdullah
Al-‘Ain karangan Malibari, hanya beberapa Ba-fadhl. Kitab ini frekuensi pengajaran
kitab fiqih saja yang termasuk kelompok sebesar 0,28%. Ibnu Hajar Al-Haitami
kitab yang banyak diajarkan. Sebagian menulis syarah atas kitab ini, Minhaj al-
besar kitab dari keluarga kitab fiqih Syafii Qawim yang frekuensi pengajaran sebesar
dan hubungan antara anggota keluarga 1,49%. Dan kemudian mufti Syafi’i Madinah

24 EDUKASI Volume 10, Nomor 1, Januari-April 2012


Pengajaran Kitab-Kitab Fiqih di Pesantren

Sulaiman Al-Kurdi menulis catatan-catatan Tabel 3: Lima Kitab Fiqh Teratas


luas, Al-Hawasyi Al-Madaniyah, mendapat Yang Diajarkan di Masing-Masing Propinsi
frekuensi pengajaran sebesar 0,10%. Syarah
lain dari Al-Muqaddimah Al-Hadramiyah Propin- Lima Kitab Fiqih Teratas Yang Diajarkan
No
yang ditulis Sa’id ibn M.Ba’syin yakni si 1 2 3 4 5
kitab Busyra Al-Karim mendapat frekuensi 1 Jabar Safinah Taqrib Fath al- Sullam Fath al-
al-Najah Mu’in al-TaufiqQarib
pengajaran sebesar 0,51%. Sedangkan kitab 2 Banten Taqrib Fath al- Fath al- Safinah Kasyifat
Syarh ‘ala Ba-Fadhl yang ditulis Mahfudz Al- Qarib Mu’in al-Najah al-Saja
3 Jatim Taqrib Fath al- Safinah Sullam Fath al-
Tarmasi, frekuensi pengajarannya sebesar Qarib al-Najah al-TaufiqMu’in
4 Jateng
Fath al- Safinah Taqrib Fath al- Sullam
0,26%. Qarib al-Najah Mu’in al-Taufiq
5 Sumsel Fath al- Fath al- Safinah Taqrib Sullam
Kitab Tahrir Tanqib li Al-Lubab fi Fiqh Al- Qarib Mu’in al-Najah al-Taufiq
6 NAD Fath al- Taqrib I’anah Fath al- Hasyiyah
Imam Al-Syafii karya Zakariya Al-Anshari Mu’in athalibin Qarib Bajuri
mendapat frekuensi pengajaran sebesar 7 Lam- Fath al- Safinah Fath al- Taqrib Sullam al-
pung Qarib al-Najah Mu’in Munajat
0,63%. Sedangkan sebuah syarah atas 8 NTB Fath al- Taqrib Safinah Fath al- Kifayatu
Tahrirnya, yakni Tuhfah at-Tulab menda- Qarib al-Najah Mu’in al-Akhyar
9 Kalsel Fath al- Taqrib Fath al- Hasyiyah I’anah
pat frekuensi pengajarannya sebesar Mu’in Qarib Bajuri athalibin
10 DIY Safinah Sullam Taqrib Dirarulba- Fath al-
0,38%. Syarah Riyadh Al-Badi’ah adalah al-Najah al-Taufiq hiyah Qarib
Tsamar Al-Yaniah yang ditulis Nawawi 11 Kalbar Safinah Taqrib Fath al- Sullam Fath al-
al-Najah Qarib al-Taufiq Mu’in
Banten, frekuensi pengajarannya sebesar 12 Jambi Safinah Taqrib Fath al- Sullam Fath al-
0,28%. Safinah as-Shalah sendiri yang al-Najah Qarib al-Taufiq Mu’in
13 Sumbar Fath al- I’anah Taqrib Fath al- Minhaj al-
disyarahi dalam Sullam Munajat frekuensi Mu’in athalibin Qarib Thalibin
14 Sumut Fath al- Hasyiyah Al-Tadhib Kifayatul I’anah
pengajarannya sebesar 0,54%. Syarah Sittin Mu’in Bajuri fi Adilati al-Akhyar athalibin
adalah sebuah teks singkat tipe perukunan Matn Al-
Goyah wa
yang populer di Jawa pada abad ke-19, Taqrib
15 Sulsel Fath al- Fath al- Tarikh Al-Fiqh Safinah
dan judulnya disebut dalam Serat Centini Mu’in Qarib Tasyri’ ‘ala Maza- al-Najah
mendapat frekuensi pengajaran sebesar hib al-
Arba’ah
1,61%.
Bughyah al-Mustarsyidin adalah sebuah Dilihat dari masing-masing propinsi,
koleksi fatwa oleh ulama abad ke-19/20, Tabel 3 menunjukkan kitab-kitab fiqih yang
yang dihimpun oleh Mufti Hadhramaut menempati urutan teratas terlihat berbe-
‘Abd Al-Rahman ibn Muhammad ibn da. Kecuali di Banten dan Jatim yang sama
Husain Ba’alawi sebesar 1,24%. Kitab al- secara nasional menempatkan kitab Taqrib
Fiqh al-Wadih yang merupakan buku teks sebagai urutan teratas. Kitab Safinah al-
mutakhir dalam bahasa Arab sederhana Najah menempati urutan teratas di Jabar,
dan ditulis ulama Minangkabau, Mahmud DIY, Kalbar dan Jambi. Sedangkan di Jateng,
Yunus, frekuensi pengajarannya sebesar Sumsel, Lampung, dan NTB menempatkan
1,31%. Kitab Bidayatul Mujtahid karya Ibnu kitab Fath al-Qarib sebagai urutan teratas.
Rusyd yang tergolong pengaruh gerakan Kitab Fath al-Mu’in menempati urutan
modernis frekuensi pengajarannya sebesar teratas di NAD, Kalsel, Sumbar, Sumut,
0,52%. dan Sulsel.
Dilihat dari kelompok kitab yang
banyak diajarkan secara nasional (Taqrib,
Safinah al-Najah, Fath al-Mu’in, Fath al-Qarib,
dan Sullam al-Taufiq) di beberapa propinsi
juga terjadi, yakni: Jabar, Jateng, Jatim,
Sumsel, Kalbar, dan Jambi. Sedangkan di
Banten kitab Sullam al-Taufiq digeser oleh

Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan 25


Husen H asan B asr i

kitab Kasyifat as-Saja. Di NAD dan Kalsel NAD (23 kitab), Lampung (25 kitab), NTB
kitab I’anah at-Thalibin dan Hasyiyah Bajuri (27 kitab), Kalsel (29 kitab), DIY (30 kitab),
menggeser kitab Safinah al-Najah dan Sullam Kalbar (38 kitab), Jambi, Sumbar, Sumut,
al-Taufiq. Di Lampung kitab Sullam al-Taufiq dan Sulsel (55 kitab). Propinsi-propinsi
digeser oleh kitab Sullam al-Munajat. Di yang menjadi basis pesantren seperti Jatim,
NTB kitab Kifayat al-Akhyar menggeser Jateng, dan Banten memperlihatkan adanya
kitab Sullam al-Taufiq. Di Sumbar kitab kitab-kitab fiqih yang tidak diajarkan. Pe-
Safinah al-Najah dan Sullam al-Taufiq digeser santren sasaran di Jatim tidak mengajarkan
oleh kitab I’anah at-Thalibin dan Minhaj at- 4 kitab fiqih, yaitu: Nihayah al-Muhtaj, al-
Thalibin. Di Sulsel kitab Tarikh Tasyri dan Majmuat al-Rawiyah, al-Fiqh ‘ala Mazahib al-
Al-Fiqh ‘ala Mazahib al-Arba’ah menggeser Khamsah, dan Mughni al-Muhtaj. Pesantren
kitab Taqrib dan Sullam al-Taufiq. Selain Fath sasaran di Jateng tidak mengajarkan 5 kitab
al-Mu’in, di Sumut yang termasuk kelom- fiqih, yaitu: al-Majmuat al-Rawiyah, Tuhfah
pok kitab yang banyak diajarkan adalah: al-Infinaniyah, Sabil al-Muhtadin, Mir’at
Hasyiyah Bajuri, Al-Tadhib fi Adilati Matn al-Thullab, dan Mughni al-Muhtaj. Pesan-
Al-Ghoyah wa Taqrib, Kifayat al-Akhyar, dan tren sasaran di Banten tidak mengajarkan
I’anat at-Thalibin. 3 kitab fiqih, yaitu: al-Majmuat al-Rawiyah,
Mughni al-Muhtaj, dan Tanwir al-Hija’.
Tabel 4: Jumlah Kitab Fiqih Diajarakan
atau Tidak diajarkan Tabel 5: Lima Kitab Fiqih Teratas
di Masing-Masing Propinsi Yang Diajarkan di Masing-Masing Tipologi
Pesantren
No Propinsi Diajarkan Tdk Diajarkan
1 Jabar 72 0 Lima Kitab Fiqih Teratas Yang Diajarkan
2 Banten 69 3 No Propinsi
1 2 3 4 5
3 Jatim 68 4 1 Salafiyah Taqrib Safinah Fath al- Fath al- Sullam
4 Jateng 67 5 al- Mu’in Qarib al-
Najah Taufiq
5 Sumsel 54 18 2 Kombinasi Taqrib Fath al- Safinah Fath al- Sullam
6 NAD 49 23 Mu’in al- Qarib al-
7 Lampung 47 25 Najah Taufiq
3 Ashriyah Fath al- Safinah Fath al- Taqrib Kifayah
8 NTB 45 27 Qarib al- Mu’in al-
9 Kalsel 43 29 Najah Akhyar
10 DIY 42 30
11 Kalbar 34 38
Berdasarkan tipologi pesantren,
12 Jambi 17 55
13 Sumbar 17 55
Tabel 5 menunjukkan bahwa kitab Taqrib
14 Sumut 17 55 menempati urutan teratas di pesantren Sa-
15 Sulsel 17 55 lafiyah dan pesantren Kombinasi, dan kitab
Fath al-Qarib menempati urutan teratas
Berapa jumlah kitab fiqih yang di pesantren ashriyah. Dilihat dari lima
diajarkan atau tidak diajarkan di masing- urutan kitab fiqih teratas di masing-masing
masing propinsi. Ada perbedaan jumlah tipologi, kitab Sullam al-Taufiq termasuk
kitab fiqih yang diajarkan atau tidak pada tipologi salafiyah dan kombinasi.
diajarkan di masing-masing propinsi. Kitab Sullam at-Taufiq tidak termasuk ke
Tabel 4 menunjukkan bahwa 72 kitab yang dalam urutan lima teratas pada tipologi
disurvei seluruhnya diajarkan di pesantren- ashriyah, dan sebagai gantinya adalah
pesantren di Jawa Barat. Kitab-kitab fiqih kitab Kifayah al-Akhyar.
yang tidak diajarkan di masing-masing Sebagian besar kitab fiqih—jumlahnya
propinsi adalah: Banten (3 kitab), Jatim (4 67 kitab—yang tidak termasuk ke-
kitab), Jateng (5 kitab), Sumsel (18 kitab), lompok kitab yang banyak diajarkan

26 EDUKASI Volume 10, Nomor 1, Januari-April 2012


Pengajaran Kitab-Kitab Fiqih di Pesantren

mengindikasikan adanya sebuah bentuk dengan setelah pengadopsian sistem Pen-


atau pola pengajaran kitab-kitab fiqih, didikan formal.
yaitu: semakin kitab-kitab fiqih itu tingkat
tinggi, maka sedikit pesantren yang meng- METODE PENGAJARAN KITAB-
ajarkannnya. Sebaliknya, semakin kitab- KITAB FIQIH
kitab fiqih itu tingkat rendah, maka banyak
pesantren yang mengajarkannya. Selama waktu yang panjang, pesantren
Temuan survei ini membenarkan asum- telah memperkenalkan beberapa metode
si tradisi pengajaran kitab kuning yang pengajaran kitab kuning, yaitu bandongan
sudah lama dipraktekkan, yaitu: pertama, atau weton, sorogan, lalaran atau hapalan,
kitab kuning elementer banyak diajarkan, dan diskusi atau musyawarah. Semua
dan kitab kuning tinggi menjadi rujukan metode ini tetap dipertahankan dalam
kaum santri tingkat tinggi atau ustadz sistem klasikal (madrasah) maupun non
atau kyai dalam forum pengkajian kitab klasikal (halaqoh).
seperti bahtsul masail. Kedua, pengajaran Metode weton atau bandongan atau
kitab kuning di pesantren tidak variatif balagan adalah cara penyampaian kitab
(variasinya yang sedikit). Kitab kuning kuning dimana seorang guru, kiai, atau
tidak perlu diajarkan semua, kyai pesantren ustadz membacakan dan menjelaskan isi
cukup mengajarkan beberapa kitab yang kitab kuning, sementara santri, murid, atau
perlu dikuasai, setelah menguasai santri siswa mendengarkan, memberi makna,
dibebaskan untuk mempelajari sendiri. dan menerima. Metode sorogan adalah
Survei ini juga sekaligus membantah murid membaca dan guru mendengarkan
asumsi yang menyatakan bahwa kitab- sambil memberi catatan, komentar, atau
kitab-kitab fiqih yang diajarkan mengalami bimbingan bila diperlukan. Metode diskusi
perubahan. Artinya dari dulu sampai atau musyawarah adalah belajar bersama
sekarang kitab-kitab fiqih yang diajarkan secara diskusi untuk saling mencocokokan
tidak mengalami perubahan. Kitab-kitab pemahaman mengenai arti terjemahan dari
fiqih seperti Taqrib, Safinah al-Najah, Fath isi kitab. Hapalan atau lalaran adalah bela-
al-Muin, Fath al-Qarib, dan Sullam al-Taufiq jar sendiri secara individual dengan jalan
itulah yang dalam hasil survei ini termasuk menghafal, biasanya dilakukan dimana saja
kelompok kitab yang banyak diajarkan dan misalnya di serambi masjid atau serambi
juga termasuk kitab dasar—kecuali kitab kamar.
Fathul Mu’in—yang dari dahulu sampai
sekarang diajarkan. Sedangkan sebagian Grafik 1: Metode Pengajaran Kitab-Kitab
besar kitab-kitab menengah dan tinggi Fiqih
yang dalam hasil survei ini termasuk ke-
lompok yang sedikit diajarkan menjadi
referensi saja. Namun demikian, bagaimana
kualitas penguasaan santri terhadap kitab-
kitab fiqih diatas. Apakah ada perbedaan
antara dahulu dengan sekarang terha-
dap penguasaan kitab-kitab fiqih tersebut.
Tentunya perlu dilakukan kajian-kajian
selanjutnya. Misalnya membandingkan
kemampuan santri di pesantren dalam
penguasaan kitab-kitab fiqih dengan pen-
dekatan sejarah (time seris) antara sebelum
pengadopsian sistem Pendidikan formal

Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan 27


Husen H asan B asr i

Grafik 1 menunjukan bahwa penga- Tabel 6: Lima Urutan Teratas Metode


jaran 72 kitab fiqih rata-rata menggunakan Pengajaran Pada kelompok kitab Fiqih
metode bandongan yang menempati urutan yang Banyak Diajarkan
teratas. Urutan selanjutnya adalah metode
sorogan; metode sorogan dan bandongan; No
Nama Lima Urutan Teratas Metode Yang Digunakan
Kitab I II III IV V
metode diskusi; metode lalaran; metode
1 Taqrib bandongan Sorogan sorogan Lalaran bandongan
bandongan dan diskusi; metode sorogan dan ban- dan diskusi
dongan
dan lalaran; metode sorogan dan diskusi; 2 Safinah bandongan Sorogan sorogan Lalaran sorogan
metode sorogan, bandongan, dan diskusi; an-Najah dan ban- dan lalaran
dongan
dan metode lalaran dan diskusi. 3 Fath bandongan Sorogan sorogan Diskusi bandongan
al-Muin dan ban- dan diskusi
Kitab-kitab fiqih apa saja yang menem- dongan
4 Fath al- bandongan Sorogan sorogan Lalaran Diskusi
patkan metode bandongan sebagai urutan Qarib dan ban-
dongan
teratas. Metode bandongan menempati
urutan teratas hampir di semua pengajaran
5 Sullam bandongan Sorogan sorogan Lalaran Diskusi
kitab fiqih, kecuali kitab al-Fiqh ‘ala at-Taufiq dan ban-
madzahib al-khomsah dan Mughni al-Muhtaj dongan

yang metode pengajaran teratasnya adalah


metode sorogan, dan kitab Manhaj at-Tullab Bagaimana dengan metode pengajaran
dan kitab Tuhfah al-Muhtaj yang metode pada kelompok kitab fiqih yang banyak
pengajaran teratasnya adalah metode diajarkan. Tabel 6 menunjukkan metode
sorogan dan bandongan. bandongan menempati urutan teratas pada
kelompok kitab fiqih yang banyak diajarkan:
Meskipun tidak menempati urutan Taqrib, Safinah an-Najah, Fath al-Mu’in, Fath
teratas, metode diskusi menempati urutan al-Qarib dan Sullam at-Taufiq. Urutan kedua
kedua pada 10 pengajaran kitab fiqih, yaitu: dan ketiga ditempati metode sorogan dan
Tarsyih al-Mustafidin, Nihayah al-Muhtaj, “metode sorogan dan bandongan”. Metode
Tausyikh Ibn Wahaj, Al-Mahali, Qaidah lalaran menempati urutan keempat pada
al-Fiqhiyah, Mizan al-Kubra, Bidayah al- kelompok kitab yang banyak diajarkan,
Mujtahid, Tuhfah al-Infinaniyah, dan Mughni kecuali kitab Fath al-Mu’in yang meng-
al-Muhtaj. Metode diskusi juga menempati gunakan metode diskusi. Urutan kelima
urutan ketiga pada 10 pengajaran kitab ditempati metode yang berbeda. Untuk
fiqih, yaitu: Tuhfah al-Ahbab, Samar al- kitab Taqrib dan Fath al-Mu’in menggu-
Yani’ah, Inaratuddaji, Zuhrah al-Bahiyah, Al- nakan metode bandongan dan diskusi.
Tadhib fi Adilati Matn al-Ghoyah wa al-Taqrib, Untuk kitab Fath al-Qarib dan Sullam at-
Mabadi al-Fiqhiyah,Tahrir, Muhadzab, Sabil al- Taufiq mengunakan metode diskusi. Dan
Muhtadin, dan Hidayat al-Muhtadi. untuk kitab Safinah an-Najah menggunakan
Metode lalaran yang juga tidak metode “sorogan dan lalaran”.
menempati urutan teratas pada seluruh Deskripsi diatas memberikan gam-
kitab, tetapi metode ini menempati urutan baran bahwa dari dulu sampai sekarang
kedua pada 6 pengajaran kitab fiqih, metode bandongan dan sorogan ini masih
yaitu: Dirar al-Bahiyah, Mawahib as-Shamad, dominan digunakan dalam pengajaran
Inaratuddaji, Zuhrah al-Bahiyah, Mir’at al- kitab-kitab fiqih. Masih adanya metode
Tullab, dan Tanwir al-Hija’. Metode lalaran lalaran yang digunakan dalam pengajaran
juga menempati urutan ketiga pada 3 kitab-kitab fiqih menjelaskan bahwa masih
pengajaran kitab fiqih, yaitu: Zubad, Nailu adanya pengaruh ahl al-hadits dalam
al-Author, dan Safinat as-Shalah. pengajaran kitab-kitab fiqih. Meskipun be-
lum dominan penggunaan metode diskusi
dalam pengajaran kitab-kitab fiqih, metode

28 EDUKASI Volume 10, Nomor 1, Januari-April 2012


Pengajaran Kitab-Kitab Fiqih di Pesantren

ini ke depan kecenderungannya akan terus Grafik 3:


meningkat. Jumlah Pertemuan Pengajaran
Kelompok Kitab Fiqih Yang Banyak
JUMLAH PERTEMUAN PENGAJAR- Diajarkan
AN KITAB-KITAB FIQIH

Berapa kali kitab-kitab fiqih diajarkan;


setiap hari, seminggu sekali, seminggu
dua kali, seminggu tiga kali, atau setiap
pasaran. Grafik 2 menunjukkan bahwa dari
72 kitab fiqih, 31 kitab (43%) diajarkan tiap
hari yang menempati urutan teratas, 35
kitab (49%) diajarkan 1 minggu 1 kali yang Dari lima kitab-kitab fiqih itu, Safinah
menempati urutan teratas, 4 kitab (5%) an-Najah menempati urutan teratas. Kitab
diajarkan 1 minggu 2 kali yang menempati Taqrib dan Fathu al-Mu’in menempati urutan
urutan teratas, dan 2 kitab (3%) diajarkan kedua. Adapun kitab Fathu al-Qarib dan
setiap kegiatan pasaran yang menempati Sullam at-Taufiq menempati urutan ketiga.
urutuan teratas. Data ini menunjukkan Kitab Sullam at-Taufiq antara diajarkan
bahwa kitab fiqih diajarkan 1 minggu 1 kali tiap hari dan 1 minggu 1 kali tidak jauh
jumlahnya terbanyak dibanding dengan perbedaannya.
jumlah kitab fiqih yang diajarkan setiap
hari, 1 minggu 2 kali, dan pasaran.
TINGKAT PENGAJARAN KITAB-KI-
TAB FIQIH
Grafik 2:
Jumlah Pertemuan Pengajaran Kitab-Kitab Untuk menentukan tingkat apa (ula,
Fiqih wustha, ulya dan ma’had aly) kitab-kitab
fiqh itu diajarkan. Pertama-tama, nama
kitab-kitab fiqih dilihat seberapa banyak pe-
santren (kyai) mengajarkannya. Kemudian
dari jumlah pesantren yang mengajarkan
dilihat berapa pilihan pesantren (kyai)
antara yang menginginkan adanya jenjang
dengan yang tidak berjenjang. Jika pilihan
kyai lebih banyak pada opsi berjenjang
Bagaimana dengan jumlah pertemuan dari pada opsi tidak berjenjang maka suatu
pengajaran pada kelompok kitab fiqih yang kitab tersebut akan ditentukan sebagai
banyak diajarkan (Taqrib, Safinah al-Najah, kitab yang akan dijenjangkan. Sebaliknya,
Fath al-Muin, Fath al-Qarib, dan Sullam jika pilihan kyai lebih banyak pada opsi
al-Taufiq). Grafik 3 menunjukkan bahwa tidak berjenjang maka suatu kitab tertentu
kelima kitab fiqih itu diajarkan setiap hari tidak dijenjangkan.
sebagai urutan teratas.
Dari 72 kitab fiqih, 55 kitab dijenjangkan
dan 17 kitab tidak dijenjangkan. Kitab-kitab
fiqih yang termasuk kategori dijenjangkan,
selanjutnya ditentukan pada jenjang
apa diajarkannya. Penentuan satu kitab
tertentu masuk jenjang tertentu didasarkan
pada pilihan terbanyak kyai terhadap

Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan 29


Husen H asan B asr i

jumlah kitab-kitab fiqih. Tiga kitab pilihan Pada tingkat Aliyah, yaitu Fath Al-
terbanyak akan diambil menjadi pilihan Qarib, Minhaj Al-Thalibin, Fathul Wahab,
tingkat pengajaran kitab kuning. Alasan Mahalli, Tahrir sebagaimana temuan
pemilihan tiga kitab pilihan terbanyak Bruinesen, hanya Fathul Muin yang
untuk memberikan alternatif bagi termasuk tingkatan ‘ulya. Meskipun
penentuan pengakuan kesetaraan Pendi- keterpilihannya kepada tingkatan ‘ulya,
dikan pesantren berbasis pengajaran kitab- kitab-kitab Fathul Wahab, Mahalli, Tahrir
kitab fiqih. keterpelihan kepada tingkatan itu masing-
masing hanya sebanyak 50 pesantren untuk
Tabel 7: fathul wahab, 28 pesantren untuk Mahalli,
Tingkat Pengajaran Kitab Fiqih dan 13 pesantren untuk tahrir.
Kitab I’anah Thalibin, Bajuri, Iqna,
Nama Kitab Manhaj al-Thullab, Minhajul Qawim, Kasifat
Tingkat
I II III al-Saja, Syarah Sittin, Muhadzab, dan Bughyat
Ula Safinah al- Taqrib Mabadiu al- al-Mustarsyidin tidak disebutkan oleh
Najah Fiqhiyah
Wustha Fath al-Qarib Taqrib Sullam at- Bruinessen tingkat pengajarannya, temuan
Taufiq
‘Ulya Fath al-Mu’in I’anah at- Fath al-Qarib survei memasukan I’anah at-Thalibin, Iqna,
Thalibin Manhaj al-Thullab, dan Minhajul Qawim ke
Ma’had aly Fath al-Mu’in Fath al-Wah- I’anah at-
hab Thalibin tingkatan ‘ulya.

Tabel 7 diatas menunjukkan bahwa PENUTUP


kitab Safinah al-Najah, Taqrib, dan Mabadiu
al-Fiqhiyah diajarkan pada jenjang ula. Kitab Kesimpulan
Fath al-Qarib, Taqrib, dan Sullam at-Taufiq
1. Kelompok kitab fiqih yang banyak
diajarkan pada jenjang wustha. Adapun
diajarkan adalah kitab-kitab fiqih
jenjang ‘ulya, kitab yang diajarkan adalah:
standar. Sedangkan kitab-kitab fiqih
Fath al-Mu’in, I’anah at-Thalibin, dan Fath
menengah dan tinggi atau otoritatif
al-Qarib. Sedangkan untuk jenjang Ma’had
termasuk ke dalam kelompok kitab yang
Aly, kitab-kitab fiqih yang diajarkan ada-
cukup banyak dan sedikit diajarkan.
lah: Fath al-Mu’in, Fath al-Wahhab, dan
Temuan survei ini membenarkan dan
I’anah at-Thalibin. Ada suatu kitab yang
memperkuat asumsi tradisi pengajaran
terus menerus diajarkan di berbagai tingkat kitab kuning di pesantren yang sudah
seperti kitab-kitab Taqrib, Fath al-Qarib, Fath lama diperaktekkan.
al-Mu’in, dan I’anah at-Thalibin. 2. Metode bandongan masih mendominasi
Data tentang tingkatan pengajaran metode pengajaran kitab-kitab fiqih
kitab fiqih ini menguatkan sekaligus di pesantren dibandingkan de-
meruntuhkan beberapa temuan studi ngan metode-metode lain. Masih
Bruinessen tentang kitab kuning yang adanya metode lalaran yang digu-
dilakukan tahun 1980-an. Dalam fiqih, nakan dalam pengajaran kitab fiqih
Bruinesen memasukan kitab-kitab Taqrib, menjelaskan bahwa pengaruh ahl al-
Safinah, Sullam al-Taufiq, Uqud al-Lujain, hadits dalam pengajaran kitab fiqih
Mabadi Fiqhiyah, dan Fiqh Wadhih untuk masih ada. Meskipun belum dominan
tingkat tsanawiyah. Hasil survei ini penggunaan metode diskusi dalam
memasukan tiga kitab dari lima kitab fikih, pengajaran kitab fiqih, metode ini ke
yakni Safinah,Taqrib, dan Mabadiu al-Fiqhiyah depan kecenderungannya akan terus
untuk tingkatan ula. Kitab Taqrib dan Sullam meningkat.
al-Taufiq untuk tingkatan wustha. 3. Kitab fiqih diajarkan 1 minggu 1
kali yang menempati urutan teratas

30 EDUKASI Volume 10, Nomor 1, Januari-April 2012


Pengajaran Kitab-Kitab Fiqih di Pesantren

jumlahnya terbanyak dibanding dengan dengan yang menginginkan menjadi


jumlah kitab fiqih yang diajarkan setiap ulama murni tanpa ada pengaturan dari
hari, 1 minggu 2 kali, dan pasaran. luar pesantren.
4. Kitab-kitab fiqih diajarkan baik ber- 3. Adanya pengulangan pengajaran kitab
jenjang maupun tidak berjenjang. fiqih tertentu pada tingkat tertentu
Tetapi sebagian besar kitab fiqih perlu dengan tujuan pendalaman materi
dijenjangkan. Terdapat perbedaan pen- kitab fiqih perlu dikaji ulang dengan
jenjangan beberapa kitab fiqih antara penuntasan pengajaran kitab fiqih pada
temuan Bruinessen dengan hasil survei satu tingkat tertentu.
ini. 4. Hasil survei ini dapat dijadikan data awal
(base data) dalam pengambilan kebijakan
Rekomendasi Pemerintah, khususnya Kementeri-
an Agama dalam menyusun kebijakan
1. Rendahnya kuantitas (variasi kitab) pengembangan Pendidikan pesantren,
pengajaran kitab-kitab fiqih dengan seperti penyusunan bahan instrumen
melihat frekuensi keterpilihan kitab penilaian khusus yang tercantum da-
yang diajarkan, kami menyarankan: lam PP 19 Tahun 2005 tentang SNP pasal
a. Pimpinan Pesantren (kyai) meng- 93 ayat (2) dalam rangka standarisasi
usahakan upaya kongkrit untuk kurikulum dan kompetensi lulusan
meningkatkan mutu pengajaran santri pesantren salafiyah.
kitab-kitab fiqih dalam hal kualitas 5. Sebaiknya ada satu kajian dilan-
penguasaan kitab-kitab fiqih. Pe- jutkan untuk mengungkap kualitas
ningkatan mutu pengajaran itu (penguasaan) kitab kuning umumnya
dimulai oleh kyai sebagai pengajar dan khususnya kitab-kitab fiqih di pe-
sehingga mempengaruhi terhadap santren.
peningkatan kualitas pengajaran
kitab fiqih baik ustadz maupun SUMBER BACAAN
santri. Dan ustadz yang direkrut
untuk mengajar pesantren harus Azra, Azyumardi. 2002. “ Kitab Kuning:
mampu mengajarkan kitab-kitab Tradisi dan Epistemologi Keilmuan
fiqih. Islam di Indonesia”, Azyumardi AZra,
b. Kepada Direktorat Pendidikan Pendidikn Islam: Tradisi dan Modernisasi
Diniyah dan Pondok Pesantren harus Menuju Milenium Baru”, Jakarta, Logos.
membuat pedoman pengajaran kitab
Bafadal, Fadhal A.R. dan M. Syatibi. 2006.
kuning umumnya, dan khususnya
Pergeseran Literatur Pondok Pesantren
kitab-kitab fiqih, di pesantren. Bagi
Salafiyah di Indonesia, Departemen
pesantren yang menyelenggarakan
Agama Ri, Badan Litbang dan Diklat
Pendidikan formal perlu diperkuat
Puslitbang Lektur Keagamaan.
sistem boarding dan menambah
alokasi waktu dalam bentuk “jam Bruinessen, Martin Van.1999. Kitab Kuning,
wajib belajar kitab kuning” Bagi Pesantren dan Tarekat: Tradisi-Tradisi
pesantren yang tidak menyeleng- Islam di Indonesia, Bandung, Mizan.
garakan Pendidikan formal (pesan- Dhofier, Zamakhsyari. 1982. Tradisi Pesan-
tren salafiyah murni) ditambah jenis tren: Studi tentang Pandangan Hidup
kitab yang diajarkan. Kyai, Jakarta, LP3ES.
2. Pemerintah memiliki kewajiban EMIS, Statistik Pendidikan PD Ponten,
mengayomi aspirasi Pendidikan di pe- Tahun ajaran 2009-2010.
santren dengan memberikan kebebasan
memilih antara mendapat pengakuan Mastuhu.1994. Dinamika sistem Pendidikan
dari negara (pengakuan kesetaraan) Pesantren, INIS, Jakarta.

Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan 31


Hus en H asan B asr i

Mas’udi, Masdar F. 1985. “Mengenal Pe- Steenbrink, Karel A. 1994. Pesantren,


mikiran Kitab Kuning”, M. Dawam Madrasah, Sekolah: Pendidikan Islam da-
Rahardjo (editor), Pergulatan Dunia Pe- lam Kurun Moderen, Jakarta, LP3ES.
santren: Membangun Dari Bawah, Jakar- Surat edaran Direktorat Jenderal
ta, P3M. Kelembagaan Agama Islam, Nomor:
Mochtar, Affandi. 1999. “Tradisi Kitab Dj.II.II/V/PP.007/AZ/28/04 tanggal
Kuninng: Sebuah Observasi 9 Januari 2004
Umum,” dalam Marzuki Wahid, dkk Wahid, Abdurahman. 2010. Menggerakkan
(penyunting), Pesantren Masa Depan: Tradisi: Esai-Esai Pesantren, Yogyakarta,
Wacana Pemberdayaan dan Transformasi LkiS.
Pesantren, Bandung, Pustaka Hidayah.

32 EDUKASI Volume 10, Nomor 1, Januari-April 2012

Anda mungkin juga menyukai