Anda di halaman 1dari 3

5.

Patomekanisme antar gejala DEMAM Demam yang menyertai infeksi dan penyakit lain berhubungan dengan resetting dari termostat yang terletak di hipotalamus. Banyak mekanisme patogenik yang kompleks, yang dihubungkan dengan sebab terjadinya demam. Faktor yang umum ditemukan adalah, sebagai reaksi terhadap berbagai rangsang infeksi, imunologik dan inflamatorik, sel-sel seperti makrofag dan monosit mengeluarkan beberapa jenis polipeptid yang disebut monokines. Monokines ini mempengaruhi metabolisme, dan dua di antaranya interleukin1 (IL-1) dan tumor necrosis factor (TNF) diketahui berperan sebagai pirogen endogen. Selain itu, alpha-interferon (IFN-a) yang diproduksi sel sebagai respons terhadap infeksi virus, juga bersifat pirogenik. Zat mana yang secara langsung menyebabkan demam masih belum dapat dipastikan, tetapi kurang/tidak adanya respons demam pada fase akut beberapa infeksi viral mungkin menunjukkan bahwa IFN-a lebih berperan. IL1 berperan penting dalam mekanisme pertahanan tubuh karena antara lain menstimulasi limfosit T dan B, mengaktivasi netrofil, merangsang sekresi reaktan (Creactive protein, haptoglobin, fibrinogen) dari hepar,mempengaruhi kadar besi dan seng plasma dan meningkatkan katabolisme otot. IL1 bereaksi sebagai pirogen dengan merangsang sintesis PG E2 di hipptalamus, yang kemudian bekerja pada pusat vasomotor sehingga meningkatkan produksi panas sekaligus menahan pelepasan panas, sehingga menyebabkan demam. TNF (cachectin) juga mempunyai efek metabolisme dan mungkin berperan pada penurunan berat badan yang kadang-kadang diderita setelah seseorang menderita infeksi.TNF bersifat pirogen melalui dua cara - efek langsung melepaskan PG E2 dari hipotalamus dan merangsang penglepasan IL1. Demam adalah salah satu tanda inflamasi dan infeksi. Demam berfungsi untuk mengoptimalkan kerja sel darah putih untuk menyingkirkan zat asing yang masuk ke dalam tubuh. Demam pada pasien kemungkinan disebabkan oleh infeksi sekunder. Ketika pasien terpapar alergen dan menjadi batuk-batuk, daya tahan tubuh pasien menjadi melemah, sehingga lebih mudah terkena infeksi. Ditambah lagi anak tersebut menderita bronchopneumonia dimana pada bronchopneumonia terjadi infeksi menetap. Yang dimana bronchopneumonia merupakan juga salah satu penyebab dari TBC. Sehingga anak tersebut dapat tertular oleh kuman dan mengakibatkan dia demam.

SESAK NAPAS Sesak napas/ dispnea merupakan gejala penyakit kardiovaskuler, emboli paru, penyakit paru obstruktif dan restriktif, gangguan dinding dada, kecemasan. Pada penyakit obstruktif, dispnea terjadi karena terhalangnya udara saat masuk ke dalam paru akibat sempitnya jalan napas, begitu pun saat ekspirasi. Histamin berasal dari sintesis histidin dalam aparatus Golgi di sel mast dan basofil. Histamin mempengaruhi saluran napas melalui tiga jenis reseptor. Rangsangan pada reseptor H-1 akan menyebabkan bronkokonstriksi, aktivasi refleks sensorik dan meningkatkan permeabilitas vaskular serta epitel. Rangsangan reseptor H-2 akan meningkatkan sekresi mukus glikoprotein. Rangsangan reseptor H-3 akan merangsang saraf sensorik dan kolinergik serta menghambat reseptor yang menyebabkan sekresi histamin dari sel mast. Akhirnya, saluran napas menjadi menyempit sehingga timbulah sesak napas. BATUK Mekanisme batuk dibagi menjadi 3 fase: 1. Fase 1 (Inspirasi), paru2 memasukan kurang lebih 2,5 liter udara, oesofagus dan pita suara menutup, sehingga udara terjerat dalam paru2 2. Fase 2 (Kompresi), otot perut berkontraksi, so diafragma naik dan mnekan paru2, diikuti pula dengan kontraksi intercosta internus. yang pada akhirnya akan menyebabkan tekanan pada paru2 meningkat hingga 100mm/hg. 3. Fase 3 (Ekspirasi), Spontan oesofagus dan pita suara terbuka dan udara meledak keluar dari paru2. Tidak kalah pentingnya adalah saat udara kluar dari paru2 dengan kecepatan yang relatif tinggi, trachea dan bronkus yg tidak bercartilago akan terinvaginasi, sehingga udara dapat melalui celah2 bronkus and trachea. hal ini membantu untuk membersihkan saluran napas dari kotoran, kuman, virus, dan bakteri. Batuk adalah gejala umum penyakit pernapasan. Hal ini disebabkan oleh (1) stimulasi refleks batuk oleh benda asing yang masuk ke dalam larink, (2) akumulasi sekret pada saluran pernapasan bawah. Bronkitis kronik, asma, tuberkulosis, dan pneumonia merupakan penyakit dengan gejala batuk yang mencolok (Chandrasoma, 2006). Batuk merupakan upaya pertahanan paru terhadap berbagai rangsangan yang ada. Ini adalah refleks normal untuk melindungi tubuh. Refleks batuk terdiri dari 5 komponen utama : reseptor batuk, serabut saraf aferen, pusat batuk, susunan saraf eferen, dan efektor batuk. Reseptor batuk terdapat di larink, trakea, carina, dan daerah percabangan bronkus. Pada dasarnya mekanisme batuk dibagi menjadi 3 fase : inspirasi, kompresi, dan ekspirasi. Fase inspirasi dimulai dengan inspirasi singkat dan cepat. Kemudian dimulailah fase kompresi dimana glotis akan tertutup selama 0,2 detik. Pada masa ini, tekanan di paru dan abdomen meningkat. Lalu secara aktif glotis membuka dan berlangsunglah fase ekspirasi, udara terdorong keluar menimbulkan batuk. Batuk dapat ditemukan pada penyakit paru obstruktif (COPD, asma, bronkiektasis), penyakit paru restriktif, infeksi, tumor, dan lain-lain.

DIARE Diare akut infeksi diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis menjadi diare non inflamasi dan Diare inflamasi. Diare Inflamasi disebabkan invasi bakteri dan sitotoksin di kolon dengan manifestasi sindroma disentri dengan diare yang disertai lendir dan darah. Gejala klinis yang menyertai keluhan abdomen seperti mulas sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah, demam, tenesmus, serta gejala dan tanda dehidrasi. Pada pemeriksaan tinja rutin secara makroskopis ditemukan lendir dan/atau darah, serta mikroskopis didapati sel leukosit polimorfonuklear. Pada diare non inflamasi, diare disebabkan oleh enterotoksin yang mengakibatkan diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah. Keluhan abdomen biasanya minimal atau tidak ada sama sekali, namun gejala dan tanda dehidrasi cepat timbul, terutama pada kasus yang tidak mendapat cairan pengganti. Pada pemeriksaan tinja secara rutin tidak ditemukan leukosit. Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang kronik dapat dibagi menjadi kelompok osmotik, sekretorik, eksudatif dan gangguan motilitas. Diare osmotik terjadi bila ada bahan yang tidak dapat diserap meningkatkan osmolaritas dalam lumen yang menarik air dari plasma sehingga terjadi diare. Contohnya adalah malabsorbsi karbohidrat akibat defisiensi laktase atau akibat garam magnesium. Diare sekretorik bila terjadi gangguan transport elektrolit baik absorbsi yang berkurang ataupun sekresi yang meningkat. Hal ini dapat terjadi akibat toksin yang dikeluarkan bakteri misalnya toksin kolera atau pengaruh garam empedu, asam lemak rantai pendek, atau laksantif non osmotik. Beberapa hormon intestinal seperti gastrin vasoactive intestinal polypeptide (VIP) juga dapat menyebabkan diare sekretorik. Diare eksudatif, inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau bersifat non infeksi seperti gluten sensitive enteropathy, inflamatory bowel disease (IBD) atau akibat radiasi. Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu tansit usus menjadi lebih cepat. Hal ini terjadi pada keadaan tirotoksikosis, sindroma usus iritabel atau diabetes melitus. Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme. Pada infeksi bakteri paling tidak ada dua mekanisme yang bekerja peningkatan sekresi usus dan penurunan absorbsi di usus. Infeksi bakteri menyebabkan inflamasi dan mengeluarkan toksin yang menyebabkan terjadinya diare. Infeksi bakteri yang invasif mengakibatkan perdarahan atau adanya leukosit dalam feses. Pada dasarnya mekanisme terjadinya diare akibat kuman enteropatogen meliputi penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa kerusakan mukosa, invasi mukosa, dan produksi enterotoksin atau sitotoksin. Satu bakteri dapat menggunakan satu atau lebih mekanisme tersebut untuk dapat mengatasi pertahanan mukosa usus.

Anda mungkin juga menyukai

  • Status Ujian Bedah
    Status Ujian Bedah
    Dokumen6 halaman
    Status Ujian Bedah
    Novita Putri Wardani
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus Dermatitis Seboroik
    Laporan Kasus Dermatitis Seboroik
    Dokumen15 halaman
    Laporan Kasus Dermatitis Seboroik
    Novita Putri Wardani
    Belum ada peringkat
  • Stroke Infark
    Stroke Infark
    Dokumen22 halaman
    Stroke Infark
    Novita Putri Wardani
    Belum ada peringkat
  • Referat Ra
    Referat Ra
    Dokumen23 halaman
    Referat Ra
    Novita Putri Wardani
    Belum ada peringkat
  • Lapkas Tinea Kruris
    Lapkas Tinea Kruris
    Dokumen9 halaman
    Lapkas Tinea Kruris
    Novita Putri Wardani
    Belum ada peringkat
  • Referat Unresponsiveness
    Referat Unresponsiveness
    Dokumen16 halaman
    Referat Unresponsiveness
    Novita Putri Wardani
    Belum ada peringkat
  • Journal Reading
    Journal Reading
    Dokumen15 halaman
    Journal Reading
    Novita Putri Wardani
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus Tinea Kruris
    Laporan Kasus Tinea Kruris
    Dokumen20 halaman
    Laporan Kasus Tinea Kruris
    Novita Putri Wardani
    Belum ada peringkat
  • Pendekatan Diagnosis Diare Kronik
    Pendekatan Diagnosis Diare Kronik
    Dokumen19 halaman
    Pendekatan Diagnosis Diare Kronik
    Novita Putri Wardani
    Belum ada peringkat
  • Referat Ra
    Referat Ra
    Dokumen23 halaman
    Referat Ra
    Novita Putri Wardani
    Belum ada peringkat
  • Lapkas Acs
    Lapkas Acs
    Dokumen37 halaman
    Lapkas Acs
    Novita Putri Wardani
    Belum ada peringkat
  • Referat Ra
    Referat Ra
    Dokumen23 halaman
    Referat Ra
    Novita Putri Wardani
    Belum ada peringkat
  • Tutorial SSJ
    Tutorial SSJ
    Dokumen15 halaman
    Tutorial SSJ
    Novita Putri Wardani
    Belum ada peringkat
  • Referat Da
    Referat Da
    Dokumen16 halaman
    Referat Da
    Novita Putri Wardani
    Belum ada peringkat
  • Dermatitis Atopic
    Dermatitis Atopic
    Dokumen27 halaman
    Dermatitis Atopic
    Namun Sibora Bora
    Belum ada peringkat
  • Kedokteran Keluarga HT
    Kedokteran Keluarga HT
    Dokumen22 halaman
    Kedokteran Keluarga HT
    Novita Putri Wardani
    Belum ada peringkat
  • Lapkas Tinea Kruris
    Lapkas Tinea Kruris
    Dokumen9 halaman
    Lapkas Tinea Kruris
    Novita Putri Wardani
    Belum ada peringkat
  • Journal Reading
    Journal Reading
    Dokumen15 halaman
    Journal Reading
    Novita Putri Wardani
    Belum ada peringkat
  • Lapkas Tinea Kruris
    Lapkas Tinea Kruris
    Dokumen9 halaman
    Lapkas Tinea Kruris
    Novita Putri Wardani
    Belum ada peringkat
  • Refreshing
    Refreshing
    Dokumen14 halaman
    Refreshing
    Novita Putri Wardani
    Belum ada peringkat
  • Otitis Media Supuratif Kronis
    Otitis Media Supuratif Kronis
    Dokumen13 halaman
    Otitis Media Supuratif Kronis
    Novita Putri Wardani
    Belum ada peringkat
  • Lapkas I
    Lapkas I
    Dokumen20 halaman
    Lapkas I
    Novita Putri Wardani
    Belum ada peringkat
  • Refreshing
    Refreshing
    Dokumen39 halaman
    Refreshing
    Novita Putri Wardani
    Belum ada peringkat
  • REFERAT Hipo Dan Hiper
    REFERAT Hipo Dan Hiper
    Dokumen38 halaman
    REFERAT Hipo Dan Hiper
    Novita Putri Wardani
    Belum ada peringkat
  • URETEROLITHIASIS
    URETEROLITHIASIS
    Dokumen28 halaman
    URETEROLITHIASIS
    MaghfirahEkasariLaitjinara
    Belum ada peringkat
  • Refreshing
    Refreshing
    Dokumen38 halaman
    Refreshing
    Novita Putri Wardani
    Belum ada peringkat
  • Kandidiasis Oral
    Kandidiasis Oral
    Dokumen10 halaman
    Kandidiasis Oral
    Novita Putri Wardani
    Belum ada peringkat
  • Lapkas Ppok
    Lapkas Ppok
    Dokumen18 halaman
    Lapkas Ppok
    Novita Putri Wardani
    Belum ada peringkat
  • Bibir Sumbing
    Bibir Sumbing
    Dokumen11 halaman
    Bibir Sumbing
    Novita Putri Wardani
    Belum ada peringkat
  • Trauma Maksilofasial
    Trauma Maksilofasial
    Dokumen23 halaman
    Trauma Maksilofasial
    Gaplex Fendi
    100% (2)