Anda di halaman 1dari 10

AKUNTANSI KEUANGAN II

Pertemuan 11

Kelompok : 11 A.A Kadek Finty Udayani (1215351187) I Gusti Putu Mira Wianti Vazria Ulfa Liandini Ida Bagus Wira Sanjaya (1215351190) (1215351191) (1215351192)

Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana 2013

PEMBAHASAN
PENGERTIAN PERUBAHAN METODE AKUNTANSI
Salah satu tujuan penyusunan laporan keuangan adalah memberikan informasi kepada pihak-pihak yang membutuhkan yang akan digunakan untuk membuat perbandingan, meramalkan dan menilai kemampuan suatu perusahaan. Perbandingan-perbandingan tersebut dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu horizontal dan vertikal. Perbandingan horizontal adalah perbandingan laporan keuangan suatu perusahaan dengan perusahaan lain untuk periode yang sama. Sedangkan perbandingan vertikal adalah perbandingan laporan keuangan dari suatu perusahaan dengan laporan yang sama untuk periodeperiode sebelumnya. Untuk menjaga agar prinsip comparability dan konsistensi ini dapat terlaksana perubahanperubahan yang terjadi dipisahkan menjadi dua, yaitu perubahan metode-metode akuntansi dan perubahan-perubahan yang timbul karena koreksi kesalahan-kesalahan dalam periode-periode yang lalu. Perubahan dalam metode akuntansi dipisahkan menjadi tiga, yaitu: 1. Perubahan dalam prinsip akuntansi 2. Perubahan dalam taksiran-taksiran akuntansi 3. Perubahan dalam kesatuan usaha

PERUBAHAN PRINSIP AKUNTANSI


Perubahan prinsip akuntansi adalah penggunaan suatu prinsip akuntansi yang lazim yang berbeda dengan prinsip akuntansi yang lazim yang digunakan dalam periode sebelumnya. Istilah prinsip akuntansi mencakup juga metode-metode yang digunakan. Perubahan dalam prinsip akuntansi ini dapat terjadi karena perusahaan mempunyai beberapa alternatif metode untuk penerapan suatu prinsip. Istilah perubahan dalam prinsip akuntansi ini tidak termasuk: a. Pemakaian pertama suatu prinsip akuntansi untuk mencatat transaksi yang baru pertama kali terjadi dalam perusahaan. b. Penggunaan atau perubahan suatu prinsip akuntansi yang perlu dilakukan karena adanya perubahan sifat transaksi. c. Perubahan dari prinsip akumulasi yang tidak lazim ke prinsip yang lazim.

Contoh dari perubahan prinsip akuntansi adalah sebagai berikut : 1. Perubahan dalam metode pembebanan harga pokok persediaan, seperti dari LIFO ke FIFO atau ke rata-rata tertimbang. 2. Perubahan dalam metode depresiasi aktiva tetap, seperti dari double declining balance method ke straight line method. 3. Perubahan dalam metode akuntansi untuk kontrak jangka panjang, seperti dari metode kontrak selesai ke metode persentase penyelesaian. 4. Perubahan dalam perhitungan biaya produksi, seperti dari full costing ke direct costing. Perubahan Prinsip Akuntansi yang Mempunyai Akibat Kumulatif Akibat kumulatif dari perubahan prinsip akuntansi diperlakukan sebagai berikut: a. Jumlah akibat kumulatif dari perubahan prinsip dilaporkan dalam laporan laba rugi di antara elemen-elemen luar biasa dan laba bersih. Pelaporan- nya dengan jumlah sesudah dikurangi pajak penghasilan. b. Laporan keuangan periode-periode sebelumnya tidak perlu dikoreksi. c. Laba sebelum elemen luar biasa dan laba bersih periode-periode sebelumnya ditunjukkan dalam laporan laba rugi tahun sekarang (di bagian bawah halaman pertama) dengan jumlah yang sudah dikoreksi. Perubahan Prinsip Akuntansi yang Mempunyai Akibat Retroaktif Perubahan prinsip akuntansi tertentu diperlakukan secara retroaktif. Dalam cara ini laporan keuangan periode-periode sebelumnya (yang dilaporkan) disusun kembali sesuai dengan prinsip yang baru.Kalau masih terdapat sisa akibat kumulatif sesudah laporan keuangan periode-periode sebelumnya yang dilaporkan, direvisi maka sisa tersebut dikoreksikan ke saldo awal rekening laba ditahan dari periode terawal yang dikoreksi. Perubahan prinsip akuntansi yang memerlukan retroaktif adjustment adalah: a. Perubahan metode penentuan harga pokok persediaan dari LIFO ke metode yang lain. b. Perubahan dalam metode akuntansi untuk kontrak jangka panjang, dan c. Perubahan dari atau ke full cost method yang digunakan dalam industri extractive. Perubahan Metode Penentuan Harga Pokok Persediaan ke LIFO Perubahan ke LIFO ini merupakan suatu pengecualian dari dua perlakuan diatas (kumulatif dan retroaktif). Apabila suatu perusahaan mengganti metode penentuan harga pokoknya ke LIFO,

maka persediaan awal dalam periode pergantian metode ini merupakan dasar perhitunagan untuk periode tersebut dan periode-periode berikutnya. Pergantian metode ke LIFO ini tidak memerlukan koreksi baik kumulatif maupun retroaktif.

PERUBAHAN TAKSIRAN
Banyak alokasi atau pembebanan biaya didasarkan pada taksiran-taksiran dimana taksiran ini dibuat dengan suatu kebijaksanaan, misalnya pembebanan kerugian piutang, taksiran umur dalam perhitungan depresiasi, taksiran jumlah garansi yang akan dibayar dan lain-lain. Pada periode-periode berikutnya mungkin dapat diketahui bahwa taksiran-taksiran yang sudah dibuat adalah tidak benar sehingga perlu direvisi. Dalam hal taksiran sudah dibuat dengan sebaikbaiknya tetapi ternyata tidak tepat karena taksiran akan berubah dengan adanya informasi baru atau bertambahnya pengalaman, maka perubahan-perubahan yang dibuat sebaiknya dibebankan pada periode berjalan dan periode-periode yang akan datang. Periode-periode yang lalu sudah tidak perlu diubah karena perubahan taksiran ini baru diketahui pada periode berjalan. Berbagai contoh taksiran akuntansi, yaitu : 1. Taksiran piutang tak tertagih; 2. Taksiran penurunan nilai persediaan; 3. Taksiran masa kegunaan dan nilai residu aktiva yang disusut; 4. Taksiran masa manfaat biaya-biaya yang ditangguhkan; 5. Taksiran kandungan mineral sumber alam, dan sebagainya. Pengaruh perubahan taksiran akuntansi biasanya diperlakukan untuk tahun-tahun buku yang akan datang, oleh karena itu tidak diperlukan revisi terhadap periode-periode sebelumnya. Pengaruh perubahan taksiran akuntansi dapat dilaporkan sebagai berikut: 1. Pada periode sekarang, apabila perubahan taksiran akuntansi hanya berpengaruh pada periode sekarang. Contoh: - Penghapusan biaya hak paten, karena sudah tidak memberikan manfaat lagi - Penghapusan goodwill sebelum masa kegunaan berakhir. 2. Pada periode sekarang dan periode-periode yang akan datang, jika perubahan taksiran akuntansi mempengaruhi periode sekarang dan periode yang akan datang. Contoh: - Perubahan taksiran masa kegunaan aktiva yang didepresiasi - Perubahan taksiran kandungan mineral sumber alam.

Sebagai contoh, misalnya mesin harga perolehannya Rp l.000.000 umurnya ditaksir 8 tahun. Sesudah dipakai selama 5 tahun diketahui bahwa seharusnya mesin tadi umurnya 10 tahun. Depresiasi yang sudah dibebankan selama 5 tahun berjumlah 5 x Rp l25.000 = Rp 625.000. Nilai buku mesin pada awal tahun keenam sebesar Rp 375.000. Karena taksiran umurnya berubah menjadi 10 tahun maka nilai buku sebesar Rp 375.000 akan dibebankan dalam waktu lima tahun, yaitu tahun keenam sampai dengan tahun kesepuluh. Beban depresiasi tiap tahun selama sisa umur mesin sebesar Rp 375.000 : 5 = Rp 75.000. Perubahan dalam taksiran akuntansi yang timbul sebagian atau seluruhnya dari perubahan prinsip akuntansi harus dilaporkan sebagai perubahan taksiran akuntansi. Dalam perubahan metode depresiasi, akibatnya dapat dipisahkan dari perubahan taksiran-taksiran akuntansi seperti umur, residu dan Iain-lain. Oleh karena itu perubahan metode depresiasi harus diperlakukan sebagai perubahan prinsip akuntansi dan perubahan taksiran umur, nilai residu dan lain-lain diperlakukan sebagai perubahan taksiran akuntansi.

PELAPORAN PERUBAHAN DALAM KESATUAN


Yang dimaksud dengan konsep kesatuan usaha ialah bahwa sebuah perusahaan yang harus dipandang sebagai suatu kesatuan usaha yang terpisah dari pemiliknya dan juga dari perusahaanperusahaan lainnya. Konsep kesatuan usaha menyatakan bahwa setiap kesatuan usaha harus membuat akuntansi perusahaan yang terpisah. Hanya aktiva, hutang, dan ekuitas pemilik yang secara khusus berhubungan dengan suatu usaha tertentu yang harus dilaporkan dalam laporan keuangan perusahaan tersebut. Walaupun demikian, haruslah dicatat bahwa dalam beberapa keadaan investor atau pemilik perusahaan secara hukum bertanggungjawab atas hutang atau kerugian. Kewajiban ini tergantung dari bentuk hukum perusahaannya. Pada saat ketika seorang individu mempunyai lebih dari satu jenis bisnis yang tidak berhubungan, setiap bisnis harus diperlakukan sebagai suatu kesatuan yang terpisah. Konsep kesatuan usaha telah menetapkan harus dipandang terpisah dari perusahaanperusahaan lain. Seseorang yang memiliki dua buah perusahaan misalnya sebuah apotik dan sebuah bengkel mobil hendaknya mengadakan catatan-catatan akuntansi tersendiri untuk perusahaan itu. Laporan keuangan bisa berubah karena adanya perubahan kesatuan usaha. Perubahan kesatuan usaha ini terjadi dalam hal disusunnya laporan keuangan konsolidasi sebagai pengganti

laporan keuangan masing-masing perusahaan, perubahan-perubahan dalam anak perusahaan yang laporan-laporannya dikonsolidasikan, atau terjadinya penggabungan-penggabungan baru. Apabila terjadi perubahan kesatuan usaha maka laporan keuangan tahun berjalan harus menjelaskan sifat-sifat dan sebab-sebab perubahan itu. Di samping itu akibat-akibat perubahan terhadap laba rugi juga harus dicantumkan dalam laporan laba rugi sebelum elemen-elemen luar biasa, begitu pula laba bersih dan jumlah pendapatan per lembar saham. Laporan keuangan tahun berikutnya tidak perlu lagi mencantumkan penjelasan seperti laporan tahun berjalan. Agar laporan keuangan tahun berjalan dapat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, laporan keuangan tahun sebelumnya harus disusun dengan anggapan jika seandainya sudah terjadi perubahan kesatuan usaha.

IKHTISAR PERUBAHAN AKUNTANSI DAN KOREKSI KESALAHAN


Laporan keuangan perusahaan terkadang melaporkan hasil yang berbeda dari tahun ke tahun yang disebabkan karena: 1. Perubahan perekonomian 2. Perubahan metode akuntansi 3. Adanya koreksi kesalahan dalam pencatatan transaksi di masa lampau Perubahan akuntansi mempunyai pengaruh yang besar terhadap financial statement perusahaan. Alasan utama dari perubahan akuntansi yaitu: 1. Berdasarkan pengalaman atau informasi baru, perusahaan dapat mengubah estimasi pendapatan atau biayanya. 2. Karena adanya perubahan keadaan perekonomian, perusahaan mungkin perlu mengubah metode akuntansinya agar lebih mencerminkan situasi perekonomian saat itu 3. Badan-badang yang berwenang menetapkan standar akuntansi mungkin mengharuskan penggunaan suatu metode atau prinsip akuntansi yang baru 4. Pembelian perusahaan lain atau penjualan anak perusahaan Apapun alasannya, para akuntan harus tetap berpedoman pada sifat kualitatif yang utama yaitu kegunaan akuntansi dan harus menentukan apakah alasan perubahan akuntansi tersebut tepat, dan bagaimana melaporkan perubahan tersebut agar laporan keuangan itu dapat dimengerti.

KOREKSI KESALAHAN Apabila diketahui adanya kesalahan dalam laporan keuangan dan rekening-rekening, maka kesalahan-kesalahan itu harus diperbaiki agar catatan akuntansi sesuai dengan keadaan sesungguhnya sehingga data yang dihasilkan dan akan menjadi dasar dalam pengambilan keputusan tidak menyesatkan. Kesalahan-kesalahan yang timbul dalam pencatatan, bisa terjadi karena disengaja atau tidak. Kesalahan-kesalahan yang disengaja dapat disebabkan keinginan untuk menghindarkan pajak, menyusun laporan keuangan yang menguntungkan sehingga harga pasar surat berharga perusahaan dapat dipengaruhi, mempengaruhi pandangan lembaga-lembaga tertentu seperti bank, menutupi kecurangan-kecurangan dalam perusahaan seperti pencurian uang, atau persediaan barang dan lain-lain. Apabila kesalahan-kesalahan ini timbul dari kehendak pimpinan perusahaan maka sistem dan prosedur akuntansi yang disusun tidak dapat mencegahnya. Kesalahan-kesalahan yang tidak disengaja timbul karena kesalahan dalam melakukan pencatatan. Kesalahan-kesalahan ini antara lain kesalahan membukukan ke rekening yang lain, kesalahan mencatat jumlah dan penjumlahan baik footing maupun cross footing, kesalahan memisahkan antara pengeluaran modal dan pengeluaran penghasilan, kelupaan tidak membebankan depresiasi dan lain-lain. Kesalahan yang tidak disengaja ini akan dapat dicegah seminimum mungkin jika disusun sistem dan prosedur akuntansi yang baik. Selain itu untuk mencegah timbulnya kesalahan-kesalahan biasanya dilakukan pemeriksaan intern oleh perusahaan. JENIS-JENIS KESALAHAN (KINDS OF ERRORS) Kesalahan dapat digolongkan sebagai berikut: 1. Kesalahan yang segera ditemukan dalam pelaksanaan prosedur akuntansi yang normal Contoh: kesalahan klerikal (tulis menulis) seperti kesalahan penjumlahan, pembukuan ke perkiraan yang salah atau penghilangan suatu perkiraan dari neraca saldo. kesalahan jenis ini biasanya ditemukan selama proses pengikhtisaran secara rutin dalam siklus akuntansi dan bisa langsung dikoreksi. 2. Kesalahan yang terbatas pada perkiraan neraca Contoh: mendebit surat berharga sebagai ganti wesel tagih, mengkredit hutang bunga sebagai ganti wesel bayar, atau mengkredit hutang bunga sebagai ganti hutang gaji. kesalahan lain adalah tidak mencatat penukaran obligasi konvertibel dengan saham.

Kesalahan-kesalahan ini sering ditemukan dalam periode di mana kesalahan itu dibuat. jika kesalahan ini ditemukan pada periode berikutnya, maka koreksi harus dibuat pada saat itu dan data neraca disusun kembali dalam rangka penyusunan laporan komparatif. 3. Kesalahan yang terbatas pada perkiraan laba rugi Contoh dan prosedur untuk mengoreksi jenis kesalahan ini sama dengan contoh no 2 diatas. sebagai contoh gaji pegawai kantor mungkin didebit sebagai ganti gaji pegawai penjualan. Jenis kesalahan ini harus dikoreksi segera setelah kesalahan ditemukan. Walaupun kesalahan ini tidak akan mempengaruhi laba bersih, perkiraan-perkiraan yang salah harus disajikan kembali dalam rangka analisis dan penyusunan laporan komparatif. 4. Kesalahan yang mempengaruhi baik perkiraan neraca maupun perkiraan laba rugi Kesalahan-kesalahan yang terjadi mungkin hanya mempengaruhi neraca saja atau mungkin hanya mempengaruhi laporan laba rugi saja. Selain kesalahan-kesalahan itu ada juga kesalahan-kesalahan yang mempengaruhi keduanya, baik neraca maupun laporan laba rugi seperti berikut : a. Kesalahan-kesalahan yang bila tidak dibetulkan, akan menjadi betul sendiri dalam periode berikutnya (counter balanced). Jika ada kesalahan-kesalahan seperti ini maka laporan laba rugi untuk dua periode berturut-turut menjadi tidak benar. Neraca periode pertama tidak benar, tetapi neraca periode berikutnya sudah menjadi benar sendiri. Contoh kesalahan jenis ini adalah kesalahan dalam persediaan barang, kesalahan tidak membuat penyesuaian untuk utang-utang biaya dan pendapatan yang masih akan diterima, dan kesalahan tidak membuat penyesuaian untuk biaya yang dibayar di muka dan penghasilan yang diterima di muka. b. Kesalahan-kesalahan yang mempengaruhi neraca dan laporan laba rugi tetapi tidak menjadi benar dengan sendirinya pada periode berikutnya. Neraca yang disusun sesudah adanya kesalahan ini tidak akan benar sampai dibuat koreksi yang perlu. Laporan laba rugi tahun berjalan menjadi tidak benar tetapi tahun-tahun berikutnya akan tergantung pada jenis kesalahan itu. Mungkin pengaruhnya hanya dalam periode berjalan atau juga mempengaruhi periode-periode yang akan datang. Contoh kesalahan jenis ini adalah kesalahan dalam depresiasi dan kesalahan mencatat pengeluaran modal sebagai pengeluaran penghasilan atau sebaliknya.

Apabila diketahui adanya kesalahan, maka kesalahan itu harus dianalisis dan dibuatkan koreksi yang diperlakukan sebagai koreksi periode sebelumnya. Koreksi ini dicatat dalam periode ditemukannya kesalahan dan dilaporkan dalam laporan keuangan periode tersebut sebagai koreksi pada saldo awal rekening laba ditahan. Dalam hal disusun laporan keuangan yang dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, maka laporan keuangan periode sebelumnya tersebut juga harus dikoreksi. JURNAL KOREKSI Jurnal koreksi yang dibuat untuk membetulkan kesalahan-kesalahan akan tergantung pada bentuk laporan laba rugi yang disusun. Apabila laporan laba rugi disusun dengan cara all inclusive, yaitu semua elemen yang mempengaruhi perhitungan laba rugi dilaporkan dalam laporan laba rugi, maka jurnal koreksi akan dicatat dalam rekening-rekening nominal. Apabila laporan laba rugi disusun dengan cara current operating performance yaitu laporan laba rugi hanya menunjukkan transaksi-transaksi yang sering terjadi yang timbul dalam periode itu maka jurnal koreksi akan dicatat dalam rekening laba ditahan. Bila mengikuti prinsip yang sekarang berlaku, maka koreksi atas kesalahan dicatat ke rekening laba ditahan dan dilaporkan dalam laporan laba ditahan. Berikut disajikan beberapa contoh membuat jurnal koreksi untuk membetulkan kesalahan-kesalahan yang terjadi dan pengaruh masing-masing kesalahan terhadap neraca dan laporan laba rugi.

REFERENSI
Kieso, D.E., Weigandt, J.J. dan Warfield, T.D. Intermediate Accounting. Edisi IFRS. John Wiley & Son. Inc., (Edisi 12 Bahasa Indonesia). Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting. Yogyakarta. BPFE.

Anda mungkin juga menyukai