Anda di halaman 1dari 55

LABORATORIUM KIMIA FISIKA

Percobaan Kelompok

: VISKOSITAS : II A

Nama : 1. Alfian Muhammad Reza NRP. 2. Ayu Maulina Sugianto NRP. 3. Yosua Setiawan Roesmahardika NRP.

2313 030 071 2313 030 031 2313 030 083

Tanggal Percobaan Tanggal Penyerahan Dosen Pembimbing Asisten Laboratorium

: 25 Nopember 2013 : 2 Desember 2013 : Nurlaili Humaidah, S.T., M.T. : Dhaniar Rulandri W.

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013

ABSTRAK Tujuan dari percobaan viskositas ini adalah untuk menghitung harga koefisien viskositas dan densitas dari aquadest, Rinso cair, minyak goreng Filma, dan minyak goreng jelantah Filma dengan variabel suhu sebesar 37 oC, 47 oC, dan 77 oC menggunakan Viskometer Ostwald. Prosedur yang digunakan untuk menentukan harga koefisien viskositas dari aquadest, Rinso cair, minyak goreng Filma, dan minyak goreng jelantah Filma adalah memasukkan aquadest ke dalam Viskometer Ostwald yang diletakkan dalam water bath dan mengondisikan cairan pada variabel suhu 37C.Selanjutnya menyedot cairan hingga melewati batas atasViskometer Ostwald. Setelah itu biarkan cairan mengalir ke bawah hingga tepat pada batas atas.Saat aquadest melewati batas atas viskometer, catat waktu yang diperlukan aquadest untuk mengalir dari batas atas ke batas bawah dengan menggunakan stopwatch. Mengulangi percobaan tersebut dengan mengganti aquadest dengan variabel cairan yang lainnya, yaitu Rinso cair, minyak goreng Filma, dan minyak goreng jelantah Filma. Selain menentukan harga koefisien viskositas, dalam percobaan ini juga dihitung nilai densitas dari sampel. Prosedur yang dilakukan adalah mengondisikan aquadest pada suhu 37C. Lalu menimbang massa piknometer kosong dengan menggunakan timbangan elektrik. Masukkan aquadest 6 ml yang sebelumnya telah diukur dengan menggunakan gelas ukur ke dalam piknometer kosong. Setelah itu timbang massa total piknometer dan aquadest dengan cara mencari selisih massa antara massa total dan massa piknometer kosong. Setelah itu densitas aquadest dapat dihitung dengan cara membagi massa aquadest dengan volume aquadest. Mengulangi langkah-langkah tersebut dengan mengganti variabel suhu 47 oC dan 77 oC. Kemudian lakukan percobaan dengan mengganti sampel aquadest dengan Rinso cair, minyak goreng Filma, dan minyak goreng jelantah Filma Dari percobaan ini didapat harga viskositas dan densitas aquadest pada suhu 37 oC adalah 233,55 cp dan 0,9 gr/ml, pada suhu 47 oC adalah 224,60 cp dan 0,9 gr/ml, serta pada suhu 77 oC adalah 187,01 cp dan 0,9 gr/ml. Untuk harga viskositas dan densitas Rinso cair pada suhu 37 oC adalah 79192,44 cp dan 0,9 gr/ml, pada suhu 47 oC adalah 57537,56 cp dan 0,9 gr/ml,serta pada suhu 77 oC adalah 28187,14 cp dan 0,9 gr/ml. Untuk harga viskositas dan densitas minyak goreng Filma pada suhu 37 oC adalah 7237,38 cp dan 0,8 gr/ml, pada suhu 47 oC adalah 5917,51 cp dan 0,8 gr/ml, serta pada suhu 77oC adalah 1967,73 cp dan 0,8 gr/ml. Dan untuk harga viskositas dan densitas minyak goreng jelantah Filma pada suhu 37 oC adalah 8982,30 cp dan 0,8 gr/ml, pada suhu 47 oC adalah 6968,93 cp dan 0,8 gr/ml, serta pada suhu 77oC adalah 4168,11 cp dan 0,8 gr/ml. Hubungan viskositas dengan densitas adalah sebanding. Jika harga viskositas naik maka harga densitas pun akan naik, begitupun sebaliknya. Sedangkan hubungan viskositas dengan suhu adalah berbanding terbalik, semakin tinggi suhu suatu zat cair, maka harga viskositas akan semakin kecil begitu pula sebaliknya. Untuk hubungan antara densitas dengan suhu, semakin tinggi suhu suatu zat cair, maka harga densitas akan semakin kecil, begitu pula sebaliknya. Kata Kunci : densitas, viskositas, aquadest, Rinso cair, minyak goreng Filma, dan minyak goreng jelantah Filma, viskometer Ostwald, piknometer

DAFTAR ISI
ABSTRAK ....................................................................................................................... i DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... iii DAFTAR TABEL............................................................................................................ iv DAFTAR GRAFIK .......................................................................................................... v BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang ............................................................................................. I-1 I.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ I-1 I.3 Tujuan Percobaan ......................................................................................... I-2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Dasar Teori .................................................................................................. II-1 BAB III METODOLOGI PERCOBAAN III.1 Variabel Percobaan .................................................................................... III-1 III.2 Bahan yang Digunakan .............................................................................. III-1 III.3 Alat yang Digunakan ................................................................................. III-1 III.4 Prosedur Percobaan ................................................................................... III-1 III.5 Diagram Alir Percobaan ............................................................................ III-3 III.6 Gambar Alat Percobaan ............................................................................. III-5 BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil Percobaan .........................................................................................IV-1 IV.2 Pembahasan ...............................................................................................IV-2 BAB V KESIMPULAN ...................................................................................................V-1 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................vi DAFTAR NOTASI ..........................................................................................................vii APPENDIKS....................................................................................................................viii LAMPIRAN Laporan Sementara Fotokopi Literatur Lembar Revisi

ii

DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Gambar II.2 Gambar II.3 Gambar II.4 Gambar II.5 Gambar II.6 Viskometer Ostwald .................................................................................. II-5 Viskometer Ostwald .................................................................................. II-8 Viskometer Hoppler .................................................................................. II-10 Viskometer Cup and Bob .......................................................................... II-11 Viskometer Cone and Plate ...................................................................... II-12 Konsep Dua Fluida Sejajar ....................................................................... II-14

iii

DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Tetapan Fisik Aquadest pada Temperature Tertentu ..................................... II-19 Tabel IV.1.1 Hasil Percobaan Viskositas ........................................................................ IV-1 Tabel IV.1.2 Perhitungan Densitas Cairan ...................................................................... IV-1 Tabel IV.1.3 Perhitungan Viskositas Cairan.................................................................... IV-2 Tabel IV.2.1 Data Densitas Aquadest .............................................................................. IV-3 Tabel IV.2.1 Data Viskositas Aquadest ........................................................................... IV-8

iv

DAFTAR GRAFIK
Grafik IV.2.1 . Hubungan antara Suhu Dengan Densitas Aquadest .................................. IV-3 Grafik IV.2.2 . Hubungan antara Suhu Dengan Densitas Rinso Cair ................................ IV-4 Grafik IV.2.3 . Hubungan antara Suhu dengan Densitas Minyak Goreng Filma .............. IV-5 Grafik IV.2.4 . Hubungan antara Suhu dengan Densitas Minyak Goreng Jelantah .......... IV-5 Grafik IV.2.5 . Hubungan antara Suhu dengan Densitas Aquadest, Rinso cair, minyak goreng Filma, dan minyak goreng jelantah Filma..................................... IV-6 Grafik IV.2.6 . Hubungan antara Suhu dengan Viskositas Aquadest ................................ IV-7 Grafik IV.2.7 . Hubungan antara Suhu dengan Viskositas Rinso Cair .............................. IV-9 Grafik IV.2.8 . Hubungan antara Suhu dengan Viskositas Minyak Goreng Filma ........... IV-9 Grafik IV.2.9 . Hubungan antara Suhu dengan Viskositas Minyak Goreng Jelantah ...... IV-10 Grafik IV.2.10 Hubungan antara Suhu dengan Viskositas Aquadest, Rinso cair, minyak goreng Filma, dan minyak goreng jelantah Filma. .................................... IV-11

BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Viskositas merupakan gaya tahan suatu zat yang mempunyai arah berlawanan dengan arah gerak zat tersebut tersebut. Dalam percobaan kali ini, yang dijadikan variabel adalah zat cair. Setiap zat cair mempunyai koefisien viskositas masing-masing. Viskositas tersebut dipengaruhi oleh jenis dari bahan tersebut, karena gaya tarik dari setiap bahan berbeda sehingga mempengaruhi viskositas masing-masing. Salah satu cara untuk menentukan viskositas cairan adalah metode kapiler dari Poiseulle. Metode Ostwald merupakan suatu variasi dari metode Poiseulle. Metode Viskositas Ostwald adalah salah satu cara untuk menentukan harga kekentalan dimana prinsip kerjanya berdasarkan waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah cairan untuk dapat mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang disebabkan oleh berat cairan itu sendiri. Manfaat yang didapat dari praktikum viskositas adalah praktikan dapat mengetahui berapa besar koefisien viskositas dari setiap bahan-bahan yang dibuat sampel. Dalam kehidupan sehari-hari, viskositas dapat digunakan untuk mengetahui kemurnian dalam suatu zat. Viskositas sendiri banyak digunakan dalam dunia industri untuk mengetahui koefisien kekentalan zat cair. Dari perhitungan itu dapat dihitung berapa seharusnya kekentalan yang dapat digunakan dalam mengomposisikan zat fluida itu dalam sebuah larutan. Contoh penggunaan viskositas adalah dalam dunia industrl oli mobil. Oli memiliki kekentalan yang lebih besar daripada zat cair lain. Dengan mengetahui komposisi dari oli tersebut, penerapan viskositas sangat berpengaruh dalam menjaga kekentalan oli tetap terjaga selama proses produksi.

I.2

Rumusan Masalah 1. Bagaimana cara menghitung harga koefisien viskositas dari aquadest, Rinso cair, minyak goreng Filma, dan minyak goreng jelantah Filma pada variabel suhu 37C, 47C, dan 77C dengan menggunakan Viskometer Ostwald? 2. Bagaimana cara menghitung densitas dari aquadest, Rinso cair, minyak goreng Filma, dan minyak goreng jelantah Filma pada variabel suhu 37C, 47C, dan 77C ?

I-1

I-2 Bab I Pendahuluan I.3 Tujuan Percobaan 1. Untuk menghitung harga koefisien viskositas dari aquadest, Rinso cair, minyak goreng Filma, dan minyak goreng jelantah Filma dengan pada variabel suhu 37C, 47C, dan 77C dengan menggunakan Viskometer Ostwald. 2. Untuk menghitung densitas dari aquadest, Rinso cair, minyak goreng Filma, dan minyak goreng jelantah Filma dengan pada variabel suhu 37C, 47C, dan 77C.

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II.1 Dasar Teori Fluida adalah zat yang dapat mengalir. Kata Fluida mencakup zat car, air dan gas karena kedua zat ini dapat mengalir, sebaliknya batu dan benda-benda keras atau seluruh zat padat tidak digolongkan kedalam fluida karena tidak bisa mengalir (Iskandar,
2013).

Fluida merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Setiap hari manusia menghirupnya, meminumnya, terapung atau tenggelam di dalamnya. Setiap hari pesawat udara terbang melaluinya dan kapal laut mengapung di atasnya. Demikian juga kapal selam dapat mengapung atau melayang di dalamnya. Air yang diminum dan udara yang dihirup juga bersirkulasi di dalam tubuh manusia setiap saat meskipun sering tidak disadari. Fluida ini dapat kita bagi menjadi dua bagian yakni: 1. Fluida Statis 2. Fluida Dinamis
(Iskandar, 2013)

Fluida statis adalah fluida yang berada dalam fase tidak bergerak (diam) atau fluida dalam keadaan bergerak tetapi tak ada perbedaan kecepatan antar partikel fluida tersebut atau bisa dikatakan bahwa partikel-partikel fluida tersebut bergerak dengan kecepatan seragam sehingga tidak memiliki gaya geser (Iskandar, 2013). Contoh fenomena fluida statis dapat dibagi menjadi statis sederhana dan statis tidak sederhana. Contoh fluida yang diam secara sedehana adalah air di bak yang tidak dikenai gaya oleh gaya apapun. seperti gaya angin, panas, dan lain-lain yang mengakibatkan air tersebut bergerak. Contoh fluida statis yang tidak sederhana adalah air sungai yang memiliki kecepatan seragam pada tiap partikel di berbagai lapisan dari permukaan sampai dasar sungai (Iskandar, 2013). Cairan yang berada dalam bejana mengalami gaya-gaya yang seimbang sehingga cairan itu tidak mengalir. Gaya dari sebelah kiri diimbangi dengan gaya dari sebelah kanan, gaya dari atas ditahan dari bawah. Cairan yang massanya M menekan dasar bejana dengan gaya sebesar Mg. Gaya ini tersebar merata pada seluruh permukaan dasar bejana. Selama cairan itu tidak mengalir (dalam keadaan statis), pada cairan tidak

IV-1

II-2 Bab II Tinjauan Pustaka ada gaya geseran sehingga hanya melakukan gaya ke bawah oleh akibat berat cairan dalam kolom tersebut (Iskandar, 2013). Fluida dinamis adalah fluida (bisa berupa zat cair atau gas) yang bergerak. Untuk memudahkan dalam mempelajari, fluida disini dianggap steady (mempunyai kecepatan yang konstan terhadap waktu), tak termampatkan (tidak mengalami perubahan volume), tidak kental, tidak turbulen (tidak mengalami putaran-putaran) (Iskandar, 2013). Cairan mempunyai gaya gesek yang lebih besar untuk mengalir daripada gas, hingga cairan mempunyai koefisien viskositas yang lebih besar daripada gas. Viskositas gas bertambah dengan naiknya temperatur , sedang viskositas cairan turun dengan naiknya temperatur. Koefisien viskositas gas pada tekanan tidak terlalu besar, tidak tergantung tekanan, tetapi untuk cairan naik dengan naiknya tekanan (Sukardjo, 2002). Viskositas merupakan pengukuran dari ketahanan fluida yang diubah baik dengan tekanan maupun tegangan. Pada masalah sehari-hari (dan hanya untuk fluida), viskositas adalah "Ketebalan" atau "pergesekan internal". Oleh karena itu, air yang "tipis", memiliki viskositas lebih rendah, sedangkan madu yang "tebal", memiliki viskositas yang lebih tinggi. Sederhananya, semakin rendah viskositas suatu fluida, semakin besar juga pergerakan dari fluida tersebut (Wikipedia, 2013). Viskositas menjelaskan ketahanan internal fluida untuk mengalir dan mungkin dapat dipikirkan sebagai pengukuran dari pergeseran fluida. Sebagai contoh, viskositas yang tinggi dari magma akan menciptakan statovolcano yang tinggi dan curam, karena tidak dapat mengalir terlalu jauh sebelum mendingin, sedangkan viskositas yang lebih rendah dari lava akan menciptakan volcano yang rendah dan lebar. Seluruh fluida (kecuali superfluida) memiliki ketahanan dari tekanan dan oleh karena itu disebut kental, tetapi fluida yang tidak memiliki ketahanan tekanan dan tegangan disebut fluida ideal
(Wikipedia, 2013).

Cairan mempunyai gaya gesek yang lebih besar untuk mengalir daripada gas, hingga cairan mempunyai koefisien viskositas yang lebih besar daripada gas. Viskositas gas bertambah dengan naiknya temperatur, sedang viskositas cairan turun dengan naiknya temperatur. Koefisien viskositas gas pada tekanan tidak terlalu besar, tidak tergantung tekanan, tetapi untuk cairan naik dengan naiknya tekanan (Sukardjo, 2002). Viskositas (kekentalan) dapat dianggap sebagai desakan dibagian dalam suatu fluida. Karena adanya suatu viskositas ini, maka untuk menggerakkan salah satu lapisan Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-3 Bab II Tinjauan Pustaka fluida di atas maka untuk menggerakkan salah satu lapisan fluida di atas lapisan lainnya, atau supaya satu permukaan dapat meluncur di atas permukaan lainnya bila di antara permukaan-permukaan ini terdapat lapisan fluida, haruslah dikerjakan gaya. Baik zat cair maupun gas mempunyai viskositas; hanya saja zat cair lebih kental daripada gas (Sears,
1969).

Aliran cairan dapat dikelompokkan ke dalam dua tipe. Yang pertama adalah aliran laminar atau aliran kental, yang secara umum menggambarkan laju aliran kecil melalui sebuah pipa dengan garis tengah kecil. Aliran lain adalah aliran aliran turbulen, yang menggambarkan laju aliran yang besar melalui pipa dengan diameter yang lebih besar. Hal ini lebih lanjut dikelompokkan menurut bilangan Reynoldnya, yaitu: R = Keterangan : RN R d v
(Dogra & Dogra, 1984)

d R

= bilangan Reyold = jari-jari pipa (m) = kerapatan cairan (kg/liter) = keceptan rata-rata (m/s) = koefisien viskositas (cp)

Jika RN lebih besar dari 4000, alirannya turbulen dan jika lebih kecil dari 2100 maka alirannya laminar (Dogra & Dogra, 1984). Pengaruh Suhu Terhadap Viskositas. Sebagai sifat sistem, pengaruh temperatur terhadap viskositas dapat dinyatakan dengan persamaan berikut : Ln = ln A + E/RT , dengan A dan R merupakan tetapan. (Dogra & Dogra, 1984) Persamaan ini juga dapat dinyatakan sebagai berikut : = A. e A/RT Keterangan : A e R T
(Dogra & Dogra, 1984)

= koefisien viskositas (cp) = konstanta dari cairan = besarnya energi (joule) = konstanta dari cairan = suhu (kelvin)

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-4 Bab II Tinjauan Pustaka Dengan E adalah tenaga pengaktifan aliran yang harganya dapat ditentukan dengan membuat grafik ln terhadap 1/T
(Dogra & Dogra, 1984)

Viskositas cairan ditentukan berdasarkan persamaan poisseuille. Besarnya koefisien viskositas untuk fluida : P r t l V
(Sukardjo, 2002).

r t

Keterangan

= koefisien viskositas (cp) = phi (3,14) = tekanan (atm) = jari-jari tabung kapiler (m) = waktu (s) = panjang tabung kapiler (m) = Volume (m3)

Untuk dua zat cair dengan tabung kapiler sama, maka : 1 1 r t1 1 = . = 1 r t Keterangan : P r t l v
(Sukardjo, 2002)
1 .t1

.t

= koefisien viskositas (cp) = phi (3,14) = tekanan (atm) = jari-jari tabung kapiler (m) = waktu (s) = panjang tabung kapiler (m) = volume (m3)

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-5 Bab II Tinjauan Pustaka Karena tekanan berbanding lurus dengan rapatnya, maka : 1 = Keterangan : P t d
(Sukardjo, 2002)
1 .t1

.t

d1.t1 d .t

= koefisien viskositas (cp) = tekanan (atm) = waktu (s) = kerapatan cairan (kg/liter)

Jadi apabila 2, d2, dan d1 diketahui, maka dengan mengukur waktu yang diperlukan untuk mengalir suatu kapiler, dapat ditentukan 1 (Sukardjo, 2002). Penetapan ini dapat dilakukna dengan Viskometer Ostwald. Sejumlah zat cair dimaskkan dalam viskometer yang diletakkan dalam termostat. Cairan ini dihisap dengan pompa ke dalam nola b, hingga permukaan cairan di atas a. Cairan dibiarkan mengalir ke bawah dan waktu yang diperlukan untuk mengalir dari a ke b dicatat dengan menggunakan stopwatch. Percobaan diulangi dengan cairan pembanding setelah dibersihkan. Dengan ini dapat ditentukan t1 dan t2.

Gambar II.1 Viskometer Ostwald

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-6 Bab II Tinjauan Pustaka Viskositas cairan juga dapat ditentukan berdasarkan hukum Stokes. Hukum Stokes berdasarkan jatuhnya benda melalui medium zat cair. Benda bulat dengan radius r dan rapat d, yang jatuh karen gaya gravitasi fluida dengan rapat dm, akan dipengaruhi oleh gaya gravitasi sebesar : f1 = Keterangan : r d g
(Sukardjo, 2002)

d dm g

= phi (3,14) = jari-jari viskometer (m) = kerapatan cairan (kg/liter) = gravitasi (N)

Benda yang jatuh mempunyai kecepatan yang makin lama makin besar, tetapi dalam medium ada gaya gesek. Yang makin besar apabila kecepatan benda jatuh makin besar. Pada saat kesetimbangan, besarnya kecepatan benda jatuh tetap, V. Menurut George G. Stokes, untuk benda bulat tersebut besarnya gaya gesek pada kesetimbangan :

Keterangan: r V = phi (3,14) = jari-jari viskometer (m) = koefisien viskositas (cp) = kecepatan benda (m/s)

(Sukardjo, 2002)

r Keterangan : dm r g R = rapat cairan (kg/m3) = jari-jari bola (m) = gaya gravitasi (N)

d dm g= .r..

= jari-jari tabung viskometer (m)

(Sukardjo, 2002)

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-7 Bab II Tinjauan Pustaka

= Keterangan : r d g v = jari-jari bola (m) = kerapatan cairan (kg/liter) = gaya gravitasi (N) = volume (m3)

d dm g

(Sukardjo, 2002)

Rumus ini berlaku bila jari-jari benda yang jatuh relatif besar bila dibandingkan dengan jarak dengan jarak antara molekul-molekul fluida (Sukardjo, 2002). Viskometer adalah suatu cara untuk menyatakan berapa daya tahan dari aliran yang diberikan oleh suatu cairan. Kebanyakan viskometer mengukur kecepatan dari suatu cairan mengalir melalui pipa gelas (gelas kapiler), bila cairan itu mengalir cepat maka viskositas cairan itu rendah (misalnya cair) dan bila cairan itu mengalir lambat maka dikatakan viskositasnya tinggi (misalnya madu). Viskositas dapat diukur dengan mengukur laju aliran cairan yang melalui tabung berbentuk silinder. Ini merupakan salah satu cara yang paling mudah dan dapat digunakan baik untuk cairan maupun gas. Menurut hukum Poiseville, jumlah cairan yang mengalir melalui pipa persatuan waktu dirumuskan dengan persamaan.

t Keterangan : V t P R L = viskositas (dPa.s.) = volume cairan (liter) = waktu (s) = tekanan (Pa) = jari-jari tabung (meter) = panjang tabung (meter)

R L

(Anonim, 2011)

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-8 Bab II Tinjauan Pustaka Macam-macam viskometer adalah : 1. Viskometer ostwald. Yaitu dengan cara mengukur waktu yang dibutuhkan bagi cairan dalam melewati 2 tanda ketika mengalir karena gravitasi melalui viskometer Ostwald. Untuk mengkalibrasi viskometer Ostwald adalah dengan air yang sudah diketahui tingkat viskositasnya.

Gambar II.2 Viskometer Ostwald Cara penggunaannya adalah : 1. Pergunakan viskometer yang sudah bersih. 2. Pipetkan cairan ke dalam viskometer dengan menggunakan pipet. 3. Lalu hisap cairan dengan menggunakan pushball sampai melewati 2 batas. 4. Siapkan stopwatch, kendurkan cairan sampai batas pertama lalu mulai penghitungan. 5. Catat hasil, dan lakukan penghitungan dengan rumus. 6. Usahakan saat melakukan penghitungan kita menggenggam di lengan yang tidak berisi cairan.
(Mandasari, 2012)

2.

Viskometer Hoppler Viskositas dapat juga ditentukan dengan cara Hoppler, berdasarkan hukum Stokes. Hukum Stokes berdasarkan jatuhnya benda melalui medium zat cair. Benda bulat

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-9 Bab II Tinjauan Pustaka (bola) dengan jari-jari (r) dan massa jenis ( i ) yang jatuh karena gaya grafitasi melalui fluida dengan massa jenis ( ) fluida akan mempunyai gaya gravitasi sebesar: f 1 = ( / ) r3 ( - i) g. Keterangan : r g = jari-jari (m) = massa jenis fluida (gram/cm3) = phi (3,14) = gaya gravitasi (N)

Benda yang jatuh mempunyai kecepatan yang makin lama makin besar. Tetapi dalam medium ada gaya gesek yang makin besar bila kecepatan benda bertambah besar. Pada saat kesetimbangan (Vmaks), besarnya kecepatan benda jatuh tetap. Menurut George Stokes untuk benda jatuh tersebut besarnya gaya gesekan pada kesetimbangan : f1 = f = r maks = ( / )r3 ( - i) g

r d dm g s r (1+ , t R)

Keterangan

S dm r t R

= jarak bola jatuh (m) = rapat cairan (kg/m3) = jari-jari bola (m) = waktu bola jatuh (s) = jari-jari tabung viskometer (m)

Dimana x adalah iskositas zat x, a adalah iskositas air, x adalah rapat jenis zat x, a adalah rapat jenis air, tx adalah waktu bola jatuh stinggi h pada zat x dan ta adalah waktu bola jatuh setinggi h pada air. Hukum Hess merupakan dasar viskometer bola jatuh. Viskometer ini terdiri dari gelas silinder dengan cairan yang akan diteliti dan dimasukan dalam termosfat.

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-10 Bab II Tinjauan Pustaka

Gambar II.3 Viskometer Hoppler Cara menggunakannya : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Ukur diameter bola. Timbang massa bola. Ukur panjang tabung viskometer dari batas atas - batas bawah. Tentukan massa jenis masing- masing cairan. Ukur temperature alat viskositas Hoppler. Isi tabung dengan aquades dan dimasukkan bola. Pada saat bola diatas, stopwatch dihidupkan. Pada saat bola dibawah, stopwatch dimatikan. Catat waktu bola jatuh dari batas atas sampai batas bawah.

10. Tabung dibalik. 11. Ulangi prosedur 3 6 sebanyak 3 kali berturut- turut, pada temperature lain dan cairan yang lain.
(Mandasari, 2012)

3. Viskometer Cup and Bob Dalam viskometer ini sampel dimasukkan dalam ruang antara dinding luar bob/rotor dan dinding dalam mangkuk (cup) yang pas dengan rotor tersebut. Berbagai alat yang tersedia berbeda dalam hal bagian yang berputar, ada alat dimana yang berputar adalah rotornya, ada juga bagian mangkuknya yang berputar. Alat viscotester adalah contoh viskometer dimana yang berputar adalah bagian rotor. Terdapat dua tipe yaitu viscotester VT-03 F dan VT- 04 F. VT -04 F digunakan untuk mengukur zat cair dengan Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-11 Bab II Tinjauan Pustaka viskositas tinggi, VT-03F untuk mengukur zat cair yang viskositasnya rendah. Prinsip pengukuran viskositas dengan alat ini adalah cairan uji dimasukkan kedalam mangkuk, rotor dipasang. Kemudian alat dihidupkan. Viskositas zat cair dapat langsung dibaca pada skala.

Gambar II.4 Viskometer cup and Bob


(Mandasari, 2012)

4. Viskometer Cone and Plate (Brookefield) Cara pemakaiannya adalah sampel ditempatkan ditengah-tengah papan, kemudian dinaikkan hingga posisi dibawah kerucut. Kerucut digerakkan oleh motor dengan bermacam kecapatan dan sampelnya digeser didalam ruang semit antara papan yang diam dan kemudian kerucut yang berputar. Viskometer Cone and Plate adalah alat ukur kekentalan yang memberikan peneliti suatu instrumen yang canggih untuk menentukan secara rutin viskositas absolut cairan dalam volume sampel kecil. Cone and Plate memberikan presisi yang diperlukan untuk pengembangan data rheologi lengkap. Ada beberapa hal yang mempengaruhi akurasi dari alat ini, misalnya: 1. Dipakai pada cone dan plate. 2. Ukuran sampel. 3. Waktu yang dibutuhkan untuk memungkinkan sampel untuk menstabilkan pada pelat sebelum terbaca. 4. Kebersihan kerucut dan plat. 5. Jenis bahan, tinggi atau rendah viskositas, ukuran partikel. 6. Tipe cone, cone rentang yang lebih rendah memberikan akurasi yang lebih tinggi. Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-12 Bab II Tinjauan Pustaka 7. Shear rate ditempatkan untuk sampel.

Gambar II.5 Viskometer Cone and Plate Prosedur Kalibrasi untuk Viskometer Cone and Plate 1. 2. Atur jarak antara cone spindle dengan plate sesuai dengan Instruction Manual Pilih viscosity standard yang akan memberikan nilai pembacaan antara 10% hingga 100% dari Full Scale Range (FSR). Sebaiknya pilih standard dengan nilai mendekati 100% FSR. 3. Masukkan sample ke dalam cup dan biarkan selama 15 menit untuk mencapai suhu setting 4. Lakukan pengukuran dan catat hasilnya baik % Torque dan cP. Catatan : 1. Spindle harus berputar minimum 5 putaran sebelum pengukuran diambil. 2. Penggunaan standard pada rentang 5 cP s.d 5.000 cP dianjurkan untuk instrument cone/plate. Jangan gunakan viscsity standard diatas 5.000 cP.
(Wicaksono, 2012)

Toleransi dari viskometer Cone and Plate adalah 1% dari Full Scale Range (FSR). FSR adalah nilai maksium yang mampu diukur oleh alat dengan kombinasi setting Spindle dan Kecepatan putar spindle yang kita tetapkan. Sedangkan toleransi dari cairan standard adalah 1% dari nilai viskositas cairan yang bersangkutan (Wicaksono, 2012).

Faktor- faktor yang mempengaruhi viskositas adalah sebagai berikut : Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-13 Bab II Tinjauan Pustaka a. Tekanan Viskositas cairan naik dengan naiknya tekanan, sedangkan viskositas gas tidak dipengaruhi oleh tekanan. b. Temperatur Viskositas akan turun dengan naiknya suhu, sedangkan viskositas gas naik dengan naiknya suhu. Pemanasan zat cair menyebabkan molekul-molekulnya memperoleh energi. Molekul-molekul cairan bergerak sehingga gaya interaksi antar molekul melemah. Dengan demikian viskositas cairan akan turun dengan kenaikan temperatur. c. Kehadiran zat lain Penambahan gula tebu meningkatkan viskositas air. Adanya bahan tambahan seperti bahan suspensi menaikkan viskositas air. Pada minyak ataupun gliserin adanya penambahan air akan menyebabkan viskositas akan turun karena gliserin maupun minyak akan semakin encer, waktu alirnya semakin cepat. d. Ukuran dan berat molekul Viskositas naik dengan naiknya berat molekul. Misalnya laju aliran alkohol cepat, larutan minyak laju alirannya lambat dan kekentalannya tinggi seta laju aliran lambat sehingga viskositas juga tinggi. e. Berat molekul Viskositas akan naik jika ikatan rangkap semakin banyak. f. Kekuatan antar molekul Viskositas air naik denghan adanya ikatan hidrogen, viskositas CPO dengan gugus OH pada trigliseridanya naik pada keadaan yang sama.
(Mandasari, 2012)

Pada hukum aliran viskositas, Newton menyatakan hubungan antara gaya gaya mekanika dari suatu aliran viskositas sebagai geseran dalam (viskositas) fluida adalah konstan sehubungan dengan gesekannya. Dalam pergesekan ini dipengaruhi oleh molekul-molekul yang menyusun suatu fluida. Jadi molekul-molekul yang

membentuksuatu fluida saling gesek-menggesek ketika fluida tersebut mengalir. Selain itu, viskositas juga disebabkan oleh adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik antara molekul sejenis). Sedangkan dalam zat gas, viskositas disebabkan oleh tumbukan antara molekul. Jadi, viskositas semakin rendah, misalnya air mempunyai tahanan dalam Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-14 Bab II Tinjauan Pustaka terhadap gesekan yang lebih kecil dibandingkan dengan fluida yang mempunyai viskositas yang lebih besar (Anonim, 2009).

Gaya
A cm2

Kecepatan V cm/detik

F dyne

L cm

A cm2

Kecepatan V cm/detik

Gambar II.6 Konsep Dua Fluida Sejajar

Gambar diatas merupakan 2 lapisan fluida sejajar dengan masing-masing mempunyai luas A cm2 dan jarak kedua lapisan L cm. Bila lapisan atas bergerak sejajar dengan lapisan bawah pada kecepatan V cm/detik relatif terhadap lapisan bawah, supaya fluida tetap mempunyai kecepatan V cm/detik maka harus bekerja suatu gaya sebesar F dyne (Dogra, 1990:209). Persamaannya:

.V . A
L

Keterangan:

V A L

= tetapan viskositas (gr/cm.detik) = kecepatan (cm/s) = luas permukaan (cm2) = jarak antara kedua lapisan (cm)

(Dogra & Dogra, 1984)

F .L V .A

Keterangan :

F L

= tetapan viskositas (gr/cm.detik) = gaya (dyne) = jarak antara kedua lapisan (cm) Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-15 Bab II Tinjauan Pustaka A = luas permukaan (cm2) Viskositas didefinisikan besarnya gaya tiap cm2 yang diperlukan supaya terdapat perbedaan kecepatan sebesar 1 cm tiap detik untuk 2 lapisan zat cair yang paralel dengan jarak 1 cm. Viskositas dapat dihitung dengan rumus Poiseville.Hukum ini digunakan untuk menentukan distribusi kecepatan dalam arus laminer melalui pipa silindris dan menentukan jumlah cairan yang keluar perdetik (Sarojo, 2006).

(Maroon, 2000:91)

R 4
8LV

Keterangan: T = waktu alir (detik) P = tekanan yang menyebabkan zat cair mengalir ( dyne / cm 3 ) V= volume zat cair (liter) L = panjang pipa (cm)

= koefisien Viscositas (centipoise)


R = jari-jari pipa dialiri cair (cm)
(Maroon, 2000:91)

Makin besar kekentalannya, makin sukar zat cair itu mengalir dan bila makin encer makin mudah mengalir.

Keterangan : Q = fluiditas
(Anonim, 2009)

Fluiditas yaitu kemudahan suatu zat cair untuk mengalir. Dari rumus diatas dapat dilihat bahwa fluiditas berbanding terbalik dengan kekentalan (koefisien viskositas). Zat cair mempunyai beberapa sifat sebagai berikut : a) Apabila ruangan lebih besar dari volume zat cair akan terbentuk permukaan bebas horizontal yang berhubungan dengan atmosfer. Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-16 Bab II Tinjauan Pustaka b) Mempunyai rapat masa dan berat jenis. c) Dapat dianggap tidak termampatkan. d) Mempunyai viskositas (kekentalan). e) Mempunyai kohesi, adesi dan tegangan permukaan.
(FT-UMJ, 2013)

Suatu jenis cairan yang mudah mengalir dapat dikatakan memiliki viskositas yang rendah, dan sebaliknya bahan bahan yang sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas yang tinggi. Pada hukum aliran viskositas, Newton menyatakan hubungan antara gaya gaya mekanika dari suatu aliran viskos sebagai geseran dalam (viskositas) fluida adalah konstan sehubungan dengan gesekannya. Hubungan tersebut berlaku untuk fluida Newtonian, dimana perbandingan antara tegangan geser (s) dengan kecepatan geser (g) nya konstan. Parameter inilah yang disebut dengan viskositas. Aliran viskos dapat digambarkan dengan dua buah bidang sejajar yang dilapisi fluida tipis diantara kedua bidang tersebut. Suatu bidang permukaan bawah yang tetap dibatasi oleh lapisan fluida setebal h, sejajar dengan suatu bidang permukaan atas yang bergerak seluas A. Jika bidang bagian atas itu ringan, yang berarti tidak memberikan beban pada lapisan fluida dibawahnya, maka tidak ada gaya tekan yang bekerja pada lapisan fluida. Suatu gaya F dikenakan pada bidang bagian atas yang menyebabkan bergeraknya bidang atas dengan kecepatan konstan v, maka fluida dibawahnya akan membentuk suatu lapisan lapisan yang saling bergeseran. Setiap lapisan tersebut akan memberikan tegangan geser (s) sebesar F/A yang seragam dengan kecepatan lapisan fluida yang paling atas sebesar v dan kecepatan lapisan fluida paling bawah sama dengan nol, maka kecepatan geser (g) pada lapisan fluida di suatu tempat pada jarak y dari bidang tetap dengan tidak adanya tekanan fluida (Anonim, 2006). Sebenarnya ada dua kuantitas yang disebut viskositas. Kuantitas yang ditentukan di atas kadang-kadang disebut viskositas dinamik, viskositas absolut, atau viskositas sederhana untuk membedakannya dari kuantitas lain, namun biasanya hanya disebut viskositas. Kuantitas lain disebut viskositas kinematik (diwakili oleh simbol ) adalah rasio viskositas fluida untuk densitasnya (Anonim, 2009). Viskositas Kinematik adalah ukuran dari arus resistif dari fluida di bawah pengaruh gravitasi. Hal ini sering diukur dengan menggunakan perangkat yang disebut viskometer kapiler pada dasarnya adalah bisa lulus dengan tabung sempit di bagian Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-17 Bab II Tinjauan Pustaka bawah. Bila dua cairan volume sama ditempatkan di viskometer kapiler identik dan dibiarkan mengalir di bawah pengaruh gravitasi, cairan kental memerlukan waktu lebih lama daripada kurang cairan kental mengalir melalui selang (Anonim, 2009). Hukum Stokes di atas berlaku bila : 1. Fluida tidak berolak (tidak terjadi turbulensi). 2. Luas penampang tabung tempat fluida cukup besar dibanding ukuran bola. Viskositas (kekentalan) dapat dianggap sebagai desakan dibagian dalam suatu fluida. Karena adanya suatu viskositas ini, maka untuk menggerakkan salah satu lapisan fluida di atas maka untuk menggerakkan salah satu lapisan fluida di atas lapisan lainnya, atau supaya satu permukaan dapat meluncur di atas permukaan lainnya bila di antara permukaan-permukaan ini terdapat lapisan fluida, haruslah dikerjakan gaya. Baik zat cair maupun gas mempunyai viskositas; hanya saja zat cair lebih kental daripada gas (Anonim,
2009).

Cairan mempunyai gaya gesek yang lebih besar untuk mengalir daripada gas, hingga cairan mempunyai koefisien viskositas yang lebih besar daripada gas. Viskositas gas bertambah dengan naiknya temperatur, sedang viskositas cairan turun dengan naiknya temperatur. Koefisien viskositas gas pada tekanan tidak terlalu besar, tidak tergantung tekanan, tetapi untuk cairan naik dengan naiknya tekanan (Anonim, 2007). Viskositas merupakan fungsi dari waktu yang artinya dengan bertambahnya waktu viskositas semakin meningkat. Sifat ini penting diketahui sewaktu material cetak dicampur atau saat dimasukkan ke dalam mulut karena viskositas material cetak kosistensi light pada 5 menit setelah pencampuran akan sama dengan kosistensi regular pada 3 menit (Anonim, 2010). Tempat dua teknik utama untuk mengukur viskositas gas. Teknik pertama bergantung pada laju peredaman osilasi puntir dari piringan yang tergantung dalam gas, yaitu konstanta waktu untuk pengurangan gerakan harmonis yang bergantung pada viskositas dan rancangan peralatannya. Teknik kedua didasarkan pada rumus poseuille untuk laju aliran fluida melalui pipa dengan radius r (Anonim,2009). Beberapa cairan mengalir dengan alasan yang lain mengalir dengan sangat mudah. Hambatan dari zat cair untuk mengalir terhadap suatu lapisan lainnya disebut viskositas. Semakin besar viskositas, maka semakin lambat pula suatu zat cair mengalir.

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-18 Bab II Tinjauan Pustaka Viskositas adalah bagian dari tempat dengan yang mana molekul suatu akan menyatu dengan molekul yang lainnya (Anonim, 2009). Viskositas kinematik diperoleh dengan mempertimbangkan densitas larutan. Viskositas spesifik dan kinematik dipengaruhi oleh konsentrasi larutan.Viskositas intrinsik dihitung dari perbandingan antara viskositas spesifik dengan konsentrasi larutan (sp/C) yang diekstrapolasi sehingga nilai konsentrasi larutan mendekati nol. Dengan demikian nilai kelarutan tidak berpengaruh terhadap viskositas intrinsik (Anonim, 2009). Dalam praktikum kali ini kami menggunakan sampel-sampel yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari yaitu Aquadest, Rinso cair, minyak goreng Filma, dan minyak goreng jelantah Filma. 1. Aquadest Aquadest atau yang dengan kata lain air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di Bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan Bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil) tersedia di Bumi. Air sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), akan tetapi juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air, dan lautan es. Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu: melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (runoff, meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut. Aquadest penting bagi kehidupan manusia (Wikipedia, 2013). Aquadest adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O: satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Aquadest bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0 C). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik (Wikipedia, 2013). Keadaan aquadest yang berbentuk cair merupakan suatu keadaan yang tidak umum dalam kondisi normal, terlebih lagi dengan memperhatikan hubungan antara hidrida-hidrida lain yang mirip dalam kolom oksigen pada tabel periodik, yang mengisyaratkan bahwa aquadest seharusnya berbentuk gas, sebagaimana hidrogen sulfida. Dengan memperhatikan tabel periodik, terlihat bahwa unsur-unsur yang Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-19 Bab II Tinjauan Pustaka mengelilingi oksigen adalah nitrogen, flor, dan fosfor, sulfur dan klor. Semua elemenelemen ini apabila berikatan dengan hidrogen akan menghasilkan gas pada temperatur dan tekanan normal. Alasan mengapa hidrogen berikatan dengan oksigen membentuk fase berkeadaan cair, adalah karena oksigen lebih bersifat elektronegatif ketimbang elemen-elemen lain tersebut (kecuali flor) (Wikipedia, 2013). Tabel II.1 Tetapan Fisik Aquadest pada Temperature Tertentu 0o Massa jenis (g/cm3) Panas jenis (kal/goC) Kalor uap (kal/g) Konduktivitas termal (kal/cms C) Tegangan permukaan (dyne/cm) Laju viskositas (g/cms) Tetapan dielektrik
(Wikipedia, 2013)
o

20o 0.99823 0.9988 586.0 1.40 10-3

50o 0.9981 0.9985 569.0

100o 0.9584 1.0069 539.0

0.99987 1.0074 597.3 1.39 10-3

1.52 10-3 1.63 10-3

75.64

72.75

67.91

58.80

178.34 10-4 87.825

100.9 10-4 80.8

54.9 10-4 28.4 10-4 69.725 55.355

2. Rinso cair Rinso merupakan merek deterjen yang diluncurkan di Indonesia sebagai merek deterjen pertama di Negara Indonesia. Akan tetapi, sebenarnya ini adalah merek yang paling lazim digunakan di Amerika Serikat, Inggris dan Australia sejak tahun 1918. Pada tahun 1970 setelah menyadari potensi bangsa ini Unilever memposisikan Indonesia sebagai pangkalan Rinso (Rinso, 2011) . Detergen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu

pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan sabun, detergen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air (Wikipedia, 2013). Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-20 Bab II Tinjauan Pustaka Deterjen mengandung bahan-bahan berikut : 1. Surfaktan Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung berbeda yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan. 2. Builder Builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan 3. Filler Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contoh Sodium sulfat. 4. Aditif Aditif adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk. Contoh : Enzim, Boraks, Sodium klorida, Carboxy Methyl Cellulose (CMC)
(Nugraha, 2012)

3. Minyak goreng Filma Filma merupakan salah satu merk minyak goreng ternama di Indonesia. Filma
minyak goreng Terbuat dari buah kelapa sawit segar pilihan yang diambil dari perkebunan sendiri (Filma, 2013). Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya digunakan untuk menggoreng makanan. Minyak goreng dari tumbuhan biasanya dihasilkan dari tanaman seperti kelapa, bijibijian, kacang-kacangan, jagung, kedelai, dan kanola (Wikipedia, 2013).

Minyak goreng Filma mengandung 3 nutrisi di dalamnya yaitu omega 6, omega 9, dan vitamin E. Filma mengandung asam lemak tak jenuh, Omega 9 dan Omega 6. Asam lemak tak jenuh dapat membantu menjaga kadar kolesterol sebagaimana adanya. Omega 6 adalah asam lemak esensial yang diperlukan tubuh.

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-21 Bab II Tinjauan Pustaka Filma berwarna kuning keemasan berasal dari kandungan Beta Karoten alami (Pro Vitamin A) (Filma, 2013). Sifat fisik minyak goreng : 1. Warna Terdiri dari 2 golongan, golongan pertama yaitu zat warna alamiah, yaitu secara alamiah terdapat dalam bahan yang mengandung minyak dan ikut terekstrak bersama minyak pada proses ekstrasi. Zat warna tersebut antara lain dan karoten (berwarna kuning), xantofil,(berwarna kuning kecoklatan), klorofil (berwarna kehijauan) dan antosyanin(berwarna kemerahan). Golongan kedua yaitu zat warna dari hasil degradasi zat warna alamiah, yaitu warna gelap disebabkan oleh proses oksidasi terhadap tokoferol (vitamin E), warna cokelat disebabkan oleh bahan untuk membuat minyak yang telah busuk atau rusak, warna kuning umumnya terjadi pada minyak tidak jenuh. 2. Kelarutan, minyak tidak larut dalam air kecuali minyak jarak (castor oil), dan minyak sedikit larut dalam alcohol,etil eter, karbon disulfide dan pelarut-pelarut halogen. 3. Titik asap, titik nyala dan titik api, dapat dilakukan apabila minyak dipanaskan. Merupakan criteria mutu yang penting dalam hubungannya dengan minyak yang akan digunakan untuk menggoreng. 4. Titik kekeruhan (turbidity point), ditetapkan dengan cara mendinginkan campuran minyak dengan pelarut lemak. Sifat kimia minyak goreng : 1. Hidrolisa, dalam reaksi hidrolisa, minyak akan diubah menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisa yang dapat menyebabkan kerusakan minyak atau lemak terjadi karena terdapatnya sejumlah air dalam minyak tersebut. 2. Oksidasi, proses oksidasi berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan minyak. Terjadinya reaksi oksidasi akan mengakibatkan bau tengik pada minyak dan lemak. 3. Hidrogenasi, proses hidrogenasi bertujuan untuk menumbuhkan ikatan rangkap dari rantai karbon asam lemak pada minyak. 4. Esterifikasi, proses esterifikasi bertujuan untuk mengubah asam-asam lemak dari trigliserida dalam bentuk ester. Dengan menggunakan prinsip reaksi ini

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-22 Bab II Tinjauan Pustaka hidrokarbon rantai pendek dalam asam lemak yang menyebabkan bau tidak enak, dapat ditukar dengan rantai panjang yan bersifat tidak menguap.
(Hartono, 2012)

Minyak goreng jelantah Filma Minyak jelantah (bahasa Inggris: waste cooking oil) adalah minyak limbah yang bisa berasal dari jenis-jenis minyak goreng seperti halnya minyak jagung, minyak sayur, minyak samin dan sebagainya, minyak ini merupakan minyak bekas pemakaian kebutuhan rumah tangga umumnya, dapat digunakan kembali untuk keperluaran kuliner akan tetapi bila ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik, yang terjadi selama proses penggorengan. Jadi jelas bahwa pemakaian minyak jelantah yang berkelanjutan dapat merusak kesehatan manusia, menimbulkan penyakit kanker, dan akibat selanjutnya dapat mengurangi kecerdasan generasi berikutnya. Untuk itu perlu penanganan yang tepat agar limbah minyak jelantah ini dapat bermanfaat dan tidak menimbulkan kerugian dari aspek kesehatan manusia dan lingkungan, kegunaan lain dari minyak jelantah adalah bahan bakar biodisel. Sebenarnya kandungan minyak goreng jelantah dengan minyak goreng biasa adalah sama, namun dikarenakan minyak goreng jelantah mengandung sisa-sisa bekas penggorengan bahan-bahan sebelumnya membuat minyak goreng jelantah memiliki sifat karsinogenik yang berbahaya bagi tubuh (Wikipedia,
2012).

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN


III.1. Variabel Percobaan Variabel Bebas : Bahan : Aquadest, Rinso cair, Minyak goreng Filma, minyak goreng jelantah Filma Suhu Variabel Kontrol Variabel Terikat : : : 37 oC, 47 oC, dan 77 oC Volume Suhu

III.2 Bahan yang Digunakan 1. Aquadest 2. Rinso cair 3. Minyak goreng Filma 4. Minyak goreng jelantah Filma

III.3 Alat yang Digunakan 1. Beaker Glass 2. Erlenmayer 3. Gelas ukur 4. Pemanas Elektrik 5. Piknometer 6. Pipet tetes 7. Termometer 8. Timbangan elektrik 9. Stopwatch 10. Viskometer Ostwald

III.4

Prosedur Percobaan

III.4.1 Prosedur Menghitung Harga Viskositas Cairan 1. Memasukkan aquadest ke dalam viskometer Ostwald yang diletakkan dalam water bath dan mengkondisikan cairan pada variabel suhu 37oC. 2. Menyedot aquadest sehingga melewati batas atas pada viskometer Ostwald.

III-1

III-2 BAB III Metodologi Percobaan 3. Membiarkan aquadest mengalir ke bawah hingga tepat pada batas atas. 4. Mencatat waktu yang diperlukan larutan untuk mengalir dari batas atas ke batas bawah viskometer Ostwald dengan menggunakan stopwatch. 5. Mengulangi langkah 1-4 1 dengan mengondisikan pada variabel suhu 47oC dan 77oC. 6. Ulangi langkah 1-5 1 dengan mengganti aquadest dengan Rinso cair, minyak goreng Filma, minyak goreng jelantah Filma III.4.2 Prosedur Menghitung Harga Densitas Cairan 1. Mengkondisikan cairan pada suhu 37oC. 2. Menimbang massa piknometer pi 5 ml kosong menggunakan timbangan analit. 3. Mengukur aquadest sebanyak 5 ml dengan menggunakan gelas ukur 4. Memasukkan aquadest yang telah diukur ke dalam piknometer. nometer. 5. Menimbang massa total piknometer pi kosong dan aquadest. 6. Mencari massa cairan dengan cara mencari selisih massa antara massa total dan massa piknometer nometer kosong. 7. Mencari densitas aquadest dengan cara membagi massa aquadest aquades dengan volume larutan pada piknometer. 8. Mengulangi langkah 1-7 1 dengan mengondisikan pada variabel suhu 47oC dan 77oC. 9. Ulangi langkah 1-8 1 dengan mengganti aquadest dengan rinso cair, minyak goreng Filma, dan minyak goreng jelantah Filma

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

III-3 BAB III Metodologi Percobaan III.5 Diagram Alir Percobaan

III.5.1 Diagram Alir Menghitung Harga Viskositas Cairan Mulai

Memasukkan aquadest ke dalam viskometer Ostwald yang diletakkan dalam water bath dan mengkondisikan me cairan pada variabel suhu 37oC.

Menghisap aquadest sehingga melewati batas atas pada viskometer Ostwald.

Membiarkan aquadest mengalir ke bawah hingga tepat pada batas atas.

Mencatat waktu yang diperlukan larutan untuk mengalir dari batas atas ke batas bawah viskometer Ostwald dengan menggunakan stopwatch.

Mengulangi langkah 1-4 1 dengan mengondiskan variabel suhu 47oC dan 77oC.

Ulangi langkah 1-5 5 dengan mengganti m aquadest dengan Rinso cair, minyak goreng Filma, minyak goreng jelantah Filma

Selesai

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

III-4 BAB III Metodologi Percobaan III.5.2 Diagram Alir Menghitung Harga Densitas Cairan

Mulai

Mengkondisikan cairan pada suhu 37oC.

Menimbang massa piknometer pi nometer kosong menggunakan timbangan analit. anali

Mengukur aquadest sebanyak 6 ml dengan menggunakan gelas ukur. ukur

Memasukkan aquadest yang telah diukur ke dalam piknometer nometer.

Menimbang massa total piknometer pi dan aquadest.

Mencari massa cairan dengan cara mencari selisih massa antara massa total dan massa piknometer kosong.

Mencari densitas aquadest aquades dengan cara membagi massa aquadest dengan volume larutan pada piknometer.

Mengulangi langkah 1-7 1 dengan mengganti aquadest dengan Susu Kental Indomilk dan Santan Kara dalam variabel suhu 47oC dan 77oC.

Ulangi langkah 1-8 8 dengan mengganti m aquadest dengan rinso cair, minyak goreng Filma, dan minyak goreng jelantah Filma

Selesai

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

III-5 BAB III Metodologi Percobaan III.6 Gambar Alat Percobaan

Beaker Glass

Erlenmayer

Gelas Ukur

Pemanas Elektrik

Piknometer

Pipet Tetes

Stopwatch

Termometer

Timbangan Elektrik

Viskometer Oswald Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

III-6 BAB III Metodologi Percobaan

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil Percobaan Dari percobaan, dapat diperoleh data sebagai berikut : Tabel IV.1.1 Hasil Percobaan Viskositas Variabel Suhu ( oC ) 37 Aquadest 47 77 37 Rinso cair 47 77 37 Minyak goreng Filma 47 77 37 Minyak goreng jelantah Filma 77 24,06 28,52 23,29 47 Waktu (t) (s) 1,31 1,30 1,23 470 353 166 40,39 30,35 11,25 51,96 38,62 Waktu (t) (s) 1,3 1,21 0,86 415 290 149 40,49 35,77 10,74 48,42 39,26 Waktu rata-rata(t) (s) 1,305 1,255 1,245 442,5 321,5 157,5 40,44 33.06 10,995 50,19 38,94

Tabel IV.1.2 Perhitungan Densitas Cairan Massa Variabel Piknometer ( gram ) 11,5 Aquadest 11,5 11,5 11,5 Rinso cair 11,5 11,5 Suhu (oC ) 37 47 77 37 47 77 IV-1 Massa Pikno danVariabel ( gram ) 16 16 16 16 16 16 Densitas ( gr /ml ) 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9

IV-2 Bab IV Hasil dan Pembahasan 11,5 Minyak goreng Filma 11,5 11,5 Minyak goreng jelantah Filma 11,5 11,5 11,5 37 47 77 37 47 77 15,5 15,5 15,5 15,5 15,5 15,5 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8

Tabel IV.1.3 Perhitungan Viskositas Cairan Suhu Waktu Volume R Variabel ( oC ) (s) ( ml ) (cm) 37 Aquadest 47 77 37 Rinso cair 47 77 Minyak goreng Filma Minyak goreng jelantah Filma 37 47 77 37 47 77 1,305 1,255 1,245 442,5 321,5 157,5 40,44 33.06 10,995 50,19 38,94 23,29 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6

L (cm) 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3

P (dyne/cm) 1013253,93 1013253,93 1013253,93 1013253,93 1013253,93 1013253,93 1013253,93 1013253,93 1013253,93 1013253,93 1013253,93 1013253,93

Viskositas (cp) 233,5505979 224,6022990 187,0194255 79192,44411 57537,56109 28187,14112 7237,384045 5917,509977 1967,730900 8982,302305 6968,935082 4168,117567

IV.2 Pembahasan Percobaan pada Viskositas atau kekentalan ini bertujuan untuk mengetahui harga koefisien viskositas dari aquadest, Rinso cair, minyak goreng Filma, dan minyak goreng jelantah Filma dengan variabel suhu yang telah ditentukan yaitu sebesar 37oC, 47oC, dan 77oC. Selain itu percobaan ini juga bertujuan untuk menghitung nilai densitas dari Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

IV-3 Bab IV Hasil dan Pembahasan aquadest, Rinso cair, minyak goreng Filma, dan minyak goreng jelantah Filma dengan variabel suhu sebesar 37oC, 47oC, dan 77oC. Sehingga dari percobaan ini akan didapatkan hubungan antara suhu dengan viskositas dan densitas zat cair.
1

Densitas (gram/cm3)

0.8 0.6 0.4 0.2 0 37 47 77

Suhu (oC) Grafik IV.2.1 Hubungan antara Suhu dengan Densitas Aquadest Berdasarkan grafik IV.2.1 dapat dilihat bahwa hubungan antara suhu dengandensitas aquadest diperoleh data pada saat suhu 37C densitasnya sebesar 0,9 g/ml, suhu 47C densitasnya sebesar 0,9 g/ml, dan pada saat suhu 47C densitasnya sebesar 0,9 g/ml. Dari percobaan ini dapat dilihat bahwa tidak ada perubahan densitas aquadest dengan variabel suhu yang berbeda. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa semakin meningkatnya suhu maka densitas akan semakin menurun
(Allinsusmay, 2011).

Tabel IV.2.1 Data Densitas Aquadest Suhu (oC) Densitas (gr/cm3) 36 37 38 ----46 47 48 ----0,99373 0,99337 0,99300 ----0,98980 0,98936 0,98892 -----

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

IV-4 Bab IV Hasil dan Pembahasan 76 77 78


(Thermexcel, 2003)

0,97408 0,97346 0,97285

Tabel IV.2.1

menunjukkan pada suhu 37oC densitas dari aquadest adalah

0,99337 gr/ml, sedangkan densitas aquadest suhu 37oC pada percobaan kami adalah 0,9 gr/ml. Pada suhu 47oC nilai densitasnya adalah 0,98936 gr/ml, sedangkan densitas aquadest suhu 47oC percobaan kami adalah 0,9 gr/ml. Pada 77oC nilai densitasnya 0,97346 gr/ml, sedangkan densitas aquadest suhu 77oC percobaan kami adalah 0,9 gr/mol. Jika dibandingkan dengan hasil yang kami peroleh sebenarnya terdapat kesesuaian nilai densitas aquadest. Namun permasalahan ketelitian neraca elektrik menjadi masalah utama. Nilai densitas aquadest yang dihasilkan menjadi kurang valid.

Densitas (gram/cm3)

0.8
0.6 0.4 0.2 0 37 47 77

Suhu

(oC)

Grafik IV.2.2 Hubungan antara Suhu dengan Densitas Rinso Cair Berdasarkan grafik IV.2.2 dapat dilihat bahwa hubungan antara suhu dengan densitas Rinso cair diatas diperoleh data pada saat suhu 37C densitasnya sebesar 0,9g/ml,pada saat suhu 47C densitasnya sebesar 0,9 g/ml, dan pada saat suhu 77C densitasnya sebesar 0,9 g/ml. Dapat dilihat bahwa semakin naik suhu maka densitas tetap. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa semakin meningkatnya suhu maka densitas akan semakin menurun (Allinsusmay, 2011). Ketidaksesuaian ini dikarenakan kurang tepatnya mengatur sampel pada variabel suhu yang ditentukan dan keakuratan timbangan yang sangat kurang. Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

IV-5 Bab IV Hasil dan Pembahasan

Densitas (gram/cm3)

1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 37 47 77

Suhu

(oC)

Grafik IV.2.3 Hubungan antara Suhu dengan Densitas Minyak Goreng Filma Berdasarkan grafik IV.2.3 dapat dilihat bahwa hubungan antara suhu dengan densitas minyak goreng Filma diatas diperoleh data pada saat suhu 37C densitasnya sebesar 0,8 g/ml, pada saat suhu 47C densitasnya sebesar 0,8 g/ml, dan pada saat suhu 77C densitasnya sebesar 0,8 g/ml. Dapat dilihat bahwa semakin naik suhu maka densitas tetap. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa semakin meningkatnya suhu maka densitas akan semakin menurun (Allinsusmay, 2011). Ketidaksesuaian ini dikarenakan kurang tepatnya mengatur sampel pada variabel suhu yang ditentukan dan keakuratan timbangan yang sangat kurang.

Densitas (gram/cm3)

0.8
0.6 0.4 0.2 0 37 47 77

Suhu

(oC)

Grafik IV.2.4 Hubungan antara Suhu dengan Densitas Minyak Goreng Jelantah Filma Berdasarkan grafik IV.2.4 dapat dilihat bahwa hubungan antara suhu dengan densitas minyak goreng jelantah Filma diatas diperoleh data pada saat suhu 37C densitasnya sebesar 0,8 g/ml, pada saat suhu 47C densitasnya sebesar 0,8 g/ml, dan Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

IV-6 Bab IV Hasil dan Pembahasan pada saat suhu 77C densitasnya sebesar 0,8 g/ml. Dapat dilihat bahwa semakin naik suhu maka densitas tetap. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa semakin meningkatnya suhu maka densitas akan semakin menurun (Allinsusmay,
2011).

Ketidaksesuaian ini dikarenakan kurang tepatnya mengatur sampel pada variabel suhu yang ditentukan dan keakuratan timbangan yang sangat kurang.

1 0.9 0.8

Densitas (gram/ml)

0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 37 47 77

Aquadest Rinso cair Minyak goreng Filma Minyak goreng jelantah Filma

Suhu (oC) Grafik IV.2.5 Hubungan antara Suhu dengan Densitas Aquadest, Rinso cair, Minyak Goreng Filma, dan Minyak Goreng Jelantah Filma. Berdasarkan Grafik IV.2.5 dapat diketahui bahwa densitas aquadest pada suhu 37oC, 47oC, dan 77oC memiliki densitas yang sama yaitu 0,9 gr/ml. Kemudian densitas dari Rinso cair pada suhu 37oC, 47oC, dan 77oC memiliki densitas yang sama yaitu 0,9 gr/ml. Densitas dari minyak goreng Filma pada suhu 37oC, 47oC, dan 77oC memiliki densitas yang sama yaitu 0,8 gr/ml. Densitas dari minyak goreng jelantah Filma pada suhu 37oC, 47oC, dan 77oC memiliki densitas yang sama yaitu 0,8 gr/ml. Urutan sampel yang memiliki densitas terbesar hingga terkecil ialah dari aquadest dan Rinso cair disusul dengan minyak goreng Filma dan minyak goreng jelantah Filma. Dalam hal ini aquadest dan Rinso cair memiliki densitas paling besar dikarenakan aquadest Rinso cair memiliki Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

IV-7 Bab IV Hasil dan Pembahasan molekul yang lebih rapat dan tidak cepat memuai. Sedangkan minyak goreng Filma dan minyak goreng jelantah Filma memiliki molekul yang lebih renggang dan cepat memuai. Pada percobaan mencari densitas ini tidak terjadi perubahan densitas dari setiap sampel dengan variabel suhu yang berbeda. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyebutkan semakin bertambahnya suhu maka densitas akan semakin menurun
(Allinsusmay, 2011).

Ketidaksesuaian dengan teori disebabkan oleh kurangnya ketelitian dari neraca elektrik yang tersedia. Faktor lain yang juga menjadi penyebab ialah kurangnya ketelitian dalam mengondisikan suhu sampel.

250 200

Viskositas (cp)

150
100 50 0 37 47 77

Suhu

(oC)

Grafik IV.2.6 Hubungan antara Suhu dengan Viskositas Aquadest Berdasarkan grafik IV.2.5 dapat dilihat bahwa hubungan suhu dengan viskositas Aquadest, diperoleh data pada suhu 37 oC viskositasnya sebesar 233,55059 cp, pada suhu 47 oC viskositasnya sebesar 224,60229 cp, dan pada saat suhu 77oC viskositasnya sebesar 187,01942 cp. Dapat dilihat bahwa semakin besar suhu maka viskositas sampel akan semakin besar. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa semakin besar suhu cairan maka molekul cairan akan memperoleh energi. Molekul-molekul cairan bergerak sehingga gaya interaksi antar molekul melemah. Dengan demikian viskositas cairan akan turun dengan kenaikan temperatur (Mandasari, 2012).

Tabel IV.2.2 Data Viskositas Aquadest Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

IV-8 Bab IV Hasil dan Pembahasan Suhu (oC) 36 37 38 ----46 47 48 ----76 77 78


(Thermexcel, 2003)

Viskositas (cp) 7,05 6,92 6,78 ----5,86 5,76 5,66 ----3,73 3,69 3,64

Tabel IV.2.2 menunjukkan bahwa viskositas aquadest pada suhu 37oC adalah 6,92

cp, sedangkan viskositas aquadest suhu 37oC pada percobaan yang kami lakukan adalah 233,5505979 cp. Pada suhu 47oC adalah 5,76 cp, sedangkan viskositas aquadest suhu 47oC pada percobaan yang kami lakukan adalah 224,6022990 cp. Pada suhu 77oC adalah 3,69 cp, sedangkan viskositas aquadest suhu 77oC pada percobaan yang kami lakukan adalah 187,0194255 cp. Jika kedua hasil dibandingkan terdapat kesesuaian hasil dimana semakin besar suhu aquadest maka viskositasnya semakin kecil. Hal ini juga sesuai literatur. Ketidaksesuaian terdapat pada besar nilai viskositas yang berbeda jauh. Hal ini disebabkan waktu yang dibutuhkan aquadest untuk melewati batas atas dan batas bawah viskometer sangat cepat. Sehingga sangat sulit untuk menghitung waktu yang dibutuhkan.

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

IV-9 Bab IV Hasil dan Pembahasan


100000

Viskositas (cp)

80000 60000 40000 20000

0
37 47 77

Suhu

(oC)

Grafik IV.2.7 Hubungan antara Suhu dengan Viskositas Rinso Cair Berdasarkan grafik IV.2.6 dapat dilihat bahwa hubungan suhu dengan viskositas Rinso cair, diperoleh data pada suhu 37 oC viskositasnya sebesar 79192,44411 cp, pada suhu 47 oC viskositasnya sebesar 57537,56109 cp, dan pada saat suhu 77oC viskositasnya sebesar 28187,14112 cp. Dapat dilihat bahwa semakin besar suhu maka viskositas sampel akan semakin besar. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa semakin besar suhu cairan maka molekul cairan akan memperoleh energi. Molekul-molekul cairan bergerak sehingga gaya interaksi antar molekul melemah. Dengan demikian viskositas cairan akan turun dengan kenaikan temperatur (Mandasari, 2012).

10000

Viskositas (cp)

8000 6000 4000 2000 0 37 47 77

Suhu

(oC)

Grafik IV.2.8 Hubungan antara Suhu dengan Viskositas Minyak Goreng Filma Berdasarkan grafik IV.2.7 dapat dilihat bahwa hubungan suhu dengan viskositas minyak goreng Filma, diperoleh data pada suhu 37 oC viskositasnya sebesar 7237,38404 cp, pada suhu 47 oC viskositasnya sebesar 5917,50997 cp, dan pada saat suhu 77oC Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

IV-10 Bab IV Hasil dan Pembahasan viskositasnya sebesar 1967,73090 cp. Dapat dilihat bahwa semakin besar suhu maka viskositas sampel akan semakin besar. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa semakin besar suhu cairan maka molekul cairan akan memperoleh energi. Molekul-molekul cairan bergerak sehingga gaya interaksi antar molekul melemah. Dengan demikian viskositas cairan akan turun dengan kenaikan temperatur (Mandasari,
2012). 10000 9000 8000 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 37 47 77

Viskositas (cp)

Suhu

(oC)

Grafik IV.2.9 Hubungan antara Suhu dengan Viskositas Minyak Goreng Jelantah Filma Berdasarkan grafik IV.2.8 dapat dilihat bahwa hubungan suhu dengan viskositas minyak goreng jelantah Filma, diperoleh data pada suhu 37 oC viskositasnya sebesar 8982,30230 cp, pada suhu 47 oC viskositasnya sebesar 6968,93508 cp, dan pada saat suhu 77oC viskositasnya sebesar 4168,11756 cp. Dapat dilihat bahwa semakin besar suhu maka viskositas sampel akan semakin besar. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa semakin besar suhu cairan maka molekul cairan akan memperoleh energi. Molekul-molekul cairan bergerak sehingga gaya interaksi antar molekul melemah. Dengan demikian viskositas cairan akan turun dengan kenaikan temperatur (Mandasari,
2012).

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

IV-11 Bab IV Hasil dan Pembahasan


110000 100000 90000 80000

Viskositas(cp)

70000

Minyak goreng jelantah Filma Minyak goreng Filma Rinso cair Aquadest

60000
50000 40000 30000 20000 10000 0 37 47 77

Suhu(oC) Grafik IV.2.10 Hubungan antara Suhu dengan Viskositas Aquadest, Rinso cair, Minyak Goreng Filma, dan Minyak Goreng Jelantah Filma Berdasarkan grafik IV.2.10 ditunjukkan bahwa besarnya suhu dengan viskositas aquadest, Rinso cair, Minyak goreng Filma, dan minyak goreng jelantah Filma saling berbanding terbalik. Pada suhu 37 oC viskositas aquadest adalah sebesar 233,55059 cp, pada suhu 47 oC viskositasnya sebesar 224,60229 cp, dan pada saat suhu 77oC viskositasnya sebesar 187,01942 cp. Pada suhu 37 oC viskositas dari Rinso cair adalah sebesar 79192,44411 cp, pada suhu 47 oC viskositasnya sebesar 57537,56109 cp, dan pada saat suhu 77oC viskositasnya sebesar 28187,14112 cp. Pada suhu 37 oC viskositas dari Minyak goreng Filma adalah sebesar 7237,38404 cp, pada suhu 47 oC viskositasnya sebesar 5917,50997 cp, dan pada saat suhu 77oC viskositasnya sebesar 1967,73090 cp. pada suhu 37 oC viskositas dari minyak goreng jelantah Filma adalah sebesar 8982,30230 cp, pada suhu 47 oC viskositasnya sebesar 6968,93508 cp, dan pada saat suhu 77oC viskositasnya sebesar 4168,11756 cp. Urutan sampel yang memiliki viskositas terbesar hingga terkecil dalam percobaan ini adalah minyak goreng jelantah Filma, disusul minyak goreng Filma, kemudian Rinso cair, dan yang paling kecil adalah aquadest. Dalam hal ini minyak goreng jelantah Filma memiliki memiliki viskositas yang paling besar dikarenakan memiliki harga koefisien yang tinggi. Harga koefisien yang tinggi berpengaruh terhadap gaya gesek yang besar sehingga menyebabkan nilai viskositas

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

IV-12 Bab IV Hasil dan Pembahasan semakin besar juga. Sedangkan zat yang lainnya memiliki harga koefisien yang lebih rendah sehingga nilai viskositas juga semakin rendah. Artinya semakin tinggi suhu fluida zat cair, maka harga viskositasnya cenderung semakin menurun. Penurunan viskositas ini disebabkan makin renggangnya ikatan molekul ketika dipanaskan. Sehingga aliran sampel dalam viskometer akan semakin cepat. Oleh karena itu dapat dilihat bahwa suhu juga mempengaruhi viskositas suatu fluida zat cair. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa perubahan suhu berpengaruh terhadap harga viskositas suatu zat fluida (Mandasari, 2012)

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

BAB V KESIMPULAN
1. Pada suhu 37oClarutan aquadest memiliki viskositas sebesar 233,55cp, pada suhu 47oC diperoleh viskositas sebesar 224,60cp, dan pada suhu 77oC diperoleh viskositas sebesar 187,01cp. Pada suhu 37oC Rinso cair diperoleh viskositas sebesar 79192,44cp, pada suhu 47oC diperoleh viskositas sebesar 57537,56cp, dan pada suhu 77oC diperoleh viskositas sebesar 28187,14cp. Pada suhu 37oC minyak goreng Filma diperoleh viskositas sebesar 7237,38cp, pada suhu 47oC diperoleh viskositas sebesar 5917,50cp, dan pada suhu 77oC diperoleh viskositas sebesar 1967,73cp. Pada suhu 37oC minyak goreng Filma diperoleh viskositas sebesar 8982,30cp, pada suhu 47oC diperoleh viskositas sebesar 6968,93cp, dan pada suhu 77oC diperoleh viskositas sebesar 4168,11cp. 2. Pada suhu 37oC aquadest diperoleh densitas sebesar 0,9 g/ml, pada suhu 47oC diperoleh densitas sebesar 0,9 g/ml dan pada suhu 77oC diperoleh densitas sebesar 0,9 g/ml . Pada suhu 37oC Rinso cair diperoleh densitas sebesar 0,9 g/ml, pada suhu 47oC diperoleh densitas sebesar 0,9 gr/ml dan pada suhu 77oC diperoleh densitas sebesar 0,9 g/ml. Sedangkan pada suhu 37oC minyak goreng Filma diperoleh densitas sebesar 0,8 g/ml, pada suhu 47oC diperoleh densitas sebesar 0,8 g/ml, dan pada suhu 77oC diperoleh densitas sebesar 0,8 g/ml. pada suhu 37oC minyak goreng jelantah Filma diperoleh densitas sebesar 0,8 g/ml, pada suhu 47oC diperoleh densitas sebesar 0,8 g/ml, dan pada suhu 77oC diperoleh densitas sebesar 0,8 g/ml. 3. Urutan densitas sampel dari yang paling tinggi ke rendah yaitu aquadest dan Rinso cair kemudian minyak goreng Filma dan minyak goreng jelantah Filma. Aquadest dan rinso cair memiliki densitas paling besar dikarenakan aquadest rinso cair memiliki molekul yang lebih rapat dan tidak cepat memuai. Sedangkan minyak goreng Filma dan minyak goreng jelantah Filma memiliki molekul yang lebih renggang dan cepat memuai. 4. Urutan viskositas dari yang tinggi ke rendah, yaitu air, Rinso cair, minyak goreng jelantah Filma, dan minyak goreng Filma. Minyak goreng jelantah Filma memiliki memiliki viskositas yang paling besar dikarenakan memiliki harga koefisien yang tinggi. Harga koefisien yang tinggi berpengaruh terhadap gaya gesek yang besar sehingga menyebabkan nilai viskositas semakin besar juga. Sedangkan zat yang lainnya memiliki harga koefisien yang lebih rendah sehingga nilai viskositas juga semakin rendah. 5. Faktor yang mempengaruhi viskositas yaitu, tekanan, temperatur, kehadiran zat lain, ukuran dan berat molekul, massa jenis, dan konsentrasi. V-1

DAFTAR PUSTAKA
Wikipedia.(2012, January 19). Retrieved December 17, 2013, from Wikipedia:

http://id.wikipedia.org/wiki/Minyak_jelantah Wikipedia.(2013, November 21). Retrieved November 30, 2013, from Wikipedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Viskositas Wikipedia.(2013, June 26). Retrieved December 17, 2013, from Wikipedia:

http://id.wikipedia.org/wiki/Deterjen Filma.(2013). Retrieved December 17, 2013, from Filma:

http://sukamasak.com/bumbu/2013/07/filma-minyak-goreng Wikipedia.(2013, August 17). Retrieved December 17, 2013, from Wikipedia:

http://id.wikipedia.org/wiki/Minyak_goreng Anonim. (2011, March 19). Chemical Engineering World. Retrieved November 30, 2013, from Blogger: http://che-mus.blogspot.com/2011/03/viskositas-dan-

viskometer.html Dogra, S., & Dogra, S. K. (1984). Kimia Fisik dan Soal-soal. Wiley Eastern limited: Universitas Indonesia. FT-UMJ, H. (2013). Retrieved December 2013, from himateka-

ftumj.tripod.com/Viscosi Hartono, P. (2012). DATA-SMAKU. Retrieved December 17, 2013, from http://datasmaku.blogspot.com/2012/10/karya-tulis-minyak-kacang-tanah-arachis.html Iskandar, D. (2013, May 7). Fisika. Retrieved December 6, 2013, from

http://fisikadedek.blogspot.com/2013/05/fluida-statik-dan-dinamis.html Mandasari, W. (2012, November 29). My note. Retrieved December 1, 2013, from Blogger: http://wenimandasari.blogspot.com/p/laporan-termokimia.html Nugraha, J. (2012, July 14). Potret Seorang Nugraha. Retrieved December 17, 2013, from http://potretnugraha.wordpress.com/2012/07/14/tinjaun-umum-terhadap-rinsoanti-noda-cair-konsentrat/ Rinso. (2011). Retrieved December 17, 2013, from Rinso:

http://www.rinso.co.id/category/produk/?utm_source=search&utm_medium=g oogle&utm_campaign=search+brand+produk Sears. (1969). Fisika untuk Universitas 1. New york: Trimita Mandiri. Sukardjo. (2002). KIMIA FISIKA. Yogyakarta: RINEKA CIPTA.

vi

Wicaksono, H. (2012, September 2). Blog Mahasiswa AAK. Retrieved December 2, 2013, from Blogger: http://analissolo.blogspot.com/2012/10/viskometer.html Wikipedia. (2013, September 22). Retrieved December 17, 2013, from

http://id.wikipedia.org/wiki/Air

vi

DAFTAR NOTASI

SIMBOL P r t L V m

KETERANGAN Koefisien Viskositas phi Tekanan Jari-Jari Waktu Panjang Volume Massa Jenis Massa

SATUAN cp cm dyne/cm cm sekon cm ml gr/ml gram

vii

APPENDIKS PERHITUNGAN TABEL IV.1.1 Menghitung waktu rata rata Untuk menghitung waktu rata rata, dapat digunakan rumus : trata-rata =

1.

Aquadest 37 oC trata-rata = 35 oC trata-rata = 77 oC trata-rata = = 1,305 s = 1,255 s = 1,245 s

2.

Rinso cair 37 oC trata-rata = 35 oC trata-rata = 77 oC trata-rata = = 442,5 s = 321,5 s = 157,5 s

3.

Minyak goreng Filma 37 oC trata-rata = 35 oC trata-rata = 77 oC trata-rata = = 40,44 s = 33,06 s = 10,995 s

4.

Minyak goreng jelantah Filma 37 oC trata-rata = 35 oC trata-rata = 77 oC trata-rata = = 50,19 s = 38,94 s = 23,29 s

viii

PERHITUNGAN TABEL IV.1.2 Menghitung Densitas Untuk menghitung densitas, dapat digunakan rumus : 1. Aquadest 37 oC = 35 oC = 77 oC = = 0,9 g/ml = 0,9 g/ml = 0,9 g/ml

2. Rinso cair 37 oC = 47 oC = 77 oC = `= 0,9 gr/m =0,9gr/ml =0,9 g/ml

3. Minyak goreng Filma 37 oC = 47 oC = 77 oC =

= 0,8 g/ml
= 0,8 g/ml = 0,8 g/ml

4. Minyak goreng jelantah Filma 37 oC = 47 oC = 77 oC =

= 0,8 g/ml
= 0,8 g/ml = 0,8 g/ml

ix

PERHITUNGAN TABEL IV.3 Menghitung Koefisien Viskositas Untuk menghitung viskotas, dapat digunakan rumus : 1. Aquadest 37 oC 47 oC 77 oC = 233,5505979 cp

= 224,6022990 cp

= 187,0194255 cp

2. Rinso cair 37 oC 47 oC 77 oC = 79192,44411 cp

= 57537,56109 cp
= 28187,14112 cp

3. Minyak goreng Filma 37 oC 47 oC 77oC

= 7237,384045 cp = 5917,509977 cp = 1967,730900 cp

4. Minyak goreng jelantah Filma 37 oC 47 oC 77oC

= 8982,302305cp = 6968,935082cp = 4168,117567cp

Anda mungkin juga menyukai