Anda di halaman 1dari 33

LATAR BELAKANG

Eklampsia berasal dari bahasa yunani dan berarti Halilintar. Kata tersebut dipakai karena seolah- olah gejala- gejala eklampsia timbul dengan tiba tiba tanpa didahului oleh tanda tanda lain. Sekarang kita ketahui bahwa eklampsia pada umumnya timbul pada wanita hamil atau dalam nifas dengan tanda tanda pre eklampsia. Di Indonesia Preeklampsia berat (PEB) merupakan salah satu penyebab utama kematian maternal dan perinatal di Indonesia. PEB diklasifikasikan kedalam penyakit hypertensi yang disebabkan karena kehamilan. PEB ditandai oleh adanya hipertensi sedang-berat, edema, dan proteinuria yang masif.

Preeklampsia adalah penyakit pada wanita hamil yang secara langsung disebabkan oleh kehamilan. Pre-eklampsia adalah hipertensi disertai proteinuri dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum 20 minggu bila terjadi. Preeklampsia hampir secara eksklusif merupakan penyakit pada nullipara. Biasanya terdapat pada wanita masa subur dengan umur ekstrem yaitu pada remaja belasan tahun atau pada wanita yang berumur lebih dari 35 tahun. Pada multipara, penyakit ini biasanya dijumpai pada keadaan-keadaan berikut : 1). Kehamilan multifetal dan hidrops fetalis. 2). Penyakit vaskuler, termasuk hipertensi essensial kronis dan diabetes mellitus. 3). Penyakit ginjal.

Eklampsia adalah kelaianan akut pada ibu hamil, saat hamil tua, persalinan atau masa nifas ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala preeclampsia (hipertensi, edems, proteinuri). (Wirjoatmodjo, 2000: 49). Eklampsia merupakan serangan konvulsi yang mendadak atau suatu kondisi yang dirumuskan penyakit hipertensi yang terjadi oleh kehamilan, menyebabkan kejang dan koma, (kamus istilah medis : 163,2001) Eklampsia adalah penyakit akut dengan kejang dan koma pada wanita hamil dan wanita dalam nifas, diserta dengan hipertensi, odema, proteinurio (obstetric patologi : 99. 1984) Eklampsia merupakan serangan kejang yang diikuti oleh koma, yang terjadi pada wanita hamil dan nifas (Ilmu Kebidanan : 295, 2006) Eklampsia adalah preaklampsia yang disertai kejang dan atau koma yang timbul bukan akibat dari kelainan neurologi (Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 : 310 ; 1999)

ETIOLOGI
Teori Genetik Eklamsia merupakan penyakit keturunan dan penyakit yang lebih sering ditemukan pada anak wanita dari ibu penderita pre eklamsia. Teori Imunologik Kehamilan sebenarnya merupakan hal yang fisiologis. Janin yang merupakan benda asing karena ada faktor dari suami secara imunologik dapat diterima dan ditolak oleh ibu. Pada eklamsia terjadi penurunan atau kegagalan dalam adaptasi imunologik yang tidak terlalu kuat sehingga konsepsi tetap berjalan. Teori Iskhemia Regio Utero Placental Kejadian eklamsia pada kehamilan dimulai dengan iskhemia utero placenta menimbulkan bahan vaso konstriktor yang bila memakai sirkulasi, menimbulkan bahan vaso konstriksi ginjal. Keadaan ini mengakibatkan peningkatan produksi renin angiotensin dan aldosteron.

Teori Radikal Bebas Faktor yang dihasilkan oleh ishkemia placenta adalah radikal bebas. Radikal bebas merupakan produk sampingan metabolisme oksigen yang sangat labil, sangat reaktif dan berumur pendek.
Teori Kerusakan Endotel Kerusakan endotel merupakan kelanjutan dari terbentuknya radikal bebas yaitu peroksidase lemak atau proses oksidase asam lemak tidak jenuh yang menghasilkan peroksidase lemak asam jenuh.

Teori Trombosit Placenta pada kehamilan normal membentuk derivat prostaglandin dari asam arakidonik secara seimbang yang aliran darah menuju janin. Ishkemi regio utero placenta menimbulkan gangguan metabolisme yang menghasilkan radikal bebas asam lemak tak jenuh dan jenuh. Teori Diet Ibu Hamil Kebutuhan kalsium ibu 2 - 2 gram per hari. Bila terjadi kekurangan-kekurangan kalsium,hamil kalsium ibu hamil akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan janin, kekurangan kalsium yang terlalu lama menyebabkan dikeluarkannya kalsium otot sehingga menimbulkan sebagai berikut : dengan dikeluarkannya kalsium dari otot dalam waktu yang lama, maka akan menimbulkan kelemahan konstruksi otot jantung yang mengakibatkan menurunnya strike volume sehingga aliran darah menurun.

PATHWAY

STUDY CASE
Ny. U datang di bawa dari ruang OK RS A.Y pada tanggal 15 oktober 2013 pada pukul 09.00 WIB dengan keadaan penurunan kesadaran setelah operasi SC jam yang lalu, yang disertai dengan kejang-kejang, mual (-) , muntah (-), demam (-). Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan : TD = 179/123 mmHg Nadi = 172 x/menit RR = 20 x/menit HR = 170 x/menit Auskultasi didapat vasekuler , ronchi (+). Hasil pemeriksaan Laboratorium di dapatkan Ureum = 97 mg/dl dan Creatinin = 1,49 mg/dl.

PENGKAJIAN
Pada tanggal 17 oktober 2013 pukul 09.00 Identitas Klien

Nama
Alamat Pekerjaan Usia Diagnosa medis

: Ny. U
: Reno Basuki : Ibu rumah tangga : 22 tahun : Post SC + Eklamsi

PENGKAJIAN PRIMER
AIRWAY

Klien terpasang ventilator P.SIMV


Klien terpasang ETT karena airway terganggu dan pola nafas tidak efektif

Breathing Ekspansi dinding dada simetris RR = 25 x/menit Terdengar suara Ronchi (+)

Circulation Post Sc (perdarahan operasi telah teratasi) Akral dingin TD = 179/123 mmHg Nadi = 172 x/menit HR = 170 x/menit
Disability Penurunan kesadaran Composmentis GCS = E4 M6 V klien terpasang ETT Pupil = isokor (2mm)

PENGKAJIAN SEKUNDER
SISTEM KARDIOVASKULER
Sianosis bibir & kuku Suara jantung Vasekuler HR = 170 x/menit TD = 179/123 mmHg

SISTEM RESPIRASI Suara nafas Ronchi RR = 28 x/menit Ekspansi dinding dada dimetris

SISTEM REPRODUKSI nyeri tekan pada payudara pengeluaran pervaginam berupa lendir bercampur darah ( Lochia sanginolenta mulai hari ketiga sampai hari ketujuh)

SISTEM PENCERNAAN adanya nyeri tekan daerah epigastrium (kuadran II kiri atas) anoreksia(+) mual (+) dan muntah (+)

SISTEM PERSYARAFAN Hiperrefleksi klonus pada kaki

SISTEM PERKEMIHAN Oliguria Proteinuria

PENATALAKSANAAN
Konsep pengobatannya : Menghindari terjadinya : Meningkatkan jumlah dieresis Kejang berulangMengurangi koma

Perjalanan kerumah sakit dapat diberikan : Obat penenang dengan injeksikan 20 mgr valium Pasang infuse glukosa 5 % dan dapat di tambah dengan valium 10 sampai 20 mgr Sertai petugas untuk memberikan pertolongan: Hindari gigitan lidah dengan memasang spatel pada lidah, Lakukan resusitasi untuk melapangkan nafas dan berikan O2, Hindari terjadinya trauma tambahan

No 1.

DATA

Masalah

Etiologi

Data subjektif: tidak ada Data objektif: Klien terpasang ETT

Bersihan jalan nafas tak efektif inflamasi trachea bronchial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum

Terdapat sputum
Suara nafas Ronchi RR = 28x/menit
2.

Data subjektif: Tidak ada Data objektif: Klien tampak sesak saat bernafas

Pola nafas tidak efektif

Deformitas dinding dada (adanya edema pada paru) Dan peningkatan kebutuhan O2

Ekspansi dinding dada simetris


RR = 28x/menit Klien terpasang ETT Klien terpasang ventilator P.SIMV

3.

Data subjektif: Tidak ada Data objektif: Hasil foto rontgen terdapat Edema paru Suara nafas Ronchi TD meningkat 179/123 mmHg Terdapat edema pada ekstermitas kaki

Kelebihan volume cairan

peningkatan retensi urine dan edema berkaitan dengan hipertensi pada kehamilan

4.

Data subjektif: tidak ada Data objektif: Klien tampak gelisah Klien tampak bingung Kata-kata yang diucapkan klien tidak jelas Keadaan umum klien lemah Wajah pucat kuku dan bibir Sianosis

Gangguan rasa nyaman

peningkatan tekanan vaskuler cerebral akibat hipertensi

5.

Data subjektif: Tidak ada Data objektif: Suhu tubuh klien meningkat Temp = 39,7 oC

Hipertermi

proses infeksi skunder, penurunan sistem imunitas,

Klien tampak menggigil


Klien banyak mengeluarkan keringat

Diagnosa keperawatan 1. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum 2. Pola nafas tidak efektif b/d Deformitas dinding dada (adanya edema pada paru) Dan peningkatan kebutuhan O2 3. Kelebihan volume cairan b.d peningkatan retensi urine dan edema berkaitan dengan hipertensi pada kehamilan 4. Gangguan rasa nyaman b.d peningkatan tekanan vaskuler cerebral akibat hipertensi 5. Hipertermi b.d proses infeksi skunder, penurunan sistem imunitas

NO
1.

DIAGNOSA
Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum

TUJUAN
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 X 24 jam diharapkan bersihan jalan nafas klien teratasi dengan kriteria hasil Batuk teratasi Nafas normal Bunyi nafas bersih Tidak terjadi Sianosis

INTERVENSI
Kaji frekuensi/kedalaman pernafasan dan gerakan dada
Auskultasi area paru, catat area penurunan 1 kali ada aliran udara dan bunyi nafas

RASIONAL
Takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan Penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi dengan cairan Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami untuk mempertahankan jalan nafas paten Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas suara mekanik pada faktor yang tidak mampu melakukan karena batuk efektif atau penurunan tingkat kesadaran.
Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret, analgetik diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-hati, karena dapat menurunkan upaya batuk/menekan pernafasan

Ajarkan teknik batuk efektif

Penghisapan sesuai indikasi

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat sesuai indikasi: mukolitik.

NO
2.

DIAGNOSA
Pola nafas tidak efektif b/d Deformitas dinding dada (adanya edema pada paru) Dan peningkatan kebutuhan O2

TUJUAN
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 X 24 jam diharapkan pola nafas klien normal dengan kriteria hasil: Respiratorystatus: Ventilation(0703) Respirasi dalam batas normal Mudah bernafas Tidak ada dipsnea TTV normal

INTERVENSI
Buka jalan nafas dengan tehnik chin lift Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi Identifikasi jika pasien perlu pemasangan alat jalan nafas buatan Auskultasi suara nafas, catat adanya suara nafas tambahan

RASIONAL
Agar memudahkan bernapas dengan lancar Untuk memenuhi kebutuhan O2 klien Mencegah terjadinya hipoksia

Untuk mengetahui adanya suara nafas tambahan

Monitor respirasi dan status O2


Observasi TTV

Untuk mengetahui respirasired dan kebutuhab O2


Mengetahui keadaan umum klien

NO
3.

DIAGNOSA

TUJUAN

INTERVENSI

RASIONAL

Kelebihan volume cairan b.d peningkatan retensi urine dan edema berkaitan dengan hipertensi pada kehamilan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan klien dapat tidak ada resiko kekurangan volume cairan dengan

Timbang berat badan pasien setiap hari Pantau intake cairan

Untuk menentukan intervensi lebih lanjut Membantu mengidentivikasi kebutuhan Meminimalkan komplikasi Agar dapat mengontrol keseimbangan antara intake yang amsuk dan output yang keluar Agar tidak tejadi kesalahan dalam pemberian obat

Periksa protein urine Monitor intake dan output klien

Kriteria Hasil: Mempertahanka n urin output sesuai dengan usia dan BB Kolaborasi dengan tim TTV dalam medis dalam pemberian batas normal obat.

NO
4.

DIAGNOSA

TUJUAN

INTERVENSI

RASIONAL

Gangguan rasa nyaman b.d peningkatan tekanan vaskuler cerebral akibat hipertensi

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan gangguan rasa nyaman berkurang dengan kriteria hasil: Pain control Mengenali faktor penyebab Menggunakan metode pencegahan Menggunakan metode pencegahan non analgetik untuk mengurangi nyeri

Kaji skala nyeri klien jika ada Pertahankan tirah baring selama fase akut Anjurkan kompres dingin dan pijat punggung Bantu pasien dalam aktivitas sesuai kebutuhan

Untuk mengetahui tingkat nyeri yang dialami Meminimalkan stimulasi dan meningkatkan relaksasi Menurunkan tekanan vaskuler Mengurangi nyeri

NO
5.

DIAGNOSA

TUJUAN

INTERVENSI
Monitor suhu tubuh minimal tiap 2 jam.

RASIONAL
Mengetahui perubahan suhu, suhu 38,9-41,1C menunjukkan proses inflamasi. Tanda-tanda vital dapat memberikan gambaran keadaan umum klien Menentukan intervensi selanjutnya untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.

Hipertermi b.d proses infeksi skunder, penurunan sistem imunitas

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan hipertermi teratasi Dengan kriteria hasil : Suhu, nadi dan pernafasan dalam batas normal bebas dari kedinginan dan tidak terjadi komplikasi

Observasi tanda-tanda vital (Tekanan darah, Suhu, Nadi dan Respirasi) setiap 2-3 jam. Monitor penurunan tingkat kesadaran.

Anjurkan keluarga untuk membatasi aktivitas klien.


Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian obat antipiretik dan antibiotik

Untuk mempercepat proses penyembuhan


Obat antiperitik untuk menurunkan panas dan antibiotik mengobati infeksi

DX.

Hari & Tanggal

Pukul

Implementasi

Evaluasi

Paraf

HARI PERTAMA PENGKAJIAN 1. Kamis 17/10/13 09.15 Mengkaji frekuensi serta kedalaman pernapasan dan gerakan dada S =0 = Melakukan pemeriksaan auskultasi bunyi paru Melakukan pembersihan sputumyang menumpuk 09.50 Dengan Suction P = Lanjutkan Intervensi Teruskan lakukan pengeluaran sputum dengan suction RR = 28x/menit Ekspansi dinding dada simetris Terdengar suara Ronchi (+)

A = Masalah teratasi sebagian

Kolaborasi
Memberikan terapi Nebulizer dengan 10.30 obat combiven

dan nebulizer untuk membantu membersihkan jalan


nafas klien

2.

Kamis 17/10/13

09.00

Mengidentifikasikan pemasangan alat jalan nafas buatan Memonitor respirasi dan status oksigen

S = O = Klien terpasang ETT dengan kedalam 20 cm Klien terpasang ventilator P.SIMV RR = 28x/menit SpO2 = 94 % TD = 170/100 mmHg Ht = 140x/menit Suhu = 37,5oC

09.15 Mengobservasi TTV tiap jam 10.00

A = Masalah teratasi sebagian P = lanjutkan intervensi Pantau terus alat-alat yang terpasang di tubuh klien dan

catat setiap perubahan yang ada

3.

Kamis 17/10/13

11.00

Memantau intake cairan Cairan yang masuk IV RL / 12 jam Aminofusin = 600cc Metronidazol = 500cc

S = O = Klien terlihat lemas Klien banyak kehilangan cairan Cairan masuk = 438 Cairan keluar = 1033 Balance cairan 438-1033 = - 595

Monitor intake dan output klien 11.20

A = Masalah belum teratasi P = lanjutkan intervensi Pantau cairan yang masuk dan yang keluar

Tingkatkan masukan cairan agar tidak terjadi resiko


kekurangan volume cairan

4.

Kamis 17/10/13

10.00

Mengkaji skala nyeri jika klien

S = -

mengeluhkan ada nya nyeri di bagian 0 =

anggota tubuhnya
Memberikan bedrest total terhadap klien

Klien terlihat ekspresinya meringis saat bernafas

A = Masalah belum teratasi P = Lanjutkan intervensi

Membantu segala altivitas klien mulai Dalam 24 jam dari personal hygine hingga pemberian terapi dll.

Konsultasikan dengan dokter terapi lanjutan untuk mengatasi nyeri

5.

Kamis 17/10/13

09.15

Monitor tanda-tanda vital (Tekanan 2-3 jam.

S = Suhu tubuh klien = 39,7 oC Klien tampak pucat dan lemah Klien tampak menggigil

darah, Suhu, Nadi dan Respirasi) setiap O =

o 10.00 o

Memberikan kompres dingin terhadap klien karena suhu tubuh klien hipertermi Monitor penurunan tingkat kesadaran.

A = Masalah belum teratasi P = Lanjutkan intervensi Konsulkan ke dokter tentang peningkatan suhu tubuh yang

Kolaborasi dengan tim medis lain untuk terjadi pada klien pemberian obat antipiretik dan antibiotik.

10.45

HARI KEDUA PENGKAJIAN 1. Jumat 18/10/13 09.30 Mengkaji frekuensi serta kedalaman pernapasan dan gerakan dada Melakukan pemeriksaan auskultasi bunyi S =0 = RR = 36x/menit Ekspansi dinding dada simetris

paru
Melakukan pembersihan sputum yang menumpuk 10.00 Dengan Suction Kolaborasi Memberikan terapi Nebulizer dengan obat 11.10 combiven

Suara paru masih terdengar suara Ronchi (+)

A = Masalah teratasi sebagian P = Lanjutkan Intervensi Teruskan lakukan pengeluaran sputum dengan suction dan nebulizer untuk membantu membersihkan jalan nafas klien Laporkan dengan dokter untuk terapi lanjutan

2.

Jumat 18/10/13

09.20

Mengidentifikasikan pemasangan alat jalan nafas buatan Memonitor respirasi dan status oksigen

S = O = Klien terpasang ETT dengan kedalam 20 cm Klien terpasang ventilator P.SIMV RR = 36x/menit SpO2 = 96 % TD = 150/70 mmHg Ht = 110x/menit

09.40 Mengobservasi TTV tiap jam 10.00

A = Masalah teratasi sebagian

P = lanjutkan intervensi Pantau terus alat-alat yang terpasang di tubuh klien dan catat setiap perubahan yang ada

3.

Jumat 18/10/13

11.00

Memantau intake cairan Cairan yang masuk IV RL / 12 jam Aminofusin = 600cc Metronidazol = 500cc

S = O = Klien terlihat lemas Klien banyak kehilangan cairan Cairan masuk = 220 Cairan keluar = 299 Balance cairan 220-299 = - 79 Tingkat kesadaran klien semakin menurun

Monitor intake dan output klien 11.10

A = Masalah teratasi sebagian P = lanjutkan intervensi Pantau cairan yang masuk dan yang keluar

Tingkatkan masukan cairan agar tidak terjadi resiko


kekurangan volume cairan

4.

Jumat 18/10/13

10.00

Mengkaji skala nyeri jika klien mengeluhkan ada nya nyeri di

S = 0 =

bagian anggota tubuhnya


Memberikan bedrest total terhadap klien Membantu segala aktivitas klien Dalam 24 jam mulai dari personal hygine hingga pemberian terapi dll.

Klien terlihat ekspresinya meringis saat


bernafas

A = Masalah belum teratasi P = Lanjutkan intervensi Konsultasikan dengan dokter terapi lanjutan untuk mengatasi nyeri

5.

Jumat 18/10/13

10.00

Monitor tanda-tanda vital (Tekanan darah, Suhu, Nadi dan Respirasi) setiap 2-3 jam.

S = O = Suhu tubuh klien = 40 oC Klien tampak pucat dan lemah Klien tampak menggigil

o 10.30 o

Memberikan kompres dingin terhadap klien karena suhu tubuh klien hipertermi

A = Masalah belum teratasi Monitor penurunan tingkat kesadaran. P = Lanjutkan intervensi o Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian obat antipiretik dan antibiotik. Konsulkan ke dokter tentang peningkatan suhu tubuh yang terjadi pada klien

11.00

Anda mungkin juga menyukai