Anda di halaman 1dari 5

MODUL 6 : AKUNTANSI BIAYA

Arie Novianti, MM Page 1



CHAPTER 7 : BIAYA MUTU (THE COST OF QUALITY) DAN
AKUNTANSI UNTUK KEHILANGAN DALAM PROSES PRODUKSI
(ACCOUNTING FOR PRODUCTINO LOSS)

Tujuan Pembelajaran, diharapkan mampu:
1. Mengidentifikasikan dan membedakan tiga jenis biaya mutu
2. Menjelaskan manajemen mutu total (Total Quality Management) dan kebutuhan untuk
melakukan perbaikan yang berkelanjutan (continuous improvement)
3. Menghitung biaya sisa bahan baku (scrap), biaya barang cacat (spoilage), dan biaya
pengerjaan kembali (rework) pada sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan.
4. Membuat ayat jurnal untuk mempertanggungjawabkan biaya sisa bahan baku, biaya
barang cacat dan biaya pengerjaan kembali pada sistem perhitungan biaya berdasarkan
pesanan
5. Menghitung biaya barang cacat pada sistem perhitungan biaya berdasarkan proses
dengan asumsi aliran biaya rata-rata tertimbang dan membuat laporan biaya produksi
ketika terdapat barang cacat
6. Membaut ayat jurank untuk mempertanggungjawabkan biaya barang cacat pada sistem
perhitungan biaya berdasarkan proses

BIAYA MUTU
Sampai batas-batas tertentu, biaya mutu (cost of quality) sering kali disalahartikan. Biaya mutu
tidak hanya terdiri dari biaya untuk mencapai mutu, malainkan juga biaya yang terjadi karena
kurangnya mutu. Untuk memahami dan meminimalkan biaya mutu, maka jenis biaya mutu
harus diidentifikasikan dan dibedakan.
Jenis-jenis biaya mutu:
1. Biaya pencegahan (prevention cost) adalah biaya yang terjadi untuk mencegah
terjadinya kegagalan produk. Biaya pencegahan adalah biaya yang dikeluarkan untuk
mendesain produk dan sistem produksi bermutu tinggi, termasuk biaya untuk
MODUL 6 : AKUNTANSI BIAYA


Arie Novianti, MM Page 2

menerapkan dan memelihara sistem-sistem tersebut. Pencegahan kegagalan produk
dimulai dengan mendesain mutu ke dalam produk dan proses produksi. Komponen-
komponen dan peralatan bermutu tinggi harus digunakan. Pemeliharaan preventif harus
dilakukan secara berkala atas peralatan dan mesin untuk mempertahankan mutu yang
tinggi. Karyawan harus dilatih dengan baik dan bermotivasi tinggi. Seluruh karyawan,
mulai dari eksekutif puncak sampai setiap pekerja di pabrik harus terus menerus
mencari cara untuk memperbaiki mutu produk.
2. Biaya penilaian (appraisal cost) adalah biaya yang terjadi untuk mendeteksi kegagalan
produk. Biaya penilaian terdiri atas biaya inspeksi dan pengujian bahan baku, biaya
inspeksi produk selama dan setelah proses produksi, serta biaya untuk memperoleh
informasi dari pelanggaran mengenai kepuasan mereka atas produk tersebut.
3. Biaya kegagalan (failure cost) adalah biaya yang terjadi ketika suatu produk gagal.
Kegagalan tersebut dapat terjadi secara internal maupun eksternal. Biaya kegagalan
internal (internal failure cost) adalah biaya yang terjadi selama proses produksi, seperti
biaya sisa bahan baku, biaya barang cacat, biaya pengerjaan kembali, dan terhentinya
produksi karena kerusakan mesin atau kehabisan bahan baku. Biaya kegagalan
eksternal (external failure cost) adalah biaya yang terjadi setelah produk dijual, meliputi
biaya untuk memperbaiki dan mengganti produk yang rusak selama masa garansi, biaya
untuk menangani keluhan pelanggan, dan biaya hilangnya penjualan akibat
ketidakpuasan pelanggan.

MANAJEMEN MUTU TOTAL
Untuk dapat bertahan di lingkugan bisnis yang kompetitif, suatu perusahaan harus
menyediakan produk bermutu dengan harga yang wajar. Perusahaan-perusahaan seperti Ford,
Hewlet Packard, Harley Davidson pada tahun 1980-an sudah menyadari bahwa perusahaan-
perusahaan tersebut tidak dapat terus menjadi kompetitif, jika produknya tidak dapat bersaing
dengan produk bermutu tinggi dari pesaingnya. Untuk menghilangkan mutu yang buruk,
produsen kelas dunia mengadopsi filisofi manajemen mutu total. Manajemen mutu total (total
quality management TQM) adalah pendekatan tingkat perusahaan terhadap perbaikan mutu
yang berusaha untuk memperbaiki mutu di semua proses dan aktivitas. Filosofi ini telah
berkembang menjadi lebih dari sekedar suatu tujuan dari bisnis yang dikelola dengan baik.
MODUL 6 : AKUNTANSI BIAYA


Arie Novianti, MM Page 3

TQM telah menjadi filosofi yang mengakar dan suatu cara untuk menjalankan bisnis yang
berlaku bagi seluruh fungsional dan karyawan perusahaan.
Oleh karena produk dan proses produksi suatu perusahaan berbeda dengan perusahaan lain,
maka pendekatannya terhadap TQM juga berbeda jauh. Namun karakteristik-karakteristik
berikut bersifat umum untuk semuanya.
1. Tujuan perusahaan bagi semua aktivitas bisnisnya adalah untuk melayani pelanggan
2. Manajemen puncak memimpin secara aktif dalam perbaikan mutu
3. Semua karyawan terlibat secara aktif dalam perbaikan mutu
4. Perusahaan memiliki sitem untuk mengidentifikasikan masalah mutu, mengembangkan
solusi, dan menetapkan tujuan perbaikan mutu
5. Perusahaan menghargai karyawannya dan memberikan pelatihan terus menerus

PENINGKATAN MUTU SECARA BERKELANJUTAN
Cara terbaik untuk mengurangi biaya mutu total adalah dengan mengurangi kondisi kurangnya
mutu. Secara historis, perusahaan menyelesaikan masalah mutu melalui strategi produksi
dalam volume besar dan inspeksi. Idenya adalah untuk menghasilkan produk dalam jumlah
yang banyak sedemikian rupa sehingga, berapa pun jumlah unit yang ditolak di akhir proses,
perusahaan tersebut tetap memiliki unit bagus dalam jumlah yang memadai guna memenuhi
permintaan.

MENGUKUR DAN MELAPORKAN BIAYA MUTU
Kebanyakan biaya dari berbagai jenis kegagalan produk dapat diukur dan dilaporkan setiap
periode. Volume bahan baku sisa, barang cacat, perngerjaan kembali, perbaikan dan
penggantian selama masa garansi, dan pananganan keluhan pelanggan dapat dipantau,
dihitung biayanya dan dilaporkan ke manajemen per kuartal, epr bulan, atau lebih sering lagi.
Biaya kegagalan-kegagalan semacam ini dapat ditelusuri dan dilaporkan untuk setiap pusat
biaya. Tetapi, manajemen puncak sebaiknya tidak mencoba untuk menggunakan informasi
biaya terinci semacam ini untuk membebankan tanggung jawab atas kegagalan-kegagalan
tersebut. Biaya kegagalan dapat disebabkan oleh komponen-komponen bermutu rendah dari
pemasok mesin yang usang, desain produk yang buruk, atau faktor-faktor lain di luar kendali
MODUL 6 : AKUNTANSI BIAYA


Arie Novianti, MM Page 4

seorang manajer pusat. Meskipun demikian, laporan terinci menyediakan suatu cara untuk
mengidentifikasikan masalah mutu yang harus diperhatikan oleh tim mutu yang terdiri atas
karyawan dari area-area yang terpengaruh. Jika biaya yang terlibat cukup signifikan,
manajemen puncak sebaiknya berpartisipasi secara aktif dalam tim tersebut.

AKUNTANSI UNTUK KERUGIAN PROSES PRODUKSI (PRODUCTION LOSSES) DALAM
SISTEM PERHITUNGNA BIAYA BERDASARKAN PESANAN
Kerugian produksi dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan mencakup biaya
bahan baku sisa, biaya barang cacat, dan biaya pengerjaan kembali atas barang cacat.
Sebagian besar dari kerugian ini diakibatkan oleh kurangnya mutu dan sebaiknya dihilangkan
jika memungkinkan. Salah satu cara untuk menarik perhatian pada kebutuhan untuk
mengurangi jenis-jenis kegagalan mutu semacam ini adalah dengan menentukan biayanya dan
kemudian melaporkannya kepada manajemen puncak. Biaya yang besar menandakan peluang
untuk memperbaiki mutu secara substansial, yang oleh manajemen harus diartikan sebagai
peluang untuk meningkatkan laba perusahaan.
AKUNTANSI UNTUK BAHAN BAKU SISA (SCRAP)
Bahan baku sisa terdiri atas:
1. Serbuk atau sisa-sisa yang tertinggal setelah bahan baku diproses
2. Bahan baku cacat yang tidak dapat digunakan maupun diretur ke pemasok
3. Bagian-bagian yang rusak akibat kecerobohan karyawan atau kegagalan mesin.
Jika bahan baku sisa memiliki nilai, maka bahan baku sisa tersebut sebaiknya dikumpulkan dan
disimpan untuk dijual ke pedagang barang bekas. Jika bahan baku sisa merupakan hasil dari
pemotongan, pengikiran, atau residu bahan baku, maka biayanya mungkin tidak mudah untuk
ditentukan.

AKUNTANSI UNTUK BIAYA BARANG CACAT (SPOILAGE GOODS)
Barang cacat berbeda dengan bahan baku sisa karena barang cacat adalah unit yang selesai
atau separuh selesai, namun cacat dalam hal tertentu. Barang cacat dapat disebabkan oleh
MODUL 6 : AKUNTANSI BIAYA


Arie Novianti, MM Page 5

tidakan pelanggaran, seperti penggantian spesifikasi setelah produksi atau keharusan untuk
memproduksi dalam toleransi yang sangat ketat. Barang cacat juga dapat disebabkan oleh
kegagalan internal, seperti kecerobohan karyawan atau usangnya peralatan. Perlakuan
akuntansi untuk barang cacat tergantung pada jenis penyebabnya.
Barang Cacat yang Disebabkan oleh Pelanggan
Jika barang cacat terjadi karena tindakan tertentuk yang dilakuan oleh pelanggan, maka hal
tersebut tidak boleh dianggap sebagai biaya mutu. Pelanggan sebaiknya membayar jenis
barang cacat seperti ini. Biaya yang tidak tertutup oleh penjualan barang cacat sebaiknya
dibebankan ke pesanan tersebut. Dengan kata lain, nilai sisa (salvage value) dari barang cacat
sebaiknya dikeluarkan dari biaya pesanan, tetapi saldo dari biaya yang tidak tertutup oleh nilai
sisa tersebut tetap tinggal sebagai biaya pesanan itu.
Barang Cacat yang Disebabkan oleh Kegagalan Internal
Jika barang cacat terjadi karena kegagalan internal seperti kecerobohan karyawan atau
usangnya mesin, biaya yang tidak tertutup dari penjualan barang cacat sebaiknya dibebankan
ke Pengendali Overhead pabrik dan dilaporkan secara periodik kepada manajemen. Jika biaya
dari barang cacat cukup besar sehingga dapat mendistorsi biaya produksi yang dilaporkan,
maka sebaiknya dilaporkan terpisah sebagai kerugian di laporan Laba Rugi. Semua baiya
produksi yang dikeluarkan untuk barang cacat sebaiknya ditentukan dan dikeluarkan dari kartu
biaya pesanan dan akun barang dalam proses di buku besar. Jika barang cacat memiliki nilai
sisa, maka barang cacat tersebut harus disimpan sebagai persediaan sebesar nilai sisanya,
dan selisihnya sebaiknya dibebankan ke Pengendali Overhead Pabrik. Buku pembantu
overhead pabrik untuk biaya yang tidak tertutup dari penjualan barang cacat sebaiknya
disimpan untuk laporan periodik bagi manajemen.



AKUNTANSI UNTUK BIAYA PENGERJAAN KEMBALI (REWORK)

Anda mungkin juga menyukai