Anda di halaman 1dari 4

Nama: R.

Amalia Haniftian
NPM: 51621220047
Tugas: Resume JIT & Quality Control
Quality Cost Management dan Just In Time
Quality Cost Management
Perusahaan yang memproduksi suatu produk dengan kualitas yang rendah akan berakibat pada
rendahnya pangsa pasar dan mengalami penurunan laba. Sebaliknya suatu perusahaan yang
memproduksi produknya dengan desain yang berkualitas baik, bahan baku yang digunakan
berkualitas tinggi, akan tetapi mengalami produk yang dihasilkannya mengalami kerusakan maka
akan mempengaruhi penjualan produk tersebut.
Pendekatan Kualitas
Jika ada produk berkualitas maka lawannya adalah produk tidak berkualitas atau produk cacat
(defective product). Produk cacat berarti produk yang tidak memenuhi spesifikasi. Pendekatan
strategis yang digunakan untuk dapat memenuhi spesifikasi dapat dipilih satu dari dua pendekatan
berikut : (Siregar et al.,2013)
1. Pendekatan Nilai Target Kesesuaian kualitas diartikan sebagai suatu rentang nilai untuk
setiap spesifikasi atau karakteristik kualitas. Sebuah nilai target dengan batasan nilai
tertinggi dan terendah ditentukan sebagai rentang variasi produk yang dapat diterima. Nilai
target adalah semua unit yang berada dalam rentang nilai tersebut dikategorikan sebagai
produk yang tidak cacat atau berkualitas.
2. Pendekatan Kualitas Optimal Kesesuaian kualitas ditekankan kepada dimensi kesesuaian
untuk digunakan (fitness for use).Spesifikasi kualitas ditentukan dalam nilai tertentu yang
sudah teruji tanpa ada toleransi sedikitpun terhadap penyimpangan (tidak diperbolehkan
adanya rentang nilai). Setiap kali proses dilakukan harus diperoleh target secara akurat
Klasifikasi Biaya Kualitas
a. Biaya Pencegahan (Prevention Cost) Merupakan biaya yang terjadi untuk mencegah
terjadinya produk cacat. Perusahaan akan mengeluarkan biaya yang jauh lebih rendah jika
dapat mencegah terjadinya cacat dibandingkan dengan menemukan dan memperbaiki
produk cacat yang telah terjadi.
b. Biaya Penilaian (Appraisal Cost) Merupakan biaya yang terjadi untuk mengidentifikasi
produk-produk cacat sebelum produk-produk tersebut dikirim ke konsumen. Biaya ini
sering juga disebut dengan biaya inspeksi.
c. Biaya Kegagalan Internal (Internal Failure Cost) Merupakan biaya yang terjadi sebagai
akibat mengidentifikasi produk-produk yang cacat sebelum produk-produk tersebut
dikirim ke konsumen. Biaya kegagalan ini terjadi pada saat produk tidak dapat memenuhi
spesifikasi rancangannya.
d. Biaya Kegagalan Eksternal (External Failure Cost) Merupakan biaya yang terjadi ketika
produk yang cacat dikirimkan ke konsumen.
Pelaporan Biaya Kualitas
Pelaporan biaya kualitas dapat menjadi sumber informasi penting dalam pembuatan keputusan
perbaikan kualitas dan penurunan biaya kualitas. Langkah pertama dalam pembuatan laporan
biaya kualitas adalah menentukan biaya kualitas sesungguhnya untuk setiap komponen kualitas.
Langkah berikutnya adalah mengelompokkan komponenkomponen biaya kualitas tersebut dalam
kelompok-kelompok biaya kualitas. Pengelompokkan ini bermanfaat agar manajer dapat
mengetahui distribusi penyebaran biaya kualitas yang terjadi.
1. Manajemen Persediaan Tradisional
Pada umumnya perusahaan menggunakan cara tradisional dalam mengelola persediaan,
yaitu dengan cara memiliki persediaan minimal untuk mendukung kelancaran proses
produksi. Di samping itu perusahaan juga memperhitungkan biaya persediaan yang paling
ekonomis yang dikenal dengan istilah Economic Order Quantity (EOQ). Perusahaan
manufaktur pada umumnya memperhitungkan tiga macam persediaan yaitu: persediaan
bahan baku, persediaan barang dalam proses, dasn persediaan barang jadi.
2. Persediaan Model Just in Time (JIT)
Dalam kegiatan industry manufaktur, pengelolaan persediaan dapat dilakukan dengan dua
model yaitu model JIT dan model tradisional. Model JIT adalah model yang menempatkan
pemasok sebagai mitra bisnis sejati, mereka dididik, dibina, dan diperlakukan sebagai
bagian dari perusahaan yang dipasok bahan bakunya. Sebaliknya pada model tradisional
adalah model yang menempatkan pemasok sebagai mitra bisnis sementara karena
perhitungan untung rugi diterapkan pada mereka, sehingga perusahaan yang menggunakan
model ini akan mengalami ganti-ganti pemasok, dan hal ini dapat mengganggu proses
produksi.
Model JIT dapat diterapkan jika pemasok benar-benar professional (barang bagus
kualitasnya dan tepat waktu) dan menjadi bagian dari perusahaan yang dipasok. Sedangkan
model tradisional dapat diterapkan jika pemasok memberi kepuasan atas harga dan kualitas
barang yang dipasoknya. Harga dalam model JIT bukan merupakan hal yang pokok karena
harga dapat diadakan negosiasi, yang pokok bagi perusahaan yang dipasok adalah tepat
waktu dan kualitas barang.
Pengertian JIT adalah persediaan dengan nilai nol atau mendekati nol, artinya perusahaan tidask
menanggung biaya persediaan. Bahan baku akan tepat datang pada saat dibutuhkan. Model yang
demikian tentu saja pemasoknya adalah pemasok yang setia dan professional. Dengan model ini
terjadi efisiensi biaya persediaan bahan baku.
JIT bertujuan mengubah budaya perusahaan. Peningkatan kualitas di seluruh perusahaan atau
company wide quality improvement, yaitu usaha menjadi organisasi yang terbaik dari atas ke
bawah. Setiap orang adalah pakar bagi pekerjaannya sendiri dengan mengendalikan berpikir
kolektif dan kreatif.
Prinsip dasar JIT bahwa perusahaan tidak memiliki persediaan besi (safety stock). Dengan tidak
memiliki safety stock, perusahaan dapat menghemat biaya persediaan. Dalam model ini pemasok
menjadi mitra sejati yang loyal dan professional karena setiap saat bahan baku diperlukan untuk
proses produksi, pada saat itu pula bahan baku harus sudah ada di tempat proses produksi.
Peningkatan Kualitas
Dalam melaksanakan JIT dituntut semua pihak yang terlibat dalam suatu perusahaan (stakeholder)
memiliki komitment tinggi untuk mengembangkan organisasi. Komitment tersebut harus
didasarkan pada motivasi partisipasi aktif, motivasi peningkatan kualitas dan motivasi
pengendalian kegiatan, agar seluruh kegiatan dapat dilakukan secara efektif dan efisien.

Anda mungkin juga menyukai