Anda di halaman 1dari 14

LECTURE NOTES

ACCT6130
Cost Accounting

Week 5
The Cost of Quality and Accounting
for Production Losses

ACCT6130 – Cost Accounting


LEARNING OUTCOMES

1. Peserta diharapkan mampu menganalisa Cost of Quality.


2. Peserta diharapkan dapat menghitung Accounting for Production Losses in a Job
Order Cost System dan Process Costing System.
3. Peserta diharapkan dapat memahami Normal Production Shrinkage dan Spoilage
Attribute to Internal Failure.

OUTLINE MATERI (Sub-Topic):

1. The Cost of Quality


2. Accounting for Production Losses in a Job Order Cost System
3. Accounting for Production Losses in a Process Costing System
4. Normal Production Shrinkage
5. Spoilage Attribute to Internal Failures

ACCT6130 – Cost Accounting


ISI MATERI

Biaya Mutu Dan Akuntansi Kehilangan Dalam Proses Produksi

Biaya Mutu
Biaya mutu terdiri dari biaya mencapai mutu, serta biaya yang terjadi karena kurangnya
mutu.
Jenis Biaya Mutu
1. Biaya pencegahan; biaya yang terjadi untuk mencegah terjadinya kegagalan produk.
Atau biaya untuk mendesain produk dan sistem produksi bermutu tinggi, termasuk biaya
untuk menerapkan dan memelihara sistem. Mulai dari mendesain mutu ke dalam produk
dan proses produksi, komponen dan peralatan bermutu tinggi yang harus digunakan,
serta pelatihan karyawan. Dilakukan berkala atas peralatan dan mesin.
2. Biaya penilaian; terjadi untuk mendeteksi kegagalan produk. Terdiri dari biaya inspeksi
dan pengujian bahan baku, inspeksi produk selama an setelah proses produksi, serta
biaya untuk memperoleh informasi kepuasan pelanggan atas produk.
3. Biaya kegagalan; terjadi saat produk gagal (internal maupun eksternal). Biaya kegagalan
internal adalah biaya yang terjadi selama proses produksi, seperti biaya sisa bahan baku,
biaya barang cacat, biaya pengerjaan kembali, dan terhentinya produksi karena
kerusakan mesin atau kehabisan bahan baku. Biaya kegagalan eksternal adalah biaya
yang terjadi setelah produk dijual, meliputi biaya untuk memperbaiki dan mengganti
produk yang rusak selama garansi, biaya untuk menangani keluhan pelanggan, dan biaya
hilangnya penjualan karena ketidakpuasan pelanggan.

Manajemen Mutu Total (TQM)


Merupakan pendekatan tingkat perusahaan atas perbaikan mutu yang mencari cara untuk
memperbaiki mutu di semua proses dan aktivitas. TQM telah menjadi filosofi yang mengakar
dan suatu cara menjalankan bisnis yang berlaku atas semua area fungsional perusahaan dan
seluruh karyawan. Karakteristik TQM:
1. Tujuan perusahaan atas semua aktivitas bisnisnya adalah untuk melayani pelanggan
(pembeli dan orang lingkungan perusahaan). Karyawan diharuskan mengidentifikasikan

ACCT6130 – Cost Accounting


pelanggan, serta menentukan kebutuhan dan prioritas pelanggan melalui proses interaksi
dengan mereka.
2. Manajemen puncak memimpin secara aktif dalam perbaikan mutu. Harus dapat memberi
arahan dan memotivasi karyawan akan pentingnya perbaikan mutu.
3. Semua karyawan terlibat secara aktif dalam perbaikan mutu. Karyawan harus aktif
mencari cara guna memperbaiki mutu dari proses-proses dibawah kendali masing-
masing.
4. Perusahaan memiliki sistem untuk mengidentifikasikan masalah mutu, mengembangkan
solusi, dan menetapkan tujuan perbaikan mutu. Umumnya sistem terdiri atas pengaturan
kelompok karyawan ke dalam tim mutu atau lingkaran mutu yang bertemu secara teratur
untuk mendiskusikan masalah mutu. Kelompok karyawan ini terdiri atas karyawan dari
berbagai area fungsional yang berbeda, sekaligus karyawan yang menggunakan produk
dan yang memproduksi. Pertemuan mendiskusikan masalah, urun pendapat untuk
mengidentifikasi solusi.
5. Perusahaan menghargai karyawannya dan memberikan pelatihan terus menerus serta
pengakuan atas pencapaian. Manusia merupakan aset paling berharga, yang
merencanakan, mendesain, dan mengatur. Karyawan yang terlatih baik dan memiliki
motivasi tinggi merupakan hal terpenting dalam perbaikan mutu.

Peningkatan Mutu Secara Berkelanjutan


Cara terbaik mengurangi biaya mutu total adalah mengurangi kondisi kurangnya mutu.
Pendekatan terbaik untuk perbaikan mutu adalah berkonsentrasi pada pencegahan, yaitu
mencari penyebab pemborosan dan inefisiensi, lalu mengembangkan rencana sistematis
untuk menghilangkan penyebab itu. Pendekatan mutu didasarkan pada keyakinan bahwa
dengan meningkatkan biaya pencegahan, akan lebih sedikit produk rusak yang dihasilkan dan
biaya mutu total dan menurun. Pendekatan ini mulai pada desain produk sampai ke seluruh
proses produksi. Produk harus memenuhi kebutuhan fungsional pelanggan, dan dapat
diandalkan serta tahan lama. Produk harus didesain agar mudah diproduksi secara efisien.
Selain pencegahan, juga diperlukan penilaian (inspeksi) untuk mencari produk cacat melalui
pendekatan yang dinamis. Seperti menggunakan pengendalian proses secara statistik untuk
memonitor mutu produk dan mengurangi variabilitasnya.

ACCT6130 – Cost Accounting


Perbaikan mutu harus merupakan proses terus menerus dari sedikit perbaikan di sana
sini. Perbaikan mutu berkelanjutan atau terus menerus perlu usaha konstan setiap orang
dalam perusahaan. Mutu meningkat sejalan waktu, proses perbaikan yang berkelanjutan tidak
pernah berakhir dan tidak pernah menjadi semakin mudah. Inti konsep perbaikan mutu
berkelanjutan adalah gagasan bahwa kondisi ideal bukanlah sesuatu absolut yang dapat
diketahui, tapi kondisi itu berubah akibat usaha terus menerus dari individu yang bekerja
sama memperbaiki produk.
Ada lima aktivitas pokok dalam perbaikan berkesinambungan:
1. Komunikasi. Berguna memberi informasi sebelum, selama, dan sesudah perbaikan.
Komunikasi antara anggota tim, maupun antar tim dalam perusahaan.
2. Memperbaiki kesalahan yang nyata. Perlu penelitian untuk identifikasi permasalahan
dan mengatasinya. Penting sekali menerapkan PDCA (Plan, Do, Check, Action) yang
dikenal sebagai Siklus Deming.
3. Memandang ke hulu. Mencari sebab masalah menggunakan alat yang dapat
memisahkan penyebab dan gejala, yaitu diagram sebab akibat.
4. Dokumentasi masalah dan kemajuan. Agar memudahkan pemecahan masalah yang
sama di masa datang.
5. Memantau perubahan. Untuk memastikan telah dilakukan perbaikan secara tuntas.

Berikut dapat dilihat langkah-langkah strukturisasi perbaikan kualitas:


1. Membentuk Dewan Kualitas.
2. Bertanggung jawab atas perbaikan berkesinambungan dengan tugas mengadakan
koordinasi dan melembagakan perbaikan kualitas tahunan.
3. Menyusun pernyataan tanggungjawab dewan kualitas, yang meliputi merumuskan
kebijakan, patok duga, proses pembentukan tim, sumber daya, implementasi proyek,
dsb.
4. Membangun infrastruktur yang diperlukan guna mendukung usaha perbaikan yang
dilakukan.

ACCT6130 – Cost Accounting


Elemen dasar dari proses perbaikan dan pengendalian terdiri dari beberapa tahap:
1. Penetapan standar untuk pengendalian dan perbaikan.
2. Standar digunakan manajer untuk mengkomunikasikan visi dan menetapkan tujuan
yang realistis berdasarkan umpan balik.
3. Pengukuran.
4. Studi.
5. Tindakan.

Mengukur Dan Melaporkan Biaya Mutu


Biaya kegagalan dapat ditelusuri dan dilaporkan untuk setiap pusat biaya. Tapi manajemen
puncak sebaiknya tidak berusaha menggunakan informasi biaya terinci ini guna
membebankan tanggungjawab kegagalan itu. Biaya kegagalan dapat disebabkan oleh bagian
bermutu rendah dari pemasok, mesin yang usang, desain produk yang buruk, atau faktor lain
di luar kendali manajer pusat biaya. Meskipiun demikian, laporan terinci memberi cara untuk
mengidentifikasi masalah mutu yang harus diperhatikan oleh tim mutu (karyawan area). Jika
biaya yang terlibat cukup signifikan, manajemen puncak sebaiknya berpastisipasi dalam tim.

Akuntansi Untuk Kerugian Dalam Proses Produksi Dalam Sistem Perhitungan Biaya
Berdasarkan Pesanan
a. Akuntansi Untuk Bahan Baku Sisa (Scrap )
Bahan baku sisa terdiri dari:
1. Serbuk atau sisa yang tertinggal setelah bahan baku diproses.
2. Bahan baku cacat tidak dapat digunakan maupun diretur ke pemasok.
3. Bagian rusak akibat kecerobohan karyawan atau kegagalan mesin.
Meskipun kadang tidak mudah menentukan atau membebankan biaya bahan baku
sisa, tapi catatan jumlah bahan baku sisa sebaiknya disimpan. Jumlah bahan baku sisa
sebaiknya ditelusuri sepanjang waktu dan dianalisis untuk menentukan apakah terjadi karena
penggunaan ba-han baku yang tidak efisien, dan bagaimana menghilangkannya.

ACCT6130 – Cost Accounting


Jumlah yang diperoleh dari penjualan bahan baku sisa yang tidak signifikan dapat
dipertanggungjawabkan dengan berbagai cara:
1. Jumlah yang diakumulasikan di Penjualan Bahan Baku Sisa ditutup ke ikhtisar laba
rugi dan ditampilkan di Laporan Laba Rugi sebagai Pen- jualan Bahan Baku Sisa atau
Pendapatan Lain-lain. Jurnalnya:
Kas/piutang Rp. XXX
Penjualan bahan baku sisa/perbaikan Rp. XXX

2. Jumlah yang diakumulasikan dapat dikreditkan ke Harga Pokok Penjualan sehingga


mengurangi total biaya yang dibebankan ke Pendapatan Penjualan untuk perioda itu.
Sehingga meningkatkan laba perioda itu. Jurnalnya:
Kas/piutang Rp. XXX
Harga pokok Penjualan Rp. XXX
3. Jumlah yang diakumulasikan dapat dikreditkan ke Pengendali Overhead Pabrik
sehingga mengurangi biaya overhead pabrik untuk perioda itu. Jurnalnya:
Kas/piutang Rp. XXX
Pengendalian overhead pabrik Rp. XXX
4. Jika bahan baku sisa dapat ditelusuri langsung ke pesanan individual, jumlah realisasi
penjualan bahan baku sisa dapat diperlakukan sebagai pengurang biaya bahan baku
yang dibebankan ke pesanan itu. Jurnalnya:
Kas/piutang Rp. XXX
Barang Dalam Proses Rp. XXX
Jika nilai bahan baku sisa teridentifikasi signifikan, maka:
Persediaan Bahan Baku Sisa Rp. XXX
Barang Dalam Proses Rp. XXX
Jadi bahan baku sisa dicatat sebagai persediaan sampai menunggu dijual. Jika bahan baku
sisa merupakan hasil bahan baku cacat atau bagian yang rusak, maka harus dianggap biaya
kegagalan internal yang seharusnya dapat dikurangi atau dihilangkan. Sebaiknya dilaporkan
secara periodik ke manajemen agar dapat diambil tindakan yang diperlukan untuk perbaikan
mutu. Jika bahan baku bermutu rendah dideteksi sebelum dikeluarkan ke produksi, sebaiknya
dikembalikan ke pemasok.

ACCT6130 – Cost Accounting


Atau untuk menjaga mutu bahan baku sebaiknya dilakukan kerjasama dengan pemasok,
sehingga dapat menghilangkan biaya inspeksi bahan baku sebelum masuk ke proses produksi.
Dengan sendirinya mengurangi biaya menjaga mutu.

b. Akuntansi Untuk Biaya Barang Cacat (Spoiled Goods )


Barang cacat adalah unit selesai atau separuh selesai namun cacat dalam hal tertentu. Barang
cacat tidak dapat diperbaiki (teknis maupun ekono-mis). Barang cacat yang disebabkan
pelanggan; misal pelanggan mengubah spesifikasi setelah produksi dimulai atau keharusan
memproduksi dalam toleransi sangat ketat.
- Biaya untuk ini tidak boleh dianggap biaya mutu, tapi pelanggan harus membayarnya.
- Biaya yang tidak dapat tertutup dari penjualan barang cacat sebaiknya dibebankan ke
biaya pesanan. Jadi nilai sisa barang cacat dike-luarkan dari biaya pesanan, tapi sisa
biaya yang tidak tertutup oleh nilai sisa tersebut tetap tinggal sebagai biaya pesanan.
Contoh: Asumsikan Plastico Co. memproduksi 1.000 kursi plastic dengan desain khusus
untuk Pizza King berdasarkan pesanan no. 875. Setelah 100 kursi diproduksi, pelanggan
mengubah spesifikasi desain. 100 kursi tidak dapat digunakan pelanggan dan tidak dapat
diperbaiki. Tapi Plastico Co. dapat menjual 100 kursi sebagai barang bekas dengan harga $10
per unit atau total $1.000. Tambahan 100 kursi diproduksi untuk memenuhi pesanan,
sehingga totalnya 1.100 kursi. Total biaya yang dibebankan ke pesanan no. 875 adalah:
Bahan baku 22.000
Tenaga kerja 5.500
Overhead pabrik 11.000
Total biaya pesanan 38.500

Jurnalnya:
Persediaan barang cacat 1.000
Harga pokok penjualan 37.500
Barang dalam proses 38.500
Plastico biasanya menjual hasil produksinya dengan harga 150% dari biaya. Jadi Pizza King
ditagih $56.250 ($37.500 x 150%).

ACCT6130 – Cost Accounting


Jurnalnya:
Piutang/kas 56.250
Penjualan 56.250
Saat barang cacat dijual, jurnalnya:
Piutang/kas 1.000
Persediaan barang cacat 1.000
Barang cacat yang disebabkan oleh kegagalan internal; misal karena ke-cerobohan karyawan
atau usangnya mesin.
- Biaya yang tidak tertutup dari penjualan barang cacat sebaiknya dibebankan ke
Pengendali Overhead Pabrik dan dilaporkan secara periodik kepada manajemen.
- Jika biayanya cukup besar sehingga mendistorsi biaya produksi yang dilaporkan,
maka sebaiknya dilaporkan terpisah sebagai kerugian di Laporan Laba Rugi.
- Semua biaya produksi yang dikeluarkan untuk barang cacat sebaiknya ditentukan dan
dikeluarkan dari kartu biaya pesanan dan akun Barang Dalam Proses di buku besar.
- Jika barang cacat memiliki nilai sisa, maka barang cacat tersebut ha-rus disimpan
sebagai persediaan sebesar nilai sisanya, dan selisihnya-yang tidak tertutup oleh nilai
sisa-sebaiknya dibebankan ke Pengendalian Overhead Pabrik. Buku pembantu
overhead pabrik untuk biaya yang tidak tertutup dari penjualan barang cacat
sebaiknya disimpan untuk laporan periodik ke manajemen.
- Bila barang cacat dapat diprediksi tapi tidak dapat dihilangkan, tarif overhead yang
telah ditentukan sebelumnya harus disesuaikan den-gan memasukkan biaya barang
cacat ke dalam overhead total. Sebelum tarif yang ditentukan sebelumnya dihitung,
biaya yang tidak ter-tutup dari penjualan barang cacat sebaiknya diestimasi dan
dimasuk-kan dalam total anggaran overhead pabrik untuk perioda itu. Pendekatan ini
meningkatkan tarif yang ditentukan sebelumnya untuk perioda itu, yang pada
akhirnya meningkatkan biaya overhead yang dibebankan ke setiap produk. Contoh:
dari contoh Plastico, asumsikan 100 unit kursi cacat adalah kesalahan cetak plasti.
Biaya produksi tiap kursi $35 ($38.500 total biaya pesanan dibagi 1.100 total unit
kursi). Maka total biaya barang cacat adalah $3.500. karena kursi rusak dapat dijual
$1.000 ($10 per unit x 100 unit), biaya yang tidak tertutup dari penjualan barang cacat
adalah $2.500 [($35 per unit - $10 nilai sisa) x 100 kursi].

ACCT6130 – Cost Accounting


- Biaya kursi bagus yang dikirim ke Pizza King adalah $35.000 ($35 per unit x 1.000
unit), dan harga jual $52.500 ($35.000 biaya pesanan x 150%). Karena barang cacat
karena kegagalan internal, pendapatan pen- jualan dan laba lebih kecil dibanding
barang cacat karena permintaan pelanggan.

Jurnalnya:
Persediaan barang cacat 1.000
Pengendalian overhead pabrik 2.500
Harga pokok penjualan 35.000
Barang dalam proses 38.500

Piutang/kas 52.500
Penjualan 52.500

c. Akuntansi Untuk Biaya Pengerjaan Kembali


Pengerjaan kembali adalah proses untuk membetulkan barang cacat. Pengerjaan kembali
yang disebabkan pelanggan; Biaya pengerjaan kembali dibebankan ke pesanan dan pelanggan
harus membayarnya. Idealnya ditutup oleh peningkatan harga jual.

Pengerjaan kembali yang disebabkan oleh kegagalan internal;


- Biaya pengerjaan kembali sebaiknya dibebankan ke Pengendalian Overhead Pabrik
dan dilaporkan secara periodik kepada manajemen.
- Barang cacat sebaiknya dibetulkan jika biaya pengerjaan kembali le-bih kecil dari
peningkatan dalam nilai realisasi bersih yang akan dihasilkan. Jika tidak sebaiknya
dijual begitu saja. Tapi bagi perusahaan yang sangat menjaga mutu dan citra produk
memutuskan memper-baiki barang cacat atau memusnahkannya.

Sampai batas tertentu dimana pengerjaan kembali karena kegagalan internal dapat diprediksi
tapi tidak dapat dihilangkan, tarif overhead yang ditentukan sebelumnya sebaiknya dinaikkan
untuk memasukkan biaya pengerjaan kembali.

ACCT6130 – Cost Accounting


Akuntansi Untuk Kerugian Dalam Proses Produksi Dalam Sistem Perhitungan Biaya
Berdasarkan Proses
- Kerugian produksi pada sistem biaya berdasarkan proses memasuk-kan biaya bahan
baku sisa, biaya barang cacat, dan biaya pengerjaan kembali.
- Penjualan bahan baku sisa, pendapatan lain-lain, harga pokok pen- jualan, pengendali
overhead pabrik, atau barang dalam proses, sebai-knya dikreditkan untuk pendapatan
yang diperoleh dari penjualan bahan baku sisa.
- Biaya pengerjaan kembali dibebankan ke pengendali overhead pabrik dan bukan ke
barang dalam proses, karena pengerjaan kembali di sis-tem perhitungan biaya
berdasarkan proses biasanya karena kegagalan internal dan bukan karena permintaan
pelanggan.
- Perlakuan akuntansi barang cacat pada process costing berbeda dengan job order
costing.

Kecacatan Akibat Kegagalan Internal


Sebaiknya biaya diukur dan dibebankan ke overhead pabrik, seperti pada perhitungan job
order costing. Dalam perhitungan biaya process costing, biaya ditentukan berdasarkan biaya
ekuivalen. Sehingga, jumlah unit ekuivalen terdiri dari unit yang ditransfer keluar, unit di
persediaan akhir dan unit barang cacat.
Jika barang cacat dideteksi lewat inspeksi di titik proses tertentu atau jika barang cacat
karena kejadian penting dalam proses, maka unit ekuivalen tiap elemen biaya adalah bagian
elemen biaya yang selesai sebelum inspeksi atau kejadian itu terjadi.
Jika barang cacat dapat terjadi di berbagai titik yang berbeda pada proses produksi,
supervisor departemen atau seseorang yang terlatih dalam pengendalian mutu harus
menentukan tingkat penyelesaian barang cacat itu.

Penyusutan Normal Dalam Produksi


Dalam beberapa proses produksi, unit-unit fisik hilang melalui penguapan atau proses alami
lainnya yang tidak termasuk kegagalan internal. Contoh: Sweet-stuff Co. memproduksi sirup
wafel di Departemen Pemasakan. Lalu ditransfer ke Departemen Pembotolan.

ACCT6130 – Cost Accounting


Bahan ditambahkan di awal proses Departemen Pemasakan, dicampur, lalu dimasak dalam
tong-tong besar. Selama memasak, sebagian bahan baku menguap, sehingga akan adanya
pengurangan di dalam Barang dalam proses.

ACCT6130 – Cost Accounting


SIMPULAN

Biaya pencegahan; biaya yang terjadi untuk mencegah terjadinya kegagalan produk. Atau
biaya untuk mendesain produk dan sistem produksi bermutu tinggi, termasuk biaya untuk
menerapkan dan memelihara sistem. Mulai dari mendesain mutu ke dalam produk dan proses
produksi, komponen dan peralatan bermutu tinggi yang harus digunakan, serta pelatihan
karyawan. Dilakukan berkala atas peralatan dan mesin. Biaya penilaian; terjadi untuk
mendeteksi kegagalan produk. Terdiri dari biaya inspeksi dan pengujian bahan baku, inspeksi
produk selama an setelah proses produksi, serta biaya untuk memperoleh informasi kepuasan
pelanggan atas produk. Biaya kegagalan; terjadi saat produk gagal (internal maupun
eksternal). Biaya kegagalan internal adalah biaya yang terjadi selama proses produksi, seperti
biaya sisa bahan baku, biaya barang cacat, biaya pengerjaan kembali, dan terhentinya
produksi karena kerusakan mesin atau kehabisan bahan baku. Biaya kegagalan eksternal
adalah biaya yang terjadi setelah produk dijual, meliputi biaya untuk memperbaiki dan
mengganti produk yang rusak selama garansi, biaya untuk menangani keluhan pelanggan,
dan biaya hilangnya penjualan karena ketidakpuasan pelanggan.
Cara terbaik mengurangi biaya mutu total adalah mengurangi kondisi kurangnya
mutu. Pendekatan terbaik untuk perbaikan mutu adalah berkonsentrasi pada pencegahan,
yaitu mencari penyebab pemborosan dan inefisiensi, lalu mengembangkan rencana sistematis
untuk menghilangkan penyebab itu. Pendekatan mutu didasarkan pada keyakinan bahwa
dengan meningkatkan biaya pencegahan, akan lebih sedikit produk rusak yang dihasilkan dan
biaya mutu total dan menurun. Pendekatan ini mulai pada desain produk sampai ke seluruh
proses produksi. Produk harus memenuhi kebutuhan fungsional pelanggan, dan dapat
diandalkan serta tahan lama. Produk harus didesain agar mudah diproduksi secara efisien.
Selain pencegahan, juga diperlukan penilaian (inspeksi) untuk mencari produk cacat melalui
pendekatan yang dinamis. Seperti menggunakan pengendalian proses secara statistik untuk
memonitor mutu produk dan mengurangi variabilitasnya.

ACCT6130 – Cost Accounting


DAFTAR PUSTAKA
1. William K, Carter, Jin Fa Hwang, Sheng Te Chou. (2014). Cost Accounting: An Asia
Edition. 01.Cengage Learning Asia. -. ISBN: 9789814591317.
2. Carter. (2006). Cost Accounting. 14. Cengage Learning. Ohio. ISBN: 0-759-33809-4.

ACCT6130 – Cost Accounting

Anda mungkin juga menyukai