Narasi Profil 2012
Narasi Profil 2012
isi pembangunan kesehatan di Kabupaten Bantul adalah Masyarakat Sehat yang Mandiri. Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, seluruh upaya kesehatan yang dilakukan oleh sektor kesehatan, non
kesehatan, swasta dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan upaya mengatasi masalah kesehatan perlu dicatat dan dikelola dengan baik dalam suatu Sistem Informasi Kesehatan (SIK). Sistem Informasi Kesehatan (SIK) yang evidence base diarahkan untuk penyediaan data dan informasi yang akurat, lengkap, dan tepat waktu guna pengambilan keputusan disemua tingkat administrasi pelayanan kesehatan. Salah satu produk dari Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah dokumen Profil Kesehatan Kabupaten Bantul yang merupakan gambaran situasi kesehatan di wilayah Kabupaten Bantul dan diterbitkan setiap tahun. Setiap edisi memuat berbagai data dan informasi tentang kesehatan dan data pendukung lain yang berhubungan dengan kesehatan seperti data kependudukan, pendidikan, fasilitas kesehatan, pencapaian program-program kesehatan dan keluarga berencana. Dengan diterbitkannya Profil Kesehatan Kabupaten Bantul Tahun 2012 ini dapat dilihat gambaran situasi Derajat Kesehatan Masyarakat (angka kematian, status gizi, angka kesakitan), Upaya Kesehatan (pelayanan kesehatan, akses dan mutu pelayanan kesehatan, perilaku hidup masyarakat, keadaan
lingkungan), Sumber Daya Kesehatan (sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan) di Kabupaten Bantul Tahun 2011. Semua informasi yang terangkum dalam dokumen Profil Kesehatan tersebut dipergunakan dalam rangka proses perencanaan, pemantauan dan mengevaluasi pencapaian pembangunan kesehatan di Kabupaten Bantul pada Tahun 2012, serta pembinaan dan pengawasan program di bidang kesehatan. Sistematika Profil Kesehatan Kabupaten Bantul Tahun 2012 adalah sebagai berikut :
Bab 1 Pendahuluan. Bab ini menyajikan maksud dan tujuan diterbitkannya Profil Kesehatan Kabupaten Bantul, serta sistematika penyajiannya diuraikan secara ringkas Bab 2 Bantul Projo Tamansari Bab ini menyajikan gambaran umum Kabupaten Bantul yang meliputi keadaan geografi, batas wilayah, cuaca, keadaan penduduk dan tingkat pendidikan Bab-3 : Bantul Sehat Bab ini berisi uraian mengenai indikator angka kematian, angka kesakitan, dan angka status gizi masyarakat. Bab-4 : Situasi Upaya Kesehatan Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan (kesehatan ibu, kesehatan anak, perbaikan gizi masyarakat, imunisasi, kesehatan usila dan pra usila, keluarga berencana, kejadian luar biasa, pelayanan kesehatan masyarakat miskin), akses dan mutu pelayanan kesehatan, promosi kesehatan dan kesehatan lingkungan Bab-5 : Situasi Sumber Daya Kesehatan Bab ini berisi uraian mengenai tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sarana kesehatan.
Bab-6 : Kesimpulan Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Kabupaten Bantul Tahun 2011, serta hal-hal yang dianggap masih kurang dalam rangka penyelenggaraan
pembangunan kesehatan di Kabupaten Bantul untuk mencapai Masyarakat Bantul Sehat Yang Mandiri.
Lampiran Pada lampiran ini berisi resume/angka pencapaian Kabupaten Bantul dan 79 tabel data
Bab 2
Ba n tu l Bu m i P r oj o T am an s ar i
Kabupaten Bantul terletak di bagian Selatan Wilayah Propinsi DIY, yaitu antara 07o 4404 08o 00 27 LS dan 110o 12 34 110o 31 08 BT.
Peta diatas menunjukkan batas wilayah administrasi Kabupaten Bantul, di sebelah Utara berbatasan dengan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Gunung Kidul, sebelah Selatan
berbatasan dengan Samudera Indonesia dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo. Kontur geografis meliputi dataran rendah pada bagian tengah, perbukitan pada bagian Timur dan Barat, dengan bentang alam relatif membujur dari Utara ke Selatan. Tata guna lahan yaitu Pekarangan 36,16 %, Sawah 33,19 %,
Tegalan 14,90 % dan Tanah Hutan 3,35 %. Kabupaten Bantul tergolong wilayah yang rawan bencana alam, seperti gempa bumi, tanah longsor, banjir, tsunami dan bencana akibat dampak dari letusan gunung Merapi. Kabupaten Bantul beriklim Tropis, yang mempunyai dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan, dengan Temperatur rata-rata 22 o C 36o C. Secara administratif Kabupaten Bantul terdiri atas 17 kecamatan, yang terdiri dari 75 desa dan 933 dusun. Kecamatan yang paling jauh adalah Kecamatan Dlingo dengan jarak sekitar 30 Km dari Ibukota Kabupaten, yang wilayahnya merupakan perbukitan dan berbatasan dengan Kabupaten Gunungkidul.
2.2. Demografi
Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Bantul dilaporkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Bantul pada Tahun 2011 sebanyak 921.263 jiwa, dengan jumlah penduduk Laki-laki sebanyak 459.459 jiwa dan jumlah penduduk Perempuan sebanyak 461.804 jiwa. Kepadatan penduduk di Kabupaten Bantul rerata 1.818 orang per Km2, dengan wilayah kecamatan yang mempunyai kepadatan penduduk tertinggi adalah Kecamatan Banguntapan yaitu sebesar 4.301 jiwa per Km2. Sedangkan kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Dlingo yaitu sebesar 638,39 jiwa per Km2. Piramida Penduduk Kabupaten Bantul Tahun 2011 di bawah ini menjelaskan jumlah penduduk terbanyak adalah golongan usia 25-29 tahun, terdapat pada penduduk berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Rasio Beban Tanggungan adalah 47,19 % dan Rasio Jenis Kelamin adalah 0,99.
Jumlah penduduk miskin yang dilaporkan di Kabupaten Bantul pada tahun 2011 yang telah memiliki kartu Jamkesmas sejumlah 222.987 jiwa atau sebesar 24,2 % dari total penduduk Kabupaten Bantul. Gambar 3
Bab 3
Ba n tu l Se h a t
antul Sehat ditunjukkan dengan suatu indikator status kesehatan, yaitu Umur Harapan Hidup Waktu Lahir (Eo), Angka Kematian, Angka Kesakitan dan Angka Status Gizi. Gambaran Bantul Sehat dari
Grafik 1. Angka Kematian Ibu Per 100.000 Kelahiran Hidup Di Kabupaten Bantul Tahun 2006-2011
180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 2006 2007 AKI Bantul 2008 Target Bantul 2009 Target DIY 2010 Target Nasional 2011 47,14 125 110 84 74 125 110 74 140,13 125 110 70 158,29 125 110 70 125 110 82,1 65 125 111,2 100
Hasil Audit Maternal Perinatal (AMP) menyimpulkan bahwa penyebab kematian ibu pada Tahun 2011 adalah Pre Eklampsia Berat (PEB) sebanyak 26,7 % (4 kasus), pendarahan sebesar 20 % (3 kasus), dan 13,3 % akibat emboli air ketuban (2 kasus), sedangkan sisanya 6 kasus disebabkan karena penyebab tidak langsung seperti DM, gangguan jiwa, stroke, kelainan jantung, dan lain-lain. Grafik 2. Penyebab Kematian Ibu Tahun 2011.
13% 7% 7% 7% 7%
19% 26%
PEB Pre Eklamsia Berat Stroke Pendarahan DM Kelainan Jantung
7% 7%
Penyebaran kasus kematian ibu di Kabupaten Bantul terjadi pada beberapa wilayah kecamatan, dengan jumlah kasus terbanyak dilaporkan terjadi di Kecamatan Jetis dan Kasihan masing-masing 3 kasus.
7% 7%
19,5%
19,5% 7%
kasihan jetis sewon bantul
13% 7% 13%
banguntapan bambanglipuro pleret sanden imogiri
3.2.2. Angka Kematian Bayi (AKB) Angka kematian bayi pada Tahun 2011 sebanyak 8,5/1.000 Kelahiran Hidup, mengalami penurunan dibanding Tahun 2010 9,8/1.000 Kelahiran Hidup. Perkembangan angka kematian bayi di Kabupaten Bantul dari Tahun 2006
sampai dengan 2011 disajikan pada grafik 4 berikut ini. Grafik 4. Angka Kematian Bayi per 1.000 KH Kab Bantul Tahun 2006 - 2011
70 60 50 40 30 20 10 0 2006 2007
AKB
9,8
7,69
13,23
11,8
9,8
2010
Target Nasional
8,5
2011
2008
Target Bantul
2009
Target DIY
Grafik diatas menunjukkan kecenderungan penurunan Angka Kematian Bayi secara signifikan pada empat tahun tahun terakhir. Bahkan Kabupaten Bantul sudah bisa melampaui target MDGs untuk Angka Kematian Bayi pada tahun 2015 ditargetkan 16 per 1000 kelahiran hidup.
Gambar 4.
Kasus kematian bayi terjadi hampir di semua wilayah kecamatan di Kabupaten Bantul. Kecamatan dengan kematian bayi tertinggi yaitu di wilayah Kecamatan Banguntapan dengan 19 kasus dan Kecamatan Jetis dengan 15 kasus. Grafik 5. Penyebab Kematian Bayi Tahun 2011
Ikterik Meningo Ecenpalitis Sepsis Infeksi Diare Bayi Besar Aspirasi Kejang Pneumonia Lain-lain Aspeksia Kelainan Bawaan BBLR
0 5 10 15
1 2 3 2 2 1 3 2 5 7 20 28
33
20 25 30 35
3.2.3. Angka Kematian Balita Kasus kematian balita pada Tahun 2011 sebanyak 136 Balita atau 10,1 permil, dengan jumlah kematian Balita terbesar di wilayah Kecamatan Banguntapan dan Jetis. Selengkapnya penyebaran kasus kematian balita di Kabupaten Bantul tahun 2011 dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 5
3.3.
Angka Kesakitan
10
Laporan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) Tahun 2011 menjelaskan bahwa kunjungan rawat jalan di Rumah Sakit, khususnya Rumah Sakit Panembahan Senopati sudah didominasi oleh penyakit tidak menular. Hasil ini mempertegas kesimpulan bahwa di Kabupaten Bantul telah terjadi transisi epidemiologi dengan semakin menonjolnya penyakit-penyakit tidak menular khususnya penyakit jantung dan pembuluh darah (cardiovascular disease). Distribusi sepuluh besar penyakit rawat jalan dan rawat inap di Rumah Sakit Panembahan Senopati Kab.Bantul Tahun 2011 diperlihatkan pada gambargambar berikut.
11
Grafik 7. Distribusi 10 Besar Penyakit pada Pasien Rawat Jalan di RS Panembahan Senopati Bantul
Grafik 8. Distribusi 10 Besar Penyakit pada Pasien Rawat Inap di RS Panembahan Senopati Bantul
12
1,7
0,6 0,1
2006
0,67 0,1
2008
0,1
2009
IR Bantul
Standart
Gambar 6.
13
Peta penyebaran penyakit DBD pada Tahun 2011 memperlihatkan bahwa kasus demam berdarah terdapat di seluruh wilayah kecamatan. Kejadian paling tinggi terjadi di 3 (tiga) kecamatan yang berbatasan dengan Kota Yogyakarta yaitu Kecamatan Kasihan, Sewon dan Banguntapan. Laporan tatalaksana penanganan penderita DBD di Kabupaten Bantul bahwa 100% penderita sudah ditangani oleh pelayanan kesehatan yang ada di Kabupaten Bantul. Kematian akibat kasus DBD dilaporkan sebanyak 0,8 % ( 2 kasus) yang terjadi di Kecamatan Sewon dan Banguntapan.
2)
Diare
Angka kesakitan Diare pada tahun 2011 mengalami peningkatan di
banding tahun 2010, dari sebesar 14.4 menjadi 21,99 dan dilaporkan bahwa 100% balita yang menderita Diare sudah ditangani. Grafik 10. Angka Kesakitan Diare di Kabupaten Bantul Tahun 2006 - 2011
25
21,99
Insiden Rate Diare tertinggi ada di wilayah Kecamatan Banguntapan dengan 196 kasus, Imogiri dengan 129 kasus, Pandak 126 kasus, Jetis 120 kasu, Kasihan 117 kasus.. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut ini.
14
Gambar 7.
3)
Tuberkulosis (TBC)
Penemuan kasus TB Paru BTA Positif pada Tahun 2011 sebesar 44,23 %
mengalami peningkatan dibandingkan Tahun 2010 yang dilaporkan sebesar 40,86. Jumlah kematian akibat TB paru dilaporkan sebesar 3,8 per 100.000 penduduk (35 orang). Grafik 11. Angka Penemuan Kasus TB Paru Kabupaten Bantul Tahun 20062011
80
65 49,9
70 55 40,86 44,23
2009
2010
2011
Ta rget Ba ntul
15
Gambar 8.
Gambar 11 diatas memperlihatkan penyebaran kasus TB Paru terjadi pada seluruh wilayah Kabupaten Bantul. Angka insidensi TB Paru Tahun 2011 sebesar 40,5 % (49,8 % laki-laki dan 31,2 % perempuan) per 100.000 penduduk dan angka prevalensinya sebesar 43,5 % (52,9 % laki-laki dan 34,2 % perempuan) per 100.000 penduduk. Angka kesuksesan (Succes Rate) terdiri dari angka kesembuhan dan pengobatan lengkap TB Paru. Angka kesuksesan pada tahun 2011 dilaporkan sebesar 90,35% dan angka kesembuhan (Cure rate) pada tahun 2011 dilaporkan sebesar 86,4%.
16
% Kesembuhan
Angka kesembuhan pengobatan TB di Kabupaten Bantul pada Tahun 2011 meningkat tajam dibandingkan tahun 2010, dan berdasarkan laporan Seksi P2 adalah yang terbaik di provinsi DIY juga berada diatas target Nasional (85%).
4)
sangat tajam bila dibandingkan dengan Tahun 2010 sebanyak 77 kasus. Data ini diperoleh dari hasil pemeriksaan sero survey yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan di Kecamatan Kretek.
5)
HIV/AIDS
Hasil pemeriksaan Sero Survey Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul
Tahun 2011 terdapat 35 kasus baru HIV (23 laki-laki, 12 perempuan) meningkat dibanding tahun 2010 sebanyak 22 penderita baru HIV (10 laki-laki dan 12 perempuan). Penderita AIDS Tahun 2011 sebanyak 19 kasus baru yang terdiri dari 5 laki-laki dan 14 perempuan, yang semuanya sudah ditangani sesuai tatalaksana penanganan HIV AIDS.
17
Gambar 9.
Gambar diatas menunjukkan bahwa penyebaran kasus HIV positif baru sudah menyebar ke hampir seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Bantul. Wilayah Kecamatan dengan kasus baru tertinggi adalah diwilayah Kecamatan Pandak. Jumlah kematian akibat AIDS pada Tahun 2011 terjadi sebanyak 8 kasus (5 laki-laki dan 3 perempuan) yang terdapat di wilayah Kecamatan Sedayu. Hasil Screening donor darah di Kabupaten Bantul dilaporkan sebanyak 1.64 % (95 sampel) positif HIV dari sampel darah yang diperiksa sejumlah 5.793 sampel darah.
6)
Malaria
Penderita penyakit Malaria di Kabupaten Bantul pada Tahun 2011
dilaporkan sejumlah 5 penderita (Annual Paracite Incident 0,0055 per 1000 penduduk). Kasus penyakit malaria terjadi di wilayah kerja Puskesmas Jetis I ( 1 kasus), Puskesmas Imogiri II (3 kasus), dan Puskesmas Sewon I (1 kasus).
18
7)
Kusta
Angka penemuan kasus penderita baru kusta (NCDR) di Kabupaten
Bantul pada Tahun 2011 dilaporkan sebesar 0,22 per 100.000 penduduk. Jenis kasus kusta yang ditemukan yaitu Kusta Multi Basiler (MB) sebanyak 2 penderita yang berada di wilayah kerja Puskesmas Srandakan dan Puskesmas Kasihan II, Semua penderita Kusta MB dilaporkan 100% telah ditangani.
8)
Bantul pada tahun 2011 sebanyak 2,84 per 100.000 penduduk (6 kasus). Kejadian AFP dilaporkan terjadi di wilayah Puskesmas Jetis I (1 kasus), Puskesmas Pleret (2 kasus), Puskesmas Banguntapan I (2 kasus) dan Puskesmas Banguntapan III (1 kasus).
9)
Filariasis
Pada tahun 2011 di Kabupaten Bantul dilaporkan tidak ada kasus Filariasis.
10)
Neonatorum,
Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan imunisasi (PD3I) yaitu Difteri, Pertusis, Tetanus, Tetanus Neonatorum, Hepatitis B dan Polio tidsk ditemukan di wilayah Kabupaten Bantul. Pada tahun 2011 kasus campak meningkat bila dibandingkan tahun 2010 . Pada tahun 2011 kasus campak sebanyak 28 kasus (17 laki-laki dan 11 perempuan), terbanyak terjadi di wilayah kecamatan Banguntapan 1 (6 kasus), Puskesmas Kasihan dan Jetis masing-masing 4 kasus.
11)
Pneumonia Balita
Pada tahun 2011 penyakit Pneumonia Balita di Kabupaten Bantul
dilaporkan sebanyak 606 kasus meningkat bila dibandingkan tahun 2010 (434 kasus), yang semuanya (100%) sudah ditangani sesuai tatalaksana penanganan pneumonia balita . Kasus terbanyak terjadi di wilayah Kecamatan Piyungan dengan 180 kasus.
19
Berikut disajikan gambar peta penyebaran penemuan dan penanganan kasus pneumonia balita di Kabupaten Bantul tahun 2011 Gambar 10.
3.4.
adalah masih adanya KEP total Balita sebesar 11,31%, meskipun sudah berada di bawah target Nasional pada Tahun 2015 sebesar 15%. Hasil pemantauan status gizi Balita di Kabupaten Bantul pada tahun 2011 dilaporkan Balita Gizi Lebih sebesar 3,08 % (3,18 % Laki-laki dan 2,99 % Perempuan), Balita Gizi Baik sebesar 85,60 % (85,67 % Laki-Laki dan 85,53 Perempaun), Balita Gizi Kurang sebesar 10,79 % (10,67 % Laki-Laki dan 10,91 % Perempuan), Balita Gizi Buruk sebesar 0,52 % (0,48 % Laki-laki dan 0,57 % Perempuan). Bayi berat badan lahir rendah pada tahun tahun 2011 sebesar 4,1 % dengan persentase Bayi Baru Lahir Ditimbang sebesar 100 %.
20
Grafik 13. Angka Gizi Buruk Balita di Kabupaten Bantul Tahun 2006-2011
6 5 4 3 2 1 0 2006 2007 2008 2
0,92
2
0,87
2
0,52 0,32
0,51
0,35
0,58
2009
2010
2011
Tahun
Balita Gizi Buruk Target Bantul Target DIY Target Nasional
Dari segi pelayanan, cakupan Balita gizi buruk yang mendapat perawatan mencapai 100%, artinya sebanyak 55 Balita yang mengalami gizi buruk (dengan Indikator BB/TB), semuanya mendapatkan perawatan. Berikut disajikan gambar peta penyebaran kasus gizi buruk di Kabupaten Bantul tahun 2011 yang dilaporkan Gambar 11.
21
Kasus
gizi
buruk
balita
tertinggi
terjadi
di
wilayah
Kecamatan
Banguntapan sebanyak 28 kasus (10 laki-laki dan 18 perempuan), Kecamatan Jetis 24 kasus (13 laki-laki dan 11 perempuan) . Kasus gizi buruk terendah di Kecamatan Srandakan 7 kasus (3 laki-laki dan 4 perempuan), dan Kecamatan Imogiri 8 kasus (4 laki-laki dan 4 perempuan).
22
Bab 4
D
4.1.
Hamil.
alam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat Bantul yang optimal, berikut disajikan upaya-upaya kesehatan yang telah dilaksanakan dan dicapai pada tahun 2011 oleh Dinas Kesehatan
Pelayanan Kesehatan
Cakupan Pemeriksaan Ibu Hamil K1 pada tahun 2011 dilaporkan mencapai 100% sehingga telah mencapai target K1 95%. Selengkapnya disajikan pada gambar grafik kecenderungan Cakupan Pemeriksaan Ibu Hamil K1 di Kabupaten Bantul tahun 2006-2011. Grafik 14. Cakupan Pemeriksaan Ibu Hamil K1 Di Kabupaten Bantul Tahun 2006-2011
100 98 96 94
% K1
100 96,44 95
100
100
100
95
95
95
95
95
2009
2010
2011
K1
Target K1
23
Berikut disajikan gambar peta penyebaran cakupan K1 Ibu Hamil Tahun 2011 Gambar 12.
Cakupan Pemeriksaan Ibu Hamil K4 tahun 2011 dilaporkan 89,7 %, masih dibawah target K4 95%. Berikut disajikan gambar grafik kecenderungan Cakupan Pemeriksaan Ibu Hamil K4 di Kabupaten Bantul tahun 2006 2011 Grafik 15. Cakupan Pemeriksaan Ibu Hamil K4 Di Kabupaten Bantul Tahun 2006-2011
100 80
% K4
95
87,45
83,56
89,7
2009
2010
2011
24
Berikut disajikan gambar peta penyebaran cakupan K4 Ibu Hamil tahun 2011 : Gambar 13.
Gambar diatas memperlihatkan cakupan kunjungan K4 Ibu Hamil Tahun 2011 tertinggi terdapat di Puskesmas Sewon I (99,8 %), Dlingo I (97,6%) dan Sanden (96,9 %) . Cakupan Kunjungan terendah terdapat di Puskesmas Jetis II (52,1 %). Persalinan ditolong oleh Tenaga Kesehatan di Kabupaten Bantul Tahun 2006 sampai dengan Tahun 2011 cenderung meningkat. Cakupan persalinan ditolong oleh Tenaga Kesehatan pada Tahun 2011 dilaporkan mencapai 99,87 % sudah diatas target 95%. Berikut disajikan gambar peta dan grafik
kecenderungan Cakupan Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Bantul Tahun 2006-2011.
25
Grafik 16. Cakupan Persalinan Ditolong Oleh Tenaga Kesehatan Di Kabupaten Bantul Tahun 2006-2011
120 100 80 60 40 20 0 2006 2007 2008 K4 2009 Target 2010 2011 85,47 77,91 100 99,59 99,87 95
94,42
Upaya pencegahan penyakit tetanus ibu hamil dilakukan melalui vaksinasi TT Ibu hamil. Pada tahun 2011 cakupan ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT sebesar 91,64 % meningkat dibanding tahun 2010 (74,6 %) namun masih dibawah target 95 %. Gambar 14.
26
Anemia merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kematian ibu melahirkan. Upaya Pencegahan anemia pada ibu hamil, di Kabupaten Bantul dilaksanakan melalui program pemberian Tablet Fe kepada ibu hamil sebanyak 90 tablet yang terbagi dalam tiga kali pemberian selama kehamilannya. Ibu hamil yang mendapatkan tablet besi (Fe1 dan Fe3) di Kabupaten Bantul tahun 2011 mencakup Fe1 sebanyak 93 % dan Fe3 sebanyak 84,56 %, dan sudah diatas target 85 %. Berikut disajikan gambar grafik kecenderungan pemberian tablet Fe3 kepada ibu hamil pada tahun 2006- 2011 Grafik 17. Cakupan Pemberian Tablet Fe3 Ibu Hamil Di Kabupaten Bantul Tahun 2006-2011
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 90 81,37 90 77,06 90 90 84,3 90 83,97 85 84,56
72,13
Fe 3
Target
Cakupan pemberian Fe pada ibu hamil yang sudah mencapai target ini, ternyata tidak merata di seluruh Puskesmas. Cakupan Fe3 ibu Hamil tertinggi terdapat di Puskesmas Bambanglipuro dan Dlingo I, masing-masing 100%. Sedangkan cakupan yang sangat rendah terdapat di Puskesmas Jetis II (37,72%) dan Jetis I (39,09%). Berikut disajikan gambar peta distribusi cakupan pemberian tablet Fe3 tahun 2011.
27
Gambar 15.
Jumlah ibu hamil yang resiko tinggi (Bumil Risti)/komplikasi di Kabupaten Bantul pada Tahun 2011 dilaporkan sebanyak 2.956 orang atau 20% dari ibu hamil yang ada. Ibu hamil resiko tinggi/komplikasi yang dirujuk/ditangani sebanyak 80,9 % dari target jumlah Bumil Risti, pencapaian ini menurun bila dibandingkan tahun sebelumnya 91,7%. Target penanganan Bumil Risti tahun 2011 adalah 100 %. Grafik 18. Cakupan Pelayanan Bumil Risti yang Dirujuk/Ditangani di Kabupaten Bantul Tahun 2007-2011
120 100 80 60 40 20 0 2007 2008 2009
Bumil Risti Ditangani 63,8 100 100 91,7 100 80,9
2010
Target
2011
28
Berikut disajikan gambar peta Cakupan Pelayanan Bumil Risti yang dirujuk/ditangani di Kabupaten Bantul Tahun 2011. Gambar 16.
Cakupan kunjungan ibu nifas dilaporkan pada tahun 2011 sebesar 94,7 % meningkat dibanding tahun 2010 (82,51%). Target kunjungan ibu nifas 95 %. Berikut disajikan gambar peta cakupan kunjungan ibu nifas tahun 2011.
Gambar 17.
29
Cakupan pemberian vitamin A Ibu nifas Tahun 2011 sebesar 90,62 % meningkat bila dibanding Tahun 2010 yang sudah mencapai 89,73%, dan sudah mencapai target 85 %. Grafik 19. Persentase Cakupan Pemberian Vitamin A Ibu Nifas di Kabupaten Bantul Tahun 2006-2011.
100 95 97,03 89,73 85,57 82,16 80 75 70 2006 2007 2008 Tahun Vit A Bufas Target 2009 2010 2011 81,69 90,62 85
% Vit A Bufas
90 85
Cakupan vitamin A untuk ibu nifas tertinggi terdapat di Puskesmas Srandakan, Banguntapan I, Kasihan II, Kretek, Sedayu I, dan Pandak II ( 100 %), sedangkan cakupan terendah di Puskesmas Jetis II (44,76%). Gambar 18.
30
Bayi yang lahir di Kabupaten Bantul tahun 2011 dilaporkan 100% ditimbang, hasilnya adalah bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) sejumlah 4,14 %. Bayi dengan BBLR tersebut semuanya sudah ditangani.
31
Gambar 20.
Kunjungan Neonatus (KN) di Kabupaten Bantul pada tahun 2011 berdasarkan laporan adalah sebagai berikut, KN 1 sebesar 99,3 %, KN 3/KN lengkap sebesar 93,4 %. Pencapaian ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yaitu KN1 90,54% dan KN3 baru mencapai 82,22%.
Gambar 21
32
Gambar diatas memperlihatkan bahwa sebagian besar wilayah kerja puskesmas untuk pencapaian cakupan KN1 sudah lebih dari 95%. Gambar 22.
Gambar diatas menyajikan persentase kunjungan KN3 tertinggi terdapat di Puskesmas Sanden, Bantul I, Pleret, Banguntapan I dan Banguntapan III, sedangkan kunjungan KN3 terendah terdapat di Puskesmas Bantul II dan Jetis II. Jumlah neonatal resiko tinggi pada tahun 2011 sebanyak 2.216 bayi dan yang ditangani sebesar 74,8 % (1.657 bayi). Persentase penanganan neonatal resiko tinggi terbesar ada di
Puskesmas Sanden, Imogiri II, Bantul I, Bantul II, Piyungan, Banguntapan I dan Sedayu I, sedangkan terkecil terdapat di Puskesmas Srandakan, Pandak I, Sewon II, Pleret, dan Banguntapan III. Seperti terlihat pada gambar berikut ini.
33
Gambar 23.
Cakupan bayi yang diberi ASI eksklusif di Kabupaten Bantul tahun 2011 sebesar 42,3 % meningkat bila dibandingkan tahun 2010 sebanyak 29,87%, selengkapnya disajikan pada gambar 36 berikut ini. Gambar 24.
34
Bayi yang sudah diberikan vitamin A sebanyak 2 kali pada saat bulan Vitamin A yaitu bulan Februari dan Agustus adalah sebanyak 98,7 % meningkat dibanding tahun sebelumnya 96,59%, sedangkan untuk Balita sebesar 96,2 %. Gambar 25.
Gambar 26.
35
Pemantauan pertumbuhan balita merupakan alat untuk mengetahui status gizi anak Balita. Peran serta masyarakat turut memberikan andil dalam pencapaian indikator ini. Pada tahun 2011, tingkat partisipasi masyarakat dalam penimbangan di Posyandu (D/S) sebesar 75,3 %, masih dibawah target 80%. Dengan demikian terlihat bahwa masih banyak masyarakat yang tidak membawa anak balitanya untuk ditimbang di posyandu. Sedangkan dari segi pencapaian hasil penimbangan yang dilihat dari balita yang naik berat badan saat ditimbang (N/D) menunjukkan bahwa 58,9 % Balita naik berat badannya, namun masih di bawah target 70 %. Selengkapnya disajikan pada gambar grafik kecenderungan berikut. Grafik 20. Cakupan % Penimbangan Balita (D/S dan N/D) Di Kabupaten Bantul Tahun 2006-2011
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 2006 2007 Target D/S 2008 D/S 2009 Target N/D 2010 N/D 2011 58.66 62.23 59.2 75.79 75.02 76.3 74.44 58.94 74.9 80 75.3 70 58.9
58.5
Salah satu indikator status gizi Balita yang mudah diketahui masyarakat yaitu adanya Garis Merah di Kartu Menuju Sehat (KMS) Balita. Hasil penimbangan menunjukkan persentase Balita yang memiliki berat badan di Bawah Garis Merah (BGM) sebesar 2,4 %. Semua Balita BGM dari keluarga miskin telah mendapatkan MP-ASI (Makanan Pendamping ASI) yaitu 100 %.
36
Berikut disajikan gambar peta penyebaran BGM di Kabupaten Bantul Tahun 2011. Gambar 27.
Penjaringan kesehatan anak usia sekolah di SD/MI dilaporkan sudah mencapai 96.59%, namun cakupan ini belum mencapai target 100%. Pelayanan kesehatan gigi melalui Upaya Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) sudah dilaksanakan di seluruh sekolah SD/MI di Kabupaten Bantul. Dalam rangka meningkatkan program kesehatan gigi di sekolah, sebanyak 73,47 % sekolah melaksanakan sikat gigi massal. Sebanyak 56.69 % murid SD/MI diperiksa kesehatan giginya dalam pelayanan UKGS, hasilnya adalah 73.09 % perlu perawatan dan semuanya sudah mendapatkan perawatan di Puskesmas sesuai wilayah masing-masing
4.1.3. Imunisasi
Pencapaian program imunisasi lengkap di Kabupaten Bantul tahun 2011 dilaporkan 96,22 % menurun bila dibandingkan tahun sebelumnya 97,34%. Angka Drop Out Imunisasi DPT1-Campak dilaporkan 1,5 %. Selengkapnya
37
pencapaian program imunisasi lengkap di Kabupaten Bantul Tahun 2006 - 2011 disajikan pada gambar berikut. Grafik 21. Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Di Kabupaten Bantul Tahun 2006 - 2011
125
100
96.29 91.23
97.73 95.57
97.72 96.22 90 80
75
50
25
0 2006 2007 DPT-1 2008 Target DPT-1 2009 Campak 2010 Target Campak 2011
Target 100 % desa UCI (Universal Child Immunization) di Kabupaten Bantul telah tercapai.
38
79,4 % PUS, dengan metode kontrasepsi terbanyak dilaporkan menggunakan metode Suntik sebanyak 50.1 %.
4.2.
menjangkau seluruh wilayah di Kabupaten Bantul, berikut selengkapnya disajikan peta jangkauan pelayanan kesehatan puskesmas di Kabupaten Bantul tahun 2011.
39
Gambar 28 Peta Jangkauan Pelayanan Kesehatan Puskesmas Di Kabupaten Bantul Tahun 2011
.
Pelayanan kegawatdaruratan pada sarana kesehatan di Kabupaten Bantul Tahun 2011 baru mencapai 51,85 %, yaitu 3 Puskesmas, 9 RS Umum, dan 2 RS Khusus. Untuk pelayanan laboratorium kesehatan dasar dilaporkan 100% sudah memiliki laboratorium kesehatan dasar, yaitu 27 Puskesmas, 9 RS Umum, dan 2 RS Khusus. Cakupan kunjungan di semua sarana pelayanan kesehatan di Kabupaten Bantul tahun 2011 sebesar 151,9 % kunjungan rawat jalan dan 8,3 % kunjungan rawat inap. Laporan SIRS semua Rumah Sakit se-Kabupaten Bantul yang masuk pada tahun 2011, melaporkan bahwa GDR 25,07 per 1.000 pasien keluar, NDR 11,07 per 1.000 pasien keluar, BOR 52,4 %, LOS 3,8 hari dan TOI 3,5 hari.
4.3.
Promosi Kesehatan
Pendataan rumah tangga ber-Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
pada tahun 2011 di Kabupaten Bantul, menjelaskan bahwa sebanyak 130.666 rumah tangga yang dipantau ternyata baru sebesar 35,1 % yang telah ber-PHBS.
Profil Kesehatan Kab.Bantul | 2012
40
Berikut disajikan gambar grafik kecenderungan keluarga ber-PHBS di Kabupaten Bantul tahun 2006-2011. Grafik 22. Kecenderungan Keluarga ber-PHBS Di Kabupaten Bantul Tahun 2011
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 2006 2007 2008 Target 2009 PHBS 2010 2011 27.88 35.1 67.1 67.08 77.89 86.74 80
Posyandu di Kabupaten Bantul pada tahun 2011 dilaporkan sebanyak 1.123 posyandu, dengan ratio per 100 balita adalah sebesar 1,51, dengan posyandu aktif sebanyak 59,57 % meningkat bila dibanding tahun 2010 sebesar 46,13%. Strata Posyandu tahun 2011 yaitu Posyandu Pratama 5,7 %, Posyandu Madya 34,73%, Posyandu Purnama 45,59 % dan Posyandu Mandiri 13,98 %. Selain itu di Kabupaten Bantul terdapat 22 Posyandu Plus.
4.4.
Kesehatan Lingkungan
Pemeriksaan kesehatan lingkungan rumah pada Tahun 2011 telah
mencakup sebanyak 81.1 % dari seluruh rumah yang ada atau berjumlah 177.143 unit. Dari rumah yang diperiksa kesehatan lingkungannya, sebanyak 80,8 % masuk dalam kategori rumah sehat. Berikut disajikan gambar penyebaran rumah sehat di Kabupaten Bantul Tahun 2011.
41
Gambar 29
Jumlah keluarga di Kabupaten Bantul Tahun 2011 yang diperiksa akses air bersihnya sebanyak 81,1 %, dengan hasil yaitu seluruh keluarga yang diperiksa akses air bersihnya sudah mengakses air bersih dengan
memanfaatkan sumur gali sebesar 73,8 %. Hasil pemeriksaan sarana sanitasi dasar di rumah tangga dijelaskan pada grafik berikut: Grafik 23. Pemeriksaan Sanitasi Rumah Tangga di Kabupaten Bantul Tahun 2011
42
Pengembangan lingkungan sehat di Kabupaten Bantul telah dilakukan, dan salah satu indikatornya adalah Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). STBM mencakup 5 (lima) pilar, yaitu Stop Buang Air Bersih Sembarangan
(BABS), cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air minum rumah tangga, penanganan sampah rumah tangga, dan pengelolaan limbah rumah tangga. Desa bisa dikatakan STBM apabila bisa memenuhi salah satu pilar tersebut yang dinyatakan dengan deklarasi masyarakat yang ditandatangani oleh camat. Desa STBM di Kabupaten Bantul ada 2 yaitu Desa Canden, Jetis dan Srihardono, Pundong dengan memenuhi pilar Stop BABS. Pemeriksaan kesehatan lingkungan Tempat-Tempat Umum (TTU) memperoleh hasil tingkat kesehatan lingkungannya sebagaimana tertera pada grafik berikut. Grafik 24. Tingkat kesehatan lingkungan Tempat-Tempat Umum (TTU) di Kabupaten Bantul Tahun 2011
Grafik diatas menjelaskan bahwa 100% hotel telah diperiksa dan semuanya sehat, restoran 71,25 % sehat, pasar 61,76 % sehat, dan Tempat Pengolahan Makanan (TPM) lainnya 80,56 % sehat. Pembinaan kesehatan lingkungan institusi mencakup sarana kesehatan 62,8 %, sekolah 81 %, sarana ibadah 76,5 %, dan perkantoran 55,9%.
43
Dari Hasil Gerakan Serentak Pemberantasan Sarang Nyamuk di Kabupaten Bantul tahun 2011 Angka Bebas Jentik di Kabupaten Bantul tahun 2011 sebesar 83,04%. Berikut disajikan gambar penyebaran Angka Bebas Jentik di Kabupaten Bantul. Gambar 30.
44
U
5.1.
180 160
rasio tenaga kesehatan per 100.000 pddk
ntuk mencapai status kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya diperlukan sumber daya kesehatan, meliputi tenaga kesehatan,
Tenaga Kesehatan
Rasio tenaga kesehatan di Kabupaten Bantul Tahun 2011 disajikan pada
gambar berikut. Grafik 25. Rasio Tenaga Kesehatan Di Kabupaten Bantul Tahun 2011
158
32
5,97 6
33,4 32
40
35 11
2,49
8 9 10,85 12
12
2,17 2
6,5 5
11
4,55 7
6,08 5
Rasio
Target 2011
Target 2015
45
Dari gambar diatas menunjukkan bahwa beberapa kebutuhan tenaga kesehatan di Kabupaten Bantul telah memenuhi target Renstra Dinas Kesehatan Tahun 2011 - 2015. Namun masih ada beberapa kebutuhan tenaga kesehatan yang kurang seperti kebutuhan Dokter Umum dan Dokter Spesialis.
5.2.
Pembiayaan Kesehatan
Alokasi Anggaran Kesehatan di Kabupaten Bantul Tahun 2011 berjumlah
Rp. 186.919.152.479 bersumber dari anggaran APBD Kabupaten, APBD I dan APBN yang dikelola oleh Dinas Kesehatan dan RSUD Panembahan Senopati Bantul. Anggaran kesehatan perkapita penduduk tahun 2011 sebesar
Rp.202.894,- . Persentase Anggaran Kesehatan Tahun 2011 sebesar 15,36 % terhadap total Anggaran APBD Kabupaten Bantul, meningkat bila dibanding tahun 2010 11,68 %. Berikut disajikan gambar grafik kecenderungan persentase realisasi APBD Kesehatan dibandingkan dengan APBD Total tahun 2011 Grafik 26. % Alokasi Anggaran Kesehatan Per APBD Kabupaten BantulTahun 2006-2011
18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 2006 2007 2008 2009 % APBD 2010 2011 9,04 5,98 9,05 5,36 11,68 15,36
46
Tabel 1. Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Di Kabupaten Bantul No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Fasilitas Pelayanan Kesehatan Rumah Umum Sakit Umum Rumah Sakit Bersalin Rumah Sakit Khusus (Bedah) Balai KIA) Pengobatan Rumah Bersalin Apotek Toko Obat Industri Peracik Batra Laboratorium Optik Posyandu Puskesmas Rawat Inap Puskesmas Non Rawat Inap Puskesmas Pembantu Puskesmas Keliling 2009 5 (Unit) 3 2 66 27 72 9 1,123 16 11 67 27 2010 9 (Unit) 0 3 78 32 100 4 13 4 8 1,123 16 11 67 27 2011 9 0 2 70 3 33 108 3 13 4 11 1123 16 11 67 27
Sarana kesehatan berupa Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM), di Kabupaten Bantul sudah terbentuk 75 Desa Siaga dengan 16 Poskokesdes, dan 1.123 Posyandu. Berikut disajikan gambar peta penyebaran Puskesmas dan Rumah Sakit di Kabupaten Bantul Tahun 2011. Gambar 31
47
Bab 6 Kesimpulan
erdasarkan data dan informasi hasil pembangunan kesehatan di Kabupaten Bantul tahun 2011 yang dilaporkan, dapat disimpulkan bahwa indikator kesehatan masyarakat di Kabupaten Bantul adalah
1. Angka Kematian Ibu dilaporkan sebesar 111,2 per 100.000 kelahiran hidup 2. Angka Kematian Bayi dilaporkan sebesar 8,5 per 1000 kelahiran hidup 3. Angka Kematian Balita dilaporkan sebesar 10,1 per 1000 balita 4. AFP Rate (non polio) < 15 th dilaporkan sebesar 2,84 per 100.000 penduduk umur < 15 tahun 5. Angka Insidensi TB Paru dilaporkan sebesar 40,49 per 100.000 penduduk, Angka Prevalensi TB Paru 43,53 per 100.000 penduduk, Angka Penemuan Kasus TB Paru (CDR) 44,23 %, dan Success Rate TB Paru 90,35 % 6. Pneumonia Balita ditemukan dan ditangani dilaporkan sebesar 6,64% 7. Angka Kesakitan DBD dilaporkan sebesar 26,81 per 100.000 penduduk 8. Angka kesembuhan TBC dilaporkan sebesar 86,4% 9. Kasus baru HIV positif dilaporkan 35 kasus dan kasus baru AIDS 19 kasus 10. Angka Gizi Buruk dilaporkan sebesar 0,52 % balita gizi buruk
Dalam rangka meningkatkan status kesehatan masyarakat di Kabupaten Bantul, sudah dilakukan upaya-upaya kesehatan, yang hasilnya sebagai berikut 1. Persentase cakupan kunjungan Ibu hamil K1: 100%, K4 : 89,66%, 2. Persentase cakupan persalinan ditolong tenaga kesehatan : 99,87% 3. Persentase cakupan KB aktif sebesar 79,41% 4. Persentase cakupan desa UCI sebesar 100% 5. Persentase cakupan imunisasi campak bayi sebesar 96,23 % 6. Persentase Ibu Hamil mendapat Tablet Fe3 : 84,56% 7. Persentase Desa yang terkena KLB ditangani kurang dari 24 jam sebesar 100% 8. Persentase penduduk miskin tercakup Jamkesmas sebesar 100% 9. Persentase Rumah Tangga ber PHBS sebesar 35,15%
48
10. Persentase rumah atau bangunan bebas jentik nyamuk Aedes sebesar 83,04% 11. Persentase APBD Kesehatan terhadap Total APBD sebesar 15,36%, dengan biaya perkapita kesehatan sebesar Rp 202.894,45
Berbagai perbaikan untuk mencapai status kesehatan masyarakat telah dilaksanakan, dapat terlihat dari menurunnya angka kematian bayi, angka gizi buruk, penurunan kasus DBD, peningkatan penemuan kasus baru TB Paru dan penderita HIV AIDS.
49