Anda di halaman 1dari 108

PROYEK AKHIR

ANALISA UNJUK KERJA JARINGAN OPERATOR


3G(WCDMA-UMTS) MENGGUNAKAN METODE
DRIVE TEST


Heri Kiswanto
NRP. 7206.040.060




Dosen Pembimbing :


Arifin, ST, MT
NIP. 19600503.198803.1.004






JURUSAN TEKNIK TELEKOMUNIKASI
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2010










PROYEK AKHIR










ANALISA UNJUK KERJA JARINGAN OPERATOR 3G
(WCDMA-UMTS) MENGGUNAKAN METODE DRI VETEST








Heri Kiswato
NRP 7206.040.060

Dosen Pembimbing
Arifin ST, MT
NIP 19600503.198803.1.004












JURUSAN TELEKOMUNIKASI
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2010





ANALISA UNJUK KERJA JARINGAN OPERATOR
3G(WCDMA-UMTS) MENGGUNAKAN METODE DRI VE TEST

Oleh :

Heri Kiswanto
NRP. 7206.040.060



Proyek Akhir ini Digunakan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Sain Terapan (S,ST)
di
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya


Disetujui Oleh :

Tim Penguji Proyek Akhir :



1.

Dosen Pembimbing :



1. Arifin, ST, MT
NIP.196005031988031004



2.



3.


Mengetahui:
Ketua Jurusan Teknik Telekomunikasi



Arifin, ST, MT
NIP. 196005031988031004
ii





ABSTRAK


Saat ini tiap operator telekomunikasi masih gencar melakukan
penambahan BTS 3G/UMTS di Surabaya yang bertujuan untuk
menambah kapasitas kanal trafik dan memperluas coverage. Di sisi lain,
penambahan BTS 3G/UMTS berdampak positif terhadap peningkatan
kapasitas kanal trafik dan luas coverage, tapi disisi lain penambahan
BTS 3G/UMTS menuntut kebutuhan frekuensi yang semakin hari
semakin berkurang. Penggunaan frekuensi yang terlalu banyak tanpa
diikuti oleh pengaturan frekuensi yang baik, malah akan memicu
timbulnya interferensi yang secara tidak langsung dapat menurunkan
kualitas sinyal. Hal ini secara langsung berdampak terhadap kualitas
sinyal yang dirasakan pelanggan.
Dalam tugas akhir ini, akan dibahas kualitas sinyal RF 3G/UMTS
yang dirasakan oleh setiap pelanggan operator tersebut dengan
menggunakan metode drive test. Dimana dengan drive test bisa
diketahui informasi RSCP (Receive Signal Code Power), Ec/No (Energy
Carrier Per Noise), jarak BTS dan MS,interferensi dan proses handover.
Dari informasi hasil drive test tersebut, kita dapat mengetahui kinerja
jaringan dari masing-masing operator 3G/UMTS, sehingga bisa kita
simpulkan apakah keadaan keadaan radio suatu BTS 3G/UMTS masih
layak atau perlu dilakukan suatu perbaikan.
Berdasarkan pengukuran di area Surabaya Tengah, Timur, Utara,
Selatan, dan Barat dengan metode normal(dapat menangkap sinyal GSM
dan 3G/UMTS) dan metode lock(hanya menerima sinyal 3G/UMTS).
Prosentase nilai RSCP terbaik (-85 dBm s/d 0 dBm) dari operator
Telkomsel yang paling tinggi sebesar 80,2 % saat menggunakan metode
normal dan dari operator Telkomsel juga yang paling tinggi sebesar 52,6
% saat menggunakan metode lock, prosentase nilai Ec/No terbaik (-6 dB
s/d 0 dB) dari operator Telkomsel yang paling tinggi sebesar 71,6 % saat
menggunakan metode normal dan dari operator Excelcomindo yang
paling tinggi sebesar 47 % saat menggunakan metode lock, selanjutnya
prosentase nilai SQI terbaik (18 s/d 30) dari operator Excelcomindo
sebesar 71,6% saat menggunakan metode normal dan dari operator
Excelcomindo juga saat menggunakan metode lock sebesar 64,6%.

Kata kunci : QOS, RSCP, Ec/No, SQI, 3G/UMTS





iii





ABSTRACT

Currently each telecom operators are still aggressively increased
its 3G/UMTS base stations in Surabaya, which aims to increase the
traffic channel capacity and expand coverage. On the other hand, the
addition of 3G/UMTS base stations have a positive impact on improving
traffic channel capacity and wide coverage, but on the other hand the
addition of 3G/UMTS base stations demanding needs of an increasingly
frequency decreases. The use of frequencies that are too much without
being followed by the frequency setting is good, it will lead to an
indirect interference that can degrade the quality of the signal. These
directly affect the customer perceived signal quality.
In this thesis, we will discuss 3G/UMTS RF signal quality that is
felt by every customer service by using the method of test drives. Where
the drive test can be known information RSCP (Receive Signal Code
Power), Ec / No (Energy Per Carrier Noise), the distance of BTS and
MS, interference and handover process. From information on the results
of these test drives, we can know the network performance of each
operator 3G/UMTS, so can we conclude whether the state of the state
radio a 3G/UMTS base stations is feasible or necessary to do a repair.
Based on measurements in the area of Central Surabaya, East,
North, South, and West with the normal method (can capture the signals
of GSM and 3G/UMTS) and the method lock (only to receive signals
3G/UMTS). The percentage of best RSCP value (-85 dBm to 0 dBm) of
the highest Telkomsel by 80.2% when using the normal method and the
operator Telkomsel is the highest of 52.6% when using the lock method,
precentage value Ec/No answer (-6 dB to 0 dB) of the operator
Telkomsel highest at 71.6% when using the normal method and the
operator Excelcomindo highest at 47% when using the lock method,
precentage next best SQI values (18 to 30) of the operator Excelcomindo
for 71.6% when using the normal method of operator Excelcomindo and
also when using the lock method of 64.6%.

Keywords: QOS, RSCP, Ec / No, SQI, 3G/UMTS




iv






KATA PENGANTAR


Assalamualaikum WR.Wb.

Alhamdulillah. Saya panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas
rahmat dan hidayah-Nya hingga selesainya kegiatan proyek akhir ini
dengan judul :

" ANALISA UNJUK KERJA JARINGAN OPERATOR
3G(WCDMA-UMTS) MENGGUNAKAN METODE DRI VE TEST"

Proyek Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Saint Terapan (SST) di Politeknik
Elektronika Negeri Surabaya, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya (ITS).
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan buku proyek akhir ini
masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis sangat
mengharapkan segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak. Penulis berharap agar buku ini dapat memberikan
sumbangan yang berarti dan semoga dapat memberikan manfaat bagi
para mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS-ITS)
pada khususnya serta dapat memberikan nilai lebih bagi para pembaca
pada umumnya.
Akhir kata, segala kritik dan saran sangat saya harapkan untuk
pengembangan proyek akhir selanjutnya.

Wassalamualaikum WR.Wb.



Surabaya, Juli 2010




Penulis



v





UCAPAN TERIMA KASIH


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proyak akhir
serta penulisan buku proyek akhir ini, dan juga tidak terlepas bantuan
dari semua pihak. Oleh sebab itu dengan segala ketulusan serta
kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1.

2.


3.

4.

5.

6.


7.
8.

Bapak Ir. Dadet Pramadihanto, M.Eng, Ph.D. selaku Direktur
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya.
Bapak Arifin, ST, MT selaku Ketua Jurusan Teknik
Telekomunikasi PENS ITS Surabaya dan pembimbing tugas
akhir.
Seluruh keluarga mulai dari bapak, ibu, dan saudara-saudara
yang selalu mendukung, memberi semangat, dan doa.
Adek Shinta Risma Ingriany yang telah membantu, memberi
semangat dan doa agar tugas akhir ini cepat selesai.
Semua Dosen PENS-ITS dari semua Jurusan terutama jurusan
Teknik Telekomunikasi.
Mas Rudi Hernowo dan Mas yudha, yang memberi kemudahan
berupa alat dan data yang dibutuhkan selama penyelesaian
tugas akhir.
Teman-teman 4D4-TB.
Teman-teman kejawan 14 (Acong, Haris, Kusuma, dan semua-
nya).

Rekan-rekan mahasiswa serta semua pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.














vi







DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................
ABSTRAK .......................................................................................
ABSTRACT .....................................................................................
KATA PENGANTAR .....................................................................
UCAPAN TERIMA KASIH...........................................................
DAFTAR ISI....................................................................................
DAFTAR GAMBAR .......................................................................
DAFTAR TABEL ...........................................................................

i
ii
iii
iv
v
vi
vii
xi
xv

BAB I

PENDAHULUAN
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
LATAR BELAKANG
RUMUSAN MASALAH
BATASAN MASALAH
TUJUAN DAN MANFAAT
METODOLOGI
SISTEMATIKA PEMBAHASAN
1
1
2
2
2
3

BAB II

TEORI PENUNJANG
2.1 TEORI UMUM 5
2.2 TEKNOLOGI UMTS
2.2.1 ARSITEKTUR WCDMA/UMTS
2.2.2 ARSITEKTUR UTRAN
5
5
6
2.3 HANDOVER 7
2.3.1 JENIS HANDOVER PADA SISTEM WCDMA
2.3.2 PROSEDUR HANDOVER
2.3.3 INTERSYSTEM HANDOVER
2.3.4 PILOT SETS
7
9
10
11
2.4
2.5
CALL EVENTS
PARAMETER KERJA JARINGAN (QOS)
11
12
2.5.1 RSCP
2.5.2 EcNo
2.5.3 SQI
2.5.4 CSSR
2.5.5 CALL DROP RATIO
2.5.6 SUCCESSFUL CALL RATIO

vii
12
12
13
13
13
14







2.5.7 CALL CONGESTION RATIO
2.5.8 HANDOVER SUCCESS RATIO







14
15
2.6
2.7
MODEL PREDIKSI REDAMAN COST21
PENGENALAN DRIVE TEST
15
17
2.7.1 DEFINISI DRIVE TEST
2.7.2 TUJUAN DRIVE TEST
2.7.3 TEMS INVESTIGATION
2.7.4 PERANGKAT TEMS
2.7.5 DRIVE TEST OUTDOOR
17
17
17
18
19
2.8
2.9
MAPINFO
MAPSERVER
19
20
2.9.1 MAPSCRIPT
2.9.2 ANATOMI APLIKASI MAPSERVER
2.9.3 SYARAT MEMBANGUN MAPSERVER
22
22
23

BAB III

PERENCANAAN DAN PENGUKURAN
3.1
3.2
PENDAHULUAN
PERENCANAAN DAN WAKTU
PENGUKURAN
25
25
3.2.1 WAKTU PENGUKURAN
3.2.2 LOKASI PENGUKURAN
3.2.3 RUTE PENGKURAN
3.2.4 LOKASI BTS
26
26
26
29
3.3 ALAT DAN BAHAN DRIVE TEST 31
3.3.1 GPS
3.3.2 PC PORTABLE / LAPTOP
3.3.3 HANDSET DAN SIM CARD
3.3.4 PERANGKAT LUNAK
3.3.5 KABEL DATA
3.3.6 DONGLE HASP
3.3.7 INVERTER DC KE AC
31
31
31
32
32
32
33
3.4 PENGAMBILAN DATA 33
3.4.1 METODE PENGAMBILAN DATA
3.4.2 PROSES DRIVE TEST
33
34
3.5 PENGOLAHAN DATA 36
3.5.1 DALAM BENTUK GRAFIK
3.5.2 DALAM BENTUK PETA DIGITAL
37
38
3.6 PEMBUATAN MAPSERVER 43
3.6.1 INSTALASI MS4W

viii
44







3.6.2 INSTALASI MAPSCRIPT







46

BAB IV

PENGUJIAN DAN ANALISA
4.1
4.2
4.3
PENDAHULUAN
PARAMETER PENGKURAN
DATA PENGUKURAN
49
49
49
4.3.1 DATA CALL EVENT
4.3.2 DATA RSCP
4.3.3 DATA ECNO
4.3.4 DATA SQI
49
55
57
59
4.4 ANALISA DATA PENGUKURAN 61
4.4.1 CALL SEQUENCE
4.4.1.1 CSSR
4.4.1.2 CALL DROP RATIO
4.4.1.3 SUCCESSFULL CALL RATIO
4.4.1.4 CONGESTION RATIO
4.4.1.5 HANDOVER SUCCESS RATIO
4.4.2 RSCP
4.4.3 ECNO
4.4.4 SQI
61
61
63
65
66
68
69
75
81

BAB V

PENUTUP
5.1
5.2
KESIMPULAN
SARAN
87
87

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BIODATA PENULIS



















ix

89
91
185

























Halaman ini sengaja dikosongkan



























x







DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 2.5
Gambar 2.6
Gambar 2.7
Gambar 2.8

Gambar 2.9
Gambar 2.10
Gambar 3.1
Gambar 3.2
Gambar 3.3
Gambar 3.4
Gambar 3.5
Gambar 3.6
Gambar 3.7
Gambar 3.8

Gambar 3.9

Gambar 3.10
Gambar 3.11
Gambar 3.12
Gambar 3.13
Gambar 3.14
Gambar 3.15

Gambar 3.16
Gambar 3.17

Gamabr 3.18

Gambar 3.19
Gambar 3.20
Gambar 3.21

Struktur jaringan WCDMA-UMTS
Empat interface yang digunakan dalam UMTS
Jenis-jenis handover pada jaringan WCDMA
Prosedur handover
Intersystem handover
Proses break before make
Tampilan perangkat lunak TEMS Investigation
Flowchat penggunaan Tems Investigation diluar
ruangan (outdoor)
Tampilan mapinfo saat pertama kali dibuka
Arsitektur mapserver
Blok diagram sistem
Rute pengukuran Surabaya Tengah
Rute pengukuran Surabaya Timur
Rute pengukuran Surabaya Utara
Rute pengukuran Surabaya Selatan
Rute pengukuran Surabaya Barat
Membuat projek baru di MCOM 4.2
Mengarahkan ke data lokasi dan spesifikasi
BTS
Hasil konversi data BTS ke dalam bentuk peta
digital
Handset SE k800i
Bentuk fisik dongle HASP
Inverter DC ke AC
Instalasi peralatan untuk drive test
Flowchat pengukuran data
Proses drive test menggunakan perangkat lunak
TEMS Investigation
Grafik respons MS
Add file yang akan digenerad dalam bentuk
grafik
Pemilihan parameter 3G/UMTS yang akan
diamati
Menentukan output yang dalam bentuk *.tab
Pengaturan output
Eksport logfile

xi

6
7
8
9
10
11
18
19

20
21
25
26
27
27
28
28
30
30

31

32
32
33
34
35
36

36
37

38

38
39
39







Gambar 3.22
Gambar 3.23
Gambar 3.24
Gambar 3.25
Gambar 3.26
Gambar 3.27
Gambar 3.28
Gambar 3.29
Gambar 3.30
Gambar 3.31
Gambar 3.32
Gambar 4.1

Gambar 4.2

Gambar 4.3

Gambar 4.4
Gambar 4.5
Gambar 4.6

Gambar 4.7
Gambar 4.8
Gambar 4.9
Gambar 4.10
Gambar 4.11
Gambar 4.12
Gambar 4.13

Gambar 4.14
Gambar 4.15

Gambar 4.16

Gambar 4.17

Gambar 4.18

Gambar 4.19







Hasil eksport logfile
Menentukan letak file yang akan diproses
Pemilihan tipe thematic map
Pemilihan data yang akan diproses
Range untuk RSCP
Contoh hasil pengolahan di mapinfo (RSCP)
Direktori instalasi MS4W
Service apache web server
Tampilan web MS4W
Tampilan versi PHP/Mapserver
Hasil sementara pembuatan mapserver
RSCP Excelcomindo, Surabaya Tengah, metode
lock
EcNo Excelcomindo, Surabaya Tengah, metode
lock
SQI Excelcomindo, Surabaya Tengah, metode
lock
Prosentase CSSR, normal jaringan
Prosentase CSSR, lock jaringan
Proses Kegagalan Handover pada BTS XL
15391
Prosentase drop call, normal jaringan
Prosentase drop call, lock jaringan
Prosentase successful call, normal jaringan
Prosentase successful call, lock jaringan
Prosentase congestion ratio, normal jaringan
Prosentase congestion ratio, lock jaringan
Prosentase handover success ratio, normal
jaringan
Prosentase handover success ratio, lock jaringan
grafik prosentase RSCP Surabaya Tengah mode
normal
grafik prosentase RSCP Surabaya Tengah mode
lock
grafik prosentase RSCP Surabaya Timur mode
normal
grafik prosentase RSCP Surabaya Timur mode
lock
Kegagalan Handover XL pada BTS 15441,

xii







40
41
41
42
42
43
44
45
45
46
47
56

58

60

61
62
63

64
64
65
65
67
67
68

69
69

70

70

71

72







18561 dan 15961
Gambar 4.20

Gambar 4.21

Gambar 4.22

Gambar 4.23

Gambar 4.24

Gambar 4.25

Gambar 4.26

Gambar 4.27

Gambar 4.28
Gambar 4.29

Gambar 4.30

Gambar 4.31

Gambar 4.32

Gambar 4.33

Gambar 4.34

Gambar 4.35

Gambar 4.36

Gambar 4.37

Gambar 4.38

Gambar 4.39
grafik prosentase RSCP Surabaya Utara mode
normal
grafik prosentase RSCP Surabaya Utara mode
lock
grafik prosentase RSCP Surabaya Selatan mode
normal
grafik prosentase RSCP Surabaya Selatan mode
lock
grafik prosentase RSCP Surabaya Barat mode
normal
grafik prosentase RSCP Surabaya Barat mode
lock
grafik prosentase EcNo Surabaya Tengah mode
normal
grafik prosentase EcNo Surabaya Tengah mode
lock
Kegagalan Handover Intracell XL BTS 15391
grafik prosentase EcNo Surabaya Timur mode
normal
grafik prosentase EcNo Surabaya Timur mode
lock
grafik prosentase EcNo Surabaya Utara mode
normal
grafik prosentase EcNo Surabaya Utara mode
lock
grafik prosentase EcNo Surabaya Selatan mode
normal
grafik prosentase EcNo Surabaya Selatan mode
lock
grafik prosentase EcNo Surabaya Barat mode
normal
grafik prosentase EcNo Surabaya Barat mode
lock
grafik prosentase SQI Surabaya Tengah mode
normal
grafik prosentase SQI Surabaya Tengah mode
lock
grafik prosentase SQI Surabaya Timur mode

xiii
73

73

74

74

75

75

76

76

77
78

78

79

79

80

80

81

81

82

82

83







normal
Gambar 4.40

Gambar 4.41

Gambar 4.42

Gambar 4.43

Gambar 4.44

Gambar 4.45

Gambar 4.46
grafik prosentase SQI Surabaya Timur mode
lock
grafik prosentase SQI Surabaya Utara mode
normal
grafik prosentase SQI Surabaya Utara mode
lock
grafik prosentase SQI Surabaya Selatan mode
normal
grafik prosentase SQI Surabaya Selatan mode
lock
grafik prosentase SQI Surabaya Barat mode
normal
grafik prosentase SQI Surabaya Barat mode
lock





























xiv
83

84

84

85

85

86

86







DAFTAR TABEL

Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Tabel 4.8
Tabel 4.9
Tabel 4.10
Tabel 4.11
Tabel 4.12
Tabel 4.13

Data site BTS operator XL
Hasil pengukuran operator XL
Call event Surabaya Tengah pada jaringan normal
Call event Surabaya Timur pada jaringan normal
Call event Surabaya Utara pada jaringan normal
Call event Surabaya Selatan pada jaringan normal
Call event Surabaya Barat pada jaringan normal
Call event Surabaya Tengah pada jaringan lock
Call event Surabaya Timur pada jaringan lock
Call event Surabaya Utara pada jaringan lock
Call event Surabaya Selatan pada jaringan lock
Call event Surabaya Barat pada jaringan lock
RSCP Excelcomindo, Surabaya Tengah, metode lock
EcNo Excelcomindo, Surabaya Tengah, metode lock
SQI Excelcomindo, Surabaya Tengah, metode lock



























xv

29
40
49
50
51
51
52
52
53
54
54
55
57
59
60

























Halaman ini sengaja dikosongkan



























xvi





BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Seiring pentingnya menjamin kepuasan pelanggan jaringan
3G/UMTS bagi para operator di kota-kota besar seperti Surabaya, maka
kualitas pelayanan (Quality of Service) harus dijaga dan terus diting-
katkan. Operator juga harus peka terhadap setiap keluhan pelanggan
yang menginginkan terjaminnya kualitas akses data dan sinyal yang kuat
untuk komunikasi.
Pengecekan sinyal dengan metode drivetest perlu dilakukan
secara berkala untuk mencapai kualitas jaringan 3G/UMTS yang baik.
Drivetest pada jaringan 3G/UMTS dilakukan untuk mengetahui
informasi RSCP (Received Signal Code Power), Ec/No (Carrier to
Noise Ratio), jarak antar BTS dan MS, interferensi dan handover. Dari
informasi hasil drive test kita dapa mengetahui kinerja dari masing-
masing operator 3G/UMTS. Sehingga bisa kita simpulkan apakah
keadaan radio suatu BTS 3G/UMTS masih layak atau perlu dilakukan
suatu perbaikan.
Pada proyek akhir ini akan dilakukan analisa QoS jaringan
3G/UMTS dari parameter-parameter yang didapat dari drivetest.
Mapserver digunakan untuk pengolahan data hasil pengukuran yang
memungkinkan hasil pengukurannya bisa ditampilkan dari web browser
sehingga dapat diketahui kinerja jaringan 3G/UMTS secara online.
Sedangkan pengambilan data jaringan 3G/UMTS dilakukan dengan
bantuan perangkat drivetest keluaran ERICCSON yaitu TEMS
Investigation version 9.0.

1.2 RUMUSAN MASALAH
Permasalahan yang akan ditangani meliputi :
-
-

-
Bagaimana kondisi layanan jaringan 3G/UMTS.
Gangguan-gangguan apa saja yang menurunkan kualitas QoS
pada jaringan 3G/UMTS.
Rekomendasi yang diberikan untuk meningkatkan QoS jaringan
3G/UMTS kepada operator.








1



2

1.3 BATASAN MASALAH
Sedangkan batasan masalah adalah :
- Digunakan TEMS Investigation untuk melakukan drivetest
sehingga memperoleh data dari hasil pengukuran parameter-
parameter jaringan 3G/UMTS.
- Pengukuran QoS dari kinerja jaringan hanya dibatasi pada: Call
Setup Success Ratio, Call Drop Ratio, Call Congestion,
Handover Success Ratio, RSCP, EcNo, dan Speech Quality
Index.
- Tiga operator yang diamati yaitu Telkomsel, Indosat, dan
Excelcomindo.
- Daerah yang diamati adalah Daerah Surabaya yang telah ter-
cover jaringan 3G/UMTS.
- Mapinfo digunakan untuk pengolahan data hasil pengukuran dan
mapserver digunakan untuk pemetaan hasil pengukuran.

1.4 TUJUAN DAN MANFAAT
Dari hasil tugas akhir ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
salah satu kajian untuk mengetahui kinerja jaringan dari beberapa
operator tentang kualitas jaringan 3G/UMTS mereka, sehingga dapat
dilakukan perbaikan-perbaikan.

1.5 METODOLOGI
Tahapan pada proyek akhir ini sebagai berikut :

1.5.1 Studi Pustaka
Sebelum melakukan perancangan harus mempelajari terlebih
dahulu teori tentang teknologi 3G/UMTS dan materi-materi yang
mendukung untuk penyelesaian tugas akhir ini.
Selanjutnya mempelajari perangkat lunak TEMS Investigation,
baik cara kerja maupun menu-menu yang terdapat pada menu bar di
perangkat lunak TEMS Investigation. Fasilitas apa saja yang disediakan
oleh perangkat lunak TEMS Investigation untuk menganalisa sistem
komunikasi wireless. Terutama dalam drivetest jaringan 3G/UMTS.
Serta mempelajari tentang mapserver dan mapinfo untuk pengolahan
data hasil pengukuran dalam bentuk peta.

1.5.2 Perencanaan Pengukuran
Merencanakan topologi jaringan yang digunakan sebagai objek
penelitian dan menentukan rute jalan yang akan dilewati.



3

1.5.3 Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan di daerah Surabaya yang sudah
tercakup oleh jaringan 3G/UMTS dengan metode drive test.


1.5.4 Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari pengukuran kemudian diproses di
mapinfo sehingga menjadi peta digital. Hasil pengukuran yang telah
menjadi peta digital kemudian di tampilkan di mapserver sesuai dengan
lokasi dari pengambilan data.

1.5.5 Analisa Data
Dari hasil pengukuran yang sudah didigitasi di mapinfo dan di-
tampilkan di mapserver, kemudian dianalisa QoS jaringan 3G/UMTS
dimasing-masing titik yang telah diamati.

1.6 SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Buku laporan proyek akhir ini terdiri dari 5 (lima) bab, pada
masing-masing bab berkaitan satu sama lain, yaitu:
BAB1 : PENDAHULUAN
Memberikan latar belakang tentang permasalahan, tujuan, ma-
salah dan batasan masalah yang dibahas dalam proyek akhir ini.
BAB 2 : TEORI PENUNJANG
Memberikan dasar teori untuk menunjang penyelesain masalah
dalam projek akhir ini.
BAB 3 : PERENCANAAN DAN PENGUKURAN
Bab ini berisi tentang tahap-tahap perencanaan dan peng-
ukuran.
BAB 4 : PENGUJIAN DAN ANALISA
Bab ini akan membahas proses analisa data untuk mengetahui
kinerja pada ketiga operator yang meliputi handover success
ratio, drop call ratio, RSCP, EcNo, dan SQI.
BAB 5 : KESIMPULAN
Bab ini berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari analisa
dan saran-saran yang diharapkan dapat memberikan pengem-
bangan dan penyempurnaan proyek akhir ini.



4






















Halaman ini sengaja dikosongkan



5



BAB II
TEORI PENUNJANG

2.1 TEORI UMUM
Dalam menyelesaikan permasalahan yang ada dalam proyek
akhir ini, diberikan teori dasar yang digunakan untuk mengukur,
mengolah serta menganalisa data sehingga diperoleh hasil yang sesuai
dengan tujuan penelitian.

2.2 TEKNOLOGI UMTS
UMTS merupakan suatu revolusi dari GSM yang mendukung
kemampuan generasi ketiga (3G). UMTS menggunakan teknologi akses
WCDMA dengan system DS-WCDMA (Direct Seqence Wideband
CDMA). Terdapat dua mode yang digunakan dalam WCDMA dimana
yang pertama menggunakan FDD (Frequency Division Duplex) dan
kedua dengan menggunakan TDD (Time Division Duplex). FDD
dikembangkan di Eropa dan Amerika sedangkan TDD dikembangkan di
Asia. Pada WCDMA FDD, digunakan sepasang frekuensi pembawa 5
MHz pada uplink dan downlink dengan alokasi frekuensi untuk uplink
yaitu 1945 MHz 1950 MHz dan untuk downlink yaitu 2135 MHz
2140 MHz.

2.2.1 ARSITEKTUR WCDMA/UMTS

UMTS adalah salah satu teknologi seluler pada generasi ketiga
yang menggunakan teknologi WCDMA sebagai interface-nya. UMTS
dikembangkan oleh IMT-2000 framework yang merupakan salah satu
bagian dari program ITU.





6
















Gambar 2.1 Struktur jaringan WCDMA-UMTS
Secara garis besar arsitektur jaringan WCDMA-UMTS terdiri atas tiga
bagian utama yaitu :

a. User Equipment (UE)
perangkat pada sisi pelanggan yang berupa headset untuk mengirim dan
menerima informasi.

b. UMTS Terresterial Radio Access Network (UTRAN)
jaringan akses radio teresterial pada UMTS

c. Core Network (CN)
jaringan inti yang telah dibangun sebelum adanya UMTS seperti GSM
dan GPRS.

2.2.2 ARSITEKTUR UTRAN
UTRAN terdiri dari beberapa Radio Network Subsystem (RNS),
yang merupakan kumpulan dari Radio Network Controller ( RNC ) dan
beberapa buah Node B yang ditanganinya. RNS adalah bagian atau
subsystem dari UTRAN yang bertugas menangani manajemen radio
resource untuk membangun hubungan antara UE dan UTRAN.





7


















Gambar 2.2 Empat interface yang digunakan dalam UMTS

a. Uu : untuk menghubungkan UE dan Node B
b. Iub : untuk menghubungkan Node B ke RNC
c. Iur : untuk kontrol dan manajemen data exchange antar RNC
d. Iu : untuk menghubungkan RNC ke GSM phasa 2+ (MSC,
VLR,SGSN).
2.3 HANDOVER
Jaringan mobile memungkinkan user untuk mengakses layanan
dalam keadaan bergerak sehingga memberikan kebebasan kepada
pengguna dalam hal mobilitas. Akan tetapi, kebebasan ini membawa
ketidakpastian bagi sistem mobile. Mobilitas dari pengguna meng-
akibatkan perbedaan dinamis baik dalam kualitas hubungan maupun
level interferensi, kadang terjadi keadaan dimana seorang user harus
berganti base station yang melayaninya. Proses ini dikenal sebagai
handover (HO). Handover menjamin keberlangsungan layanan nirkabel
(wireless) ketika user bergerak menuju batas-batas sel.

2.3.1 JENIS HANDOVER PADA SISTEM WCDMA
Ada beberapa jenis handover dalam jaringan WCDMA. Untuk
skenario dari ntipe-tipe handover yang berbeda tersebut dapat dijelaskan
pada gambar berikut ini:





8

























Gambar 2.3 Jenis-jenis Handover pada jaringan WCDMA

a. Intra-system Handover
Intra-sytem handover terjadi dalam satu sistem. Yang selanjutnya
dapat dibagi menjadi intra-frequency HO dan inter-frequency HO. Intra-
frequency terjadi di antara sel-sel yang memiliki carrier WCDMA yang
sama, sementara interfrequency terjadi di antara sel-sel yang
menggunakan carrier WCDMA yang berbeda.

b. Inter-system Handover (ISHO)
Inter-system HO terjadi di antara sel-sel yang memiliki dua
teknologi akses radio (Radio Access Technology : RAT) yang berbeda
atau mode akses radio (Radio Access Mode : RAM) yang berbeda.
Kasus yang paling sering untuk handover jenis ini diperkirakan terjadi
antara sistem WCDMA dan GSM/EDGE.

c. Hard Handover (HHO)
HHO adalah kelompok dari prosedur HO dimana semua
hubungan yang lama dilepaskan sebelum hubungan radio yang baru
dibentuk. Bagi pembawa (bearer) real-time hal ini berarti pemutusan-





9



hubungan yang singkat dari bearer; bagi bearer non-real-time HHO
berarti lossless. Hard handover dapat menjadi intra atau inter-frequency
handover.

d. Soft Handover (SHO)
Selama proses soft handover, MS terus menerus berkomunikasi
dengan dua sel atau lebih secara bersamaan yang memiliki BS yang
berbeda dari RNC yang sama (intra-RNC) atau RNC yang berbeda
(inter-RNC). Semua hubungan yang lama tidak akan dilepaskan sebelum
hubungan radio yang baru terbentuk.

e. Softer Handover
Pada kejadian softer handover, MS dikendalikan oleh paling
tidak dua sector pada satu BS, SHO dan softer HO hanya mungkin
terjadi dalam satu frekuensi carrier dan termasuk proses dalam
handover intra-frequency.

2.3.2 PROSEDUR HANDOVER
Tahap-tahap dari proses handover dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
















Gambar 2.4 Prosedur handover

1. Tahap Pengukuran (Measurement)
Dilakukan pengukuran informasi penting yang dibutuhkan untuk
tahap decision. Pengukuran arah DL yang lakukan oleh MS adalah





10



sebesar Ec/Io dari CPICH sel yang sedang melayani dan selsel
tetangga.
2. Tahap Keputusan (Decision)
Hasil pengukuran di bandingkan dengan threshold yang telah di
tetapkan sebelumnya. Kemudian akan diputuskan apakah akan
dilakukan handover atau tidak. Algoritma handover yang berbeda
akan memiliki kondisi trigger yang berbeda pula.
3. Tahap Eksekusi (Execution)
Proses handover selesai dan parameter relative diubah berdasarkan
jenis handover-nya. Sebagai contoh hubungan dengan Node B
apakah ditambah atau diputuskan.

2.3.3

I NTERSYSTEM HANDOVER (ISHO)
Inter-system HO terjadi di antara sel-sel yang memiliki dua
teknologi akses radio (Radio Access Technology : RAT) yang berbeda
atau mode akses radio (Radio Access Mode : RAM) yang berbeda.
Kasus yang paling sering untuk handover jenis ini diperkirakan terjadi
antara sistem WCDMA ke GSM (3G2G) begitu juga sebaliknya (2G
3G). Dilihat dari arsitektur jaringannya, gambar 2.10 berikut ini
menunjukkan proses handover yang terjadi dalam jaringan WCDMA-
UMTS dan GSM.















Gambar 2.5 Intersystem Handover

Dalam WCDMA-UMTS, proses inter-system handover untuk
layanan berbasis circuit switch didasarkan pada proses hard handover
dimana saat handover terjadi, link trafik asal dari node B/BS akan di





11



drop sebelum setting up pada link BS / node B yang baru selesai,
sehingga hard handover disebut juga proses break before make.
















Gambar 2.6 Proses break before make

2.3.4 PI LOT SETS
Pilot set atau kanal pilot diidentifikasikan oleh pilot offset dan
penempatan frekuensi. Kanal inilah yang menjadi acuan dalam
penentuan kondisi handover:
a. Active Set, adalah pilot yang dikirimkan oleh BTS dimana UE tersebut
aktif. BS menginformasikan isi active set dengan channel
assignment message atau handover direction message.
b. Candidate Set, terdiri dari pilot yang tidak termasuk active set. Pilot
ini harus diterima dengan sinyal yang baik untuk mengindikasikan
bahwa kanal trafik link forward yang dibawa dapat dimodulasikan
dengan baik.
c. Neighbor Set, adalah pilot yang digunakan untuk memberitahukan sel
terdekat untuk proses handover.
d. Remaining Set, terdiri dari keseluruhan pilot dalam sistem kecuali
yang termasuk kedalam active set, candidate set dan neighbor set.

2.4 CALL EVENTS
Call events adalah kejadian-kejadian yang terkait pada suatu
proses panggilan yang terjadi selama drive test berlangsung. Beberapa
macam kejadian yang diukur selama proses drivetest antara lain:



12



Call Attempt



: proses panggilan dimana suatu kanal trafik
diminta.
Call Attempt Reply : proses pengulangan call attempt
Call Setup

Call Established
Blocked Call


Dropped Call

Call End
Handover
Handover intracell
Handover failure
: proses panggilan mulai dibangun oleh mobil
station
: proses panggilan sudah terjadi
: proses panggilan lebih dulu berakhir secara tidak
normal, sebelum terjadi Call Established (misal
disebabkan karena sibuk kanal trafik)
: proses panggilan berakhir secara tidak normal
setelah kejadian Call Established.
: proses panggilan berakhir secara normal.
: handover antar call yang sukses terjadi.
: handover dalam suatu sel yang sukses terjadi
: handover antar sel yang gagal terjadi



2.5 PARAMETER KERJA JARINGAN (QOS)
Beberapa parameter yang dijadikan referensi umum untuk dapat
melihat performansi dari jaringan 3G/UMTS adalah seperti : RSCP,
EcNo, Speech Quality Index (SQI), Call Setup Success Ratio, Call Drop
Ratio, Successfull Call Ratio, Call Congestion Ratio, dan Handover
Success Ratio.

2.5.1 RSCP
Reception Level (RxL) adalah tingkat kekuatan sinyal di
jaringan 2G yang diterima ponsel, sedangkan untuk 3G(UMTS)
menggunakan istilah Received Signal Code Power (RSCP). Skala RxL
antara -47 dBm s.d. -110 dBm (bila menunjuk angka lebih besar dari -85
dBm Sangat Baik, -92 s.d. -85 Baik, -105 s.d. -92 Cukup Baik, dan <-
105 Kurang Baik). Untuk RSCP menggunakan skala -47 dBm s.d. -112
dBm (>-85 dBm Sangat Baik, -98 s.d. -85 Baik, -108 s.d. -98 Cukup
Baik, dan <-108 Kurang Baik).

2.5.2 ENERGY CARRI ER PER NOI CE (EcNo)
EcNo atau SNR ialah Perbandingan (ratio) antara kekuatan
Sinyal (signal strength) dengan kekuatan Derau (noise level). Nilai SNR
dipakai untuk menunjukkan kualitas jalur (medium) koneksi. Makin
CSSR = 100x
callattemp t



13



besar nilai SNR, makin tinggi kualitas jalur tersebut. Artinya, makin
besar pula kemungkinan jalur itu dipakai untuk lalu-lintas komunikasi
data & sinyal dalam kecepatan tinggi. Nilai SNR suatu jalur dapat
dikatakan pada umumnya tetap, berapapun kecepatan data yang melalui
jalur tersebut. SNR tidak sama dengan SNRM, namun keduanya saling
berkaitan erat satu sama lainnya. Satuan ukuran SNR dan SNRM
adalah decibel (dB)
Ec/No memiliki fungsi yang hapir sama dengan RxQual di
jaringan 2G. Skalanya 0 s.d. -6 dB sangat baik, -6 s.d -11 dB baik, -11
s.d -16 dB buruk dan <-16 dB sangat buruk.

2.5.3 SPEECH QUALI TY I NDEX (SQI)
Secara tradisional, kualitas data dan suara di jaringan
3G/UMTS di ukur dengan parameter Ec/No, bagaimanapun tidak akurat
digunakan sebagai indikator kualitas sinyal.
SQI adalah pengukuran yang lebih canggih dikhususkan untuk
menggambarkan kualitas suara. Seperti halnya EcNo, SQI diupdate 0,5
detik. Dengan skala -20 s/d 0 dikategorikan jelek, 0 s/d 18 dikategorikan
sedang, sedangkan 18 s/d 30 dikategorikan sangat baik.

2.5.4 CALL SETUP SUCCESS RATI O (CSSR)
CSSR adalah prosentase tingkat keberhasilan melakukan setup
panggilan sehingga diperoleh kanal yang dipergunakan pada saat awal
signaling. Pada perhitungan CSSR menggunakan rumusan sebagai
berikut:
callsetup ( 1
( .............(1)


2.5.5 CALL DROP RATI O
Call Drop Ratio adalah prosentase banyaknya panggilan yang
jatuh atau putus setelah kanal pembicaraan digunakan. Pada perhitungan
call drop ratio ini digunakan menggunakan rumus sebagai berikut :



1



Radio Frequency Optimization & QoS Evaluatin in Operator GSM
Network, Bilal Haider, Dkk
CallDropRatio (%) = 100x
CallSetup
BlockCall (
CallConges tionRatio (%) = 100x ( ...(4)
CallAttemp t (



14



CallDropped ( 2
( ........(2)



-
-
-


Call drop dapat disebabkan beberapa hal, antara lain:
Rugi-rugi frekuensi radio
Co Chanal interferensi dan Adjacent interferensi
Kegagalan proses handover

2.5.6 SUCCESSFUL CALL RATI O
Successfull Call Ratio adalah prosentase dari keberhasilan
proses panggilan yang dihitung dari MS si penelepon melakukan
panggilan sampai dengan panggilan tersebut terjawab oleh penerima.
Pada perhitungan successful call ratio ini menggunakan rumusan
sebagai berikut :
Successful Call(%) = 100 x (CSSR x(1-call drop rate))...(3)3


2.5.7 CALL CONGESTI ON RATI O
Call Congestion Ratio adalah prosentase kepadatan panggilan
yang disebabkan karena keterbatasan kanal. Pada perhitungan call
congestion ratio ini menggunakan rumusan sebagai berikut :

4






2






Radio Frequency Optimization & QoS Evaluatin in Operator GSM
Network, Bilal Haider, Dkk

3

Radio Frequency Optimization & QoS Evaluatin in Operator GSM
Network, Bilal Haider, Dkk

4

Radio Frequency Optimization & QoS Evaluatin in Operator GSM
Network, Bilal Haider, Dkk



15



2.5.8 HANDOVER SUCCESS RATI O
Handover Success Ratio adalah prosentase tingkat keberhasilan
proses perpindahan sel pada MS selama melakukan percakapan secara
mobile tanpa terjadi pemutusan hubungan. Adapun kriteria yang
menyebabkan terjadinya handover antara lain : level penerimaan
(RSCP), kualitas penerimaan(Ec/No), jarak MS-BTS, power budget,
Fast Upling handover (penurunan level sinyal secara drastis) dan trafik
percakapan. Pada Handover Success Ratio ini menggunakan rumusan
sebagai berikut :

HSR(%) = 100x
HandoverSuccess .................(5)5
HandoverAttempt


2.6 MODEL PREDIKSI REDAMAN COST 231
COST 231 model adalah pengembangan Hata model oleh
EURO_COST (the European Co_operative for Scientific and Technical
Research) untuk Personal Communications Service (PCS).
1. Merupakan pengembangan rumus Okumura -Hata untuk
frekuensi PCS (sampai 2 GHz).
2. Biasa digunakan untuk mikrosel yang memakai frekuensi 1800
MHz.

Median path loss, Lpropagasi urban adalah :

LU = 46.3 + 33.9 log fc - 13.82 log ht a(hm) + (44.9 6.55 log ht) log d +
CM........................(6) 6


dimana faktor koreksi tinggi antena MS, a(hm) sama dengan Hata Model
dan


5


Radio Frequency Optimization & QoS Evaluatin in Operator GSM
Network, Bilal Haider, Dkk

6

Cost Action 231, European Comission
CM = 0 dB



16




3 dB
Dimana:



for medium sized city and suburban areas
for metropoli tan centers
-
-
-
-
-
-
L adalah Prediksi tentang media pathloss
f ada1ah frekuensi kerja BS, 500 s f s 2000 MHz
ht adalah ketinggian BS, 30 s hts 200 m
hm adalah ketinggian MS, 1m s hms 10 m
d adalah jarak antara MS dan BS, s d s 20 km
a(hm) adalah faktor koreksi BS dan MS yang nilainya sebagai be-
rikut:
Untuk kota kecil dan menengah,
a(hm) = (1,1 log fC 0,7 )hm (1,56 log fC 0,8 ) dB ; dimana, 1 s hm s 10
m..................(7)
7

Untuk kota besar,
a(hm) = 8,29 (log 1,54hm)2 1,1 dB fC s 300 MHz ....(8) 8

a(hm) = 3,2 (log 11,75hm )2 4,97 dB fC > 300 MHz ....(9)9


Setelah dilakukan prediksi redaman area to area, yang
dimaksudkan sebagai prediksi kasar kondisi redaman lintasan, baru
kemudian dilakukan prediksi redaman point to point yang bertujuan
untuk meningkatkan akurasinya. Model prediksi area to area akan
memberikan akurasi prediksi dengan standar deviasi 8 dB. Artinya,
data aktual path loss akan bervariasi 8 dB dari nilai yang
diprediksikan oleh hasil perhitungan. Dengan perhitungan point to point
akurasi yang dapat diharapkan adalah memiliki standar deviasi 3 dB.



7

8

9



Cost Action 231, European Comission

Cost Action 231, European Comission

Cost Action 231, European Comission



17



Pada prediksi point to point, diperlukan gambar penampang
kontur wilayah pelayanan yang bisa diperoleh dari peta kontur bumi.
Ditarik garis lurus lintasan antara dua titik pada peta. Selanjutnya
perbedaan ketinggian bisa dilihat dari garis-garis kontur yang ada dalam
peta.
Kasus yang umum terjadi adalah timbulnya loss difraksi pada
daerah yang berbukit-bukit. Loss difraksi tersebut ditambahkan pada
redaman kontur datar / flat pada model prediksi area to area.


2.7 PENGENALAN DRI VE TEST
2.7.1 DEFINISI DRI VE TEST
Proses pengukuran sistem komunikasi bergerak pada sisi
gelombang radio di udara yaitu dari arah pemancar/BTS ke
MS/Handphone atau sebaliknya, dengan menggunakan alat yang
didesain secara khusus untuk pengukuran.

2.7.2 TUJUAN DRI VETEST
Mengukur kualitas sinyal dan perbaikan masalah yang ber-
hubungan dengan sinyal.

2.7.3 TEMS I NVESTI GATI ON
Salah satu perangkat yang digunakan untuk drive test di luar
ruangan (outdoor). Mulai versi 4 sudah dapat digunakan untuk drive test
dalam ruangan (indoor). Menggunakan GPS (Global Positioning
System) sebagai alat navigasi dan plotting parameter pada rute drive test
yang dilalui.





18
























Gambar 2.7 Tampilan perangkat lunak TEMS investigation

2.7.4 PERANGKAT TEMS
- Software : TEMS Investigation
- Handphone atau modem TEMS : K800i
- Kabel Data : USB
- GPS Garmin
- Aksesoris : USB Hub, Inverter, Charger handphone untuk mobil





19



2.7.5 DRI VE TEST OUTDOOR
Start

gagal
Koneksi GPS dan
Ms ke laptop

berhasil

Buka Tems Investigation

gagal

Aktifkan COM

Identifikasi equipment


Connect all

berhasil
Cek status MS dan GPS

Start Recording

Download data / video call

Drive Test
ya
Stop Record

Save record

Pengamatan
baru

tidak
Tutup tems

end

Gambar 2.8 Flowchat penggunaan Tems Investigation diluar
ruangan(outdoor)
2.8 MAPINFO
MapInfo adalah salah satu software pengolah Sistem Informasi
Geografi (SIG). Mapinfo diminati oleh pemakai SIG karena mempunyai
karakteristik yang menarik, seperti mudah digunakan, harga relatif
murah, tampilan interaktif, user frendly dan dapat dicustomized meng-
gunakan bahasa skrip yang dimiliki.





20



Pembentukan peta di MapInfo dapat diilustrasikan secara analog.
Dalam MapInfo suatu table dapat digambarkan sebagai satu lembar
(sheet) dari suatu film dan suatu komposisi peta di MapInfo merupakan
gabungan dari beberapa lembar (sheet) film tersebut yang disusun secara
bertumpuk. Istilah yang umum digunakan untuk susunan tersebut adalah
layering.
Setiap lembar (sheet) merupakan layer yang dapat digabungkan
dan di-matchkan untuk membentuk suatu peta, sehingga dapat dilakukan
analisis dari peta yang terbentuk tersebut. Satu hal yang perlu diingat
adalah ketika MapInfo melakukan redraw peta, Mapinfo akan
melakukan redraw dari layer yang tersusun paling bawah kemudian ke
layer di atasnya, dan sebaliknya jika ingin diketahui informasi dari suatu
peta.



















Gambar 2.9 Tampilan mapinfo saat pertama kali dibuka


2.9 MAPSERVER
Dalam pengertian teknis yang paling dasar, MapServer adalah
program CGI yang terpasang dan berjalan tapi tidak aktif dalam server
(aktif hanya saat dipanggil). Saat permintaan/permintaan dikirimkan ke
mapserver, maka akan digunakan informasi yang dikirimkan lewat URL
dan mapfile untuk membuat (generate) peta yang diinginkan.





21



Permintaan ini bisa juga termasuk permintaan untuk membuat legenda,
peta referensi, batang skala, dan variabel lain yang dikirimkan ke CGI
tadi. Gambar berikut merupakan konsep dasar yang banyak digunakan
pada aplikasi mapserver.































Gambar 2.10 Arsitektur mapserver

Mapserver sangat bisa dikembangkan dan dikustomisasi. Juga
bisa dibangun untuk mendukung berbagai format data input dan output.
Ini dilakukan saat file biner mapserver dikompilasi. Silakan kunjungi
situs utama Mapserver untuk melihat daftar fitur lengkapnya. Banyak
juga fitur yang didukung tetapi tidak secara built-in, dan bisa dipanggil
dengan penggunaan OGR.



22




2.9.1 MAPSCRI PT
Mapscript menyediakan antar muka pemrograman (scripting)
pada Mapserver untuk membangun aplikasi webmapping. Penggunaan
Mapscript tidak bergantung pada Mapserver CGI, artinya walaupun
Mapserver CGI tidak ada tetapi jika mapscript tersedia, anda masih bisa
mengembangkan webmapping berbasis mapserver dengan mapscript ini.
Mapscript merupakan modul tambahan untuk bahasa pemrograman
umum yang kita kenal untuk memanggil fungsi-fungsi yang disediakan
mapserver.

2.9.2 ANATOMI APLIKASI MAPSERVER
Sebuah aplikasi mapserver sederhana terdiri dari:
a. Mapfile - adalah file konfigurasi terstruktur untuk aplikasi mapserver
anda. Berisi konfigurasi wilayah peta anda, lokasi data dalam server
dan format output dan lainnya. Juga berisi layer-layer peta anda,
sumber data, proyeksi dan simbologi. Biasanya adalah file teks
dengan ekstensi *.map.
b. Data Geografis - Mapserver bisa menggunakan beberapa
jenis/format sumber data geografis. Format utama yang didukung
adalah ESRI Shapefile.
c. Halaman HTML - merupakan jembatan antara user dan mapserver.
Berupa file HTML dalam server/hosting anda. Mapserver bisa
dipanggil untuk membuat peta statis dalam halaman HTML anda,
atau untuk membuatnya interaktif anda bisa membuat form dalam
HTML ini. CGI adalah program yang 'stateless', setiap permintaan
yang dikirim adalah selalu baru, dia tidak bisa mengingat apa yang
sudah dilakukannya sebelumnya lewat permintaan anda. Itulah
sebabnya, aplikasi anda harus mengirim terus parameter-parameter
yang diinginkan (layer apa saja, di wilayah mana peta ditampilkan,
mode aplikasi, dsb) yang bisa ditentukan lewat variabel tersembunyi
dalam form atau lewat URL. Aplikasi/form mapserver sederhana
bisa terdiri dari dua halaman HTML:
File inisialisasi - menggunakan form dengan variabel tersembunyi
untuk mengirim kueri awal ke webserver dan mapserver. Form ini
bisa ditempatkan secara terpisah atau digantikan dengan mengirim
variabel lewat URL.
File templat - untuk mengatur bagaimana tampilan peta, legenda dan
informasi lainnya disajikan dalam halaman HTML lewat browser.



23



Dengan mengirim referensi variabel Mapserver CGI pada templat
HTML, anda akan meminta mapserver menerjemahkannya menjadi
nilai variabel bergantung pada status terakhirnya (misalnya nama
peta, peta referensi, besar/cakupan peta, dsb). Templat ini juga akan
menentukan bagaimana nantinya pengunjung berinteraksi dengan
aplikasi mapserver (perbesaran/pengecilan, menggeser peta, kueri,
dsb).

d. Mapserver CGI - file biner yang dieksekusi untuk menerima
permintaan dan menerjemahkannya menjadi gambar peta, data, dsb.
Berada di direktori cgi-bin atau direktori lain yang ditentukan pada
webserver. ini berada di /cgi-sys pada domain anda.
e. Webserver - aplikasi yang menyajikan halaman HTML pada
browser. menggunakan Apache sebagai webservernya.

2.9.3 SYARAT MEMBANGUN MAPSERVER
Strategi terbaik dalam mempelajari cara membangun aplikasi
Mapserver dan mengerti bagaimana cara kerjanya adalah memulainya
dengan sederhana. Meskipun jika tujuan utama anda adalah membangun
aplikasi yang rumit, dengan teknologi terkini, mulailah dengan langkah
awal yang kecil. Coba dengan menginstal dan menjalankan demo, lalu
sesuaikan sedikit demi sedikit dengan yang anda inginkan. Berikut
adalah yang anda butuhkan untuk memulai.
a. Perangkat keras untuk server
RuangWeb sudah menyediakan server yang cukup bertenaga untuk
aplikasi mapserver anda, anda bisa memilih shared mapserver gis
hosting atau dengan VPS dan dedicated server sendiri.
b. Perangkat lunak
Jika anda memilih shared mapserver gis hosting, semua software
yang dibutuhkan untuk menjalankan Mapserver sudah diinstal
lengkap dengan seluruh pustaka/librari yang dibutuhkan. Jika anda
saat ini menyewa VPS atau dedicated server, RuangWeb bisa
menginstal semua software yang dibutuhkan dengan biaya yang
terjangkau.
c. Kemampuan Teknis
Sebagai tambahan untuk mempelajari bagaimana semua komponen
dalam Mapserver bekerja dan mempelajari cara penulisan/syntax
mapfile, membangun aplikasi dasar, dibutuhkan beberapa
pemahaman konsep dan keterampilan teknis tersendiri.



24



Anda harus mengerti cara membuat dan mengedit file HTML, dan
mengerti bagaimana form HTML bekerja. Karena tujuan utama
membangun aplikasi Mapserver adalah untuk membuat peta, maka
dibutuhkan juga pemahaman data geografis dan proyeksi peta. Dan
seiring dengan berkembangnya kebutuhan anda untuk membangun
aplikasi yang lebih kompleks, maka kemudian akan dibutuhkan juga
kemampuan dalam SQL, DHTML/JavaScript, database, ekspresi,
kompilasi dan scripting.







BAB III
PERENCANAAN DAN PENGUKURAN

3.1 PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan dan metode
pengukuran pada jaringan operator 3G(UMTS) yang terdiri atas tiga
operator antara lain Telkomsel, Indosat dan Excelcomindo di area
Surabaya. Adapun tahapannya meliputi penentuan rute pengukuran
(drivetest), macam-macam alat drivetest dan cara pengaturan, serta
skenario dan prosedur pengukuran.

3.2 PERENCANAAN WAKTU DAN RUTE PENGUKURAN
Sebelum melakukan drivetest, kita harus merencanakan lokasi
wilayah yang akan dilewati.
Survey Lokasi
BTS



Pemilihan Rute
Pengukuran



Drive Test



Pengolahan Data



Mapping Data



MapServer

Gambar 3.1 Blok diagram sistem






25





26


3.2.1 WAKTU PENGUKURAN
Pengukuran dilakukan selama bulan nopember 2009 sampai
dengan bulan maret 2010.

3.2.2 LOKASI PENGUKURAN
Adapun lokasi yang akan dijadikan sample pengukuran adalah
meliputi daerah daerah surabaya yang sudah tercakup oleh jaringan
3G/UMTS dari ketiga operator, yang dibagi menjadi 5 bagian yaitu
Surabaya Tengah, timut, utara, selatan dan barat.

3.2.3 RUTE PENGUKURAN
Rute pengukuran meliputi meliputi daerah surabaya yang sudah
mendukung jaringan 3G/UMTS dari tiga operator besar yaitu
Telkomsel, Indosat dan Exelcomindo, mencakup daerah Surabaya Barat,
Timur, Utara, Selatan dan Tengah.
Pada gambar 3.2 menunjukkan rute daerah pengukuran Surabaya
Tengah, merupakan daerah yang paling pada di Surabaya. Didaerah ini
banyak gedung-gedung tinggi. Seperti Tunjugan Plasa, Plasa Surabaya,
dll.






















Gambar 3.2 Rute pengukuran Surabaya Tengah







27


Pada gambar 3.3 menunjukkan daerah/rute pengukuran daerah
Surabaya Timur meliputi daerah Kampus ITS, Sukolilo, Klampis,
Ngagel dan daerah-daerah sekitarnya.

















Gambar 3.3 Rute pengukuran Surabaya Timur

Pada gambar 3.3 menunjukkan daerah/rute pengukuran daerah
Surabaya Utara meliputi daerah Perak, Tambaksari, Ampel, Semampir
dan daerah-daerah sekitar yang ada di Surabaya Utara.

















Gambar 3.4 Rute pengukuran Surabaya Utara







28


Pada gambar 3.5 menunjukkan daerah/rute pengukuran daerah
Surabaya Selatan meliputi daerah Waru, Wonokromo, dan daerah
sekitarnya.

















Gambar 3.5 Rute pengukuran Surabaya Selatan

Pada gambar 3.6 menunjukkan daerah/rute pengukuran daerah
Surabaya Barat meliputi daerah Tandes, Lontar, Simomulyo, dan daerah
sekitarnya.

















Gambar 3.6 Rute pengukuran Surabaya Barat





29


3.2.4 LOKASI BTS
Data lokasi dan spesifikasi BTS yang telah diperoleh dari
operator dirubah dalam bentuk peta(bentuk BTS dalam peta digital). Hal
ini perlu dilakukan agar dapat diketahui proses apa saja yang terjadi
pada saat dilakukan drive test (semisal proses handoff, BTS mana yang
melayani, dll). Perangkat lunak yang dipakai dalam mengkonversi data
ke peta digital yaitu MCOM buatan Ericsson, disini versi yang dipakai
adalah MCOM 4.2. langkah-langkah adalah sebagai berikut:
1. Siapkan data yang berupa site data, carrier dan naighbour suatu
Operator harus dalam format *.txt, jika masih dalam format excel
rubah ke bentuk *.txt.

Tabel 3.1 Data site BTS operator XL







30


2. buka perangkat lunak MCOM, yaitu dengan klik Start > All
Programs > MCOM 4.2 > MCOM 4.2.
3. Buat project baru dengan meng-klik File > New Project. Kemudian
isi network bagian Network dan Country setan pilih Network
System ke GSM. Kemudian klik OK.













Gambar 3.7 Membuat project baru di MCOM 4.2

4. Pilih Tab Cell-Planning > Import Wizard. Kemudian pilih
MCOM200/1 GSM Data Text File > Next.
5. Arahkan kelokasi masing-masing file site data, carrier dan
naighbour. Jika sudah benar klik Next > Finish.














Gambar 3.8 Mengarahkan ke data lokasi dan spesifikasi BTS

6. Jika proses benar ditunjukkan seperti gambar 3.5.





31




















Gambar 3.9 Hasil konversi data BTS ke dalam bentuk peta digital

3.3 ALAT DAN BAHAN DRI VE TEST
3.3.1 GLOBAL POSI TI ONI NG SYSTEM (GPS)
GPS digunakan untuk tracking sehingga akan diketahui posisi
pengambilan data sepanjang pengukuran drivetest. Adapun merk GPS
yang digunakan adalah Garmin.

3.3.2 PC PORTABLE / LAPTOP
PC portable digunakan sebagai alat monitoring parameter hasil
drive test secara visual. PC portable yang dilengkapi dengan software
TEMS Investigation untuk mengambil dan mengolah data.

3.3.3 HANDSET (MOBILE STATION) DAN SI M CARD
Handset yang digunakan adalah yang sudah mendukung operator
3G(UMTS) yaitu K800i, sebagai terminal untuk uploud dan download
ataupun untuk mengukur kekuatan sinyal yang diterima oleh pelanggan.
Selain itu perlu juga disiapkan sim card ketiga operator tersebut yaitu
Axis, Indosat, dan Excelcomindo.







32

















Gambar 3.10 Handset SE k800i

3.3.4 PERANGKAT LUNAK
Software penunjang yang digunakan dalam melakukan drivetest
adalah tems investigation 8.1.3 dan mapinfo professional 10.

3.3.5 KABEL DATA
Kabel data digunakan sebagai penghubung antara handshet
dengan laptop dan penghubung antara GPS dan laptop.

3.3.6

DONGLE HASP
HASP4 adalah gabungan proteksi antara hardware key (dongle)
dan software yang biasanya sudah terintegrasi dengan aplikasi.
software yang terintegrasi dengan aplikasi(seperti TEMS
Investigation) secara periodik akan memeriksa apakah hardware key
tersebut valid atau tidak, jika tidak valid software tidak akan berjalan
sempurna. Tujuan dari dongle adalah menggantikan serial number dan
hanya komputer yang terpasang dongle yang bisa menggunakan aplikasi
tersebut.







Gambar 3.11 Bentuk fisik dongle HASP





33



3.3.7 INVERTER DC KE AC
Inverter digunakan sebagai alat catu daya perangkat drivetest,
dimana fungsinya untuk mengubah tegangan DC dari mobil menjadi
tegangan AC. Inti dari inverter ini adalah untuk memeberikan tenaga
listrik untuklaptop dan handshet.




















Gambar 3.12 Inverter DC ke AC



3.4 PENGAMBILAN DATA(PENGUKURAN)
3.4.1 METODE PENGAMBILAN DATA
Metode pengambilan data dengan membandingkan 3 operator
(Telkomsel, Indosat dan Excelcomindo) dengan rute yang sama dan data
yang diambil juga sama. Teknik pengambilan data menggunakan mode
normal (bisa menerima jaringan 3G dan GSM) dan penguncian/lock
jaringan (hanya menerima jaringan 3G). Pengambilan data hanya untuk
voice dengan melakukan panggilan berulang-ulang. Untuk mendapatkan
nilai RSCP, EcNo, Speech Quality Index (SQI), Call Setup Success
Ratio, Call Drop Ratio, Successfull Call Ratio, Call Congestion Ratio,
dan Handover Success Ratio.





34


3.4.2 PROSES DRI VE TEST
Pertama-tama kita hubungkan handset, GPS, dan dongle
(semacam kunci agar software tems investigation 8.1.3 tersebut bias
digunakan) dengan laptop. Kemudian kita aktifkan software TEMS
Investigation untuk memulai pengukuran.



















Gambar 3.13 Instalasi peralatan untuk drive test

Proses drivetest sesuai dengan gambar 3.14, disesuikan dengan
rute jalan yang ditempuh.





35



Start

gagal
Koneksi GPS dan
Ms ke laptop

berhasil

Buka Tems Investigation

gagal


Aktifkan COM

Identifikasi equipment



Connect all


berhasil
Cek status MS dan GPS


Start Recording

Download data / video call


Drive Test
ya
Stop Record

Save record


Pengamatan
baru

tidak
Tutup tems


end

Gambar 3.14 Flowchat pengukuran data







36




















Gambar 3.15 Proses drive test menggunakan perangkat lunak TEMS
Iinvestigation














Gambar 3.16 Grafik respons MS

3.5 PENGOLAHAN DATA
Pengolahan data hasil pengukuran pada TEMS investigation
dapat dilakukan dalam dua cara yaitu dalam bentuk grafik
(menggunakan fungsi report generator) dan dalam bentuk peta
(menggunakan fungsi export), hasil yang diperoleh dari proses export
kemudian diproses dalam mapinfo untuk pembuatan peta digital agar





37


dapat dikenali di mapserver(hasil berekstensi *.tab)dan pengaturan skala
dari masing-masing parameter pengukuran.

3.5.1 DALAM BENTUK GRAFIK
Langkah-langkah dalam mengolah hasil pengukuran dalam
bentuk grafik adalah sebagai berikut:
1. Buka perangkat lunak TEMS Investigation. Klik Start > All
Programs > Tems Product > TEMS Investigation 8.1.3 Data
Collection.
2. Pilih tab Logfile > Report Generator. Kemudian pilih Add,
Masukkan data dari hasil pengukuran (data berformat *.log)

















Gambar 3.17 add file yang akan digenered dalam bentuk grafik

3. Klik Properties untuk memilih parameter-paramer voice 3G/UMTS
yang akan diamati. Parameter yang diamati antara lain :
- AS Cell Name
- SAN CPICH Ec/No
- SAN CPICH RSCP
- SQI
- SAN Cell Id
- Latitude
- Longitude









38

















Gambar 3.18 pemilihan parameter 3G/UMTS yang akan diamati


3.5.2 DALAM BENTUK PETA DIGITAL
Sebelum pemrosesan data di mapinfo, terlebih dahulu kita rubah
file dalam ekstensi logfile kedalam bentuk peta(*.tab) dalam perangkat
lunak TEMS Investigation. Langkah-langkah proses ini sebagai berikut:
1. Klik tab Logfile > Export Logfile pada perangkat lunak TEMS
Investigation.
2. Selajutnya klik Add Order .
3. pilih output dalam format Mapinfo Tab-File.














Gambar 3.19 menetukan output yang dalam bentuk *.tab









39


4. klik Setup untuk memilih parameter-parameter 3G(UMTS) yang
akan dijadikan dalam bentuk peta(*.tab). Parameter-parameter antara
lain:

- AS Cell Name
- SAN CPICH Ec/No
- SAN CPICH RSCP
- SQI
- SAN Cell Id
- Latitude
- Longitude
5. Mengatur output di tab Option seperti gambar dibawah ini:













Gambar 3.20 pengaturan output
6. Simpan hasil pengaturan dalam ekstesi *.mex.
7. Tentukan letak output direktori.
8. Klik Start Prosess untu memulai konversi.





Gambar 3.21 eksport logfile

9. Ada empat file outputnya, jika proses berjalan dengan benar.







40









Gambar 3.22 hasil export logfile

10. Langkah selanjut dilakukan dengan perangkat lunak mapinfo.
Dengan menbuka file hasil pemrosesan di TEMS Investigation tadi.

Tabel 3.2 hasil pengukuran operator XL



















Setelah proses di TEMS Investigation selesai dilanjutkan meng-
gunakan mapinfo untuk memperoleh parameter-parameter dalam bentuk
peta yang dilambangkan dengan warna. Misal data yang di proses adalah
data RSCP (Received Signal Code Power), langkah-langkah adalah
sebagai berikut:
1. Buka perangkat lunak mapinfo.
2. Buka data yang akan diproses, file berupa *.tab.







41

















Gambar 3.23 menentukan letak file yang akan diproses

3. Buat thematic map dengan cara klik tab Map > Create Thematic
map. Pilih type Range > Point Range, Sequintaal HSV . Klik Next















Gamabar 3.24 Pemilihan tipe thematic map
4. Pemilihan field atau data yang akan diproses (misalkan field RSCP).







42













Gambar 3.25 Pemilihan data yang akan diproses

5. Langkah selanjurnya adalah menetukan range untuk RSCP sesuai
dengan teori.

















Gambar 3.26 range untuk RSCP

6. data yang berupa tabel berubah menjadi bentuk map seperti gambar
3.27.





43































Gambar 3.27 contoh hasil pengolahan di mapinfo (RSCP)

Hasil dari pengolahan di mapinfo yang sudah berupa map
kemudian di tampilkan dalam mapserver.

3.6 PEMBUATAN MAPSERVER
MS4W adalah paket instalasi mapserver pada platform Microsoft
Windows. Proses instalasi mapserver cukup rumit karena melibatkan
banyak komponen yang harus terintegrasi. Untunglah, pada platform
Windows tersedia bundel MS4W, yang dibuat oleh DM Solusion Group,
dan didistribusikan secara gratis. Paket tersebut sudah dkonfigurasi
sedemikian rupa untuk memudahkan proses instalasi mapserver, dengan
menyertakan komponen-komponen sebagai berikut:
- Web server Apache.





44


- PHP untuk Pemrograman.
- Mapserver, baik sebagai program CGI maupun sebagai ekstesi
PHP.
- MapLab, alat bantu visual yang dapat digunakan untuk menysun
file konfigurasi mapserver.
- Chameleon, framework yang dapat menangani tampilan dan
interaksi user dengan aplikasi mapserver.

Rilis terakhir dari MS4W dapat didownload dari situs
http://www.maptool.org.

3.6.1 INSTALASI MS4W(MAPSERVER FOR WINDOWS)
Proses instalasi MS4W tidak menggunakan program instalsi
khusus, melainkan hanyak menyalin file-file terkomprosi ke harddisk.
Langkah-langkah instalasi MS4W seperti langkah dibawah ini:
1. Persiapkan program kompresi, bisa menggunakan winzip atau
winrar.
2. Ekstrak file-file ke direktori C:, pada root direktori.














Gambar 3.28 direktori instalasi MS4W

3. Ekstrasi modul-modul

pengukung

MS4W lain seperti
chameleon,gmap,maplab didirektori C:\ms4w\apps.
4. Untuk memeriksa hasil instalasi MS4W, jalankan batch file
C:\ms4w\apache\apache-install,bat. Untuk memeriksa keberadaan
servis tersebut, jalankan service manager (Start > Control Panel >
Administrative Tools > Services).







45



















Gambar 3.29 service apache web server

5. Selanjutnya , pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara browsing
menggunakan web browser. Ketikkan alamat http://localhost/, akan
muncul tampilan berikut jika benar.



















Gambar 3.30 tampilan web MS4W





46


3.6.2 INSTALASI PHP/MAPSCRIPT
Untuk mengaktifkan PHP/Mapscript sebagai ekstensi PHP,
lakukan langkah-langkah berikut:
1. Edit file C:\ms4w\cgi-bin\php.ini. tambahkan baris ini dibawah baris
yang berisi string ;Dynamic Extensions: (tanpa tanda petik);
Enxtesion=php_mapscript_44.dll
2. Restart service apache.
3. Untuk memeriksa instalasi PHP/Mapscript, baut skrip PHP dengan
isi dibawah ini:
<?php
Echo ms_GetVersion();
?>


4. Simpan skrip tadi pada direktori C:\ms4w\Apache\htdocs, dengan
nama msinfo.php, kemudian ketik URL http://localhost/msinfo.php.
tampian URL tersebut dapat dilihat pada 3.27 jika php script sudah
berjalan.

















Gambar 3.31 tampilan versi PHP/Mapscript





47
















Gambar 3.32 hasil sementara pembuatan mapserver



48























Halaman ini sengaja dikosongkan
Event Excelcomindo Telkomsel Indosat
Bloked call 0 0 1
Call Established 25 29 27
Call Attempt 25 29 28
Call Attempt Entry 2 0 3








BAB IV
PENGUJIAN DAN ANALISA

4.1 PENDAHULUAN
Data-data pada suatu kegiatan benchmarking pada jaringan
3G/UMTS tidak pernah terlepas dari parameter-parameter seperti Call
Event, RSCP, Ec/No, dan Speech Quality Index (SQI). Pada bab ini akan
dibahas hasil analisa data yang meliputi data coverage plot RSCP,
coverage plot Ec/No, dan Coverage plot SQI hasil pengukuran pada
ketiga operator 3G/UMTS antara lain : Excelcomindo, Telkomsel san
Indosat.

4.2 PARAMETER PENGUKURAN
Adapun parameter pengukuran pada analisa data yang akan
digunakan meliputi Call Event, RSCP, Ec/No, dan SQI.

4.3 DATA PENGUKURAN
Pada data pengukuran ini meliputi pengukuran data call event,
RSCP, Ec/No, dan SQI dengan menggunakan metode normal (bisa
menerima jaringan 2G dan 3G) dan lock jaringan 3G/UMTS (hanya
menerima jaringan 3G).

4.3.1 DATA CALL EVENT
Normal (menerima jaringan 2G dan 3G)
Pada tabel 4.1 dibawah merupakan call event yang terjadi pada
proses drive test di area Surabaya Tengah dengan metode normal (bisa
menerima jaringan 2G dan 3G), dimana pada operator Excelcomindo
tidak terjadi blocked call dan dropped call dari 25 panggilan, pada
operator Telkomsel terjadi 3 panggilan dropped call dari 29 kali
panggilan, sedangkan pada operator Indosat terjadi sekali blocked call
dan sekali dropped call dari 27 panggilan.
Tabel 4.1 Call event Surabaya Tengah pada jaringan normal










49
Event Excelcomindo Telkomsel Indosat
Bloked call 0 0 0
Call Established 16 16 17
Call Attempt 16 16 17
Call Attempt Entry 0 0 0
Call End 12 12 17
Call Setup 16 16 17
Dropped Call 1 1 2
Handover Intracell 8 78 20
Handover 343 197 190
Handover failure 3 1 0

Call End 24 25 25
Call Setup 25 29 27
Dropped Call 0 3 1
Handover Intracell 13 48 13
Handover 301 122 232
Handover failure 12 2 2




50











Pada tabel 4.2 dibawah merupakan call event yang terjadi pada
proses drive test di area Surabaya timur dengan metode normal (bisa
menerima jaringan 2G dan 3G), dimana pada operator Excelcomindo
tidak terjadi blocked call dan sekali terjadi dropped call dari 16
panggilan, pada operator Telkomsel terjadi 1 panggilan dropped call
dari 16 kali panggilan, sedangkan pada operator Indosat terjadi sekali
dropped call dari 17 panggilan.

Tabel 4.2 Call event Surabaya Timur pada jaringan normal















Pada tabel 4.3 dibawah merupakan call event yang terjadi pada
proses drive test di area Surabaya utara dengan metode normal (bisa
menerima jaringan 2G dan 3G), dimana pada operator Excelcomindo
terjadi sekali blocked call dan sekali dropped call, dari 84 panggilan,
pada operator Telkomsel terjadi satu panggilan dropped call dari 95 kali
panggilan, sedangkan pada operator Indosat terjadi 4 kali blocked call
dan 2 kali dropped call dari 88 panggilan.

Event Excelcomindo Telkomsel Indosat
Bloked call 1 0 4
Call Established 82 94 83
Call Attempt 88 97 106
Call Attempt Entry 0 1 3
Call End 81 90 97
Call Setup 84 95 88
Dropped Call 1 1 2
Handover Intracell 13 40 18
Handover 152 134 197
Handover failure 1 3 0

Event Excelcomindo Telkomsel Indosat
Bloked call 0 1 1
Call Established 9 8 10
Call Attempt 9 12 11
Call Attempt Entry 0 0 6
Call End 7 5 6
Call Setup 9 8 11
Dropped Call 1 5 3
Handover Intracell 11 160 14
Handover 384 395 408
Handover failure 4 7 2




51



Tabel 4.3 Call event Surabaya Utara pada jaringan normal















Pada tabel 4.4 dibawah merupakan call event yang terjadi pada
proses drive test di area Surabaya selatan dengan metode normal (bisa
menerima jaringan 2G dan 3G), dimana pada operator Excelcomindo
terjadi sekali dropped call dari 84 panggilan, pada operator Telkomsel
terjadi sekali bloked call dan 5 panggilan dropped call dari 8 kali
panggilan, sedangkan pada operator Indosat terjadi 1 kali blocked call
dan 3 kali dropped call dari 11 panggilan.

Tabel 4.4 Call event Surabaya Selatan pada jaringan normal

Event Excelcomindo Telkomsel Indosat
Bloked call 0 0 0
Call Established 22 21 23
Call Attempt 22 21 23
Call Attempt Entry 0 0 0
Call End 22 21 19
Call Setup 22 21 23
Dropped Call 0 0 3
Handover Intracell 0 29 13
Handover 326 133 210
Handover failure 3 1 1

Event Excelcomindo Telkomsel Indosat
Bloked call 15 3 4
Call Established 101 155 108
Call Attempt 119 165 115
Call Attempt Entry 62 6 5
Call End 103 157 103




52


Pada tabel 4.5 dibawah merupakan call event yang terjadi pada
proses drive test di area Surabaya barat dengan metode normal (bisa
menerima jaringan 2G dan 3G), dimana pada operator Excelcomindo 22
panggilan dilakukan secara sukses, pada operator Telkomsel juga sama
tidak ada bloked call dan dropped call dari 21 kali panggilan, sedangkan
pada operator Indosat terjadi 3 kali dropped call dari 23 panggilan.

Tabel 4.5 Call event Surabaya Barat pada jaringan normal















Lock (hanya menerima jaringan 3G/UMTS)
Pada tabel 4.6 dibawah merupakan call event yang terjadi pada
proses drive test di area Surabaya Tengah dengan metode lock (hanya
menerima jaringa 3G/UMTS), dimana pada operator Excelcomindo
terjadi 15 blocked call dan sekali dropped call dari 101 panggilan, pada
operator Telkomsel terjadi 3 panggilan bloked dan 4 kali dropped call
dari 156 kali panggilan, sedangkan pada operator Indosat terjadi 4 kali
blocked call dan 8 kali dropped call dari 110 panggilan.

Tabel 4.6 Call event Surabaya Tengah pada jaringan 3G/UMTS

Event Excelcomindo Telkomsel Indosat
Bloked call 0 2 0
Call Established 65 69 64
Call Attempt 65 71 70
Call Attempt Entry 1 11 2
Call End 65 67 70
Call Setup 65 69 64
Dropped Call 0 2 0
Handover Intracell 18 58 30
Handover 340 190 180
Handover failure 3 1 2

Call Setup 101 156 110
Dropped Call 1 4 8
Handover Intracell 23 48 21
Handover 201 122 232
Handover failure 5 3 3




53










Pada tabel 4.7 dibawah merupakan call event yang terjadi pada
proses drive test di area Surabaya timur dengan metode lock (hanya
menerima jaringa 3G/UMTS), dimana pada operator Excelcomindo
tidak terjadi blocked call dan dropped call dari 65 panggilan, pada
operator Telkomsel terjadi 2 bloked call dan 2 dropped call dari 69 kali
panggilan, sedangkan pada operator Indosat tidak terjadi bloked call dan
dropped call dari 64 panggilan.

Tabel 4.7 Call event Surabaya Timur pada jaringan 3G/UMTS















Pada tabel 4.8 dibawah merupakan call event yang terjadi pada
proses drive test di area Surabaya utara dengan metode lock (hanya
menerima jaringa 3G/UMTS), dimana pada operator Excelcomindo
tidak terjadi blocked call dan dropped call dari 97 panggilan, pada
operator Telkomsel terjadi 5 panggilan bloked call dan sekali dropped
call dari 91 kali panggilan, sedangkan pada operator Indosat terjadi 6
kali blocked call dan 3 kali dropped call dari 96 panggilan.

Event Excelcomindo Telkomsel Indosat
Bloked call 0 5 6
Call Established 93 89 93
Call Attempt 97 96 105
Call Attempt Entry 14 11 6
Call End 97 89 96
Call Setup 97 91 96
Dropped Call 0 1 3
Handover Intracell 13 9 20
Handover 150 134 190
Handover failure 4 5 8

Event Excelcomindo Telkomsel Indosat
Bloked call 2 0 0
Call Established 86 89 91
Call Attempt 90 93 95
Call Attempt Entry 18 12 10
Call End 88 93 91
Call Setup 87 90 92
Dropped Call 0 0 3
Handover Intracell 15 60 34
Handover 380 385 308
Handover failure 1 0 3




54


Tabel 4.8 Call event Surabaya Utara pada jaringan 3G/UMTS















Pada tabel 4.9 dibawah merupakan call event yang terjadi pada
proses drive test di area Surabaya utara dengan metode lock (hanya
menerima jaringa 3G/UMTS), dimana pada operator Excelcomindo
terjadi 2 kali blocked call dari 87 panggilan, pada operator Telkomsel
tidak terjadi bloked call dan dropped call dari 90 kali panggilan,
sedangkan pada operator Indosat terjadi 3 kali dropped call dari 92
panggilan.

Tabel 4.9 Call event Surabaya Selatan pada jaringan 3G/UMTS















Pada tabel 4.10 dibawah merupakan call event yang terjadi pada
proses drive test di area Surabaya utara dengan metode lock (hanya

Event Excelcomindo Telkomsel Indosat
Bloked call 3 1 2
Call Established 107 115 103
Call Attempt 113 117 109
Call Attempt Entry 10 8 4
Call End 108 112 99
Call Setup 107 116 104
Dropped Call 1 4 7
Handover Intracell 10 29 13
Handover 326 133 210
Handover failure 3 1 1




55


menerima jaringa 3G/UMTS), dimana pada operator Excelcomindo
terjadi 3 kali bloked call dan sekali dropped call dari 107 panggilan,
pada operator Telkomsel juga terjadi sekali bloked call dan 4 kali
dropped call dari 116 kali panggilan, sedangkan pada operator Indosat
terjadi 2 kali blocked call dan 7 kali dropped call dari 104 panggilan.

Tabel 4.10 Call event Surabaya Barat pada jaringan 3G/UMTS















4.3.2 DATA RSCP
Pada gambar coverage plot RSCP terdapat 4 indikator warna
yang mana setiap warna mempresentasikan nilai level sinyal yang
diterima oleh mobile station selama proses drive test. Adapun keempat
indikator warna tesebut:

Hijau tua
Hijau
Kuning
merah

Bernilai -85 dBm s/d 0 dBm
Bernilai -98 dBm s/d -85 dBm
Bernilai -108 dBm s/d -98 dBm
Bernilai -120 dBm s/d -108 dBm

Pada gambar 4.1 dibawah merupakan salah satu contoh coverage
plot dari hasil pengukuran RSCP pada daearah Surabaya Tengah dengan
metode lock (hanya menerima jaringan 3G/UMTS) untuk operator
Excelcomindo. Dari coverage plot tersebut dapat diketahui bahwa level
sinyal yang diterima oleh MS hampir didominasi oleh gambar hijau tua
dan hijau, meski ada sedikit warna kuning dan merah dibeberapa titik.
Selanjutnya untuk data plot coverage area lainnya terlampir.





56

































Gambar 4.1 RSCP Excelcomindo, Surabaya Tengah, metode lock

Dari coverage plot diatas di diatas didapatkan data RSCP seperti
pada tabel 4.11, dimana RSCP dengan indikator warna hijau tua
memiliki prosentase sebesar 57%, warna hijau sebesar 36%, warna
kuning sebesar 6%, dan warna merah 1%. Sehingga dapat dikatakan
bahwa level sinyal (RSCP) Excelcomindo yang diterima oleh MS di
area Surabaya Tengah dengan hanya menerima sinyal 3G/UMTS sangat
baik.
RSCP(SUB) Legent - Excelcomindo
Color Range (dBm) %
Bernilai -85 dBm s/d 0 dBm 57
Bernilai -98 dBm s/d -85 dBm 36
Bernilai -108 dBm s/d -98 dBm 6
Bernilai -120 dBm s/d -108 dBm 1
total 100




57


Tabel 4.11 RSCP Excelcomindo, Surabaya Tengah, metode lock












4.3.3 DATA ECNO
Analisa pada coverage area meliputi seluruh daerah Surabaya
yang dibagi menjadi 4 bagian daerah yaitu Surabaya Tengah, timur,
selatan, utara dan barat dengan menggunakan metode normal dan lock.
Pada gambar coverage plot EcNo terdapat 4 indikator warna
yang mana setiap warna mempresentasikan nilai level kualitas sinyal
yang diterima oleh mobile station selama proses drive test. Adapun
keempat indikator warna tesebut:


Hijau tua
Hijau
Kuning
merah


Bernilai -6 dB s/d 0 dB
Bernilai -11 dB s/d -6 dB
Bernilai -16 dB s/d -11 dB
Bernilai -20 dB s/d -16 dB

Pada gambar 4.2 dibawah merupakan salah satu contoh coverage
plot dari hasil pengukuran EcNo pada daearah Surabaya Tengah dengan
metode lock (hanya menerima jaringan 3G/UMTS) untuk operator
Excelcomindo. Dari coverage plot tersebut dapat diketahui bahwa level
sinyal yang diterima oleh MS hampir didominasi oleh gambar hijau dan
hijau tua, meski ada sedikit warna kuning dan merah dibeberapa titik.
Selanjutnya untuk data plot coverage area lainnya terlampir.





58






























Gambar 4.2 EcNo Excelcomindo, Surabaya Tengah, metode lock

Dari coverage plot diatas di diatas didapatkan data EcNo seperti
pada tabel 4.12, dimana EcNo dengan indikator warna hijau tua
memiliki prosentase sebesar 41%, warna hijau sebesar 48%, warna
kuning sebesar 9%, dan warna merah 2%. Sehingga dapat dikatakan
bahwa level kualitas sinyal (EcNo) Excelcomindo yang diterima oleh
MS di area Surabaya Tengah dengan hanya menerima sinyal 3G/UMTS
sangat baik.
RSCP(SUB) Legent - Excelcomindo
Color Range (dBm) %
Bernilai -6 dBm s/d 0 dBm 41
Bernilai -11 dBm s/d -6 dBm 48
Bernilai -16 dBm s/d -11 dBm 9
Bernilai -20 dBm s/d -16 dBm 2
total 100




59


Tabel 4.12 EcNo Excelcomindo, Surabaya Tengah, metode lock











4.3.4 DATA SQI
Analisa pada coverage area meliputi seluruh daerah Surabaya
yang dibagi menjadi 5 bagian daerah yaitu Surabaya Tengah, timur,
selatan, utara dan barat dengan menggunakan metode normal dan lock.
Pada gambar coverage plot SQI terdapat 3 indikator warna yang
mana setiap warna mempresentasikan nilai indeks kualitas suara yang
didengar oleh alat pendengaran manusia selama proses drive test. Maka
semakin tinggi nilai indeks maka SQI semakin bagus. Adapun ketiga
indikator tersebut adalah :


Hijau
Kuning
merah


Bernilai 18 s/d 30
Bernilai 0 s/d 18
Bernilai -20 s/d 0

Pada gambar 4.3 dibawah merupakan salah satu contoh coverage
plot dari hasil pengukuran SQI pada daearah Surabaya Tengah dengan
metode lock (hanya menerima jaringan 3G/UMTS) untuk operator
Excelcomindo. Dari coverage plot tersebut dapat diketahui bahwa level
sinyal yang diterima oleh MS hampir didominasi oleh gambar merah
dan hijau, meski ada sedikit warna kuning dibeberapa titik. Selanjutnya
untuk data plot coverage area lainnya terlampir.


RSCP(SUB) Legent - Excelcomindo
Color Range (dBm) %
Bernilai 18 s/d 30 54
Bernilai 0 s/d 18 10
Bernilai -20 s/d 0 45
total 100




60



























Gambar 4.3 SQI Excelcomindo, Surabaya Tengah, metode lock

Dari coverage plot diatas di diatas didapatkan data SQI seperti
pada tabel 4.13, dimana SQI dengan indikator warna hijau sebesar 45%,
warna kuning sebesar 10%, dan warna merah 45%. Sehingga dapat
dikatakan bahwa level kualitas suara Excelcomindo yang diterima oleh
MS di area Surabaya Tengah dengan hanya menerima sinyal 3G/UMTS
dibeberapa titik sangat baik dan di titik lain sangat buruk.

Tabel 4.13 SQI Excelcomindo, Surabaya Tengah, metode lock





61



4.4 ANALISA DATA PENGUKURAN
Pada analisa data berikutnya adalah perbandingan hasil call
sequence, RSCP, EcNo, dan SQI dari ketiga operator.

4.4.1 CALL SEQUENCE
Untuk perbandingan hasil data call sequence ini meliputi call
setup success ratio (CSSR), call drop ratio, successful call, call
congestion ratio dan Handover success ratio.

4.4.1.1 CALL SETUP SUCCESS RATIO (CSSR)
Call Setup Success Rate (CSSR), merupakan standarisasi
prosentase tingkat keberhasilan panggilan oleh kesediaan kanal suara
yang sudah dialokasikan untuk mengetahui kesuksesan panggilan
tersebut, maka ditandai dengan tone saat terkoneksi dengan ponsel
lawan bicara. Standard penilaian akan terketahui jika angka menuju >
95% maka berpredikat Excelent, 90 95% Good, 80-90% fair, dan jika
<80% maka digolongkan poor atau buruk sekali.
Pada perhitungan Call Setup Success Ratio ini menggunakan
rumus seperti pada persamaan (1). Setelah dilakukan perhitungan CSSR
sidapatkan hasil perbandingan gambar 4.4, dimana prosentase CSSR
bila menggunakan jaringan normal (dapat menerima jaringan 2G dan
3G), dimana operator Indosat memiliki prosentase keseluruhan yang
sangat baik diikuti oleh Excelcomindo. Sedangkan operator Telkomsel
memiliki prosentase keseluruhan yang kurang baik atau poor terutama di
daerah Surabaya selatan yang hanya memiliki prosentase kurang dari
85%.













Gambar 4.4 Prosentase CSSR, normal jaringan





62



Selanjutnya ketika dilakukan menggunakan metode lock jaringan
(hanya menerima jaringan 3G/UMTS) ditunjukkan gambar 4.5,
prosentase CSSR menunjukkan nilai yang baik. Hanya pada operator
Excelcomindo pada daerah Surabaya Tengah memiliki nilai yang redah
tetapi masih dapat di toleransi yaitu dalam golongan fair.


















Gambar 4.5 Prosentase CSSR, lock jaringan

Kualitas CSSR terburuk dari operator XL terjadi karena pada
BTS 15391 yang ada di daerah Surabaya Tengah ini. Proses handover
intracell antar sektor 1:147 dan 2:155 tidak bisa terjadi, MS yang
seharusnya dilayani oleh sektor 2:155 malah dilayani oleh sektor 1:147
yang tidak tepat menghadap lurus pada MS. Seperti yang terlihat pada
gambar 4.6





63



























Gambar 4.6 Proses Kegagalan Handover pada BTS XL 15391

4.4.1.2 CALL DROP RATIO
Pada perhitungan call drop ratio ini menggunakan rumus seperti
pada persamaan (2). Setelah dilakukan perhitungan call drop ratio
didapatkan hasil perbandingan gambar 4.7, dimana prosentase call drop
ratio bila menggunakan jaringan normal (dapat menerima jaringan 2G
dan 3G), dimana pada daerah Surabaya selatan hampir keseluruhan
operator memiliki prosentase yang buruk terlebih operator Telkomsel
call drop rationya melebihi 50% yaitu 62,5%. Lebih dari separuh
panggilan mengalami drop call.







64


















Gambar 4.7 Prosentase call drop, normal jaringan

Selanjutnya ketika dilakukan menggunakan metode lock jaringan
(hanya menerima jaringan 3G/UMTS) ditunjukkan oleh gambar 4.8,
prosentase call drop ratio menunjukkan nilai yang baik. Terutama pada
operator Exelcomindo hampir diseluruh daerah di Surabaya. Seangkan
nilai prosentase call drop ratio paling tinggi ditunjukkan oleh operator
Indosat didaerah Surabaya Tengah dan barat sebesar 7,27% dan 6,7%.


















Gambar 4.8 Prosentase call drop, lock jaringan





65


4.4.1.3 SUCCESSFUL CALL RATIO
Pada perhitungan successful call ratio ini menggunakan rumus
seperti pada persamaan (3). Setelah dilakukan perhitungan successfull
call ratio didapatkan hasil perbandingan seperti gambar 4.9, dimana
prosentase successful call ratio bila menggunakan jaringan normal
(dapat menerima jaringan 2G dan 3G), dimana pada daerah Surabaya
selatan pada operator telkomsel memiliki prosentase successful call ratio
paling kecil yaitu 25%, sedangkan operator Excelcomindo memiliki
prosentase yang paling stabil dari ketiga operator.
















Gambar 4.9 Prosentase successful call, normal jaringan

Selanjutnya ketika dilakukan menggunakan metode lock jaringan
(hanya menerima jaringan 3G/UMTS) ditunjukkan oleh gambar 4.10,
prosentase successful call ratio menunjukkan nilai yang baik dari ketiga
operator. Terutama pada operator Exelcomindo di Surabaya timur yang
memiliki prosentase 100% tetapi pada daerah Surabaya Tengah
memiliki prosentase yang paling kecil. Sedangkan operator Telkomsel
memiliki successful ratio yang paling stabil diatas 90%.
Pada operator XL di daerah Surabaya Tengah, nilai successful
ratio juga rendah , seperti halnya pada nilai CSSR hal ini disebabkan
karena kegagalan proses handover intracell pada BTS 15391 seperti
terlihat pada gambar 4.6.





66

















Gambar 4.10 Prosentase successful ratio, lock jaringan

4.4.1.4 CONGESTION RATIO
Pada perhitungan congestion ratio ini menggunakan rumus
seperti pada persamaan (4). Setelah dilakukan perhitungan congestion
ratio didapatkan hasil perbandingan seperti gambar 4.11, dimana
prosentase congestion ratio bila menggunakan jaringan normal (dapat
menerima jaringan 2G dan 3G). pada operator Excelcomindo memiliki
prosentase yang stabil yaitu dibawah 2% di seluruh daerah Surabaya,
sedangkan pada operator Telkomsel pada daerah Surabaya selatan
memiliki nilai yang rendah (8,3%), selajutnya pada operator Indosat
memiliki prosentase Congestion yang rendah yaitu pada Surabaya
Tengah (3,6%), utara(3,8%) dan selatan (9%), hanya pada Surabaya
timur dan barat memiliki prosentase yang baik yaitu 0%.







67
















Gambar 4.11 Prosentase congestion ratio, normal jaringan

Selanjutnya ketika dilakukan menggunakan metode lock jaringan
(hanya menerima jaringan 3G/UMTS) ditunjukkan oleh gambar 4.12,
prosentase congestion ratio menunjukkan nilai yang baik dari ketiga
operator. Hanya pada daerah Surabaya utara operator Telkomsel dan
indosat memiliki prosentase congestion ratio diatas 5% tepatnya
5,2%(Telkomsel) dan 5,7(indosat).
Pada operator XL di daerah Surabaya Tengah, nilai congestion
ratio juga rendah , seperti halnya pada nilai CSSR dan successful call
ratio hal ini disebabkan karena kegagalan proses handover intracell pada
BTS 15391 seperti terlihat pada gambar 4.6.
















Gambar 4.12 Prosentase congestion ratio, lock jaringan





68


4.4.1.5 HANDOVER SUCCESS RATIO
Pada perhitungan handover success ratio ini menggunakan
rumus seperti pada persamaan (5). Setelah dilakukan perhitungan
congestion ratio didapatkan hasil perbandingan seperti gambar 4.13,
dimana prosentase handover success ratio bila menggunakan jaringan
normal (dapat menerima jaringan 2G dan 3G). semua operator memiliki
nilai prosentase yang baik terutama operator indosat yang memiliki rata-
rata handover success ratio diatas 99%.


















Gambar 4.13 Prosentase handover success ratio, normal jaringan

Selanjutnya ketika dilakukan menggunakan metode lock jaringan
(hanya menerima jaringan 3G/UMTS) ditunjukkan gambar 4.14,
prosentase handover success ratio menunjukkan nilai yang baik dari
ketiga operator. Pada daerah Surabaya selatan dan barat memiliki nilai
handover success ratio 100%. Nilai terkecil dari handover success ratio
berada di daerah Surabaya utara operator Indosat yaitu 95,7%.







69

















Gambar 4.14 Prosentase handover success ratio, lock jaringan

4.4.2 RSCP (RECEIVED SIGNAL CODE POWER)
Analisa data RSCP ini bertujuan mengetahui nilai kekuatan
sinyal yang diterima oleh MS yang direpresentasikan sebagai (dBm),
sebagaimana dapat dibandingkan kekuatan sinyal dari ketiga operator
dalam 4 level kuat sinyal.
Seperti terlihat pada gambar 4.15, dari pengukuran yang
dilakukan di area Surabaya Tengah dengan metode normal, untuk range
-85 s/d 0 dBm, prosentase RSCP dari operator Indosat yang paling
tinggi sekitar 80%.















Gambar 4.15 Grafik prosentase RSCP Surabaya Tengah mode normal







70


Kemudian pada gambar 4.16, dari pengukuran yang dilakukan di
area Surabaya Tengah dengan metode lock, untuk range -85 s/d 0 dBm,
prosentase RSCP dari operator Telkomsel yang paling tinggi sekitar
68%.














Gambar 4.16 Grafik prosentase RSCP Surabaya Tengah mode lock

Untuk area Surabaya Timur, dari pengukuran yang dilakukan di
area tersebut dengan metode normal, didapatkan pada range -85 s/d 0
dBm, prosentase RSCP dari operator Excelcomindo yang paling tinggi
sekitar 81%, seperti terlihat pada gambar 4.17.
















Gambar 4.17 Grafik prosentase RSCP Surabaya Timur mode normal





71


Dengan mode lock seperti gambar grafik 4.18, didapatkan pada
range -85 s/d 0 dBm, prosentase RSCP dari operator Indosat yang paling
tinggi sekitar 65%.
















Gambar 4.18 Grafik prosentase RSCP Surabaya Timur mode lock

Pada operator Excelcomindo memiliki RSCP paling resah pada
rentang -85 dBm sampai dengan 0 dBm yang yaitu kurang dari 50%.
Salah satu penyebab adalah saat terjadi handover antara BTS 15441,
18561 dan 15961. Pada suatu titik yang seharusnya MS dilayani oleh
BTS 15441 sektor 1:76 malah dilayani oleh BTS 15961 sektor 1:436
yang lokasinya lebih jauh, hal inilah salah satu penyebab rendahnya nilai
RSCP. Seperti yang di tunjukkan oleh gambar dibawah ini.





72


























Gambar 4.19 Kegagalan Handover XL pada BTS 15441, 18561 dan
15961

Untuk area Surabaya Utara, dari pengukuran yang dilakukan di
area tersebut dengan metode normal, didapatkan pada range -85 s/d 0
dBm, prosentase RSCP dari operator Telkomsel yang paling tinggi
sekitar 68%, seperti terlihat pada gambar 4.20.







73

















Gambar 4.20 Grafik prosentase RSCP Surabaya Utara mode normal

Dengan mode lock seperti gambar 4.21, didapatkan pada range -
85 s/d 0 dBm, prosentase RSCP dari operator Excelcomindo yang paling
tinggi sekitar 64%.

















Gambar 4.21 Grafik prosentase RSCP Surabaya Utara mode lock

Untuk area Surabaya Selatan, dari pengukuran yang dilakukan di
area tersebut dengan metode normal, didapatkan pada range -85 s/d 0
dBm, prosentase RSCP dari operator Telkomsel yang paling tinggi
sekitar 96%, seperti terlihat pada gambar 4.22.







74

















Gambar 4.22 Grafik prosentase RSCP Surabaya Selatan mode normal

Dengan mode lock seperti gambar 4.23, didapatkan pada range
-85 s/d 0 dBm, prosentase RSCP dari operator Telkomsel yang paling
tinggi sekitar 40%.














Gambar 4.23 Grafik prosentase RSCP Surabaya Selatan mode lock

Untuk area Surabaya Barat, dari pengukuran yang dilakukan di
area tersebut dengan metode normal dan lock didapatkan pada range 85
s/d 0 dBm, prosentase RSCP dari operator Telkomsel yang paling tinggi
sekitar 75%, seperti terlihat pada gambar 4.24.







75

















Gambar 4.24 Grafik prosentase RSCP Surabaya Barat mode normal

Dengan mode lock seperti gambar 4.25, didapatkan pada range
-85 s/d 0 dBm, prosentase RSCP dari operator Telkomsel yang paling
tinggi sekitar 60%.














Gambar 4.25 Grafik prosentase RSCP Surabaya Barat mode lock

4.4.3 ECNO (ENERGI CARRIER PER NOISE)
Analisa data EcNo ini bertujuan mengetahui nilai SNR(signal-to-
noise-ratio) pada data yang diterima ponsel sebagaimana index SNR,
sebagaimana dapat dibandingkan nilai SNR dari ketiga operator dalam 4
range index SNR.







76


Seperti terlihat pada gambar 4.26, dari pengukuran yang
dilakukan di area Surabaya Tengah dengan metode normal, untuk range
-6 s/d 0 dB, prosentase EcNo dari operator Indosat yang paling tinggi
sekitar 70%.
















Gambar 4.26 Grafik prosentase EcNo Surabaya Tengah mode normal

Dengan mode lock seperti gambar 4.27, didapatkan pada range
-6 s/d 0 dB, prosentase EcNo dari operator Telkomsel yang paling tinggi
sekitar 46%.















Gambar 4.27 Grafik prosentase EcNo Surabaya Tengah mode lock





77


Penyebab rendahnya nilai EcNo di daerah Surabaya Tengah
antara lain di sebabkan kegagalan handover intracell yang terjadi pada
BTS 15391 antara sektor 1: 147 dan 1:508 dan tidak ada BTS 3G
didekatnya yang mendukung (seharusnya BTS 44147 belum mendukung
3G). Nilai terendah EcNo adalah -14dB pada titik yang seharusnya
dilayani oleh sektor 1:147 yang seharusnya dilayani oleh sektor 1:508.



















Gambar 4.28 Kegagalan handover intracell XL BTS 15391

Untuk area Surabaya Timur, dari pengukuran yang dilakukan di
area tersebut dengan metode normal, didapatkan pada range -6 s/d 0 dB,
prosentase EcNo dari operator Excelcomindo yang paling tinggi sekitar
90%, seperti terlihat pada gambar 4.29.







78
















Gambar 4.29 Grafik prosentase EcNo Surabaya Timur mode normal

Dengan mode lock seperti gambar 4.30, didapatkan pada range
-6 s/d 0 dB, prosentase EcNo dari operator Indosat yang paling tinggi
sekitar 57%.














Gambar 4.30 Grafik prosentase EcNo Surabaya Timur mode lock

Untuk area Surabaya Utara, dari pengukuran yang dilakukan di
area tersebut dengan metode normal dan lock didapatkan pada range -6
s/d 0 dB, prosentase EcNo dari operator Telkomsel yang paling tinggi
sekitar 68%, seperti terlihat pada gambar 4.31.







79

















Gambar 4.31 Grafik prosentase EcNo Surabaya Utara mode normal

Dengan mode lock seperti gambar 4.32, didapatkan pada range
-6 s/d 0 dB, prosentase EcNo dari operator Telkomsel yang paling tinggi
sekitar 48%.














Gambar 4.32 Grafik prosentase EcNo Surabaya Utara mode lock

Untuk area Surabaya Selatan, dari pengukuran yang dilakukan di
area tersebut dengan metode normal, didapatkan pada range -6 s/d 0 dB,
prosentase EcNo dari operator Excelcomindo yang paling tinggi sekitar
94%, seperti terlihat pada gambar 4.33.







80















Gambar 4.33 Grafik prosentase EcNo Surabaya Selatan mode normal

Dengan mode lock seperti gambar 4.34, didapatkan pada range
-6 s/d 0 dB, prosentase EcNo dari operator Excelcomindo yang paling
tinggi sekitar 44%.
















Gambar 4.34 Grafik prosentase EcNo Surabaya Selatan mode lock

Untuk area Surabaya Barat, dari pengukuran yang dilakukan di
area tersebut dengan metode normal dan lock didapatkan pada range -6
s/d 0 dB, prosentase EcNo dari operator Excelcomindo yang paling
tinggi sekitar 82%, seperti terlihat pada gambar 4.35.







81


















Gambar 4.35 Grafik prosentase EcNo Surabaya Barat mode normal

Dengan mode lock seperti gambar 4.36, didapatkan pada range
-6 s/d 0 dB, prosentase EcNo dari operator Telkomsel yang paling tinggi
sekitar 57%.














Gambar 4.36 Grafik prosentase EcNo Surabaya Barat mode lock

4.4.4 SQI (Speech Quality Index)
Analisa data SQI bertujuan untuk mengetahui kualitas suara yang
didengar oleh manusia secara normal yang direpresentasikan dalam
range index SQI, sebagaimana dapat dibandingkan nilai kualitas suara
dari ketiga operator dalam 3 range index SQI.







82


Seperti terlihat pada gambar 4.37, dari pengukuran yang
dilakukan di area Surabaya Tengah dengan metode normal dan lock,
untuk range 18 s/d 30 skala index SQI yang berarti kualitas suara yang
didengar paling bagus, prosentase SQI dari operator Telkomsel yang
paling tinggi yakni 79%.
















Gambar 4.37 Grafik prosentase SQI Surabaya Tengah mode normal

Dengan mode lock seperti gambar 4.38, didapatkan pada range
18 s/d 30 skala index SQI, prosentase SQI dari operator Telkomsel yang
paling tinggi sekitar 69%.
















Gambar 4.38 Grafik prosentase SQI Surabaya Tengah mode lock







83



Untuk area Surabaya Timur, dari pengukuran yang dilakukan di
area tersebut dengan metode normal, didapatkan pada range 18 s/d 30
yang berarti kualitas suara yang didengar paling bagus, prosentase SQI
skala index SQI dari operator Indosat yang paling tinggi sekitar 67%,
seperti terlihat pada gambar 4.39.
















Gambar 4.39 Grafik prosentase SQI Surabaya Timur mode normal

Dengan mode lock seperti gambar 4.40, didapatkan pada range
18 s/d 30 skala index SQI, prosentase SQI dari operator Telkomsel yang
paling tinggi sekitar 61%.















Gambar 4.40 Grafik prosentase SQI Surabaya Timur mode lock







84



Untuk area Surabaya Utara, dari pengukuran yang dilakukan di
area tersebut dengan metode normal, didapatkan pada range 18 s/d 30
yang berarti kualitas suara yang didengar paling bagus, prosentase SQI
dari operator Telkomsel yang paling tinggi sekitar 71%, seperti terlihat
pada gambar 4.41.















Gambar 4.41 Grafik prosentase SQI Surabaya Utara mode normal

Dengan mode lock seperti gambar 4.42, didapatkan pada range
18 s/d 30 skala index SQI, prosentase SQI dari operator Excelcomindo
yang paling tinggi sekitar 55%.















Gambar 4.42 Grafik prosentase SQI Surabaya Utara mode lock







85



Untuk area Surabaya Selatan, dari pengukuran yang dilakukan di
area tersebut dengan metode normal, didapatkan pada range 18 s/d 30
yang berarti kualitas suara yang didengar paling bagus, prosentase SQI
dari operator Excelcomindo yang paling tinggi sekitar 70%, seperti
terlihat pada gambar 4.43.

















Gambar 4.43 Grafik prosentase SQI Surabaya Selatan mode normal

Dengan mode lock seperti gambar 4.44, didapatkan pada range
18 s/d 30 skala index SQI, prosentase SQI dari operator Telkomsel yang
paling tinggi sekitar 73%.














Gambar 4.44 Grafik prosentase SQI Surabaya Selatan mode lock







86



Untuk area Surabaya Barat, dari pengukuran yang dilakukan di
area tersebut dengan metode normal, didapatkan pada range 18 s/d 30
yang berarti kualitas suara yang didengar paling bagus, prosentase SQI
dari operator Telkomsel yang paling tinggi sekitar 82%, seperti terlihat
pada gambar 4.45.
















Gambar 4.45 Grafik prosentase SQI Surabaya Barat mode normal

Dengan mode lock seperti gambar 4.46, didapatkan pada range
18 s/d 30 skala index SQI, prosentase SQI dari operator Telkomsel yang
paling tinggi sekitar 65%.














Gambar 4.46 Grafik prosentase SQI Surabaya Barat mode lock







BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Dari analisa yang dilakukan dari hasil pengukuran kinerja dari
operator 3G/UMTS di area Surabaya, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:

1.






2.









3.

Nilai Successfull Call Ratio berhubungan erat dengan CSSR
dan drop call. Makin tinggi nilai CSSR dan makin rendah nilan
drop call, maka tingkat kesuksesan panggilan akan semakin
bagus. Seperti pada daerah Surabaya Barat pada operetor
Excelcomindo mode normal prosentase CSSR 100%, call drop
0% didapat nilai successful ratio sebesar 100%.
Tingkat kesuksesan dari handover pada jaringan 3G/UMTS
tidak semata-mata dipengaruhi oleh RSCP dan EcNo,
melainkan masih banyak parameter-parameter lainnya seperti
jarak, power budget dan kondisi daerah. Seperti pada Surabaya
Tengah nilai RSCP terbaik pada operator Telkomsel sebesar
68%(pada range -85dBm s/d 0 dBm) dan EcNo 46% (-6dB s/d
0 dB), nilai handover success ratio hanya 97%, lebih redah dari
Indosat yang hanya memiliki nilai RSCP dan EcNo yang lebih
kecil.
Tingginya nilai EcNo belum tentu mempengaruhi kualitas
suara(SQI) yang diterima oleh MS. Seperti pada daerah
Surabaya Utara nilai EcNo Telkomsel 48%(pada range -6 dB
s/d 0 dB) nilai SQI hanya 55%(pada range 18 s/d 30), lebih
rendah Excelcomindo nilai EcNo hanya 45%(pada range -6 dB
s/d 0 dB) tapi nilai SQI 61%(pada range 18 s/d 30).


5.2 SARAN
1. pada penelitian lebih lanjut diharapkan untuk melakukan pengukuran
kualitas jaringan operator 3G/UMTS didalam gedung perkantoran,
kampus, dan pusat perbelanjaan.
2. dimungkinkan untuk membuat web aplikasi sebagai wahana untuk
pengolahan hasil pengukuran dengan cara drivetest.




87



88























Halaman ini sengaja dikosongkan







DAFTAR PUSTAKA

[1] Tandibura Frendy. Analisa Perbandingan Kinerja Jaringan Operator
GSM di area Surabaya.ITS. 2008.
[2] ERICSSON software. TEMS investigation user guide. Ericsson
2008.
[3] Global Sinergi. Pengenalan TEMS. http://globalsinergi.com/news/
2/Pengenalan-TEMS di akses pada 18 juli 2009.
[4] Budi Aswoyo, Antena dan Propagasi, 2006.
[5] Dirjen Postel, Peraturan Menteri Komunikasi dan Informasi tentang
Standar Kualitas Pelayanan Jaringan Teleponi Dasar Pada Jaringan
Bergerak Seluler, 2007
[6] Dirjen Postel, Hasil Pengukuran Kinerja Operasi Penyelenggara
Seluler dan FWA, 2009
[7] Goksel Somer, Optimization and Log File Analysis in GSM,
2003.
[8] European Comission. Cost Action 231.1999.
[9] Regents of the University of Minnesota. Mapserver.
http://mapserver.org/ diakses pada 2 agustus 2009.
[10] Qualcomm, UMTS University, 2005 (DVD)
[11] Haider Bilal, Radio Frequency Optimization & QoS Evaluation in
Operator GSM Network, 2009





















89



90






















Halaman ini sengaja dikosongkan









BIODATA PENULIS

Heri Kiswanto, dilahirkan di
Lamongan, 22 Pebruari 1987. Penulis
adalah anak kedua dari dua bersaudara
pasangan Kaslan dan Surati. Penulis
memulai studinya di TK-ABA
Sumberagung (1992-1994), MIM
Sumberagung (1994-2000), SLTPN 2
MODO (2000-2003). Tahun 2003
diterima di SMAN 2 Lamongan dan
Tahun 2006 melanjutkan ke jenjang
perkuliahan di Jurusan Teknik Telekomunikasi di PENS-ITS dan
terdaftar dengan NRP 7206.040.060.
Alamat penulis saat ini adalah Desa Sumberagung kec.
Modo Lamongan Jawa Timur. Nomor telepon selular yang dapat
dihubungi 085648854429 dan alamat e-mail heri.shake-
@gmail.com.
























185

Anda mungkin juga menyukai