JURUSAN TELEKOMUNIKASI POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010
ANALISA UNJUK KERJA JARINGAN OPERATOR 3G(WCDMA-UMTS) MENGGUNAKAN METODE DRI VE TEST
Oleh :
Heri Kiswanto NRP. 7206.040.060
Proyek Akhir ini Digunakan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sain Terapan (S,ST) di Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Disetujui Oleh :
Tim Penguji Proyek Akhir :
1.
Dosen Pembimbing :
1. Arifin, ST, MT NIP.196005031988031004
2.
3.
Mengetahui: Ketua Jurusan Teknik Telekomunikasi
Arifin, ST, MT NIP. 196005031988031004 ii
ABSTRAK
Saat ini tiap operator telekomunikasi masih gencar melakukan penambahan BTS 3G/UMTS di Surabaya yang bertujuan untuk menambah kapasitas kanal trafik dan memperluas coverage. Di sisi lain, penambahan BTS 3G/UMTS berdampak positif terhadap peningkatan kapasitas kanal trafik dan luas coverage, tapi disisi lain penambahan BTS 3G/UMTS menuntut kebutuhan frekuensi yang semakin hari semakin berkurang. Penggunaan frekuensi yang terlalu banyak tanpa diikuti oleh pengaturan frekuensi yang baik, malah akan memicu timbulnya interferensi yang secara tidak langsung dapat menurunkan kualitas sinyal. Hal ini secara langsung berdampak terhadap kualitas sinyal yang dirasakan pelanggan. Dalam tugas akhir ini, akan dibahas kualitas sinyal RF 3G/UMTS yang dirasakan oleh setiap pelanggan operator tersebut dengan menggunakan metode drive test. Dimana dengan drive test bisa diketahui informasi RSCP (Receive Signal Code Power), Ec/No (Energy Carrier Per Noise), jarak BTS dan MS,interferensi dan proses handover. Dari informasi hasil drive test tersebut, kita dapat mengetahui kinerja jaringan dari masing-masing operator 3G/UMTS, sehingga bisa kita simpulkan apakah keadaan keadaan radio suatu BTS 3G/UMTS masih layak atau perlu dilakukan suatu perbaikan. Berdasarkan pengukuran di area Surabaya Tengah, Timur, Utara, Selatan, dan Barat dengan metode normal(dapat menangkap sinyal GSM dan 3G/UMTS) dan metode lock(hanya menerima sinyal 3G/UMTS). Prosentase nilai RSCP terbaik (-85 dBm s/d 0 dBm) dari operator Telkomsel yang paling tinggi sebesar 80,2 % saat menggunakan metode normal dan dari operator Telkomsel juga yang paling tinggi sebesar 52,6 % saat menggunakan metode lock, prosentase nilai Ec/No terbaik (-6 dB s/d 0 dB) dari operator Telkomsel yang paling tinggi sebesar 71,6 % saat menggunakan metode normal dan dari operator Excelcomindo yang paling tinggi sebesar 47 % saat menggunakan metode lock, selanjutnya prosentase nilai SQI terbaik (18 s/d 30) dari operator Excelcomindo sebesar 71,6% saat menggunakan metode normal dan dari operator Excelcomindo juga saat menggunakan metode lock sebesar 64,6%.
Kata kunci : QOS, RSCP, Ec/No, SQI, 3G/UMTS
iii
ABSTRACT
Currently each telecom operators are still aggressively increased its 3G/UMTS base stations in Surabaya, which aims to increase the traffic channel capacity and expand coverage. On the other hand, the addition of 3G/UMTS base stations have a positive impact on improving traffic channel capacity and wide coverage, but on the other hand the addition of 3G/UMTS base stations demanding needs of an increasingly frequency decreases. The use of frequencies that are too much without being followed by the frequency setting is good, it will lead to an indirect interference that can degrade the quality of the signal. These directly affect the customer perceived signal quality. In this thesis, we will discuss 3G/UMTS RF signal quality that is felt by every customer service by using the method of test drives. Where the drive test can be known information RSCP (Receive Signal Code Power), Ec / No (Energy Per Carrier Noise), the distance of BTS and MS, interference and handover process. From information on the results of these test drives, we can know the network performance of each operator 3G/UMTS, so can we conclude whether the state of the state radio a 3G/UMTS base stations is feasible or necessary to do a repair. Based on measurements in the area of Central Surabaya, East, North, South, and West with the normal method (can capture the signals of GSM and 3G/UMTS) and the method lock (only to receive signals 3G/UMTS). The percentage of best RSCP value (-85 dBm to 0 dBm) of the highest Telkomsel by 80.2% when using the normal method and the operator Telkomsel is the highest of 52.6% when using the lock method, precentage value Ec/No answer (-6 dB to 0 dB) of the operator Telkomsel highest at 71.6% when using the normal method and the operator Excelcomindo highest at 47% when using the lock method, precentage next best SQI values (18 to 30) of the operator Excelcomindo for 71.6% when using the normal method of operator Excelcomindo and also when using the lock method of 64.6%.
Keywords: QOS, RSCP, Ec / No, SQI, 3G/UMTS
iv
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum WR.Wb.
Alhamdulillah. Saya panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya hingga selesainya kegiatan proyek akhir ini dengan judul :
" ANALISA UNJUK KERJA JARINGAN OPERATOR 3G(WCDMA-UMTS) MENGGUNAKAN METODE DRI VE TEST"
Proyek Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Saint Terapan (SST) di Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS). Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan buku proyek akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Penulis berharap agar buku ini dapat memberikan sumbangan yang berarti dan semoga dapat memberikan manfaat bagi para mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS-ITS) pada khususnya serta dapat memberikan nilai lebih bagi para pembaca pada umumnya. Akhir kata, segala kritik dan saran sangat saya harapkan untuk pengembangan proyek akhir selanjutnya.
Wassalamualaikum WR.Wb.
Surabaya, Juli 2010
Penulis
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proyak akhir serta penulisan buku proyek akhir ini, dan juga tidak terlepas bantuan dari semua pihak. Oleh sebab itu dengan segala ketulusan serta kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7. 8.
Bapak Ir. Dadet Pramadihanto, M.Eng, Ph.D. selaku Direktur Politeknik Elektronika Negeri Surabaya. Bapak Arifin, ST, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Telekomunikasi PENS ITS Surabaya dan pembimbing tugas akhir. Seluruh keluarga mulai dari bapak, ibu, dan saudara-saudara yang selalu mendukung, memberi semangat, dan doa. Adek Shinta Risma Ingriany yang telah membantu, memberi semangat dan doa agar tugas akhir ini cepat selesai. Semua Dosen PENS-ITS dari semua Jurusan terutama jurusan Teknik Telekomunikasi. Mas Rudi Hernowo dan Mas yudha, yang memberi kemudahan berupa alat dan data yang dibutuhkan selama penyelesaian tugas akhir. Teman-teman 4D4-TB. Teman-teman kejawan 14 (Acong, Haris, Kusuma, dan semua- nya).
Rekan-rekan mahasiswa serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................... HALAMAN PENGESAHAN ......................................................... ABSTRAK ....................................................................................... ABSTRACT ..................................................................................... KATA PENGANTAR ..................................................................... UCAPAN TERIMA KASIH........................................................... DAFTAR ISI.................................................................................... DAFTAR GAMBAR ....................................................................... DAFTAR TABEL ...........................................................................
i ii iii iv v vi vii xi xv
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 LATAR BELAKANG RUMUSAN MASALAH BATASAN MASALAH TUJUAN DAN MANFAAT METODOLOGI SISTEMATIKA PEMBAHASAN 1 1 2 2 2 3
BAB II
TEORI PENUNJANG 2.1 TEORI UMUM 5 2.2 TEKNOLOGI UMTS 2.2.1 ARSITEKTUR WCDMA/UMTS 2.2.2 ARSITEKTUR UTRAN 5 5 6 2.3 HANDOVER 7 2.3.1 JENIS HANDOVER PADA SISTEM WCDMA 2.3.2 PROSEDUR HANDOVER 2.3.3 INTERSYSTEM HANDOVER 2.3.4 PILOT SETS 7 9 10 11 2.4 2.5 CALL EVENTS PARAMETER KERJA JARINGAN (QOS) 11 12 2.5.1 RSCP 2.5.2 EcNo 2.5.3 SQI 2.5.4 CSSR 2.5.5 CALL DROP RATIO 2.5.6 SUCCESSFUL CALL RATIO
vii 12 12 13 13 13 14
2.5.7 CALL CONGESTION RATIO 2.5.8 HANDOVER SUCCESS RATIO
14 15 2.6 2.7 MODEL PREDIKSI REDAMAN COST21 PENGENALAN DRIVE TEST 15 17 2.7.1 DEFINISI DRIVE TEST 2.7.2 TUJUAN DRIVE TEST 2.7.3 TEMS INVESTIGATION 2.7.4 PERANGKAT TEMS 2.7.5 DRIVE TEST OUTDOOR 17 17 17 18 19 2.8 2.9 MAPINFO MAPSERVER 19 20 2.9.1 MAPSCRIPT 2.9.2 ANATOMI APLIKASI MAPSERVER 2.9.3 SYARAT MEMBANGUN MAPSERVER 22 22 23
BAB III
PERENCANAAN DAN PENGUKURAN 3.1 3.2 PENDAHULUAN PERENCANAAN DAN WAKTU PENGUKURAN 25 25 3.2.1 WAKTU PENGUKURAN 3.2.2 LOKASI PENGUKURAN 3.2.3 RUTE PENGKURAN 3.2.4 LOKASI BTS 26 26 26 29 3.3 ALAT DAN BAHAN DRIVE TEST 31 3.3.1 GPS 3.3.2 PC PORTABLE / LAPTOP 3.3.3 HANDSET DAN SIM CARD 3.3.4 PERANGKAT LUNAK 3.3.5 KABEL DATA 3.3.6 DONGLE HASP 3.3.7 INVERTER DC KE AC 31 31 31 32 32 32 33 3.4 PENGAMBILAN DATA 33 3.4.1 METODE PENGAMBILAN DATA 3.4.2 PROSES DRIVE TEST 33 34 3.5 PENGOLAHAN DATA 36 3.5.1 DALAM BENTUK GRAFIK 3.5.2 DALAM BENTUK PETA DIGITAL 37 38 3.6 PEMBUATAN MAPSERVER 43 3.6.1 INSTALASI MS4W
viii 44
3.6.2 INSTALASI MAPSCRIPT
46
BAB IV
PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1 4.2 4.3 PENDAHULUAN PARAMETER PENGKURAN DATA PENGUKURAN 49 49 49 4.3.1 DATA CALL EVENT 4.3.2 DATA RSCP 4.3.3 DATA ECNO 4.3.4 DATA SQI 49 55 57 59 4.4 ANALISA DATA PENGUKURAN 61 4.4.1 CALL SEQUENCE 4.4.1.1 CSSR 4.4.1.2 CALL DROP RATIO 4.4.1.3 SUCCESSFULL CALL RATIO 4.4.1.4 CONGESTION RATIO 4.4.1.5 HANDOVER SUCCESS RATIO 4.4.2 RSCP 4.4.3 ECNO 4.4.4 SQI 61 61 63 65 66 68 69 75 81
BAB V
PENUTUP 5.1 5.2 KESIMPULAN SARAN 87 87
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BIODATA PENULIS
ix
89 91 185
Halaman ini sengaja dikosongkan
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 2.4 Gambar 2.5 Gambar 2.6 Gambar 2.7 Gambar 2.8
Gambar 2.9 Gambar 2.10 Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3 Gambar 3.4 Gambar 3.5 Gambar 3.6 Gambar 3.7 Gambar 3.8
Gambar 3.9
Gambar 3.10 Gambar 3.11 Gambar 3.12 Gambar 3.13 Gambar 3.14 Gambar 3.15
Gambar 3.16 Gambar 3.17
Gamabr 3.18
Gambar 3.19 Gambar 3.20 Gambar 3.21
Struktur jaringan WCDMA-UMTS Empat interface yang digunakan dalam UMTS Jenis-jenis handover pada jaringan WCDMA Prosedur handover Intersystem handover Proses break before make Tampilan perangkat lunak TEMS Investigation Flowchat penggunaan Tems Investigation diluar ruangan (outdoor) Tampilan mapinfo saat pertama kali dibuka Arsitektur mapserver Blok diagram sistem Rute pengukuran Surabaya Tengah Rute pengukuran Surabaya Timur Rute pengukuran Surabaya Utara Rute pengukuran Surabaya Selatan Rute pengukuran Surabaya Barat Membuat projek baru di MCOM 4.2 Mengarahkan ke data lokasi dan spesifikasi BTS Hasil konversi data BTS ke dalam bentuk peta digital Handset SE k800i Bentuk fisik dongle HASP Inverter DC ke AC Instalasi peralatan untuk drive test Flowchat pengukuran data Proses drive test menggunakan perangkat lunak TEMS Investigation Grafik respons MS Add file yang akan digenerad dalam bentuk grafik Pemilihan parameter 3G/UMTS yang akan diamati Menentukan output yang dalam bentuk *.tab Pengaturan output Eksport logfile
xi
6 7 8 9 10 11 18 19
20 21 25 26 27 27 28 28 30 30
31
32 32 33 34 35 36
36 37
38
38 39 39
Gambar 3.22 Gambar 3.23 Gambar 3.24 Gambar 3.25 Gambar 3.26 Gambar 3.27 Gambar 3.28 Gambar 3.29 Gambar 3.30 Gambar 3.31 Gambar 3.32 Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Gambar 4.4 Gambar 4.5 Gambar 4.6
Gambar 4.7 Gambar 4.8 Gambar 4.9 Gambar 4.10 Gambar 4.11 Gambar 4.12 Gambar 4.13
Gambar 4.14 Gambar 4.15
Gambar 4.16
Gambar 4.17
Gambar 4.18
Gambar 4.19
Hasil eksport logfile Menentukan letak file yang akan diproses Pemilihan tipe thematic map Pemilihan data yang akan diproses Range untuk RSCP Contoh hasil pengolahan di mapinfo (RSCP) Direktori instalasi MS4W Service apache web server Tampilan web MS4W Tampilan versi PHP/Mapserver Hasil sementara pembuatan mapserver RSCP Excelcomindo, Surabaya Tengah, metode lock EcNo Excelcomindo, Surabaya Tengah, metode lock SQI Excelcomindo, Surabaya Tengah, metode lock Prosentase CSSR, normal jaringan Prosentase CSSR, lock jaringan Proses Kegagalan Handover pada BTS XL 15391 Prosentase drop call, normal jaringan Prosentase drop call, lock jaringan Prosentase successful call, normal jaringan Prosentase successful call, lock jaringan Prosentase congestion ratio, normal jaringan Prosentase congestion ratio, lock jaringan Prosentase handover success ratio, normal jaringan Prosentase handover success ratio, lock jaringan grafik prosentase RSCP Surabaya Tengah mode normal grafik prosentase RSCP Surabaya Tengah mode lock grafik prosentase RSCP Surabaya Timur mode normal grafik prosentase RSCP Surabaya Timur mode lock Kegagalan Handover XL pada BTS 15441,
xii
40 41 41 42 42 43 44 45 45 46 47 56
58
60
61 62 63
64 64 65 65 67 67 68
69 69
70
70
71
72
18561 dan 15961 Gambar 4.20
Gambar 4.21
Gambar 4.22
Gambar 4.23
Gambar 4.24
Gambar 4.25
Gambar 4.26
Gambar 4.27
Gambar 4.28 Gambar 4.29
Gambar 4.30
Gambar 4.31
Gambar 4.32
Gambar 4.33
Gambar 4.34
Gambar 4.35
Gambar 4.36
Gambar 4.37
Gambar 4.38
Gambar 4.39 grafik prosentase RSCP Surabaya Utara mode normal grafik prosentase RSCP Surabaya Utara mode lock grafik prosentase RSCP Surabaya Selatan mode normal grafik prosentase RSCP Surabaya Selatan mode lock grafik prosentase RSCP Surabaya Barat mode normal grafik prosentase RSCP Surabaya Barat mode lock grafik prosentase EcNo Surabaya Tengah mode normal grafik prosentase EcNo Surabaya Tengah mode lock Kegagalan Handover Intracell XL BTS 15391 grafik prosentase EcNo Surabaya Timur mode normal grafik prosentase EcNo Surabaya Timur mode lock grafik prosentase EcNo Surabaya Utara mode normal grafik prosentase EcNo Surabaya Utara mode lock grafik prosentase EcNo Surabaya Selatan mode normal grafik prosentase EcNo Surabaya Selatan mode lock grafik prosentase EcNo Surabaya Barat mode normal grafik prosentase EcNo Surabaya Barat mode lock grafik prosentase SQI Surabaya Tengah mode normal grafik prosentase SQI Surabaya Tengah mode lock grafik prosentase SQI Surabaya Timur mode
xiii 73
73
74
74
75
75
76
76
77 78
78
79
79
80
80
81
81
82
82
83
normal Gambar 4.40
Gambar 4.41
Gambar 4.42
Gambar 4.43
Gambar 4.44
Gambar 4.45
Gambar 4.46 grafik prosentase SQI Surabaya Timur mode lock grafik prosentase SQI Surabaya Utara mode normal grafik prosentase SQI Surabaya Utara mode lock grafik prosentase SQI Surabaya Selatan mode normal grafik prosentase SQI Surabaya Selatan mode lock grafik prosentase SQI Surabaya Barat mode normal grafik prosentase SQI Surabaya Barat mode lock
Data site BTS operator XL Hasil pengukuran operator XL Call event Surabaya Tengah pada jaringan normal Call event Surabaya Timur pada jaringan normal Call event Surabaya Utara pada jaringan normal Call event Surabaya Selatan pada jaringan normal Call event Surabaya Barat pada jaringan normal Call event Surabaya Tengah pada jaringan lock Call event Surabaya Timur pada jaringan lock Call event Surabaya Utara pada jaringan lock Call event Surabaya Selatan pada jaringan lock Call event Surabaya Barat pada jaringan lock RSCP Excelcomindo, Surabaya Tengah, metode lock EcNo Excelcomindo, Surabaya Tengah, metode lock SQI Excelcomindo, Surabaya Tengah, metode lock
xv
29 40 49 50 51 51 52 52 53 54 54 55 57 59 60
Halaman ini sengaja dikosongkan
xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG Seiring pentingnya menjamin kepuasan pelanggan jaringan 3G/UMTS bagi para operator di kota-kota besar seperti Surabaya, maka kualitas pelayanan (Quality of Service) harus dijaga dan terus diting- katkan. Operator juga harus peka terhadap setiap keluhan pelanggan yang menginginkan terjaminnya kualitas akses data dan sinyal yang kuat untuk komunikasi. Pengecekan sinyal dengan metode drivetest perlu dilakukan secara berkala untuk mencapai kualitas jaringan 3G/UMTS yang baik. Drivetest pada jaringan 3G/UMTS dilakukan untuk mengetahui informasi RSCP (Received Signal Code Power), Ec/No (Carrier to Noise Ratio), jarak antar BTS dan MS, interferensi dan handover. Dari informasi hasil drive test kita dapa mengetahui kinerja dari masing- masing operator 3G/UMTS. Sehingga bisa kita simpulkan apakah keadaan radio suatu BTS 3G/UMTS masih layak atau perlu dilakukan suatu perbaikan. Pada proyek akhir ini akan dilakukan analisa QoS jaringan 3G/UMTS dari parameter-parameter yang didapat dari drivetest. Mapserver digunakan untuk pengolahan data hasil pengukuran yang memungkinkan hasil pengukurannya bisa ditampilkan dari web browser sehingga dapat diketahui kinerja jaringan 3G/UMTS secara online. Sedangkan pengambilan data jaringan 3G/UMTS dilakukan dengan bantuan perangkat drivetest keluaran ERICCSON yaitu TEMS Investigation version 9.0.
1.2 RUMUSAN MASALAH Permasalahan yang akan ditangani meliputi : - -
- Bagaimana kondisi layanan jaringan 3G/UMTS. Gangguan-gangguan apa saja yang menurunkan kualitas QoS pada jaringan 3G/UMTS. Rekomendasi yang diberikan untuk meningkatkan QoS jaringan 3G/UMTS kepada operator.
1
2
1.3 BATASAN MASALAH Sedangkan batasan masalah adalah : - Digunakan TEMS Investigation untuk melakukan drivetest sehingga memperoleh data dari hasil pengukuran parameter- parameter jaringan 3G/UMTS. - Pengukuran QoS dari kinerja jaringan hanya dibatasi pada: Call Setup Success Ratio, Call Drop Ratio, Call Congestion, Handover Success Ratio, RSCP, EcNo, dan Speech Quality Index. - Tiga operator yang diamati yaitu Telkomsel, Indosat, dan Excelcomindo. - Daerah yang diamati adalah Daerah Surabaya yang telah ter- cover jaringan 3G/UMTS. - Mapinfo digunakan untuk pengolahan data hasil pengukuran dan mapserver digunakan untuk pemetaan hasil pengukuran.
1.4 TUJUAN DAN MANFAAT Dari hasil tugas akhir ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu kajian untuk mengetahui kinerja jaringan dari beberapa operator tentang kualitas jaringan 3G/UMTS mereka, sehingga dapat dilakukan perbaikan-perbaikan.
1.5 METODOLOGI Tahapan pada proyek akhir ini sebagai berikut :
1.5.1 Studi Pustaka Sebelum melakukan perancangan harus mempelajari terlebih dahulu teori tentang teknologi 3G/UMTS dan materi-materi yang mendukung untuk penyelesaian tugas akhir ini. Selanjutnya mempelajari perangkat lunak TEMS Investigation, baik cara kerja maupun menu-menu yang terdapat pada menu bar di perangkat lunak TEMS Investigation. Fasilitas apa saja yang disediakan oleh perangkat lunak TEMS Investigation untuk menganalisa sistem komunikasi wireless. Terutama dalam drivetest jaringan 3G/UMTS. Serta mempelajari tentang mapserver dan mapinfo untuk pengolahan data hasil pengukuran dalam bentuk peta.
1.5.2 Perencanaan Pengukuran Merencanakan topologi jaringan yang digunakan sebagai objek penelitian dan menentukan rute jalan yang akan dilewati.
3
1.5.3 Pengambilan Data Pengambilan data dilakukan di daerah Surabaya yang sudah tercakup oleh jaringan 3G/UMTS dengan metode drive test.
1.5.4 Pengolahan Data Data yang diperoleh dari pengukuran kemudian diproses di mapinfo sehingga menjadi peta digital. Hasil pengukuran yang telah menjadi peta digital kemudian di tampilkan di mapserver sesuai dengan lokasi dari pengambilan data.
1.5.5 Analisa Data Dari hasil pengukuran yang sudah didigitasi di mapinfo dan di- tampilkan di mapserver, kemudian dianalisa QoS jaringan 3G/UMTS dimasing-masing titik yang telah diamati.
1.6 SISTEMATIKA PEMBAHASAN Buku laporan proyek akhir ini terdiri dari 5 (lima) bab, pada masing-masing bab berkaitan satu sama lain, yaitu: BAB1 : PENDAHULUAN Memberikan latar belakang tentang permasalahan, tujuan, ma- salah dan batasan masalah yang dibahas dalam proyek akhir ini. BAB 2 : TEORI PENUNJANG Memberikan dasar teori untuk menunjang penyelesain masalah dalam projek akhir ini. BAB 3 : PERENCANAAN DAN PENGUKURAN Bab ini berisi tentang tahap-tahap perencanaan dan peng- ukuran. BAB 4 : PENGUJIAN DAN ANALISA Bab ini akan membahas proses analisa data untuk mengetahui kinerja pada ketiga operator yang meliputi handover success ratio, drop call ratio, RSCP, EcNo, dan SQI. BAB 5 : KESIMPULAN Bab ini berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari analisa dan saran-saran yang diharapkan dapat memberikan pengem- bangan dan penyempurnaan proyek akhir ini.
4
Halaman ini sengaja dikosongkan
5
BAB II TEORI PENUNJANG
2.1 TEORI UMUM Dalam menyelesaikan permasalahan yang ada dalam proyek akhir ini, diberikan teori dasar yang digunakan untuk mengukur, mengolah serta menganalisa data sehingga diperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian.
2.2 TEKNOLOGI UMTS UMTS merupakan suatu revolusi dari GSM yang mendukung kemampuan generasi ketiga (3G). UMTS menggunakan teknologi akses WCDMA dengan system DS-WCDMA (Direct Seqence Wideband CDMA). Terdapat dua mode yang digunakan dalam WCDMA dimana yang pertama menggunakan FDD (Frequency Division Duplex) dan kedua dengan menggunakan TDD (Time Division Duplex). FDD dikembangkan di Eropa dan Amerika sedangkan TDD dikembangkan di Asia. Pada WCDMA FDD, digunakan sepasang frekuensi pembawa 5 MHz pada uplink dan downlink dengan alokasi frekuensi untuk uplink yaitu 1945 MHz 1950 MHz dan untuk downlink yaitu 2135 MHz 2140 MHz.
2.2.1 ARSITEKTUR WCDMA/UMTS
UMTS adalah salah satu teknologi seluler pada generasi ketiga yang menggunakan teknologi WCDMA sebagai interface-nya. UMTS dikembangkan oleh IMT-2000 framework yang merupakan salah satu bagian dari program ITU.
6
Gambar 2.1 Struktur jaringan WCDMA-UMTS Secara garis besar arsitektur jaringan WCDMA-UMTS terdiri atas tiga bagian utama yaitu :
a. User Equipment (UE) perangkat pada sisi pelanggan yang berupa headset untuk mengirim dan menerima informasi.
b. UMTS Terresterial Radio Access Network (UTRAN) jaringan akses radio teresterial pada UMTS
c. Core Network (CN) jaringan inti yang telah dibangun sebelum adanya UMTS seperti GSM dan GPRS.
2.2.2 ARSITEKTUR UTRAN UTRAN terdiri dari beberapa Radio Network Subsystem (RNS), yang merupakan kumpulan dari Radio Network Controller ( RNC ) dan beberapa buah Node B yang ditanganinya. RNS adalah bagian atau subsystem dari UTRAN yang bertugas menangani manajemen radio resource untuk membangun hubungan antara UE dan UTRAN.
7
Gambar 2.2 Empat interface yang digunakan dalam UMTS
a. Uu : untuk menghubungkan UE dan Node B b. Iub : untuk menghubungkan Node B ke RNC c. Iur : untuk kontrol dan manajemen data exchange antar RNC d. Iu : untuk menghubungkan RNC ke GSM phasa 2+ (MSC, VLR,SGSN). 2.3 HANDOVER Jaringan mobile memungkinkan user untuk mengakses layanan dalam keadaan bergerak sehingga memberikan kebebasan kepada pengguna dalam hal mobilitas. Akan tetapi, kebebasan ini membawa ketidakpastian bagi sistem mobile. Mobilitas dari pengguna meng- akibatkan perbedaan dinamis baik dalam kualitas hubungan maupun level interferensi, kadang terjadi keadaan dimana seorang user harus berganti base station yang melayaninya. Proses ini dikenal sebagai handover (HO). Handover menjamin keberlangsungan layanan nirkabel (wireless) ketika user bergerak menuju batas-batas sel.
2.3.1 JENIS HANDOVER PADA SISTEM WCDMA Ada beberapa jenis handover dalam jaringan WCDMA. Untuk skenario dari ntipe-tipe handover yang berbeda tersebut dapat dijelaskan pada gambar berikut ini:
8
Gambar 2.3 Jenis-jenis Handover pada jaringan WCDMA
a. Intra-system Handover Intra-sytem handover terjadi dalam satu sistem. Yang selanjutnya dapat dibagi menjadi intra-frequency HO dan inter-frequency HO. Intra- frequency terjadi di antara sel-sel yang memiliki carrier WCDMA yang sama, sementara interfrequency terjadi di antara sel-sel yang menggunakan carrier WCDMA yang berbeda.
b. Inter-system Handover (ISHO) Inter-system HO terjadi di antara sel-sel yang memiliki dua teknologi akses radio (Radio Access Technology : RAT) yang berbeda atau mode akses radio (Radio Access Mode : RAM) yang berbeda. Kasus yang paling sering untuk handover jenis ini diperkirakan terjadi antara sistem WCDMA dan GSM/EDGE.
c. Hard Handover (HHO) HHO adalah kelompok dari prosedur HO dimana semua hubungan yang lama dilepaskan sebelum hubungan radio yang baru dibentuk. Bagi pembawa (bearer) real-time hal ini berarti pemutusan-
9
hubungan yang singkat dari bearer; bagi bearer non-real-time HHO berarti lossless. Hard handover dapat menjadi intra atau inter-frequency handover.
d. Soft Handover (SHO) Selama proses soft handover, MS terus menerus berkomunikasi dengan dua sel atau lebih secara bersamaan yang memiliki BS yang berbeda dari RNC yang sama (intra-RNC) atau RNC yang berbeda (inter-RNC). Semua hubungan yang lama tidak akan dilepaskan sebelum hubungan radio yang baru terbentuk.
e. Softer Handover Pada kejadian softer handover, MS dikendalikan oleh paling tidak dua sector pada satu BS, SHO dan softer HO hanya mungkin terjadi dalam satu frekuensi carrier dan termasuk proses dalam handover intra-frequency.
2.3.2 PROSEDUR HANDOVER Tahap-tahap dari proses handover dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
Gambar 2.4 Prosedur handover
1. Tahap Pengukuran (Measurement) Dilakukan pengukuran informasi penting yang dibutuhkan untuk tahap decision. Pengukuran arah DL yang lakukan oleh MS adalah
10
sebesar Ec/Io dari CPICH sel yang sedang melayani dan selsel tetangga. 2. Tahap Keputusan (Decision) Hasil pengukuran di bandingkan dengan threshold yang telah di tetapkan sebelumnya. Kemudian akan diputuskan apakah akan dilakukan handover atau tidak. Algoritma handover yang berbeda akan memiliki kondisi trigger yang berbeda pula. 3. Tahap Eksekusi (Execution) Proses handover selesai dan parameter relative diubah berdasarkan jenis handover-nya. Sebagai contoh hubungan dengan Node B apakah ditambah atau diputuskan.
2.3.3
I NTERSYSTEM HANDOVER (ISHO) Inter-system HO terjadi di antara sel-sel yang memiliki dua teknologi akses radio (Radio Access Technology : RAT) yang berbeda atau mode akses radio (Radio Access Mode : RAM) yang berbeda. Kasus yang paling sering untuk handover jenis ini diperkirakan terjadi antara sistem WCDMA ke GSM (3G2G) begitu juga sebaliknya (2G 3G). Dilihat dari arsitektur jaringannya, gambar 2.10 berikut ini menunjukkan proses handover yang terjadi dalam jaringan WCDMA- UMTS dan GSM.
Gambar 2.5 Intersystem Handover
Dalam WCDMA-UMTS, proses inter-system handover untuk layanan berbasis circuit switch didasarkan pada proses hard handover dimana saat handover terjadi, link trafik asal dari node B/BS akan di
11
drop sebelum setting up pada link BS / node B yang baru selesai, sehingga hard handover disebut juga proses break before make.
Gambar 2.6 Proses break before make
2.3.4 PI LOT SETS Pilot set atau kanal pilot diidentifikasikan oleh pilot offset dan penempatan frekuensi. Kanal inilah yang menjadi acuan dalam penentuan kondisi handover: a. Active Set, adalah pilot yang dikirimkan oleh BTS dimana UE tersebut aktif. BS menginformasikan isi active set dengan channel assignment message atau handover direction message. b. Candidate Set, terdiri dari pilot yang tidak termasuk active set. Pilot ini harus diterima dengan sinyal yang baik untuk mengindikasikan bahwa kanal trafik link forward yang dibawa dapat dimodulasikan dengan baik. c. Neighbor Set, adalah pilot yang digunakan untuk memberitahukan sel terdekat untuk proses handover. d. Remaining Set, terdiri dari keseluruhan pilot dalam sistem kecuali yang termasuk kedalam active set, candidate set dan neighbor set.
2.4 CALL EVENTS Call events adalah kejadian-kejadian yang terkait pada suatu proses panggilan yang terjadi selama drive test berlangsung. Beberapa macam kejadian yang diukur selama proses drivetest antara lain:
12
Call Attempt
: proses panggilan dimana suatu kanal trafik diminta. Call Attempt Reply : proses pengulangan call attempt Call Setup
Call Established Blocked Call
Dropped Call
Call End Handover Handover intracell Handover failure : proses panggilan mulai dibangun oleh mobil station : proses panggilan sudah terjadi : proses panggilan lebih dulu berakhir secara tidak normal, sebelum terjadi Call Established (misal disebabkan karena sibuk kanal trafik) : proses panggilan berakhir secara tidak normal setelah kejadian Call Established. : proses panggilan berakhir secara normal. : handover antar call yang sukses terjadi. : handover dalam suatu sel yang sukses terjadi : handover antar sel yang gagal terjadi
2.5 PARAMETER KERJA JARINGAN (QOS) Beberapa parameter yang dijadikan referensi umum untuk dapat melihat performansi dari jaringan 3G/UMTS adalah seperti : RSCP, EcNo, Speech Quality Index (SQI), Call Setup Success Ratio, Call Drop Ratio, Successfull Call Ratio, Call Congestion Ratio, dan Handover Success Ratio.
2.5.1 RSCP Reception Level (RxL) adalah tingkat kekuatan sinyal di jaringan 2G yang diterima ponsel, sedangkan untuk 3G(UMTS) menggunakan istilah Received Signal Code Power (RSCP). Skala RxL antara -47 dBm s.d. -110 dBm (bila menunjuk angka lebih besar dari -85 dBm Sangat Baik, -92 s.d. -85 Baik, -105 s.d. -92 Cukup Baik, dan <- 105 Kurang Baik). Untuk RSCP menggunakan skala -47 dBm s.d. -112 dBm (>-85 dBm Sangat Baik, -98 s.d. -85 Baik, -108 s.d. -98 Cukup Baik, dan <-108 Kurang Baik).
2.5.2 ENERGY CARRI ER PER NOI CE (EcNo) EcNo atau SNR ialah Perbandingan (ratio) antara kekuatan Sinyal (signal strength) dengan kekuatan Derau (noise level). Nilai SNR dipakai untuk menunjukkan kualitas jalur (medium) koneksi. Makin CSSR = 100x callattemp t
13
besar nilai SNR, makin tinggi kualitas jalur tersebut. Artinya, makin besar pula kemungkinan jalur itu dipakai untuk lalu-lintas komunikasi data & sinyal dalam kecepatan tinggi. Nilai SNR suatu jalur dapat dikatakan pada umumnya tetap, berapapun kecepatan data yang melalui jalur tersebut. SNR tidak sama dengan SNRM, namun keduanya saling berkaitan erat satu sama lainnya. Satuan ukuran SNR dan SNRM adalah decibel (dB) Ec/No memiliki fungsi yang hapir sama dengan RxQual di jaringan 2G. Skalanya 0 s.d. -6 dB sangat baik, -6 s.d -11 dB baik, -11 s.d -16 dB buruk dan <-16 dB sangat buruk.
2.5.3 SPEECH QUALI TY I NDEX (SQI) Secara tradisional, kualitas data dan suara di jaringan 3G/UMTS di ukur dengan parameter Ec/No, bagaimanapun tidak akurat digunakan sebagai indikator kualitas sinyal. SQI adalah pengukuran yang lebih canggih dikhususkan untuk menggambarkan kualitas suara. Seperti halnya EcNo, SQI diupdate 0,5 detik. Dengan skala -20 s/d 0 dikategorikan jelek, 0 s/d 18 dikategorikan sedang, sedangkan 18 s/d 30 dikategorikan sangat baik.
2.5.4 CALL SETUP SUCCESS RATI O (CSSR) CSSR adalah prosentase tingkat keberhasilan melakukan setup panggilan sehingga diperoleh kanal yang dipergunakan pada saat awal signaling. Pada perhitungan CSSR menggunakan rumusan sebagai berikut: callsetup ( 1 ( .............(1)
2.5.5 CALL DROP RATI O Call Drop Ratio adalah prosentase banyaknya panggilan yang jatuh atau putus setelah kanal pembicaraan digunakan. Pada perhitungan call drop ratio ini digunakan menggunakan rumus sebagai berikut :
1
Radio Frequency Optimization & QoS Evaluatin in Operator GSM Network, Bilal Haider, Dkk CallDropRatio (%) = 100x CallSetup BlockCall ( CallConges tionRatio (%) = 100x ( ...(4) CallAttemp t (
14
CallDropped ( 2 ( ........(2)
- - -
Call drop dapat disebabkan beberapa hal, antara lain: Rugi-rugi frekuensi radio Co Chanal interferensi dan Adjacent interferensi Kegagalan proses handover
2.5.6 SUCCESSFUL CALL RATI O Successfull Call Ratio adalah prosentase dari keberhasilan proses panggilan yang dihitung dari MS si penelepon melakukan panggilan sampai dengan panggilan tersebut terjawab oleh penerima. Pada perhitungan successful call ratio ini menggunakan rumusan sebagai berikut : Successful Call(%) = 100 x (CSSR x(1-call drop rate))...(3)3
2.5.7 CALL CONGESTI ON RATI O Call Congestion Ratio adalah prosentase kepadatan panggilan yang disebabkan karena keterbatasan kanal. Pada perhitungan call congestion ratio ini menggunakan rumusan sebagai berikut :
4
2
Radio Frequency Optimization & QoS Evaluatin in Operator GSM Network, Bilal Haider, Dkk
3
Radio Frequency Optimization & QoS Evaluatin in Operator GSM Network, Bilal Haider, Dkk
4
Radio Frequency Optimization & QoS Evaluatin in Operator GSM Network, Bilal Haider, Dkk
15
2.5.8 HANDOVER SUCCESS RATI O Handover Success Ratio adalah prosentase tingkat keberhasilan proses perpindahan sel pada MS selama melakukan percakapan secara mobile tanpa terjadi pemutusan hubungan. Adapun kriteria yang menyebabkan terjadinya handover antara lain : level penerimaan (RSCP), kualitas penerimaan(Ec/No), jarak MS-BTS, power budget, Fast Upling handover (penurunan level sinyal secara drastis) dan trafik percakapan. Pada Handover Success Ratio ini menggunakan rumusan sebagai berikut :
2.6 MODEL PREDIKSI REDAMAN COST 231 COST 231 model adalah pengembangan Hata model oleh EURO_COST (the European Co_operative for Scientific and Technical Research) untuk Personal Communications Service (PCS). 1. Merupakan pengembangan rumus Okumura -Hata untuk frekuensi PCS (sampai 2 GHz). 2. Biasa digunakan untuk mikrosel yang memakai frekuensi 1800 MHz.
Median path loss, Lpropagasi urban adalah :
LU = 46.3 + 33.9 log fc - 13.82 log ht a(hm) + (44.9 6.55 log ht) log d + CM........................(6) 6
dimana faktor koreksi tinggi antena MS, a(hm) sama dengan Hata Model dan
5
Radio Frequency Optimization & QoS Evaluatin in Operator GSM Network, Bilal Haider, Dkk
6
Cost Action 231, European Comission CM = 0 dB
16
3 dB Dimana:
for medium sized city and suburban areas for metropoli tan centers - - - - - - L adalah Prediksi tentang media pathloss f ada1ah frekuensi kerja BS, 500 s f s 2000 MHz ht adalah ketinggian BS, 30 s hts 200 m hm adalah ketinggian MS, 1m s hms 10 m d adalah jarak antara MS dan BS, s d s 20 km a(hm) adalah faktor koreksi BS dan MS yang nilainya sebagai be- rikut: Untuk kota kecil dan menengah, a(hm) = (1,1 log fC 0,7 )hm (1,56 log fC 0,8 ) dB ; dimana, 1 s hm s 10 m..................(7) 7
Untuk kota besar, a(hm) = 8,29 (log 1,54hm)2 1,1 dB fC s 300 MHz ....(8) 8
a(hm) = 3,2 (log 11,75hm )2 4,97 dB fC > 300 MHz ....(9)9
Setelah dilakukan prediksi redaman area to area, yang dimaksudkan sebagai prediksi kasar kondisi redaman lintasan, baru kemudian dilakukan prediksi redaman point to point yang bertujuan untuk meningkatkan akurasinya. Model prediksi area to area akan memberikan akurasi prediksi dengan standar deviasi 8 dB. Artinya, data aktual path loss akan bervariasi 8 dB dari nilai yang diprediksikan oleh hasil perhitungan. Dengan perhitungan point to point akurasi yang dapat diharapkan adalah memiliki standar deviasi 3 dB.
7
8
9
Cost Action 231, European Comission
Cost Action 231, European Comission
Cost Action 231, European Comission
17
Pada prediksi point to point, diperlukan gambar penampang kontur wilayah pelayanan yang bisa diperoleh dari peta kontur bumi. Ditarik garis lurus lintasan antara dua titik pada peta. Selanjutnya perbedaan ketinggian bisa dilihat dari garis-garis kontur yang ada dalam peta. Kasus yang umum terjadi adalah timbulnya loss difraksi pada daerah yang berbukit-bukit. Loss difraksi tersebut ditambahkan pada redaman kontur datar / flat pada model prediksi area to area.
2.7 PENGENALAN DRI VE TEST 2.7.1 DEFINISI DRI VE TEST Proses pengukuran sistem komunikasi bergerak pada sisi gelombang radio di udara yaitu dari arah pemancar/BTS ke MS/Handphone atau sebaliknya, dengan menggunakan alat yang didesain secara khusus untuk pengukuran.
2.7.2 TUJUAN DRI VETEST Mengukur kualitas sinyal dan perbaikan masalah yang ber- hubungan dengan sinyal.
2.7.3 TEMS I NVESTI GATI ON Salah satu perangkat yang digunakan untuk drive test di luar ruangan (outdoor). Mulai versi 4 sudah dapat digunakan untuk drive test dalam ruangan (indoor). Menggunakan GPS (Global Positioning System) sebagai alat navigasi dan plotting parameter pada rute drive test yang dilalui.
18
Gambar 2.7 Tampilan perangkat lunak TEMS investigation
2.7.4 PERANGKAT TEMS - Software : TEMS Investigation - Handphone atau modem TEMS : K800i - Kabel Data : USB - GPS Garmin - Aksesoris : USB Hub, Inverter, Charger handphone untuk mobil
19
2.7.5 DRI VE TEST OUTDOOR Start
gagal Koneksi GPS dan Ms ke laptop
berhasil
Buka Tems Investigation
gagal
Aktifkan COM
Identifikasi equipment
Connect all
berhasil Cek status MS dan GPS
Start Recording
Download data / video call
Drive Test ya Stop Record
Save record
Pengamatan baru
tidak Tutup tems
end
Gambar 2.8 Flowchat penggunaan Tems Investigation diluar ruangan(outdoor) 2.8 MAPINFO MapInfo adalah salah satu software pengolah Sistem Informasi Geografi (SIG). Mapinfo diminati oleh pemakai SIG karena mempunyai karakteristik yang menarik, seperti mudah digunakan, harga relatif murah, tampilan interaktif, user frendly dan dapat dicustomized meng- gunakan bahasa skrip yang dimiliki.
20
Pembentukan peta di MapInfo dapat diilustrasikan secara analog. Dalam MapInfo suatu table dapat digambarkan sebagai satu lembar (sheet) dari suatu film dan suatu komposisi peta di MapInfo merupakan gabungan dari beberapa lembar (sheet) film tersebut yang disusun secara bertumpuk. Istilah yang umum digunakan untuk susunan tersebut adalah layering. Setiap lembar (sheet) merupakan layer yang dapat digabungkan dan di-matchkan untuk membentuk suatu peta, sehingga dapat dilakukan analisis dari peta yang terbentuk tersebut. Satu hal yang perlu diingat adalah ketika MapInfo melakukan redraw peta, Mapinfo akan melakukan redraw dari layer yang tersusun paling bawah kemudian ke layer di atasnya, dan sebaliknya jika ingin diketahui informasi dari suatu peta.
Gambar 2.9 Tampilan mapinfo saat pertama kali dibuka
2.9 MAPSERVER Dalam pengertian teknis yang paling dasar, MapServer adalah program CGI yang terpasang dan berjalan tapi tidak aktif dalam server (aktif hanya saat dipanggil). Saat permintaan/permintaan dikirimkan ke mapserver, maka akan digunakan informasi yang dikirimkan lewat URL dan mapfile untuk membuat (generate) peta yang diinginkan.
21
Permintaan ini bisa juga termasuk permintaan untuk membuat legenda, peta referensi, batang skala, dan variabel lain yang dikirimkan ke CGI tadi. Gambar berikut merupakan konsep dasar yang banyak digunakan pada aplikasi mapserver.
Gambar 2.10 Arsitektur mapserver
Mapserver sangat bisa dikembangkan dan dikustomisasi. Juga bisa dibangun untuk mendukung berbagai format data input dan output. Ini dilakukan saat file biner mapserver dikompilasi. Silakan kunjungi situs utama Mapserver untuk melihat daftar fitur lengkapnya. Banyak juga fitur yang didukung tetapi tidak secara built-in, dan bisa dipanggil dengan penggunaan OGR.
22
2.9.1 MAPSCRI PT Mapscript menyediakan antar muka pemrograman (scripting) pada Mapserver untuk membangun aplikasi webmapping. Penggunaan Mapscript tidak bergantung pada Mapserver CGI, artinya walaupun Mapserver CGI tidak ada tetapi jika mapscript tersedia, anda masih bisa mengembangkan webmapping berbasis mapserver dengan mapscript ini. Mapscript merupakan modul tambahan untuk bahasa pemrograman umum yang kita kenal untuk memanggil fungsi-fungsi yang disediakan mapserver.
2.9.2 ANATOMI APLIKASI MAPSERVER Sebuah aplikasi mapserver sederhana terdiri dari: a. Mapfile - adalah file konfigurasi terstruktur untuk aplikasi mapserver anda. Berisi konfigurasi wilayah peta anda, lokasi data dalam server dan format output dan lainnya. Juga berisi layer-layer peta anda, sumber data, proyeksi dan simbologi. Biasanya adalah file teks dengan ekstensi *.map. b. Data Geografis - Mapserver bisa menggunakan beberapa jenis/format sumber data geografis. Format utama yang didukung adalah ESRI Shapefile. c. Halaman HTML - merupakan jembatan antara user dan mapserver. Berupa file HTML dalam server/hosting anda. Mapserver bisa dipanggil untuk membuat peta statis dalam halaman HTML anda, atau untuk membuatnya interaktif anda bisa membuat form dalam HTML ini. CGI adalah program yang 'stateless', setiap permintaan yang dikirim adalah selalu baru, dia tidak bisa mengingat apa yang sudah dilakukannya sebelumnya lewat permintaan anda. Itulah sebabnya, aplikasi anda harus mengirim terus parameter-parameter yang diinginkan (layer apa saja, di wilayah mana peta ditampilkan, mode aplikasi, dsb) yang bisa ditentukan lewat variabel tersembunyi dalam form atau lewat URL. Aplikasi/form mapserver sederhana bisa terdiri dari dua halaman HTML: File inisialisasi - menggunakan form dengan variabel tersembunyi untuk mengirim kueri awal ke webserver dan mapserver. Form ini bisa ditempatkan secara terpisah atau digantikan dengan mengirim variabel lewat URL. File templat - untuk mengatur bagaimana tampilan peta, legenda dan informasi lainnya disajikan dalam halaman HTML lewat browser.
23
Dengan mengirim referensi variabel Mapserver CGI pada templat HTML, anda akan meminta mapserver menerjemahkannya menjadi nilai variabel bergantung pada status terakhirnya (misalnya nama peta, peta referensi, besar/cakupan peta, dsb). Templat ini juga akan menentukan bagaimana nantinya pengunjung berinteraksi dengan aplikasi mapserver (perbesaran/pengecilan, menggeser peta, kueri, dsb).
d. Mapserver CGI - file biner yang dieksekusi untuk menerima permintaan dan menerjemahkannya menjadi gambar peta, data, dsb. Berada di direktori cgi-bin atau direktori lain yang ditentukan pada webserver. ini berada di /cgi-sys pada domain anda. e. Webserver - aplikasi yang menyajikan halaman HTML pada browser. menggunakan Apache sebagai webservernya.
2.9.3 SYARAT MEMBANGUN MAPSERVER Strategi terbaik dalam mempelajari cara membangun aplikasi Mapserver dan mengerti bagaimana cara kerjanya adalah memulainya dengan sederhana. Meskipun jika tujuan utama anda adalah membangun aplikasi yang rumit, dengan teknologi terkini, mulailah dengan langkah awal yang kecil. Coba dengan menginstal dan menjalankan demo, lalu sesuaikan sedikit demi sedikit dengan yang anda inginkan. Berikut adalah yang anda butuhkan untuk memulai. a. Perangkat keras untuk server RuangWeb sudah menyediakan server yang cukup bertenaga untuk aplikasi mapserver anda, anda bisa memilih shared mapserver gis hosting atau dengan VPS dan dedicated server sendiri. b. Perangkat lunak Jika anda memilih shared mapserver gis hosting, semua software yang dibutuhkan untuk menjalankan Mapserver sudah diinstal lengkap dengan seluruh pustaka/librari yang dibutuhkan. Jika anda saat ini menyewa VPS atau dedicated server, RuangWeb bisa menginstal semua software yang dibutuhkan dengan biaya yang terjangkau. c. Kemampuan Teknis Sebagai tambahan untuk mempelajari bagaimana semua komponen dalam Mapserver bekerja dan mempelajari cara penulisan/syntax mapfile, membangun aplikasi dasar, dibutuhkan beberapa pemahaman konsep dan keterampilan teknis tersendiri.
24
Anda harus mengerti cara membuat dan mengedit file HTML, dan mengerti bagaimana form HTML bekerja. Karena tujuan utama membangun aplikasi Mapserver adalah untuk membuat peta, maka dibutuhkan juga pemahaman data geografis dan proyeksi peta. Dan seiring dengan berkembangnya kebutuhan anda untuk membangun aplikasi yang lebih kompleks, maka kemudian akan dibutuhkan juga kemampuan dalam SQL, DHTML/JavaScript, database, ekspresi, kompilasi dan scripting.
BAB III PERENCANAAN DAN PENGUKURAN
3.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan dan metode pengukuran pada jaringan operator 3G(UMTS) yang terdiri atas tiga operator antara lain Telkomsel, Indosat dan Excelcomindo di area Surabaya. Adapun tahapannya meliputi penentuan rute pengukuran (drivetest), macam-macam alat drivetest dan cara pengaturan, serta skenario dan prosedur pengukuran.
3.2 PERENCANAAN WAKTU DAN RUTE PENGUKURAN Sebelum melakukan drivetest, kita harus merencanakan lokasi wilayah yang akan dilewati. Survey Lokasi BTS
Pemilihan Rute Pengukuran
Drive Test
Pengolahan Data
Mapping Data
MapServer
Gambar 3.1 Blok diagram sistem
25
26
3.2.1 WAKTU PENGUKURAN Pengukuran dilakukan selama bulan nopember 2009 sampai dengan bulan maret 2010.
3.2.2 LOKASI PENGUKURAN Adapun lokasi yang akan dijadikan sample pengukuran adalah meliputi daerah daerah surabaya yang sudah tercakup oleh jaringan 3G/UMTS dari ketiga operator, yang dibagi menjadi 5 bagian yaitu Surabaya Tengah, timut, utara, selatan dan barat.
3.2.3 RUTE PENGUKURAN Rute pengukuran meliputi meliputi daerah surabaya yang sudah mendukung jaringan 3G/UMTS dari tiga operator besar yaitu Telkomsel, Indosat dan Exelcomindo, mencakup daerah Surabaya Barat, Timur, Utara, Selatan dan Tengah. Pada gambar 3.2 menunjukkan rute daerah pengukuran Surabaya Tengah, merupakan daerah yang paling pada di Surabaya. Didaerah ini banyak gedung-gedung tinggi. Seperti Tunjugan Plasa, Plasa Surabaya, dll.
Gambar 3.2 Rute pengukuran Surabaya Tengah
27
Pada gambar 3.3 menunjukkan daerah/rute pengukuran daerah Surabaya Timur meliputi daerah Kampus ITS, Sukolilo, Klampis, Ngagel dan daerah-daerah sekitarnya.
Gambar 3.3 Rute pengukuran Surabaya Timur
Pada gambar 3.3 menunjukkan daerah/rute pengukuran daerah Surabaya Utara meliputi daerah Perak, Tambaksari, Ampel, Semampir dan daerah-daerah sekitar yang ada di Surabaya Utara.
Gambar 3.4 Rute pengukuran Surabaya Utara
28
Pada gambar 3.5 menunjukkan daerah/rute pengukuran daerah Surabaya Selatan meliputi daerah Waru, Wonokromo, dan daerah sekitarnya.
Gambar 3.5 Rute pengukuran Surabaya Selatan
Pada gambar 3.6 menunjukkan daerah/rute pengukuran daerah Surabaya Barat meliputi daerah Tandes, Lontar, Simomulyo, dan daerah sekitarnya.
Gambar 3.6 Rute pengukuran Surabaya Barat
29
3.2.4 LOKASI BTS Data lokasi dan spesifikasi BTS yang telah diperoleh dari operator dirubah dalam bentuk peta(bentuk BTS dalam peta digital). Hal ini perlu dilakukan agar dapat diketahui proses apa saja yang terjadi pada saat dilakukan drive test (semisal proses handoff, BTS mana yang melayani, dll). Perangkat lunak yang dipakai dalam mengkonversi data ke peta digital yaitu MCOM buatan Ericsson, disini versi yang dipakai adalah MCOM 4.2. langkah-langkah adalah sebagai berikut: 1. Siapkan data yang berupa site data, carrier dan naighbour suatu Operator harus dalam format *.txt, jika masih dalam format excel rubah ke bentuk *.txt.
Tabel 3.1 Data site BTS operator XL
30
2. buka perangkat lunak MCOM, yaitu dengan klik Start > All Programs > MCOM 4.2 > MCOM 4.2. 3. Buat project baru dengan meng-klik File > New Project. Kemudian isi network bagian Network dan Country setan pilih Network System ke GSM. Kemudian klik OK.
Gambar 3.7 Membuat project baru di MCOM 4.2
4. Pilih Tab Cell-Planning > Import Wizard. Kemudian pilih MCOM200/1 GSM Data Text File > Next. 5. Arahkan kelokasi masing-masing file site data, carrier dan naighbour. Jika sudah benar klik Next > Finish.
Gambar 3.8 Mengarahkan ke data lokasi dan spesifikasi BTS
6. Jika proses benar ditunjukkan seperti gambar 3.5.
31
Gambar 3.9 Hasil konversi data BTS ke dalam bentuk peta digital
3.3 ALAT DAN BAHAN DRI VE TEST 3.3.1 GLOBAL POSI TI ONI NG SYSTEM (GPS) GPS digunakan untuk tracking sehingga akan diketahui posisi pengambilan data sepanjang pengukuran drivetest. Adapun merk GPS yang digunakan adalah Garmin.
3.3.2 PC PORTABLE / LAPTOP PC portable digunakan sebagai alat monitoring parameter hasil drive test secara visual. PC portable yang dilengkapi dengan software TEMS Investigation untuk mengambil dan mengolah data.
3.3.3 HANDSET (MOBILE STATION) DAN SI M CARD Handset yang digunakan adalah yang sudah mendukung operator 3G(UMTS) yaitu K800i, sebagai terminal untuk uploud dan download ataupun untuk mengukur kekuatan sinyal yang diterima oleh pelanggan. Selain itu perlu juga disiapkan sim card ketiga operator tersebut yaitu Axis, Indosat, dan Excelcomindo.
32
Gambar 3.10 Handset SE k800i
3.3.4 PERANGKAT LUNAK Software penunjang yang digunakan dalam melakukan drivetest adalah tems investigation 8.1.3 dan mapinfo professional 10.
3.3.5 KABEL DATA Kabel data digunakan sebagai penghubung antara handshet dengan laptop dan penghubung antara GPS dan laptop.
3.3.6
DONGLE HASP HASP4 adalah gabungan proteksi antara hardware key (dongle) dan software yang biasanya sudah terintegrasi dengan aplikasi. software yang terintegrasi dengan aplikasi(seperti TEMS Investigation) secara periodik akan memeriksa apakah hardware key tersebut valid atau tidak, jika tidak valid software tidak akan berjalan sempurna. Tujuan dari dongle adalah menggantikan serial number dan hanya komputer yang terpasang dongle yang bisa menggunakan aplikasi tersebut.
Gambar 3.11 Bentuk fisik dongle HASP
33
3.3.7 INVERTER DC KE AC Inverter digunakan sebagai alat catu daya perangkat drivetest, dimana fungsinya untuk mengubah tegangan DC dari mobil menjadi tegangan AC. Inti dari inverter ini adalah untuk memeberikan tenaga listrik untuklaptop dan handshet.
Gambar 3.12 Inverter DC ke AC
3.4 PENGAMBILAN DATA(PENGUKURAN) 3.4.1 METODE PENGAMBILAN DATA Metode pengambilan data dengan membandingkan 3 operator (Telkomsel, Indosat dan Excelcomindo) dengan rute yang sama dan data yang diambil juga sama. Teknik pengambilan data menggunakan mode normal (bisa menerima jaringan 3G dan GSM) dan penguncian/lock jaringan (hanya menerima jaringan 3G). Pengambilan data hanya untuk voice dengan melakukan panggilan berulang-ulang. Untuk mendapatkan nilai RSCP, EcNo, Speech Quality Index (SQI), Call Setup Success Ratio, Call Drop Ratio, Successfull Call Ratio, Call Congestion Ratio, dan Handover Success Ratio.
34
3.4.2 PROSES DRI VE TEST Pertama-tama kita hubungkan handset, GPS, dan dongle (semacam kunci agar software tems investigation 8.1.3 tersebut bias digunakan) dengan laptop. Kemudian kita aktifkan software TEMS Investigation untuk memulai pengukuran.
Gambar 3.13 Instalasi peralatan untuk drive test
Proses drivetest sesuai dengan gambar 3.14, disesuikan dengan rute jalan yang ditempuh.
35
Start
gagal Koneksi GPS dan Ms ke laptop
berhasil
Buka Tems Investigation
gagal
Aktifkan COM
Identifikasi equipment
Connect all
berhasil Cek status MS dan GPS
Start Recording
Download data / video call
Drive Test ya Stop Record
Save record
Pengamatan baru
tidak Tutup tems
end
Gambar 3.14 Flowchat pengukuran data
36
Gambar 3.15 Proses drive test menggunakan perangkat lunak TEMS Iinvestigation
Gambar 3.16 Grafik respons MS
3.5 PENGOLAHAN DATA Pengolahan data hasil pengukuran pada TEMS investigation dapat dilakukan dalam dua cara yaitu dalam bentuk grafik (menggunakan fungsi report generator) dan dalam bentuk peta (menggunakan fungsi export), hasil yang diperoleh dari proses export kemudian diproses dalam mapinfo untuk pembuatan peta digital agar
37
dapat dikenali di mapserver(hasil berekstensi *.tab)dan pengaturan skala dari masing-masing parameter pengukuran.
3.5.1 DALAM BENTUK GRAFIK Langkah-langkah dalam mengolah hasil pengukuran dalam bentuk grafik adalah sebagai berikut: 1. Buka perangkat lunak TEMS Investigation. Klik Start > All Programs > Tems Product > TEMS Investigation 8.1.3 Data Collection. 2. Pilih tab Logfile > Report Generator. Kemudian pilih Add, Masukkan data dari hasil pengukuran (data berformat *.log)
Gambar 3.17 add file yang akan digenered dalam bentuk grafik
3. Klik Properties untuk memilih parameter-paramer voice 3G/UMTS yang akan diamati. Parameter yang diamati antara lain : - AS Cell Name - SAN CPICH Ec/No - SAN CPICH RSCP - SQI - SAN Cell Id - Latitude - Longitude
38
Gambar 3.18 pemilihan parameter 3G/UMTS yang akan diamati
3.5.2 DALAM BENTUK PETA DIGITAL Sebelum pemrosesan data di mapinfo, terlebih dahulu kita rubah file dalam ekstensi logfile kedalam bentuk peta(*.tab) dalam perangkat lunak TEMS Investigation. Langkah-langkah proses ini sebagai berikut: 1. Klik tab Logfile > Export Logfile pada perangkat lunak TEMS Investigation. 2. Selajutnya klik Add Order . 3. pilih output dalam format Mapinfo Tab-File.
Gambar 3.19 menetukan output yang dalam bentuk *.tab
39
4. klik Setup untuk memilih parameter-parameter 3G(UMTS) yang akan dijadikan dalam bentuk peta(*.tab). Parameter-parameter antara lain:
- AS Cell Name - SAN CPICH Ec/No - SAN CPICH RSCP - SQI - SAN Cell Id - Latitude - Longitude 5. Mengatur output di tab Option seperti gambar dibawah ini:
Gambar 3.20 pengaturan output 6. Simpan hasil pengaturan dalam ekstesi *.mex. 7. Tentukan letak output direktori. 8. Klik Start Prosess untu memulai konversi.
Gambar 3.21 eksport logfile
9. Ada empat file outputnya, jika proses berjalan dengan benar.
40
Gambar 3.22 hasil export logfile
10. Langkah selanjut dilakukan dengan perangkat lunak mapinfo. Dengan menbuka file hasil pemrosesan di TEMS Investigation tadi.
Tabel 3.2 hasil pengukuran operator XL
Setelah proses di TEMS Investigation selesai dilanjutkan meng- gunakan mapinfo untuk memperoleh parameter-parameter dalam bentuk peta yang dilambangkan dengan warna. Misal data yang di proses adalah data RSCP (Received Signal Code Power), langkah-langkah adalah sebagai berikut: 1. Buka perangkat lunak mapinfo. 2. Buka data yang akan diproses, file berupa *.tab.
41
Gambar 3.23 menentukan letak file yang akan diproses
3. Buat thematic map dengan cara klik tab Map > Create Thematic map. Pilih type Range > Point Range, Sequintaal HSV . Klik Next
Gamabar 3.24 Pemilihan tipe thematic map 4. Pemilihan field atau data yang akan diproses (misalkan field RSCP).
42
Gambar 3.25 Pemilihan data yang akan diproses
5. Langkah selanjurnya adalah menetukan range untuk RSCP sesuai dengan teori.
Gambar 3.26 range untuk RSCP
6. data yang berupa tabel berubah menjadi bentuk map seperti gambar 3.27.
43
Gambar 3.27 contoh hasil pengolahan di mapinfo (RSCP)
Hasil dari pengolahan di mapinfo yang sudah berupa map kemudian di tampilkan dalam mapserver.
3.6 PEMBUATAN MAPSERVER MS4W adalah paket instalasi mapserver pada platform Microsoft Windows. Proses instalasi mapserver cukup rumit karena melibatkan banyak komponen yang harus terintegrasi. Untunglah, pada platform Windows tersedia bundel MS4W, yang dibuat oleh DM Solusion Group, dan didistribusikan secara gratis. Paket tersebut sudah dkonfigurasi sedemikian rupa untuk memudahkan proses instalasi mapserver, dengan menyertakan komponen-komponen sebagai berikut: - Web server Apache.
44
- PHP untuk Pemrograman. - Mapserver, baik sebagai program CGI maupun sebagai ekstesi PHP. - MapLab, alat bantu visual yang dapat digunakan untuk menysun file konfigurasi mapserver. - Chameleon, framework yang dapat menangani tampilan dan interaksi user dengan aplikasi mapserver.
Rilis terakhir dari MS4W dapat didownload dari situs http://www.maptool.org.
3.6.1 INSTALASI MS4W(MAPSERVER FOR WINDOWS) Proses instalasi MS4W tidak menggunakan program instalsi khusus, melainkan hanyak menyalin file-file terkomprosi ke harddisk. Langkah-langkah instalasi MS4W seperti langkah dibawah ini: 1. Persiapkan program kompresi, bisa menggunakan winzip atau winrar. 2. Ekstrak file-file ke direktori C:, pada root direktori.
Gambar 3.28 direktori instalasi MS4W
3. Ekstrasi modul-modul
pengukung
MS4W lain seperti chameleon,gmap,maplab didirektori C:\ms4w\apps. 4. Untuk memeriksa hasil instalasi MS4W, jalankan batch file C:\ms4w\apache\apache-install,bat. Untuk memeriksa keberadaan servis tersebut, jalankan service manager (Start > Control Panel > Administrative Tools > Services).
45
Gambar 3.29 service apache web server
5. Selanjutnya , pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara browsing menggunakan web browser. Ketikkan alamat http://localhost/, akan muncul tampilan berikut jika benar.
Gambar 3.30 tampilan web MS4W
46
3.6.2 INSTALASI PHP/MAPSCRIPT Untuk mengaktifkan PHP/Mapscript sebagai ekstensi PHP, lakukan langkah-langkah berikut: 1. Edit file C:\ms4w\cgi-bin\php.ini. tambahkan baris ini dibawah baris yang berisi string ;Dynamic Extensions: (tanpa tanda petik); Enxtesion=php_mapscript_44.dll 2. Restart service apache. 3. Untuk memeriksa instalasi PHP/Mapscript, baut skrip PHP dengan isi dibawah ini: <?php Echo ms_GetVersion(); ?>
4. Simpan skrip tadi pada direktori C:\ms4w\Apache\htdocs, dengan nama msinfo.php, kemudian ketik URL http://localhost/msinfo.php. tampian URL tersebut dapat dilihat pada 3.27 jika php script sudah berjalan.
4.1 PENDAHULUAN Data-data pada suatu kegiatan benchmarking pada jaringan 3G/UMTS tidak pernah terlepas dari parameter-parameter seperti Call Event, RSCP, Ec/No, dan Speech Quality Index (SQI). Pada bab ini akan dibahas hasil analisa data yang meliputi data coverage plot RSCP, coverage plot Ec/No, dan Coverage plot SQI hasil pengukuran pada ketiga operator 3G/UMTS antara lain : Excelcomindo, Telkomsel san Indosat.
4.2 PARAMETER PENGUKURAN Adapun parameter pengukuran pada analisa data yang akan digunakan meliputi Call Event, RSCP, Ec/No, dan SQI.
4.3 DATA PENGUKURAN Pada data pengukuran ini meliputi pengukuran data call event, RSCP, Ec/No, dan SQI dengan menggunakan metode normal (bisa menerima jaringan 2G dan 3G) dan lock jaringan 3G/UMTS (hanya menerima jaringan 3G).
4.3.1 DATA CALL EVENT Normal (menerima jaringan 2G dan 3G) Pada tabel 4.1 dibawah merupakan call event yang terjadi pada proses drive test di area Surabaya Tengah dengan metode normal (bisa menerima jaringan 2G dan 3G), dimana pada operator Excelcomindo tidak terjadi blocked call dan dropped call dari 25 panggilan, pada operator Telkomsel terjadi 3 panggilan dropped call dari 29 kali panggilan, sedangkan pada operator Indosat terjadi sekali blocked call dan sekali dropped call dari 27 panggilan. Tabel 4.1 Call event Surabaya Tengah pada jaringan normal
Pada tabel 4.2 dibawah merupakan call event yang terjadi pada proses drive test di area Surabaya timur dengan metode normal (bisa menerima jaringan 2G dan 3G), dimana pada operator Excelcomindo tidak terjadi blocked call dan sekali terjadi dropped call dari 16 panggilan, pada operator Telkomsel terjadi 1 panggilan dropped call dari 16 kali panggilan, sedangkan pada operator Indosat terjadi sekali dropped call dari 17 panggilan.
Tabel 4.2 Call event Surabaya Timur pada jaringan normal
Pada tabel 4.3 dibawah merupakan call event yang terjadi pada proses drive test di area Surabaya utara dengan metode normal (bisa menerima jaringan 2G dan 3G), dimana pada operator Excelcomindo terjadi sekali blocked call dan sekali dropped call, dari 84 panggilan, pada operator Telkomsel terjadi satu panggilan dropped call dari 95 kali panggilan, sedangkan pada operator Indosat terjadi 4 kali blocked call dan 2 kali dropped call dari 88 panggilan.
Tabel 4.3 Call event Surabaya Utara pada jaringan normal
Pada tabel 4.4 dibawah merupakan call event yang terjadi pada proses drive test di area Surabaya selatan dengan metode normal (bisa menerima jaringan 2G dan 3G), dimana pada operator Excelcomindo terjadi sekali dropped call dari 84 panggilan, pada operator Telkomsel terjadi sekali bloked call dan 5 panggilan dropped call dari 8 kali panggilan, sedangkan pada operator Indosat terjadi 1 kali blocked call dan 3 kali dropped call dari 11 panggilan.
Tabel 4.4 Call event Surabaya Selatan pada jaringan normal
Pada tabel 4.5 dibawah merupakan call event yang terjadi pada proses drive test di area Surabaya barat dengan metode normal (bisa menerima jaringan 2G dan 3G), dimana pada operator Excelcomindo 22 panggilan dilakukan secara sukses, pada operator Telkomsel juga sama tidak ada bloked call dan dropped call dari 21 kali panggilan, sedangkan pada operator Indosat terjadi 3 kali dropped call dari 23 panggilan.
Tabel 4.5 Call event Surabaya Barat pada jaringan normal
Lock (hanya menerima jaringan 3G/UMTS) Pada tabel 4.6 dibawah merupakan call event yang terjadi pada proses drive test di area Surabaya Tengah dengan metode lock (hanya menerima jaringa 3G/UMTS), dimana pada operator Excelcomindo terjadi 15 blocked call dan sekali dropped call dari 101 panggilan, pada operator Telkomsel terjadi 3 panggilan bloked dan 4 kali dropped call dari 156 kali panggilan, sedangkan pada operator Indosat terjadi 4 kali blocked call dan 8 kali dropped call dari 110 panggilan.
Tabel 4.6 Call event Surabaya Tengah pada jaringan 3G/UMTS
Pada tabel 4.7 dibawah merupakan call event yang terjadi pada proses drive test di area Surabaya timur dengan metode lock (hanya menerima jaringa 3G/UMTS), dimana pada operator Excelcomindo tidak terjadi blocked call dan dropped call dari 65 panggilan, pada operator Telkomsel terjadi 2 bloked call dan 2 dropped call dari 69 kali panggilan, sedangkan pada operator Indosat tidak terjadi bloked call dan dropped call dari 64 panggilan.
Tabel 4.7 Call event Surabaya Timur pada jaringan 3G/UMTS
Pada tabel 4.8 dibawah merupakan call event yang terjadi pada proses drive test di area Surabaya utara dengan metode lock (hanya menerima jaringa 3G/UMTS), dimana pada operator Excelcomindo tidak terjadi blocked call dan dropped call dari 97 panggilan, pada operator Telkomsel terjadi 5 panggilan bloked call dan sekali dropped call dari 91 kali panggilan, sedangkan pada operator Indosat terjadi 6 kali blocked call dan 3 kali dropped call dari 96 panggilan.
Tabel 4.8 Call event Surabaya Utara pada jaringan 3G/UMTS
Pada tabel 4.9 dibawah merupakan call event yang terjadi pada proses drive test di area Surabaya utara dengan metode lock (hanya menerima jaringa 3G/UMTS), dimana pada operator Excelcomindo terjadi 2 kali blocked call dari 87 panggilan, pada operator Telkomsel tidak terjadi bloked call dan dropped call dari 90 kali panggilan, sedangkan pada operator Indosat terjadi 3 kali dropped call dari 92 panggilan.
Tabel 4.9 Call event Surabaya Selatan pada jaringan 3G/UMTS
Pada tabel 4.10 dibawah merupakan call event yang terjadi pada proses drive test di area Surabaya utara dengan metode lock (hanya
menerima jaringa 3G/UMTS), dimana pada operator Excelcomindo terjadi 3 kali bloked call dan sekali dropped call dari 107 panggilan, pada operator Telkomsel juga terjadi sekali bloked call dan 4 kali dropped call dari 116 kali panggilan, sedangkan pada operator Indosat terjadi 2 kali blocked call dan 7 kali dropped call dari 104 panggilan.
Tabel 4.10 Call event Surabaya Barat pada jaringan 3G/UMTS
4.3.2 DATA RSCP Pada gambar coverage plot RSCP terdapat 4 indikator warna yang mana setiap warna mempresentasikan nilai level sinyal yang diterima oleh mobile station selama proses drive test. Adapun keempat indikator warna tesebut:
Pada gambar 4.1 dibawah merupakan salah satu contoh coverage plot dari hasil pengukuran RSCP pada daearah Surabaya Tengah dengan metode lock (hanya menerima jaringan 3G/UMTS) untuk operator Excelcomindo. Dari coverage plot tersebut dapat diketahui bahwa level sinyal yang diterima oleh MS hampir didominasi oleh gambar hijau tua dan hijau, meski ada sedikit warna kuning dan merah dibeberapa titik. Selanjutnya untuk data plot coverage area lainnya terlampir.
56
Gambar 4.1 RSCP Excelcomindo, Surabaya Tengah, metode lock
Dari coverage plot diatas di diatas didapatkan data RSCP seperti pada tabel 4.11, dimana RSCP dengan indikator warna hijau tua memiliki prosentase sebesar 57%, warna hijau sebesar 36%, warna kuning sebesar 6%, dan warna merah 1%. Sehingga dapat dikatakan bahwa level sinyal (RSCP) Excelcomindo yang diterima oleh MS di area Surabaya Tengah dengan hanya menerima sinyal 3G/UMTS sangat baik. RSCP(SUB) Legent - Excelcomindo Color Range (dBm) % Bernilai -85 dBm s/d 0 dBm 57 Bernilai -98 dBm s/d -85 dBm 36 Bernilai -108 dBm s/d -98 dBm 6 Bernilai -120 dBm s/d -108 dBm 1 total 100
57
Tabel 4.11 RSCP Excelcomindo, Surabaya Tengah, metode lock
4.3.3 DATA ECNO Analisa pada coverage area meliputi seluruh daerah Surabaya yang dibagi menjadi 4 bagian daerah yaitu Surabaya Tengah, timur, selatan, utara dan barat dengan menggunakan metode normal dan lock. Pada gambar coverage plot EcNo terdapat 4 indikator warna yang mana setiap warna mempresentasikan nilai level kualitas sinyal yang diterima oleh mobile station selama proses drive test. Adapun keempat indikator warna tesebut:
Hijau tua Hijau Kuning merah
Bernilai -6 dB s/d 0 dB Bernilai -11 dB s/d -6 dB Bernilai -16 dB s/d -11 dB Bernilai -20 dB s/d -16 dB
Pada gambar 4.2 dibawah merupakan salah satu contoh coverage plot dari hasil pengukuran EcNo pada daearah Surabaya Tengah dengan metode lock (hanya menerima jaringan 3G/UMTS) untuk operator Excelcomindo. Dari coverage plot tersebut dapat diketahui bahwa level sinyal yang diterima oleh MS hampir didominasi oleh gambar hijau dan hijau tua, meski ada sedikit warna kuning dan merah dibeberapa titik. Selanjutnya untuk data plot coverage area lainnya terlampir.
58
Gambar 4.2 EcNo Excelcomindo, Surabaya Tengah, metode lock
Dari coverage plot diatas di diatas didapatkan data EcNo seperti pada tabel 4.12, dimana EcNo dengan indikator warna hijau tua memiliki prosentase sebesar 41%, warna hijau sebesar 48%, warna kuning sebesar 9%, dan warna merah 2%. Sehingga dapat dikatakan bahwa level kualitas sinyal (EcNo) Excelcomindo yang diterima oleh MS di area Surabaya Tengah dengan hanya menerima sinyal 3G/UMTS sangat baik. RSCP(SUB) Legent - Excelcomindo Color Range (dBm) % Bernilai -6 dBm s/d 0 dBm 41 Bernilai -11 dBm s/d -6 dBm 48 Bernilai -16 dBm s/d -11 dBm 9 Bernilai -20 dBm s/d -16 dBm 2 total 100
59
Tabel 4.12 EcNo Excelcomindo, Surabaya Tengah, metode lock
4.3.4 DATA SQI Analisa pada coverage area meliputi seluruh daerah Surabaya yang dibagi menjadi 5 bagian daerah yaitu Surabaya Tengah, timur, selatan, utara dan barat dengan menggunakan metode normal dan lock. Pada gambar coverage plot SQI terdapat 3 indikator warna yang mana setiap warna mempresentasikan nilai indeks kualitas suara yang didengar oleh alat pendengaran manusia selama proses drive test. Maka semakin tinggi nilai indeks maka SQI semakin bagus. Adapun ketiga indikator tersebut adalah :
Pada gambar 4.3 dibawah merupakan salah satu contoh coverage plot dari hasil pengukuran SQI pada daearah Surabaya Tengah dengan metode lock (hanya menerima jaringan 3G/UMTS) untuk operator Excelcomindo. Dari coverage plot tersebut dapat diketahui bahwa level sinyal yang diterima oleh MS hampir didominasi oleh gambar merah dan hijau, meski ada sedikit warna kuning dibeberapa titik. Selanjutnya untuk data plot coverage area lainnya terlampir.
RSCP(SUB) Legent - Excelcomindo Color Range (dBm) % Bernilai 18 s/d 30 54 Bernilai 0 s/d 18 10 Bernilai -20 s/d 0 45 total 100
60
Gambar 4.3 SQI Excelcomindo, Surabaya Tengah, metode lock
Dari coverage plot diatas di diatas didapatkan data SQI seperti pada tabel 4.13, dimana SQI dengan indikator warna hijau sebesar 45%, warna kuning sebesar 10%, dan warna merah 45%. Sehingga dapat dikatakan bahwa level kualitas suara Excelcomindo yang diterima oleh MS di area Surabaya Tengah dengan hanya menerima sinyal 3G/UMTS dibeberapa titik sangat baik dan di titik lain sangat buruk.
Tabel 4.13 SQI Excelcomindo, Surabaya Tengah, metode lock
61
4.4 ANALISA DATA PENGUKURAN Pada analisa data berikutnya adalah perbandingan hasil call sequence, RSCP, EcNo, dan SQI dari ketiga operator.
4.4.1 CALL SEQUENCE Untuk perbandingan hasil data call sequence ini meliputi call setup success ratio (CSSR), call drop ratio, successful call, call congestion ratio dan Handover success ratio.
4.4.1.1 CALL SETUP SUCCESS RATIO (CSSR) Call Setup Success Rate (CSSR), merupakan standarisasi prosentase tingkat keberhasilan panggilan oleh kesediaan kanal suara yang sudah dialokasikan untuk mengetahui kesuksesan panggilan tersebut, maka ditandai dengan tone saat terkoneksi dengan ponsel lawan bicara. Standard penilaian akan terketahui jika angka menuju > 95% maka berpredikat Excelent, 90 95% Good, 80-90% fair, dan jika <80% maka digolongkan poor atau buruk sekali. Pada perhitungan Call Setup Success Ratio ini menggunakan rumus seperti pada persamaan (1). Setelah dilakukan perhitungan CSSR sidapatkan hasil perbandingan gambar 4.4, dimana prosentase CSSR bila menggunakan jaringan normal (dapat menerima jaringan 2G dan 3G), dimana operator Indosat memiliki prosentase keseluruhan yang sangat baik diikuti oleh Excelcomindo. Sedangkan operator Telkomsel memiliki prosentase keseluruhan yang kurang baik atau poor terutama di daerah Surabaya selatan yang hanya memiliki prosentase kurang dari 85%.
Gambar 4.4 Prosentase CSSR, normal jaringan
62
Selanjutnya ketika dilakukan menggunakan metode lock jaringan (hanya menerima jaringan 3G/UMTS) ditunjukkan gambar 4.5, prosentase CSSR menunjukkan nilai yang baik. Hanya pada operator Excelcomindo pada daerah Surabaya Tengah memiliki nilai yang redah tetapi masih dapat di toleransi yaitu dalam golongan fair.
Gambar 4.5 Prosentase CSSR, lock jaringan
Kualitas CSSR terburuk dari operator XL terjadi karena pada BTS 15391 yang ada di daerah Surabaya Tengah ini. Proses handover intracell antar sektor 1:147 dan 2:155 tidak bisa terjadi, MS yang seharusnya dilayani oleh sektor 2:155 malah dilayani oleh sektor 1:147 yang tidak tepat menghadap lurus pada MS. Seperti yang terlihat pada gambar 4.6
63
Gambar 4.6 Proses Kegagalan Handover pada BTS XL 15391
4.4.1.2 CALL DROP RATIO Pada perhitungan call drop ratio ini menggunakan rumus seperti pada persamaan (2). Setelah dilakukan perhitungan call drop ratio didapatkan hasil perbandingan gambar 4.7, dimana prosentase call drop ratio bila menggunakan jaringan normal (dapat menerima jaringan 2G dan 3G), dimana pada daerah Surabaya selatan hampir keseluruhan operator memiliki prosentase yang buruk terlebih operator Telkomsel call drop rationya melebihi 50% yaitu 62,5%. Lebih dari separuh panggilan mengalami drop call.
64
Gambar 4.7 Prosentase call drop, normal jaringan
Selanjutnya ketika dilakukan menggunakan metode lock jaringan (hanya menerima jaringan 3G/UMTS) ditunjukkan oleh gambar 4.8, prosentase call drop ratio menunjukkan nilai yang baik. Terutama pada operator Exelcomindo hampir diseluruh daerah di Surabaya. Seangkan nilai prosentase call drop ratio paling tinggi ditunjukkan oleh operator Indosat didaerah Surabaya Tengah dan barat sebesar 7,27% dan 6,7%.
Gambar 4.8 Prosentase call drop, lock jaringan
65
4.4.1.3 SUCCESSFUL CALL RATIO Pada perhitungan successful call ratio ini menggunakan rumus seperti pada persamaan (3). Setelah dilakukan perhitungan successfull call ratio didapatkan hasil perbandingan seperti gambar 4.9, dimana prosentase successful call ratio bila menggunakan jaringan normal (dapat menerima jaringan 2G dan 3G), dimana pada daerah Surabaya selatan pada operator telkomsel memiliki prosentase successful call ratio paling kecil yaitu 25%, sedangkan operator Excelcomindo memiliki prosentase yang paling stabil dari ketiga operator.
Gambar 4.9 Prosentase successful call, normal jaringan
Selanjutnya ketika dilakukan menggunakan metode lock jaringan (hanya menerima jaringan 3G/UMTS) ditunjukkan oleh gambar 4.10, prosentase successful call ratio menunjukkan nilai yang baik dari ketiga operator. Terutama pada operator Exelcomindo di Surabaya timur yang memiliki prosentase 100% tetapi pada daerah Surabaya Tengah memiliki prosentase yang paling kecil. Sedangkan operator Telkomsel memiliki successful ratio yang paling stabil diatas 90%. Pada operator XL di daerah Surabaya Tengah, nilai successful ratio juga rendah , seperti halnya pada nilai CSSR hal ini disebabkan karena kegagalan proses handover intracell pada BTS 15391 seperti terlihat pada gambar 4.6.
66
Gambar 4.10 Prosentase successful ratio, lock jaringan
4.4.1.4 CONGESTION RATIO Pada perhitungan congestion ratio ini menggunakan rumus seperti pada persamaan (4). Setelah dilakukan perhitungan congestion ratio didapatkan hasil perbandingan seperti gambar 4.11, dimana prosentase congestion ratio bila menggunakan jaringan normal (dapat menerima jaringan 2G dan 3G). pada operator Excelcomindo memiliki prosentase yang stabil yaitu dibawah 2% di seluruh daerah Surabaya, sedangkan pada operator Telkomsel pada daerah Surabaya selatan memiliki nilai yang rendah (8,3%), selajutnya pada operator Indosat memiliki prosentase Congestion yang rendah yaitu pada Surabaya Tengah (3,6%), utara(3,8%) dan selatan (9%), hanya pada Surabaya timur dan barat memiliki prosentase yang baik yaitu 0%.
67
Gambar 4.11 Prosentase congestion ratio, normal jaringan
Selanjutnya ketika dilakukan menggunakan metode lock jaringan (hanya menerima jaringan 3G/UMTS) ditunjukkan oleh gambar 4.12, prosentase congestion ratio menunjukkan nilai yang baik dari ketiga operator. Hanya pada daerah Surabaya utara operator Telkomsel dan indosat memiliki prosentase congestion ratio diatas 5% tepatnya 5,2%(Telkomsel) dan 5,7(indosat). Pada operator XL di daerah Surabaya Tengah, nilai congestion ratio juga rendah , seperti halnya pada nilai CSSR dan successful call ratio hal ini disebabkan karena kegagalan proses handover intracell pada BTS 15391 seperti terlihat pada gambar 4.6.
Gambar 4.12 Prosentase congestion ratio, lock jaringan
68
4.4.1.5 HANDOVER SUCCESS RATIO Pada perhitungan handover success ratio ini menggunakan rumus seperti pada persamaan (5). Setelah dilakukan perhitungan congestion ratio didapatkan hasil perbandingan seperti gambar 4.13, dimana prosentase handover success ratio bila menggunakan jaringan normal (dapat menerima jaringan 2G dan 3G). semua operator memiliki nilai prosentase yang baik terutama operator indosat yang memiliki rata- rata handover success ratio diatas 99%.
Gambar 4.13 Prosentase handover success ratio, normal jaringan
Selanjutnya ketika dilakukan menggunakan metode lock jaringan (hanya menerima jaringan 3G/UMTS) ditunjukkan gambar 4.14, prosentase handover success ratio menunjukkan nilai yang baik dari ketiga operator. Pada daerah Surabaya selatan dan barat memiliki nilai handover success ratio 100%. Nilai terkecil dari handover success ratio berada di daerah Surabaya utara operator Indosat yaitu 95,7%.
69
Gambar 4.14 Prosentase handover success ratio, lock jaringan
4.4.2 RSCP (RECEIVED SIGNAL CODE POWER) Analisa data RSCP ini bertujuan mengetahui nilai kekuatan sinyal yang diterima oleh MS yang direpresentasikan sebagai (dBm), sebagaimana dapat dibandingkan kekuatan sinyal dari ketiga operator dalam 4 level kuat sinyal. Seperti terlihat pada gambar 4.15, dari pengukuran yang dilakukan di area Surabaya Tengah dengan metode normal, untuk range -85 s/d 0 dBm, prosentase RSCP dari operator Indosat yang paling tinggi sekitar 80%.
Gambar 4.15 Grafik prosentase RSCP Surabaya Tengah mode normal
70
Kemudian pada gambar 4.16, dari pengukuran yang dilakukan di area Surabaya Tengah dengan metode lock, untuk range -85 s/d 0 dBm, prosentase RSCP dari operator Telkomsel yang paling tinggi sekitar 68%.
Gambar 4.16 Grafik prosentase RSCP Surabaya Tengah mode lock
Untuk area Surabaya Timur, dari pengukuran yang dilakukan di area tersebut dengan metode normal, didapatkan pada range -85 s/d 0 dBm, prosentase RSCP dari operator Excelcomindo yang paling tinggi sekitar 81%, seperti terlihat pada gambar 4.17.
Gambar 4.17 Grafik prosentase RSCP Surabaya Timur mode normal
71
Dengan mode lock seperti gambar grafik 4.18, didapatkan pada range -85 s/d 0 dBm, prosentase RSCP dari operator Indosat yang paling tinggi sekitar 65%.
Gambar 4.18 Grafik prosentase RSCP Surabaya Timur mode lock
Pada operator Excelcomindo memiliki RSCP paling resah pada rentang -85 dBm sampai dengan 0 dBm yang yaitu kurang dari 50%. Salah satu penyebab adalah saat terjadi handover antara BTS 15441, 18561 dan 15961. Pada suatu titik yang seharusnya MS dilayani oleh BTS 15441 sektor 1:76 malah dilayani oleh BTS 15961 sektor 1:436 yang lokasinya lebih jauh, hal inilah salah satu penyebab rendahnya nilai RSCP. Seperti yang di tunjukkan oleh gambar dibawah ini.
72
Gambar 4.19 Kegagalan Handover XL pada BTS 15441, 18561 dan 15961
Untuk area Surabaya Utara, dari pengukuran yang dilakukan di area tersebut dengan metode normal, didapatkan pada range -85 s/d 0 dBm, prosentase RSCP dari operator Telkomsel yang paling tinggi sekitar 68%, seperti terlihat pada gambar 4.20.
73
Gambar 4.20 Grafik prosentase RSCP Surabaya Utara mode normal
Dengan mode lock seperti gambar 4.21, didapatkan pada range - 85 s/d 0 dBm, prosentase RSCP dari operator Excelcomindo yang paling tinggi sekitar 64%.
Gambar 4.21 Grafik prosentase RSCP Surabaya Utara mode lock
Untuk area Surabaya Selatan, dari pengukuran yang dilakukan di area tersebut dengan metode normal, didapatkan pada range -85 s/d 0 dBm, prosentase RSCP dari operator Telkomsel yang paling tinggi sekitar 96%, seperti terlihat pada gambar 4.22.
74
Gambar 4.22 Grafik prosentase RSCP Surabaya Selatan mode normal
Dengan mode lock seperti gambar 4.23, didapatkan pada range -85 s/d 0 dBm, prosentase RSCP dari operator Telkomsel yang paling tinggi sekitar 40%.
Gambar 4.23 Grafik prosentase RSCP Surabaya Selatan mode lock
Untuk area Surabaya Barat, dari pengukuran yang dilakukan di area tersebut dengan metode normal dan lock didapatkan pada range 85 s/d 0 dBm, prosentase RSCP dari operator Telkomsel yang paling tinggi sekitar 75%, seperti terlihat pada gambar 4.24.
75
Gambar 4.24 Grafik prosentase RSCP Surabaya Barat mode normal
Dengan mode lock seperti gambar 4.25, didapatkan pada range -85 s/d 0 dBm, prosentase RSCP dari operator Telkomsel yang paling tinggi sekitar 60%.
Gambar 4.25 Grafik prosentase RSCP Surabaya Barat mode lock
4.4.3 ECNO (ENERGI CARRIER PER NOISE) Analisa data EcNo ini bertujuan mengetahui nilai SNR(signal-to- noise-ratio) pada data yang diterima ponsel sebagaimana index SNR, sebagaimana dapat dibandingkan nilai SNR dari ketiga operator dalam 4 range index SNR.
76
Seperti terlihat pada gambar 4.26, dari pengukuran yang dilakukan di area Surabaya Tengah dengan metode normal, untuk range -6 s/d 0 dB, prosentase EcNo dari operator Indosat yang paling tinggi sekitar 70%.
Gambar 4.26 Grafik prosentase EcNo Surabaya Tengah mode normal
Dengan mode lock seperti gambar 4.27, didapatkan pada range -6 s/d 0 dB, prosentase EcNo dari operator Telkomsel yang paling tinggi sekitar 46%.
Gambar 4.27 Grafik prosentase EcNo Surabaya Tengah mode lock
77
Penyebab rendahnya nilai EcNo di daerah Surabaya Tengah antara lain di sebabkan kegagalan handover intracell yang terjadi pada BTS 15391 antara sektor 1: 147 dan 1:508 dan tidak ada BTS 3G didekatnya yang mendukung (seharusnya BTS 44147 belum mendukung 3G). Nilai terendah EcNo adalah -14dB pada titik yang seharusnya dilayani oleh sektor 1:147 yang seharusnya dilayani oleh sektor 1:508.
Gambar 4.28 Kegagalan handover intracell XL BTS 15391
Untuk area Surabaya Timur, dari pengukuran yang dilakukan di area tersebut dengan metode normal, didapatkan pada range -6 s/d 0 dB, prosentase EcNo dari operator Excelcomindo yang paling tinggi sekitar 90%, seperti terlihat pada gambar 4.29.
78
Gambar 4.29 Grafik prosentase EcNo Surabaya Timur mode normal
Dengan mode lock seperti gambar 4.30, didapatkan pada range -6 s/d 0 dB, prosentase EcNo dari operator Indosat yang paling tinggi sekitar 57%.
Gambar 4.30 Grafik prosentase EcNo Surabaya Timur mode lock
Untuk area Surabaya Utara, dari pengukuran yang dilakukan di area tersebut dengan metode normal dan lock didapatkan pada range -6 s/d 0 dB, prosentase EcNo dari operator Telkomsel yang paling tinggi sekitar 68%, seperti terlihat pada gambar 4.31.
79
Gambar 4.31 Grafik prosentase EcNo Surabaya Utara mode normal
Dengan mode lock seperti gambar 4.32, didapatkan pada range -6 s/d 0 dB, prosentase EcNo dari operator Telkomsel yang paling tinggi sekitar 48%.
Gambar 4.32 Grafik prosentase EcNo Surabaya Utara mode lock
Untuk area Surabaya Selatan, dari pengukuran yang dilakukan di area tersebut dengan metode normal, didapatkan pada range -6 s/d 0 dB, prosentase EcNo dari operator Excelcomindo yang paling tinggi sekitar 94%, seperti terlihat pada gambar 4.33.
80
Gambar 4.33 Grafik prosentase EcNo Surabaya Selatan mode normal
Dengan mode lock seperti gambar 4.34, didapatkan pada range -6 s/d 0 dB, prosentase EcNo dari operator Excelcomindo yang paling tinggi sekitar 44%.
Gambar 4.34 Grafik prosentase EcNo Surabaya Selatan mode lock
Untuk area Surabaya Barat, dari pengukuran yang dilakukan di area tersebut dengan metode normal dan lock didapatkan pada range -6 s/d 0 dB, prosentase EcNo dari operator Excelcomindo yang paling tinggi sekitar 82%, seperti terlihat pada gambar 4.35.
81
Gambar 4.35 Grafik prosentase EcNo Surabaya Barat mode normal
Dengan mode lock seperti gambar 4.36, didapatkan pada range -6 s/d 0 dB, prosentase EcNo dari operator Telkomsel yang paling tinggi sekitar 57%.
Gambar 4.36 Grafik prosentase EcNo Surabaya Barat mode lock
4.4.4 SQI (Speech Quality Index) Analisa data SQI bertujuan untuk mengetahui kualitas suara yang didengar oleh manusia secara normal yang direpresentasikan dalam range index SQI, sebagaimana dapat dibandingkan nilai kualitas suara dari ketiga operator dalam 3 range index SQI.
82
Seperti terlihat pada gambar 4.37, dari pengukuran yang dilakukan di area Surabaya Tengah dengan metode normal dan lock, untuk range 18 s/d 30 skala index SQI yang berarti kualitas suara yang didengar paling bagus, prosentase SQI dari operator Telkomsel yang paling tinggi yakni 79%.
Gambar 4.37 Grafik prosentase SQI Surabaya Tengah mode normal
Dengan mode lock seperti gambar 4.38, didapatkan pada range 18 s/d 30 skala index SQI, prosentase SQI dari operator Telkomsel yang paling tinggi sekitar 69%.
Gambar 4.38 Grafik prosentase SQI Surabaya Tengah mode lock
83
Untuk area Surabaya Timur, dari pengukuran yang dilakukan di area tersebut dengan metode normal, didapatkan pada range 18 s/d 30 yang berarti kualitas suara yang didengar paling bagus, prosentase SQI skala index SQI dari operator Indosat yang paling tinggi sekitar 67%, seperti terlihat pada gambar 4.39.
Gambar 4.39 Grafik prosentase SQI Surabaya Timur mode normal
Dengan mode lock seperti gambar 4.40, didapatkan pada range 18 s/d 30 skala index SQI, prosentase SQI dari operator Telkomsel yang paling tinggi sekitar 61%.
Gambar 4.40 Grafik prosentase SQI Surabaya Timur mode lock
84
Untuk area Surabaya Utara, dari pengukuran yang dilakukan di area tersebut dengan metode normal, didapatkan pada range 18 s/d 30 yang berarti kualitas suara yang didengar paling bagus, prosentase SQI dari operator Telkomsel yang paling tinggi sekitar 71%, seperti terlihat pada gambar 4.41.
Gambar 4.41 Grafik prosentase SQI Surabaya Utara mode normal
Dengan mode lock seperti gambar 4.42, didapatkan pada range 18 s/d 30 skala index SQI, prosentase SQI dari operator Excelcomindo yang paling tinggi sekitar 55%.
Gambar 4.42 Grafik prosentase SQI Surabaya Utara mode lock
85
Untuk area Surabaya Selatan, dari pengukuran yang dilakukan di area tersebut dengan metode normal, didapatkan pada range 18 s/d 30 yang berarti kualitas suara yang didengar paling bagus, prosentase SQI dari operator Excelcomindo yang paling tinggi sekitar 70%, seperti terlihat pada gambar 4.43.
Gambar 4.43 Grafik prosentase SQI Surabaya Selatan mode normal
Dengan mode lock seperti gambar 4.44, didapatkan pada range 18 s/d 30 skala index SQI, prosentase SQI dari operator Telkomsel yang paling tinggi sekitar 73%.
Gambar 4.44 Grafik prosentase SQI Surabaya Selatan mode lock
86
Untuk area Surabaya Barat, dari pengukuran yang dilakukan di area tersebut dengan metode normal, didapatkan pada range 18 s/d 30 yang berarti kualitas suara yang didengar paling bagus, prosentase SQI dari operator Telkomsel yang paling tinggi sekitar 82%, seperti terlihat pada gambar 4.45.
Gambar 4.45 Grafik prosentase SQI Surabaya Barat mode normal
Dengan mode lock seperti gambar 4.46, didapatkan pada range 18 s/d 30 skala index SQI, prosentase SQI dari operator Telkomsel yang paling tinggi sekitar 65%.
Gambar 4.46 Grafik prosentase SQI Surabaya Barat mode lock
BAB V PENUTUP
5.1 KESIMPULAN Dari analisa yang dilakukan dari hasil pengukuran kinerja dari operator 3G/UMTS di area Surabaya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.
2.
3.
Nilai Successfull Call Ratio berhubungan erat dengan CSSR dan drop call. Makin tinggi nilai CSSR dan makin rendah nilan drop call, maka tingkat kesuksesan panggilan akan semakin bagus. Seperti pada daerah Surabaya Barat pada operetor Excelcomindo mode normal prosentase CSSR 100%, call drop 0% didapat nilai successful ratio sebesar 100%. Tingkat kesuksesan dari handover pada jaringan 3G/UMTS tidak semata-mata dipengaruhi oleh RSCP dan EcNo, melainkan masih banyak parameter-parameter lainnya seperti jarak, power budget dan kondisi daerah. Seperti pada Surabaya Tengah nilai RSCP terbaik pada operator Telkomsel sebesar 68%(pada range -85dBm s/d 0 dBm) dan EcNo 46% (-6dB s/d 0 dB), nilai handover success ratio hanya 97%, lebih redah dari Indosat yang hanya memiliki nilai RSCP dan EcNo yang lebih kecil. Tingginya nilai EcNo belum tentu mempengaruhi kualitas suara(SQI) yang diterima oleh MS. Seperti pada daerah Surabaya Utara nilai EcNo Telkomsel 48%(pada range -6 dB s/d 0 dB) nilai SQI hanya 55%(pada range 18 s/d 30), lebih rendah Excelcomindo nilai EcNo hanya 45%(pada range -6 dB s/d 0 dB) tapi nilai SQI 61%(pada range 18 s/d 30).
5.2 SARAN 1. pada penelitian lebih lanjut diharapkan untuk melakukan pengukuran kualitas jaringan operator 3G/UMTS didalam gedung perkantoran, kampus, dan pusat perbelanjaan. 2. dimungkinkan untuk membuat web aplikasi sebagai wahana untuk pengolahan hasil pengukuran dengan cara drivetest.
87
88
Halaman ini sengaja dikosongkan
DAFTAR PUSTAKA
[1] Tandibura Frendy. Analisa Perbandingan Kinerja Jaringan Operator GSM di area Surabaya.ITS. 2008. [2] ERICSSON software. TEMS investigation user guide. Ericsson 2008. [3] Global Sinergi. Pengenalan TEMS. http://globalsinergi.com/news/ 2/Pengenalan-TEMS di akses pada 18 juli 2009. [4] Budi Aswoyo, Antena dan Propagasi, 2006. [5] Dirjen Postel, Peraturan Menteri Komunikasi dan Informasi tentang Standar Kualitas Pelayanan Jaringan Teleponi Dasar Pada Jaringan Bergerak Seluler, 2007 [6] Dirjen Postel, Hasil Pengukuran Kinerja Operasi Penyelenggara Seluler dan FWA, 2009 [7] Goksel Somer, Optimization and Log File Analysis in GSM, 2003. [8] European Comission. Cost Action 231.1999. [9] Regents of the University of Minnesota. Mapserver. http://mapserver.org/ diakses pada 2 agustus 2009. [10] Qualcomm, UMTS University, 2005 (DVD) [11] Haider Bilal, Radio Frequency Optimization & QoS Evaluation in Operator GSM Network, 2009
89
90
Halaman ini sengaja dikosongkan
BIODATA PENULIS
Heri Kiswanto, dilahirkan di Lamongan, 22 Pebruari 1987. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara pasangan Kaslan dan Surati. Penulis memulai studinya di TK-ABA Sumberagung (1992-1994), MIM Sumberagung (1994-2000), SLTPN 2 MODO (2000-2003). Tahun 2003 diterima di SMAN 2 Lamongan dan Tahun 2006 melanjutkan ke jenjang perkuliahan di Jurusan Teknik Telekomunikasi di PENS-ITS dan terdaftar dengan NRP 7206.040.060. Alamat penulis saat ini adalah Desa Sumberagung kec. Modo Lamongan Jawa Timur. Nomor telepon selular yang dapat dihubungi 085648854429 dan alamat e-mail heri.shake- @gmail.com.