Anda di halaman 1dari 2

LEMBAR KERJA MAHASISWA (LKM) REPTIL

Kelompok Nama Anggota

: Oateichthyes :1. Feti Tunjung Sari 2. Ika Dewi Sumiati 3. Siti Nur Arifah (120341421952) (120341421982) (120341400022)

A. Rumusan Masalah Bagaimana bentuk adaptasi perilaku ular terhadap predator ? B. Hipotesis Bentuk adaptasi perilaku ular bergantung pada struktur tubuh dan lingkungannya. C. Kajian Data Ular memiliki berbagai jenis racun seperti hemetoksin (mempengaruhi sel-sel darah merah), neurotoksin (mempengaruhi sistem saraf), cardiotoksin (mempengaruhi fungsi jantung) tetapi ular juga memiliki anti venom yang berguna dalam mengatasi bisa ular. Pupil dan pola tubuh dapat dijadikan suatu indicator untuk mengetahui ular itu bisa atau tidak. Pada kebanyakan spesies ular yang bisa memiliki pupil yang lebar dan ekor yang dapat bergetar untuk memperingatkan mangsa maupun predatornya. Hal ini Nampak pula pada ular kobra, ular derik, & ular beludak. Sedangkan pada ular phyton memiliki bentuk pupil yang lebar dan tidak memiliki ekor yang yang berderik yang berguna dalam mengidentifikasi mangsa atau predatornya. (Mondalina, 2013)

Gambar 1.1 mata pada ular kobra

gambar 1.2 mata pada ular phyton

Phyton memiliki otot yang cenderung lebih kuat dibandingkan ular kobra maupun ular derik sehingga dapat meremukkan tulang mangsanya. Ular berbisa rendah biasanya memiliki gerakan yang cepat, agresif, dan aktif di siang hari, membunuh mangsa dengan memelit, kepala berbentuk oval, tidak memiliki taring berbisa, gigitan tidak mematikan. Setelah ,enggigit mangsanya biasanya phyton akan meninggalkan tempat..(Mondalina, 2013)

Sedangkan ular berbisa tinggi biasanya gerakan kalem, tenang, penuh percaya diri, aktif di malam hari, bentuk kepala cenderung segitiga, membunuh mangsanya dengan menyuntikan bisanya melalui gigi taringnya. Setelah menggigit biasanya ular kobra akan tetap diam di tempatnya. Namun jika dilihat dari susunan anatominya otot tubuhnya tidak mampu meremukkan mangsanya. Selain itu, rahang yang dimiliki oleh ular kobra tidak sebesar rahang ular phyton.(Mondalina, 2013)

Gambar 1.3 morfologi ular kobra

gambar 1.4 morfologi ular phyton

D. Analisis Tengkorak yang dimiliki oleh ular bersifat lemah karena bagian-bagian tulangnya dapat digerakkan. Gigi tumbuh pada rahang dan tulang langit-langit mulut. Posisi gigi mengarah ke belakang untuk menahan mangsanya. Ular berbisa memiliki gigi taring pada bagian maksila mulutnya untuk menyalurkan bisa kepada mangsanya. Selain itu Jumlah vertebrae tergantung pada panjang ular (ada yang berjumlah 200 sampai 400). Otot-otot tubuh menghubungkan vertebrae dengan vertebrae, vertebrae dengan rusuk, rusuk dengan rusuk, rusuk dengan kulit dan kulit dengan kulit. Otot-otot itu ada yang panjangnya melebihi jarak yang ada, sehingga memungkinkan ular dapat bergerak melingkarlingkar. Ular juga dapat bergerak lurus ke depan, dengan jalan meluncur yang dibantu oleh sisik-sisik ventral di tanah, atau melekukkan tubuh dengan membuat sudut yang tajam. E. Kesimpulan Dari hasil pengamatan di atas dapat disimpulkan bahwa reaksi suatu hewan terhadap musuhnya itu tergantung kepada habitat, morfologi, anatomi, dan fisiologi dari hewan itu sendiri misalnya saja ular. Cara menghadapi predator antara ular berbisa dan ular tidak berbisa itu sangat berbeda. Ular yang berbisa mengandalkan bisa yang dimilikinya namun otot pada tubuhnya tidak terlalu kuat dan gig taring yang dimilikinya sangat tajam. Sedangkan pada ular yang tidak berbisa mengandalkan otot-otot tubuhnya untuk meremukkan predator, namun karena tidak memiliki bisa maka ia juga tidak memiliki gigi taring yang tajam. Jadi cara hewan menghadapi predator itu dipengaruhi oleh faktor morfologi dan anatomi tubuh hewan itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai