Anda di halaman 1dari 4

Peran Masyarakat Sipil global Oleh: Hafiz Abdillah - 071112018 Dalam tulisan ini penulis akan membahas mengenai

peran masyarakat sipil global (MSG). Sebelum membahas lebih jauh mengenai peran masyarakat sipil global baiknya dalam tulisan ini penulis mengambil definisi masyarakat sipil global terlebih dahulu dari tulisan Leni Wild (2006: 5) bahwa definisi struktural dari masyarakat sipil global ialah semua asosiasi diluar pemerintah, sektor privat dan keluarga yang bertindak secara transnasional. Sedangkan Colas (2005) dalam Gideon Baker dan David Chandler (2005) memformulasikan masyarakat sipil global sebagai aktor, institusi dan praktisi yang mereproduski penafsiran dari demokrasi, kebebasan, partisipasi dan kewarganegaraan dalam skala global. Merujuk pada definisi dari Wild dan Colas tersebut maka penulis mengambil definisi bahwa masyarakat sipil global ialah aktor yang beraksi secara transnasional diluar negara, sektor privat dan keluarga dalam proses demokrasi untuk berpartisipasi di dalamnya secara global. Selanjutnya mengenai definisi dari peran penulis mengambil definisi dari KBBI ialah perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat (bahasa.kemdiknas.go.id). Sedangkan artikata peran atau role dalam Oxford dictionary ialah the function assumed or part played by a person or thing in a particular situation (oxforddictionaries.com). Penulis menarik definisi dari dua sumber tersebut bahwa definisi dari peran yang disepakati dalam tulisan ini ialah seperangkat tingkah sebagai fungsi yang dimiliki oleh orang dalam situasi tertentu. Jadi penulis berpendapat bahwa peran dari masyarakat sipil global kembali lagi kepada dua kata dalam frase masyarakat sipil global yaitu masyarakat sipil. Kemudian analogi yang menarik diberikan oleh Dharmaputra (2014) yang menjelaskan mengenai peran dimana jika membicarakan definisi dari peran dapat ditarik terhadap terminologi devils advocate. Dalam Oxford dicitionary devils advocate berarti a person who expresses a contentious opinion in order to provoke debate or test the strength of the opposing arguments yang dicontohkan dalam kalimat the interviewer will need to play devils advocate, to put the other sides case forward. Maka jelas dalam makna peran terdapat fungsi yang harus dimainkan oleh subjek tersebut dalam tulisan ini ialah masyarakat sipil global Dalam diskusi pada perkuliahan Masyarakt Sipil Global pertemuan kelima di Universitas Airlangga audiensi menanyakan pada presenter posisi MSG kalah dengan posisi negara atau slaing melengkapi antara MSG dengan negara. Kemudian presenter menimpali bahwa

gerakan MSG bukan semata menentang negara, karena sasarannya juga banyak misalnya seperti Organisasi Internasional (WTO, IMF, World Bank), pasar dan entitas internasional lainnya dan MSG mencoba memasukkan agenda baru dalam ranah nasional dan internasional misalnya ada MSG yang menentang penggunaan chemical substance oleh Multi National Corporations (Putra 2014). Penulis setuju atas penuturan presenter tersebut bahwa MSG dalam menjalankan perannya tidak hanya berhadapan dengan negara di dunia internasional melainkan juga organisasi-organisasi internasional dan perusahaan-perusahaan multinasional seperti misalnya Battle of Seattle (1999) yang menentang WTO. Dalam prosesnya peran masyarakat sipil glibal dibagi menjadi tiga tahap oleh Richard Falk (2005) dalam Gideon Baker dan David Chandler (2005) yaitu fase yang pertama Falk mengasosiasikan dengan aktivitas NGOs dan gerakan-gerakan populer dalam isu yang spesifik pada area tertentu seperti perang atau perdamaian, lingkungan, HAM dan isu kesetaraan wanita; Fase yang kedua yaitu fokus pada mobilisasi masyarakat yang berdemonstrasi untuk turut menentukan kebijakan termasuk pengambilan keputusan di luar teritorial negara; Fase ketiga yaitu fase setelah perang dingin gerakan MSG dapat dibagi menjadi dua yaitu gerakan anti-globalisasi dan gerakan yang menuntut keadilan global. Ketiga fase tersebut kemudian dijelaskan oleh Dharmaputra (2014) dalam perkuliahan Masyarakt Sipil Global pertemuan kelima di Universitas Airlangga dimana fase pertama latar belakang gerakan masyarakat sipil global bersifat non-violent yang merepresentasikan suarasuara yang sebelumnya tidak memiliki tempat dengan kata lain bersifat alter, encourage atau push seperti contohnya pada tahun 1972 terbentuknya United Nations Environment Programme (UNEP) walaupun peserta konferensi ialah negara namun pendorong atas terselenggaranya pertemuan tersebut ialah masyarakat sipil global. Kemudian fase yang kedua terdapat beberapa perbedaan dimana masyarakat sipil terlihat lebih berani menentang pemerintahan dengan gerakan yang bersifat mobilization, change & challenge dengan ciri overthrow, transformation & transition (Dharmaputra 2014). Penulis setuju dengan hal tersebut dengan fakta-fakta yang terjadi di Iran yaitu penggulingan Syah Reza Pahlevi, di Afrika Selatan dengan kemenangan Nelson Mandela, di Amerika Serikat dengan adanya Student for Democratic Society (SDS) dan John Lennon di Amsterdam dan Montreal yang menentang keterlibatan Amerika Serikat dalam perang Vietnam. Kemudian fase yang ketiga yaitu setelah Perang Dingin berakhir seperti yang disampaikan oleh Falk (2005) dan Dharmaputra (2014) bahwa gerakan masyarakat sipil global terbagi menjadi dua yaitu anti globalisasi dan global justice movement.

Penulis mengambil kesimpulan dalam tulisan ini bahwa peran masyarkat sipil global selama ini bersifat dinamis berganti-ganti dan penulis berpendapat bahwa hal tersebut tergantung pada situasi yang ada dalam dunia internasional. Situasi yang sifatnya urgen dalam dunia internasional akan mempengaruhi gerakan dari masyarkat sipil global contohnya pada ketiga fase tersebut dimana yang pertama ialah timbulnya kepedulian terhadap lingkungan maupun sesama dengan latar belakang perang yang merusak alam dan menimbulkan banyak permasalahan kemanusiaan sehingga lahir organisasi seperti red cross dan UNEP. Kemudia di fase yang kedua dengan setelah pengalaman buruk dunia yang telah mengalami dua kali Perang Dunia masyarakat sipil enggan untuk ikut serta mendukung pemerintahan dalam perang sehingga ingin menciptakan dunia yang damai yang kemudian muncul protes terhadap Perang Vietnam di Amerika Serikat dan Belanda. Fase yang ketiga ialah dengan berakhirnya era Perang Dingin kemudian ekonomi juga menjadi fokus dalam isu internasional dimana ketimpangan ekonomi semakin terasa dengan adanya krisis tahun 1970 dan 1998 di Asia masyarakat sipil global menentang liberalisasi perdagangan yang semakin mengurangi perhatian pemerintah terhadap ekonomi rakyat sehingga munculah protes yang dikenal dengan Battle of Seattle pada tahun 1999. Referensi: Dharmaputra, Radityo, Peran Masyarakat Sipil Global, kuliah dalam Perkuliahan Masyarakat Sipil Global Universitas Airlangga, 4 April 2014. Falk, Richard. 2005. "The Changing Role of Global Civil Society" dalam Gideon Baker& David Chandler (eds.) Global Civil Society: Contested Futures, London&New York: Routledge, pp. 59-71. Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring n.d, peran, diakses 7 April 2014, http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php Oxford Dictionaries n.d, devils advocate, diakses 7 April 2014, http://www.oxforddictionaries.com/definition/english/devil%27sadvocate?q=devil%E2%80%99s+advocate Oxford Dictionaries n.d, role, diakses 7 April 2014, http://www.oxforddictionaries.com/definition/english/role?q=role

Putra, Andika Kelana 2014, Peran Masyarakat Sipil Global, diskusi dalam Perkuliahan Masyarakat Sipil Global Universitas Airlangga, 4 April 2014. Wild, Leni. 2006. Strengthening Global Civil Society dalam Institue for Public Policy Research, 30-32 Southampton Street, London WC2E7RA

Anda mungkin juga menyukai