Anda di halaman 1dari 85

PROYEK AKHIR

RANCANG BANGUN SCADA SISTEM PENGANGKUTAN BATU BARA DENGAN MEMANFAATKAN KOMUNIKASI RADIO

MOCHAMAD JANUAR EFFENDI NRP. 7309 040 022

DOSEN PEMBIMBING : Ir. YAHYA CHUSNA ARIEF, MT NIP. 19600906 198903 1 002 SUHARINIGSIH, S.ST, M.Eng NIP. 19640404 198903 2 002

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO INDUSTRI POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2011

PROYEK AKHIR

RANCANG BANGUN SCADA SISTEM PENGANGKUTAN BATU BARA DENGAN MEMANFAATKAN KOMUNIKASI RADIO

Mochamad Januar Effendi NRP. 7309 040 022

DOSEN PEMBIMBING : Ir. Yahya Chusna Arief, MT NIP. 19600906 198903 1 002 Suhariningsih, S.ST, M.Eng NIP. 19640404 198903 2 002

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO INDUSTRI POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2011

RANCANG BANGUN SCADA SISTEM PENGANGKUTAN BATU BARA DENGAN MEMANFAATKAN KOMUNIKASI RADIO Oleh: Mochamad Januar Effendi NRP.7309 040 022 Proyek Akhir ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan (S.ST) di Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Disetujui oleh Tim Penguji proyek akhir: Dosen Pembimbing:

1. Indhana Sudiharto, ST, MT NIP.19660227 199403 1 001

1. Ir. Yahya Chusna Arief, MT NIP.19600906 198903 1 002

2. Endro Wahjono, S.ST, MT NIP.19681109 199103 1 001

2. Suhariningsih, SST, M.Eng NIP.19640404 198903 2 002

3. Mohamad Safrodin, BSc, MT NIP.19770826 200812 1 002 Mengetahui Ketua Jurusan Teknik Elektro Industri

Ainur Rofiq Nansur, ST,MT NIP.19640713 198903 1 005

ABSTRAK
Dalam suatu industri terdapat proses yang variatif dan kompleks. Belum lagi letak suatu plant terkadang jauh dari pusat kendali. Sedangkan proses kerja atau proses produksi dituntut selalu berjalan sesuai rencana. Untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan suatu kontrol dan monitoring yaitu sistem SCADA. SCADA (Supervisory Control And Data Acquitition) termasuk didalamnya PLC (Programmable Logic Controller), Peralatan Industri (Inverter, Instrumentation equipment) dan Software SCADA yang diintegrasikan menjadi satu kesatuan. Sedangkan fungsi utama SCADA adalah memberikan informasi secara cepat dan akurasi serta pengendalian pada sebuah plant. PLC memiliki tipe bermacam-macam serta memiliki spesifikasi atau keunggulan berbeda, Sesuai dengan vendor yang memproduksi. Peralatan yang digunakan pun dalam suatu industri sangat bermacam-macam. Seperti inverter yang berfungsi untuk mengatur kecepatan motor AC menjadi variabel yang nantinya dapat menggerakkan konveyor, Peralatan Instrumentasi yang berfungsi salah satunya untuk mengukur besarnya daya yang digunakan pada suatu industri. Hal ini diperlukan suatu integrasi antara PLC, Peralatan Industri dan Software SCADA. PLC dengan Peralatan industri seperti inverter yang saling terintegrasi tersebut menggunakan media komunikasi yaitu modbus serial communnication dan PLC dengan Software SCADA yang terintegrasi tersebut menggunakan komunikasi Local Area Network (LAN). Hasil proyek akhir ini ialah PLC, Peralatan Industri (Inverter) dan Software SCADA dapat terintegrasi dengan melalui komunikasi antara PLC dengan Inverter dan komunikasi antara PLC dengan PC (Software SCADA). Sehingga semua peralatan dapat dikendalikan (motor) dan parameter kecepatan motor dapat dimonitoring dengan sistem SCADA.

Kata kunci: PLC, SCADA, Modbus Serial, LAN

ABSTRACT
In an industry are varied and complex process. Not to mention the location of a plant sometimes far from the control center. While the work process or production processes are required always go according to plan. To overcome this we need a control and monitoring of SCADA systems. SCADA (Supervisory Control And Data Acquitition) including the PLC (Programmable Logic Controller), Industrial Equipment (Inverters, Instrumentation equipment) and SCADA software are integrated into one unit. While the main function of SCADA is to provide information quickly and accuracy and control on a plant. PLC has a variety of types and have different specifications or advantage, In accordance with the vendor that produces. The equipment used was in a very diverse industry. As inverter which serves to regulate the speed of an AC motor into a variable that can later be moving conveyor, Instrumentation Equipment that serves one of them to measure the amount of power used in an industry. This required an integration between the PLC, Industrial Equipment and SCADA Software. PLC with industrial equipment such as inverters are integrated with each other using communication media that is modbus serial communnication and PLC with integrated SCADA Software is using communications Local Area Network (LAN). The results of this final project is to the PLC, Industrial Equipment (Inverter) and SCADA software can be integrated with the communication between the inverter and PLC communication between PLC and PC (SCADA Software). So that all equipment can be controlled (motor) and the parameters of the motor speed can be monitored by the SCADA system. . Key words: PLC, SCADA, Modbus Serial, LAN

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat, kekuatan, taufik serta hidayah-Nya. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikut setianya. Amin. Atas kehendak Allah sajalah, penulis dapat menyelesaikan proyek akhir yang berjudul : RANCANG BANGUN SCADA SISTEM PENGANGKUTAN BATU BARA DENGAN MEMANFAATKAN KOMUNIKASI RADIO Pembuatan Proyek Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan (S.ST) di Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Penulis berharap agar proyek akhir dapat menambah literatur dan memberikan banyak manfaat bagi para pembacanya. Dengan segala upaya penulis telah berusaha sebaik mungkin menyelesaikan proyek akhir ini, namun kami menyadari bahwa tak ada yang sempurna didunia ini sehingga mungkin masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan Proyek Akhir ini. Untuk itu koreksi, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diperlukan demi kesempurnaan dari Proyek Akhir ini. Akhirnya tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan sehingga terselesaikannya Proyek Akhir ini.

Surabaya, Juni 2011

Penulis

UCAPAN TERIMA KASIH


Sujud dan Syukur senantiasa penyusun ucapakan kehadirat ALLAH SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan proyek akhir ini, juga tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu dan Ayah tercinta yang tanpa kenal lelah selalu mendukung baik lewat doa , materi, motivasi dan juga kasih sayang yang tak pernah hilang. Rasa terima kasih tak cukup untuk membalas besar pengorbanan yang telah engkau berikan. Semoga anakmu ini selalu menjadi anak yang berbakti kepadamu dan dapat membalas semua pengorbananmu, terima kasih ayah dan ibuku yang tercinta. 2. Saudara-saudaraku tercinta yang selalu memberikan doa dan support pada saya. 3. Bapak Ir. Dadet Pramadihanto, M.Eng, Ph.D selaku Direktur Politeknik Elektronika Negeri Surabaya. 4. Bapak Ir. Yahya Chusna, MT selaku pembimbing yang selalu memberikan masukan dan nasehat. 5. Ibu Suhariningsih, S.ST, M.Eng selaku pembimbing yang selalu memberikan motivasi dan saran yang terbaik. 6. Bapak Ainur Rofiq N, ST,MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro Industri yang selalu memberikan yang terbaik bagi kami. 7. Ibu Renny Rakhmawati, ST,MT, selaku Sekretaris Jurusan Teknik Elektro Industri yang selalu mendukung dan memberikan motivasi bagi kami. 8. Bapak Ir.Anang Tjahyono, MT selaku kepala Lab. Factory Otomation yang telah banyak memberikan ilmu. 9. Bapak Ibunda Dosen PENS-ITS yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu, terima kasih atas ilmu yang telah diberikan. 10. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya Tugas Akhir ini yang tidak bisa penyusun sebutkan satu persatu.

DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................ iii ABSTRACT ..........................................................................................vii KATA PENGANTAR ......................................................................... viii UCAPAN TERIMA KASIH ..................................................................ix DAFTAR ISI ...........................................................................................x BAB I ......................................................................................................1 PENDAHULUAN ...................................................................................1 1.1 Latar Belakang...................................................................................1 1.2 Tujuan................................................................................................2 1.3 Batasan masalah ................................................................................3 1.4 Tinjauan pustaka................................................................................3 1.5 Metodologi ........................................................................................4 1.6 Sistematika Pembahasan....................................................................5 BAB II .....................................................................................................7 TEORI PENUNJANG .............................................................................7 2.1 PLC (Programmable Logic Controller) .............................................7 2.1.1 PLC Modicon Quantum CPU 311 100 ...........................................9 2.1.2 Modul controller (CPU) ...............................................................10 2.1.3 Power Supply (CPS) .....................................................................10 2.1.4 Modul Input/Output ......................................................................11 2.2 AC Drive .........................................................................................15 2.2.1 Teori AC Drive .............................................................................15 2.3 Motor Induksi 3 Phasa .....................................................................17 2.3.1 Macam-macam Motor Induksi 3 Phasa ........................................18 2.3.2 Slip Motor.....................................................................................19 2.3.2.1 Karakteristik Slip .......................................................................20 2.4 Torsi Motor......................................................................................20 2.4.1 Torsi poros atau torsi rotor ..........................................................20 2.4.2 Torsi starting.................................................................................21 2.4.3 Torsi maksimum ...........................................................................22 2.5 Komunikasi Radio ...........................................................................24 2.5.1 Topologi Jaringan Komputer ........................................................25 2.5.2 Topologi Bus ................................................................................25 2.5.3 Topologi Token Ring....................................................................26 2.5.4 Topologi Star ................................................................................27 2.5.5 Topologi Peer to Peer Network ....................................................28 2.6 Modbus Protokol .............................................................................28 2.6.1 Modbus RTU ................................................................................29

2.6.2 Modbus TCP ................................................................................31 2.6.2.1 ADU (Aplication Data Unit)......................................................31 2.7 Photo Semikonduktor ......................................................................32 2.8 Operational Amplifier (OPAMP) ...................................................35 2.9 Transistor.........................................................................................36 2.9.1 Transistor BJT sebagai saklar .......................................................38 2.10 Software Unity ProXL...................................................................39 2.10.1 Bahasa pemrograman dengan ST (Structure List) ......................40 2.11 Software Vijeo Citec......................................................................43 2.11.1 Membuat Project Baru................................................................43 2.11.2 Setting Komunikasi ....................................................................44 2.11.3 Konfigurasi Tag ..........................................................................46 2.11.4 Grafik..........................................................................................46 BAB III..................................................................................................51 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT ..................................51 3.1 Blok diagram sistem ........................................................................52 3.2 Perancangan dan pembuatan perangkat keras..................................52 3.2.1 Konveyor ......................................................................................52 3.2.2 Sensor Level .................................................................................54 3.2.2.1 Transistor sebagai switch...........................................................55 3.3 Perancangan dan pembuatan sistem komunikasi .............................56 3.3.1 Sistem Komunikasi antara PLC dan ATV31 ................................57 3.3.1.1 Format data yang ditransfer .......................................................57 3.4 Perancangan software ......................................................................59 3.4.1 Definisi variabel PLC ...................................................................60 3.4.2 Flowchart Software.......................................................................61 3.4.3 Program Ladder ............................................................................62 3.4.4 Program Structure Text.................................................................64 3.4.2 Tampilan kontrol dan monitoring .................................................65 BAB IV..................................................................................................67 PENGUJIAN DAN ANALISA .............................................................67 4.1 Metode Pengujian ............................................................................67 4.2 Pengujian rangkaian sensor level.....................................................67 4.3 Pegujian pembacaan komunikasi antara PLC dan ATV31 ..............69 4.4 Pegujian pembacaan komunikasi antara PLC dan PC .....................70 BAB V ...................................................................................................73 PENUTUP .............................................................................................73 5.1 Kesimpulan......................................................................................73 5.2 Saran ................................................................................................73

DAFTAR PUSTAKA................................................................................ LAMPIRAN ..............................................................................................

DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman

2.1 PLC Modicon Quantum ........................................................ 9 2.2 Modul Digital Input DDI 353 00......................................... 11 2.3 Indikator LED modul DDI 353 00 ...................................... 11 2.4 Konfigurasi modul DDI 353 00 .......................................... 13 2.5 Modul Digital Output DDO 353 00 .................................... 13 2.6 Indikator LED modul DDO 353 00..................................... 14 2.7 Konfigurasi modul DDO 353 00...........................................15 2.8 Blok diagram dari cara kerja AC Drive............................... 16 2.9 Pengolahan sinyal tegangan AC pada bagian converter...... 16 2.10 Pengolahan sinyal pada bagian inverter pada AC Drive....17 2.11 Motor Induksi 3 Phasa ...................................................... 18 2.12 Rangkaian ekivalen motor induksi 1 phasa ....................... 20 2.13 Karakteristik motor induksi Torsi(T) ............................... 24 2.14 Topologi basic network & Wireless Network ................... 25 2.15 Topologi BUS ................................................................... 26 2.16 Topologi Token Ring ........................................................ 27 2.17 Topologi Star..................................................................... 28 2.18 Bentuk format fungsi READ Data .................................... 31 2.19 Bentuk format fungsi WRITE Data .................................. 31 2.20 Paket data modbus TCP .................................................... 32 2.21. Kontruksi Photo Dioda..................................................... 34 2.22 Karaktristik Photo Dioda................................................... 35 2.23 Rangkaian Komparator dengan OPAMP LM324 ............. 36 2.24 Transistor through-hole..................................................... 37 2.25 Skematik Transistor .......................................................... 39 2.26 Kurva Transistor ............................................................... 39 2.27 Tampilan Software Unity ProXL ...................................... 40 2.28 Instruction List Unity ProXL ............................................ 42 2.29 Tampilan Citec Explorer ................................................... 43 2.30 Tampilan Menu New Project ............................................ 44 2.31 Tampilan Folder Communication ..................................... 45 2.32 Tampilan Express I/O ....................................................... 45 2.33 Tampilan Variabel Tag ..................................................... 46 2.34 Tampilan Citec Graphics Builder...................................... 47

Gambar

Halaman

2.35 Tampilan Setting Page ...................................................... 47 2.36 Tampilan Use Template .................................................... 48 2.37 Tampilan Halaman Style_XP............................................ 48 3.1 Blok Diagram Sistem .......................................................... 52 3.2 Konveyor tampak atas......................................................... 53 3.3 Konveyor tampak depan ..................................................... 54 3.4 Rangkaian pendeteksi benda ............................................... 54 3.5 Rangkaian sensor level........................................................ 56 3.6 Diagram Alur kerja Motor 1 dan Motor 2 .......................... 61 3.7 Diagram Ladder Start Motor 1 dan Motor 2 ....................... 62 3.8 Diagram Ladder Setpoint kecepatan 50Hz Motor 1 dan Motor 2 ................................................................................ 62 3.9 Diagram Ladder Setpoint kecepatan 40Hz Motor 1 dan Motor 2 ................................................................................ 63 3.10 Diagram Ladder Setpoint kecepatan 30Hz Motor 1 dan Motor 2 ................................................................................ 63 3.11 Diagram Ladder Setpoint kecepatan 20Hz Motor 1 dan Motor 2 ................................................................................ 63 3.12 Diagram Ladder Setpoint kecepatan 10Hz Motor 1 dan Motor 2 ................................................................................ 64 3.13 Diagram Ladder Setpoint kecepatan 0Hz Motor 1 dan Motor 2 ................................................................................ 64 3.14 Tampilan Main Control..................................................... 65 3.15 Tampilan Global Control .................................................. 66 4.1 Sensor Level........................................................................ 67 4.2 Ladder set poin kecepatan 50 Hz motor 1 dan motor 2....... 69

DAFTAR TABEL
Tabel Halaman

2.1 Mode Power Supply............................................................ 10 2.2 Keterangan Indikator Modul DDI 353 00 ........................... 12 2.3 Keterangan Indikator Modul DDO 353 00.......................... 14 2.4 Tabel Fungsi Modbus RTU................................................. 31 2.5 MBAP(Modbus Application Protokol ................................ 32 2.6 Deskripsi Tampilan Unity ProXL ....................................... 41 3.1 Data transistor BC557 ......................................................... 55 3.2 Pin conector Altivar31 dan converter komunikasi .............. 57 3.3 Definisi variabel PLC Modicon .......................................... 60 4.1 Pengujian sensor dan komparator ....................................... 68 4.2 Pengujian antara sensor level, indikator Software dan tinggi bak kontrol..................................................................68 4.3 Pengujian pembacaan komunikasi PLC dan Altivar31....70 4.5 Pengujian pembacaan komunikasi PLC dan PC pada jarak 5 meter ................................................................................. 71 4.5 Pengujian pembacaan komunikasi PLC dan PC pada jarak lebih dari 5 meter ................................................................. 71

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang


Pengertian SCADA secara harfiah merupakan kependekan dari Supervisory Control and Data Acquisition. Sedangkan secara definisi menurut ISA (The Instrumentation, Systems and Automation Society), SCADA merupakan teknologi yang memberikan kemudahan bagi pengguna untuk mendapatkan data dari satu atau lebih dari beberapa fasilitas yang berjauhan dan/atau mengirimkan beberapa instruksi supervisi ke beberapa fasilitas tersebut. Seiring dengan berkembangnya teknologi yang cukup cepat saat ini maka teknologi SCADA pun juga ikut berkembang semakin pesat. Sehingga SCADA sebenarnya bukan merupakan teknologi baru melainkan hanya suatu sistem dan/atau aplikasi yang memanfaatkan teknologi yang sudah ada. Sistem SCADA lebih dititik beratkan pada teknologi informasi dan komunikasi data sehingga diperlukan media yang mendukung komunikasi data secara cepat dan murah dalam jarak jauh. Salah satu media komunikasi tanpa kabel (wireless) yang cukup mudah untuk didapatkan di pasaran bebas adalah media komunikasi Radio Rf. Dalam waktu tertentu, para pengguna SCADA menginginkan adanya informasi yang dikirimkan ke pusat data secara otomatis tanpa harus datang ke Master Station atau menghubungi operator sistem plant yang ada di lapangan. Oleh karena adanya keperluan tersebut di atas maka diperlukan suatu penambahan sistem aplikasi SCADA menggunakan media komunikasi Radio Rf yang dapat mengirimkan informasi penting yang diperlukan untuk pemonitoran suatu sistem plant jarak jauh. Penerapan teknologi ini dapat diterapkan di industry, gedung perkantoran, pertambangan. Saat ini, teknologi elektro merupakan aspek penting dalam sistem SCADA, karena peralatan-peralatan proses berbasis elektrik, seperti motor listrik, Inverter, kontaktor, relay dan yang sering digunakan yaitu Programmable Logic Controller (PLC). PLC diperkenalkan pertama kali pada tahun 1989 oleh Modicon (sekarang bagian dari Schneider Electric), kemudian beberapa perusahaan seperti Rockwell Automation, General

Electric, GEC, Siemens dan Westinghouse memproduksi dengan harga standar dan kemampuan kerja tinggi. Pemasaran PLC dengan harga rendah didominasi oleh perusahaan Jepang seperti Mitsubishi, Omron, dan Toshiba. Dengan adanya PLC, Jaringan komunikasi dan perangkat-perangkat pendukung SCADA lainnya diharapkan dapat membantu memberikan informasi yang cepat dan akurat meskipun tanpa harus datang ke master station.

1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum


Tujuan umum dari pembuatan proyek akhir ini adalah sebagai syarat kelulusan dari pendidikan Diploma IV Politeknik Elektronika Negeri Surabaya ITS.

1.2.2 Tujuan Khusus


Pembuatan Proyek Akhir ini bertujuan sebagai berikut: 1. Tujuan dari proyek akhir ini adalah mengintegrasikan PLC Modicon Quantum, Inverter AC Drive, Sensor Level dan Software SCADA sehingga menjadi sebuah sistem SCADA. 2. Mengetahui sistem kerja komunikasi antara PLC (Programmable Logic Controller) dengan AC Drive dan komunikasi antara PLC dengan Software SCADA. 3. Mengimplementasikan sistem SCADA tersebut pada jarak jauh sehingga nantinya dapat diterapkan di Industri atau di gedung-gedung tinggi yang membutuhkan sistem monitoring dan sistem kontrol secara terpadu.

1.3 Batasan Masalah


1. SCADA diaplikasikan pada sistem monitoring sebuah miniatur konveyor (tanpa beban) yang menggunakan dua motor AC 3 phasa. 2. Menggunakan PLC Modicon Quantum CPU 311 10 sebagai controller untuk on/off motor, set point kecepatan motor dan komunikasi SCADA serta AC Drive. 3. Menggunakan AC Drive Altivar 31 sebagai pengendali frekuensi motor berdasarkan set point kecepatan dari PLC. 4. Sistem komunikasi yang digunakan adalah sistem komunikasi modbus serial ( RS-485 pada Altivar31) dan komunikasi modbus TCP/IP ( pada PLC dan modul komunikasi Radio). 5. Software SCADA yang digunakan adalah Vijeo Citec.

1.4 Tinjauan Pustaka 1. Moh. Imam Afandi dalam penelitian, dengan judul
Pembuatan Aplikasi SCADA GSM Untuk Pemonitoran Sistem Plant Jarak Jauh, membahas tentang komunikasi dengan menggunakan modem GSM. Limas Figurawati dalam proyek akhir 2006, dengan judul Laju Pergerakan Material Conveyor Horisontal Berbasis PLC, membahas tentang kerja kontroller dengan menggunakan PLC.

2.

1.5 Metodologi
Beberapa langkah yang dibutuhkan untuk pengerjaan proyek akhir ini, diantaranya : 1. Penentuan dan pengumpulan literatur Mengumpulkan dan mempelajari literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, seperti Manual Book PLC Modicon Quantum, Komunikasi PLC Modicon Quantum, Manual Software Vijeo Citec. 2. Studi literatur tentang teori penunjang proyek akhir

3.

4.

5.

6.

7.

Mempelajari secara teori dan praktis tentang penggunaan PLC dan SCADA dalam proses kerjanya. Perancangan sistem Melakukan perancangan sistem proyek akhir secara umum, yaitu integrasi antara PLC Modicon Quantum, AC Drive Motor AC 3 Phasa , Sensor Level dan Software SCADA. Pembuatan sistem Membuat proyek akhir bagian per bagian dimulai pembuatan hardware Sensor Level, Konveyor sampai dengan design software SCADA. Pengujian plant dan sistem. Melakukan pengujian dan analisa terhadap hasil integrasi PLC Modicon Quantum dengan HMI. Verifikasi sistem Perbaikan terhadap error dan penyempurnaan dari sistem yang dibuat agar sesuai dengan harapan. Penyusunan buku

Menyimpulkan hasil perencanaan dan pembuatan serta penyempurnaan alat dengan hasil pengujian dan menyusun buku Laporan Tugas Akhir. 1.6 Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam penyusunan laporan Proyek Akhir ini adalah sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan
Berisi latar belakang pembuatan, tujuan, batasan masalah yang dikerjakan, tinjauan pustaka dan sistematika pembahasan.

Bab II : Teori penunjang


Menjelaskan mengenai teori-teori penunjang yang dijadikan landasan dan rujukan perhitungan dalam mengerjakan proyek akhir ini.

Bab III : Perancangan dan pembuatan alat


Menjelaskan dan membahas tentang perencanaan dan pembuatan sistem.

Bab IV : Pengujian dan Analisa


Membahas pengujian sensor level, sistem komunikasi, perangkat lunak(software) maupun pengujian sistem secara keseluruhan dan analisa sistem.

BAB V : Penutup
Berisi kesimpulan dari keseluruhan pengerjaan proyek akhir dan saran-saran untuk memperbaiki kelemahan dari sistem yang telah dibuat demi pengembangan dan penyempurnaan di waktu mendatang.

BAB II TEORI PENUNJANG


Dalam Bab ini akan dibahas mengenai teori dasar yang berkaitan dengan penyelesaian proyek akhir meliputi teori dasar mengenai PLC (Programable Logic Controller), AC Drive, Motor AC 3 Phasa, Modul komunikasi radio, Sistem modbus, Software Unity ProXL, dan Software Vijeo Citec sebagai berikut :

2.1 PLC (Programmable Logic Controller)


Sebuah PLC (Programmable Logic control) adalah sebuah alat yang digunakan untuk menggantikan rangkaian sederetan relay yang dijumpai pada sistem kontrol proses konvensional. PLC bekerja dengan cara mengamati masukan (melalui sensor-sensor terkait), kemudian melakukan proses dan melakukan tindakan sesuai yang dibutuhkan, yang berupa menghidupkan atau mematikan keluarannya (logika 0 atau 1, hidup atau mati). Pengguna membuat program (yang umumnya dinamakan diagram tangga atau ladder diagram) yang kemudian harus dijalankan oleh PLC yang bersangkutan, Dengan kata lain, PLC menentukan aksi apa yang harus dilakukan pada instrumen keluaran berkaitan dengan status suatu ukuran atau besaran yang diamati. PLC banyak digunakan pada aplikasi-aplikasi industri, misalnya pada proses pengepakan, penanganan bahan, perakitan, otomatis dan sebagainya. Dengan kata lain, hampir semua aplikasi yang memerlukan kontrol listrik atau elektronik membutuhkan PLC. Guna memperjelas contoh penggunaan PLC ini, misalnya diinginkan saat suatu saklar ON, akan digunakan untuk menghidupkan sebuah selenoida selama 5 detik, tidak peduli berapa lama saklar tersebut ON. Kita bisa melakukan hal ini menggunakan pewaktu atau timer. Tetapi bagaimana jika yang dibutuhkan 10 saklar dan 10 selenoida, maka kita akan membutuhkan 10 pewaktu. Kemudian bagaimana jika kemudian dibutuhkan informasi berapa kali masing-masing saklar dalam kondisi ON, tentu saja akan membutuhkan pencacah eksternal. demikian seterusnya, makin lama makin kompleks.

Dengan demikian, semakin kompleks proses yang harus ditangani, Semakin penting penggunaan PLC untuk mempermudah proses-proses tersebut (dan sekaligus menggantikan beberapa alat yang diperlukan). Selain itu sistem control proses konvensional memiliki beberapa kelemahan, antara lain : Perlu kerja keras saat dilakukan pengkabelan Kesulitan saat dilakukan penggantian dan/atau perubahan; Kesulitan saat dilakukan pelacakan kesalahan; Saat terjadi masalah, waktu tunggu tidak menentu dan biasanya lama.

Sedangkan penggunaan kontroler PLC memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan sistem kontrol konvesional, antara lain: Dibandingkan dengan sistem kontrol proses konvensional, Jumlah kabel yang dibutuhkan bisa berkurang hingga 80 %. PLC mengkonsumsi daya lebih rendah dibandingkan dengan sistem kontrol proses konvensional (berbasis relay). Fungsi diagnostik pada sebuah kontroler PLC membolehkan pendeteksian kesalahan yang mudah dan cepat; Perubahan pada aurutan operasional atau proses atau aplikasi dapat dilakukan dengan mudah, hanya dengan melakukan perubahan atau penggantian program, baik melalui terminal konsol maupun komputer PC; Tidak membutuhkan spare part yang banyak; Lebih murah dibandingkan dengan sistem konvensional, khususnya dalam kasus penggunaan instrumen I/O yang cukup banyak dan fungsi operasional prosesnya cukup kompleks. Ketahanan PLC jauh lebih baik dibandingkan dengan relay auto-mekanik.

2.1.1 PLC MODICON Quantum CPU 311 100


Modicon Quantum merupakan seri PLC keluaran Schneider Electric, berikut bagian dari PLC modicon quantum yang ditunjukkan pada gambar 2.1: 1. Modul Kontroler (CPU) 2. Modul Power Supply (CPS) 3. Modul I/O (Dxx, Axx) 4. Modul Network Interface ( terdapat Modul Field Bus) 5. Modul Special Purpose /Intelligent 6. Simulator (XSM) dan Modul Baterai (XCP) 7. Backplanes (XBP) dan Backplane Expander (XBE) 8. Pengkabelan tipe CableFast (CFx)

Gambar 2.1 PLC Modicon Quantum

2.1.2 Modul controller (CPU)


CPU quantum digunakan sebagai master bus yang mengendalikan sistem lokal, remote dan I/O terdistribusi. Modul ini menggunakan sistem operasi digital dimana menggunakan programmable memory untuk penyimpan internal dari insruksi. Instruksi ini digunakan untuk mengimplementasikan fungsi spesifik seperti: Logic

Proses squensial Timing Coupling Aritmatika

2.1.3 Power Supply (CPS)


Berfungsi sebagai supply daya pada CPU PLC. Mode power supply pada tabel 2.1 dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan PLC yang akan kita gunakan. Jika menggunakan tipe Standalone maka power supply memiliki rating beban 3A sampai 8A. Dan jika konsumsi beban lebih dari 8A maka alangkah baiknya menggunakan power supply tipe Standalone summable.
Tabel 2.1 Mode Power Supply

Tipe Power Supply Standalone Standalone summable

Penggunaan Untuk konfigurasi 3A dan 8 A yang tidak membutuhkan toleransi kesalahan Untuk konfigurasi konsumsi beban lebih dari rating arus 8A.

2.1.4 Modul Input / Output


Digital Input (DDI 353 00) Gambar 2.2 menunjukkan Modul dengan mode sink dengan kapasitas 4 X 8 dan tegangan masukan 24 VDC.

Gambar 2.2 Modul Digital Input DDI 353 00

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Nomer Modul, Deskripsi Modul, Code Warna Tampilan LED Fuse Cutouts Terminal Kabel Removabel Door Label identifikasi konsumen

Gambar 2.3 Indikator LED modul DDI 353 00

Berikut tabel 2.2 adalah keterangan dari Indikator LED modul DDI 353 00 yang terdapat pada gambar 2.3:
Tabel 2.2 Keterangan indikator modul DDI 353 00

LED Active F 1.32

Warna Hijau Merah Hijau

Indikator ketika ON BUS Komunikasi aktif Kesalahan diluar modul Indikator tiap chanel

Pada gambar 2.3 menunjukkan indikator pada alamat channel 1-32 yang dipakai. Jika slot (Active) dan channel (1..32) tersebut dipakai maka indikator tersebut akan berwarna hijau. Apabila terjadi kesalahan pada pemasangan slot modul atau wiring kabel maka indikator F akan berwarna merah sesuai dengan keterangan pada tabe 2.2. Konfigurasi modul digital input DDI 353 00 dapat dilihat pada gambar 2.4. Konfigurasi modul digital input termasuk pada jenis mode sink yaitu berkaitan dengan penarikan atau penyedotan sejumlah arus dari piranti luar (eksternal), istilah ini berkaitan degan tanda - (terminal negatif) atau GND (ground). Dengan adanya indikator tersebut dapat diketahui apakah modul dan channel tersebut dapat bekerja dengan baik atau terjadi error. Jika terjadi error pada modul tersebut maka diperlukan pengecekan pada modul dan wiring pada channel tersebut dengan ditandai dengan led berwarna merah. Tergantung dari jenis indikator apa yang muncul seketika itu. Sehingga muncul indikator dengan led berwarna hijau.

Gambar 2.4 Konfigurasi modul DDI 353 00

Modul Digital Output

Gambar 2.5 menunjukkan Modul dengan mode source dengan kapasitas 4 X 8 dengan keluaran 24 VDC.

Gambar 2.5 Modul Digital Output DDO 353 00

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Nomer Modul, Deskripsi Modul, Code Warna Tampilan LED Fuse Cutouts Terminal Kabel Removable Door Label identifikasi konsumen

Gambar 2.6 Indikator LED modul DDO 353 00

Berikut tabel 2.3 adalah keterangan dari Indikator LED modul DDO 353 00 yang ada pada gambar 2.6:
Tabel 2.3 Keterangan indikator modul DDO 353 00

LED Active F 1.32

Warna Hijau Merah Hijau

Indikator ketika ON BUS Komunikasi aktif Kesalahan diluar modul Indikator tiap chanel

Pada gambar 2.6 menunjukkan indikator pada alamat channel 1-32 yang dipakai. Jika slot (Active) dan channel (1..32) tersebut dipakai maka indikator tersebut akan berwarna hijau. Apabila terjadi kesalahan pada pemasangan slot modul atau wiring kabel maka indikator F akan berwarna merah yang dapat dilihat pada tabel 2.3. Konfigurasi Modul digital input DDO 353 00 dapat dilihat pada gambar 2.7.

Gambar 2.7 Konfigurasi modul DDO 353 00

Konfigurasi modul digital output DDO pada gambar 2.7 termasuk jenis mode sourcing yaitu yang berkaitan dengan terminal atau tanda + atau Vcc, berkaitan dengan pemberian sejumlah arus ke piranti luar (eksternal).

2.2 AC Drive
Suatu motor AC memerlukan sistem pengendalian. Sistem pengendalian itu bisa brupa sistem yang paling sederhana yaitu On/Off. Seperti aplikasi motor Exhaust fan. Atau bisa pada sistem yang lebih kompleks seperti pada aplikasi perakitan mobil.

Keduanya membutuhkan sistem pengendalian start/stop. Tetapi perbedaannya ialah bagaimana keduanya menyediakan fasilitas pengandalian motor.

2.2.1 Teori AC Drive


AC Drive adalah sebuah alat yang dipakai untuk mengontrol kecepatan motor dengan cara mengendalikan frekuensi dari tegangan imput motor. Hal ini dilakukan dengan cara pertama kali mengubah daya AC 3 phasa 60 Hz menjadi DC. Kemudian dengan berbagai mekanisme switching, sinyal DC yang dihasilkan diubah menjadi bentuk frekuensi pseudo sine wave atau gelombang sinusoidal palsu AC 3 phasa yang dapat diubah-ubah. Cara pengendalian frekuensi yang dipakai adalah PWM (Pulse Width Modulation). Berikut adalah gambar 2.8 yang menjelaskan bagaimana AC Drive bekerja. PWM digunakan pada bagian converter dan inverter.

Gambar 2.8 Blok diagram dari cara kerja AC Drive

Ketika daya AC 3 phasa masuk converter, daya AC itu diubah menjadi DC oleh rectifier. Bentuk gelombang dapat dilihat pada gambar 2.9.

Gambar 2.9 Pengolahan sinyal tegangan AC pada bagian converter

Sinyal DC yang dihasilkan oleh konverter masih mengandung ripple sehingga digunakan suatu filter yang terdiri dari kapasitor dan choke yang diletakkan antara converter dan inverter. Kemudian sinyal yang sudah relatif lebih halus ini diteruskan ke inverter. Sinyal ini berupa DC murni yang berkisar antara 70 Volt.

Gambar 2.10 Pengolahan sinyal pada bagian inverter pada AC Drive

Inverter menghasilkan output AC yang diinputkan ke motor. Yang dapat dilihat pada gambar 2.10. Pembagian sinyal positif dan negatif terjadi didalam inverter yang menghasilkan grup dari pulsa tegangan. Frekuensi output dari PWM drive dikontroldengan menginputkan pulsa positif pada setengah gelombang dan pulsa negatif pada setenganh gelombang berikutnya. Pulsa-pulsa dalam tiap grup memiliki variasi lebar pulsanya, hal ini berhubungan dengan nilai tegangan. Pada bagian output inverter, pulsa yang sempit mewakili nilai tegangan yang rendah, sedangkan yang lebar mewakili nilai tegangan yang lebih tinggi dari gelombang sinus. Variasi lebar pulsa yang terjadi dinamakan Pulse Width Modulation.

2.3 Motor Induksi 3 Phasa


Motor AC atau motor induksi yang dapat dilihat pada gambar 2.11 adalah suatu mesin listrik yang merubah energi listrik
Gambar 2.11 Motor induksi 3 Phasa

menjadi energi gerak dengan menggunakan gandengan medan listrik dan mempunyai slip antara medan stator dan medan rotor. Prinsip kerja dari motor induksi 3 berdasarkan induksi elektro magnetis yakni bila belitan / kumparan stator diberi sumber tegangan AC 3 maka arus akan mengalir pada kumparan tersebut menimbulakan medan putar atau GGL yang berputar dengan kecepatan sinkron dan akan mengikuti persamaan: Ns = 120*f/p .........................................................(1-1) dimana: Ns : kecepatan motor berputar (rpm) Garis garis gaya fluks dari stator tersebut yang berputar akan memotong penghantar rotor sehingga pada penghantar tersebut timbul EMF (Electro motoris force ) atau tegangan induksi. Berhubung kumparan rotor adalah rangkaian tertutup maka pada kumparan tersebut mengalir arus. Arus yang mengalir pada penghantar rotor yang berada dalam medan magnet terbuka dari stator, maka pada penghantar rotor tersebut timbul gaya gaya yang berpasangan dan berlawanan arah. Gaya tersebut menimbulkan Torsi yang cenderung memutar bagian rotor motor induksi, rotor akan berputar dengan kecepatan putar Nr mengikuti persamaan medan putar stator (Ns). Secara umum motor induksi dikenal dengan jenis motor AC, dimana prinsip kerja dari motor induksi yaitu kumparan rotor pada motor tidak menerima energi listrik langsung tetapi di dapat secara induksi seperti yang terjadi pada energi kumparan sekunder transformator. Sehingga motor induksi dapat di identikkan dengan transformator yang kumparan primer sebagai kumparan stator atau armatur, sedangkan kumparan sekunder sebagai kumparan rotor.

Motor induksi 3 atau motor induksi polyphase mempunyai keuntungan dan kerugian antara lain: 1. Keuntungan : a. Konstruksi sangat sederhana dan daya tahan kuat. b. Harga relatif murah dan perawatan mudah. c. Efisiensi tinggi, pada kondisi berputar normal tidak dibutuhkan sikat dan rugi daya yang di timbulkan karena dapat dikurangi. d. Tidak memerlukan starting tambahan dan tidak harus sinkron. 2. Kerugian : a. Kecepatan tidak dapat berubah tanpa pengorbanan efisiensi. b. Kecepatan menurun seiring bertambahnya beban. c. Kopel awal mutunya rendah dibanding dengan motor DC shunt. Pada gambar 2.12 merupakan rangkaian ekivalen dari motor induksi atau motor AC. Motor induksi memiliki rangkaian equivalen yang sama seperti transformator yang berbeban resistif. Stator identik dengan sisi primer, sedangkan rotor identik dengan sisi sekunder transformator.

Persamaan untuk rangkaian ekivalen motor pada gambar 2.12: V =E1+I1(R1+jX1).(1-2) E1= I2(R2+jX2).(1-3) dimana: V = tegangan supply motor (Volt) R1 = tahanan stator () jX1 = impedansi stator () R2 = tahanan rotor () jX2 = impedansi rotor () s = Slip

Gambar 2.12 Rangkaian equivalen motor induksi.

2.3.1 Macam-Macam Motor Induksi 3 Phasa Berdasarkan bentuk rotor, dikelompokkan menjadi 2 macam : 1. motor induksi 3

Rotor belitan Yaitu mempunyai rotor kumparan 3 sama seperti stator dan kumparan stator, serta rotor mempunyai jumlah kutub yang sama . Rotor sangkar Yaitu mempunyai rotor dengan kumparan yang terdiri atas beberapa batang konduktor sehingga menyerupai tupai, rotor jenis sangkar ganda dapat digunakan untuk mengatasi berkurangnya kopel mula.

2.

2.3.2 Slip Motor Slip adalah perbedaan kecepatan putar antara kecepatan putar stator dengan kecepatan putar rotor, persamaannya dapat di tulis : S =

[ Ns Nr ] x 100 % Ns

atau

[ Ns Nr ] = S . Ns ........................................................... (1-4) dimana: S : Slip motor Ns : Kecepatan stator (rpm) Nr : Kecepatan rotor (rpm)

Pada saat kecepatan putar rotor sama dengan kecepatan putar stator, tegangan induksi rotor tidak ada dan arus (Ir) tidak timbul sehingga kopel tidak dihasilkan. Kopel akan di hasilkan jika kecepatan stator lebih besar dari pada kecepatan rotor, dengan kecepatan slip adalah : Ns Nr. 2.3.2.1 Karakteristik Slip Terdapat beberapa syarat untuk menentukan karakteristik slip, yaitu: a. Pada saat motor akan berputar (stand still), Slip bernilai satu (S= 1). b. Pada saat kecepatan putar motor sama dengan kecepatan sumber, Slip bernilai Nol (S = 0). c. Besar nilai Slip berkisar antara 0 < S < 1. 2.4 Torsi Motor Pada motor terdapat beberapa jenis torsi ,dimana nilai masing masing torsi berbeda : 2.4.1 Torsi poros atau torsi rotor Yaitu torsi yang terdapat pada rotor motor dapat di rumuskan: Tsh = RPD lossesMekanik .................................................. (1-5) r dimana : Tsh = torsi motor (Nm) RPD = daya yang di bangkitkan rotor RPD = RPI ( 1 - S) , ....................................................... (1-6) dengan RPI = 3. Ir. ( R ' r ) S r = terjadi di rotor , sehingga

= 2 .Nr dengan........................................ (1-7) 60

Efisiensi = atau

Pin losses x 100 % ..................................... (1-9) Pin

Pout x 100 % .............................. (1-8) Pout + loses

dimana losses terdiri dari losses mekanik,losses stator dan losses rotor.

2.4.2 Torsi starting Torsi starting mempunyai nilai lebih besar dari pada nilai torsi poros (rotor), sebab putaran terjadi di stator dan tidak di pengaruhi oleh losses mekanik, dirumuskan : Tsh start = RPIstart , dimana : s RPI start = daya input rotor. RPI start = 3.Ir start . Rr dengan Ir start=

s = terjadi di stator.
sehingga s =

Vs .................................. (1-10) (Re + Xe 2 )1 / 2


2

2 .Ns ........................................................ (1-11) 60

2.4.3 Torsi maksimum Torsi maksimum terjadi pada saat S = Smt ( slip maximum torsi ). Tsh max = RPD max lossesMeka nik .............................. (1-12) r dengan : RPD max = daya rotor maksimum

RPD max = RPI max (1- Smt) .............................................. (1-13) RPI max = 3. Irmax .

R' r 3.V 2 Rr ; ........................ (1-14) = Smt 2. Xe

dengan Smt = R ' r .................................................................. (1-15) Xe V V Ir max = ................................................. (1-13) =


. 2. Xe 2.R ' r

Pada gambar 2.13 menunjukkan karakteristik antara torsi terhadap kecepatan putar stator. Pada saat start, torsi motor sangat besar sehingga kecepatan motor rendah. Ketika motor berputar dengan kecepatan nominal maka torsi motor semakin rendah.

Gambar 2.13 Karakteristik motor induksi Torsi (T) terhadap putaran (n).

2.5 Komunikasi Radio (Wireless Networking)


Wireless Network atau jaringan tanpa kabel yang dapat

dilihat pada gambar 2.14 saat ini merupakan sebuah Teknologi yang sudah umum di gunakan oleh semua pihak. digunakan oleh ISP ( Internet Service Baik ), Provider

Perusahaan besar / Corporate Enterprise. Perusahaan kecil/ SOHO, Instansi Pemerintah, Warnet, Layanan Umum bahkan untuk kepentingan perorangan atau personal. Dengan kemajuan teknologi wireless ini semakin hari semakin ditingkatkan kualitas bandwith atau kecepatan transfer data maupun ditingkatkan kualitas keamanannya sehingga jaringan Wireless yang kita bangun benar benar sebagai jaringan yang aman dan tidak mudah ditembus oleh orang lain yang tidak berhak mengakses jaringan kita. Kecapatan transfer data mulai 11 Mbps, 54 Mbps, 108 Mbps, 300 Mbps bahkan lebih. Dengan semakin tinggi kecepatan Transfer data inilah yang menjadikan para penguna atau User merasa cukup terpenuhi kebutuhan akses data ( khususnya bagi Corporate ) sehingga tidak perlu lagi meragukan kecepatan transfer data karena sudah secepat transfer data mengunakan kabel UTP.

Gambar 2.14 Topologi Basic Network & Wireless Network

Pada umumnya, frekuensi yang digunakan oleh Wi-Fi, pengguna tidak diperlukan untuk mendapatkan ijin dari pengatur lokal (misal, Komisi Komunikasi Federal di A.S.). 802.11a menggunakan frekuensi yang lebih tinggi dan oleh sebab itu daya jangkaunya lebih sempit, lainnya sama.Versi Wi-Fi yang paling luas dalam pasaran AS sekarang ini (berdasarkan dalam IEEE 802.11b/g) beroperasi pada 2.400 MHz sampai 2.483,50 MHz. Dengan begitu mengijinkan operasi dalam 13 channel (masing-masing 5 MHz), berpusat di frekuensi berikut:
a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. Channel Channel Channel Channel Channel Channel Channel Channel Channel Channel Channel 1 - 2,412 MHz; 2 - 2,417 MHz; 3 - 2,422 MHz; 4 - 2,427 MHz; 5 - 2,432 MHz; 6 - 2,437 MHz; 7 - 2,442 MHz; 8 - 2,447 MHz; 9 - 2,452 MHz; 10 - 2,457 MHz; 11 - 2,462 MHz;

k. l.

Channel 12 - 2,467 MHz; Channel 13 - 2,472 MHz;

2.5.1 Topologi Jaringan Komputer


Topologi adalah suatu cara menghubungkan komputer yang satu dengan komputer lainnya sehingga membentuk jaringan. Cara yang saat ini banyak digunakan adalah bus pada gambar 2.15, token-ring pada gambar 2.16, star pada gambar 2.17dan peer-topeer network pada gambar 2.18. Masing-masing topologi ini mempunyai ciri khas, dengan kelebihan dan kekurangannya sendiri. 2.5.2 Topologi BUS

Metode BUS (Metode Paralel) pada gambar 2.15 adalah cara menghubungkan komputer sehingga terjalin komunikasi antara komputer satu dengan yang lain dalam sebuah jaringan.

Gambar 2.15 Topologi Bus

Keuntungan : Hemat kabel Layout kabel sederhana Mudah dikembangkan Kerugian : Deteksi dan isolasi kesalahan sangat kecil Kepadatan lalu lintas

Bila salah satu client rusak, maka jaringan tidak bisa berfungsi Diperlukan repeater untuk jarak jauh 2.5.3 Topologi TokenRING Metode token-ring (sering disebut ring saja) pada gambar 2.16 adalah cara menghubungkan komputer sehingga berbentuk ring (lingkaran). Setiap simpul mempunyai tingkatan yang sama. Jaringan akan disebut sebagai loop, data dikirimkan kesetiap simpul dan setiap informasi yang diterima simpul diperiksa alamatnya apakah data itu untuknya atau bukan

Gambar 2.16 Topologi TokenRing

Keuntungan : Hemat Kabel Kerugian : Peka kesalahan Pengembangan jaringan lebih kaku 2.5.4 Topologi STAR Kontrol terpusat yang terdapat pada gambar 2.17, semua link harus melewati pusat yang menyalurkan data tersebut kesemua simpul atau client yang dipilihnya. Simpul pusat dinamakan stasium primer atau server dan lainnya dinamakan stasiun sekunder atau client server. Setelah hubungan jaringan dimulai oleh server

maka setiap client server sewaktu-waktu dapat menggunakan hubungan jaringan tersebut tanpa menunggu perintah dari server.

Gambar 2.17 Topologi Star

Keuntungan : a. Paling fleksibel b. Pemasangan/perubahan stasiun sangat mudah dan tidak mengganggu bagian jaringan lain c. Kontrol terpusat d. Kemudahan deteksi dan isolasi kesalahan/kerusakan e. Kemudahaan pengelolaan jaringan Kerugian : a. Boros kabel b. Perlu penanganan khusus c. Kontrol terpusat (HUB) jadi elemen kritis 2.5.5 Topologi Peer-to-peer Network Peer artinya rekan sekerja. Peer-to-peer network adalah jaringan komputer yang terdiri dari beberapa komputer (biasanya tidak lebih dari 10 komputer dengan 1-2 printer). Dalam sistem jaringan ini yang diutamakan adalah penggunaan program, data dan printer secara bersama-sama. Pemakai komputer bernama Dona dapat memakai program yang dipasang di komputer Dino, dan mereka berdua dapat mencetak ke printer yang sama pada saat yang bersamaan.

Sistem jaringan ini juga dapat dipakai di rumah. Pemakai komputer yang memiliki komputer kuno, misalnya AT, dan ingin memberli komputer baru, katakanlah Pentium II, tidak perlu membuang komputer lamanya. Ia cukup memasang netword card di kedua komputernya kemudian dihubungkan dengan kabel yang khusus digunakan untuk sistem jaringan. Dibandingkan dengan ketiga cara diatas, sistem jaringan ini lebih sederhana sehingga lebih mudah dipejari dan dipakai.

2.6 Modbus Protokol


Modbus protocol (berasal dari singkatan 'Modicon Bus') yang awalnya dikembangkan oleh Modicon (kini Schneider Automation) pada akhir dekade 1970-an, telah mengalami perkembangan mulai dari Modbus dimana ada satu yang bertindak sebagai Modbus Master dan lainnya adalah Modbus Slave (sering disebut sebagai Modbus RTU). Karena diperlukan komunikasi dalam bentuk teks, maka dibuat pula Modbus ASCII, yang kemudian karena tuntutan kecepatan dikembangkan pula Modbus Plus. Dengan perkembangan teknologi jaringan yang menggunakan Ethernet dan TCP/IP, maka Modbus dibungkus (encapsulated) untuk bisa ditransmisikan melalui Ethernet dan muncul dengan nama Modbus/TCP . Modicon membuka teknologinya secara cuma-cuma dan teknologi ini mendapat sambutan yang sangat baik sebagai industrial protocol pada zaman itu. Banyak vendor menggunakan Modbus untuk peralatan mereka sehingga memudahkan integrasi dari satu sistem dengan sistem lainnya. Dengan demikian, Modbus mengklaim dirinya sebagai standard de facto untuk industrial protocol yang sampai saat ini masih banyak dipergunakan. Teknologi industrial data communication juga terus berkembang dengan munculnya OPC (OLE for Process Control; OLE = Object Linking & Embedding) yang mendukung V-T-Q (Value-Time-Quality). Industrial protocol yang lama seperti Modbus hanya mengkomunikasikan Value (parity check optional), sehingga Modbus OPC Server melakukan time stamping dengan menggunakan dari RTC (Real Time Clock) pada PC dimana OPC Server tersebut dijalankan, dan Quality atau status flag diberikan

berdasarkan komunikasi. Kalau komunikasi normal maka diberikan status 'good', sedangkan pada keadaan communication error diberikan status 'bad'.

2.6.1 Modbus RTU Modbus serial menggunakan physic RS232 atau RS485.
Format karakter : 1 start, 8 data, even parity, 1 stop bit 1 start, 8 data, odd parity, 1 stop bit 1 start, 8 data, no parity, 2 stop bit 1 start, 8 data, no parity, 1 stop bit Baudrate : 1200, 2400, 4800, 9600 and 19200 Bd Modbus transmission RTU dapat melakukan proses komunikasi berdasarkan fungsi-fungsi yang ditunjukkan pada tabel 2.4 dibawah ini:
Tabel 2.4 Tabel fungsi Modbus RTU

Kode desimal 3 berfungsi untuk membaca register/alamat lebih dari satu alamat. Kode desimal 6 berfungsi untuk menulis (broadcast) pada satu register saja. Kode desimal 16 berfungsi untuk menulis(broadcast) pada lebih dari satu register. Sedangkan pada kode desimal 43 berfungsi untuk mendeteksi nomer register device, tahun pabrikasi, nama vendor yang memproduksi. Akan tetapi pada kode desimal 43 jarang sekali digunakan dalam komunikasi.

Fungsi READ :

Gambar 2.18 Bentuk format fungsi READ data

Fungsi WRITE:

Gambar 2.19 Bentuk format fungsi WRITE data

Bentuk format data yang ditransfer dalam modbus RTU terdiri dari fungsi read pada gambar 2.18 yaitu slave akan memberikan respon pada master sesuai dengan data yang ditransfer pada slave dan fungsi write pada gambar 2.19 adalah master melakukan broadcast pada slave. Data yang ditransfer semuanya adalah dalam bentuk hexadecimal.

2.6.2 Modbus TCP


Modbus yang dalam pengiriman datanya melalui media Ethernet. Data yang ditransfer dalam bentuk format hexadecimal.

2.6.2.1 ADU (Aplication Data Unit)


a. b. Paket data modbus TCP terdiri dari dua komponen. Yaitu : Modbus Aplication Protokol (MBAP) pada gambar 2.20 Protokol Data Unit ( PDU ) pada tabel 2.5

Gambar 2.20 Paket data modbus TCP

Tabel 2.5 MBAP (Modbus Application Protokol)

PDU terdiri dua bagian: 1. Code Function: kode fungsi untuk mengidentifikasi data byte reading input,writing coil,read/write register.

2. Data: tediri dari gabungan data parameter and/or dengan perintah operasi yang akan dilakukan.
2.7 Photo Semikonduktor
Device photo semikonduktor pada gambar 2.2, Memanfaatkan efek kuantum pada junction, energi yang diterima

oleh elektron yang memungkinkan elektron pindah dari ban valensi ke ban konduksi pada kondisi bias mundur. Bahan semikonduktor seperti Germanium (Ge) dan Silikon (Si) mempunyai 4 buah electron valensi, masing-masing electron dalam atom saling terikat sehingga electron valensi genap menjadi 8 untuk setiap atom, itulah sebabnya kristal silicon memiliki konduktivitas listrik yang rendah, karena setiap electron terikan oleh atom-atom yang berada disekelilingnya. Untuk membentuk semikonduktor tipe P pada bahan tersebut disisipkan pengotor dari unsure golongan III, sehingga bahan tersebut menjadi lebih bermuatan positif, karena terjadi kekosongan electron pada struktur kristalnya. Bila semikonduktor jenis N disinari cahaya, maka elektron yang tidak terikat pada struktur kristal akan mudah lepas. Kemudian bila dihubungkan semikonduktor jenis P dan jenis N dan kemudian disinari cahaya, maka akan terjadi beda tegangan diantara kedua bahan tersebut. Beda potensial pada bahan silikon umumnya berkisar antara 0,6 volt sampai 0,8 volt.

(a)

(b)

(c)
Gambar 2.21 Konstruksi Fotodioda (a) junction harus dekat permukaan (b) lensa untuk memfokuskan cahaya (c) rangkaian dioda foto

Ada beberapa karakteristik foto dioda yang dapat dilihat pada gambar 2.22 perlu diketahui antara lain: a. Arus bergantung linier pada intensitas cahaya b. Respons frekuensi bergantung pada bahan (Si 900nm, GaAs 1500nm, Ge2000nm) c. Digunakan sebagai sumber arus d. Junction capacitance turun menurut tegangan bias mundurnya e. Junction capacitance menentukan respons frekuensi arus yang diperoleh.

Gambar 2.22 Karakteristik Dioda Foto (a) intensitas cahaya (b) panjang gelombang (c) reverse voltage vs arus dan (d) reverse voltage vs kapasitansi

LED infra merah adalah suatu komponen yang tersusun dari sambungan PN yang akan memancarkan cahaya bila dialiri arus dengan bias maju. Proses pancaran cahaya berdasarkan perubahan tingkat energi ketika elektron dan lubang bergabung atau berekombinasi di daerah N pada saat LED dibias maju. Selama perubahan energi ini, proton akan dibangkitkan, sebagian akan diserap oleh bahan semikonduktor dan sebagian lagi akan dipancarkan sebagai energi cahaya. Tingkatan energi dari proton dinyatakan dengan persamaan dibawah ini.

dimana: E adalah energi dalam elektron volt c adalah kecepatan cahaya adalah panjang gelombang h adalah konstanta Plank (6,62x10-34 Js)

Infra merah yang digunakan sebagai transmisi dan hanya memanfaatkan pancaran cahaya infra merah. Jika LED infra merah memancarkan cahaya berarti datanya dianggap 1, sedangkan jika LED infra merah tidak memancarkan cahaya berarti datanya 0.

2.8 Operational Amplifier (OP-AMP)

Gambar 2.23 Rangkaian komparator dengan OP-Amp LM 324

Bagian pada gambar 2.23 adalah rangkaian pembanding/ komparator. Menggunakan sebuah OpAmp (operational amplifier) yang mempunyai 2 masukan yaitu inverting dan non inverting. Prinsipnya adalah hanya membandingkan antara masukan inverting dan non inverting jika kedua masukan bernilai (bertegangan) sama, maka output OpAmp akan bernilai nol dan sebaliknya. Sebuah masukan dijadikan patokan dan diberi variable tegangan (untuk menentukan kepekaan daya tangkap) dalam hal ini, masukan non inverting lah yang menjadi referensi. Cara kerja rangkaian ini adalah ketika photo diode tidak terkena cahaya, set Resistor variable 20k hingga masukan inverting dan non inverting pada Op-Amp sama, ditandai dengan LED menyala (bernilai 0). Pada saat photodiode terkena cahaya, maka resistansinya akan mengecil sehingga terjadi drop tegangan pada titik A, drop tegangan tersebut tentu saja juga

mengubah masukan inverting Op-Amp sehingga menyebabkan output Op-Amp bertegangan (tidak nol lagi).

2.9 Transistor
Transistor yang dapat dilihat pada gambar 2.24 adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, sebagai sirkuit pemutus dan penyambung (switching), stabilisasi tegangan, modulasi sinyal atau sebagai fungsi lainnya. Transistor dapat berfungsi semacam kran listrik, dimana berdasarkan arus inputnya (BJT) atau tegangan inputnya (FET), memungkinkan pengaliran listrik yang sangat akurat dari sirkuit sumber listriknya.

Gambar 2.24 Transistor through-hole (dibandingkan dengan pita ukur centimeter)

Pada umumnya, transistor memiliki 3 terminal. Tegangan atau arus yang dipasang di satu terminalnya mengatur arus yang lebih besar yang melalui 2 terminal lainnya. Transistor adalah komponen yang sangat penting dalam dunia elektronik modern. Dalam rangkaian analog, transistor digunakan dalam amplifier (penguat). Rangkaian analog melingkupi pengeras suara, sumber listrik stabil, dan penguat sinyal radio. Dalam rangkaian-rangkaian digital, transistor digunakan sebagai saklar berkecepatan tinggi. Beberapa transistor juga dapat dirangkai sedemikian rupa sehingga berfungsi sebagai logic gate, memori, dan komponen-komponen lainnya. Terdapat dua jenis kontruksi dasar BJT, yaitu jenis n-p-n dan jenis p-n-p yang dapat dilihat pada gambar 2.25. Untuk jenis n-p-n, BJT terbuat dari lapisan tipis semikonduktor tipe-p dengan tingkat doping yang relatif rendah, yang diapit oleh dua lapisan

semikonduktor tipe-n. Karena alas an sejarah pembuatannya, bagian di tengah disebut basis (base), salah satu bagian tipe-n (biasanya mempunyai dimensi yang kecil) disebut emitor (emitter) dan yang lainya sebagai kolektor (collector). Secara skematik kedua jenis transistor diperlihatkan pada gambar 2.35. Tanda panah pada gambar 2.35 menunjukkan kaki emitor dan titik dari material tipe-p ke material tipe-n. Perhatikan bahwa untuk jenis n-p-n, transistor terdiri dari dua sambungan p-n yang berperilaku seperti diode. Setiap diode dapat diberi panjar majuatau berpanjar mundur, sehingga transistor dapat memiliki empat modus pengoperasian. Salah satu modus yang banyak digunakan disebut modus normal, yaitu sambunganemitor-basis berpanjar maju dan sambungan kolektor-basis berpanjar mundur. Modus ini juga sering disebut sebagai pengoperasian transistor pada daerah aktif.

Gambar 2.25 Skematik transistor

2.9.1 Transistor BJT sebagai saklar


Komponen transistor dapat berfungsi sebagai switch, walaupun bukan sebagai switch ideal. Untuk dapat berfungsi sebagai switch, maka titik kerja transistor yang dapat dilihat pada gambar 2.26 harus dapat berpindah-pindah dari daerah saturasi (switch dalam keadaan on) ke daerah cut-off (switch dalam keadaan off).

Gambar 2.26 Kurva Transistor

Cut off VBE <0,7 dan Ic =0 Saturasi VBE 0,7 dan Ic bergantung beban / Rangkaian

2.10 Software Unity Pro XL Software unity pro xl adalah software yang berfungsi sebagai media untuk membuat program ladder dan structure text PLC. Setelah dirancang sebuah program ladder dan structure text maka kemuadian software akan didownload pada memori PLC. Tampilan software Unity Pro Xl dapat dilihat pada gambar 2.27 dan pada tabel 2.6:

Gambar 2.27 Tampilan Software Unity ProXL

Tabel 2.6 Deskripsi tampilan Unity ProXL

Area 1 2 3 4

Deskripsi Toolbar Unity Pro XL Editor Window (editor bahasa, editor data, dan lain-lain) Project browser Jendela informasi

Pada tabel 2.6, Toolbar Unity ProXL terdapat menu-menu antara lain new project, undo, redo, save program dan run program. Editor Window adalah jendela yang berfungsi untuk menulis program Ladder, ST, FBD,IL. Project browser merupakan folder tempat menyimpan project yang kita buat. Sedangkan Jendela informasi adalah sebagai jendela yang memberikan informasi apakah terdapat error pada program yang telah kita buat setelah di compile. Untiy pro xl dapat digunakan untuk membuat program dengan 5 bahasa pemrograman (standar IEC) yaitu: a. FBD (Function Block Diagram),

b. c. d. e.

LD (Ladder Diagram), SFC (Sequential Function Chart), only available for the MAST task, IL (Instruction List), ST (Structured Text).

2.10.1 Bahasa Pemrograman dengan ST ( Structured Text ) Beberapa hal penting dalam Stuctured Text: Exspression

Expression ialah konstruksi yang berisi operator dan operand yang mengembalikan nilai ketikan dieksekusi Operator Operator adalah symbol yang merepresentasikan operasi untuk di eksekusi Operand Operator digunakan untuk operand. Operand merupakan variabel, literals, input FFB dan output FFB. Instructions Instruksi yang dapat dilihat pada gambar 2.28 digunakan untuk memberi nilai kembalian dari expression kepada parameter actual dan kepada structure dan mengontrol expression.

Gambar 2.28 Instruction List Unity ProXL

Batas penulisan ST dibatasi sampai 300 karakter dan panjang program dibatasi oleh memori yang ada di PLC. 2.11 Software Vijeo Citec Software ini adalah sebuah software yang berfungsi untuk membuat dan merancang tampilan SCADA. 2.11.1 Membuat Project Baru Langkah-langkah yang harus dilakukan ketika akan membuat sebuah project. Antara lain: 1. 2. 3. Setting komunikasi Konfigurasi tag Grafik

Sebelum melakukan langkah-langkah diatas maka kita harus membuka halaman citec explorer yang dapat dilihat pada gambar 2.29.

Gambar 2.29 Tampilan Citec Explorer

Pada tool bar click icon new project. Pada menu new project harus diberikan nama sebagai nama dari project yang dibuat. Dalam hal ini diberikan nama tutorial yang dapat dillihat pada gambar 2.30.

Gambar 2.30 Tampilan menu New Project

selanjutnya kita melakukan beberapa langkah yang telah disebutkan diatas.

2.11.1.2 Setting Komunikasi Tahap ini adalah melakukan setting komunikasi antara PC dengan sebuah PLC. Karena vijeo citec berada pada sebuah PC. Pada vijeo citec explorer yang dapat dilihat pada gambar 2.31, double klik pada folder communication.

Gambar 2.31 Tampilan Folder Communication

Selanjutnya double klik pada pada express i/o device setup. Express i/o berfungsi untuk memilih jenis komunikasi antara PC dan PLC. yang dapat dilihat pada gambar 2.32.

Gambar 2.32 Tampilan Express I/O

2.11.1.3 Konfigurasi tag Tag adalah sebuah variable yang terdapat pada software vijeo citec. Double klik pada variable tag yang dapat dilihat pada gambar 2.33. Didalam vijeo citec terdapat beberapa tipe tag, antara lain adalah digital,integer, long, long bcd, real, string, uint, dan time. Tipe tag tersebut tergantung dengan i/o dari PLC. Karena i/o PLC tersebut akan tersimpan didalam database vijeo citec melalui tag tersebut.

Gambar 2.33 Tampilan Variable Tag

2.11.1.4 Grafik Pada bagian ini adalah bagaimana membuat halaman gambar atau tampilan gambar dari SCADA yang akan dibuat. Sebelum menentukan jenis gambar yang digunakan maka sebelumnya harus menentukan halaman tampilan project sebagai bentuk tampilan SCADA. Langkah-langkahnya dapat dilihat pada gambar 2.34 yaitu double klik pada citec graphics builder dan klik new page icon.

Gambar 2.34 Tampilan Citec Graphics Builder

Selanjutnya klik page button yang dapat dilihat pada gambar 2.35.

Gambar 2.35 Tampilan setting Page

Gambar 2.36 Tampilan U se Template

Pada gambar 2.36 terdapat jenis-jenis tampilan halaman. Antara lain adalah bottom, standar, top, version2 dan xp_style. User dapat memilih jenis halaman yang akan digunakan dalam sebuah project yang sesuai.

Gambar 2.37 Tampilan halaman Style_XP

Setelah menentukan sebagai tampilan SCADA disimpan. Halaman tersebut Gambar 2.37 adalah contoh style_xp.

jenis halaman yang kan digunakan maka langkah selanjutnya harus disimpan didalam database project. dari salah satu jenis halaman tipe

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT


Pada pengerjaan Proyek Akhir ini secara umum terbagi menjadi tiga bagian yaitu : 1. Perancangan dan pembuatan perangkat keras. 2. Perancangan dan pembuatan sistem komunikasi antara PLC dengan Altivar31, Sistem komunikasi antara PLC dengan software SCADA. 3. Perancangan Software

3.1 Blok Diagram Sistem


Blok diagram secara keseluruhan dari sistem ditunjukkan pada gambar 3.1. Dimana sensor level terdiri dari lima buah sensor dihubungkan ke digital input PLC. Sensor tersebut akan berfungsi untuk mendeteksi posisi suatu benda dalam bak control. Dari fungsi kerja sensor level tersebut maka PLC akan mengirimkan perubahan set poin kecepatan pada motor melalui AC Drive Altivar31. Hubungan antara PLC dengan Altivar31 yaitu dihubungkan melalui komunikasi modbus serial. Sehingga parameter kecepatan dapat dengan mudah terbaca melalui register yang menyimpan kecepatan dari motor. Hubungan antara PLC dengan PC ( SCADA) yaitu melalui komunikasi radio. Dalam hal ini diperlukan suatu modul komunikasi radio yang mendukung komunikasi modbus TCP.

Sensor level

Gambar 3.1 Blok diagram sistem

3.2 Perancangan dan Pembuatan perangkat keras


Untuk hardware dari Proyek Akhir yang dibuat ini, terdiri dari perancangan miniature konveyor, rangkaian sensor level sabanyak lima buah.

3.2.1 Konveyor
Pada Proyek Akhir kali ini miniatur konveyor yang dapat dilihat pada gambar 3.2 memiliki ukuran panjang kurang lebih 2 meter. Terlihat pada pangkal miniatur konveyor ada sebuah bak penampungan. Bak tersebut berfungsi untuk menampung sementara batu bara sebelum dialirkan ke belt konveor. Konveyor dibuat 2 tingkat dengan menggunakan 2 motor AC 3 phasa. Akan tetapi pada keadaan riilnya panjang konveyor sangat panjang hingga mencapai kiloan meter pada perusahaan batu bara.

Gambar 3.2 Konveyor tampak atas

Pada ujung konveyor juga terdapat bak penampungan sementara yang dapat dilihat pada gambar 3.3. Fungsinya sama yaitu untuk menampung batu bara sementara sebelum dialirkan ke bak kontrol. Pada keadaan riilnya, bak control yang ada pada konveyor terdapat crusher. Crusher tersebut digerakkan oleh motor yang dikopel dengan gigi yang bisa memotong batu bara sesuai dengan ukuran yang ditentukan. Namun pada proyek akhir ini bak kontrol hanya berfungsi sebagai tempat penampungan saja tanpa crusher.

Gambar 3.3 Konveyor tampak depan

3.2.2 Sensor Level


Rangkaian sensor level pada proyek akhir ini terdiri dari infra merah sebagai Transmitter (Tx), photo dioda sebagai Receiver (Rx), rangkaian comparator, dan rangkaian switching. Dapat dilihat pada gambar 3.4.

Gambar 3.4 Rangkain pendeteksi benda

Arus relatif yang melewati infra merah pada suhu ruangan 250C ialah kurang dari sama dengan 20 mA, dalam rangkaian digunakan arus infrared =15 mA. IIR=

5V = 330 15mA

jadi nilai resistor R1 yang dipasang 330 . Tegangan di photo dioda berubah tergantung pada intensitas cahaya, asumsi pada saat terkena cahaya tegangan photo dioda = 1,7 V agar didapat output komparator low maka nilai tegangan di VR(referensi) harus lebih kecil dari tegangan photo dioda (masukan) , tegangan di photo dioda akan berubah jika intensitas cahaya yang masuk juga berubah, untuk keperluan setting dan menghasilkan logika high dan low dipasang resistor variabel dengan nilai 50K.

3.2.2.1 Transistor sebagai switch


Tabel 3.1 Data transistor BC557

Parameter Arus kolektor maksimum Hfe VCE maksimum VCE saturasi VBE ON

Nilai 100mA 150 45V 0.25V 0.75V

Syarat transistor sebagai saklar sesuai data pada tabel 3.1 Cut off VBE < 0,75V Cut off VBE 0.75 Arus Kolektor tergantung beban dengan catatan arus beban yang digunakan dibawah arus kolektor maksimum (Ic max). Beban yang digunakan dalam rangkaian ialah relay dengan tegangan 5 V dan arus 60 mA. Tegangan keluaran komparator pada kondisi high 5 Volt Tegangan keluaran komparator pada kondisi low 0 Volt Dengan tegangan keluaran komparator tersebut maka transistor dapat berfungsi sebagai saklar.

Gambar 3.5 Rangkaian sensor level

3.3 Perancangan dan pembuatan sistem komunikasi


Pada proyek akhir ini sistem komunikasi terdiri dari sistem komunikasi PLC dengan AC Drive Altivar31 dengan sistem komunikasi antara PLC dengan PC.

3.3.1 Sistem Komunikasi PLC dengan Altivar31


Komunikasi antara PLC dengan Altivar31 adalah komunikasi modbus serial yang dihubungkan dengan terminal RJ45. Pada PLC dihubungkan pada modul 140 NOE 711 01. Modul tersebut adalah modul Ethernet pada PLC. Sehingga dikarenakan terminal pada Altivar adalah RS-485 maka diperlukan suatu modul konverter Ethernet to RS-485.
Tabel 3.2 Pin konektor Altivar31 dan converter komunikasi Pin Altivar31 Pin Konverter Ethernet to RS485

D1 (3) D0 (4)

Rx + (3) Rx (4)

3.3.1.1 Format data yang ditransfer


Pada proyek akhir ini hubungan antara PLC dengan Altivar31 adalah mengirimkan nilai set poin pada Altivar31 dan membaca register yang menyimpan nilai kecepatan pada motor. Pada saat mengirimkan nilai set poin pada Altivar31 maka berarti melakukan fungsi write. Sedangkan pada saat membaca nilai kecepatan maka berarti melakukan fungsi read. 1. Fungsi write nilai set point 50 Hz (16#0032) pada alamat W8502 (16#2136) Altivar31 01 06 2136 0032 9270 Fungsi write nilai set poin 40 Hz (16#0028) pada alamat W8502 (16#2136) Altivar31 01 06 2136 0028 9270 Fungsi write nilai set poin 30 Hz (16#001E) pada alamat W8502 (16#2136) Altivar31 01 06 2136 001E 9270 Fungsi write nilai set poin 20 Hz (16#0014) pada alamat W8502 (16#2136) Altivar31 01 06 2136 0014 9270 Fungsi write nilai set poin 10 Hz (16#000A) pada alamat W8502 (16#2136) Altivar31 01 06 2136 000A 9270 Nilai yang akan ditransfer tersebut sebelumnya disimpan terlebih dahulu didalam memori PLC yaitu %MW100. 2. Fungsi read register kecepatan motor pada alamat W8605 (16#219D).

Request 01 Respon 01 03

03

219D

0000

276C

02

05DC 0000

0000

0000

52B0

Nilai yang dibaca dari register alamat Altivar31 akan disimpan kedalam memori word PLC %MW204. Keterangan: Dalam Modbus RTU, fungsi write dan fungsi read data yang dikirim semua dalam bentuk hexadecimal.

3.

Fungsi write nilai set point 50 Hz (16#0032) pada alamat W8502 (16#2136) 01 01 06 2136 0032 9270 06 = = = = = 2136 0032 9270

Alamat slave device (Altivar31) Kode fungsi write Alamat register device (hexadeximal) Nilai yang akan dikirim pada register W8502 Kode checksum crc

4.

Fungsi read register kecepatan motor pada alamat W8605 (16#219D) 01 03 219D 0000 276C

01 = Alamat slave device (Altivar31) 06 = Kode fungsi write 219D = Alamat register dalam bentuk hexadecimal

0000 = Jumlah data register yang akan di baca 276C = Kode checksum crc

3.4 Perancangan Software


Pada proyek akhir ini software yang dipakai untuk PLC adalah unity pro xl dan bahasa pemrogramannya adalah jenis ladder dan struktur text. Karena semua perancangan program ladder dan strukture text dilakukan simulasi terlebih dahulu di unity pro xl sebelum didownload di memori PLC. Pada software SCADA yaitu menggunakan software vijeo citec yang support dengan komunikasi PLC.

3.4.1 Definisi variabel PLC


Pada tabel 3.3 adalah sebuah list I/O dari PLC Modicon Quantum. Pada I/O tersebut akan berhubungan dengan tag vijeo citec.
Tabel 3.3 Definisi variabel PLC Modicon

Nama Variabel On_system Sensor_1 Sensor_2 Sensor_3 Sensor_4 Sensor_5 Set_point_M1 Set_point_M2 Storage_Speed_Motor 1 Storage_Speed_Motor 2 Motor_1 Motor_2

Alamat %MW12 %I1.4.1 %I1.4.2 %I1.4.3 %I1.4.4 %I1.4.5 %MW100

%MW101 %MW10 %MW11 %Q1.5.1 %Q1.5.2

Tipe EBOOL EBOOL EBOOL EBOOL EBOOL EBOOL INT INT

INT INT EBOOL EBOOL

3.4.2 Flowchart Software


START

STATUS START=O N

M O TO R _1=O N T IM E R = 5 S M O TO R _2=O N T Y SEN SO R _1=O N T SEN SO R _2=O N T Y SEN SO R _3=O N T SEN SO R _4=O N T SEN SO R _5=O N M O TO R _2=O F T IM E R = 5 S M O TO R _1=O FF T Y F R E K U E N S I= 0 H Z Y F R E K U E N S I= 1 0 H Z Y F R E K U E N S I= 2 0 H Z Y F R E K U E N S I= 3 0 H Z F R E K U E N S I= 4 0 H Z

F R E K U E N S I= 5 0 H Z

END

Gambar 3.6 Diagram alur kerja motor 1 dan motor 2

Prinsip kerja sistem sesuai dengan bagan flowchart pada gambar 3.6 . perubahan kecepatan motor tergantung pada sensor level yang bekerja. Karena senseor level tersebut berfungsi untuk mendeteksi

posisi benda pada bak kontrol agar bak kontrol tidak kelebihan muatan batu bara.

3.4.3 Program Ladder


1. Program yang bekerja untuk start dan stop pada motor 1 dan motor 2. Yang dapat dilihat pada gambar 3.7.
On_system Run

Run

Motor_1_off

Motor_1

/
FBI_1 TON EN Run IN Q ENO Motor_2_Off Motor_2

t#3s PT

ET

Gambar 3.7 Diagram Ladder Start Motor 1 dan Motor 2

2.

Program ladder yang terdapat pada gambar 3.8 bekerja untuk memberikan nilai set poin kecepatan 50 Hz pada motor 1 dan motor 2.
R un Sens or_1 Sens or_2 Sens or_3 Sens or_4 Sens or_5

O PER ATE s et_point_M 1:=500; O PER ATE s et_point_M 2:=500; O PER ATE Level_value:=0;

Gambar 3.8 Diagram Ladder Setpoint kecepatan 50Hz Motor 1 dan Motor 2

3.

Program yang bekerja untuk memberikan nilai set poin kecepatan 40 Hz pada motor 1 dan motor 2. Yang dapat dilihat pada gambar 3.9.

R un

Sens or_1 Sens or_2

O PER ATE s et_point_M1:=400; O PER ATE s et_point_M2:=400; O PER ATE Level_value:=1;

Gambar 3.9 Diagram Ladder Setpoint kecepatan 40Hz Motor 1 dan Motor 2

4.

Program ladder yang ditunjukkan pada gambar 3.10 bekerja untuk memberikan nilai set poin kecepatan 30 Hz pada motor 1 dan motor 2
OPERATE Level_value:=2; Run Sensor_1 Sensor_2 Sensor_3 OPERATE set_point_M1:=300; OPERATE set_point_M2:=300;

Gambar 3.10 Diagram Ladder Setpoint kecepatan 30 Hz Motor 1 dan Motor 2

5.

Program yang bekerja untuk memberikan nilai set poin kecepatan 20 Hz pada motor 1 dan motor 2. Ditunjukkan pada gambar 3.11.
Run Sensor_1 Sensor_2 Sensor_3 Sensor_4

OPERATE set_point_M1:=200; OPERATE set_point_M2:=200; OPERATE Level_value:=3;

Gambar 3.11 Diagram Ladder Setpoint kecepatan 20 Hz Motor 1 dan Motor 2

6.

Program ladder yang ditunjukkan pada gambar 3.12 bekerja untuk memberikan nilai set poin kecepatan 10 Hz pada motor 1 dan motor 2
OPERATE Level_value:=4; Run Sensor_1 Sensor_2 Sensor_3 Sensor_4 Sensor_5 OPERATE set_point_M1:=100; OPERATE set_point_M2:=100;

Gambar 3.12 Diagram Ladder Setpoint kecepatan 10 Hz Motor 1 dan Motor 2

7.

Program yang ditunjukkan pada gambar 3.13 bekerja untuk memberikan nilai set poin kecepatan 0 Hz pada motor 1 dan motor 2.
Run Sensor_1 Sensor_2 Sensor_3 Sensor_4 Sensor_5 OPERATE set_point_M1:=0; OPERATE set_point_M2:=0; Motor_2_Off

OPERATE Level_value:=5;

Gambar 3.13 Diagram Ladder Setpoint kecepatan 0 Hz Motor 1 dan Motor 2

3.4.4 Program Structure Text Program Structure Text dalam proyek akhir ini berfungsi untuk memberikan indentitas alamat memori PLC data yang nantinya alamat ini akan dideteksi oleh vijeo citec. Karena pada vijeo citec tidak mengenali alamat %I.x.x (input digital) dan alamat input word %Iw.x.x (input word) akan tetapi vijeo citec hanya mengenali alamat %M (output digital) dan %MW (output word). (*Address for SCADA*) %m4:=Sensor_1; %m5:=Sensor_2; %m6:=Sensor_3; %m7:=Sensor_4; %m8:=Sensor_5; %m9:=Motor_1; %m10:=Motor_2; %m11:=On_system;

3.4.5 Tampilan kontrol dan monitoring Pada sistem SCADA proyek akhir ini dapat dijalankan start/stop dari dua halaman yaitu pada halaman main control dan global control. Pada halaman main control yang dapat dilihat pada gambar 3.13 terdapat beberapa kode indikator sensor, indikator konveyor 1 dan indikator konveyor 2, tombol start/stop sistem, nilai kecepatan konveyor 1 dan nilai konveyor 2. Dalam keadaan sistem bekerja atau sistem dalam keadaan on dan sistem dalam keadaan off terdapat perbedaan pada indikator dengan melihat warna perubahan indikator. Sedangkan pada nilai kecepatan akan terbaca secara langsung pada saat sistem dalam keadaan on.

Gambar 3.13 Tampilan main control

Pada halaman global control yang dapat dilihat pada gambar 3.14 terdapat indikator, nilai kecepatan, dan simulasi konveyor yang sedang berputar mengangkut batu bara.

Gambar 3.14 Tampilan global control

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA


4.1 Metode Pengujian Pengujian ini dimaksudkan untuk mendapatkan evaluasi terhadap rangkaian dan software, agar diperoleh kinerja yang lebih baik. Kinerja yang lebih baik didapatkan dengan melakukan perbaikan terhadap komposisi rangkaian yang mengalami kekeliruan yang diketahui saat melakukan pengujian. Metode pengujian pada proyek akhir ini dilakukan meliputi pengujian rangkaian sensor level, pengujian hasil pembacaan terhadap komunikasi PLC dengan Altivar31 dan pengujian pembacaan terhadap komunikasi PLC dengan PC melalui komunikasi radio. 4.2 Pengujian rangkaian sensor level Pengujian sensor level pada gambar 4.1 dilakukan dengan mengukur besarnya tegangan output opamp dan tegangan output photodioda pada saat photodioda terkena cahaya dan pada saat photodiode tidak terkena cahaya.

Gambar 4.1 Hardware 5 buah sensor level

Tabel 4.1 Pengujian sensor dan komparator

Parameter

Output Photo Dioda 0,89 Volt

Output OP-AMP 0,62 Volt

Tegangan Photo Dioda (Terkena Sinar Infra merah) Tegangan Photo Dioda (Tidak Terkena Sinar Infra merah

4,201 Volt

3,52 Volt

Tegangan keluaran op-amp pada tabel 4.1 merupakan masukan dari transistor BC 557 yang berfungsi sebagai saklar, dengan tegangan yang sesuai tabel 4.1 maka transistor dapat bekerja sebagai switch karena sesuai data sheet VBE saturasi = 0,75 dan VBE cut off<0,75V. Pada tabel 4.2 menunjukkan hasil pengujian antara hardware sensor level, Indikator pada software SCADA, Tinggi bak kontrol. Tinggi diukur dari dasar bak kontrol dalam satuan cm
Tabel 4.2 Pengujian antara sensor level,iIndikator Software dan tinggi bak kontrol Sensor Level Indikator Software SCADA Tinggi Posisi Batu bara (cm)

Sensor 1 Sensor 2 Sensor 3 Sensor 4 Sensor 5

Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5

3 6 9 12 15

4.3 Pengujian pembacaan komunikasi antara PLC dan Altivar31 Sebelum terminal RJ45 dari Altivar31 dihubungkan, maka sebelumnya dihubungkan ke terminal converter Ethernet to RS485. Setting Altivar31 Setting converter eternet to RS485 : 19200,8,e,1 : 19200,8,e,1, 2 wire

R un

Sens or_1 Sens or_2 Sens or_3 Sens or_4 Sens or_5

O PER ATE s et_point_M 1:=500; O PER ATE s et_point_M 2:=500; O PER ATE Level_value:=0;

Gambar 4.2 ladder set poin kecepatan 50 Hz motor 1 dan motor 2

Ladder pada gambar 4.2 diatas adalah berfungsi untuk mengirimkan nilai set poin kecepatan 50 Hz - 0 Hz pada motor 1 dan motor 2. Jika nilai set_poin_M1 dan set_poin_M2 dirubah berturut-turut dari 50-0 Hz maka data yang terbaca pada PLC dan Altivar31 berturut turut adalah terdapat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Pengujian pembacaan komunikasi PLC dan Altivar31

PLC (%MW100) & (%MW101) Hz 500 400 300 200 100 0

Altivar31 Motor 1 (M8605) Hz Rpm 50 1500 40 1191 30 890 20 594 10 291 0 0

Altivar31 Motor 2 (M8605) Hz Rpm 50 1459 40 1191 30 891 20 594 10 294 0 0

Pada tabel 4.3 diatas pengujian dilakukan pada saat PLC mengirimkan nilai set poin kecepatan pada Altivar31. Karena setiap 1 Hz = 0.1 maka jika diberikan setiap poin 500 Hz maka pada Altivar31 akan menerima besarnya kecepatan sebesar 50 Hz. Begitu juga seterusnya untuk semua set poin kecepatan yang diberikan pada Altivar31. 4.4 Pengujian pembacaan komunikasi antara PLC dan PC Data hasil pengujian pada tabel 4.4 dan tabel 4.5 yang terbaca oleh PC melalui komunikasi radio pada jarak paling jauh yaitu 5 meter. Jika lebih dari 5 meter maka data tidak terbaca oleh SCADA. Setting IP PC Setting IP PLC : 192.168.1.1 : Baudrate 19200 : 192.168.1.25 : Baudrate 19200

Tabel 4.4 Pengujian pembacaan komunikasi PLC dan PC dengan jarak 5 meter

PLC
Motor 1 (Rpm) Motor 2 (Rpm)

PC (SCADA)
Motor 1 (Rpm) Motor 2 (Rpm)

1500 1191 890 594 291

1500 1191 891 594 294

1500 1191 890 594 291

1500 1191 891 594 294

Tabel 4.5 Pengujian pembacaan komunikasi PLC dan PC pada jarak lebih dari 5 meter

PLC
Motor 1 (Rpm) Motor 2 (Rpm)

PC (SCADA)
Motor 1 (Rpm) Motor 2 (Rpm)

1500 1200 900 600 300

1498 1200 891 594 294

0 0 0 0 0

0 0 0 0 0

BAB V PENUTUP
Dari hasil yang saya dapatkan selama proses pembuatan alat untuk Tugas Akhir ini, maka dapat saya tarik beberapa kesimpulan dan saran supaya nantinya bisa bermanfaat bagi orangorang yang membacanya. 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diutarakan penulis mengenai Proyek Akhir ini ialah: 1. Pada sistem komunikasi SCADA, data yang terbaca dalam bentuk tipe data word (integer). Namun data yang diproses sebenarnya adalah data dalam bentuk hexadecimal yang kemudian dikonversikan kembali secara otomatis kedalam bentuk tipe data word (integer) sehingga data dapat lebih mudah dipahami dalam pembacaannya. Data pada komunikasi sistem SCADA terbaca secara real time. Dalam hal ini adalah data indikasi sensor level, kecepatan motor, dan indikasi on/off pada motor. Sehingga perubahan sensor level, kecepatan motor, dan kondisi motor dapat lebih cepat diketahui. Dari proses pengambilan data menunjukkan bahwa pada sistem SCADA, data dapat dikirim melalui gelombang radio/ komunikasi radio. Ketika sensor level mendeteksi objek, maka photodioda akan terhalang oleh objek tersebut. Sehingga sensor level tersebut bekerja. Begitu sebaliknya ketika sensor level tidak mendeteksi objek, maka photodioda tidak terhalang. Sehingga sensor level tersebut tidak bekerja. Nilai parameter kecepatan motor 1 dan motor 2 pada sisi PLC dan PC(software SCADA) memiliki nilai yang sama (artinya dapat menjalin komunikasi) pada jarak 5 meter yang dilakukan melalui komunikasi radio. Jika lebih dari 5 meter maka komunikasi tidak dapat terjalin. Hal ini disebabkan karena pada modem radio memiliki batas

2.

3.

4.

5.

kemampuan mengirimkan data kurang lebih pada jarak 4-5 meter. Jika diperlukan untuk komunikasi dengan jarak yang lebih jauh maka diperlukan sebuah antenna tambahan pada modem radio.

5.2 Sarana Adapun saran yang diberikan agar dapat memperbaiki kekurangan pada proyek akhir ini dan agar menjadi lebih sempurna sebagai berikut: a. Komunikasi radio perlu ditambahkan antenna penerima dan antenna pemancar agar dapat meningkatkan performance dalam proses komunikasi dan jaraknya bisa lebih jauh. Komunikasi modbus serial RS-485 perlu ditambahkan resistor terminating 120 ohm agar tidak terjadi loss data. Proses komunikasi pengiriman dan penerimaan data antara PLC dan Altivar31 dijaga agar tidak ada loss data. Jika terjadi loss data maka pada Altivar akan terjadi error. Komunikasi PLC Quantum dengan Modbus Plus dan CANOPEN. Menerapkan sistem kontrol PI dan PID pada parameter kecepatan. Penambahan plan untuk memaksimalkan kinerja PLC.

b. c.

d. e. f.

DAFTAR PUSTAKA
1. Agus Nuriman. Macam-macam komunikasi Modbus dan Aplikasinya. Diakses tanggal 01 Maret 2011. http://ilmukomputer.com/Komunikasi Modbus.pdf Jack, Hugh, Scmith. Automating Manufacturing Systems with PLCs. Diakses tanggal 01 Maret 2011 http://claymore.engineer.gvsu.edu/~jackh/books.html Krutz, Ronald L (2006). Securing SCADA Systems. Willey Publishing. Inc. Indiana. List of Automation Protocols, Diakses tanggal 29 Desember 2010. http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_automation_protocol Modicon Quantum PLCs. Operation Manual PLC Modicon Quantum CPU 311 10. Paris Schneider, 12 Desember 2011 http://www.schneider-electric.com/176341 CPU 311 10.pdf Telemecanique. Instalation Manual ATV31. Paris: Schneider, 10 Desember 2010. http://www.schneider-electric.com/1624583 Installation Manual.pdf Telemecanique. Modbus Communication ATV31. Paris: Schneider, 10 Desember 2010. http://www.schneiderelectric.com/1624583 modbus communication.pdf What Is a Wireless Sensor Network , Diakses tanggal 1 Februari 2009, NI Developer Zone, National Instruments: http://zone.ni.com/devzone/cda/tut/p/id/8707

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

PROGRAM LADDER

On_system

Run

Run

Motor_1_off

Motor_1 FBI_1 TON EN ENO Motor_2_Off IN Q Motor_2

Motor_1

t#5s PT

ET

OPERAT E Level_Value:=1; Run Sensor_1 Sensor_2

OPERAT E set_point_M 1:=400; OPERAT E set_point_M 2:=400;

OPERAT E Level_Value:=2; Run Sensor_1 Sensor_2 Sensor_3

OPERAT E set_point_M 1:=300; OPERAT E set_point_M 2:=300;

Run

Sensor_1

Sensor_2

Sensor_3

Sensor_4

OPERATE set_point_M1:=200; OPERATE set_point_M2:=200; OPERATE Level_Value:=3;

OPERATE Level_Value:=4; Run Sensor_1 Sensor_2 Sensor_3 Sensor_4 Sensor_5

OPERATE set_point_M1:=100; OPERATE set_point_M2:=100;

OPERAT E Level_value:=0; Run Sensor_1 Sensor_2 Sensor_3 Sensor_4 Sensor_5 OPERAT E set_point_M 1:=500; OPERAT E set_point_M 2:=500;

OPERAT E Level_value:=5; Run Sensor_1 Sensor_2 Sensor_3 Sensor_4 Sensor_5 OPERAT E set_point_M 1:=0; OPERAT E set_point_M 2:=0; M otor_2_Off OPERAT E Level_value:=0; Run Sensor_1 Sensor_2 Sensor_3 Sensor_4 Sensor_5 OPERAT E set_point_M 1:=500; OPERAT E set_point_M 2:=500;

OPERAT E Level_value:=5; Run Sensor_1 Sensor_2 Sensor_3 Sensor_4 Sensor_5 OPERAT E set_point_M 1:=0; OPERAT E set_point_M 2:=0; M otor_2_Off

FBI_2 T ON EN M otor_2_Off IN Q ENO Motor_1_off

t#5s PT

ET

PROFIL PENULIS

Nama : Mochamad Yanuar Effendi TTL : Surabaya,27Januari 1983 Alamat : Jl.Gubeng Klingsingan III/8 Surabaya 60281 Telepon : 087854063406 E-Mail : ryan_its04@yahoo.com Riwayat Pendidikan Formal SMU Dr.Soetomo Surabaya lulus tahun 2001. Diploma III Jurusan Teknik Elektro Industri lulus tahun 2008 Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS). Diploma IV Jurusan Teknik Elektro Industri lulus tahun 2008 Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS). Pada tanggal 26 Mei 2011 telah mengikuti Seminar Proyek Akhir sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Sains Terapan (S.ST) di Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Institute Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) Moto Hadapilah semua dengan senyuman dan hati yang ikhlas

Anda mungkin juga menyukai