Anda di halaman 1dari 16

Tugas Makalah Islam dan Pluralitas

Disusun Oleh :

1. Ruly Oktaviana S. 2. Ikmal Amrin 3. Dwi Karya M. P. 4. Nur Muhammad Zain 5. Muhammad Khutama W.

(3513100068) (3713100003) (5213100138) (3713100043) (5213100093)

Kata Pengantar
Segala puji hanya milik Allah Subhaanahu Wa Taaala atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan kepada kita semua sehingga kita masih diberi kesempatan untuk hidup di dunia ini dan melakukan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya demi meraih ridha-Nya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan nabi kita Nabi Muhammad Shallallaahu Alaihi Wa Sallam, para sahabat dan orang-orang yang setia meneladani beliau. Islam dan Pluralitas merupakan judul materi yang kami angkat dalam makalah ini, dengan tujuan untuk memperjelas umat Islam dalam perlakuan terhadap mereka yang beragama lain, sehingga tidak ada permusuhan yang muncul di antara umat manusia. Akhirnya, kami berharap makalah ini dapat membantu umat Islam untuk sadar akan pentingnya menjaga ukhuwah antar sesama agama Islam dan selainnya, juga semoga makalah ini bisa bermanfaat dan menambah wawasan tentang agama Islam. Aamiin.

Surabaya, Oktober 2013

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam zaman yang serba instan ini, manusia dituntut untuk memunyai uang agar dapat bertahan hidup, dengan adanya tuntunan tersebut timbulnya sifat yang tidak diinginkan layaknya keegoisan, apatisme, dan lain sebagainya. Adanya sifat ini tentunya akan membuat suatu ukhuwah takkan bertahan lama, bahkan takkan ada jalinan atau hubungan yang berarti dengan sesama umat Islam maupun selainnya. Akibat adanya berbagai sifat tersebut, juga menyebabkan terpecahnya agama Islam, terbentuknya teroris, dan permusuhan antar umat beragama. Permasalahan ini sudah mencangkup ukhuwah maka ini bukan masalah yang bisa dianggap remeh, karena dengan adanya ukhuwah yang kurang baik maka dapat timbul berbagai kekerasan, fisik maupun psikis. Contohnya pada zaman sekarang ini, seperti adanya perang antar umat beragama, perang antara Israel dan Palestina, Rasisme antara sesama umat manusia, terorisme yang terjadi di Papua dan Aceh, dan lain sebagainya. Semua itu hanyalah kerugian semata karena hubungan atau ukhuwah yang kurang baik antara sesama manusia maupun antara sesama umat beragama. Maka dari itu, makalah yang berjudul Islam dan Pluralisme ini kami buat sebagaimana mestinya agar dapat menambah wawasan umat Islam untuk sadar akan pentingnya menjaga ukhuwah antar sesama agama Islam atau sesama umat beragama. Karena pada dasarnya manusia hidup membutuhkan bantuan manusia lainnya, karena disamping kita adalah umat beragama, kita juga makhluk sosial.

Islam dan Pluralitas


1.0 Pengertian Dasar
Kata pluralisme berasal dari bahasa Inggris, pluralism. Kata ini diduga berasal dari bahasa Latin, plures, yang berarti beberapa dengan implikasi perbedaan. Dari asal-usul kata ini diketahui bahwa pluralisme agama tidak menghendaki keseragaman bentuk agama. Sebab, ketika keseragaman sudah terjadi, maka tidak ada lagi pluralitas agama (religious plurality). Keseragaman itu sesuatu yang mustahil. Allah menjelaskan bahwa sekiranya Tuhanmu berkehendak niscaya kalian akan dijadikan dalam satu umat. Pluralisme agama tidak identik dengan model beragama secara eklektik, yaitu mengambil bagianbagian tertentu dalam suatu agama dan membuang sebagiannya untuk kemudian mengambil bagian yang lain dalam agama lain dan membuang bagian yang tak relevan dari agama yang lain itu. Pluralisme agama tidak hendak menyatakan bahwa semua agama adalah sama. Frans Magnis-Suseno berpendapat bahwa menghormati agama orang lain tidak ada hubungannya dengan ucapan bahwa semua agama adalah sama. Agama-agama jelas berbeda-beda satu sama lain. Perbedaan-perbedaan syari`at yang menyertai agama-agama menunjukkan bahwa agama tidaklah sama. Setiap agama memiliki konteks partikularitasnya sendiri sehingga tak mungkin semua agama menjadi sebangun dan sama persis. Yang dikehendaki dari gagasan pluralisme agama adalah adanya pengakuan secara aktif terhadap agama lain. Agama lain ada sebagaimana keberadaan agama yang dipeluk diri yang bersangkutan. Setiap agama punya hak hidup. Nurcholish Madjid menegaskan, pluralisme tidak saja mengisyaratkan adanya sikap bersedia mengakui hak kelompok agama lain untuk ada, melainkan juga mengandung makna kesediaan berlaku adil kepada kelompok lain itu atas dasar perdamaian dan saling menghormati. Allah berfirman, Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangi dalam urusan agama dan tidak pula mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. QS, al-Mumtahanah [60]: ayat 8 Paparan di atas menyampaikan pada suatu pengertian sederhana bahwa pluralisme agama adalah suatu sistem nilai yang memandang keberagaman atau kemajemukan agama secara positif sekaligus optimis dengan

menerimanya sebagai kenyataan (sunnatullh) dan berupaya untuk berbuat sebaik mungkin berdasarkan kenyataan itu. Dikatakan secara positif, agar umat beragama tidak memandang pluralitas agama sebagai kemungkaran yang harus dibasmi. Dinyatakan secara optimis, karena kemajemukan agama itu sesungguhnya sebuah potensi agar setiap umat terus berlomba menciptakan kebaikan di bumi.

1.1 Islam Agama Rahmat bagi Seluruh Alam


Nama Agama-agama di dunia biasanya diambil dari nama tempat atau nama dari pencetusnya. Seperti Agama Nasrani merupakan nama dari tempat yaitu Nazareth, sedangkan Agama Budha berasal dari nama pencetusnya yaitu Budha Gautama. Namun tidak halnya dengan Agama Islam. Agama Islam (wahyu) merupakan agama yang Allah turunkan sejak manusia pertama, yaitu Nabi Adam a.s. kemudian Allah turunkan secara runtut dan berkesinambungan kepada para Nabi dan Rasul berikutnya hingga akhir dari penurunan agama Islam yang terjadi pada masa Rasul Muhammad s.a.w pada awal abad VII Masehi. Ketika Rasulullah menyebarkan dan mengajarkan ajaran agama Islam kepada masyarakat Arab, beliau mengajak masyarakat untuk menerima dan menaati ajaran agama Islam. Namun tanggapan masyarakat Arab adalah sikap heran, aneh dan ganjil. Menurut masyarakat Arab, Islam merupakan ajaran yang menyimpang dari tradisi leluhur yang telah mendarah daging bagi masyarakat Arab dan telah mereka taati secara turun menurun tanpa mau tahu apakah hal tersebut salah atau benar (QS. Al-Baqarah: 170). Dalam sebuah hadist juga digambarkan, bahwa Islam datangya dianggap asing dan akan kembali dianggap asing, namun berbahagialah orang yang dianggap asing tersebut. Kata Islam berarti damai, selamat, penyerahan diri, tunduk dan patuh. Hal tersebut menunjukan bahwa agama Islam adalah agama yang menciptakan kedamaian, kerukunan, keselamatan dan kesejahteraan bagi kehidupan umat manusia dan utamanya semua makhluk Allah. Dan tidak untuk hal-hal buruk di muka bumi. Inilah yang disebut fungsi Islam sebagai Rahmat bagi seluruh alam

(rahmatal lil alami). Fungsi Islam tidak tergantung bagaimana penilaian atau tanggapan dari manusia. Subtansi rahmat terletak pada fungsi ajarannya tersebut. Fungsi itu baru akan terwujud apabila manusia sebagai pengemban amanat Allah telah dapat menaati dan menjalankan aturan-aturan ajaran Islam dengan benar dan kaffah. Fungsi islam sebagai rahmat dan bukan sebagai bencana terdapat pada Al-Quran surat Al-Anbiya; 170, Dan tidaklah Kami mengutus kamu Muhammad, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam. Bentuk-bentuk kerahmatan Allah pada ajaran Islam : 1. Islam menunjukkan manusia jalan hidup yang benar. 2. Islam memberikan kebebasan kepada manusia untuk menggunakan potensi yang diberikan oleh Allah secara bertanggung jawab. 3. Islam menghormati dan menghargai semua manusia sebagai hamba Allah, baik mereka muslim maupun yang beragama lain. 4. Islam mengatur pemanfaatan alam secara baik dan proposional. 5. Islam menghormati kondisi spesifik individu manusia dan memberikan perlakuan yang spesifik pula. 6. Islam menjadi anugerah bagi terwujudnya kemaslahatan manusia dan alam semesta.

1.2 Ukhuwah
1.2.1 Makna Ukhuwah

Kata ukhuwah berarti persaudaraan. maksudnya adalah adanya perasaan simpati dan empati antara dua orang atau lebih. masing-masing pihak memiliki satu kondisi atau perasaan yang sama, baik sama suka maupun duka,baik senang maupun sedih. Ukhuwah yang kita jalin bukan hanya internal seagama saja akan tetapi yang lebih penting lagi adalah antar umat beragama. 1.2.2 Macam-Macam Ukhuwah

Ada tiga macam ukhuwah yang seharusnya dijalin dalam kehidupan manusia, yaitu :

a. Ukhuwah islamiyah,persaudaraan antar sesama umat islam,yaitu persaudaraan yang diikat oleh satu akidah/keimanan,tanpa membedakan golongan,selama akidahnya sama(la ilaaha illallah) maka itu adalah saudara kita dan harus kita jalin dengan sebaik-baiknya,sebagaimana dijelaskan ALLAH SWT dalam Al Quran surat Al-Hujarat: 10 yang artinya :Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah adalah saudara, oleh karena itu pereratlah simpul persaudaraan diantara kamu, dan bertakwalah kepada Allah, mudah-mudahan kamu mendapatkan rahmat. Dari ayat diatas jelas bahwa kita sesama umat Islam ini adalah saudara, dan wajib menjalin terus persaudaraan diantara sesama umat islam ,itu artinya marilah yang saudara kita jadikan saudara dan janganlah saudara kita anggap sebagai musuh,hanya karena masalah-masalah perbedaan sepele/kecil yang tidak berarti.Jika kita teru memperuncing perbedaan itu maka akan terjadi permusuhan yang pada akhirnya mengancam Ukhuwah Islamiyah dan gilirannya akan dapat melumpuhkan kerukunan dan keutuhan bangsa. b. Ukhuwah Insaniyah/Basyariyah,persaudaraan untuk semua umat manusia secara universal tanpa membedakan agama,suku,ras,dan aspek-aspek kekhususan lainnya.Persaudaraan yang diikat oleh jiwa kemanusiaan, maksudnya kita sebagai manusia harus dapat memanusiakan manusia dan memposisikan atau memandang orang lain dengan penuh rasa kasih sayang,selalu melihat kebaikannya bukan kejelekannya. Ukhuwah insaniyah ini harus dilandasi oleh ajaran bahwa semua umat manusia adalah makhluk Allah. Sekalipun Allah memberikan kebebasan kepada setiap manusia untuk memilih jalan hidup berdasarkan atas pertimbangan rasionya masing-masing.Jika ukhuwah insaniyah tidak dilandasi dengan ajaran agama,keimanan dan ketakwaan ( moralitas ), maka yang akan muncul adalah jiwa kebinatangan yang bertentangan dengan kemanusiaan,penuh keserakahan dan tak kenal kasih saang, bahkan dapat bersikap kanibalistik terhadap sesamanya.Tidak salah jika Thomas Hobbes mengatakan bahwa manusia disebut homo homini lopus, artinya manusia serigala bagi manusia lain.

c. Ukhuwah Wahaniyah, persaudaraan yang diikat oleh jiwa kebangsaan. Tanpa membedakan agama, suku, warna kulit, adat istiadat, budaya dan aspek-aspek kekhususan lainnya. Semuanya itu adalah saudara sebangsa yang perlu untuk dijalin, karena kita sama-sama satu bangsa yaitu Indonesia. Mengingat pentingnya menjalin hubungan kebangsaan ini Rasulullah bersabda Hubbul wathan minal iman artinya Cinta sesama bangsa setanah air termasuk sebagian dari iman. Sebagai seorang muslim, harus berupaya semaksimal mungkin untuk mengaktualisasikan ketiga macam ukhuwah tersebut dalam kehidupan seharihari, apabila ketiganya terjadi secara bersamaan,maka yang harus kita prioritaskan adalah ukhuwah Islamiya,karena ukhuwah ini menyangkut kehidupan dunia dan akhirat.

1.2.3 Urgensi Ukhuwah Di tengah kehidupan zaman modern, yang cenderung individualistis dan materialistis ini, persaudaraan ayau ukhuwah menjadi hal yang urgen untuk dibangun demi terciptanya tatanan masyarakat yang rukun dan damai. Alasan yang urgensi ukhuwah itu di antaranya adalah sebagai berikut : a) Ukhuwah menjadi pilar kekuatan islam. Rasulullah s.a.w bersabda : Al-Islamu yalu wala yula alaih artinya Islam itu agama yang luhur, dan tidak ada yang lebih luhur dari Islam. Keluhuran dan kehebatan Islam itu akan menjadi realita manakala umat Islam mampu menegakkan ukhuwah terhadap sesamanya, memperbanyak persamaan dan memperkecil perbedaan. Jika umat Islam sering bermusuhan maka Islam akan lemah dan tidak punya kekuatan. Jadi tegaknya ukhuwah dan terjalinnya ukhuwah menjadi syarat utama kekuatan Islam. b) Bangunan Ukhuwah yang solid, akan memudahkan membangun masyarakat madani.

Masyarakat madani adalah masyarakat yang ideal, yang memiliki karakteristik, yaitu menjunjung tinggi nilai-nilai ketuhanan, kedamaian, kerukunan, kebersamaan, toleran, kesetaraan, berperadaban tinggi, dan berakhlak mulia. Nilai-nilai tersebut akan mudah terwujud dan menjadi kenyataan manakala manusianya memiliki ketulusan, keikhlasan dan kemauan yang tinggi untuk merajut dan membangun simpul-simpul ukhuwah yang sudah terkoyak. c) Ukhuwah merupakan bagian terpenting dari Iman. Iman tidak akan sempurna tanpa disertai dengan ukhuwah, dan ukhuwah tidak akan lepas dari iman, maka yang menjadi perekatnya adalah keperntingan pribadi, kelompok, kesukuan, maupun hal-hal lain yang bersifat materi, yang semuanya itu bersifat semu dan sementara. d) Ukhuwah merupakan benteng dalam menghadapi musuh-musuh Islam. Orang-orang non Islam ada yang memunyai misi jahat yaitu memusuhi dan ingin menghancurkan Islam (QS. Al-Baqarah : 120), dan mereka selalu bersamasama antara yang satu dengan yang lainnya. Realitanya seperti sekarang ini, Islam selalu diobok obok dan selalu dikambing hitamkan oleh mereka. Oleh karena itu kita umat Islam jangan mudah terpengaruh dan jangan mudah terprovokasi oleh mereka, kita harus menghadapi dengan barisan ukhuwah yang rapi dan teratur. Jika kita bermusuhan sendiri maka mereka akan mudah memecah belah dan menghancurkan Islam. 1.2.4 Penyakit Ukhuwah Dalam situasi dan kondisi seperti sekarang ini, menjalin ukhuwah memang tidaklah semudah membalikkan kedua telapak tangan, mengingat banyak ranjau-ranjau menghadang, dan itulah penyakit-penyakit kronis yang

seharusnya kita basmi, dan tentunya membutuhkan perjuangan dan proses yang panjang. Menurut Dr. KH Didin Hafidhuddin (2003), di antara penyakit-penyakit ukhuwah yang seharusnya kita basmi dan kita jauhi adalah sebagai berikut : a) Pemahaman Islam yang tidak komprehensif dan kaffah. Berbagai pertentangan atau permusuhan di antara sesama muslim yang sering terjadi adalah dikarenakan oleh pemahaman umat Islam sendiri yang masih dangkal. Umat Islam masih parsial dalam mengkaji Islam, belum integral, belum kaffah, sehinga mereka cenderung untuk mencari perbedaan-perbedaan yang tidak prinsip dari pada kesamaannya. Pemahaman terhadap Islam yang masih sempit inilah yang menjadi salah satu bibit munculnya permusuhan terhadap sesamanya. b) Taasub atau fanatisme yang berlebihan Sikap fanatik yang berlebihan dengan mengagung-agungkan kelompoknya, menganggap kelompoknya paling benar, paling baik, dan meremehkan kelompok lain, padahal masih satu agama, itu merupakan perbuatan yang tidak terpuji dan tidak dibenarkan dalam Islam, karena dapat merusak tali ukhuwah. Oleh karenanya hal tersebut harus kita hindari. c) Kurang toleransi atau tasamuh Kurangnya sikap toleransi atau sikap saling menghargai dan menghormati terhadap perbedaan-perbedaan pendapat yang terjadi, sehingga menutup pintu dialog secara terbuka dan kreatif, juga menjadi penghalang dalam merajut kembali ukhuwah. Oleh karenanya perlu kita optimalkan secara terusmenerus untuk mengembangkan sikap toleransi tersebut dalam kehidupan sehari-hari. d) Suka bermusuhan

Ini merupakan penyakit ukhuwah yang sangat berbahaya, jika dalam hati manusia sudah dirasuki sifat hasud, dengki, dan iri hati maka yang ada dalam hatinya hanyalah dendam dan permusuhan. Jika hal tersebut tidak kita akhiri maka akan dapat memorak-porandakan ukhuwah. e) Kurang bersedia untuk saling bertausiyah (menasehati) Kurangnya kelapangan hati untuk saling bertausiyah atau saling menasehati dan saling mengingatkan dalam kebaikan dan kebenaran juga turut memberi aset memperburuk tali ukhuwah, karena masing-masing senang melihat mereka jatuh dalam kelemahan dan kebodohannya. Lebih parah lagi manakala di antara mereka sudah tidak mau atau enggan untuk dikritik karena sudah merasa pintar dan paling benar.

1.2.5 Upaya dalam Mewujudkan Ukhuwah Ukhuwah sebagai rahmat dan karunia dari Allah Subhaanahu Wa Taaala, harus terus menerus diupayakan penerapannya dalam kehidupan umat manusia dalam rangka mewujudkan kerukunan dan perdamaian di muka bumi. Hal ini akan dapat tercipta manakala ukhuwah atau persaudaraan dapat diwujudkan. Adapun langkah-langkah konkrit yang harus kita lakukan dalam mewujudkan ukhuwah adalah sebagai berikut : a) Secara terus-menerus melakukan kegiatan dakwah Islamiyah terhadap umat Islam, tentang pentingnya menjalin ukhuwah terhadap sesamanya dan menjelaskan kepada mereka tentang bahayanya jika kita saling bermusuhan. Tentunya dengan metode yang teratur dan sistematis, baik melalui dakwah bil lisan, dakwah bil hal dan dakwah bil qalam.

b) Berusaha meningkatkan frekuensi silaturrahmi, saling mengunjungi, saling bertegur sapa baik dalam forum formal maupun informal, terutama kepada mereka yang memutuskan hubungan baik dengan kita. Silaturrahmi ini disamping dapat merajut ukhuwah, juga banyak segi manfaaatnya bagi pelaku silaturrahmi, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam yang artinya : Barang siapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya maka jadilah yang senang silaturrahmi.

c) Memperbanyak dialog internal maupun antar umat beragama untuk menyamakan persepsi terhadap setiap permasalahan yang fundamental dalam arti mencari persamaan bukan perbedaan, untuk mengantisipasi terhadap perbedaan pendapat yang mengarah kepada konflik (kontroversial), menahan diri dari komentar-komentar yang belum jelas, tidak mudah emosional dan senantiasa mengedepankan rasionalitas dan pertimbangan akal sehat, dan pada akhirnya tercipta budaya dialog yang sehat untuk mempererat tali ukhuwah dan terciptanya kerukunan. d) Meningkatkan peran lembaga-lembaga lintas organisasi dan lembaga-lembaga pemerintahan untuk terus menerus melakukan berbagai macam kegiatan yang berorientasi pada upaya merajut simpul ukhuwah agar tercapainya tatanan masyarakat yang penuh dengan kerukukan dan kedamaian sebagaimana yang kita cita-citakan bersama.

e) Menghimbau kepada semua umat manusia terutama umat Islam untuk berupaya semaksimal mungkin meningkatkan kualitas iman dan takwanya, karena jika iman dan takwanya berkualitas dan sempurna, maka mereka memunyai kecenderungan untuk melakukan kebaikan dan kebenaran termasuk dalam hal mengaktualisasikan ukhuwah dalam kehidupan sehari-hari.

1.3 Kerukunan dan Kebersamaan dalam Pluralitas Agama

Pada era globalisasi ini, umat beragama dihadapkan dengan permasalahan yang cukup serius yang sebelumnya pernah juga dialami. Pluralitas agama adalah permasalahan yang tidak bisa dihindari melainkan pasti akan terjadi dan tak terelakkan. Hal ini, tertulis pasa QS. Al-Hujurat : 13, Allah telah menggambarkan adanya indikasi yang cukup kuat tentang pluralitas agama tersebut. Pluralitas agama bisa kita jumpai dimana-mana, seperti di kantor tempat bekerja, di peguruan tinggi tempat belajar, di pasar tempat belanja, dll. Seseorang dapat dikatakan memiliki sikap keterlibatan aktif dalam pluralitas apabila dia dapat berinteraksi secara positif dalam lingkungan. Dalam mewujudkan kerukunan dan kedamaian dalam pluralitas agama, dalam qs An-Naml: 125 menganjurkan dialog baik. Dialog tersebut dimaksudkan untuk bisa memahami dan saling membina pengetahuan agama kepada mitra dialog. Kerukunan dan kebersamaan menurut islam bertujuan untuk menciptakan rasa aman dalam diri. Oleh karena itu kita haru bisa memulai dari individu masing-masing, keluarga, masyarakat, dan dunia. Kerukunan dan toleransi saling memerlukan. Kerukunan mempertemukan unsur-unsur yang berbeda, sedangkan toleransi sikap yang merefleksikan sikap kerukunan. Itulah ajaran islam kalaupun berbeda dengan realita, bukan berarti konsep ajarannya yang salah melainkan perilaku manusia yang perlu terus disadarkan dengan caracara yang baik dan hikmah.

PENUTUP
Bisa dikatakan, relasi sosial-politik umat Islam dengan umat agama lain sangat dinamis. Sikap Islam terhadap umat lain sangat tergantung pada penyikapan mereka terhadap umat Islam. Jika umat non-Islam memperlakukan umat Islam dengan baik, maka tak ada larangan bagi umat Islam berteman dan bersahabat dengan mereka. Sebaliknya, sekiranya mereka bersikap keras bahkan hingga mengusir umat Islam dari tempat kediamannya, maka umat Islam diijinkan membela diri dan melawan. Setelah kurang lebih 13 tahun lamanya Nabi dan umatnya bersabar menghadapi ketidakadilan dan penyiksaan di Mekah, maka baru pada tahun ke 15 ketika Nabi sudah berada di Madinah perlawanan dan pembelaan diri dilakukan. Dalam konteks itulah, ayat-ayat perang dan jihad militer diperintahkan. Oleh karena itu, jelas bahwa pandangan al-Quran terhadap umat agama lain dalam soal ekonomi-politik bersifat kondisional dan situasional sehingga tak bisa diuniversalisasikan dan diberlakukan dalam semua keadaan. Ayat demikian bisa disebut sebagai ayat-ayat fushul (fushl al-Qurn), ayat juziyyt, atau fiqh al-Quran. Ayat-ayat kontekstual seperti itu, dalam pandangan para mufasir, tak bisa membatalkan ayat-ayat yang memuat prinsip-prinsip umum ajaran Islam, seperti ayat yang menjamin kebebasan beragama dan berkeyakinan. Tambahan pula, ayat l ikrha f al-dn adalah termasuk lafzh `m (pernyataan umum) yang menurut ushul fikih Hanafi adalah tegas dan pasti (qath`i), sehingga tak bisa dihapuskan (takhshish, naskh) oleh ayat-ayat kontekstual apalagi hadits ahd (seperti hadits yang memerintahkan membunuh orang pindah agama) yang dallahnya adalah zhanni (relatif). Ayat l ikrha f al-dn bersifat universal, melintasi ruang dan waktu. Ayat yang berisi nilai-nilai umum ajaran disebut sebagai ayat ushl (ushl al-Qurn) atau ayat kulliyt. Dalam masyarakat plural seperti Indonesia, saatnya umat Islam lebih memperhatikan ayat-ayat universal, setelah sekian lama memfokuskan diri pada ayat-ayat partikular. Ayat-ayat partikular pun kerap dibaca dengan dilepaskan dari konteks umum yang melatar-belakangi kehadirannya. Berbeda dengan ayat-ayat partikular, ayat-ayat universal mengandung pesan-pesan dan prinsip-prinsip umum yang berguna untuk membangun tata kehidupan Indonesia yang damai.

Untuk membangun Indonesia yang damai tersebut, maka beberapa langkah berikut perlu dilakukan. Pertama, harus dibangun pengertian bersama dan mencari titik temu (kalimat sawa`) antar umat beragama. Ini untuk membantu meringankan ketegangan yang kerap mewarnai kehidupan umat beragama di Indonesia. Dalam konteks Islam, membangun kerukunan antarumat beragama jelas membutuhkan tafsir al-Quran yang lebih menghargai umat agama lain. Tafsir keagamaan eksklusif yang cenderung mendiskriminasi umat agama lain tak cocok buat cita-cita kehidupan damai, terlebih di Indonesia. Sebab, sudah maklum, Indonesia adalah negara bangsa yang didirikan bukan hanya oleh umat Islam, tetapi juga oleh umat lain seperti Hindu, Budha, dan Kristen. Dengan demikian, di Indonesia tak dikenal warga negara kelas dua (kafir dzimmi) sebagaimana dikemukakan sebagian ulama. Menerapkan tafsir-tafsir keagamaan eksklusif tak cukup menolong bagi terciptanya kerukunan dan kedamaian Kedua, setiap orang perlu menghindari stigmatisasi dan generalisasi menyesatkan tentang umat agama lain. Generalisasi merupakan simplifikasi (penyederhanaan) dan stigmatisasi adalah merugikan orang lain. Al-Quran berusaha untuk menjauhi generalisasi. Al-Quran menyatakan, tak seluruh Ahli Kitab memiliki perilaku dan tindakan sama. Di samping ada yang berperilaku jahat, tak sedikit di antara mereka yang konsisten melakukan amal saleh dan beriman kepada Allah. Ketiga, sebagaimana diperintahkan al-Quran dan diteladankan Nabi Muhammad, umat Islam seharusnya memberikan perlindungan dan jaminan terhadap implementasi kebebasan beragama dan berkeyakinan. Sebagaimana orang Islam bebas menjalankan ajaran agamanya, begitu juga dengan umat dan sekte lain. Seseorang tak boleh didiskriminasi dan diekskomunikasi berdasarkan agama yang dipilih dan diyakininya. Dalam kaitan ini, umat Islam perlu mengembangkan sikap toleran, simpati dan empati terhadap kelompok atau umat agama lain.

Daftar Pustaka
Saifullah, M., Ilyas, M.M., Achmad, W., Muhibbin, Z. (2012). PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Membangun Karakter Madani. Surabaya: ITS Press. http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd =4&cad=rja&ved=0CEUQFjAD&url=http%3A%2F%2Fxa.yimg.com%2F kq%2Fgroups%2F23042566%2F2117107457%2Fname%2FIslam%2Bd an%2BPluralitas(isme)%2BAgama.rtf&ei=DZKUp65AcmPrQetpoDYCg&usg=AFQjCNEjbvgEAxDwRDArktp7bI9JcNrJA&sig2=GxcbZ6Rm4D0YWDLEumD60A&bvm=bv.53371865, d.bmk

Anda mungkin juga menyukai