Anda di halaman 1dari 19

65

4
GRAFIK
DALAM FISIKA



Dalam dunia ilmu, orang sudah terbiasa menggunakan grafik, demikian juga di dalam
ilmu fisika, sehingga seorang fisikawan harus dapat menggunakan grafik secara baik dan
tepat, karena grafik sangat membantu dalam mengevaluasi data . Dalam bab ini akan kita
pelajari tentang kegunaan grafik, .cara membuat grafik , menentukan besaran fisis dengan
metode grafik beserta ralatnya.

4.1. KEGUNAAN GRAFIK
Adapun kegunaan grafik adalah :
1. Untuk visualisasi hasil eksperimen, karena hasil eksperimen yang dinyatakan dengan
grafik sangat menolong melalui pandangan. Maksudnya dengan mengamati bentuk
grafik saja si pengamat sudah banyak mengambil informasi.
2. Untuk membandingkan eksperimen dengan teori. Dengan melukiskan atau memasang
besaran-besaran yang diamati secara eksperimen, kita dapat melihat dengan sekilas
pandangan, disaat mana dan ditempat mana mulai ada perbedaan antara hasil
pengamatan dengan hasil hitungan. Hasil hitungan diperoleh dari fungsi yang
dianggap melukiskan teori dari eksperimen tersebut. Contoh : Hukum Hooke
menyatakan bahwa perubahan bentuk yang dialami oleh benda elastis berbanding
langsung dengan gaya yang dikenakan pada benda itu. Kebenaran pernyataan ini akan
diselidiki melalui eksperimen. Hasil pengamatan ditulis dalam daftar pada Tabel 4.1.
M adalah massa beban (gram), dan s adalah pertambahan panjang yang terjadi (cm).








66
Tabel 4.1
M
(gram)
S
(cm)
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
1,2
2,3
3,5
4,5
5,7
6,6
7,3
8,1
8,8
9,5
10,2
10,7

Dengan membaca saja secara sepintas, kita tidak dapat banyak mengambil kesimpulan
dari tabel 4.1 di atas. Tetapi jika hasil eksperimen tersebut dilukiskan dalam grafik,
seperti pada Gambar 4.1, dengan selintas pandangan saja kita langsung dapat melihat
bahwa hukum Hooke hanya berlaku untuk massa beban yang tidak terlalu besar (30
gram). Di atas massa ini hubungan antara M dan s tidak linier lagi.
0
2
4
6
8
10
12
0 20 40 60 80
M (gram)
S

(
c
m
)


Gambar 4.1. Grafik hubungan antara massa beban (gram) dengan pertambahan
panjang pada pegas (cm)

3. Grafik juga digunakan untuk menunjukkan hubungan empiris antara dua besaran.
Walaupun kita belum mengetahui bagaimana hubungan teoritis antara dua besaran
eksperimental, tetapi grafik yaang menggambarkan kedudukan hasil eksperimen dari
kedua besaran tersebut sangat berguna untuk tujuan peneraan.
67
Contoh : Pada Gambar 4.2 digambarkan hubungan secara grafis antara tahanan LDR
(Light Dependent Resistor) dengan intensitas cahaya yang jatuh pada LDR tersebut.

4. Grafik dapat digunakan untuk menentukan suatu besaran fisis yang besarnya konstan.
(dalam bab ini akan dibahas lebih lanjut pada fatsal 4.3)


0
100
200
300
400
500
600
0 200 400 600
R (K ohm)
I
n
t
e
n
s
i
t
a
s

(
l
u
x
)


Gambar 4.2. Grafik hubungan antara tahanan LDR (kO) dengan intensitas cahaya
yang datang pada LDR (lux)

4.2. CARA MEMBUAT GRAFIK
Sebelum kita membuat grafik, kita harus membuat keputusan lebih dulu tentang
besaran mana yang akan dipasang pada sumbu horisontal dan besaran mana yang akan
dipasang pada sumbu vertikal. Biasanya sebab dipasang pada sumbu horisontal dan akibat
atau efek dipasang pada sumbu vertikal. Yang dimaksud sebab adalah besaran yang tiap kali
ditentukan oleh eksperimentator, sedangkan akibat adalah efek yang timbul. Sebagai contoh
dalam percobaan hukum Hooke, sebab adalah besaran massa (M) yang digantungkan pada
benda elastis, dan akibat adalah perubahan panjang benda elastis tersebut (s). Dengan
demikian yang kita pasang pada sumbu horisontal (sumbu x) adalah besaran massa dan yang
kita pasang pada sumbu vertikal (sumbu y) adalah pertambahan panjang. Kemudian kita harus
memilih skala untuk sumbu x dan sumbu y. Ada beberapa saran untuk memilih skala:
68
1. Untuk menghindarkan kesalahan, ambil skala yang sederhana. Biasanya kita gunakan
satu centimeter pada kertas grafik untuk satu, dua atau lima unit (atau kali 10
n
). Jangan
menggunakan skala lainnya selain yang disebut ini.
2. Jangan memasang titik-titik pengamatan terlalu dekat satu sama lain. Karena kalau
titik-titik mengumpul, orang akan menjadi sukar untuk mengambil kesimpulan yang
mengandung arti.
3. Memilih skala sedemikian sehingga kemiringan grafik berada antara 30
0
dan 60
0
.
4. memberi tanda yang jelas untuk titik-titik pengamatan, misalnya , + atau 0 .
5. Menggunakan tanda yang berlainan (misalnya , + atau 0) bila akan melukis beberapa
kurva dalam satu kertas grafik.
6. Angka-angka yang tertulis pada sumbu harus dipilih angka yang sederhana, misal 1, 2,
3 ..atau 10, 20, 30 dan seterusnya. Jangan menuliskan 10.000, 20.000,
30.000..atau 0,0001; 0,0002; 0,0003;..dan seterusnya .
7. Tarik garis grafik secara halus dan merata (atau garis lurus) yang menerusi daerah
titik-titik pengamatan, jangan melukis garis patah-patah yang menghubungkan tiap
dua titik pengamatan yang berturutan

0
1
2
3
4
5
0 2 4 6 8
Series1



0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
0 2 4 6 8
Series1


Gambar 4.3
salah
benar
69
8. Grafik garis lurus yang diharapkan mempunyai persamaan y = mx, jangan dipaksa
ditarik melalui titik nol, tetapi hendaknya ditarik garis lurus yang paling cocok melalui
daerah titik-titik pengamatan. Dengan cara seperti ini memungkinkan mengungkap
satu atau lebih ralat sistematis. Sebagai contoh pada Gambar 4.4. tegangan V pada
ujung-ujung tahanan diukur sebagai fungsi arus. Dalam hal ini kita mengharapkan
berlakunya hokum Ohm V = RI. Jadi secara teori pasti ada suatu garis lurus melalui
titik nol. Tetapi kenyataan menunjukkan bahwa garis yang paling cocok tidak melalui
titik nol. Dari sini dapat dilihat bahwa terdapat ralat sistematis yang mungkin
disebabkan karena kesalahan penunjukkan nol pada amperemeter dan atau voltmeter.

0
1
2
3
4
5
6
7
0 10 20 30 40
I (mA)
V

(
v
o
l
t
)

Gambar 4.4

9. Lukiskan grafik selama eksperimen dilakukan, atau langsung setelah diadakan
pengamatan sebelum tatanan eksperimen dibongkar atau diubah. Dengan demikian
kita akan mendapatkan beberapa keuntungan diantaranya adalah
a. Bila terdapat kesalahan, kesalahan yang terjadi langsung terungkap dan dapat
dicek secara eksperimental, atau dilakukan pengamatan ulang atau perbaikan
b. Pengamatan selanjutnya (pengamatan tambahan) dapat dilaksanakan di daerah
yang menentukan (crucial regions)
70
4.3.MENENTUKAN SUATU BESARAN FISIS DENGAN METODE GRAFIK
4.3.1. Hubungan antara variable sudah diketahui
Misal kita akan menyelidiki kebenaran hukum Boyle secara eksperimental. Hukum
Boyle dinyatakan dengan : PV = konstan (pada suhu tetap). Besaran P adalah tekanan gas
ideal, sedangkan V adalah volumenya. Tatalaksana percobaan adalah sebagai berikut : kita
mengubah-ubah volume dari gas dan mengukur tekanan yang terjadi. Hasil yang diperoleh
seperti yang dituliskan dalam Tabel 4.2

Tabel 4.2.
V
(cm
3
)
P
(cm Hg)
10
20
30
40
50
60
78
37
26
19
16
12,5

Hasil pengamatan di atas dilukis dalam kertas grafik dengan memasang V pada sumbu
horizontal dan P pada sumbu vertical. Dari bentuk kurva Gambar 4.3.a. kita masih sukar
mengambil kesimpulan apakah hukum Boyle betul berlaku atau tidak.
Jika kita mengubah cara menulis hokum Boyle tersebut dengan
V
k P
1
= maka kita
akan memperoleh persamaan yang serupa dengan y = mx. Dengan demikian kita dapat
memasang besaran P pada sumbu vertical dan
V
1
pada sumbu horizontal , hasilnya seperti
yang dilukiskan pada Gambar 4.5.b. Kurva merupakan garis lurus yang melalui titik asal. Dari
contoh diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa sedapat mungkin kita harus memilih variable-
variabel yang mempunyai hubungan linier atau dapat dibuat linier, sehingga akhirnya kita
memperoleh grafik garis lurus. Setelah diperoleh grafik garis lurus, kita dapat dengan mudah
dapat mengukur kemiringan dan perpotongan garis tersebut dengan sumbu-sumbu.


71
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
0 20 40 60 80
V (cm3)
P

(
c
m

H
g
)


0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
0 50 100 150
1/V (10-3 cm-3)
P

(
c
m

H
g
)

Gambar 4.5

Sering kita temui bahwa hubungan antara dua variable tidak biasa, missal
y = A 10
Kx
(4.1)
dengan A dan K adalah konstanta sedangkan x tampil dalam eksponen. Untuk memperoleh
garis lurus maka perlu kita ambil logaritmanya, sehingga persamaannya menjadi
Log y = log A + Kx (4.2)
Persamaan di atas adalah persamaan garis linier dengan memasang x pada sumbu horizontal
dan log y pada sumbu vertical.

72
Contoh 4.1
Seseorang mengukur intensitas sumber sinar yang bertenaga tunggal (mono-energetic).
Sumber sinar ini ditempatkan di belakang penyerap Pb dengan tebal d. Ia mengukur
intensitas pada bermacam-macam tebal dan hasilnya dituliskan pada Tabel 4.3. menurut
teori hubungan antara Intensitas sumber dengan intensitas setelah menembus logam
dinyatakan dengan

d
o
e I I
o
=
(4.3)
dengan I
o
= intensitas sebelum menembus logam dan o = konstanta
Tabel 4.3
d (mm) I Ln I
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
500
360
289
205
140
120
85
65
45
30
6,21
5,87
5,66
5,32
4,91
4,78
4,44
3,81
3,40
1,48

Jika dilukiskan grafik antara I dan d, seperti Gambar 4.6.a. kita akan melihat bahwa hanya
sedikit informasi yang dapat kita ambil dari grafik, kecuali hanya bahwa intensitas berkurang
dengan bertambahnya tebal d. Tetapi jika persamaan (4.3) kita ambil logaritmanya (atau ln
nya), maka persamaannya menjadi
Ln I = ln I
o
- od (4.4)
Dengan memasang d pada sumbu horizontal dan ln I pada sumbu vertical maka akan
diperoleh grafik garis lurus(Gambar 4.6.b)
73
0
100
200
300
400
500
600
0 20 40 60
d (mm)
I
n
t
e
n
s
i
t
a
s


0
1
2
3
4
5
6
7
0 20 40 60
d (mm)
l
n

I

Gambar 4.6

Dari grafik pada Gambar 4.6.b. kita dapat mengambil kesimpulan bahwa :
a. Pengandaian atau dugaan bahwa intensitas berkurang secara eksponensial dengan
bertambahnya d adalah benar
b. Kita dapat menentukan konstanta I
o
dan o dengan menganalisis grafik (lakukanlah
hal ini)
4.3.2. Hubungan antara variable tidak diketahui
Dengan metode grafik kita juga dapat menyelesaikan suatu masalah apabila hubungan
antara dua variable tidak diketahui, tetapi kita hanya dapat mengandaikan bahwa hubungan
tersebut berbentuk
74
Y = A x
B,
dengan A dan B konstanta


Contoh 4.2







Gambar 4.7

Suatu batang ditopang di tempat S
1
dan S
2
seperti pada Gambar 4.7. dan suatu massa M
digantungkan di tengah-tengah batang tersebut, akibatnya batang tersebut akan melentur
sejarak y. Kita ingin mengetahui, bagaimana hubungan antara jarak lenturan (y) dengan
jarak L (jarak antara titik S
1
dan S
2
). Pada awalnya kita akan merasa sukar untuk
menentukan bentuk hubungan kedua variabel ini. Yang dapat kita lakukan adalah
menduga bahwa jika jarak L diperpanjang, jarak lenturan y akan bertambah. Setelah kita
melakukan percobaan dengan harga L yang berbeda-beda dan harga M yang
digantungkan selalu konstan dan hasil pengukuran dituliskan pada Tabel 4.4
Tabel 4.4
L
(cm)
Y
(cm)
25
30
40
50
60
1,5
2,6
6,1
12,0
20.7


L
S
2
S
1
M
y
75
0
5
10
15
20
25
0 20 40 60 80
L (cm)
y

(
c
m
)

0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
0 0.5 1 1.5 2
log L
l
o
g

y

Gambar 4.8
Setelah kita lukiskan hubungan antara L dan y pada kertas grafik seperti pada Gambar 4.8.a,
kita dapat mengharap bahwa hubungan antara dua variable tersebut adalah

p
AL y = (4.5)
dengan A konstan dan p suatu eksponen yang mempunyai harga p> 0. Grafik pada Gambar
4.8.a belum banyak menjelaskan banyak hal kepada kita. Untuk lebih meyakinkan hubungan
antara dua variable tersebut persamaan (4.5) kita ambil logaritmanya sehingga menjadi
log y = log A + p log L (4.6)
76
Selanjutnya kita lukiskan grafik dengan memasang log L pada sumbu horizontal dan log y
pada sumbu vertikal. Jika ternyata grafik hubungan antara log L dan log y ini dinyatakan
dengan garis lurus (lihat gambar 4.8.b), selanjutnya kita dapat menentukan harga A dan p
(lakukanlah hal ini)

4.4. RALAT DALAM GRAFIK
4.4.1. Melukis ralat
Bila kita mengikut sertakan ketidakpastian (ralat) pengamatan ke dalam grafik. Ralat
dalam titik eksperimen biasanya digambarkan sebagai - . Panjang batang-batang horizontal
dan vertical menunjukkan besarnya ktpn. Panjang batang horizontal menunujukkan besarnya
ktpn dalam sebab dan panjang batang vertical menyatakan besarnya ktpn untuk akibat.
Biasanya ktpn yang berasal dari penyebab dapat dabaikan, sehingga pernyataan ralat dalam
grafik menjadi - . Jika kita menggambarkan ktpn-ktpn dalam grafik, maka dapat dilihat
apakah titik-titik pengamatan menyimpang secara nyata (signifikan) dari ramalan teoritis.
Pada Gambar 4.9.a. simpangan dari garis lurus tidak dapat dikatakan signifikan, sedangkan
pada Gambar 4.9.b. tampak bahwa titik-titik pengamatan menyimpang secara signifikan.
Seringkali ralat terlalu kecil sehingga tidak dapat dilukis kan dengan jelas.

Gambar 4.9

0
1
2
3
4
5
0 2 4 6
Series1
0
1
2
3
4
5
0 2 4 6
Series1
77
Jika data-data tidak mempunyai ktpn, maka ralatnya dapat ditentukan sebagai berikut.

0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
0 10 20 30 40 50
Series1

Gambar 4.10
Dari titik-titik data yang ada, dapat dibuat tiga garis lurus, yaitu g, g
1
dan g
2

g dengan persamaan bx a y + = , adalah sebuah garis lurus yang mewakili semua titik data, b
adalah tangen sudut arah garis g.
g
1
dengan persamaan x b a y
1 1
+ = , adalah sebuah garis lurus yang mewakili data yang
ekstrim, b
1
adalah tangen sudut arah garis g
1

g
2
dengan persamaan x b a y
2 2
+ = , adalah sebuah garis lurus yang mewakili data ekstrim
yang lain, dengan b
2
adalah tangen sudut arah garis g
2

Dari ketiga garis lurus tersebut dapat ditentukan ketidakpastian b
b b b = A
1 1

b b b = A
2 2


2
2 1
b b
b
A + A
= A
Sehingga tangen sudut arah garis lurus yang diharapkan adalah (b Ab)

4.4.2. Menentukan besarnya ralat dari besaran yang diperoleh dari analisis grafik
Seandainya kita mempunyai n titik data (x
i
, y
i
, + o
i
), dengan o
i

.
adalah ketidakpatian
pada titik data ke i . Tugas kita adalah menarik garis lurus terbaik melewati titik-titik data ini.
Seandainya garis lurus itu diketahui sebagai y = a + bx. Masalah yang harus dipecahkan
adalah menentukan harga a dan b dengan ketidakpastian masing-masing o
A
dan o
B.
78
Bila tiap titik data dianggap sebagai sebuah sample dari suatu distribusi normal
dengan standar deviasi o
i
, maka kementakan (probabilitas) dari pengukuran (x
i
, y
i
) adalah
sesuai dengan persamaan (2.17)
P(y
i
, o
i
,
i
) =
(
(

2
2
1
2
) (
exp
2
1
i
i i
y
o

t o

Dimana
i
adalah rata-rata (yang belum diketahui) dari distribusi, sedangkan y
i
adalah sebuah
sample. Probabilitas dari keseluruhan himpuanan data yang diperoleh adalah hasil kali dari
masing-masing probabilitas, dengan catatan tidak ada ketergantungan lain di antara titik-titik
data daripada yang diketahui polynomial. Sehingga diperoleh
P
total
=
(
(

2
2
2
2
) (
exp
... ) 2 (
1
i
i i
n i
n
y
o

o o o t

Penjumlahan E di sini dan untuk selanjutnya pada bab ini berlaku untuk penjumlahan semua
titik-titik data i = 1, 2, , n. Estimasi terbaik yang dapat kita buat untuk
i
adalah harga fit
terbaik yang diambil pada x = x
i
. Harganya adalah a + bx
i
(grafik garis lurus). Yang dimaksud
dengan fit terbaik adalah suatu harga yang membuat probabilitas memperoleh himpunan data
lengkap sebesar mungkin. Probabilitas maksimum ini terjadi apabila argumen dari eksponen
mempunyai harga minimum

2
2
2
2
) (
) (
i i i
i
i i
bx a y w
y
=


o

_ = minimum (4.7)
dengan w
i

2
1
i
o
dan
i
adalah harga estimasi terbaik = a + bx
i

. Karena argumen dari eksponen adalah
2
2
1
_ , kita harus mencari probabilitas maksimum
dari harga-harga a dan b sehingga _
2
minimal. Metoda ini disebut sebagai metoda kwadrat
terkecil (method of least squares). Pada tahap ini sangatlah tepat untuk mengingat kembali
bahwa metoda ini diturunkan dari prinsip kesamaaan maksimum dari perolehan himpunan
data dan yang kita asumsikan bahwa titik-titik data tersebut terdistribusi normal (Gaussian)
serta masing-masing tidak saling tergantung.
Meminimasikan harga _
2
terhadap a dan b berarti mencari harga-harga a dan b
dengan derivatif parsial _
2
terhadap a dan b sama dengan nol:

( ) ( ) 0
2 1
2
2
2
2
=

=
(


c
c
=
c
c
i i i i
bx a y bx a y
a a o o
_
(4.8)
79
( ) | ( ) | 0
2 1
2
2
2
2
=

=
(


c
c
=
c
c
i i i i i
bx a y x bx a y
b b o o
_
(4.9)
Dalam hal ini kita menganggap bahwa semua standar deviasi adalah sama o o =
i
. Dan
mengingat persamaan


+ = + =
i i i
x b aN bx a y


+ = + =
2 2
i i i i i i
x b x a bx ax y x (4.10)
Untuk menentukan harga a dan b, kita harus menentukan solusi dari persamaan (4.10), adapun
solusi dari persamaan (4.10) adalah
( )




A
=
A
=
i i i i i
i i i
i i
y x x y x
x y x
x y
a
2
2
1 1

( )




A
=
A
=
i i i i
i i i
i
y x y x N
y x x
y N
b
1 1

Dan ( )



= = A
2
2
2 i i
i i
i
x x N
x x
x N

Berarti garis lurus tersebut memotong sumbu y di
( )

=
2
2
2
i i
i i i i i
x x N
y x x y x
a (4.7)
dengan koefisien sudut arah sama dengan
( )

=
2
2
i i
i i i i
x x N
y x y x N
b (4.8)
Perhitungan ketidakpastian pada a dan b dapat diperoleh langsung. Di sini kita menggunakan
prinsip umum yang menunjukkan bahwa ketidakpastian o
z
dari suatu kuantitas z, yang dapat
diekspresikan pada besaran independen y
1
, y
2
, , y
n
yang dapat diukur, dapat dihitung dari y
i

dan ketidakpastian o
i
dengan

(
(

|
|
.
|

\
|
c
c
=
2
2 2
i
i z
y
z
o o (4.9)
pada persoalan kita, koefisien a dan b merupakan fungsi dari x
i
, w
i
dan y
i
. Apabila kita
mengasumsikan bahwa hanya y
i
saja yang mempunyai ketidakpastian (o
i
) maka kita dapat
menuliskan dengan analogi rumus
80
(
(

|
|
.
|

\
|
c
c
=
2
2 2
i
i a
y
a
o o
dan
(
(

|
|
.
|

\
|
c
c
=
2
2 2
i
i b
y
b
o o
Dari derivatif persamaan (4.8)dan (4.9)kita mendapatkan
( )

A
=
c
c
i j i
i
x x x
y
a
2
1

( )

A
=
c
c
i i
i
x Nx
y
b 1
(4.10)
Dengan mengkombinasikan persamaan (4.9) dan (4.10), akan kita peroleh ketidakpastian dari
a dan b
( ) ( ) | |

=
+
A
~
N
j
i j i i j i a
x x x x x x
1
2
2 2
2
2
2
2
2
2
o
o
( ) ( ) ( ) | |

+
A
=
2
2 2
2
2
2
2
2
2
i i i i i
x x x x x N
o

( ) ( ) ( )

A
=
A
=
2
2
2
2 2
2
2
i i i i
x x x N x
o o
(4.11)
( ) | |

=
+
A
~
N
j
i i j j b
x x Nx x N
1
2
2 2
2
2
2
2
o
o

( ) ( ) | |

+
A
=
2 2
2 2
2
2
2
i i i
x N x N x N
o

( ) | |
A
=
A
=

2
2
2
2
2
o o
N x x N
N
i i
(4.12)
Sedangkan o diberikan dengan persamaan
( )

= =
2 2 2
2
1
i i
bx a y
N
S o

Contoh 4.3
Suatu set hasil eksperimen dituliskan dalam table 4.5 Tentukan persamaan grafik beserta
ralatnya.


81
x
i

(g)
y
i
+o
I

(mm)
1 16 + 2
2 21 + 4
3 37 + 5
4 44 + 6
5 58 + 8

Tabel 4.5








Titik-titik data dan fit terbaik, yang merupakan garis di tengah daerah yang berarsir,
ditunjukkan pada Gambar 4.11.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0 5 10
massa (g)
p
a
n
j
a
n
g

(
m
m
)

Gambar 4.11

Dengan menerapkan persamaan (4.7), (4.8), (4.11), dan (4.12) untuk koefisien-koefisien serta
ketidakpastian diperoleh:
a = 6,9 + 2,3 mm dan b = 8,9 + 0,7 mm/g
seandainya kita berminat pada ketidakpastian dari fit pada suatu posisi x = x
0
. harga yang
difitkan dapat diperoleh dengan mudah dari perhitungan koefisien serta jamlah sampai y
o
= a
+ bx
o
. Dengan mudah kita dapat menghitung ketidakpastiannya dengan menggunakan
persamaan
( )

|
|
.
|

\
|
+
c
=
|
|
.
|

\
|
+ =
|
|
.
|

\
|
=
2
2 2 2
2
2
i
o
i
i i o
i
i
i
o
yo
y
b
x
y
a
Bbx a
y y
y
o
o
o
o o
o
o
o
o
o
o (4.13)
Jadi
2 2 2 2
2
ab o b o a o
x x o o o o + + = (4.14)
x
i

(g)
y
i
+o
I

(mm)
6 62 + 8
7 64 + 9
8 75 + 10
9 86 +11
10 97 11

82
Dengan

i i
i ab
y
b
y
a
o
o
o
o
o o
2 2
(4.15)

SOAL-SOAL
1. Seorang praktikan akan menentukan kerapatan zat cair dengan menerapkan hukum
Archimedes, yaitu dengan persamaan
gV F
A
=
Dengan

F
A
= gaya keatas, = kerapatan zat cair, g = percepatan gravitasi bumi serta
V = volume benda.
a. Besaran apa yang harus diukur pada percobaan tersebut ?
b. Tentukan mana variable bebas dan variable tergantungnya
c. Jika akan ditentukan dengan analisis grafik, besaran apa yang digambarkan pada
sumbu horizontal dan besaran apa yang digambarkan pada sumbu vertical ?
2. Seorang praktikan akan menentukan besarnya indeks bias bahan transparan dengan
menerapkan rumus hukum Snellius r n i n
bahan udara
sin sin =
a. Besaran apa yang harus diukur pada percobaan tersebut ?
b. Tentukan mana variable bebas dan variable tergantungnya
c. Jika n
bahan
akan ditentukan dengan analisis grafik, besaran apa yang
digambarkan pada sumbu horizontal dan besaran apa yang digambarkan pada
sumbu vertical ?


3. Dari data yang tercantum pada Tabel 4.1, tentukan besarnya konstanta pegas dan
tentukan besarnya ktpnnya.
4.Dari data yang tercantum dalam Tabel 4.3, tentukan berapakah besarnya intensitas
sinar Gamma sebelum mengenai keeping, dan berapakah koefisien serap keeping ?
5. Rangakaian listrik seperti pada gambar di bawah ini. Besaran V diukur pada ujung-
ujung tahanan variable R. Tahanan ini diubah-ubah dan V yang terjadi diamati pada
voltmeter. Hasil pengukuran dituliskan pada table





83







R
(ohm)
V
(volt)
20
40
60
80
100
2,3
3,4
3,9
4,3
4,5

Berapakah besarnya E dan r
1
dalam rangkaian tersebut ?
6. Dari data yang tercantum daplam Tabel 4.4. berapakah besarnya konstanta A dan p
dan tentukan ktpnnya.

DAFTAR PUSTAKA
Bevington, Philip R, 1992. Data Reduction And Error Analysis for the Physical Sciences.
New York : Mc Graw Hill.
Ernest Rabinowicz. 1970. An I ntroduction To Experimentation. Massachusetts.: Addison-
Wesley Publishing Company
Kusminarto, Dr. 1993. Metode Fisika Eksperimen. Yogyakarta : Fakultas Matematika Dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada
Lab Fisika Dasar FMIPA UGM. Petunjuk Praktikum Fisika Dasar. Yogyakarta : Jurusan
Fisika FMIPA UGM

V
r
1
E
R

Anda mungkin juga menyukai