Anda di halaman 1dari 21

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PENERAPAN PEMILU DIGITAL BERBASIS AUTOMATI C


FI NGERPRI NT POLLI NG SYSTEM (AFPS) DENGAN
MEMANFANFAATKAN E-KTP DALAM SISTEM PEMILU DI
INDONESIA

BIDANG KEGIATAN:
PKM-GT

Diusulkan oleh:
Ketua : Agus Faridz Siswanto 201010430311438/ Angkatan 2010
Anggota : Muh. Rifaul Yahya 201010040311200/ Angkatan 2010
Agung Prasetya 201110370311326/ Angkatan 2011



UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2013





HALAMAN PENGESAHAN
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA GAGASAN TERTULIS

1. Judul Kegiatan : Penerapan Pemilu Digital Berbasis
Automatic Fingerprint Polling
System (AFPS) dengan
Memanfanfaatkan E-KTP dalam
Sistem Pemilu di Indonesia
2. Bidang Kegiatan : PKM-GT
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Agus Faridz Siswanto
B. NIM : 201010430311438
c. Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
d. Universitas/Institut/Politeknik : Univ.Muhammadiyah Malang
e. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Pelemkerep, RT. 07/ IV Mayong
Jepara, Jawa Tengah/
085740535758
f. Alamat email : Guru.cilik@yahoo.com
4. Anggota Pelaksana Kegiatan/ penulis : 2 orang
5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : Erna Yayuk, M.Pd
b. NIDN : 0724088201
c. Alamat Rumah dan No. Tel/HP : Perum Muara Sarana Indah B.7
Mulyoagung, Dau, Malang /
081335600142
Malang, 18 Maret 2013
Menyetujui,
Ketua Jurusan PGSD





(Dr. H. Ichsan Anshory, AM. M.Pd )
NIP. 195303191981031003

Ketua Pelaksana Kegiatan





(Agus Faridz Siswanto)
NIM. 201010430311438


Pembantu Rektor III





(Dr.Diah Karmiyati, Psi.)
NIP. 109.8802.0064
Dosen Pembimbing





(Erna Yayuk, M.Pd)
NIDN. 0724088201
ii




KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil`alamin,
Maha Suci Allah, Rabb Yang Maha Agung, segala puji tercurahkan pada-
Nya atas limpahan nikmat, rahmat, dan petunjuk-Nya. Shalawat serta salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad
SAW. Atas berkat izin-Nya lah kami dapat menyelesaikan karya tulis ini.
Dalam penulisan karya tulis ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam
menyelesaikan penulisan makalah ini, khususnya kepada :
1. Ibu Erna Yayuk, M.Pd selaku Dosen pembimbing yang telah
membimbing, mengarahkan, dan memberi dorongan dalam rangka
penyelesaian penyusunan karya tulis ini.
2. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
memberikan bantuan dalam penulisan karya tulis ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran yang bermanfaat senantiasa penulis nantikan dan
hargai. Semoga penulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang
bersangkutan di masa depan.






Malang, 18 Maret 2013


Penulis



iii




DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .i
LEMBAR PENGESAHAN.......ii
KATA PENGANTAR...iii
DAFTAR ISI .iv
RINGKASAN ............................................................................................v
PENDAHULUAN
Latar Belakang..1
Rumusan Masalah.3
Manfaat Penulisan............................................................................................3
GAGASAN
Kondisi Kekinian Pemilu di Indonesia.3
Solusi yang Pernah Diterapkan Sebelumnya....4
Seberapa Jauh Kondisi Kekinian dapat Diperbaiki melalui Automatic
Fingerprint Polling System (AFPS).........................................................5
Pihak-pihak yang Dipertimbangkan dapat Membantu
Mengiplementasikan Automatic Fingerprint Polling System (AFPS)............7
Langkah-langkah Strategis untuk Mengimplementasikan Automatic
Fingerprint Polling System (AFPS)................................................................. 7
KESIMPULAN
Gagasan yang Diajukan..................................................................................12
Teknik Implementasi yang Dilakukan............................................................12
Prediksi Hasil yang Akan Diperoleh...............................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Curriculum Vitae............................................................................................14





RINGKASAN
Pemilu merupakan sebuah pesta demokrasi di Indonesia untuk menetukan
pemimpin yang mampu menjadikan pemerintahan yang demokratis. Namun
seringkali pemilu di indonesia diwarnai dengan masalah-masalah yang
menjadikan proses pemilu tidak berjalan dengan baik. Banyak ditemukan
sejumalah kasus dalam pelaksanaan pemilu, diantarnya proses pendataan DPT
yang masih menggunakan sistem manual menimbulkan kasus pemalsuan DPT,
adanya pemilih ganda. Pemilu masih menggunakan surat suara yang masih
menggunakan kertas surat suara yang membutuhkan anggaran dana yang sangat
besar, tidak efisien waktu, belum lagi proses pendistribusian yang mengalami
keterlambatan, surat suara yang rusak. Selain itu proses rekapitulasi manual yang
membutuhkan waktu lama menimbulkan ketidakakuratan hasil pemilu.
Tujuan dari tulisan ini adalah memberikan solusi terhadap permasalahan-
permasalahan yang terjadi pada pelaksanaan pemilu. Dengan menggunakan sistem
pemilu yang memanfaatkan data E-KTP, fingerprint yang dikombinasikan
dengan sistem digital bisa untuk melaksanakan pemilu di Indonesia.
E-KTP bisa mendukung terwujudnya database kependudukan yang akurat,
sehingga Data Pemilih dalam Pemilu dan Pemilukada yang selama ini sering
bermasalah tidak akan terjadi lagi, dan semua Warga Negara Indonesia yang
berhak memilih terjamin hak pilihnya bisa untuk mengakses kumpulan berbagai
jenis data kependudukan yang tersimpan secara sistematik, terstruktur, dan saling
berhubungan dengan menggunakan perangkat lunak, perangkat keras dan jaringan
komunikasi data (Jembranakab.go.id, 2011).
Kelebihan dari fingerprint adalah akurat, menghindari kecurangan,
meningkatkan kinerja, proses data lebih cepat dan mudah, teknologi universal,
data otentik, dan ruang penyimpanan kecil. Penggunaan alat yaitu dengan cara
menempelkan jari pada alat fingerprint maka data dari pengguna/user secara
otomatis akan masuk (Septi Wali Puryanti, 2011).
AFPS (Automatic Fingerprint Polling System) memanfaatkan E-KTP
sebagai pusat perolehan DPT pemilu (Nama, NIK dan Sidik jari). Data kemudian
diautentifikasi oleh fingerprint, tujuannya adalah agar data dari E-KTP dan sidik
jari pemilik E-KTP bisa diketahui kebenarannya. AFPS secara otomatis akan
login ke menu Pemilu yang ditampilkan dalam LCD touchscreen apabila data
setelah melalui autentifikasi fingerprint yang dicocokkan dengan database E-KTP
yang ada di komputer server. Kemudian peserta bisa melakukan pemilihan dari
beberapa calon pasangan presiden dengan memilih salah satu nomor pada kolom
nama pasangan presiden. Hasilnya akan dikirim ke komputer server untuk
diakumulasikan dalam proses rekpitulasi online. Dengan proses penghitungan
seperti ini hasilnya lebih cepat, akurat dan dapat dipertanggung jawabkan.
Kelebihan pelaksanaan pemilu dengan menggunakan APFS ini dapat
meningkatkan sistem autentifikasi DPT, lebih efisien waktu, anggaran dan hasil
penghitungan lebih cepat serta akurat. Sehingga akan mewujudkan sistem pemilu
yang demokratis untuk mewujudkan pemerintahan yang lebih baik.
Pelaksanaan proses pemilu menggunakan APFS perlu adanya kerjasama
dari berbagai pihak, terlebih KPU sebagai badan penyelenggara pemilu dan
masyarakat untuk menyalurkan aspirasi politiknya guna memilih memilih
pemimpin bangsa.
v




PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemilihan umum (PEMILU) merupakan realisasi fungsi rekruitmen politik
yang seharusnya ada dalam setiap sistem yang demokratis. Artinya secara teoritis
pada sebuah pemilu biasanya berisikan pola pemberian suara yang senantiasa
memberikan kemungkinan bagi pemilih untuk menentukan preferensinya pemilih
partai maupun individu yang menjadi calon (Abdul Bari Azed, 2000).
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2007
tentang Penyelenggaraan Pemilu, bahwa Penyelenggaraan Pemilu secara
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil hanya dapat terwujud apabila
dilaksanakan oleh penyelenggara pemilihan umum yang mempunyai integritas,
profesionalitas, dan akuntabilitas (Rozali Abdullah, 2010).
Salah satu cara untuk melaksanakan proses Pemilu di Indonesia adalah
dengan sistem mencontreng pada lembar surat suara yang telah disediakan.
Endang Sulastri (2009) mengatakan bahwa pemberian tanda pada surat suara
cukup satu kali. Pemberian suara untuk Pemilu Legislatif dilakukan dengan
memberikan tanda satu kali pada surat suara. Pemilih cukup mencontreng satu
kali pada kolom nomor urut calon, kolom nama calon atau kolom nama partai dan
pada kolom foto untuk calon DPD pilihannya (Mediacenter.kpu.go.id, 2009)
Jumlah surat suara yang diperlukan dalam melaksanakan pemilu di
Indonesia terbilang sangat banyak, maka dari itu pihak KPU juga perlu
menyediakan surat suara sejumlah DPT yang telah didata. Namun dirasakan
proses pemilihan menggunakan surat suara mengalami banyak masalah. Beberapa
diantarnya adalah, banyak surat suara yang rusak ketika pelaksanaan pemilu, di
beberapa daerah di Indonesia terjadi kekurangan jumlah surat suara. Hal ini
dikarenakan proses pendistribusian surat suara yang mengalami kendala, selain
itu anggaran yang digunakan untuk mencetak surat suarapun sangat besar.
Berdasarkan data-data dari hasil pemilu tahun 2009 banyak ditemukan
masalah pendistribusian ataupun kekurangsiapan surat suara yang terjadi di
berbagai daerah. Misalnya, dilaporkan, surat suara Pemilu 2009 terlambat
diterima oleh KPU Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Namun, sampai dengan
Selasa (17/3) siang, KPU Wajo menunggu kiriman surat suara di Makassar.
Kalimantan Timur yang menjadi peserta Pemilu Legislatif 9 April 2009, di
wilayah Kota Balikpapan, juga ditemukan rusak. Selain berlubang-lubang,
kerusakan yang ditemukan adalah seluruh tulisan dan gambar lengket sehingga
ketika dibuka dari lipatan, surat suara robek (Kompas, 2009).
Belum lagi masalah anggaran yang dibutuhkan untuk melaksanakan
pencetekan dan pendistribusian surat suara Pemilu yang sangat besar. Berdasarkan
penjelasan anggota Komisi Pemilihan Umum Abdul Aziz (9 April 2009), bahwa
KPU mengajukan dana tahapan pemilu 2008-2009 Rp22 triliun. Jika jumlah
tersebut dibagi dengan jumlah pemilih 172 juta orang, maka dana untuk satu
orang pemilih yakni Rp127 ribu. Pergeseran hari pemungutan suara menyebabkan
jumlah pemilih berusia 17 tahun bertambah. Apabila diasumsikan bertambah
sekitar 500 ribu orang per hari, maka akan ada sekitar dua juta pemilih baru.
"Kalau Rp127 ribu dikalikan dengan tambahan dua juta pemilih maka
penambahan dana sekitar Rp255 miliar" (Antaranews, 2009).
1




Selain masalah surat suara, Proses pendataan DPT pemilu juga masih
mengalami banyak kendala. Pada TPS tertentu terkadang timbul adanya
pemalsuan DPT dan proses penghitungan surat suarapun masih menggunakan
penghitungan manual. Hal tersebut menyebabkan ketidakvalidan proses
rekapitulasi penghitungan surat suara pemilu di Indonesia.
Berdasarkan data dari Tim advokasi pasangan calon Gubernur - Wakil
Gubernur DKI Jakarta, Alex Noerdin-Nono Sampoerno, menyerahkan barang
bukti dokumen DPT bermasalah kepada Dewan Kehormatan Penyelenggara
Pemilu (DKPP). Ditemukan sebanyak 371.603 DPT bermasalah. Dengan rincian,
di Jakarta Pusat ditemukan 26.108 kasus, Jakarta Selatan sebanyak 66.788 kasus,
Jakarta Barat sebanyak 90.785 kasus, di Jakarta Timur sebanyak 112.678 kasus,
Jakarta Utara sebanyak 74.642 kasus, dan di Kepulauan Seribu ditemukan 602
kasus.(Megapolitan.kompas, 2012).
E-KTP berasal dari kata Electronic-KTP. E-KTP adalah dokumen
kependudukan yang memuat sistem keamanan/pengendalian baik dari sisi
administrasi maupun teknologi informasi dengan berbasis kepada data
kependudukan Nasional. Penduduk hanya diperbolehkan memiliki 1 (satu) KTP
yang tercantum Nomor Induk Kependudukan (NIK). NIK merupakan identitas
tunggal setiap penduduk dan berlaku seumur hidup (E-KTP.com, 2011).
Data E-KTP dari E-KTP bisa bisa diakses menggunakan scanner E-KTP
yang berbasis sistem NFC (Near field Communication) dengan sinyal RIFD
(Radio Frequency Identificaion) dan mengkombinasikannya dengan fingerprint.
E-KTP bisa untuk mengakses kumpulan berbagai jenis data kependudukan yang
tersimpan secara sistematik, terstruktur, dan saling berhubungan dengan
menggunakan perangkat lunak, perangkat keras dan jaringan komunikasi data
(Jembranakab.go.id, 2011).
Sidik jari atau fingerprint adalah hasil reproduksi tapak jari baik yang
sengaja diambil maupun bekas yang ditinggalkan pada benda karena pernah
tersentuh kulit telapak tangan. Kelebihan: akurat, menghindari kecurangan,
meningkatkan kinerja, proses data lebih cepat dan mudah, teknologi universal,
data otentik, dan ruang penyimpanan kecil. Penggunaan alat yaitu dengan cara
menempelkan jari pada alat fingerprint maka data dari pengguna/user secara
otomatis akan masuk (Septi Wali Puryanti, 2011).
Salah satu penerapan teknologi guna mencapai tujuan meningkatkan
efektifitas kerja adalah dengan meningkatkan kedisiplinan kerja yaitu dengan
menggunakan mesin absensi sidik jari (fingerprint). Mesin absensi
fingerprint sidik jari merupakan mesin absen menggunakan jari, dimana tekstur
jari tiap-tiap orang tidak ada yang sama, oleh karena itu dengan mesin tersebut
otomatis tidak akan dapat dimanipulasi. Proses pendataan dilakukan sehingga
menghasilkan suatu laporan dapat dibuat dengan cepat dan tepat (absen-
sidikjari.blogspot.com, 2012).
Maka dari itu, penggunaan E-KTP bisa memberikan kontribusi dalam
proses pendataan DPT pemilu di Indonesia dan mengantisipasi pemalsuan data
oleh oknum-oknum tertentu, sehingga akan memudahkan petugas KPU untuk
memvalidasi DPT yang ada. Terlebih lagi E-KTP yang berbasis NFS (Near Field
Communication) itu bisa diverifikasi dengan sistem fingerprint untuk memastikan
bahwa data dari E-KTP sesuai dengan pemiliknya. Dengan AFPS yang terkoneksi
2




dengan sistem digital, peserta pemilu bisa memilih calon pemimpin dengan
mudah mengunakan AFPS yang telah disediakan di TPS setempat.
Automatic Fingerprint Polling System (AFPS) bisa lebih memudahkan
proses pemilihan umum di Indonesia tanpa menggunakan kertas surat suara dan
dengan menggunakan sistem pemilu ini akan mempermudah dalam proses
rekapitulasi penghitungan data hasil pemilu, tanpa menghitung manual yang
membutuhkan waktu yang lama untuk menunggu hasilnya. Sehingga AFPS ini
dirasakan bisa menjadi solusi dalam sistem pemilu di Indonesia.
Tujuan
Tujuan dari tulisan ini adalah :
Untuk memberikan solusi dalam proses Pemilu melalui sistem digital kepada
masyarakat.
Untuk memberikan alternatif pemanfaatan E-KTP dengan fingerprint di
Indonesia sebagai alat untuk melaksanakan pemilu di Indonesia.
Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari penulisan ini yaitu:
Bagi pemerintah dapat meningkatkan sistem autentifikasi pemilu, hasil
pemilu yang lebih akurat, dan efisiensi waktu, anggaran dan dalam
pelaksanaan pemilu di Indonesia
Bagi masyarakat yaitu sebagai upaya mensosialisasikan pemanfaatan E-KTP
sebagai alat untuk melaksanakan pemilu di indonesia
GAGASAN
Kondisi Kekinian Pemilu di Indonesia
Pemilu yang dilaksanakan hingga saat ini masih menggunakan kertas
sebagai media untuk menyalurkan aspirasi, hal ini mengalami banyak kendala
yang terjadi di lapangan. Seringkali ketika proses pemilu berlangsung di beberapa
daerah tertentu tidak bisa melakukan pemilu karena masalah surat suara yang
rusak ketika sampai di tempat untuk pemilu, dan memperlambat proses pemilu.
Sistem pemilu yang masih menggunakan kertas sebagai media penyaluran
aspirasi memerlukan anggaran yang besar. Misalnya, laporan, Anggaran Pemilu
Legislatif 2009 benar-benar menguras kantong pemerintah. Jumlahnya sulit
dinalar dibanding harapan kemungkinan memperoleh hasil perubahan politik yang
lebih berkualitas. Simak, misalnya, hitung-hitungan Biro Logistik Komisi
Pemilihan Umum (KPU). Menurut Biro Logistik KPU, pengadaan surat suara
Pemilu pada 9 April 2009 bakal menyedot anggaran pemerintah sampai Rp 1,2
triliun (Abnersanga.Wordpress.Com, 2008).
Kendala lain yang dihadapi dalam pemilu menggunakan surat suara yaitu
membutuhkan proses pendistribusian surat suara yang lama dan memerlukan
anggaran yang besar karena harus mengantar ke masing-masing KPU yang ada di
seluruh Indonesia, sehingga menjadi kendala yang memperlambat pendistribusian
surat suara ke TPS.
Seperti data yang diperoleh yaitu Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK)
Cibeunying, Kidul, Kota Bandung, Jawa Barat, mengeluh. Pasalnya, hingga
Kamis (12/2) sore pendistribusian surat suara belum seluruhnya diterima. Padahal,
3




pemilihan umum legislatif tinggal 28 hari lagi. Namun, penyortiran dan pelipatan
surat suara di PPK Cibeunying masih terus dilakukan. Bahkan, seluruh staf dan
pegawai kecamatan dilibatkan dalam proses penyortiran itu. Saat ini, surat suara
yang tiba baru setengahnya dari total 74 ribu surat suara untuk DPR. Sedangkan
sisanya belum diketahui kapan akan datang (liputan 6.com, 2009).
Selain itu, belum lagi masalah DPT yang bermaslah dalam pelaksanaan
Pemilu menjadi masalah yang sulit diatasi. Data yang menyatakan Panitia
Pengawas Pemilu Kota Bekasi Yayah Nahdiyah (20 Februari 2013) menemukan
4.539 pemilih ganda dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) pemilihan Gubernur Jawa
Barat. "Jumlah pemilih ganda itu kami temukan di empat kecamatan," kata ketua
panwaslu Menurut dia, temuan itu berdasarkan laporan dari empat Panitia
Pengawas Kecamatan, di antaranya Kecamatan Bantargebang, Bekasi Utara,
Bekasi Selatan, dan Jatisampurna. Pemilih ganda terbanyak, kata Yayah,
ditemukan di Kecamatan Bantargebang mencapai 2.353 pemilih (Tempo, 2013)
Fingerprint saat ini merupakan sebuah alat yang dipercaya bisa memberikan
autentifikasi pada sebuah perusahaan. Namun Alat ini hanya digunakan sebagai
sarana untuk absensi dan autentifikasi di beberapa perusahaan saja. Menurut Ir.
Dwi Djono Julianto, pimpinan CV Teknik Prima Perkasa, sistem identisfikasi
seidik jari dapat diterapkan dalam berbagai aktifitas. Sebut saja untuk absensi
karyawan. Begitu juga dalam penyelenggaraan pendidikan. Di beberapa negara
maju, aplikasi sidik jari sudah diterapkan mulai dari pendidikan TK hingga
ekstrakulikuler siswa Begitu juga untuk birokrasi pemerintahan. Dalam
pembuatan KTP misalnya, penyimpanan sidik jari penduduk secara digital akan
mempermudah proses pembuatan KTP atau surat identitas lain. Fingerprint
diterpakam di berbagai kalangan perusahaaan seperti Beberapa bank tidak hanya
menggunakan tanda tangan tapi juga kartu ATM dan PIN. karena pihak bank
menyadari identifikasi tanda tangan saja tidak cukup. Selain tanda tangan, pihak
bank juga bisa mengambil sidik jari nasabah. Untuk mendistribusikan contoh
sidik jari ini ke seluruh kantor cabang dapat digunakan internet sebagai solusinya
(Suara Merdeka, 2008).
Solusi yang Pernah Ditawarkan atau Diterapkan Sebelumnya
Sistem pemilu yang dilakukan pada tahun 2004 menggunakan surat suara
sebagai media untuk menyalurkan aspirasi dari masyarakat, untuk caranya sendiri
menggunakan sistem mencoblos. Jadi, setiap DPT diberi surat suara untuk mereka
coblos mana pemimpin yang menurut mereka pantas untuk memimpin.
Hal itu berbeda sedikit dengan pemilu tahun 2009. Sedangakan untuk
pemilu tahun 2009 sebenarnya masih menggunakan media yang sama seperti
ditahu 2004 yaitu masih menggunakan surat suara. Tetapi yang membedakan
hanyalah alat yang digunakan untuk memilihnya. Kalau untuk tahun 2004
menggunakan sistem mencoblos. Sedangkan untuk pemilu tahun 2009
menggunakan sistem mencontreng.
Menurut Endang Sulastri (2009) mengatakan bahwa pemberian tanda
pada surat suara cukup satu kali. Pemberian suara untuk Pemilu Legislatif
dilakukan dengan memberikan tanda satu kali pada surat suara. Pemilih cukup
mencontreng satu kali pada kolom nomor urut calon, kolom nama calon atau
kolom nama partai dan pada kolom foto untuk calon DPD pilihannya
(Mediacenter.kpu.go.id, 2009)
4




Diperlukan beberapa kriteria dalam mencontereng. Misalnya, dalam
mencontreng ternyata tintanya sudah mulai pudar membuat tidak jelas bentuk
contrengan yang dilakukan tersebut. Selain itu, juga ketika mencontreng
bertepatan dengan gambar dari calon kandidat yang akan dipilih sehingga warna
conterngannya tidak terlihat. Hal seperti itu bisa membuat contrengan dianggap
tidak sah oleh KPU karena itu pada pemilu tahun 2009 sembilan banyak terjadi
surat suara yang tidak sah dalam pemilu.
Pada Pemilu 2009 juga masih menggunakan Sistem penghitungan manual,
sehingga akan semakian memperlambat untuk mengetahui hasil pemilu yang telah
terlaksana. Kondisi geografis setiap daerah yang berbeda-beda membuat untuk
menjangkaunya diperlukan waktu yang lama. Karena dari TPS harus
mengumpulakan dulu ke KPU untuk mengetahui hasilnya. (Indosiar.com, 2009).
Pada Pemilu 2009, proses pendataan DPT Pemilu di Indonesia masih
menggunakan sistem manual, sehingga masih sering terjadi pemalsuan DPT. Hal
itu karena menggunakan sistem pemilu manual memang sangat rawan terjadi
pemalsuan data.
Seberapa Jauh Kondisi Kekinian dapat Diperbaiki melalui Automatic
Fingerprint Polling System (AFPS)
Melihat dari berbagai masalah yang terjadi pada pelaksanaan Pemilu di
Indonesia saat ini, bisa diatasi dengan AFPS yang memanfaatkan E-KTP yang
dapat divalidasi dengan mengkombinasikan teknologi berbasis data sidik jari
(fingerprint) sehingga tidak akan terjadi pemalsuan DPT, karena tiap peserta
pemilu hanya bisa untuk melakukan satu kali pemilihan menggunakan E-KTP
yang dimilikinya. Selain itu, alat AFPS ini juga menggunakan sistem layar sentuh
(touchscreen) yang terhubung secara online sehingga lebih memudahkan dalam
proses pemilihan, mengefisiensikan kertas surat suara karena tidak perlu untuk
mencontreng, dan lebih efisien dalam proses penghitungan hasil pemilu.
Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP) adalah KTP yang sudah
berbasis Nomor Induk Kependuduk (NIK) yang memiliki spesifikasi dan format
KTP nasional dengan sistem pengamanan khusus yang berlaku sebagai identitas
resmi yang diterbitkan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
kota/kabupaten. Sistem/Kode Pengamanan KTP Elektronik adalah rekaman
elektronik sebagai alat identifikasi jati diri yang menunjukkan identitas diri
penduduk secara tepat dan akurat sebagai autentifikasi diri yang memastikan
dokumen kependudukan tersebut sebagai milik yang bersangkutan. E-KTP bisa
mendukung terwujudnya database kependudukan yang akurat, sehingga Data
Pemilih dalam Pemilu dan Pemilukada yang selama ini sering bermasalah tidak
akan terjadi lagi, dan semua Warga Negara Indonesia yang berhak memilih
terjamin hak pilihnya (Jembranakab.go.id, 2011)
E-KTP terdapat data-data kependudukan yang bisa dilihat dengan
menggunakan scanner E-KTP. E-KTP bisa untuk mengakses kumpulan berbagai
jenis data kependudukan yang tersimpan secara sistematik, terstruktur, dan saling
berhubungan dengan menggunakan perangkat lunak, perangkat keras dan jaringan
komunikasi data (Jembranakab.go.id, 2011).
FingerPrint atau otentifikasi sidik jari mengacu pada metode otomatis
untuk memverifikasi kecocokan antara dua sidik jari manusia. Otentifikasi sidik
5




jari adalah proses untuk membandingkan sidik jari yang dikenal telah menurut
pola kerutan dari kulit jari atau untuk menentukan pola kerutan dari kulit jari
tersebut berasal dari jari yang sama atau tidak (Ridho Robby Gayuhaneki, 2010).
Scanning sidik jari (fingerprint) dilakukan dengan alat elektronik. Hasil
scanning lalu disimpan dalam format digital pada saat registrasi atau enrollment
atau pendaftaran sidik jari. Setelah itu, rekaman sidik jari tersebut diproses dan
dibuatkan daftar pola fitur sidik jari yang unik. Pola fitur sidik jari yang unik
tersebut kemudian disimpan dalam memory atau database. Pada saat identifikasi,
pola minutiae tersebut kemudian dicocokkan dengan hasil scan sidik jari
(masthink.wordpress.com, 2012).
E-KTP adalah salah satu contoh pemanfaatan teknologi sistem NFC (Near
Field Communication) merupakan sebuah teknologi konektivitas nirkabel yang
berbasis RFID (Radio Frequency Identificaion) yang menggunakan induksi
medan magnet untuk memungkinkan komunikasi antar perangkat elektronik
dalam jarak dekat. Dengan adanya sistem NFC ini lebih mempermudah untuk
mengakses semua data dari E-KTP penduduk di Indonesia, termasuk data DPT
pemilu di Indonesia (Robzlabz.blogspot.com, 2012).
Data dari E-KTP yang bisa diakses secara online dengan menggunakan
sistem NFC (Near field Communication) dengan sinyal RIFD(Radio Frequency
Identificaion) ini bisa dikombinasikan dengan teknologi berbasis sidik jari
(fingerprint), tujuan dari mengkombinasikanya adalah untuk mengautentifikasi
DPT melalui data sidik jari peserta pemilu dengan sidik jari yang telah tersimpan
dalam E-KTP pemiliknya. Sehingga, apabila data sidik jari yang terdapat dalam
database E-KTP dipastikan sesuai dengan sidik jari peserta pemilu, baru peserta
pemilu bisa login pada aplikasi AFPS. Sidik jari inilah yang dimanfaatkan oleh
alat ini untuk mengantisipasi adanya kecurangan pada proses pelaksanaan pemilu
dengan menggunakan E-KTP, karena E-KTP dari seorang peserta pemilu hanya
bisa sekali untuk melakukan satu kali proses pemilihan. Sehingga dengan AFPS
dapat mengantisipasi pemalsuan DPT yang terjadi proses pemilu di Indonesia.
Automatic Fingerprint Polling System (AFPS) adalah sebuah alat yang
diciptakan sebagai media untuk melaksanakan pemilu di indonesia. Alat yang
dilengkapi dengan teknologi layar sentuh (touchscreen) akan mempermudah
dalam pelaksanaan pemilu di indonesia, karena AFPS bisa menggantikan sistem
pemilu yang saat ini masih menggunakan lembaran kertas surat suara. Dengan
begitu KPU (Komisi Pemilihan Umum) sebagai badan penyelenggara pemilu di
Indonesia tidak perlu menyediakan surat suara yang sangat banyak untuk semua
DPT yang ada di Indonesia, sehingga akan lebih mengefisiensi anggaran dana
yang dibutuhkan untuk mencetak lembaran kertas suara untuk pelaksanaan Pemilu
Selain itu, dengan adanya AFPS dalam sistem pemilu di Indonesia akan
lebih mempermudah dalam proses rekapitulasi penghitungan surat suara pemilu.
Hasil penghitungan yang diperoleh dari AFPS ini bisa dilihat lebih cepat, lebih
akurat dibandingkan dengan menggunakan sistem penghitungan manual. Karena
menggunakan sistem penghitungan cepat dengan mengakumulasi total pemilih
yang telah menggunakan hak pilihnya. Sehingga tidak membutuhkan waktu yang
lama untuk mengetahui hasil dari pemilu yang telah dilaksanakan.
Pihak-pihak yang Dipertimbangkan dapat Membantu Mengiplementasikan
Gagasan
6




AFPS sebagai upaya untuk memberikan solusi melakukan pemilu dengan
cara yang lebih efisien dan mengurangi tingkat kecurangan yang bisa menodai
sistem demokrasi yang ada di Indonesia. Pengimplementasian gagasan ini perlu
adanya peran dari berbagai pihak di antaranya pemerintah pemerintah pusat
(Presiden, DPR, MPR), Komisi Pemilihan Umum (KPU) pusat, Badan Pengawas
Pemilu (Bawaslu), KPU provinsi, KPU kota/kabupaten, Pemerintah kecamatan,
media, Panitia Pemungutan Suara (PPS), dan masyarakat.
Pemerintah pusat bertugas dalam pembuatan kebijakan/kewenangan untuk
membuat kebijakan, mengenalkan dan menjadikan AFPS menjadi media dalam
pelaksanaan pemilu. Pemerintah bertanggung jawab untuk memastikan pemilu
dengan menggunakan AFPS bisa berjalan sesuai dengan aturan.
KPU pusat bertugas untuk menyediakan AFPS, mensosialisasikan AFPS
kepada KPU provinsi. Kemudian KPU provinsi akan mensosialisasikan ke KPU
kota/kabupaten. Dari KPU kota/kabupaten mensosialisasikan ke pemerintah yang
ada di kecamatan. setelah itu, dari pihak kecamatan akan memeberikan sosialisasi
ke desa-desa untuk disosialisasikan kepada masayarakat. Tujuannya adalah
AFPS benar-benar diketahui oleh masyarakat supaya pada pelaksanaan pemilu
berjalan dengan lancar.
Badan pengawas pemilu (Bawaslu) melakukan monitoring terhadap
kinerja dari KPU dalam pelaksanaan pemilu yang menggunakan alat AFPS untuk
memastikan bahwa alat AFPS bisa berjalan sesuai aturan pemilu dan
mengevaluasi apabila terjadi kendala dalam implementasi AFPS.
Panitia pemungutan suara (PPS) sebagai pelaksana Pemilu yang bertindak
langsung di lapangan membantu masyarakat yang kurang mengerti bagaimana
prosedur melakukan penyaluran aspirasi masyarakat melalui AFPS.
Media massa sebagai sumber pemberitaan publik berperan untuk
mensosialisasikan dan memberikan pemahaman tentang AFPS dan pelaksaan
pemilu dengan menggunakan AFPS kepada seluruh masyarakat melalui media
audio, audio visual, media cetak, dan internet.
Masyarakat yang memiliki E-KTP secara otomatis telah terdaftar sebagi
DPT, harus berpartisipasi untuk menyalurkan aspirasinya melalui pemilu dengan
mengunakan alat AFPS dan mendukung sistem pemilu Indonesia yang
demokratis.
Peran dari semua elemen masyarakat sangatlah diharapkan bertindak
sesuai dengan tugasnya masing-masing. Sehingga dalam pelaksanaan Pemilu
dengan menggunakan AFPS sebagai sarana pemungutan suara di Indonesia guna
mewujudkan demokrasi yang lebih baik . Jika sistem pemilu berjalan dengan baik,
maka pemerintahan yang demokratis pun juga akan berjalan dengan baik.
Langkah-Langkah Strategis untuk Mengimplementasikan Gagasan
1. Rapat tentang Pelaksaan Pemilu dengan AFPS
Pelaksanaan Pemilu memerlukan kerja sama oleh semua pihak. Sebelum
menerapkan pemilu dengan sistem AFPS perlu adanya koordinasi dari
Pemerintah (Presiden, DPR, dll) dengan KPU untuk mempersiapan
pelaksanaan pemilu: penyediaan alat, sosialisasi, hingga pelaksaan, dan
pengawasan terhadapa jalannya pemilu
2. Pembuatan AFPS
7




KPU sebagai badan penyelenggara pemilu betartanggung jawab penuh
dalam pelaksanaan pemilu, temasuk dalam penyedian perangkat pemilu yang
dibutuhkan dalam pemilu. AFPS adalah sebuah terobosan baru dalam
pelaksanaan sistem pemilu di indonesia. AFPS dapat dimanfaatkan sebagai
media dalam melakasakan pemilu di Indonesia sebagai ganti dari sistem
pemilu terdahulu yang masih menggunakan surat suara.









a. Pembuatan AFPS Box
AFPS box merupakan tempat utama untuk menempatkan
perangkat-perangkat yang diperlukan untuk membuat AFPS. Di tempat
inilah akan diletakkan alat scanner E-KTP yang berfungsi untuk membaca
data dari E-KTP pemilih, alat fingerprint yang berfungsi untuk
mengautentifikasi sidik jari peserta pemilu dengan E-KTP yang dimiliknya,
LCD touchscreen sebagai media untuk memilih calon pemimpin yang akan
dipilih, dan modem telepon untuk menyambungkat perangkat ini dengan
komputer server. Bagian depan juga terdapat logo KPU yang menandakan
bahwa alat ini sebagai media yang sah untuk melakukan Pemilu.
b. Scanner E-KTP
Alat ini adalah alat yang berfungsi untuk membaca data E-KTP.
Scanner E-KTP ini menggunakan teknologi NFC (Near Field
Communication) yaitu sebuah teknologi konektifitas nirkabel (tanpe kabel)
berbasis teknologi RFID (Radio Frequency Identification) yang
menggunakan induksi medan magnet untuk memungkinkan komunikasi
antar perangkat elektronik dalam jarak dekat. Jadi, dengan hanya
mendekatkan E-KTP pada alat ini, maka data dari pemilik E-KTP seperti
nama, NIK dan sidik jari bisa diketahui. Data inilah yang digunakan untuk
mengecek bahwa pemilih telah terdaftar sebagai DPT dalam pemilu. Namun
pada tahap scanner ini belum bisa untuk melakukan pemilihan, karena harus
melalui proses autentifikasi oleh fingerprint untuk mengetahui bahwa E-
KTP itu digunakan oleh pemilik aslinya.
c. Fingerprint
Fingerprint adalah alat yang digunakan untuk mengautentifikasi
sidik jari pemilik asli E-KTP sebelum melakukan pemilihan. Fingerprint ini
mengunakan sensor biometric yang mampu membaca dan menyimpan data

3
1
5
2
4
8




sidik jari dalam bentuk kode matematik yang telah diencrypsi. Data yang
diperoleh dari fingerprint ini akan diautentifikasi dengan data yang ada
pada database E-KTP pemilik aslinya. Data ini akan diverifikasi oleh
komputer server. Apabila data keduanya cocok, maka fingerprint ini akan
mengakses ke menu login, sehingga peserta pemilu bisa untuk melakukan
pemilihan. Fingerprint ini dilengkapi dengan perangkat lunak (software)
Visual basic yang dapat mengakses data dari Microsoft Acces yang memuat
database DPT pemilu yang terhubung langsung ke komputer server
mengunakan modem telepon. Selain itu juga menggunakan teknologi digital
yang memanfaatkan LCD touchscreen untuk menampilkan menu pemilu.
d. LCD touchscreen
LCD touchscreen ini adalah untuk menampilkan menu data
pemilih, menu login dan menu pemilihan. Tujuannya teknologi digital ini
dengan menggunakan touchscreen ini adalah agar lebih mudah untuk
melakukan pemilihan tanpa harus menekan tombol yang tidak diperlukan.
e. Modem Telepon
Modem telepon ini tujuanya adalah agar bisa mengakses data
maupun mengautentifikasi dari E-KTP ke komputer server. Selain itu,
modem ini juga akan mengirimkan data hasil pemilihan ke komputer server
untuk mengakumulasikan data hasil pemilihan yang ada di Indonesia untuk
direkapitulasi online. Sehingga hasil pemilu pun akan segera diketahui tanpa
harus menunggu waktu yang lama.
3. Proses Kerja AFPS










4. Cara penggunan AFPS dalam pelaksanaan Pemilu
a. Sorotlah E-KTP pada Scanner E-KTP hingga muncul menu login pada layar
LCD, maka akan muncul tampilan nama dan NIK.



Sidik jari E-KTP dan
Peserta pemilu
diautentifikasi ulang dg
komputer server
Data E-KTP
disesuaikan database
komputer server
LOGIN PEMILU 2014
NAMA
NIK
Silakan Sorot Sidik Jari
Anda
MUHAMMAD ALI
3320051198940003
Scan sidik jari
dengan
Fingerprint
E-KTP disorot ke
scanner E-KTP

Komputer server
(Database E-KTP)
(Autentifikasi)
(Rekapitulasi)
Login
Masuk ke Menu
pemilihan
Presiden
(LCD
touchscreen)
Hasil pilihan dikirim ke
komputer server untuk
dilakukan akumulasi
total semua pemilih
9





b. Sorotlah Sidik jari pada fingerprint yang ada pada AFPS. Fingerprint ini
akan mengautentifikasikan data sidik jari yang terdapat pada E-KTP dengan
sidik jari peserta pemilu, kemudian klik OK. Jika data cocok maka akan
muncul tampilan sebagi berikut:



Setelah itu akan mucul halaman awal menu Pemilu, kemudian klik
Lanjutkan pada layar monitor.





c. Selanjutnya akan masuk ke menu utama, yaitu menu pemilihan presiden.
Disini akan muncul nama-nama calon presiden dan calon wakil presiden.
Untuk memilihnya tinggal klik salah satu kolom yang terdapat pasangan
calon presiden, maka secara otomatis sistem akan mengakumulasi hasil
pemilihan







d. Selanjutnya akan muncul halaman penutup. Dalam layar akan muncul logo
KPU beserta ucapatan terima kasih dan Slogan dari Pemilu 2014.
Tampilannya adalah sebagai berikut.
LOGIN PEMILU 2014

Data Valid
Klik OK untuk melanjutkan

OK
SELAMAT DATANG

LANJUTKAN
PEMILU PRESIDEN 2014





Klik pada Salah Satu Kolom Calon Pasangan Presiden
1


Santoso-Ahmad
2


Rizal-Putri
3


Zuhri-Joni
10









5. Sosialisai ke Seluruh Elemen Masyarakat
AFPS adalah sistem pemilu digital berbasis fingerprint yang bisa
diterapkan di Indonesia. Namun sebelum melaksanakan sistem pemilu digital
ini, KPU akan melakukan sosialisasi kepada seluruh elemen masyarakat.
Sosialisasi itu akan dimulai dengan mensosialisasikan AFPS kepada KPU
provinsi dan KPU kota/kabupaten. Kemudian KPU kota/kabupaten ini akan
bertugas untuk mensosialisasikan kepada kecamatan-kecamatan yang ada di
kota setempat. Di dalam proses sosialisasi ini akan disampaikan beberapa hal
mengenai pelaksanaan pemilu online di indonesia
1. Latar belakang adanya AFPS dalam pelaksanaan pemilu di Indonesia
2. Manfaat adanya AFPS dalam pelaksanaan pemilu di Indonesia.
3. Selain manfaat AFPS, akan dijelaskan juga pemnafaatan E-KTP yang
bisa digunakan sebagai sarana untuk melaksanakan pemilu.
4. Syarat-syarat sebagai DPT dalam pemilu online di Indonesia
5.Tata cara melaksanan pemilu digital dengan menggunakan aplikasi AFPS.
6. Pendataaan DPT
Proses pendataan DPT dengan menggunakan sistem online ini akan
dilakukan dengan dua tahap. Tahap yang pertama adalah pendataan dari KPU
pusat dan yang kedua adalah pendataaan dari KPU kabupaten/ kota.
Pendataan yang pertama oleh KPU pusat, disini ini KPU pusat akan
mengecek dan membagi seluruh DPT pemilih yang ada di Indonesia
berdasarkan daerah masing-masing. Selanjutnya KPU pusat akan mengirimkan
data tersebut kepada KPU kota/kabupaten untuk dilakukan validasi DPT
tersebut. Pendataan yang kedua dilakukan oleh KPU kota/kabupaten, dalam hal
ini KPU kota/kabupaten akan memverifikasi semua DPT dari KPU pusat
dengan database data ada di daerahnya.
7. Persiapan Pemilu
Pada tahap ini KPU setempat perlu mempersiapkan hal-hal yang perlu
dilakukan dalam pelaksanaan pemilu di lapangan, seperti membentuk panitia
pelaksana pemilu, mempersiapkan tempat pemungutan suara (TPS) , dan
mempersiapkan AFPS pada TPS setempat.
8. Simulasi Pemilu
Pemilu dengan menggunakan sistem APFS ini adalah pemilu digital yang
pertama kalinya dilakukan dalam sistem pemilu di Indonesia. Maka dari itu
sebelumnya perlu untuk dilakukan simulasi pemilu APFS guna memberikan
pemahaman langsung kepada publik tentang penggunaan APFS.
Terima kasih telah berpartisipasi dalam pemilu 2014
Wujudkan Pemilu bersih untuk Pemerintahan yang
lebih Domokratis

11




9. Pelaksanaaan Pemilu
Pelaksanaan pemilu dilakukan di TPS setempat sesuai dengan TPS
yang telah ditentukan. Peserta bisa mengambil nomor urut antrian untuk
melakukan Pemilu. Kemudian setelah itu bisa melakukan Pemilihan pada
AFPS box yang telah disediakan. Seperti pada pemilu sebelumnya, setelah
melakukan pemilihan peserta bisa kembali ke petugas untuk mencelupkan
jarinya sebagai tanda bukti telah melakukan pemilu.
10. Pengumuman Hasil Pemilu
Pemilu kali ini berbeda dengan pemilu sebelumnya yang menggunakan
sistem penghitungan manual. Dalam pemilu menggunakan sistem AFPS ini
akan menggunakan sistem penghitungan cepat dengan mengakumulasi total
pemilih pada tiap-tiap calon pasangan presiden. Sehingga tidak membutuhkan
waktu lama agar bisa melihat hasilnya, setelah semua DPT melakukan
pemilihan maka akan diumumkan hasil pemilu.
KESIMPULAN
Gagasan yang Diajukan
AFPS (Automatic Fingerprint Polling System) adalah sebuah alat yang
digunakan sebagai media untuk melakukan Pemilu. Alat ini merupakan sebauah
alat yang memanfaatkan E-KTP sebagai pusat perolehan DPT pemilu (Nama, NIK
dan Sidik jari). Data tersebut kemudian diautentifikasi oleh fingerprint, tujuannya
adalah agar data dari E-KTP dan sidik jari pemilik E-KTP bisa diketahui
kebenarannya. AFPS ini menggunakan teknologi digital LCD toucscreen untuk
lebih memudahkan pemilihan. AFPS secara otomatis akan login ke menu
pemilihan umum apabila data setelah melalui autentifikasi fingerprint yang
dicocokkan dengan database E-KTP yang ada di komputer server. Kemudian
peserta pemilu baru bisa menyalurkan aspirasinya dengan memilih salah satu
pasangan calon presiden yang ada di kolom pemilihan. Kemudian hasil pilihan
peserta pemilu akan dikirim ke komputer server untuk dilakukan proses
pengakumulasian hasil pemilihan yang telah dilaksanakan. Sehingga dengan
proses penghitungan seperti ini hasilnya lebih cepat, akurat dan dapat
dipertanggung jawabkan.
Teknik Implementasi yang Dilakukan
Upaya pengimplementasian APFS ini, perlu adanya kerja sama dari
berbagai pihak dalam pembuatan, simulasi dan parisipasi masyarakat. Dalam
pembuatan KPU bertugas untuk mencipatakan alat yang benar-benar handal.
Simulasi ini diperlukan untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman masyarakat
terhadap ini. Partisipasi masyarakat diperlukan untuk mensukseskan pemilu.
Prediksi Hasil yang Akan Diperoleh
Adanya AFPS akan memberikan solusi baru dalam pemilu, karena
melalui alat ini akan menghasilkan pemilu yang lebih efisien, akurat, dan bersih.
Sehingga bisa memberikan kemudahan bagi semua pihak dalam mensukseskan
pemilu di Indonesia guna untuk mewujudkan sistem demokrasi.

12




DAFTAR PUSTAKA
Abdul Bari Azed. 2000. Sistem-sistem pemilihan Umum: suatu himpunan
pemikiran. Jakarta: Badan penerbit Fakultas hukum Universitas Indonesia.
Abdullah, Rozali. 2010. Mewujudkan Pemilu yang Lebih Berkualitas. Jakarta.:
Rajawali Pers.
Agus Siswoko. 2012. Absensi Fingerprint . http://absen-sidikjari.blogspot.com
/2012/11/solusi-sidik-jari.html (Diakses, 3 Maret 2013).
Antaranews.com. 2009. Dana Pemilu Membengkak Sekitar Rp255 Miliar. http://
www.antaranews.com/berita/1215168484/dana-pemilu-membengkak-
sekitar-rp255-miliar (Diakses, 1 Maret 2013).
Anonim. 2011. Pelaksanaan Penerapan E-KTP di Kabupaten Jembrana.
http://www.jembranakab.go.id/index. php?module=detail
beritaskpd&id=154&skpd=naker (Diakses, 3 Maret 2013).
Anonim.2012. Cara Kerja FingerPrint. http://masthink.wordpress.com /2012/11
/13/teknis-dan-cara-kerja-mesin-sidikjarifingerprint/(Diakses,3Maret2013).
E-KTP.com. 2011. Apa dan Mengapa e-KTP. http://www.e-ktp.com/2011/06/
hello-world/ (Diakses, 3 Maret 2013).
Gayuhaneki, Ridho Robby, dkk . 2010. Sistem Sekuriti Kendaraan Bermotor
Menggunakan Fingerprint sebagai Authentication Access Control
Berbasis Embedded PC. Surabaya: ITS
Komisi Pemilihan Umum. 2009. Surat Suara Dicetak Lagi: Berjumlah Sekitar
Lima Juta Lembar. http://mediacenter.kpu.go.id/kpu-dalam-berita/11-
article-2.html (Diakses, 1 Maret 2013).
Komisi Pemilihan Umum . 2009. Dosen Se-Indonesia Sosialisasikan Pemilu.
http://mediacenter.kpu.go.id/berita/218-dosen-se-indonesia-sosialisasikan-
pemilu.html (Diakses, 3 Maret 2013).
Kompas. 2009. Tim Advokasi Alex-Nono Masih Temukan DPT Bermasalah
.http://megapolitan.kompas.com/read/2012/06/21/17114714/Tim.Advokasi
.Alex-Nono.Masih.Temukan.DPT.Bermasalah (Diakses, 3 Maret 2013).
Puryanti, Septi Wali. 2011. Simulasi Penggunaan Sidik Jari pada Proses
Autentikasi Peserta Ujian. Yogyakarta: STIMIK AMIKOM
Rahmandaru, Robbyn. 2012. NFC Hacking. http://robzlabz.blogspot.com
/2012/07/nfc-hacking.html (Diakses, 3 Maret 2013).
Suara Merdeka. 2008. Fingerprint. http://prenjaknews.blogspot.com /2009/
05/teknologi-finger-print-atau-pengenalan.html (Diakses, 3 Maret 2013).
Kompas.2009. Suara Dicetak Lagi.http://lipsus.kompas.com/grammyawards/
read /2009/03/18/08095520/Surat. .Suara.Dicetak.Lagi (Diakses, 3 Maret
2013).
Abnersanga. 20008. Surat Suara Sedot Rp 1,2 Triliun. http://abnersanga.
wordpress.com/2008/09/01/ (Diakses, 3 Maret 2013).
Liputan6.com.2009. Surat Suara Terlambat.http://news.liputan6 .com/read/17430
6/distribusi-surat-suara-masih-terlambat(Diakses, 3 Maret 2013).
Tempo. 2013. Panwaslu Kota Bekasi Temukan 4.500 Pemilih Ganda.
http://www.tempo.co/read/news/2013/02/20/058462656/Panwaslu-Kota-
Bekasi-Temukan-4500-Pemilih-Ganda (Diakses, 3 Maret 2013)
13




Lampiran 1
1. Biodata Ketua (1 lembar untuk 1 orang)
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan
gelar)

2 Jenis Kelamin
3 Program Studi
4 NIM
5 Tempat dan Tanggal Lahir
6 E-mail
7 Nomor Telepon/HP
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi
Jurusan
Tahun
Masuk-Lulus

C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)
No Nama Pertemuan
Ilmiah/ Seminar
Judul Artikel
Ilmiah
Waktu dan Tempat
1
2
D. Penghargaaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau
institusi lainnya)
No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi
Penghargaan
Tahun


Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dengan pengajuan Hibah.

Malang, ..


(Nama Terang)




Lampiran ...... Susunan Organisasi Tim Penyusun dan Pembagian Tugas



No. Nama/ NIM Program
studi
Bidang
ilmu
Alokasi
waktu
(Jam/
Minggu)
Uraian
Tugas
1

2





14




Lampiran .... Surat Pernyataan Ketua Tim
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
Fakultas Agama Islam Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Fakultas Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Fakultas Teknik Fakultas Hukum Fakultas Psikologi Fakultas Pertanian Fakultas Peternakan Perikanan
Fakultas Kedokteran Fakultas Ilmu Kesehatan Program Pasca Sarjana

Kampus I : Jl. Bandung 1 Telp. 0341-551 253 Fax. 0341-562124 Malang 65113
Kampus II : Jl. Bendungan Sutami no.188 A Telp. 0341-552443, 551149 (Hunting) Fax. 0341-582060 Malang 65145
Kampus III: Jl. Raya Tlogomas no.246 Telp. 0341-464318-319 Fax. 0341-460435, 460782 Malang 65144
E-mail : webmaster@umm.ac.id

SURAT PERNYATAAN KETUA PENELITI/PELAKSANA
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
NIM :
Program Studi :
Fakultas :
Dengan ini menyatakan bahwa usulan (Isi sesuai dengan bidang PKM) saya
dengan judul:
.....................................................................................yang diusulkan untuk tahun
anggaran ..............bersifat original dan belum pernah dibiayai oleh lembaga
atau sumber dana lain.
Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini,
maka saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku
dan mengembalikan seluruh biaya penelitian yang sudah diterima ke kas negara.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-
benarnya.


Malang, ............................
Mengetahui, Yang menyatakan,
Pembantu Rektor III



( Dr. Diah Karmiyati, Psi ) ( Nama lengkap )
NIP-UMM 109.8802.0064 NIM

15

Anda mungkin juga menyukai