This paper describes the concept of critical chain project management based on the theory of constraints from E. M. Goldratt on construction projects, to achieve the objectives of the project (on time, on-budget and on specifications), which was required by the project owner, with a focus on project scheduling and management approaches. The consideration is the scheduling, project changes can be reduced, besides the main source of increase in project costs (cost overruns) is the performance schedule. Besides the calculation of the criticality index is also described using PERT / CPM and Monte Carlo Simulation as a basis for planning scheduling and resource allocation.
Keywords : critical chain project management; project performance, project schedulebuffers; Jusuf Sahupala adalah Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Darussalam Ambon PENDAHULUAN Menurut Gray dan Larson (2008) bahwa proyek adalah usaha yang kompleks, tidak rutin, yang dibatasi oleh waktu, anggaran, sumber daya, dan spesifikasi kinerja yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Sedangkan menurut Heizer dan Render (2006) mendefinisikan proyek sebagai sederetan tugas yang diarahkan kepada suatu hasil utama. Untuk melaksanakan sederetan tugas-tugas tersebut agar hasil utama yang ditargetkan akan tercapai maka diperlukan manajemen proyek. Dalam kaitannya dengan hal tersebut maka yang menjadi perhatian penulis pada paper ini adalah proyek konstruksi. Adapun menurut Barie (1995) proyek konstruksi merupakan proses dimana rencana/desain dan spesifikasi para perencana dikonversikan menjadi struktur dan fasilitas fisik. Proses ini melibatkan organisasi dan koordinasi dari semua sumber daya proyek seperti tenaga kerja, peralatan konstruksi, material-material permanen (tetap) dan sementara, suplai dan fasilitas, dana, teknologi, dan metode serta waktu untuk menyelesaikan proyek tepat waktu, sesuai anggaran, serta sesuai dengan standar kualitas dan kinerja yang dispesifikasikan oleh perencanaan. Dalam manajemen proyek fokus utamanya berada pada siklus hidup proyek, yang menurut Gray dan Larson (2008) bahwa siklus hidup suatu proyek umumnya melewati empat tahap yakni : tahap penentuan, tahap perencanaan, tahap eksekusi, serta tahap pengiriman. Sedangkan menurut Heizer dan Render (2006) bahwa manajemen proyek meliputi tiga fase, yakni fase perencanaan, fase penjadwalan, dan fase pengendalian. Tahapan-tahapan proyek ini harus dilakukan dengan tujuan untuk mencapai target dari proyek, yakni tepat waktu (on time), tepat anggaran (on budget), dan tepat spesifikasi (on specification) (Ciptono, 2001). Untuk mencapai ketiga target tersebut yang juga merupakan ukuran kinerja atau keberhasilan suatu proyek, maka hal yang terpenting bagi perusahaan jasa konstruksi adalah bagaimana melakukan perencanaan suatu proyek sebaik mungkin. Tahapan perencanaan ini meliputi; tingkat usaha bertambah, mengembangkan rencana untuk Jurnal Ilmu Ekonomi Jurnal Ilmu Ekonomi Jurnal Ilmu Ekonomi Jurnal Ilmu Ekonomi ADVANTAGE ADVANTAGE ADVANTAGE ADVANTAGE Volume 1, Nomor 1, 9 Agustus 2010
Jusuf Sahupala, Implementasi Critical Chain Project Management Untuk Meningkatkan Kinerja Proyek Konstruksi 45
menentukan proyek apa yang akan bertahan, kapan proyek akan dijadwalkan, siapa yang akan memetik manfaat, tingkat kualitas apa yang harus dijaga, dan berapa anggaran yang diperlukan (Gray dan Larson, 2008). Dari beberapa item perencanaan sebagaimana yang disebutkan tersebut, maka yang menjadi fokus utama penulis adalah masalah penjadwalan proyek, yang didasarkan pada pendapat Yang (2007), mengatakan bahwa perencanaan dan pengendalian jadwal adalah suatu tugas utama bagi kesuksesan manajemen proyek konstruksi. Leach (1999) juga mengatakan bahwa melalui peningkatan kinerja penjadwalan proyek maka dapat mengurangi perubahan proyek dan peningkatan biaya proyek (cost overruns project). Berkaitan dengan masalah penjadwalan proyek, maka kita telah mengenal beberapa teknik penjadwalan proyek yakni Gantt Chart, PERT dan CPM. Namun dalam paper ini penulis memfokuskan pada critical chain project management yang merupakan suatu pendekatan baru dalam manajemen proyek yang dikembangkan dan dipublikasikan oleh E. M. Goldratt dalam bukunya critical chain tahun 1997 yang juga didasarkan pada theory of constraint (Raz, Barnes dan Dvir, 2003) yang fokus utamanya pada penjadwalan proyek (project schedule) (Leach, 1999). Menurut Leach pula bahwa critical chain plan secara efektif dapat menghilangkan banyaknya sumber daya yang saling tumpang tindih sebelum proyek dimulai, dan menggunakan penyangga (buffer) bagi pengendalian proyek. Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka dalam paper ini, penulis menekankan pada perspektif teoritis yang fokus pada penggunaan konsep critical chain project management dalam melakukan penjadwalan suatu proyek konstruksi, agar target yang telah ditentukan akan tercapai. Adapun tujuan penulisan paper ini yaitu : pertama, menguraikan konsep critical chain project management. Kedua, Menguraikan perhitungan criticality index dengan menggunakan PERT/CPM Simulation dan Monte Carlo Simulation sebagai dasar untuk membuat perencanaan penjadwalan dan alokasi sumber daya.
KAJIAN TEORITIS
Theory of Constraint Theory of Constraint adalah suatu pendekatan untuk mengembangkan teknik manajemen agar meningkatkan sistem kinerja secara terus menerus (Yang, 2007). Menurut Leach( 1999) Goldratt menjelaskan pertama kali teorinya ini pada tahun 1984 dalam The Goal dan menerapkannya kedalam sistem produksi. Akan tetapi menurut Yang (2007) bahwa teori ini dipopulerkan oleh E. M. Goldratt pada tahun 1992 dalam novelnya yang berjudul The Goal. Novel ini memperkenalkan prinsip-prinsip dari Theory of Constraint pada manajemen operasi untuk mengatasi atau menyelamatkan pabrik-pabrik produksi dari ancaman penutupan. Theory of Constraint berdasarkan pada kepercayaan bahwa suatu sistem pasti memiliki kendala atau batasan yang kecil dan berdampak pada outputnya. Sebaliknya outputnya akan meningkat tak terbatas atau akan menjadi nol. Pesan utama dari The Goal adalah Fokus. Fokus pada tujuan perusahaan. Fokus pada kendala yang menghalangi atau membatasi pencapaian tujuan perusahaan. Theory of Constraint mengembangkan lima tahapan atau prosedur untuk meningkatkan kinerja sistem melalui menaikkan kendala-kendalanya. Lima tahapan tersebut dapat dianggap sebagai continuing strategy of self improvement. Ide dan prinsip-prinsip dari Theory of Constraint telah dimanfaatkan pada berbagai bidang, khususnya pada manajemen proyek (fokus utamanya pada critical chain scheduling). Adapun kelima prosedur adalah sebagai berikut : 1. Identify the Systems Constraint 2. Decide How to Exploit the Systems Constraint 3. Subordinate Everything Else to the Above Decision Jurnal Ilmu Ekonomi Jurnal Ilmu Ekonomi Jurnal Ilmu Ekonomi Jurnal Ilmu Ekonomi ADVANTAGE ADVANTAGE ADVANTAGE ADVANTAGE Volume 1, Nomor 1, 9 Agustus 2010
46 Jusuf Sahupala, Implementasi Critical Chain Project Management Untuk Meningkatkan Kinerja Proyek Konstruksi
4. Elevate the Systems Constraint 5. If the Constraint Discovered in the Previous Steps is Broken, Go Back to Step 1
Critical Chain Project Management Dalam CPM, jalur kritis (critical path) adalah jalur yang paling terpanjang, yang dimulai dari permulaan proyek sampai dengan selesainya proyek, yang mana memerlukan waktu terpanjang untuk penyelesaian proyek tersebut. Sedangkan CCPM (Critical Chain Project Management) atau yang lebih dikenal dengan nama Metode Rantai Kritis dikenalkan oleh Dr. Elliyahu Goldratt pada tahun 1997. Ini merupakan suatu metode baru dalam penjadwalan proyek agar selesai tepat pada waktunya. Sebenarnya CCPM tidak semata- mata melakukan penjadwalan proyek seperti yang dilakukan oleh CPM/PERT tetapi juga melakukan pendekatan manajemen. Semua ini bisa ditempuh dengan cara menghilangkan multitasking, student syndrome, parkinson's law serta memberi buffer di waktu akhir proyek. Masalah yang sering terjadi di proyek konstruksi adalah penyerahan hasil proyek yang terlambat. Ini sangat merugikan bagi pemilik proyek, oleh karena itu CCPM dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut.
Multitasking Multitasking adalah pelaksanaan beberapa aktivitas proyek pada saat yang bersamaan (Leach, 1999). Orang-orang secara aktual dapat bekerja dalam beberapa aktivitas (multiactivity) dengan cara membagi waktu diantara aktivitas-aktivitas tersebut. Mereka dapat melaksanakannya sepanjang hari dengan cara satu aktivitas dilaksanakan pada pagi hari dan aktivitas yang lain dilaksanakan pada siang hari. Multitasking pada aktivitas proyek memiliki banyak dampak buruk bagi proyek. Misalkan seseorang memiliki waktu tiga minggu untuk melaksanakan tiga proyek yang berbeda. Jika orang tersebut diijinkan untuk bekerja secara eksklusif pada masing-masing proyek tersebut, maka proyek pertama akan berhasil diselesaikan dalam satu minggu. Proyek kedua akan diselesaikan pada akhir minggu kedua, dan proyek ketiga juga akan diselesaikan pada akhir minggu ketiga. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 1. Multitasking Extends Activity Duration Sumber : Leach (1999), hal 45
Student Syndrome Sebagaimana yang dijelaskan oleh Goldratt (1997) yang dikutip dari Leach (1999) bahwa terdapat beberapa akibat yang berpengaruh bagi kinerja, dan secara sistematis melebihi waktu yang telah diestimasikan, sekalipun estimasi awalnya menggunakan kemungkinan waktu yang panjang, akan tetapi banyak orang cendrung untuk menunggu sampai aktivitas tersebut benar-benar mendesak baru aktivitas itu dilaksanakan. Hal ini membuat mereka sangat sibuk pada saat permintaan yang tinggi. Karena itu semua manajer proyek mengharapkan semua pekerjaan pada jalur kritis dapat dilaksanakan tepat pada waktunya. Namun apabila mereka percaya bahwa mereka memiliki waktu ekstra dalam perkiraan mereka, maka mereka sering memprioritaskan untuk bekerja pada permulaan durasi aktivitas yang telah One Unit of T TASK A TASK B TASK C Task A Task B Task C One Unit of T One Unit of T Jurnal Ilmu Ekonomi Jurnal Ilmu Ekonomi Jurnal Ilmu Ekonomi Jurnal Ilmu Ekonomi ADVANTAGE ADVANTAGE ADVANTAGE ADVANTAGE Volume 1, Nomor 1, 9 Agustus 2010
Jusuf Sahupala, Implementasi Critical Chain Project Management Untuk Meningkatkan Kinerja Proyek Konstruksi 47
dijadwalkan. Kecendrungan ini yang mengakibatkan terbuangnya waktu mereka sebelum mereka memulai suatu aktivitas, dan memaksa mereka untuk melaksanakan sebagian besar pekerjaannya pada bagian akhir dari waktu aktivitas yang telah dijadwalkan. Sehingga apabila terjadi permasalahan pada saat tersebut, maka tidak ada lagi cukup waktu untuk menyelesaikannya. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 2. Typical Work Pattern Sumber : Leach (1999), hal 43
Parkinsons Law Meredith dan Manel (1995) sebagaimana dikutip dari Leach (1999) menjelaskan bahayanya operasi dari Parkinsons Law, yakni menurut mereka bahwa dalam mengerjakan elemen-elemen dari proyek hampir dipastikan bahwa dibutuhkan waku tambahan. Waktu tambahan ini digunakan untuk menyelesaikan aktivitas-aktivitas yang membutuhkan tambahan waktu sebagai akibat dari tertundanya penyelesaian aktivitas-aktivitas tersebut, tambahan waktu tersebut disebut sebagai waktu pengaman (safety time). Akan tetapi menurut Goldratt safety time tersebut adalah pemborosan. Salah satu faktor yang mempengaruhi panjangnya durasi proyek adalah kegagalan untuk menyediakan sumber daya ketika dibutuhkan. Sebab jika hal ini terjadi maka akan berdampak pada aktivitas sehingga memperpanjang durasi mulai dari waktu memasukkan input sampai aktivitas itu diselesaikan. Disamping itu pula jika menyediakan lebih sedikit sumber daya dibanding yang direncanakan juga akan memperpanjang durasi aktivitas. Dengan demikian faktor-faktor ini harus benar-benar diperhatikan oleh seorang manajer proyek sehingga tidak akan mempengaruhi durasi proyek secara keseluruhan.
Referensi C. F. Gray and E. W. Larson. 2008. Project Management. Singapore: McGraw-Hill, Inc. D. S.Barie, B. C. Paulson Jr. dan Sudinarto. 1995. Manajemen Konstruksi Profesional. Penerbit Erlangga. Jakarta. J. Heizer and B. Render. 2006. Operations Management. Pearson Prentice Hall. New Jersey. J. B. Yang. How the Critical Chain Scheduling Method is Working for Construction. Cost Engineering, Vol 49/No. 4, 2007, 25-32 L. P. Leach. Critical Chain Project Management Improves Project Performance. Project Management Journal. 1999, 39-51 T. Hegazy. Simplified Project Management for Construction Practitioners. Cost Engineering, Vol 48/No. 11, 2006, 20-28 T. Raz, R. Barnes, dan D. Dvir. A Critical Look At Critical Chain Project Management. Project Management Journal. 2003. Vol 34, No. 4, 24-32 W. S. Ciptono. Quantifying The Criticality Index(CI) for One Project Expediting Analysis: PERTSIM and Monte Carlo Simulations. Gadjah Mada International Journal of Business. 2001. Vol. 3, No. 2, 203-236.