Anda di halaman 1dari 19

1

MAKALAH

Skabies





oleh :





Nurrini susanti y
G99122089



KEPANITERAAN KLINIK UPF / LABORATORIUM FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2012

2
BAB I
PENDAHULUAN

Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi terhadap tungau (mite) Sarcoptes scabei. Penyakit ini dikenal juga
dengan nama the itch, gudik, atau gatal agogo.
Sekitar 300 juta kasus skabies ditemukan di seluruh dunia.
3
Insiden sama
pada pria dan wanita, lebih sering pada anak dan individu dengan imunitas yang
menurun.
Prevalensi penyakit Scabies di Indonesia adalah sekitar 6-27% dari
populasi umum dan cenderung lebih tinggi pada anak dan remaja. Insiden di
Indonesia masih cukup tinggi, terendah di Sulawesi Utara dan tertinggi di Jawa
Barat.
1

Penatalaksanaan skabies meliputi non medikamentosa dan
medikamentosa, namun alangkah baiknya, jika dilakukan pencegahan dan
pengendalian diantaranya menjaga kebersihan rumah dan peralatan yang dipakai
oleh penderita dengan demikian penularan skabies dapat ditekan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. SINONIM
The Itch.
1,2
Seven Years Itch.
1,2,3
Gudik, Budukan, Gatal Agogo,
Penyakit Ampera.
1,2
Norwegian Itch.
1
Norwegian Skabies.
3
Mange, Canine
Skabies.
4

B. DEFINISI
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var hominis dan produknya (DERBER
1971) yang penularannya secara kontak langsung.
2
Skabies disebut juga sebagai the itch, yaitu gatal berat pada kulit
yang disebabkan oleh tungau kecil yang hidup di dalam kulit.
4
Skabies merupakan suatu infeksi ektoparasit yang ditandai oleh suatu
terowongan pada superfisial kulit dan rasa gatal yang sering dan adanya
keterlibatan infeksi sekunder. Skabies sendiri merupakan istilah Latin untuk
gatal.
5

C. ETIOLOGI
Penyakit ini pada manusia disebabkan oleh sejenis tungau
Sarcoptes scabiei var hominis, yang menyelusup ke bawah kulit namun
rash dan gatal yang ditimbulkan menyebar jauh lebih luas dibanding letak
tungau tersebut. Tungau ini dapat dengan mudah ditularkan melalui kontak
langsung dan pada umumnya berawal dari sekitar pergelangan tangan yang
mungkin ditimbulkan akibat berjabat tangan.
6

Secara morfologik, Sarcoptes scabiei merupakan tungau kecil,
berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau
ini translusen, berwarna putih kotor dan tidak bermata. Ukuran yang betina
berkisar 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih
kecil yaitu 200-240 mikron x 150-200 mikron.
2,8


4
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut: setelah kopulasi yang
terjadi di atas kulit, tungau yang jantan akan mati biarpun kadang-kadang
masih dapat hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh betina.
Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dengan rahang dan
kakinya dalam stratum korneum epidermis dengan kecepatan 2-3 milimeter
sehari sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai 40
atau 50 dalam siklus hidupnya selama 4-6 minggu.
2,4

Tungau betina biasanya dapat ditemukan pada akhir terowongan
dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3milimeter sehari dan sambil
meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau
50. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup selama sebulan. Telur
menetas biasanya dalam waktu 3-4 hari dan menjadi larva yang mempunyai
3 pasang kaki. Setelah 2-3 hari larva menjadi nimpa yang mempunyai 2
bentuk, jantan dan betina dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya
dari telur sampai dewasa memerlukan waktu 8-12 hari.
2


D. EPIDEMIOLOGI
Sekitar 300 juta kasus skabies ditemukan di seluruh dunia.
3
Insiden
sama pada pria dan wanita, lebih sering pada anak dan individu dengan
imunitas yang menurun.
Faktor yang dapat membantu penyebaran penyakit ini adalah
kemiskinan, higien yang jelek, seksual promiskuitas, diagnosis yang salah,
demografi, ekologi dan derajat sensitasi individual.
1

Prevalensi penyakit Scabies di Indonesia adalah sekitar 6-27% dari
populasi umum dan cenderung lebih tinggi pada anak dan remaja. Insiden di
Indonesia masih cukup tinggi, terendah di Sulawesi Utara dan tertinggi di
Jawa Barat.
1

Skabies dapat ditularkan melalui kontak lekat dengan individu yang
terkena. Bisa melalui kontak langsung kulit dengan kulit, misalnya berjabat
tangan, tidur bersama dan hubungan seksual. Selain itu juga dapat
ditularkan dengan kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian,
5
handuk, sprei, bantal dan lain-lain. Hal ini dapat terjadi karena skabies dapat
hidup lebih dari 2 hari di pakaian atau tempat tidur. Jika terdapat lebih dari
satu orang dalam anggota keluarga terserang rasa gatal yang sangat maka
perlu dipertimbangkan adanya infestasi skabies.
2,5

E. PATOGENESIS
Skabies ditandai dengan lesi papul yang gatal yang merupakan rumah
bagi skabies betina dan anaknya. Tempat predileksinya di celah-celah jari,
pergelangan tangan, fossa antecubiti, axillae, areola dan daerah sekitarnya.
10

Tungau jantan akan membuahi tungau betina dan kemudian mati.
Setelah tungau betina impregansi, akan menggali lubang dalam epidermis,
kemudian akan membentuk terowongan didalam stratum korneum.
4,7
Sensitisasi dimulai 2-4 minggu setelah penyakit dimulai. Selama
waktu itu tungau berada di atas kulit atau sedang menggali terowongan
tanpa menimbulkan gatal.
10
Gejala gatal timbul akibat reaksi hipersensitivitas terhadap tungau,
telur, atau skibala. Tungau meninggalkan liang hanya ketika suhu
temperatur tinggi (bed warmth) dan ini menyebabkan nocturnal itching.
Proses imunologis pada skabies masih belum jelas. Hipersensitivitas yang
terjadi adalah hipersensitivitas tipe cepat dan lambat .Pada infeksi pertama,
sensitisasi akan timbul dalam beberapa minggu setelah infeksi parasit. Pada
infeksi kedua (reinfeksi), gatal muncul dalam 24 jam. Pada hipersensitivitas
tipe lambat terjadi pembentukan papul dan nodul inflamatorik. Hal ini
tampak dari perubahan histologis dan banyaknya limfosit T di infiltrat
cutaneus. Selain itu terdapat peningkatan IgG dan IgM, IgE dapat normal
atau meningkat.
4,7,10

Kelainan kulit tidak hanya disebabkan oleh tungau skabies, tetapi
juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi adalah akibat
sensitisasi terhadap sekreta dan ekskreta tungau yang memerlukan waktu
kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai
6
dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan
garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder.
1,11

F. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dari skabies adalah adanya rasa gatal terutama pada malam
hari. Rasa gatal yang sangat berhubungan dengan aktivitas tungau yang
lebih tinggi pada suhu yang lembab dan panas. Kelainan kulit awal biasanya
pada sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, dan
lipat ketiak depan. Dapat juga ditemukan pada penis dan skrotum, areola
mamae, umbilicus, bokong dan perut bagian bawah, Skabies ini disebut
skabies klasik. Pada bayi distribusi daerah yang terkena lebih luas, vesikel
dan vesikopustular pada telapak tangan dan kaki lebih sering ditemukan.
1,11

Selain bentuk skabies yang klasik terdapat pula bentuk-bentuk
khusus yaitu :
1. Skabies pada orang yang bersih. Sering tidak dapat didiagnosis karena
sering tidak ada lesi dan terowongan sukar ditemukan. Kutu biasanya
hilang akibat mandi secara teratur.
1
2. Skabies incognito. Ditemukan pada pasien yang mendapat terapi
kortikosteroid dan obat imunosupresan lain. Obat-obat tersebut dapat
menyamarkan gejala dan tanda dari skabies, sementara infeksi tetap ada
dalam tubuh. Lesi dari skabies sering dianggap sebagai dermatitis kontak
atau Dariers Disease. Harus benar-benar dipertimbangkan sebagai
skabies jika lesi tersebar di seluruh tubuh, bersisik, dan gatal.
1,11
3. Nodular skabies. Lesi terlihat merah kecoklatan, adanya papul yang
gatal dan ada nodul-nodul pada daerah yang tertutup (sering dijumpai
pada genetalia laki-laki, paha, dan daerah aksila) yang sering menetap
biarpun sudah mendapat pengobatan anti skabies. Nodul mungkin terjadi
akibat reaksi hipersensitif untuk melawan tungau atau antigen lainnya.
1,11

4. Skabies pada bayi dan anak kecil. Pada usia ini wajah, kulit kepala,
telapak tangan dan telapak kaki sering terkena. Lesi biasanya berupa
papula, vesikopustula dan nodul. Distribusi biasanya tidak khas. Sering
7
tidak terdiagnosis karena rendahnya kecurigaan mengarah ke skabies.
Lesi sekunder sering terlihat tetapi terowongan sulit ditemukan.
Prevalensi skabies tinggi pada anak dibawah 2 tahun.
1,5,11

5. Skabies pada orang tua. Pada usia ini skabies sering tidak terdiagnosis,
karena perubahan kulit yang minimal dan tidak khas. Rasa gatal yang
sangat sering dipikirkan sebagai pruritus senilis, xerosis atau karena obat-
obatan atau psikologis. Penderita penyakit kronis dan orang tua yang
terpaksa tingal lama di tempat tidur dapat menderita skabies pada bagian
punggungnya.
11

6. Crusted (Norwegian) skabies. Keadaan ini berhubungan dengan orang
tua, orang yang menderita retardasi mental (Downs syndrome), sensasi
kulit yang rendah (lepra, tabes dorsalis), penderita penyakit sistemik yang
berat (leukemia, diabetes) dan penderita dengan system imun tubuh yang
rendah. Hyperkeratosis dan adanya lesi yang tidak gatal sering
ditemukan. Dapat juga berupa adanya krusta yang tidak gatal maupun
gatal, papul-papul dan mungkin lesinya seperti Dariers Disease atau
psoriasis. Sering mengenai kuku tangan maupun kaki. Ribuan tungau
dapat ditemukan pada lesi. Sering terjadi bakteremia akibat infeksi dari
fisura-fisura dan kulit yang ekskoriasi yang berakibat sangat fatal.
1,5,11

7. Skabies pada HIV/AIDS. Skabies mengenai 2-4 % penderita AIDS.
Bentuk yang tidak lazim dari skabies pada AIDS dianggap sebagai
crusted skabies dan atypical popular skabies. Pasien AIDS yang terkena
skabies klasik akibat sistem imunnya yang menurun akan berkembang
menjadi crusted skabies. Pada bentuk ini rasa gatal akan hilang. Karena
gambaran kliniknya tidak khas diagnosis sering terlambat dan
meningkatkan resiko penyebaran kepada orang lain.
11

8. Skabies pada kepala. Skabies jarang mengenai kulit kepala orang
dewasa, jika mengenai kepala berhubungan atau disebabkan oleh
dermatitis seboroik. Lesi di kepala biasanya mengenai bayi, anak-anak,
orang tua, orang yang sakit kronis, orang yangctinggal di daerah
8
endemik, pasien dengan crusted skabies, penderita AIDS dan juga pasien
dermatomyositis.
11
9. Bullous Skabies. Vesikel pada skabies biasa ditemukan pada anak-anak,
jarang pada orang dewasa. Bullous skabies yang ditemukan pada orang
dewasa berhubungan dengan proses erupsi pada penderita bullous
pemfigoid. Dari pemeriksaan klinik didapatkan eosinofilia dan pada
pemeriksaan kulit ditemukan sejumlah skabies dewasa, terdapat celah
epidermal jika bula dibiopsi. Biasanya pada pasien tua dengan terapi
kortikosteroid. Terapinya dengan menghentikan kortikosteroid
dilanjutkan pemberian antiskabies.
11

G. DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang dialami
penderita. Berikut ini merupakan 4 tanda kardinal skabies
2
, yaitu:
1. Pruritus nokturnal, artinya gatal pada malam hari. Hal ini terjadi karena
tungau aktif pada malam hari, yaitu pada suhu yang lebih lembab dan
panas.
2. Menyerang berkelompok, artinya serangan tungau dapat mengenai
bebrapa orang yang berdekatan dalam satu waktu. Misalnya, dalam
sebuah keluarga, hampir seluruhya terinfeksi tungau.
3. Kunikulus, artinya terowongan yang dibentuk oleh tungau pada kulit.
Terowongan ini berwarna putih atau keabuan, panjang rata-rata 1 cm,
ujung terowongan berupa papul atau vesikel. Tempat presileksinya
adalah pada tempat-tempat dimana stratum korneum tipis seperti sela-
sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar,
lipatan ketiak, areola mama pada wanita dll.
4. Ditemukannya tungau.
Diagnosis dapat ditegakkan dengan ditemukannya 2 dari empat
tanda kardinal tersebut. Skabies merupakan the great immitatorkarena dapat
menyerupai banyak penyakit dengan keluhan gatal
2
.
9
Pemeriksaan klinis yang dapat dilakukan pada skabies antara lain :
1. Pemeriksaan langsung di bawah mikroskop.
2. Dermoskopy
3. Polymerase Chain Reaction

H. KOMPLIKASI
Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan dapat
timbul dermatitis akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima,
selulitis, limfangitis, folikulitis dan furunkel. Infeksi bakteri pada bayi dan
anak kecil yang diserang skabies dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal
yaitu glomerulonefritis. Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan
preparat antiskabies yang berlebihan baik pada awal terapi atau dari
pemakaian yang terlalu sering. Salep sulfur dengan konsentrasi 15% dapat
menyebabkan dermatitis bila digunakan terus menerus selama beberapa hari
pada kulit yang tipis. Benzilbenzoat juga dapat menyebabkan iritasi bila
digunakan 2 kali sehari selama beberapa hari terutama pada genetalia pria.
Gamma Benzen Heksaklorida sudah diketahui menyebabkan dermatitis
iritan bila digunakan secara berlebihan.
1,11
I. DIAGNOSIS BANDING
Skabies merupakan the great imitator disease karena menyerupai
banyak penyakit kulit dengan keluhan gatal. Diagnosis bandingnya ialah
prurigo, pedikulosis korporis, dermatitis dan lain-lain. Skabies krustosa
dapat menyerupai dermatitis hiperkeratosis, psoriasis dan dermatitis
kontak.
2
J. PENATALAKSANAAN
1. MEDIKAMENTOSA

Syarat obat yang ideal yang digunakan dalam mengobati skabies
adalah sebagai berikut
2
:
a. Efektif terhadap semua stadium tungau
b. Tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik
10
c. Tidak berbau, kotor, maupun merusak atau mewarnai pakaian
d. Mudah diperoleh dan murah.
Terapi topikal harus menjangkau seluruh tubuh kecuali kepala dan
leher. Terapi yang efektif termasuk penggunaan air panas dan dua kali
pengolesan pada seluruh tubuh.
1

1. Permethrin 5% cream (scabimite).
Tampaknya paling aman sebagai pengobatan yang paling efektif
untuk skabies. Permethrin adalah pyrethroid sintetik yang dapat
membunuh tungau yang mempunyai toksisitas yang benar-benar
rendah untuk manusia. Krim permethrin 5% dalam bentuk dosis
tunggal. Permethrin bekerja dengan cara mengganggu polarisasi
dinding sel saraf parasit yaitu melalui ikatan dengan natrium
sehingga memperlambat repolarisasi dinding sel dan akhirnya
terjadi paralise parasit. Permethrin mengalami proses metabolisme
dengan cepat dikulit kemudian di eksresikan melalui urine.
Cara penggunaan permethrin adalah dengan mengoleskan di
belakang telinga dan menyeluruh dari leher ke tapak kaki, terutama
pada bagian lipatan-lipatan seperti sela-sela jari tangan dan kaki,
umbilicus, lipat paha, pantat, dan bagian bawah jari tangan dan kaki.
Penggunaannya selama 8-12 jam kemudian dicuci bersih-bersih.
Jika belum sembuh, obat digunakan 5 sampai 7 hari kemudian.
Pengobatan pada skabies krustosa sama dengan skabies klasik hanya
perlu ditambahkan salep keratolitik. Skabies subungual susah
diobati. Bila didapatkan infeksi sekunder perlu diberikan antibiotik
sistemik.
Permethrin tidak boleh diberikan pada bayi kurang dari 2 bulan dan
pada wanita hamil dan menyusui karena dapat menimbulkan reaksi
panas, eksaserbasi gatal, dan dermatitis kontak.
2. Malathion.
Malathion 0,5% dengan dasar air digunakan selama 24 jam.
Pemberian berikutnya diberikan beberapa hari kemudian.
11
3. Benzyl Benzoat 25%.
Tersedia dalam bentuk krim atau lotion 25%. Sebaiknya obat ini
digunakan selama 24 jam, kemudian digunakan lagi 1 minggu
kemudian. Obat ini disapukan ke badan dari leher ke bawah.
Penggunaan berlebihan dapat menyebabkan iritasi. Bila digunakan
untuk bayi dan anak-anak harus ditambahkan air 2-3 bagian.
4. Lindane 1% (gamma benzene heksaklorida).
Tersedia dalam bentuk cairan atau lotion, tidak berbau, tidak
berwarna. Obat ini membunuh kuta atau nimpa. Obat ini digunakan
dengan cara menyapukan ke seluruh tubuh dari leher ke bawah
selama 12-24 jam kemudian dicuci bersih-bersihpada pagi hari. Jika
belum membaik, pengobatan diulang 1 minggu kemudian.
Penggunaan yang berlebihan dapat menimbulkan efek pada sistem
saraf pusat. Pada bayi dan anak-anak bila digunakan berlebihan
dapat menimbulkan neurotoksisitas. Obat ini tidak aman digunakan
untuk ibu menyusui, wanita hamil, pasien dengan gangguan otak,
dan pasien dengan riwayat kejang.
5. Monosulfiran.
Tersedia dalam bentuk lotion 25% yang sebelum digunakan harus
ditambahkan 2-3 bagian air dan digunakan setiap hati selama 2-3
hari. Selama dan segera setelah pengobatan penderita tidak boleh
minum alkohol karena dapat menyebabkan keringat yang berlebihan
dan takikardi.
6. Sulfur.
Dalam bentuk parafin lunak sulfur 10% secara umum aman dan
efektif digunakan. Dalam konsentrasi 2,5% dapat digunakan pada
bayi. Obat ini digunakan pada malam hari selama 3 malam dan
dicuci 24 jam kemudian. Obat aman digunakan buat wanita hamil
dan menyusui.
7. Ivermectin.
12
Ivermectin adalah anti parasit. Sejak 1993, ivermectin diberikan oral
dengan dosis 200 mikrogram/BB efektif sebagai antiskabies. Dosis
yang lebih tinggi efektif diberikan terutama untuk pasien yang
imunosupresif seperti penderita AIDS. Ivermectin topikal seperti 1%
propilen glycol solution diteliti juga merupakan obat skabies yang
cukup efektif.
8. Anti pruritus.
Rasa gatal pada skabies akan tetap ada sampai beberapa
minggu setelah pemberian terapi. Antihistamin sedatif bisa
mengurangi rasa gatal.
12
Tetapi kortikosteroid topikal atau sistemik
potensi rendah lebih efektif. Pada anak-anak dapat diberikan 1%
krim hidrokortison. Pada dewasa dapat diberikan krim triamsolon
(0,1%). Untuk mengatasi gatal sebaiknya jangan menggunakan
steroid ataupun kortikosteroid karena dapat melemahkan imunitas
dan menciptakan penyakit baru maupun varian skabies yang lebih
buruk.
5

B. NON MEDIKAMENTOSA
Edukasi :
- Terapi juga harus dilakukan pada anggota keluarga lain dan partner
sexual.
- Penggunaan obat sesuai aturan dan memperhatikan cara pemakaian,
jangan terlalu berlebihan karena dapat menyebabkan iritasi.
- Pakaian, sprei, handuk dll cuci dengan air panas.
- Dijaga kebersihan rumah setiap hari. Alat-alat pribadi (handuk,
sabun, selimut) sebaiknya tidak dipakai bersama-sama dalam satu
keluarga.
4,13


13
K. PROGNOSIS
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat serta syarat
pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi (antara lain higien),
maka penyakit ini dapat diberantas dan memberi prognosis baik.
1


14
BAB III
ILUSTRASI KASUS

A. ANAMNESIS
1. Identitas Penderita
Nama : Ny. F
Umur : 34 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Jebres
Tanggal Pemeriksaan : 28 april 2012
No. RM : 822233
2. Keluhan Utama : Gatal pada tangan dan kaki
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
Keluhan gatal pada tangan dan kaki dirasakan penderita kurang
lebih sebulan yang lalu. Gatal terutama di malam hari dan sering
digaruk. Gatal menyebabkan tidur terganggu. Penderita mengeluh
gatal terutama dibagian tangan, dan kakinya. Selain gatal, juga
ditemukan benjolan mlenting-mlenting pada tangan di sela-sela
jari, dan lutut penderita. Penderita sebelumnya kurang lebih tiga
bulan yang lalu menderita sakit serupa kemudian diperiksakan ke
dokter dan sembuh. Saat itu suami dan anak penderita juga
mengalami sakit serupa.
4. Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat Penyakit serupa : (+) tiga bulan yang lalu
Riwayat alergi obat : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat DM : disangkal
5. Riwayat Keluarga / Lingkungan :
15
Riwayat penyakit serupa : (+) suami dan anak penderita
Riwayat asma : disangkal
Riwayat alergi obat/makanan : disangkal
6. Riwayat kebiasaan :
Penderita mandi 2x sehari dengan sabun cair, alat mandi dipakai
bersama dan air PAM, ganti pakaian 2 kali sehari. Penderita tidur
bersama suami. Sprei dan sarung bantal dicuci bila terlihat kotor.
7. Riwayat Ekonomi :
Penderita adalah anak kedua dari dua bersaudara, tinggal bersama
suami dan 2 anak usia 7 tahun dan 5 tahun.
B. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
1. Keadaan Umum : baik, composmentis, gizi kesan cukup
Vital Sign : Tekanan darah :100/70 mmHg
Respiration rate : 16x/menit
Nadi : 80x/menit
Suhu : 36,5
2. Kepala dan Leher : dalam batas normal
3. Punggung : dalam batas normal
4. Dada : dalam batas normal
5. Abdomen : dalam batas normal
6. Ekstremitas atas : lihat status lokalis
7. Ekstremitas bawah : lihat status lokalis
Status Dermatologis :
Regio dorsum manus intertriginosa : vesikel, papul eritema, miliar,
multiple, skuama, ekskoriasi
(+)
Regio patella : vesikel, papul eritema (+),
miliar, multiple, skuama (+)
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan

16
D. USULAN PEMERIKSAAN
Pemeriksaan secara mikroskopik untuk menemukan Sarcoptes scabei
dewasa, larva, telur, atau skibala dari dalam terowongan.
E. DIAGNOSIS BANDING
prurigo, pedikulosis korporis, dermatitis
F. DIAGNOSIS
Skabies
G. TERAPI :
Non Medikamentosa
1. Menjaga kebersihan dan hygiene pribadi (kalau bias mencuci
semua kain sprei, handuk atau pakaian denan air panas, dan
keringkan secara panas.
2. Pentingnya pengobatan pada lingkungan sekitar. Bila dalam
lingkungan baik keluarga, maupun tetangga terdapat orang yang
sakit serupa minta untuk juga berobat agar tidak menularkan
penyakit.
Medikamentosa
RSUD dr. MOEWARDI
24 Meil 2012
Sistemik : R/ Interhistin mg 50 tab
S 2 dd tab 1
Topikal : R/ Scabimite 30 g cream
S ue (malam) 12 jam 1 minggu sekali



PROGNOSIS
Ad vitam : baik
Ad sanam : baik
Ad fungsionam : baik
Ad kosmetikam : baik


17
BAB IV
PEMBAHASAN


A. Scabimite (Permetrin 5%)
Scabimite (Permetrin 5%) merupakan antiparasti spektrum luas
terhadap tungau badan dan antropoda lainnya. Scabimite bekerja
dengan cara mengganggu polarisasi dinding sel saraf parasit yaitu
melalui ikatan dengan natrium sehingga memperlambat repolarisasi
dinding sel dan akhirnya terjadi paralise parasit. Scabimite mengalami
proses metabolisme dengan cepat dikulit kemudian di eksresikan
melalui urine.
a. Indikasi : investasi Sarcoptes scabiei
b. Kontra indikasi : hipresensitif terhadap permetrin, pirethroid
sintetis atau pirethrin
c. Cara pemakaian : scabimite cream digunakan untuk sekali
pemakaian, dioleskan pada seluruh permukaan kulit secara merata
d. ES : dapat timbul rasa terbakar ringan, pedih,
gatal, eritema, hipoestesi, serta ruam kulit. Efek samping bersifat
sementara dan akan mengilang dengan sendirinya.
B. Interhistin
Interhistin merupakan golongan obat anti alergi dan antihistamin.
Obat ini merupakan obat antihistamin untuk penggunaan sistemik.
Obat ini mengandung mebhidrolin napadisylate.
1. Komposisi : mebhidrolin napadisylate
2. Indikasi : kondisi alergi, urtikaria, rhinitis
3. Kontra indikasi: pasien yang hipersensitif terhadap obat ini,
serangan asma akut
4. Dosis : dewasa dan anak >10tahun 2-6 tab/hari, 5-10 tahun
2-4 tab/hari, 2-5 tahun 1-3 tab/hari, <2tahun 1-2 tab/hari
5. Sediaan : tablet interhistin 50mg, syrup interhistin 50mg/5cc

18
BAB V
KESIMPULAN

1. Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi terhadap tungau (mite) Sarcoptes scabei. Penyakit ini dikenal
juga dengan nama the itch, gudik, atau gatal agogo.
2. Penatalaksanaan skabies meliputi non medikamentosa dan
medikamentosa, namun alangkah baiknya, jika dilakukan pencegahan dan
pengendalian diantaranya menjaga kebersihan rumah dan peralatan yang
dipakai oleh penderita dengan demikian penularan skabies dapat ditekan.


19
DAFTAR PUSTAKA


1. dr. H. Zainuddin Maskur. Infeksi Parasit dan Gangguan Serangga. Dalam :
Marwali Harahap, Prof., Dr.(Ed), Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates, Jakarta.
2000 : 109-113.

2. Ronny P. Handoko, Skabies, dalam Djuanda A., Hamzah M., Aisah S (Ed).
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi III. Fakultas Kedokteran UI.
Jakarta, 2000 : 119-22.

3. Anonim. Skabies. Available from : http://www.naturalginesis.com. 2005.

4. Binder, William D. Skabies. Available from : http://www.emedicine.com

5. Anonim. Skabies. Avalable from : http://en.wikipedia.org/wiki/Skabies

6. Anonim. Skabies. Available from : http://www.medinfo.co.uk

7. Cordoro, Kelly M. Skabies. Available from : http://www.emedicine.com

8. Saleha Sungkar, Penyakit yang Disebabkan Artropoda, dalam Srirasi G., H.
Herry D., dan Wita Pribadi (Ed). Parasitologi Kedokteran. Edisi III
Fakultas Kedokteran UI Jakarta, 2003 :264-267

9. Meinking, Terri., Taplin, David. In: Lawrence A. Schachner, Ronald C.
Hansen (Ed). Pediatric Dermatology. Third edition. Volume two. Mosby.
2003: 1160-1174.

10. Harry L. Arnold Jr, Richard Bodon, dan William D James. Parasitic
Infestasions, Stings, and bites. In: Disease of The Skin eight edition. WB.
Saunders Company.1990 : 523-527.

11. Stone, P Stephen. Skabies and Pediculosis. In : Fitzpatricks Dermatology
in General Medicine. 6
th
ed. Vol. II, Mc Graw Hill, New York, 2003 : 2283-
2285.

12. Anonim. Skabies Life Cycle 2003. Available from:
http//www.dpd.cdc.gov/dpdx

13. Siregar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. EGC. Jakarta, 1996
:100-102.

Anda mungkin juga menyukai