M
M
.................................................. (1-5)
dimana :
Tsh = torsi motor (Nm)
RPD = daya yang di bangkitkan rotor
RPD = RPI ( 1 - S) , ....................................................... (1-6)
dengan RPI = 3. Ir.
S
r R ) ' (
r = terjadi di rotor ,
sehingga r =
60
. 2 Nr
dengan........................................ (1-7)
Efisiensi
loses Pout
Pout
+
=
x 100 %.............................. (1-8)
atau
Pin
losses Pin
x 100 % ..................................... (1-9)
dimana losses terdiri dari losses mekanik,losses stator dan
losses rotor.
2.4.2 Torsi starting
Torsi starting mempunyai nilai lebih besar dari pada nilai
torsi poros (rotor), sebab putaran terjadi di stator dan tidak di
pengaruhi oleh losses mekanik, dirumuskan :
Tsh start =
s
RPIstart
, dimana :
RPI start = daya input rotor.
RPI start = 3.Ir start . Rr
dengan Ir start=
2 / 1 2 2
) (Re Xe
Vs
+
.................................. (1-10)
s = terjadi di stator.
sehingga
60
. 2 Ns
s
=
........................................................ (1-11)
2.4.3 Torsi maksimum
Torsi maksimum terjadi pada saat S = Smt ( slip maximum
torsi ).
Tsh max =
r
nik lossesMeka RPD
max
.............................. (1-12)
dengan :
RPD max = daya rotor maksimum
RPD max = RPI max (1- Smt) .............................................. (1-13)
RPI max = 3. Irmax .
Xe
V
Smt
r R
. 2
. 3 '
2
=
Rr ; ........................ (1-14)
dengan
Xe
r R
Smt
'
=
.................................................................. (1-15)
Ir max =
r R
V
Xe
V
' . 2 . 2 .
=
................................................. (1-13)
Pada gambar 2.13 menunjukkan karakteristik antara torsi
terhadap kecepatan putar stator. Pada saat start, torsi motor sangat
besar sehingga kecepatan motor rendah. Ketika motor berputar
dengan kecepatan nominal maka torsi motor semakin rendah.
Gambar 2.13 Karakteristik motor induksi Torsi (T) terhadap
putaran (n).
2.5 Komunikasi Radio (Wireless Networking)
Wireless Network atau jaringan tanpa kabel yang dapat
dilihat pada gambar 2.14 saat ini merupakan sebuah Teknologi
yang sudah umum di gunakan oleh semua pihak. Baik
digunakan oleh ISP ( Internet Service Provider ),
Perusahaan besar / Corporate Enterprise. Perusahaan kecil/
SOHO, Instansi Pemerintah, Warnet, Layanan Umum bahkan
untuk kepentingan perorangan atau personal. Dengan kemajuan
teknologi wireless ini semakin hari semakin ditingkatkan
kualitas bandwith atau kecepatan transfer data maupun
ditingkatkan kualitas keamanannya sehingga jaringan Wireless
yang kita bangun benar benar sebagai jaringan yang aman
dan tidak mudah ditembus oleh orang lain yang tidak berhak
mengakses jaringan kita. Kecapatan transfer data mulai 11
Mbps, 54 Mbps, 108 Mbps, 300 Mbps bahkan lebih. Dengan
semakin tinggi kecepatan Transfer data inilah yang
menjadikan para penguna atau User merasa cukup terpenuhi
kebutuhan akses data ( khususnya bagi Corporate ) sehingga
tidak perlu lagi meragukan kecepatan transfer data karena
sudah secepat transfer data mengunakan kabel UTP.
Gambar 2.14 Topologi Basic Network & Wireless Network
Pada umumnya, frekuensi yang digunakan oleh Wi-Fi,
pengguna tidak diperlukan untuk mendapatkan ijin dari
pengatur lokal (misal, Komisi Komunikasi Federal di A.S.).
802.11a menggunakan frekuensi yang lebih tinggi dan oleh
sebab itu daya jangkaunya lebih sempit, lainnya sama.Versi
Wi-Fi yang paling luas dalam pasaran AS sekarang ini
(berdasarkan dalam IEEE 802.11b/g) beroperasi pada 2.400
MHz sampai 2.483,50 MHz. Dengan begitu mengijinkan
operasi dalam 13 channel (masing-masing 5 MHz), berpusat
di frekuensi berikut:
a. Channel 1 - 2,412 MHz;
b. Channel 2 - 2,417 MHz;
c. Channel 3 - 2,422 MHz;
d. Channel 4 - 2,427 MHz;
e. Channel 5 - 2,432 MHz;
f. Channel 6 - 2,437 MHz;
g. Channel 7 - 2,442 MHz;
h. Channel 8 - 2,447 MHz;
Channel 9 - 2,452 MHz;
i. Channel 10 - 2,457 MHz;
j. Channel 11 - 2,462 MHz;
k. Channel 12 - 2,467 MHz;
l. Channel 13 - 2,472 MHz;
2.5.1 Topologi Jaringan Komputer
Topologi adalah suatu cara menghubungkan komputer
yang satu dengan komputer lainnya sehingga membentuk jaringan.
Cara yang saat ini banyak digunakan adalah bus pada gambar 2.15,
token-ring pada gambar 2.16, star pada gambar 2.17dan peer-to-
peer network pada gambar 2.18. Masing-masing topologi ini
mempunyai ciri khas, dengan kelebihan dan kekurangannya sendiri.
2.5.2 Topologi BUS
Metode BUS (Metode Paralel) pada gambar
2.15 adalah cara menghubungkan komputer sehingga
terjalin komunikasi antara komputer satu dengan yang
lain dalam sebuah jaringan.
Gambar 2.15 Topologi Bus
Keuntungan :
Hemat kabel
Layout kabel sederhana
Mudah dikembangkan
Kerugian :
Deteksi dan isolasi kesalahan sangat kecil
Kepadatan lalu lintas
Bila salah satu client rusak, maka jaringan tidak bisa berfungsi
Diperlukan repeater untuk jarak jauh
2.5.3 Topologi TokenRING
Metode token-ring (sering disebut ring saja) pada gambar
2.16 adalah cara menghubungkan komputer sehingga berbentuk
ring (lingkaran). Setiap simpul mempunyai tingkatan yang sama.
Jaringan akan disebut sebagai loop, data dikirimkan kesetiap simpul
dan setiap informasi yang diterima simpul diperiksa alamatnya
apakah data itu untuknya atau bukan
Gambar 2.16 Topologi TokenRing
Keuntungan :
Hemat Kabel
Kerugian :
Peka kesalahan
Pengembangan jaringan lebih kaku
2.5.4 Topologi STAR
Kontrol terpusat yang terdapat pada gambar 2.17, semua
link harus melewati pusat yang menyalurkan data tersebut kesemua
simpul atau client yang dipilihnya. Simpul pusat dinamakan
stasium primer atau server dan lainnya dinamakan stasiun sekunder
atau client server. Setelah hubungan jaringan dimulai oleh server
maka setiap client server sewaktu-waktu dapat menggunakan
hubungan jaringan tersebut tanpa menunggu perintah dari server.
Gambar 2.17 Topologi Star
Keuntungan :
a. Paling fleksibel
b. Pemasangan/perubahan stasiun sangat mudah dan tidak
mengganggu bagian jaringan lain
c. Kontrol terpusat
d. Kemudahan deteksi dan isolasi kesalahan/kerusakan
e. Kemudahaan pengelolaan jaringan
Kerugian :
a. Boros kabel
b. Perlu penanganan khusus
c. Kontrol terpusat (HUB) jadi elemen kritis
2.5.5 Topologi Peer-to-peer Network
Peer artinya rekan sekerja. Peer-to-peer network adalah
jaringan komputer yang terdiri dari beberapa komputer (biasanya
tidak lebih dari 10 komputer dengan 1-2 printer). Dalam sistem
jaringan ini yang diutamakan adalah penggunaan program, data dan
printer secara bersama-sama. Pemakai komputer bernama Dona
dapat memakai program yang dipasang di komputer Dino, dan
mereka berdua dapat mencetak ke printer yang sama pada saat yang
bersamaan.
Sistem jaringan ini juga dapat dipakai di rumah. Pemakai
komputer yang memiliki komputer kuno, misalnya AT, dan ingin
memberli komputer baru, katakanlah Pentium II, tidak perlu
membuang komputer lamanya. Ia cukup memasang netword card di
kedua komputernya kemudian dihubungkan dengan kabel yang
khusus digunakan untuk sistem jaringan. Dibandingkan dengan
ketiga cara diatas, sistem jaringan ini lebih sederhana sehingga lebih
mudah dipejari dan dipakai.
2.6 Modbus Protokol
Modbus protocol (berasal dari singkatan 'Modicon Bus')
yang awalnya dikembangkan oleh Modicon (kini Schneider
Automation) pada akhir dekade 1970-an, telah mengalami
perkembangan mulai dari Modbus dimana ada satu yang bertindak
sebagai Modbus Master dan lainnya adalah Modbus Slave (sering
disebut sebagai Modbus RTU). Karena diperlukan komunikasi
dalam bentuk teks, maka dibuat pula Modbus ASCII, yang
kemudian karena tuntutan kecepatan dikembangkan pula Modbus
Plus. Dengan perkembangan teknologi jaringan yang menggunakan
Ethernet dan TCP/IP, maka Modbus dibungkus (encapsulated) untuk
bisa ditransmisikan melalui Ethernet dan muncul dengan nama
Modbus/TCP . Modicon membuka teknologinya secara cuma-cuma
dan teknologi ini mendapat sambutan yang sangat baik sebagai
industrial protocol pada zaman itu. Banyak vendor menggunakan
Modbus untuk peralatan mereka sehingga memudahkan integrasi
dari satu sistem dengan sistem lainnya. Dengan demikian, Modbus
mengklaim dirinya sebagai standard de facto untuk industrial
protocol yang sampai saat ini masih banyak dipergunakan.
Teknologi industrial data communication juga terus
berkembang dengan munculnya OPC (OLE for Process Control;
OLE = Object Linking & Embedding) yang mendukung V-T-Q
(Value-Time-Quality). Industrial protocol yang lama seperti
Modbus hanya mengkomunikasikan Value (parity check optional),
sehingga Modbus OPC Server melakukan time stamping dengan
menggunakan dari RTC (Real Time Clock) pada PC dimana OPC
Server tersebut dijalankan, dan Quality atau status flag diberikan
berdasarkan komunikasi. Kalau komunikasi normal maka diberikan
status 'good', sedangkan pada keadaan communication error
diberikan status 'bad'.
2.6.1 Modbus RTU
Modbus serial menggunakan physic RS232 atau
RS485.
Format karakter : 1 start, 8 data, even parity, 1 stop bit
1 start, 8 data, odd parity, 1 stop bit
1 start, 8 data, no parity, 2 stop bit
1 start, 8 data, no parity, 1 stop bit
Baudrate : 1200, 2400, 4800, 9600 and 19200 Bd
Modbus transmission RTU dapat melakukan proses
komunikasi berdasarkan fungsi-fungsi yang ditunjukkan pada tabel
2.4 dibawah ini:
Tabel 2.4 Tabel fungsi Modbus RTU
Kode desimal 3 berfungsi untuk membaca register/alamat
lebih dari satu alamat. Kode desimal 6 berfungsi untuk menulis
(broadcast) pada satu register saja. Kode desimal 16 berfungsi untuk
menulis(broadcast) pada lebih dari satu register. Sedangkan pada
kode desimal 43 berfungsi untuk mendeteksi nomer register device,
tahun pabrikasi, nama vendor yang memproduksi. Akan tetapi pada
kode desimal 43 jarang sekali digunakan dalam komunikasi.
Fungsi READ :
Gambar 2.18 Bentuk format fungsi READ data
Fungsi WRITE:
Gambar 2.19 Bentuk format fungsi WRITE data
Bentuk format data yang ditransfer dalam modbus RTU terdiri dari
fungsi read pada gambar 2.18 yaitu slave akan memberikan respon
pada master sesuai dengan data yang ditransfer pada slave dan
fungsi write pada gambar 2.19 adalah master melakukan broadcast
pada slave. Data yang ditransfer semuanya adalah dalam bentuk
hexadecimal.
2.6.2 Modbus TCP
Modbus yang dalam pengiriman datanya melalui media
Ethernet. Data yang ditransfer dalam bentuk format hexadecimal.
2.6.2.1 ADU (Aplication Data Unit)
Paket data modbus TCP terdiri dari dua komponen. Yaitu :
a. Modbus Aplication Protokol (MBAP) pada gambar 2.20
b. Protokol Data Unit ( PDU ) pada tabel 2.5
Gambar 2.20 Paket data modbus TCP
Tabel 2.5 MBAP (Modbus Application Protokol)
PDU terdiri dua bagian:
1. Code Function: kode fungsi untuk mengidentifikasi data
byte reading input,writing coil,read/write register.
2. Data: tediri dari gabungan data parameter and/or dengan
perintah operasi yang akan dilakukan.
2.7 Photo Semikonduktor
Device photo semikonduktor pada gambar 2.2,
Memanfaatkan efek kuantum pada junction, energi yang diterima
oleh elektron yang memungkinkan elektron pindah dari ban valensi
ke ban konduksi pada kondisi bias mundur.
Bahan semikonduktor seperti Germanium (Ge) dan Silikon
(Si) mempunyai 4 buah electron valensi, masing-masing electron
dalam atom saling terikat sehingga electron valensi genap menjadi
8 untuk setiap atom, itulah sebabnya kristal silicon memiliki
konduktivitas listrik yang rendah, karena setiap electron terikan
oleh atom-atom yang berada disekelilingnya. Untuk membentuk
semikonduktor tipe P pada bahan tersebut disisipkan pengotor dari
unsure golongan III, sehingga bahan tersebut menjadi lebih
bermuatan positif, karena terjadi kekosongan electron pada struktur
kristalnya.
Bila semikonduktor jenis N disinari cahaya, maka elektron
yang tidak terikat pada struktur kristal akan mudah lepas.
Kemudian bila dihubungkan semikonduktor jenis P dan jenis N dan
kemudian disinari cahaya, maka akan terjadi beda tegangan
diantara kedua bahan tersebut. Beda potensial pada bahan silikon
umumnya berkisar antara 0,6 volt sampai 0,8 volt.
(a) (b)
(c)
Gambar 2.21 Konstruksi Fotodioda (a) junction harus dekat permukaan
(b) lensa untuk memfokuskan cahaya (c) rangkaian dioda foto
Ada beberapa karakteristik foto dioda yang dapat dilihat pada
gambar 2.22 perlu diketahui antara lain:
a. Arus bergantung linier pada intensitas cahaya
b. Respons frekuensi bergantung pada bahan (Si 900nm,
GaAs 1500nm, Ge2000nm)
c. Digunakan sebagai sumber arus
d. Junction capacitance turun menurut tegangan bias mundurnya
e. Junction capacitance menentukan respons frekuensi arus yang
diperoleh.
Gambar 2.22 Karakteristik Dioda Foto (a) intensitas cahaya (b) panjang
gelombang
(c) reverse voltage vs arus dan (d) reverse voltage vs kapasitansi
LED infra merah adalah suatu komponen yang tersusun
dari sambungan PN yang akan memancarkan cahaya bila dialiri arus
dengan bias maju. Proses pancaran cahaya berdasarkan perubahan
tingkat energi ketika elektron dan lubang bergabung atau
berekombinasi di daerah N pada saat LED dibias maju. Selama
perubahan energi ini, proton akan dibangkitkan, sebagian akan
diserap oleh bahan semikonduktor dan sebagian lagi akan
dipancarkan sebagai energi cahaya. Tingkatan energi dari proton
dinyatakan dengan persamaan dibawah ini.
dimana:
E adalah energi dalam elektron volt
c adalah kecepatan cahaya
adalah panjang gelombang
h adalah konstanta Plank (6,62x10
-34
Js)
Infra merah yang digunakan sebagai transmisi dan hanya
memanfaatkan pancaran cahaya infra merah. Jika LED infra merah
memancarkan cahaya berarti datanya dianggap 1, sedangkan jika
LED infra merah tidak memancarkan cahaya berarti datanya 0.
2.8 Operational Amplifier (OP-AMP)
Gambar 2.23 Rangkaian komparator dengan OP-Amp LM 324
Bagian pada gambar 2.23 adalah rangkaian pembanding/
komparator. Menggunakan sebuah OpAmp (operational amplifier)
yang mempunyai 2 masukan yaitu inverting dan non inverting.
Prinsipnya adalah hanya membandingkan antara masukan inverting
dan non inverting jika kedua masukan bernilai (bertegangan) sama,
maka output OpAmp akan bernilai nol dan sebaliknya. Sebuah
masukan dijadikan patokan dan diberi variable tegangan (untuk
menentukan kepekaan daya tangkap) dalam hal ini, masukan non
inverting lah yang menjadi referensi. Cara kerja rangkaian ini adalah
ketika photo diode tidak terkena cahaya, set Resistor variable 20k
hingga masukan inverting dan non inverting pada Op-Amp sama,
ditandai dengan LED menyala (bernilai 0). Pada saat photodiode
terkena cahaya, maka resistansinya akan mengecil sehingga terjadi
drop tegangan pada titik A, drop tegangan tersebut tentu saja juga
mengubah masukan inverting Op-Amp sehingga menyebabkan
output Op-Amp bertegangan (tidak nol lagi).
2.9 Transistor
Transistor yang dapat dilihat pada gambar 2.24 adalah alat
semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, sebagai sirkuit
pemutus dan penyambung (switching), stabilisasi tegangan,
modulasi sinyal atau sebagai fungsi lainnya. Transistor dapat
berfungsi semacam kran listrik, dimana berdasarkan arus inputnya
(BJT) atau tegangan inputnya (FET), memungkinkan pengaliran
listrik yang sangat akurat dari sirkuit sumber listriknya.
Gambar 2.24 Transistor through-hole (dibandingkan dengan pita ukur
centimeter)
Pada umumnya, transistor memiliki 3 terminal. Tegangan
atau arus yang dipasang di satu terminalnya mengatur arus yang
lebih besar yang melalui 2 terminal lainnya. Transistor adalah
komponen yang sangat penting dalam dunia elektronik modern.
Dalam rangkaian analog, transistor digunakan dalam amplifier
(penguat). Rangkaian analog melingkupi pengeras suara, sumber
listrik stabil, dan penguat sinyal radio. Dalam rangkaian-rangkaian
digital, transistor digunakan sebagai saklar berkecepatan tinggi.
Beberapa transistor juga dapat dirangkai sedemikian rupa sehingga
berfungsi sebagai logic gate, memori, dan komponen-komponen
lainnya.
Terdapat dua jenis kontruksi dasar BJT, yaitu jenis n-p-n
dan jenis p-n-p yang dapat dilihat pada gambar 2.25. Untuk jenis
n-p-n, BJT terbuat dari lapisan tipis semikonduktor tipe-p dengan
tingkat doping yang relatif rendah, yang diapit oleh dua lapisan
semikonduktor tipe-n. Karena alas an sejarah pembuatannya, bagian
di tengah disebut basis (base), salah satu bagian tipe-n (biasanya
mempunyai dimensi yang kecil) disebut emitor (emitter) dan yang
lainya sebagai kolektor (collector). Secara skematik kedua jenis
transistor diperlihatkan pada gambar 2.35. Tanda panah pada
gambar 2.35 menunjukkan kaki emitor dan titik dari material tipe-p
ke material tipe-n. Perhatikan bahwa untuk jenis n-p-n, transistor
terdiri dari dua sambungan p-n yang berperilaku seperti diode.
Setiap diode dapat diberi panjar majuatau berpanjar mundur,
sehingga transistor dapat memiliki empat modus pengoperasian.
Salah satu modus yang banyak digunakan disebut modus normal,
yaitu sambunganemitor-basis berpanjar maju dan sambungan
kolektor-basis berpanjar mundur. Modus ini juga sering disebut
sebagai pengoperasian transistor pada daerah aktif.
Gambar 2.25 Skematik transistor
2.9.1 Transistor BJT sebagai saklar
Komponen transistor dapat berfungsi sebagai switch,
walaupun bukan sebagai switch ideal. Untuk dapat berfungsi
sebagai switch, maka titik kerja transistor yang dapat dilihat pada
gambar 2.26 harus dapat berpindah-pindah dari daerah saturasi
(switch dalam keadaan on) ke daerah cut-off (switch dalam
keadaan off).
Gambar 2.26 Kurva Transistor
Cut off
VBE <0,7 dan Ic =0
Saturasi
VBE 0,7 dan Ic bergantung beban / Rangkaian
2.10 Software Unity Pro XL
Software unity pro xl adalah software yang berfungsi
sebagai media untuk membuat program ladder dan structure text
PLC. Setelah dirancang sebuah program ladder dan structure text
maka kemuadian software akan didownload pada memori PLC.
Tampilan software Unity Pro Xl dapat dilihat pada gambar 2.27 dan
pada tabel 2.6:
Gambar 2.27 Tampilan Software Unity ProXL
Tabel 2.6 Deskripsi tampilan Unity ProXL
Area Deskripsi
1 Toolbar Unity Pro XL
2 Editor Window (editor bahasa, editor data, dan lain-lain)
3 Project browser
4 Jendela informasi
Pada tabel 2.6, Toolbar Unity ProXL terdapat menu-menu antara
lain new project, undo, redo, save program dan run program. Editor
Window adalah jendela yang berfungsi untuk menulis program
Ladder, ST, FBD,IL. Project browser merupakan folder tempat
menyimpan project yang kita buat. Sedangkan Jendela informasi
adalah sebagai jendela yang memberikan informasi apakah terdapat
error pada program yang telah kita buat setelah di compile.
Untiy pro xl dapat digunakan untuk membuat program dengan 5
bahasa pemrograman (standar IEC) yaitu:
a. FBD (Function Block Diagram),
b. LD (Ladder Diagram),
c. SFC (Sequential Function Chart), only available for the
MAST task,
d. IL (Instruction List),
e. ST (Structured Text).
2.10.1 Bahasa Pemrograman dengan ST ( Structured Text )
Beberapa hal penting dalam Stuctured Text:
Exspression
Expression ialah konstruksi yang berisi operator dan operand
yang mengembalikan nilai ketikan dieksekusi
Operator
Operator adalah symbol yang merepresentasikan operasi untuk
di eksekusi
Operand
Operator digunakan untuk operand. Operand merupakan
variabel, literals, input FFB dan output FFB.
Instructions
Instruksi yang dapat dilihat pada gambar 2.28 digunakan
untuk memberi nilai kembalian dari expression kepada
parameter actual dan kepada structure dan mengontrol
expression.
Gambar 2.28 Instruction List Unity ProXL
Batas penulisan ST dibatasi sampai 300 karakter dan panjang
program dibatasi oleh memori yang ada di PLC.
2.11 Software Vijeo Citec
Software ini adalah sebuah software yang berfungsi untuk
membuat dan merancang tampilan SCADA.
2.11.1 Membuat Project Baru
Langkah-langkah yang harus dilakukan ketika akan
membuat sebuah project. Antara lain:
1. Setting komunikasi
2. Konfigurasi tag
3. Grafik
Sebelum melakukan langkah-langkah diatas maka kita harus
membuka halaman citec explorer yang dapat dilihat pada gambar
2.29.
Gambar 2.29 Tampilan Citec Explorer
Pada tool bar click icon new project. Pada menu new project harus
diberikan nama sebagai nama dari project yang dibuat. Dalam hal
ini diberikan nama tutorial yang dapat dillihat pada gambar 2.30.
Gambar 2.30 Tampilan menu New Project
selanjutnya kita melakukan beberapa langkah yang telah disebutkan
diatas.
2.11.1.2 Setting Komunikasi
Tahap ini adalah melakukan setting komunikasi antara PC
dengan sebuah PLC. Karena vijeo citec berada pada sebuah PC.
Pada vijeo citec explorer yang dapat dilihat pada gambar 2.31,
double klik pada folder communication.
Gambar 2.31 Tampilan Folder Communication
Selanjutnya double klik pada pada express i/o device setup. Express
i/o berfungsi untuk memilih jenis komunikasi antara PC dan PLC.
yang dapat dilihat pada gambar 2.32.
Gambar 2.32 Tampilan Express I/O
2.11.1.3 Konfigurasi tag
Tag adalah sebuah variable yang terdapat pada software
vijeo citec. Double klik pada variable tag yang dapat dilihat pada
gambar 2.33. Didalam vijeo citec terdapat beberapa tipe tag, antara
lain adalah digital,integer, long, long bcd, real, string, uint, dan time.
Tipe tag tersebut tergantung dengan i/o dari PLC. Karena i/o PLC
tersebut akan tersimpan didalam database vijeo citec melalui tag
tersebut.
Gambar 2.33 Tampilan Variable Tag
2.11.1.4 Grafik
Pada bagian ini adalah bagaimana membuat halaman
gambar atau tampilan gambar dari SCADA yang akan dibuat.
Sebelum menentukan jenis gambar yang digunakan maka
sebelumnya harus menentukan halaman tampilan project sebagai
bentuk tampilan SCADA.
Langkah-langkahnya dapat dilihat pada gambar 2.34 yaitu
double klik pada citec graphics builder dan klik new page icon.
Gambar 2.34 Tampilan Citec Graphics Builder
Selanjutnya klik page button yang dapat dilihat pada gambar 2.35.
Gambar 2.35 Tampilan setting Page
Gambar 2.36 Tampilan U se Template
Pada gambar 2.36 terdapat jenis-jenis tampilan halaman.
Antara lain adalah bottom, standar, top, version2 dan xp_style. User
dapat memilih jenis halaman yang akan digunakan dalam sebuah
project yang sesuai.
Gambar 2.37 Tampilan halaman Style_XP
Setelah menentukan jenis halaman yang kan digunakan
sebagai tampilan SCADA maka langkah selanjutnya harus
disimpan. Halaman tersebut disimpan didalam database project.
Gambar 2.37 adalah contoh dari salah satu jenis halaman tipe
style_xp.
BAB III
PERANCANGAN DAN PEMBUATAN
ALAT
Pada pengerjaan Proyek Akhir ini secara umum terbagi
menjadi tiga bagian yaitu :
1. Perancangan dan pembuatan perangkat keras.
2. Perancangan dan pembuatan sistem komunikasi antara PLC
dengan Altivar31, Sistem komunikasi antara PLC dengan
software SCADA.
3. Perancangan Software
3.1 Blok DiagramSistem
Blok diagram secara keseluruhan dari sistem ditunjukkan
pada gambar 3.1. Dimana sensor level terdiri dari lima buah sensor
dihubungkan ke digital input PLC. Sensor tersebut akan berfungsi
untuk mendeteksi posisi suatu benda dalam bak control. Dari fungsi
kerja sensor level tersebut maka PLC akan mengirimkan perubahan
set poin kecepatan pada motor melalui AC Drive Altivar31.
Hubungan antara PLC dengan Altivar31 yaitu dihubungkan
melalui komunikasi modbus serial. Sehingga parameter kecepatan
dapat dengan mudah terbaca melalui register yang menyimpan
kecepatan dari motor.
Hubungan antara PLC dengan PC ( SCADA) yaitu melalui
komunikasi radio. Dalam hal ini diperlukan suatu modul komunikasi
radio yang mendukung komunikasi modbus TCP.
Gambar 3.1 Blok diagram sistem
3.2 Perancangan dan Pembuatan perangkat keras
Untuk hardware dari Proyek Akhir yang dibuat ini, terdiri
dari perancangan miniature konveyor, rangkaian sensor level
sabanyak lima buah.
3.2.1 Konveyor
Pada Proyek Akhir kali ini miniatur konveyor yang dapat
dilihat pada gambar 3.2 memiliki ukuran panjang kurang lebih 2
meter. Terlihat pada pangkal miniatur konveyor ada sebuah bak
penampungan. Bak tersebut berfungsi untuk menampung sementara
batu bara sebelum dialirkan ke belt konveor. Konveyor dibuat 2
tingkat dengan menggunakan 2 motor AC 3 phasa. Akan tetapi pada
keadaan riilnya panjang konveyor sangat panjang hingga mencapai
kiloan meter pada perusahaan batu bara.
Sensor
level
Gambar 3.2 Konveyor tampak atas
Pada ujung konveyor juga terdapat bak penampungan
sementara yang dapat dilihat pada gambar 3.3. Fungsinya sama
yaitu untuk menampung batu bara sementara sebelum dialirkan ke
bak kontrol.
Pada keadaan riilnya, bak control yang ada pada konveyor
terdapat crusher. Crusher tersebut digerakkan oleh motor yang
dikopel dengan gigi yang bisa memotong batu bara sesuai dengan
ukuran yang ditentukan. Namun pada proyek akhir ini bak kontrol
hanya berfungsi sebagai tempat penampungan saja tanpa crusher.
Gambar 3.3 Konveyor tampak depan
3.2.2 Sensor Level
Rangkaian sensor level pada proyek akhir ini terdiri dari
infra merah sebagai Transmitter (Tx), photo dioda sebagai Receiver
(Rx), rangkaian comparator, dan rangkaian switching. Dapat dilihat
pada gambar 3.4.
Gambar 3.4 Rangkain pendeteksi benda
Arus relatif yang melewati infra merah pada suhu ruangan
25
0
C ialah kurang dari sama dengan 20 mA, dalam rangkaian
digunakan arus infrared =15 mA.
I
IR
= = 330
15
5
mA
V
jadi nilai resistor R1 yang dipasang 330 .
Tegangan di photo dioda berubah tergantung pada intensitas cahaya,
asumsi pada saat terkena cahaya tegangan photo dioda = 1,7 V agar
didapat output komparator low maka nilai tegangan di VR(referensi)
harus lebih kecil dari tegangan photo dioda (masukan) , tegangan di
photo dioda akan berubah jika intensitas cahaya yang masuk juga
berubah, untuk keperluan setting dan menghasilkan logika high dan
low dipasang resistor variabel dengan nilai 50K.
3.2.2.1 Transistor sebagai switch
Tabel 3.1 Data transistor BC557
Parameter Nilai
Arus kolektor maksimum 100mA
Hfe 150
VCE maksimum 45V
VCE saturasi 0.25V
VBE ON 0.75V
Syarat transistor sebagai saklar sesuai data pada tabel 3.1
Cut off VBE < 0,75V
Cut off VBE 0.75
Arus Kolektor tergantung beban dengan catatan arus beban yang
digunakan dibawah arus kolektor maksimum (Ic max). Beban yang
digunakan dalam rangkaian ialah relay dengan tegangan 5 V dan
arus 60 mA.
Tegangan keluaran komparator pada kondisi high 5 Volt
Tegangan keluaran komparator pada kondisi low 0 Volt
Dengan tegangan keluaran komparator tersebut maka transistor
dapat berfungsi sebagai saklar.
Gambar 3.5 Rangkaian sensor level
3.3 Perancangan dan pembuatan sistem komunikasi
Pada proyek akhir ini sistem komunikasi terdiri dari sistem
komunikasi PLC dengan AC Drive Altivar31 dengan sistem
komunikasi antara PLC dengan PC.
3.3.1 Sistem Komunikasi PLC dengan Altivar31
Komunikasi antara PLC dengan Altivar31 adalah
komunikasi modbus serial yang dihubungkan dengan terminal RJ45.
Pada PLC dihubungkan pada modul 140 NOE 711 01. Modul
tersebut adalah modul Ethernet pada PLC. Sehingga dikarenakan
terminal pada Altivar adalah RS-485 maka diperlukan suatu modul
konverter Ethernet to RS-485.
Tabel 3.2 Pin konektor Altivar31 dan converter komunikasi
Pin Altivar31 Pin Konverter
Ethernet to RS485
D1 (3) Rx + (3)
D0 (4) Rx (4)
3.3.1.1 Format data yang ditransfer
Pada proyek akhir ini hubungan antara PLC dengan
Altivar31 adalah mengirimkan nilai set poin pada Altivar31 dan
membaca register yang menyimpan nilai kecepatan pada motor.
Pada saat mengirimkan nilai set poin pada Altivar31 maka
berarti melakukan fungsi write. Sedangkan pada saat membaca nilai
kecepatan maka berarti melakukan fungsi read.
1. Fungsi write nilai set point 50 Hz (16#0032) pada alamat
W8502 (16#2136) Altivar31
01 06 2136 0032 9270
Fungsi write nilai set poin 40 Hz (16#0028) pada alamat
W8502 (16#2136) Altivar31
01 06 2136 0028 9270
Fungsi write nilai set poin 30 Hz (16#001E) pada alamat
W8502 (16#2136) Altivar31
01 06 2136 001E 9270
Fungsi write nilai set poin 20 Hz (16#0014) pada alamat
W8502 (16#2136) Altivar31
01 06 2136 0014 9270
Fungsi write nilai set poin 10 Hz (16#000A) pada alamat
W8502 (16#2136) Altivar31
01 06 2136 000A 9270
Nilai yang akan ditransfer tersebut sebelumnya disimpan
terlebih dahulu didalam memori PLC yaitu %MW100.
2. Fungsi read register kecepatan motor pada alamat W8605
(16#219D).
Request
01 03 219D 0000 276C
Respon
01 03 02 05DC 0000 0000 0000 52B0
Nilai yang dibaca dari register alamat Altivar31 akan
disimpan kedalam memori word PLC %MW204.
Keterangan:
Dalam Modbus RTU, fungsi write dan fungsi read data
yang dikirim semua dalam bentuk hexadecimal.
3. Fungsi write nilai set point 50 Hz (16#0032) pada alamat
W8502 (16#2136)
01 06 2136 0032 9270
01 = Alamat slave device (Altivar31)
06 = Kode fungsi write
2136 = Alamat register device (hexadeximal)
0032 = Nilai yang akan dikirim pada register W8502
9270 = Kode checksum crc
4. Fungsi read register kecepatan motor pada alamat W8605
(16#219D)
01 03 219D 0000 276C
01 = Alamat slave device (Altivar31)
06 = Kode fungsi write
219D = Alamat register dalam bentuk hexadecimal
0000 = Jumlah data register yang akan di baca
276C = Kode checksum crc
3.4 Perancangan Software
Pada proyek akhir ini software yang dipakai untuk PLC
adalah unity pro xl dan bahasa pemrogramannya adalah jenis
ladder dan struktur text. Karena semua perancangan program ladder
dan strukture text dilakukan simulasi terlebih dahulu di unity pro xl
sebelum didownload di memori PLC. Pada software SCADA yaitu
menggunakan software vijeo citec yang support dengan komunikasi
PLC.
3.4.1 Definisi variabel PLC
Pada tabel 3.3 adalah sebuah list I/O dari PLC Modicon
Quantum. Pada I/O tersebut akan berhubungan dengan tag vijeo
citec.
Tabel 3.3 Definisi variabel PLC Modicon
Nama Variabel Alamat Tipe
On_system %MW12 EBOOL
Sensor_1 %I1.4.1 EBOOL
Sensor_2 %I1.4.2 EBOOL
Sensor_3 %I1.4.3 EBOOL
Sensor_4 %I1.4.4 EBOOL
Sensor_5 %I1.4.5 EBOOL
Set_point_M1 %MW100 INT
Set_point_M2
%MW101
INT
Storage_Speed_Motor 1
%MW10 INT
Storage_Speed_Motor 2
%MW11 INT
Motor_1
%Q1.5.1 EBOOL
Motor_2
%Q1.5.2 EBOOL
3.4.2 Flowchart Software
Gambar 3.6 Diagram alur kerja motor 1 dan motor 2
Prinsip kerja sistem sesuai dengan bagan flowchart pada gambar
3.6 . perubahan kecepatan motor tergantung pada sensor level yang
bekerja. Karena senseor level tersebut berfungsi untuk mendeteksi
S T A R T
S T A T U S
S T A R T = O N
S E N S O R _ 1 = O N
M O T O R _ 1 = O N
T I M E R = 5 S
M O T O R _ 2 = O N
S E N S O R _ 2 = O N
S E N S O R _ 3 = O N
S E N S O R _ 4 = O N
S E N S O R _ 5 = O N
F R E K U E N S I = 4 0 H Z
F R E K U E N S I = 3 0 H Z
F R E K U E N S I = 2 0 H Z
F R E K U E N S I = 1 0 H Z
F R E K U E N S I = 0 H Z
M O T O R _ 2 = O F
T I M E R = 5 S
M O T O R _ 1 = O F F
E N D
Y
T
Y
Y
Y
Y
Y
T
T
T
T
F R E K U E N S I = 5 0 H Z
YY
T
posisi benda pada bak kontrol agar bak kontrol tidak kelebihan
muatan batu bara.
3.4.3 Program Ladder
1. Program yang bekerja untuk start dan stop pada motor 1
dan motor 2. Yang dapat dilihat pada gambar 3.7.
On_system Run
Motor_1
EN
IN
PT t#3s
ENO
Q
ET
FBI_1
TON
Run
/
Motor_2_Off Motor_2
Run
/
Motor_1_off
Gambar 3.7 Diagram Ladder Start Motor 1 dan Motor 2
2. Program ladder yang terdapat pada gambar 3.8 bekerja
untuk memberikan nilai set poin kecepatan 50 Hz pada
motor 1 dan motor 2.
Run
/
Sensor_1
/
Sensor_2
/
Sensor_3
/
Sensor_4
/
Sensor_5
set_point_M1:=500;
OPERATE
set_point_M2:=500;
OPERATE
Level_value:=0;
OPERATE
Gambar 3.8 Diagram Ladder Setpoint kecepatan 50Hz
Motor 1 dan Motor 2
3. Program yang bekerja untuk memberikan nilai set poin
kecepatan 40 Hz pada motor 1 dan motor 2. Yang dapat
dilihat pada gambar 3.9.
Run Sensor_1
/
Sensor_2
Level_value:=1;
OPERATE
set_point_M2:=400;
OPERATE
set_point_M1:=400;
OPERATE
Gambar 3.9 Diagram Ladder Setpoint kecepatan 40Hz
Motor 1 dan Motor 2
4. Program ladder yang ditunjukkan pada gambar 3.10
bekerja untuk memberikan nilai set poin kecepatan 30 Hz
pada motor 1 dan motor 2
Run Sensor_1 Sensor_2
/
Sensor_3
Level_value:=2;
OPERATE
set_point_M1:=300;
OPERATE
set_point_M2:=300;
OPERATE
Gambar 3.10 Diagram Ladder Setpoint kecepatan 30 Hz
Motor 1 dan Motor 2
5. Program yang bekerja untuk memberikan nilai set poin
kecepatan 20 Hz pada motor 1 dan motor 2. Ditunjukkan
pada gambar 3.11.
Run Sensor_1 Sensor_2 Sensor_3
/
Sensor_4
set_point_M1:=200;
OPERATE
set_point_M2:=200;
OPERATE
Level_value:=3;
OPERATE
Gambar 3.11 Diagram Ladder Setpoint kecepatan 20 Hz
Motor 1 dan Motor 2
6. Program ladder yang ditunjukkan pada gambar 3.12
bekerja untuk memberikan nilai set poin kecepatan 10 Hz
pada motor 1 dan motor 2
Run Sensor_1 Sensor_2 Sensor_4
Level_value:=4;
OPERATE
set_point_M1:=100;
OPERATE
set_point_M2:=100;
OPERATE
Sensor_3 Sensor_2
/
Sensor_5
Gambar 3.12 Diagram Ladder Setpoint kecepatan 10 Hz
Motor 1 dan Motor 2
7. Program yang ditunjukkan pada gambar 3.13 bekerja
untuk memberikan nilai set poin kecepatan 0 Hz pada
motor 1 dan motor 2.
Run Sensor_1 Sensor_2 Sensor_3 Sensor_4
set_point_M1:=0;
OPERATE
set_point_M2:=0;
OPERATE
Level_value:=5;
OPERATE
Sensor_5
Motor_2_Off
Gambar 3.13 Diagram Ladder Setpoint kecepatan 0 Hz
Motor 1 dan Motor 2
3.4.4 Program Structure Text
Program Structure Text dalam proyek akhir ini berfungsi
untuk memberikan indentitas alamat memori PLC data yang
nantinya alamat ini akan dideteksi oleh vijeo citec. Karena pada
vijeo citec tidak mengenali alamat %I.x.x (input digital) dan alamat
input word %Iw.x.x (input word) akan tetapi vijeo citec hanya
mengenali alamat %M (output digital) dan %MW (output word).
(*Address for SCADA*)
%m4:=Sensor_1;
%m5:=Sensor_2;
%m6:=Sensor_3;
%m7:=Sensor_4;
%m8:=Sensor_5;
%m9:=Motor_1;
%m10:=Motor_2;
%m11:=On_system;
3.4.5 Tampilan kontrol dan monitoring
Pada sistem SCADA proyek akhir ini dapat dijalankan
start/stop dari dua halaman yaitu pada halaman main control dan
global control.
Pada halaman main control yang dapat dilihat pada gambar
3.13 terdapat beberapa kode indikator sensor, indikator konveyor 1
dan indikator konveyor 2, tombol start/stop sistem, nilai kecepatan
konveyor 1 dan nilai konveyor 2. Dalam keadaan sistem bekerja
atau sistem dalam keadaan on dan sistem dalam keadaan off
terdapat perbedaan pada indikator dengan melihat warna perubahan
indikator. Sedangkan pada nilai kecepatan akan terbaca secara
langsung pada saat sistem dalam keadaan on.
Gambar 3.13 Tampilan main control
Pada halaman global control yang dapat dilihat pada
gambar 3.14 terdapat indikator, nilai kecepatan, dan simulasi
konveyor yang sedang berputar mengangkut batu bara.
Gambar 3.14 Tampilan global control
BAB IV
PENGUJIAN DAN ANALISA
4.1 Metode Pengujian
Pengujian ini dimaksudkan untuk mendapatkan evaluasi
terhadap rangkaian dan software, agar diperoleh kinerja yang lebih
baik. Kinerja yang lebih baik didapatkan dengan melakukan
perbaikan terhadap komposisi rangkaian yang mengalami kekeliruan
yang diketahui saat melakukan pengujian.
Metode pengujian pada proyek akhir ini dilakukan meliputi
pengujian rangkaian sensor level, pengujian hasil pembacaan
terhadap komunikasi PLC dengan Altivar31 dan pengujian
pembacaan terhadap komunikasi PLC dengan PC melalui
komunikasi radio.
4.2 Pengujian rangkaian sensor level
Pengujian sensor level pada gambar 4.1 dilakukan dengan
mengukur besarnya tegangan output opamp dan tegangan output
photodioda pada saat photodioda terkena cahaya dan pada saat
photodiode tidak terkena cahaya.
Gambar 4.1 Hardware 5 buah sensor level
Tabel 4.1 Pengujian sensor dan komparator
Parameter Output Photo
Dioda
Output
OP-AMP
Tegangan Photo
Dioda (Terkena
Sinar Infra merah)
0,89 Volt 0,62 Volt
Tegangan Photo
Dioda (Tidak
Terkena Sinar Infra
merah
4,201 Volt 3,52 Volt
Tegangan keluaran op-amp pada tabel 4.1 merupakan
masukan dari transistor BC 557 yang berfungsi sebagai saklar,
dengan tegangan yang sesuai tabel 4.1 maka transistor dapat
bekerja sebagai switch karena sesuai data sheet VBE saturasi = 0,75
dan VBE cut off<0,75V.
Pada tabel 4.2 menunjukkan hasil pengujian antara
hardware sensor level, Indikator pada software SCADA, Tinggi bak
kontrol. Tinggi diukur dari dasar bak kontrol dalam satuan cm
Tabel 4.2 Pengujian antara sensor level,iIndikator Software dan tinggi bak
kontrol
Sensor Level Indikator Software
SCADA
Tinggi
Posisi Batu
bara (cm)
Sensor 1
Sensor 2
Sensor 3
Sensor 4
Sensor 5
Level 1
Level 2
Level 3
Level 4
Level 5
3
6
9
12
15
4.3 Pengujian pembacaan komunikasi antara PLC dan
Altivar31
Sebelum terminal RJ45 dari Altivar31 dihubungkan, maka
sebelumnya dihubungkan ke terminal converter Ethernet to RS485.
Setting Altivar31 : 19200,8,e,1
Setting converter eternet to RS485 : 19200,8,e,1, 2 wire
Gambar 4.2 ladder set poin kecepatan 50 Hz motor 1 dan motor 2
Ladder pada gambar 4.2 diatas adalah berfungsi untuk mengirimkan
nilai set poin kecepatan 50 Hz - 0 Hz pada motor 1 dan motor 2. Jika
nilai set_poin_M1 dan set_poin_M2 dirubah berturut-turut dari 50-0
Hz maka data yang terbaca pada PLC dan Altivar31 berturut turut
adalah terdapat pada tabel 4.3.
Run
/
Sensor_1
/
Sensor_2
/
Sensor_3
/
Sensor_4
/
Sensor_5
set_point_M1:=500;
OPERATE
set_point_M2:=500;
OPERATE
Level_value:=0;
OPERATE
Tabel 4.3 Pengujian pembacaan komunikasi PLC dan Altivar31
Pada tabel 4.3 diatas pengujian dilakukan pada saat PLC
mengirimkan nilai set poin kecepatan pada Altivar31. Karena setiap
1 Hz = 0.1 maka jika diberikan setiap poin 500 Hz maka pada
Altivar31 akan menerima besarnya kecepatan sebesar 50 Hz. Begitu
juga seterusnya untuk semua set poin kecepatan yang diberikan pada
Altivar31.
4.4 Pengujian pembacaan komunikasi antara PLC dan PC
Data hasil pengujian pada tabel 4.4 dan tabel 4.5 yang
terbaca oleh PC melalui komunikasi radio pada jarak paling jauh
yaitu 5 meter. Jika lebih dari 5 meter maka data tidak terbaca oleh
SCADA.
Setting IP PC : 192.168.1.1
: Baudrate 19200
Setting IP PLC : 192.168.1.25
: Baudrate 19200
PLC
(%MW100) &
(%MW101)
Hz
Altivar31
Motor 1
(M8605)
Altivar31
Motor 2
(M8605)
Hz Rpm Hz Rpm
500 50 1500 50 1459
400 40 1191 40 1191
300 30 890 30 891
200 20 594 20 594
100 10 291 10 294
0 0 0 0 0
Tabel 4.4 Pengujian pembacaan komunikasi PLC dan PC dengan jarak 5
meter
PLC PC (SCADA)
Motor 1
(Rpm)
Motor 2
(Rpm)
Motor 1
(Rpm)
Motor 2
(Rpm)
1500 1500 1500 1500
1191 1191 1191 1191
890 891 890 891
594 594 594 594
291 294 291 294
Tabel 4.5 Pengujian pembacaan komunikasi PLC dan PC pada jarak lebih
dari 5 meter
PLC PC (SCADA)
Motor 1
(Rpm)
Motor 2
(Rpm)
Motor 1
(Rpm)
Motor 2
(Rpm)
1500 1498 0 0
1200 1200 0 0
900 891 0 0
600 594 0 0
300 294 0 0
BAB V
PENUTUP
Dari hasil yang saya dapatkan selama proses pembuatan
alat untuk Tugas Akhir ini, maka dapat saya tarik beberapa
kesimpulan dan saran supaya nantinya bisa bermanfaat bagi orang-
orang yang membacanya.
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diutarakan penulis mengenai
Proyek Akhir ini ialah:
1. Pada sistem komunikasi SCADA, data yang terbaca dalam
bentuk tipe data word (integer). Namun data yang diproses
sebenarnya adalah data dalam bentuk hexadecimal yang
kemudian dikonversikan kembali secara otomatis kedalam
bentuk tipe data word (integer) sehingga data dapat lebih
mudah dipahami dalam pembacaannya.
2. Data pada komunikasi sistem SCADA terbaca secara real
time. Dalam hal ini adalah data indikasi sensor level,
kecepatan motor, dan indikasi on/off pada motor. Sehingga
perubahan sensor level, kecepatan motor, dan kondisi
motor dapat lebih cepat diketahui.
3. Dari proses pengambilan data menunjukkan bahwa pada
sistem SCADA, data dapat dikirim melalui gelombang
radio/ komunikasi radio.
4. Ketika sensor level mendeteksi objek, maka photodioda
akan terhalang oleh objek tersebut. Sehingga sensor level
tersebut bekerja. Begitu sebaliknya ketika sensor level
tidak mendeteksi objek, maka photodioda tidak terhalang.
Sehingga sensor level tersebut tidak bekerja.
5. Nilai parameter kecepatan motor 1 dan motor 2 pada sisi
PLC dan PC(software SCADA) memiliki nilai yang sama
(artinya dapat menjalin komunikasi) pada jarak 5 meter
yang dilakukan melalui komunikasi radio. Jika lebih dari 5
meter maka komunikasi tidak dapat terjalin. Hal ini
disebabkan karena pada modem radio memiliki batas
kemampuan mengirimkan data kurang lebih pada jarak 4-5
meter. Jika diperlukan untuk komunikasi dengan jarak yang
lebih jauh maka diperlukan sebuah antenna tambahan pada
modem radio.
5.2 Sarana
Adapun saran yang diberikan agar dapat memperbaiki
kekurangan pada proyek akhir ini dan agar menjadi lebih sempurna
sebagai berikut:
a. Komunikasi radio perlu ditambahkan antenna penerima dan
antenna pemancar agar dapat meningkatkan performance
dalam proses komunikasi dan jaraknya bisa lebih jauh.
b. Komunikasi modbus serial RS-485 perlu ditambahkan
resistor terminating 120 ohm agar tidak terjadi loss data.
c. Proses komunikasi pengiriman dan penerimaan data antara
PLC dan Altivar31 dijaga agar tidak ada loss data. Jika
terjadi loss data maka pada Altivar akan terjadi error.
d. Komunikasi PLC Quantum dengan Modbus Plus dan
CANOPEN.
e. Menerapkan sistem kontrol PI dan PID pada parameter
kecepatan.
f. Penambahan plan untuk memaksimalkan kinerja PLC.
DAFTAR PUSTAKA
1. Agus Nuriman. Macam-macam komunikasi Modbus dan
Aplikasinya. Diakses tanggal 01 Maret 2011.
http://ilmukomputer.com/Komunikasi Modbus.pdf
2. Jack, Hugh, Scmith. Automating Manufacturing Systems
with PLCs. Diakses tanggal 01 Maret 2011
http://claymore.engineer.gvsu.edu/~jackh/books.html
3. Krutz, Ronald L (2006). Securing SCADA Systems. Willey
Publishing. Inc. Indiana.
4. List of Automation Protocols, Diakses tanggal 29 Desember
2010. http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_automation_protocol
5. Modicon Quantum PLCs. Operation Manual PLC Modicon
Quantum CPU 311 10. Paris Schneider, 12 Desember 2011
http://www.schneider-electric.com/176341 CPU 311 10.pdf
6. Telemecanique. Instalation Manual ATV31. Paris: Schneider,
10 Desember 2010. http://www.schneider-electric.com/1624583
Installation Manual.pdf
7. Telemecanique. Modbus Communication ATV31. Paris:
Schneider, 10 Desember 2010. http://www.schneider-
electric.com/1624583 modbus communication.pdf
8. What Is a Wireless Sensor Network , Diakses tanggal 1
Februari 2009, NI Developer Zone, National Instruments:
http://zone.ni.com/devzone/cda/tut/p/id/8707
PROGRAM LADDER
Run
set_poi nt_M1:=400;
OPERAT E
set_poi nt_M2:=400;
OPERAT E
Run
set_poi nt_M1:=300;
OPERAT E
set_poi nt_M2:=300;
OPERAT E
Level _Val ue:=1;
OPERAT E
Sensor_1
/
Sensor_2
Sensor_1 Sensor_2
/
Sensor_3
Level _Val ue:=2;
OPERAT E
On_system Run
Motor_1
EN
IN
PT t#5s
ENO
Q
ET
FBI_1
TON
Motor_1
/
Motor_2_Off Motor_2
Run
/
Motor_1_off
Run
set_point_M1:=200;
OPERATE
set_point_M2:=200;
OPERATE
Run
set_point_M1:=100;
OPERATE
set_point_M2:=100;
OPERATE
Level_Value:=4;
OPERATE
Level_Value:=3;
OPERATE
Sensor_1 Sensor_2 Sensor_3
/
Sensor_4
Sensor_1 Sensor_2 Sensor_3 Sensor_4
/
Sensor_5
Run
/
Sensor_1
/
Sensor_2
/
Sensor_3
/
Sensor_4
/
Sensor_5
set_poi nt_M1:=500;
OPERAT E
set_poi nt_M2:=500;
OPERAT E
Level _val ue:=0;
OPERAT E
Run
Level _val ue:=5;
OPERAT E
set_poi nt_M1:=0;
OPERAT E
set_poi nt_M2:=0;
OPERAT E
Motor_2_Off
Sensor_1 Sensor_2 Sensor_3 Sensor_4 Sensor_5
Run
/
Sensor_1
/
Sensor_2
/
Sensor_3
/
Sensor_4
/
Sensor_5
set_poi nt_M1:=500;
OPERAT E
set_poi nt_M2:=500;
OPERAT E
Level _val ue:=0;
OPERAT E
Run
Level _val ue:=5;
OPERAT E
set_poi nt_M1:=0;
OPERAT E
set_poi nt_M2:=0;
OPERAT E
Motor_2_Off
Sensor_1 Sensor_2 Sensor_3 Sensor_4 Sensor_5
EN
IN
PT t#5s
ENO
Q
ET
FBI_2
T ON
Motor_2_Off Motor_1_off
PROFIL PENULIS
Nama : Mochamad Yanuar Effendi
TTL : Surabaya,27Januari 1983
Alamat : Jl.Gubeng Klingsingan III/8 Surabaya
60281
Telepon : 087854063406
E-Mail : ryan_its04@yahoo.com
Riwayat Pendidikan Formal
SMU Dr.Soetomo Surabaya lulus tahun 2001.
Diploma III Jurusan Teknik Elektro Industri lulus tahun
2008
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS)
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS).
Diploma IV Jurusan Teknik Elektro Industri lulus tahun
2008
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS)
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS).
Pada tanggal 26 Mei 2011 telah mengikuti Seminar Proyek
Akhir sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar
Sarjana Sains Terapan (S.ST) di Politeknik Elektronika Negeri
Surabaya, Institute Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS)
Moto
Hadapilah semua dengan senyuman dan hati yang ikhlas