Anda di halaman 1dari 8

MISTERI CHERT (BATURIJANG) DI BANTIMALA SULAWESI SELATAN

Awang Satyana

RIJANG RADIOLARIA BANTIMALA MENGACAUKAN OCEANIC
PLATE STRATIGRAPHY

Artikel ini melengkapi artikel saya terdahulu tentang rijang radiolaria
(radiolarian chert) Bantimala (40 km sebelah timurlaut Makassar) yang
saya muat di FB pada tanggal 28 Februari 2014.

Berbeda dengan singkapan-singkapan rijang radiolaria seumur di
tempat-tempat lain di Indonesia (Ciletuh Suhaeli et al, 1977; Luk Ulo
Wakita et al, 1994; Meratus Wakita et al, 1998), singkapan rijang
radiolaria di Bantimala, Sulawesi Selatan sangat enigmatik, penuh teka-
teki.

Sebagai hewan renik bercangkang silika, radiolaria tahan tidak lebur
pada kedalaman laut lebih dari 4000 meter. Pada kedalaman itu,
cangkang-cangkang foraminifera yang terbuat dari karbonat sudah

lebur. Maka semua lantai samudera di dunia pada kedalaman lebih dari
4000 m saat ini tertutup cangkang-cangkang radiolaria, menjadi lumpur
yang tersusun oleh cangkang-cangkang radiolaria sangat renik, umum
disebut radiolarian ooze, lumpur/selut radiolaria.

Lumpur radiolaria ini menutupi lava basal yang biasanya berbentuk
bantal yang dimunculkan ke permukaan dasar samudera di retakan
tengah samudera. Di bagian tengah semua samudera, ada retakan
yang begitu panjang dan besar tempat lempeng-lempeng samudera
saling bergerak menjauh. Di retakan tengah samudera itulah lava-lava
basal dikeluarkan, berasal dari mantel Bumi bagian atas.
Zaman dulu, jutaan tahun yang lalu pun begitu sebab proses-proses
geologi itu dominan tetap selama milyaran tahun pun. Maka, susunan
lumpur radiolaria dan lava basal membantal itu telah membatu menjadi
batuan yang disebut rijang radiolaria (radiolarian chert) yang selalu
terletak di atas lava bantal berkomposisi basal.

-------------------------
Oleh proses tektonik lempeng, rijang radiolaria dan lava bantal asal
kedalaman lebih dari 4000 meter itu selama jutaan tahun berikutnya
mendekati benua, daratan, dan akhirnya berbenturan. Karena lebih
berat, lempeng samudera dengan penyusun bagian paling atasnya
rijang radiolaria dan lava bantal itu ditekuk atau menunjam (subduksi) ke
bawah benua. Wilayah penekukan lempeng samudera itu disebut
palung.

Kemudian oleh proses geologi dan tektonik yang sangat rumit, sebagian
massa lempeng samudera dan benua tercabik-cabik, dicabut dari
asalnya, dan dipindahkan ke tempatnya yang baru di tepi benua, begitu
juga lapisan paling atas lempeng samudera yang disusun oleh rijang
radiolaria dan lava bantal.

Maka bila sekarang para ahli geologi menemukan lava bantal dan rijang
radiolaria di daratan, tahulah mereka bahwa tempat-tempat tersebut
dulunya merupakan palung. Palung umur kapan, umur batuan-batuan
yang dikandungnya. Tempat-tempat seperti itu adalah Ciletuh
(Sukabumi Selatan), Luk Ulo/Karangsambung (Kebumen Utara),
Pegunungan Meratus (Kalimantan Selatan), dan Bantimala-Barru
(Sulawesi Selatan).

Saya kali ini hanya bercerita tentang lava bantal dan rijang radiolaria.
Tentu bukan itu saja batuan-batuan yang ada di palung-palung purba
ini, tetapi begitu banyak batuan dari berbagai tempat yang berkumpul di
satu tempat. Palung adalah wilayah pertemuan antarlempeng, maka
wajar geologinya sangat bervariasi, dari berbagai asal yang saling
bertemu, sangat rumit namun sangat menarik.

Maka tak mengherankan mengapa banyak ahli geologi yang pergi ke
tempat-tempat ini, baik untuk menelitinya termasuk menjadikannya
sebagai bahan disertasi doktor. Tempat-tempat seperti ini pun menjadi
tempat buat pendidikan mahasiswa geologi. Ciletuh dan Pegunungan
Meratus tidak/belum dijadikan tempat pendidikan mahasiswa karena
aksesnya yang cukup sulit.

Saya tidak memasukkan Bayat atau Pegunungan Jiwo di Klaten, Jawa
Tengah sebagai palung purba terusan Luk Ulo karena kurang buktinya
sebagai palung (telah saya tulis dalam beberapa artikel di FB).

------------------------
Kembali kepada rijang radiolaria Bantimala. Maka berdasarkan teori
tektonik lempeng, rijang radiolaria harus terletak di atas lava bantal,
atau kalau lava bantalnya tidak tersingkap, rijang ini terletak di atas
batuan ofiolit yang lain, misalnya diabas, gabro, atau peridotit. Mengapa
harus begitu, karena begitulah susunan batuan lempeng samudera.
Paling atas akan rijang radiolaria, yang sering berasosiasi dengan
batugamping merah atau serpih silikaan (semuanya menunjukkan
endapan laut dalam), yang duduk di atas kerak dan mantel bagian atas
di bawah samudera yang berturut-turut dari atas ke bawah disusun oleh:
lava basal membantal, retas intrusif diabas/dolerit, gabro berlapis, gabro
kumulatif, dan paling bawah peridotit. Susunan ini tentu bisa tak
lengkap, tetapi urutan stratigrafinya dari atas ke bawah harus begitu.
Inilah yang disebut Oceanic Plate Stratigraphy (OPS). Paling atas akan
rijang radiolaria, paling bawah akan peridotit.

NAMUN, rijang radiolaria Bantimala lain dari yang lain. Di kawasan ini
rijang radiolaria berlapis-lapis dengan batupasir asal tepi benua, dan di
dalam batupasir itu terdapat pula rombakan-rombakan batuan metamorf
sekis mika. Bagaimana mungkin rijang di laut dalam yang jauh di tengah
samudera bisa terjadi berlapis-lapis dengan batupasir berbutir relatif
kasar yang sebagian materinya disusun oleh sekis mika. Di tempat
sekitarnya ditemukan pula sekis yang terbresksiasi. Di tempat
sekitarnya juga ditemukan sekis biru dan eklogit, dua batuan metamorf
bertekanan tinggi-sangat tinggi dengan protolith didominasi asal kerak
samudera (Maulana, 2013), yang terjadi di palung. Di tempat sekitarnya
juga ditemukan batupasir Jurassic Paremba yang menunjukkan struktur
sedimen current ripple dan convolute (bagaimana di suatu palung purba
ada struktur sedimen seperti ini?)

Di tempat-tempat ini, dari urutan umurnya berturut-turut dari tua ke
muda adalah batuan-batuan: batupasir Jurassic Paremba, peridotit
terserpentinisasi, ekologit dan sekis biru, breksi sekis, rijang radiolaria
yang berselingan dengan batupasir asal benua. Tak ditemukan rijang
radiolaria masif yang duduk di atas lava bantal seperti ditemukan di Luk
Ulo.

Rijang radiolaria Bantimala ini mengacaukan susunan stratigrafi
lempeng samudera. Karena begitu uniknya, masalah ini telah diketahui
sejak Sukamto (1978), termasuk pelopor penelitian modern geologi
Sulawesi Selatan, menyebutnya sebagai unusual unconformity.
Meskipun sangat rumit, sangat menarik sebab rijang ini menunjukkan
sesuatu tentang tektonik Sulawesi Selatan yang lain daripada yang lain
pada umur Kapur. Sebuah rekonstruksi tektonik tepi timur Sundaland
harus disusun lagi dengan ramuan-ramuan: unusual stratigraphy of
radiolarian chert, fasies metamorfik eklogit dan sekis biru, ultramafic
rocks, dan Jurassic Paremba sandstones.

Kunci-kunci tektonik regional tersimpan dalam karakter detail batuan.
READ THE ROCKS, THEY HOLD THE CLUES!

with Ade Kadarusman,Jusri Muskovit Haming, Johnson Achmad
Paju, Nugroho Setiawan, Adi Maulana and Munasri Aci.
Like Share 2 hrs

26 people like this.


Johnson Achmad Paju Jadi umurnya mister chert ini ada 2 ya pak
awang, umur pengendapan dan umur penempatan
2 hours ago Like


Iwan Hainim Pak Awang, apakah kira kira sama seperti outcrop rijang
selang seling dengan batupasir yang pernah saya temukan di utara
Muara Wahau? saya tidak (atau belum) menemukan lava bantal
disekitarnya, akan tetapi ada serpentized peridotit kira2 500m dari
outcrop ini



about an hour ago Edited Like 3


Iwan Hainim foto lainnya, bongkah batupasir dan basalt? dalam chert,
masih dari outcrop yang berdekatan



about an hour ago Edited Like 4


Awang Satyana Johnson Achmad Paju, mister chert Bantimala ini tidak
menunjukkan age of formation dan age of emplacement yang terpisah,
umur keduanya menjadi satu yaitu di mid-Cretaceous 100-90 Ma
(Albian-Cenomanian). Bila mister chert Luk Ulo iya, umur keduanya
terpisah sebab chert Luk Ulo normal sementara yang Bantimala
abnormal, he2.. unsual stratigraphy.
about an hour ago Like


Ricky Andrian Tampubolon Endapan turbidit ya pak?
about an hour ago Like


Awang Satyana Pak Iwan Hainim, menarik sekali. Saya baru tahu di
Muarawahau ada bedded chert yang berselingan dengan batupasir,
juga ada fragmen batupasir di dalam chert. Saya pikir ini mestinya
sama, unusual chert Pak, not typical chert of oceanic plate
stratigraph...See More
about an hour ago Like 1


Awang Satyana Ricky Andrian Tampubolon, endapan pencampuran
tektonik di laut dalam, tidak typical turbidit, terjadi di palung atau minimal
forearc basin, tetapi bukan di tengah samudera sebagaimana
seharusnya.
about an hour ago Like


Johnson Achmad Paju Waaaa....makasih info nya pak awang, jadi,
perlu jadi PR saya lagi ni review ulang rekonstruksi dan model tektonik
west arm sulawesi..."mister chert bantimala sang empunya kunci dan
rahasia sisi timur sundaland"
about an hour ago Like


Awang Satyana Tepat...ayo kita ke lapangan, melihatnya lebih detail
lagi, dan kita rekonstruksi lagi...
about an hour ago Like


Nugroho Setiawan Wah Muara Wahau ternyata menarik juga ya.
Sepertinya terbentuk dari jalur subduksi yang berbeda dari Pola
Meratus.
about an hour ago Like


Awang Satyana Iya mas Nugroho Setiawan, saya berpikir begitu
juga...Mestinya ada kaitan dengan collision terrane Mangkalihat, kalau
Meratus dengan collision terrane Paternoster. Bila umur peridotit, atau
kalau ada metamorf HP atau VHP ditemukan di Muarawahau bisa kita
rekonstruksi geodinamikanya.
about an hour ago Like 1


Nugroho Setiawan Kelihatannya ada sistem subduksi yang berbeda
antara Karangsambung dengan Bantimala, walaupun keduanya
dijumpai HP metamorphic rocks.

Salah satu yang berbeda dari Bantimala, kemungkinan adanya
reactivated subduction dilihat dari chemical mapping pada garnet di
eklogit Bantimala (lihat gambar); yang tidak dijumpai pada garnet di
eklogit Karangsambung.



about an hour ago Like 2


Awang Satyana Umur radiolaria Bantimala sangat pendek intervalnya
(sekitar 10 juta tahun) dibandingka radiolaria Luk Ulo (60 juta tahun) dan
Meratus (80 juta tahun), kemudian keberadaan selingan batupasir dan
fragmen2 metamorf di dalam bedded chert-nya menunjukkan r...See
More
about an hour ago Like 1


Nugroho Setiawan Pada akhir dari presentasi disertasi saya, kami
(saya dan pembimbing) masih belum mampu menjelaskan fenomena
resorbtion unsur magnesium pada tepi garnet di eklogit Bantimala.

Hal tersebut kemungkinan terjadi karena slab subduksi yang menunjam
telah be...See More
59 minutes ago Like 2


Ade Kadarusman terimakasih artikel OPS nya, sy jd teringat saat
semester pertama di TIT thn 1996 fokus belajar accretionary complex
dgn duplex strukturnya atau sekarng dikenal sbgi OPS dari berbagai
tempat, seperti Japan, Taiwan, san francisco dan Archean OPS di
Pilb...See More
47 minutes ago Like 2


Ade Kadarusman penyebabnya macam2, bisa akibat metoda
penentuan umur bias atau resetting, migrasi OP dari eruption place to
accreted place yg panjang akhirnya campur aduk oleh duplex struktur
atau melange, overprint oleh plume material atau subduction magma, dll
43 minutes ago Like 2

Anda mungkin juga menyukai