Anda di halaman 1dari 208

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)

-8-

Modul 1
1.1. Judul : Gaya Gaya dan Keseimbangan Gaya
Tujuan Pembelajaran Umum :
Setelah membaca modul, mahasiswa bisa memahami pengertian tentang gaya.
Tujuan Pembelajaran Khusus :
Mahasiswa dapat menjelaskan konsep pengertian tentang gaya dan bagaimana
bisa melakukan penjumlahannya
1.1.1. Pendahuluan
Gaya serta sifat-sifatnya perlu difahami dalam ilmu Mekanika Teknik
karena dalam ilmu tersebut, mayoritas membicarakan tentang gaya,
sedang Mekanika Teknik adalah merupakan mata kuliah dasar keahlian
yang perlu dimengerti oleh semua sarjana Teknik Sipil. Jadi dengan
memahami sifat-sifat gaya, mahasiswa akan lebih mudah memahami
permasalahan yang terjadi di pelajaran Mekanika Teknik. Misal pada
suatu jembatan, kendaraan yang lewat adalah merupakan suatu beban
luar yang ditampilkan dalam bentuk gaya.
Contoh :

* Suatu kendaraan yang terletak diatas jembatan


* Beban roda kendaraan pada jembatan tersebut adalah
suatu beban atau gaya.

gaya

struktur jembatan

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-9-

1.1.2. Pengertian tentang Gaya dan Garis Kerja gaya


Gaya

adalah

merupakan

vektor

yang

mempunyai

besar

dan

arah.

Penggambarannya biasanya berupa garis dengan panjang sesuai dengan


skala yang ditentukan. Jadi panjang garis bisa dikonversikan dengan
besarnya gaya.
*

Contoh 1

Orang berdiri dengan berat 50 kg


arah berat = kebawah (sesuai arah gravitasi)
ditunjukkan dengan gambar anak panah ke bawah
dengan skala 1 cm = 50 kg

Panjang gaya
1 cm

Jadi 50 kg adalah gaya yang diakibatkan oleh orang berdiri tersebut dengan arah
gaya kebawah yang diwakili sebagai gambar anak panah dengan panjang 1 cm
karena panjang 1 cm setara dengan berat 50 kg.
* Contoh 2
Batu diatas meja dengan berat 10 kg
Arah berat = kebawah (sesuai arah
gravitasi) ditunjukkan dengan gambar
anak panah dengan skala 1 cm = 10 kg

Panjang gaya = 1 cm

Jadi 10 kg adalah gaya yang diakibatkan oleh batu yang menumpu di atas meja
dengan arah gaya ke bawah yang diwakili sebagai gambar anak panah dengan
panjang 1 cm karena panjang 1 cm setara dengan gaya 10 kg.

* Contoh 3
15 kg
Orang mendorong mobil
mogok kemampuan orang
mendorong tersebut adalah 15 kg.
1 cm

Panjang gaya
Arah dorongan kesamping kanan ditunjukkan
dengan gambar anak panah arah kesamping
dengan skala 1 cm = 15 kg

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-10-

Jadi 15 kg adalah gaya yang diberikan oleh orang untuk mendorong mobil
mogok dengan arah kesamping kanan, yang diwakili sebagai gambar anak panah
dengan panjang 1 cm karena 1 cm setara dengan 15 kg.

Garis kerja gaya adalah garis lurus yang melewati gaya


Seperti contoh di bawah :
Contoh
*

Garis kerja gaya orang yang mempunyai


berat 50 kg tersebut adalah vertikal

Garis kerja
gaya

Orang dengan berat 50 kg


garis kerja gaya
15 kg

Garis kerja gaya untuk


mendorong mobil
mogok tersebut
adalah horisontal

Titik tangkap gaya adalah titik awal bermulanya gaya tersebut.


Contoh: mobil mogok diatas jembatan, roda mobil serta tumpuan tangan
orang yang mendorong adalah merupakan titik tangkap gaya.

titik tangkap gaya


Titik tangkap gaya

gaya

50 kg

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-11-

1.1.3. Sifat Gaya


Gaya dan titik tangkap gaya bisa dipindah-pindahkan asal masih dalam
daerah garis kerja gaya
Contoh dalam gambar K dan K1 adalah merupakan gaya.
Ga
Posisi gaya K lama

Posisi gaya K baru

mb
ar

garis kerja gaya

Posisi gaya K1 lama

1.1
.
Ga

K1

mb
ar

Posisi gaya K1 baru

gar
is kerja gaya

1.1.4. Penjumlahan Gaya


Penjumlahan gaya bisa dilakukan secara analitis maupun grafis.

1.1.4.1. Penjumlahan secara grafis


Penjumlahan 2 gaya yang mempunyai titik tangkap yang sama, jadi
gaya-gaya tersebut sebidang, bisa secara langsung dijumlahkan
secara grafis.

K1

R = K1 + K2


D
K2
Titik tangkap gaya

K1, K2 adalah gaya-gaya yang


akan dijumlahkan
Urut-urutan penjumlahan
Buat urut-urutan penjumlahan
garis sejajar dengan K1 dan K2
di ujung gaya, (K1 diujung K2
dan sehingga K2 diujung K1 )
membentuk bentuk jajaran
genjang D.A.C.B
Salah satu diagonal yang
panjang tersebut yaitu R

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-12-

Gambar 1.2. Penjumlahan gaya secara grafis


Penjumlahan 2 gaya yang sebidang, tapi titik tangkapnya tidak sama..
Gaya-gaya tersebut bisa dipindahkan sepanjang garis kerja gaya.
Gamb
R = K1 + K2
A

ar 1.3
Penju

Posisi awal (K2)KK2


2

K1 dan K2 adalah gaya-gaya


yang akan dijumlahkan.
2 gaya tersebut tidak mempunyai titik tangkap yang
sama, tapi masih sebidang.

Posisi awal1 (K1)


KK
1

mlaha
n gaya
secara

K1

grafis,
yang

titik tangkapnya tidak sama

Urutan-urutan penjumlahan
- Gaya K1 dipindah searah garis kerja gaya sampai garis kerja
gaya K1 bertemu dengan garis kerja gaya K2, pertemuannya di titik
0.
- Buat garis-garis sejajar gaya K1 dan K2 di ujung-ujung gaya yang
berlainan sehingga membentuk suatu jajaran genjang, OABC
- Salah satu diagonal yang terpanjang (R) adalah merupakan jumlah dari
K1 dan K2.

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-13-

Penjumlahan 3 gaya yang mempunyai titik tangkap tunggal


Penjumlahan tersebut bisa dilakukan secara bertahap
C

R1=K1+K2
R2

R1

K2

R2
R2 = R + K
1
3
= K1 + K2 + K3

K1, K2 dan K3 adalah gaya-gaya


yang akan dijumlahkan dengan

K1

titik tangkap tunggal.


Urut-urutan penjumlahan.
0

K3 D

Jumlahkan dulu K1, K2 dengan


cara

Gambar 1.4. Penjumlahan 3


gaya secara grafis

membuat

garis

sejajar

dengan gaya-gaya tersebut (K1,


K2) di ujung-ujung gaya yang
berlainan sehingga membentuk
suatu jajaran genjang 0ACB

Salah satu diagonal terpanjang yaitu R1 adalah merupakan jumlah K1 +


K2

Buat garis sejajar K3 dan

R1 di ujung gaya-gaya

yang berlainan

sehingga membentuk jajaran genjang 0CED

Salah satu diagonal terpanjang (R2) adalah jumlah dan R1 dan K3


sehingga sama dengan jumlah antara K1, K2 dan K3.

Penjumlahan 3 gaya yang tidak mempunyai titik tangkap tunggal

Penjumlahan tersebut dilakukan secara bertahap

Titik tangkap gaya bisa dipindahkan sepanjang garis kerja gaya.

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-14-

Urut-urutan penjumlahan

(posisi awal)
K1

(Posisi awal)
K2

R1 = K1 + K2
C

K1, K2 dan K3 adalah gayagaya yang akan dijumlahkan.


A
K1

Kerjakan dulu penjumlahan


antara K1 dan K2 dengan

cara :

K2

Tarik

gaya

K1

dan

K2

sehingga titik tangkapnya

bertemu pada satu titik di

R2 = R1 + K3
= K1 + K2 + K3

O.

Buat garis sejajar K1 dan K2


pada

ujung-ujung

yang

berlainan

gaya

sehingga

membentuk jajaran genjang OACB

R1
E

Posisi awal (K3)

K3

terpanjang yaitu R1 adalah

01
Gambar 1.5. Penjumlahan 3 gaya yang tidak
mempunyai titik tunggal, secara
grafis

Salah satu diagonal yang

merupakan jumlah dari K1


dan K2.

Tarik

gaya

R1

dan

K3

sehingga titik tangkapnya


bertemu pada titik di 01

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-15-

Buat garis sejajar R1 dan K3 melalui ujung gaya yang berlainan sehingga
membentuk jajaran genjang 01, D F E, salah satu diagonal yang terpanjang
adalah R2 yang merupakan jumlah antara R1 dan K3 berarti jumlah antara K1
dan K2 dan K3.

K3

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-16-

a
K1
b1

K1
A
B K2

K3

K2
K4

titik tangkap

K1

c
K3

d
K4

e
Polygon Batang

Jari-jari Polygon

Gambar 1.6. Polygon batang dan jari-jari polygon




Gaya K1, K2, K3 dan K4 adalah gaya-gaya yang mau dijumlahkan


Untuk pertolongan, perlu dibuat jari-jari polygon (lihat gambar)
dengan cara sebagai berikut :
-

buat rangkaian gaya K1, K2, K3 dan K4 secara berurutan dimana tiap-tiap
gaya sejajar dengan gaya aslinya (pada gambar jari-jari polygon).

pangkal gaya K1 dan ujung gaya K4 merupakan jumlah (resultante) gaya


K1, K2, K3 dan K4 yaitu R, yang diwakili oleh garis sepanjang a-e tapi
letak titik tangkapnya belum betul.

Ambil titik 0 sembarang di daerah sekitar R

Tarik garis dari 0 ke ujung-ujung gaya sehingga ketemu titik a, b, c, d,


dan e, garis - garis tersebut diberi tanda titik satu buah ( ) sampai
lima buah (

) pada garis tersebut. Garis-garis tersebut dinamakan

jari-jari polygon.
-

Dari gaya-gaya asal yang akan dijumlahkan ditarik garis sejajar O a

- Dari titik A dibuat garis sejajar K1 di (titik A. memotong gaya K2 di titik B


)
(
) memotong gaya Ob

Dari titik B dibuat garis sejajar Oc (

) memotong K3 di

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-17-

titik C.
Dari titik C dibuat garis sejajar Od (

) memotong K4 di D.

Dari titik D dibuat garis sejajar Oe


(
dan garis

, perpanjangan garis

(
)
)
pada polygon batang akan ketemu di titik O

yang merupakan titik tangkap jumlah (resultante) gaya-gaya K1, K2, K3


dan K4.
Dari titik O dibuat garis sejajar R yaitu garis R.
Jadi R adalah merupakan jumlah (resultante) dari gaya-gaya K1, K2, K3
dan K4 dengan titik tangkap yang betul, dengan garis kerja melewati 0

1.1.4.2. Penjumlahan secara analitis


Dalam penjumlahan secara analitis kita perlu menentukan titik pusat
(salib sumbu) koordinat, yang mana biasanya sering dipakai adalah
sumbu oxy. Didalam salib sumbu tersebut gaya-gaya yang akan
dijumlahkan, diproyeksikan.
Contoh :
Pernjumlahan 2 gaya yang mempunyai titik tangkap tunggal


K2

K2 y
K1

K1 y

E

K1x

K2x

K1 dan K2 adalah gayagaya yang akan dijumlahkan dimana mempunyai


titik tangkap tunggal di O ;
Eadalah sudut antara K1
dengan sumbu ox
Fadalah sudut antara K2
dengan sumbu ox

K1 dan K2 diuraikan searah


Gambar 1.7. Penjumlahan gaya secara analitis dengan sumbu x dan y


K1x = K1 cos E

K2x = K2 cos F

K1y = K1 sin E

K2y = K2 sin F

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-18-

Semua komponen yang searah ox dijumlahkan demikian juga yang


searah dengan oy.
Rx = K1x + K2x

Rx = Kx

Ry = K1y + K2y

Ry = Ky

Jumlah gaya total yang merupakan penjumlahan secara analitis dari


komponen-komponen tersebut adalah :
R=

Rx  Ry

Penjumlahan 2 gaya dengan letak titik tangkap berbeda

K1

 K1 dan K2 adalah gaya-gaya


yang akan dijumlah-kan
dengan letak titik tangkap
berbeda.
K1 membentuk sudut E
dengan sumbu ox
K2
membentuk
sudut
Fdengan sumbu ox.

K1y
E
K2
K2y

F

 K1 dan K2 diuraikan searah


dengan sumbu x dan y
O

K1x

K2x

Gambar 1.8. Penjumlahan gaya dengan titik


tangkap berbeda, secara analitis

K1x = K1 cos E ; K2x = K2


cos F
K1y = K1 cos E ; K2y = K2
sin F

Semua Komponen yang searah ox dijumlahkan demikian juga yang searah


oy.
Rx = K1x + K2x
Ry = K1y + K2y

Rx = Kx
Ry = Ky

Jumlah gaya-gaya total yang merupakan penjumlahan secara analitis dari


komponen-komponen tersebut adalah :

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-19-

R=

Rx  Ry

1.1.5. Latihan
1.

Dua gaya yang mempunyai titik tangkap


yang sama seperti seperti pada gambar.
K1 = 5 ton dan K2 = 7 ton, sudut yang
dibentuk antara 2 gaya tersebut adalah
45.
Cari besarnya jumlah gaya-gaya tersebut
(R) baik secara analitis maupun grafis

K1
45

K2

2.
K1
Dua gaya K1 dan K2 tidak mempunyai titik
tangkap yang sama
K1 = 10 ton dan K2 = 4 ton
Garis kerja ke dua gaya tersebut bertemu dan
K2

membentuk sudut 60

Cari besarnya jumlah gaya-gaya tersebut (R) baik secara analitis maupun garfis.

3.
5 ton

7 ton

9 ton

4 ton

0
K1

K2

K3

Empat gaya K1, K2, K3 dan


K4, dengan besar dan arah
seperti pada gambar

K4

Cari besar dan arah jumlah gaya-gaya tersebut (R) dengan cara polygon batang.

1.1.6. Rangkuman

Gaya adalah suatu besaran vektor yang mempunyai besar dan arah serta
diketahui letak titik tangkapnya.





Gaya bisa dipindah-pindah sepanjang garis kerja gaya


Penjumlahan gaya-gaya bisa dilakukan secara grafis ataupun analitis.
Penjumlahan gaya lebih dari 4 buah bisa memakai cara grafis dengan
bantuan polygon batang.

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-20-

1.1.7. Penutup
Untuk mengukur prestasi, mahasiswa bisa melihat hasil atau kunci-kunci
yang ada, secara bertahap.
Soal 1 dan 2 ada jawaban secara analitis dan grafis, sedang soal no. 3
hanya berupa grafis, skor penilaian ada di tabel bawah untuk mengontrol
berapa skor yang didapat.

No. soal Sub Jawaban


1
Analitis

Grafis

Analitis

Grafis

Grafis
Jari-jari polygon
Polygon batang

Jawaban
R = 11,1 ton
sdt = 22,5 dari
sumbu x
R = 11,1 ton
sdt = 22,5 dari
sumbu x
R = 12,5 ton
sdt = 30 dari
sumbu x
R = 12,5 ton
sdt = 30 dari
sumbu x

Skor Nilai

R = 24 ton

50
50

50

50

50

50

1.1.8. Daftar Pustaka


1.

Samuel E. French, Determinate Structures ITP (International


Thomson Publishing Company) 1996. Bab I.

2.

Suwarno. Mekanika Teknik Statis Tertentu UGM bab I.

3.

Soemono. Statika I ITB. Bab I

1.1.9. Senarai
Gaya

= mempunyai besar dan arah

Resultante

= jumlah

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-21-

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-22-

1.2. JUDUL : PENGGAMBARAN STRUKTUR DALAM MEKANIKA TEKNIK

Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah membaca bagian ini, maka siswa bisa memahami secara jelas apa itu
bentuk-bentuk struktur di bidang teknik sipil, sehingga dalam menerima
pelajaran akan lebih mudah menerima.
Tujuan Pembelajaran Khusus
Mahasiswa dapat menunjukkan konsep dasar tentang struktur dalam suatu
bidang Teknik Sipil, mengerti tentang beban, kolom, balok, reaksi dan gaya
dalam, serta bisa menggambar skema struktur dalam mekanika teknik.
1.2.1. Pendahuluan
Dalam disiplin ilmu teknik sipil dimana mahasiswa akan diajak bicara
tentang bangunan gedung, jembatan dan lainsebagainya, maka mahasiswa perlu
tahu bagaimana cara penggambarannya dalam mata kuliah mekanika teknik, apa
itu

beban,

balok,

kolom,

reaksi,

gaya

dalam

dan

bagaimana

penggambarannya dalam mata kuliah mekanika teknik.


Contoh :
a. bentuk gedung bertingkat dalam penggambaran di mekanika teknik

kolom

Kolom = tiang-tiang vertical


Balok = batang-batang
horisontal

balok

perletakan

Gambar 1.9. Gambar portal gedung bertingkat dalam mekanika


teknik

cara

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-23-

b. bentuk jembatan sederhana dalam penggambarannya di mekanika teknik.


balok

perletaka
n
Gambar 1.10. Gambar jembatan dalam mekanika teknik
1.2.2. Beban
Didalam suatu struktur pasti ada beban, beban yang bisa bergerak umumnya
disebut beban hidup misal : manusia, kendaraan, dan lain
sebagainya. Beban yang tidak dapat bergerak disebut beban mati,
misal : meja, peralatan dan lainsebagainya. Ada beberapa macam
beban yaitu beban terpusat dan beban terbagi rata.
a. Beban terpusat
Beban terpusat adalah beban yang terkonsentrasi di suatu tempat.
a.1.
manusia yang berdiri diatas jembatan

beban terpusat
Penggambaran dalam mekanika teknik

a.2.
Kendaraan berhenti diatas jembatan

P1

P2

P3
Penggambaran dalam mekanika teknik

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-24-

Notasi beban terpusat = P


Satuan beban terpusat = ton, kg, Newton, dan lainsebagainya,
Gambar 1.11. Gambar beban terpusat dalam mekanika teknik
b. Beban terbagi rata
Beban terbagi rata adalah beban yang tersebar secara merata baik kearah
memanjang maupun ke arah luas.

anak-anak berbaris diatas


jembatan

q t/m
Penggambaran dalam mekanika teknik

Notasi beban terbagi rata = q


Satuan beban terbagi rata =

ton/m, kg/cm

Newton/m dan lainsebagainya.


Gambar 1.12. Penggambaran beban terbagi rata dalam mekanika teknik

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-25-

1.2.3. Perletakan
y

Tujuan Pembelajaran Umum :


Setelah membaca modul bagian ini, maka siswa bisa memahami pengertian
tentang perletakan dan bagaimana pemakaian perletakan ini pada suatu
struktur.

Tujuan Pembelajaran Khusus :


Mahasiswa dapat menunjukkan konsep dasar dan pengertian tentang
struktur, konsep pengertian tentang perletakan, serta konsep kedudukan
perletakan dalam suatu struktur.

1.2.3.1.

Pendahuluan

Dalam bidang teknik sipil kita selalu membicarakan masalah bangunan


seperti bangunan gedung, jembatan, dan lainsebagainya. Bangunan-bangunan
tersebut harus terletak diatas permukaan bumi, hubungan antara bangunan
tersebut dengan lapisan permukaan bumi dikaitkan dengan suatu pondasi.
Bangunan yang terletak diatas permukaan bumi disebut bangunan atas,
sedang yang masuk pada lapisan permukaan bumi disebut dengan bangunan
bawah. Hubungan antara bangunan atas dan bawah melalui suatu tumpuan
yang disebut dengan Perletakan.
Contoh :
a. Hubungan antara bangunan atas jembatan dan bangunan bawah pondasi.
Struktur jembatan
(bangunan atas)

perletakan
Pondasi
Penggambaran pada mekanika
(bangunan
struktur

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-26-

Gambar 1.13. Gambar perletakan jembatan dalam mekanika teknik


b. Hubungan antara bangunan gedung dan pondasi

Bangunan gedung (bangunan


atas)
muka tanah
Perletakan (tumpuan)
Pondasi (bangunan bawah)
Penggambaran pada mekanika teknik

1.2.3.2.

perletakan
Gambar 1.14. Gambar perletakan gedung
(tumpuan)dalam mekanika teknik
Macam-Macam Perletakan

Dalam mekanika teknik perletakan berfungsi untuk menjaga struktur


supaya kondisinya stabil.
Ada 4 macam perletakan dalam mekanika teknik yaitu : rol, sendi, jepit dan
perodel.
a.
Rol
Strukt

silinder baja

Bentuk perletakan rol, pada


suatu struktur jembatan yang
bertugas
untuk
menyangga
sebagian dari jembatan. (Gambar
1.15)

Karena struktur harus stabil


maka perletakan rol tersebut
tidak boleh turun jika kena beban
Rv
Perletakan rol bila dilihat dari gambar struktur, atas, olehtersebut bias bergeser
dari maka rol karena itu rol
ke arah horizontal. jadi tidak bisa mempunyai reaksi horizontal, bisa berputar jika
tersebut harus mempunyai reaksi
Gambar 1.15. Skema perletakan rol
diberi beban momen jadi tidak mempunyai reaksi momen.
Pada perletakan
Rol
Rv

Penggambaran perletakan rol dalam bidang mekanika


teknik, ada reaksi vertikal.

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-27-

Balok jembatan
Gambar 1.16. Aplikasinya perletakan rol dalam
mekanika teknik
Rv
b. Sendi

Strukt
RH
silinder baja

Bentuk perletakan sendi pada suatu


struktur jembatan, yang bertugas
untuk menyangga sebagian dari
jembatan (Gambar 1.17).
Karena struktur harus stabil, maka
perletakan sendi tidak boleh turun
jika kena beban dari atas, oleh

Rv

karena itu

Gambar 1.17. Skema perletakan Sendi


Pada perletakan

mempunyai

sendi tersebut harus


reaksi

vertikal

(Rv).

Selain itu perletakan sendi tidak


boleh

bergeser

horizontal.

Oleh

karena itu perletakan sendi harus


mempunyai reaksi horizontal (RH),
RH

Rv

sendi tersebut bisa berputar jika


Penggambaran
perletakan
sendi dalam
diberi beban momen. Jadi sendi tidak
mekanika teknik, ada reaksi vertikal dan
horisontal punya reaksi momen.

balok
jembatan
Gambar 1.18. Aplikasinya perletakan sendi
di dalam mekanika teknik

RH
c. Jepit
Rv

Bentuk perletakan jepit dari suatu

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-28-

Penggambaran perletakan jepit dalam


mekanika teknik, ada reaksi vertikal,
horizontal, dan momen

RH
RM
RV
RH

Gambar 1.20.
Aplikasi perletakan
jepit di dalam mekanika
teknik

RM
R
d. Pendel V

balok baja

pendel
Gambar 1.21. Skema perletakan
pendel pada suatu
struktur baja
RR

Bentuk perletakan jepit dari suatu


struktur, bertugas untuk menyangga
sebagian dari struktur baja (Gambar
1.21.)
Pendel tersebut hanya bisa menyangga
sebagian jembatan, hanya searah
dengan sumbu pendel tersebut, jadi
hanya mempunyai satu reaksi yang
searah dengan sumbu pendel.
Penggambaran perletakan pendel
dalam mekanika teknik, ada reaksi
searah pendel.

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-29-

balok baja
Gambar

1.22.

Aplikasi

pendel
pende
l

perletakan

di

mekanika teknik

dalam

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-30-

1.3. JUDUL : KESEIMBANGAN BENDA


Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah membaca bagian ini mahasiswa akan bisa mengerti apa yang
disebut keseimbangan pada suatu benda.
Tujuan Pembelajaran Khusus
Mahasiswa dapat memahami pengertian keseimbangan dalam suatu
struktur dan syarat-syarat apa yang diperlukan, serta manfaatnya dalam
struktur tersebut.
1.3.1. Pendahuluan
Dalam bidang teknik sipil mahasiswa selalu diajak berbicara tentang
bangunan gedung, jembatan dan lain sebagainya. Bangunanbangunan
tersebut supaya tetap berdiri, maka struktur-strukturnya harus dalam
keadaan seimbang, hal itu merupakan syarat utama. Apa saja syaratsyaratnya supaya suatu bangunan tetap seimbang, dan bagaimana cara
menyelesaikannya, mahasiswa perlu mengetahuinya.
Contoh : benda dalam keadaan seimbang (tidak bisa bergerak)
kotak
lem

meja

Gambar 1.23. suatu kotak yang dilem diatas meja

1.3.2. Pengertian tentang keseimbangan


Sebuah kotak yang dilem diatas meja, maka kotak tersebut dalam keadaan
seimbang, yang berarti kotak tersebut tidak bisa turun, tidak bisa bergeser
horisontal dan tidak bisa berguling.
a. Keseimbangan vertikal

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-31-

kalau kotak tersebut dibebani

Pv

Kotak
Lem

secara vertikal (Pv), maka


kotak tersebut tidak bisa turun,
yang berarti meja tersebut
mampu memberi perlawanan
vertikal (Rv), perlawanan

Meja
Pv

vertikal tersebut (Rv) disebut


reaksi vertikal.

Rv

Gambar 1.24. Keseimbangan


vertikal

Kotak

Bandingkan hal tersebut diatas


dengan kotak yang berada di
atas lumpur
Kalau kotak tersebut dibebani
Lumpur

secara vertikal (Pv), maka


kotak tersebut langsung
tenggelam, yang berarti

Kotak tenggelam

lumpur tersebut tidak mampu


memberi perlawanan secara

vertikal (Rv).
(Gambar 1.25)
Gambar 1.25. Kotak tenggelam dalam lumpur
b. Keseimbangan horisontal
Kotak

PH

Lem
RH

Kalau kotak tersebut dibebani


secara horisontal (PH), maka
kotak

tersebut

tidak

bisa

bergeser secara horisontal, yang


meja

berarti lem yang merekat antara


kotak dan

meja

tersebut

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-32-

mampu
Gambar 1.26. Keseimbangan horizontal
memberi perlawanan horisontal (RH), sehingga bisa menahan kotak untuk tidak
bergeser. Perlawanan horisontal tersebut (RH) disebut reaksi horisontal.
Bandingkan hal tersebut diatas dengan kotak yang berada di atas meja tanpa di
lem
Kalau kotak tersebut
dibebani secara
kotak yang
bergeser

PH

horisontal (PH), maka


kotak tersebut
langsung bergeser,
karena tidak ada yang
menghambat, yang
berarti meja tersebut
tidak mampu memberi
perlawanan horisontal

(RH)
(Gambar 1.27)
Gambar 1.27. Kotak yang bergeser
Karena beban horizontal

c. Keseimbangan Momen
Kalau kotak tersebut dibebani momen (PM), maka kotak tersebut tidak bisa
berputar (tidak bisa terangkat), yang berarti lem perekat antara kotak dan meja
tersebut mampu memberikan perlawanan momen (RM), perlawanan momen
tersebut (RM) disebut dengan reaksi momen.
PM
Kotak

Lem
Meja

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-33-

Bandingkan hal tersebut diatas dengan kotak yang berada di atas meja tanpa di
lem.
Kalau

PM
Kotak yang terangkat

kotak

dibebani

tersebut

momen

(PM),

maka kotak tersebut bisa


terangkat,
Meja

karena

tidak

ada lem yang mengikat


antara kotak dan meja
tersebut,
meja
mampu

yang

berarti

tersebut

tidak

memberikan

perlawanan momen (RM).


Gambar 1.29. Kotak yang terangkat karena beban momen
d Keseimbangan Statis

PM

PV

 Kalau kotak tersebut


di lem diatas meja,

Kotak

PH

yang
Lem

RH

berarti

harus

stabil, benda tersebut


harus tidak bisa turun,

Meja

RV

tidak

bisa

bergeser

horisontal, dan tidak


bisa terangkat.

RM

Gambar 1.30. Keseimbangan statis

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-34-

 Kalau kotak tersebut dibebani secara vertikal (PV), tumpuannya mampu


memberi perlawanan secara vertikal pula, agar kotak tersebut tidak bisa
turun syarat minimum RV = PV, atau RV - PV = 0 atau 7V = 0 (jumah gayagaya vertikal antara beban dan reaksi harus sama dengan nol).

 Kalau kotak tersebut dibebani secara horisontal (PH ), maka pada


tumpuannya mampu memberi perlawanan secara horisontal (RH ). Agar
kotak tersebut tidak bisa bergeser secara horisontal maka syarat minimum
RH = PH atau RH PH = 0 atau 7H = 0 (jumlah gaya-gaya horisontal
antara beban dan reaksi harus sama dengan nol)
 Kalau kotak tersebut dibebani secara momen (PM ), maka pada
tumpuannya mampu memberi perlawanan secara momen (RM ). Agar
kotak tersebut tidak bisa terpuntir (terangkat), maka syarat minimum RM
= PM atau RM - PM = 0 atau 7M = 0 (jumlah gaya-gaya momen beban
dan reaksi harus sama dengan nol).
 Dari variasi tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa suatu benda yang
stabil atau dalam keadaan seimbang, maka harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :
-

7V = 0 (jumlah gaya-gaya vertikal antara aksi (beban) dan reaksi harus


sama dengan nol)

7H = 0 (jumlah gaya-gaya horisontal antara aksi (beban) dan reaksi sama


dengan nol)

7M = 0 (jumlah gaya-gaya momen antara aksi (beban) dan reaksi harus


sama dengan nol).

1.3.4. Latihan
1. Suatu benda diatas meja dengan berat sendiri = 5 kg
Pv = 5
kg

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-35-

Berapa reaksi vertikal yang terjadi


supaya balok tersebut tidak turun
?.
Rv = ?
2. Suatu kantilever (konsol) dengan beban seperti pada gambar.
PV = 5 kg
PH = 2 kg
PM = 5 kgm
Cari reaksi-reaksi yang terjadi supaya konsol tersebut tak roboh.

1.3.5. Rangkuman
o Macam-Macam Beban
- Beban terpusat; notasi; P; satuan; kg atau ton atau Newton
- Beban terbagi rata; notasi; q; satuan kg/m atau ton/m atau Newton /
m

o Macam Perletakan
- Rol punya 1 reaksi

Rv

- Sendi punya 2 reaksi


- Jepit punya 3 reaksi
- Pendel punya 1 reaksi

Rv dan RH
Rv; RH dan RM
sejajar dengan batang pendel

o Syarat Keseimbangan
Ada 3 syarat keseimbangan yaitu :
7v = 0
7H = 0
7M = 0

1.3.6. Penutup

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-36-

Untuk mengukur prestasi, mahasiswa bisa melihat hasil atau kunci-kunci


yang ada.
Nomor Soal
1
2

Reaksi yang ada


Rv
Rv
RH
RM

Besar Reaksi
5 kg
5 kg
2 kg
5 kg m

Arah
o
o
p
1

1.3.7. Daftar Pustaka


1. Suwarno, Mekanika Teknik Statis Tertentu UGM Bab I.
2. Soemono Statika IITB Bab I

1.3.8. Senarai
-

Beban = aksi

Reaksi = perlawanan aksi

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-37-

MODUL 2 :

ARTI KONSTRUKSI STATIS TERTENTU DAN CARA


PENYELESAIANNYA

2.1. JUDUL : KONSTRUKSI STATIS TERTENTU

Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah membaca bagian ini mahasiswa akan mengerti apa yang disebut dengan konstruksi statis tertentu.

Tujuan Pembelajaran Khusus


Mahasiswa selain dapat mengerti apa yang disebut dengan konstruksi statis
tertentu, mengetahui syarat-syarat apa yang diperlukan dan bagaimana cara
pemanfaatannya.

2.1.1. Pendahuluan
Dalam bangunan teknik sipil, seperti gedung-gedung, jembatan dan lain
sebagainya, ada beberapa macam sistem struktur, mulai dari yang
sederhana sampai dengan yang kompleks; sistim yang paling sederhana
tersebut disebut dengan konstruksi statis tertentu. Mahasiswa diwajibkan
memahami struktur yang paling sederhana sebelum melangkah ke yang
lebih kompleks.

Contoh : contoh struktur sederhana yaitu balok jembatan diatas 2 tumpuan.


Balok jembatan diatas 2
Balok jembatan

perletakan A dan B
B

A
rol

sendi

Perletakan A adalah rol


Perletakan B adalah sendi

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-38-

Gambar 2.1. Gambar konstruksi jembatan dalam Mekanika


Teknik

2.1.2. Definisi Statis Tertentu


Suatu konstruksi disebut statis tertentu jika bisa diselesaikan dengan syaratsyarat keseimbangan.
Ada beberapa syarat-syarat keseimbangan
Sesuai dengan materi yang sebelumnya ada 3 (tiga) syarat keseimbangan yaitu :
V ! 0 ( jumlah gaya  gaya vertikal sama dengan nol)
H ! 0 ( jumlah gaya  gaya horisontal sama dengan nol)
M ! 0 ( jumlah momen sama dengan nol)
Kalau dalam syarat keseimbangan ada 3 persamaan,maka pada konstruksi statis
tertentu yang harus bisa diselesaikan dengan syarat-syarat keseimbangan,
jumlah bilangan yang tidak diketahui dalam persamaan tersebut maximum
adalah 3 buah. Jika dalam menyelesaikan suatu konstruksi tahap awal yang
harus dicari adalah reaksi perletakan, maka jumlah reaksi yang tidak diketahui
maksimum adalah 3.
2.1.3. Contoh
Balok diatas dua perletakan dengan

a).

beban P seperti pada gambar.


A = sendi dengan 2 reaksi tidak

RAH

diketahui (RAV

dan

RAH adalah

reaksi-reaksi vertikal dan horizontal


RAV

RBV

diketahui (RBV = reaksi vertikal di B)

di A).
B=

rol

dengan

reaksi

tidak

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-39-

Gambar 2.2. Konstruksi statis tertentu

Jumlah reaksi yang tidak diketahui adalah 3 buah, maka konstruksi


tersebut adalah konstruksi statis tertentu.

b).
P

Suatu konstruksi kolom yang berkonsol dengan


perletakan di A adalah jepit.
A = jepit dengan 3 reaksi yang tidak diketahui.
RAV = reaksi vertical di A
RAH = reaksi horizontal di A

RM

RM = momen di A.
RAH
A

Jumlah reaksi yang tidak diketahui ada 3 buah, maka


konstruksi tersebut adalah statis tertentu.

RAV
Gambar 2.3. Konstruksi statis tertentu
c)
P

A
B
Gambar 2.4. Konstruksi statis
tidak tertentu

Balok diatas 2 perletakan


A = sendi dengan 2 reaksi yang tidak diketahui RAV
dan RAH (reaksi vertikal dan reaksi horisontal di A).
B = sendi dengan 2 reaksi yang tidak diketahui RBV
dan RBH (reaksi vertical dan reaksi horizontal di B).
Jumlah reaksi yang tidak diketahui adalah 4
buah, sedang persamaan syarat keseimbangan hanya
ada 3, maka konstruksi tersebut statis tak tertentu.

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-40-

2.1.4. Latihan
a).
suatu balok ABC berkantilever terletak diatas
dua perletakan dengan beban P seperti pada
gambar. Perletakan A adalah sendi dan di B
adalah rol.
Tunjukkan apakah konstruksi tersebut statis
tertentu atau bukan.
b).

P
C
A

suatu balok ABC terletak diatas


perletakan dengan beban P
gambar. Perletakan A dan C
sendi.
Tunjukkan apakah konstruksi
statis tertentu atau bukan.

dua
seperti pada
adalah

P
B
C

tersebut

2.1.5. Rangkuman
Konstruksi disebut statis

tertentu, jika bisa diselesaikan dengan persamaan syarat-syarat


keseimbangan.
Persamaan syarat-syarat keseimbangan adalah 3 buah
7V = 0
7H = 0
dan 71 = 0
2.1.6. Penutup
Untuk mengukur prestasi,mahasiswa bisa melihat kunci dari soal-soal yang
ada sebagai berikut :
Jawaban Soal
P

titik
C

Macam Perletakan

A
B

Sendi
sendi
Total reaksi

Jumlah
reaksi
2 buah
1 buah
3 buah

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-41-

Bisa diselesaikan dengan persamaan syarat keseimbangan. Jadi


diatas adalah statis tertentu.
b)

konstruksi

P
B

A
Itik
A
B

Macam Perletakan Jumlah reaksi


Sendi
2 buah
sendi
2 buah
Total reaksi
4 buah
Persamaan tidak bisa diselesaikan dengan syarat-syarat keseimbangan. Jadi
konstruksi statis tidak tertentu.
2.1.7. Daftar Pustaka
1. Suwarno Mekanika Teknik Statis Tertentu UGM bab I
2. Suwarno Statika I ITB bab I
2.1.8. Senarai
Konstruksi statis tertentu = konstruksi yang bisa diselesaikan
syarat-syarat keseimbangan

dengan

2.2. JUDUL : GAYA DALAM


Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah membaca bagian ini mahasiswa bisa mengetahui apa yang disebut
dengan gaya dalam dan bisa mengetahui bagaimana cara
mencarinya.
Tujuan Pembelajaran Khusus
Mahasiswa dapat menggunakan teori yang telah diberikan untuk menghitung
gaya dalam suatu struktur serta bisa menggambarkan gaya-gaya
dalam tersebut secara rinci pada struktur statis tertentu.
2.2.1. Pendahuluan
Bangunan teknik sipil pada umumnya terbuat dari struktur beton, kayu, baja dan lain-lain. Dalam pembuatan
struktur-struktur tersebut perlu diketahui ukruan atau yang lazim disebut dengan demensi dari tiap-tiap elemen

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-42strukturnya (balok, kolom, pelat, dansebagainya). Untuk menentukan demensi-demensi dari elemen struktur tersebut,
memerlukan gaya dalam.

Contoh :
a).
o

P1

Dua buah struktur seperti pada gambar (a)


dan (b) dengan beban (P) dan bentang (l)
berbeda.

Gaya dalam yang diterima pada struktur (a)


berbeda pula dengan gaya dalam yang

L1

diterima oleh struktur (b), maka demensi dari


struktur (a) akan berbeda pula dengan
struktur (b).

Gambar 2.5. Contoh (a)

Gambar 2.6. Contoh (b)

P2

2.2.2. Pengertian tentang Gaya Dalam

A
L2

Ada 2 (dua) orang yang mempunyai bentuk tubuh yang


berbeda, satu kecil, pendek (A), yang satu lagi besar,
tinggi (B). Jika kedua-duanya membawa barang beban P
= 5 kg, maka kedua tangan orang A dan B tersebut
tertegang.

Untuk A orangnya pendek,kecil dalam membawa beban P


tersebut urat-urat yang ada pada tangannya tertegang
dan menonjol keluar sehingga kita bisa melihat alur uratP = 5 kg
P = 5 kg
uratnya. Namun hal ini tidak terjadi pada B karena
orangnya besar, tinggi. Yang menjadikan urat-urat tangan
orang (A) tersebut menonjol sehingga tampak dari luar
A
B
adalah karena adanya gaya dalam pada tangan tersebut
akibat beban P = 5 kg. Kalau beban P tersebut dinaikkan
secara bertahap, sampai suatu saat tangan A tidak mampu
Gambar 2.7. Orang membawa
membawa beban tersebut, demikian juga untuk orang B.
beban
Beban maksimum yang dipikul oleh orang A akan lebih kecil dari pada beban maksimum yang bisa dipikul oleh
orang B karena diameter lengan orang A lebih kecil dari diameter lengan orang B.

2.2.3. Macam-macam Gaya dalam

P1
P

P
B beban

reaksi A

RB

RA
l

Suatu balok terletak pada 2


perletakan
dengan
beban
seperti pada gambar, maka
balok tersebut akan menderita
beberapa gaya dalam yaitu :
y Balok menderita beban
lentur yang menyebabkan
balok
bentuk

tersebut

berubah

melentur.

Gaya

dalam yang menyebabkan


Gambar 2.8. Balok diatas 2 perletakan dan
menerima beban P (sehingga melendut)

pelenturan balok tersebut


disebut

momen

yang

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-43-

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-44-

o Balok tersebut menderita gaya tekan karena adanya beban P dari kiri dan
kanan. Balok yang menerima gaya yang searah dengan sumbu batang,
maka akan menerima beban gaya dalam yang disebut Normal yang diberi
notasi N.
o Balok tersebut menderita gaya lintang, akibat adanya reaksi perletakan
atau gaya-gaya yang tegak lurus ( B ) sumbu batang, balok tersebut
menerima gaya dalam yang disebut gaya lintang dan diberi notasi D.

2.2.4. Gaya Dalam Momen


a). Pengertian Momen (M)
c

q
kg/m

P (kg)

B
c

Suatu balok yang terletak diatas 2


tumpuan dengan beban seperti pada
gambar, ada beban terbagi rata q (kg/m)
dan beban terpusat P (kg).
Balok tersebut akan menerima beban
lentur sehingga balok akan melendut,

x
l
(m)

RA

RB

yang berarti balok tersebut menerima


beban

lentur

atau

momen.

(atau

menerima gaya dalam momen)


Gambar 2.9. Balok yang menerima
beban terpusat dan terbagi rata

Definisi
Momen adalah perkalian antara gaya x jarak.
Balok yang terletak antara tumpuan A dan B menderita (menerima) momen.
Momen untuk daerah balok antara perletakan A ke perletakan B
dengan variable x bisa ditulis sebagai berikut :
I
(1)

II

Mx = RA . x q.x. x
1)
gaya jarak gaya jarak

(dihitung dari kiri ke potongan c-c) .(pers.

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-45-

Misal kita ambil potongan c-c yang terletak sejarak x dari A

RA (reaksi di A) merupakan
gaya
x = adalah jarak dari RA ke potongan c-c
sejauh x

II

qx = merupakan gaya dari beban terbagi rata


sejauh x yang diberi notasi (Q1 = qx)
x=

adalah jarak dari titik berat beban


terbagi rata sepanjang x ke potongan
c-c

q (kg/m) titik berat qx


c

Q1= qx
x
Gambar 2.10. Gambar potongan struktur bagian
kiri
Kalau dihitung dari sebelah kanan ke (c-c)
I

II

Mx = RB (l-x) q (l x) . (l -x) (dihitung dari kanan) .


(pers. 2)
Kalau diambil di potongan c-c
RB (reaksi di B) merupakan
gaya
I

(l-x) = jarak dari RB ke potongan c-c


Q (l-x) = merupakan gaya dari beban terbagi rata
sejauh (l-x) q (l-x) = Q2
(l-x) =

adalah jarak dari

titik

berat beban terbagi

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-46-

II

q (kg/m)

titik berat dari q (l-x)

(2)

Kalau menghitung besarnya momen di cboleh dari kiri potongan seperti pada
persamaan (1) ataupun menghitung dari
kanan potongan seperti pada persamaan
dan hasilnya pasti sama.

(l-x)

Dalam

Q2 = q (lx)
l -x

Tanda Gaya

Momen

Untuk memberi perbedaan antara momentertekan


Gambar 2.11. Gambar potongan struktur bagian
momen yang mempunyai arah berbeda, maka
tertekankanan perlu memberi tanda terhadap momen
tersebut.
Jika momen tersebut mampu melentur suatu
tertarik
tertarik
balok sehingga serat atas tertekan dan serat
Tanda momen (+) *
Tanda momen (+) *

bawah tertarik maka momen tersebut diberi


tanda (+) = positif. Demikian juga sebaliknya.

Tanda momen (-) *


Gambar 2.12. Tanda momen

2.2.5. Gaya Lintang (D)


c

P
(kg)

q (kg/m)

Kalau dilihat, balok yang terletak


diatas 2 (dua) perletakan A dan
B, menerima gaya-gaya yang

arahnya

B (tegak

lurus)

terhadap sumbu balok. GayaRA

RB

Gambar 2.13. Gambar balok menerima


beban

gaya tersebut adalah RA ; q dan


RB

gaya-gaya tersebut yang

memberi gaya lintang terhadap

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-47-

Definisi : Gaya lintang adalah gaya-gaya yang B dengan sumbu


batang.
Kalau kita ambil salah satu potongan antara perletakan A-B yaitu c-c,
maka coba gaya-gaya apa saja yang arahnya B (tegak lurus) terhadap
sumbu AB.

(1)

kalau dilihat dari C ke kiri potongan, maka

Dc = RA q x = RA Q1 (gaya lintang di c yang dihitung dari kiri


potongan)

x
c

q (kg/m)

c
Q1=q x
RA
Gambar 2.14. Potongan balok bagian kiri
y
(2)

Kalau dihitung dari titik c ke kanan potongan, maka


D1 = RB q (l-x) P
= RB Q2 P

(gaya lintang di c yang dihitung dari

kanan
potongan)
P
c

q (kg/m)

Q2 = q (lx)
(l x)
RB

Gambar 2.15. Potongan balok bagian kanan

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-48-

Tanda Gaya Lintang


P
C

B
RB

Untuk membedakan gaya lintang, maka


perlu memberi tanda (+) dan (-).
Definisi :

* Gaya lintang diberi tanda positif jika

dilihat di kiri potongan titik yang

RA

ditinjau,

jumlah gaya arahnya ke

atas, atau kalau dilihat di kanan


RB

potongan, jumlah gaya arahnya ke

Gambar 2.16. Skema gaya lintang dengan tanda positif (+)

Coba dilihat pada Gambar 1 dari kalau kita mau menghitung besarnya
gaya lintang di c (Dc).
C

Dilihat dari kiri potongan C, gaya yang ada hanya RA, jadi
jumlah gaya-gayanya yang B sumbu hanya RA dengan arah

RA

o (keatas) jadi tanda gaya lintang adalah positip.


P
Jika dilihat dari kanan potongan c, gaya yang

ada B terhadap sumbu adalah RB ( o ) keatas


dan
RB

(q )

kebawah.

Karena

RB

adalah

merupakan reaksi, maka P > RB sehingga


jumlah antara P dan RB

arah ( q ) kebawah,

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-49-

*
P

Definisi :

* Gaya lintang diberi tanda negatif,


jika dilihat di kiri titik potongan
P

yang ditinjau arahnya kebawah


( q ) dan bila ditinjau di kanan titik

A
D

potongan yang ditinjau arahnya

ke atas.
Gambar 2.17. Gambar 2
Skema gaya lintang
dengan tanda negatif (-)
Coba dilihat pada Gambar 2.17 bagaimana kalau kita mau menghitung besarnya
gaya
P

lintang di D (DD).

Dilihat dari kiri potongan D, gaya-gaya yang B


sumbu hanya RA dan P, karena RA

RA

adalah

reaksi. Jadi RA < P, maka resultante gaya-gaya


antara RA dan P arahnya adalah kebawah ( q ),
D

maka gaya lintangnya tandanya negatif.


Jika dilihat di sebelah kanan potongan gayagaya yang B sumbu hanya RB dengan arah ke
RB

atas ( o ), Jadi gaya lintangnya tandanya adalah

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-50-

Jadi untuk menghitung gaya lintang, baik dihitung dari kiri ataupun kanan hasilnya harus sama.

2.2.6. Pengertian Tentang Gaya Normal (N)


Definisi :

P
A

Gaya normal adalah gaya-gaya yang


arahnya sejajar (//) terhadap sumbu
beban balok.
* Jadi kalau kita lihat balok yang

RA

RB

seperti pada Gambar

Gambar 3
Gambar 2.18. Balok tanpa beban
normal

2.18 yang

mana tidak ada gaya-gaya yang


sejajar sumbu batang, berarti balok
tersebut

tidak

mempunyai

gaya

normal (N).
P

P
Kalau dilihat pada Gambar 3.19
dimana ada gaya-gaya yang //
Gambar 4
RA

RB
Gambar 2.19. Balok menerima beban gaya
normal

(sejajar) sumbu batang yaitu P,


maka pada batang AB (Gambar
3.19) menerima gaya normal (N)
sebesar P.

* Tanda Gaya Normal


- Jika gaya yang ada arahnya menekan balok, maka tanda gaya normalnya
P
adalah negatif (-) {
p

P
n
}.

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-51-

- Jika gaya yang ada arahnya menarik balok, maka tanda gaya normalnya
P

adalah positif (+) { n

p }.

2.2.7. Ringkasan Tanda Gaya Dalam


M

M
tekan

tanda momen positif


(+)

tarik
tarik

tanda momen negatif ()

tekan
M

tanda gaya lintang positif (+)

tanda gaya lintang negatif (-)

tanda gaya normal negatif (-)

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-52-

tanda gaya normal positif (+)

Gambar 2.20. Ringkasan tanda gaya dalam

2.2.8. Contoh : Penyelesaian Soal 1

Sebuah balok statis tertentu diatas 2 perletakan dengan beban seperti pada
gambar,
P1 = 2 2 t (), P2 = 6t (), P3 = 2t ()
P4 = 3t ; q1 = 2 t/m; q2 = 1 t/m
P1 = 2 2 t

P1v = 2 t

45

C
P1H = 2 t A

q2 = 1 t/m

P2 = 6 ton

q1 = 2t/m

D P = 2t
3

E
B
RBV

6m
RAV
2m

10
m

2m

RBH

P4 = 3 ton

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-53-

Gambar 2.21. Balok diatas 2 perletakan dan pembebanannya

Diminta :

Gambar bidang momen, gaya lintang dan bidang normal.


(Bidang M, N, dan D)

Jawab :

Mencari reaksi vertical

Dimisalkan arah reaksi vertical di A

RA () keatas dan arah reaksi vertical di B

RB () juga keatas.
Mencari RAV

dengan 7MB = 0 (jumlah momen-momen terhadap titik B = 0)

RAV.10 P1R.12 q1.6.7 P2.4 + 2.q2.1 = 0

RAV =

2.12  2.6.7  6.4  2.1.1


= 13 ton ()Karena tanda + berarti arah
sama dengan permisalan (+)
10

Pemberian tanda pada persamaan berdasarkan atas arah momen, yang searah
diberi tanda sama, sedang yang berlawanan arah diberi tanda berlawanan.
RBV 71%!

RBV.10 q2.q1 P2.6 q1.6.3 + P1R.2 = 0

RBV =

1.2 .1  6.6  2.6.3  2.2


= 9 ton ()
10

Karena tanda RBV adalah positif berarti arah reaksi RBV sama dengan permisalan
yaitu () keatas.
Untuk mengetahui apakah reaksi di A (RA) dan reaksi di B (RB) adalah benar,
maka perlu memakai kontrol yaitu V = 0

(P1R + q1.6 + P2 + q2.2) (RAR + RBR) = 0


(2 + 2.6 + 6 + 1.2) (13 + 9) = 0
Beban vertikal Reaksi vertikal

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-54-

Mencari Raksi Horizontal


Karena perletakan A = rol tidak ada RAH.
Perletakan B = sendi

ada RBH.

Untuk mencari RBH dengan memakai syarat keseimbangan ( H = 0)


H = 0
RBH = P1H + P3 + P4
= 2 + 2 + 3 = 7 ton ()

Menghitung dan Menggambar Gaya Lintang (D)


Dihitung secara bertahap
Daerah C A lihat dari kiri
Gaya lintang dari C ke A bagian kiri adalah konstan
DA kr = P1R = - 2 ton (gaya lintang (D) di kiri titik A, di kiri potongan arah gaya
lintang kebawah ()
DA kn (gaya lintang (D) di kanan titik A)
DA kn = - P1R + RAR = -2 + 13 = 11 ton (di kiri potongan arah gaya lintang ke
atas).
A

D
Beban P1 = 2 2 (45) bisa diuraikan
menjadi P1V = 2t () dan P1H = 2t ( )
P2 = 6
q1 = 2
ton
2t
t/m
P3 = 2
ton
C
D
6m
RA = 13 t
X

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-55-

Variabel x berjalan dari A ke D (sebelah kiri titik P2), sedang beban yang dihitung
dimulai dari titik C.
Dx = -2 + 13 q1 x = (-P1V + RA q1x)

Persamaan (Linier)

Untuk x = 0

didapat

DAkn = -2 + 13 = + 11 ton
2.6

didapat
Untuk x = 6 m

(di kiri potongan arah gaya


DD kr= -2 + 13 12 = - 1ton
lintang ke bawah)

DD kn : sedikit di kanan titik D, melampaui beban P2.

DD kn : -2 + 13 12 6 = - 7 ton (dikiri potongan arah gaya lintang ke bawah)

Dari titik D s/d B tidak ada beban, jadi Bidang D sama senilai DD kn (konstan dari
D sampai B).
Daerah B-E
2m

q2 = 1
t/m

P4 = 3 ton

x.2
RBV = 9 ton

Lebih mudah kalau dihitung dari kanan dari E menuju B.


Variabel x2 berjalan dari E ke B.
DE = 0
Dx2 = q2 . x2 = + x2 (persamaan liniear)

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-56-

DB kn kanan perletakan B (x2 = 2 m)

DB kn = + 2 ton

(kanan

potongan

arah ke
kebawah)
DB kr (kiri titik B) DB kr = + 2 9 = - 7 ton (kanan potongan arah ke atas)
Melewati
perletakan B

MENGHITUNG DAN MENGGAMBAR BIDANG NORMAL (N)


Daerah CD

dihitung dari kiri sampai D, P2 tidak termasuk dari C ke D nilai


gaya normal konstan.

ND kr = - P1H = - 2 ton (gaya normal menekan batang)

dihitung dari kiri (beban yang dihitung mulai dari titik C, batang

Daerah DB

dari D ke B nilai gaya normal konstan).

ND kn = (-2 2) ton = - 4 ton (gaya normal menekan batang)


NB kr = NDkn = - 4 ton
Daerah BE

dihitung dari kanan, dari E ke B nilai gaya normal konstan.

NB kn = + 3 ton (gaya normal menarik batang)


Kalau dihitung dari kiri, dimana gaya normal dihitung dari titik C.
Dari kiri

DBkn = (-4 + 7) t = + 3 ton (gaya normal menarik batang)

MENGHITUNG DAN MENGGAMBAR BIDANG MOMEN (M)


Daerah C

P1V = 2t

P1H = 2t
2m
x

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-57-

Variabel x berjalan dari C ke A


Mx = - P1v . x = - 2 x (linier)

Untuk x = 0
x=2

Mc = 0
MA = - 2.2 = - 4 tm.

(momen P1v . x mengakibatkan serat atas tertarik


(-) ).

Daerah A D

sehingga tanda negatif

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-58-

Gaya-gaya yang dihitung mulai dari titik C


q1 = 2 t/m
P1V = 2t

A
D

P1H = 2t

x.1
RAV =
13t
2
m

6
m

Variabel x1 berjalan dari A ke D


Mx1 = -P1V (2 + x1) + RA.x1 q1 x1
Mx1

= -2 (2 + x1) + 13 x1 q1 x12 (persamaan parabola)


= - q1 x12 + 11 x1 4

MENCARI MOMEN MAXIMUM


D Mx1
!0
d x1
d Mx1
!  q1 x1  11 ! 0
d x1

p x1 ! 5.5.m

Letak dimana harga Mmax = Letak dimana harga (D = 0)


2.22.
x1 = 5.5 m

Mmax = - .2 (5.5) + 11.5.5 4


= 26.25 tm.

lihat pada Gambar

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-59-

Mencari titik dimana M = 0


Mx1

= - .q1.x12 + 11 x1 4 = 0
= x12 11 x1 + 4 = 0

x1 = 0.3756 m (yang dipakai)


x1 = 10.62 m (tidak mungkin)

Untuk x1 = 6

MD = -36 + 66 4 = + 26 tm

Daerah E-B (dihitung dari kanan, titik E ke titik B) variabel x2 berjalan dari E
ke B
q2 = 1 t/m

E
2m
x2

Dihitung dari kanan


Parabola
Mx2 = - q2 x22
didapat

Untuk x2 = 0

ME = 0

didapat
Untuk x2 = 2

MB = - . 1.4 = -2 tm

P4 = 3 t

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-60-

P1H

P2 = 6
ton

q1 =
2t/m

P1V = 2 t
C
=2t

q2 =
1t/m
B

P3 = 2
ton

RBV
ton

RAV = 13 t

11
2

1
t

6
t

2
t

RBH
7t
=9

E P4 = 3
ton
=

7
t

BIDANG D

2
t

2
t

4t
+

BIDANG N

3
t

5.5 m
linier
-

4 tm

2 tm parabola

+
0.286
0.3756 parabola

linier

BIDANG M

Gambar 2.22. Gambar bidang M, N, D balok diatas 2 tumpuan

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-61-

2.2.9. Contoh 2
Diketahui:
KONSOL (CANTILEVER)

P2
D

=
P1

q=1
t/m

1t
C

2t

2m

A
Ditanya : Gambar bidang M, N, D

1m

Suatu konstruksi konsol (cantilever) dengan


perletkan di D = jepit dengan beban P1 = 2t
= (); P2 = 1t () dan beban terbagi rata q = 1
t/m

3m
x1

RD

Jawab : Mencari reaksi di D dengan syarat


keseimbangan
RD = ?

x2

7v = 0

RD P2 P1 q.5 = 0

RD = 2 + 1 + 5.1 = 8 t (o)
Untuk menggambar gaya dalam kita bisa dari kiri
atau kanan, pilih yang lebih mudah dalam hal
ini pilih yang dari kanan.

BIDANG D

Bidang D (dari kanan)

5
8

DA kr = + 2 ton
Daerah A B

1t

x1 merupakan variabel yang bergerak dari A ke B


Dx1 = 2 + q. x1

BIDANG M

Untuk x = 3 DB kn = 2 + 1.3 = 5 ton (dari


kanan potongan arah gaya ke bawah tanda
positif (+) ).

10.5
parabola

24.5

32.5

parabola

linierGambar 2.23. Bidang M, N,


D
Balok cantilever

x2 merupakan variabel yang bergerak dari A ke C


Daerah B C

Dx2 = 2 + 1 + q . x2
Untuk x2 = 3 DB kr = 2 + 1 + 1.3 = 6 ton
Untuk x2 = 5 DC = 2 + 1 + 5 = 8 ton
Daerah M B
Bidang A (dari kanan)
MA = 0

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-62-

2
Daerah B - C : Mx2 = -P1 x2 P2 (x2 3) q x2

: MC = -2.5 1.2 .1.5 = - 24.5 tm (

MD : - P1.6 P2.3 5.1 (2.5 + 1) = -12 3 5.3,5 = 32,5 t (


)

2.2.10. Latihan
Balok diatas 2 tumpuan.
Soal 1
P1 = 4t

P2 = 4 2t

45

HA
A

VA

RB
2m

3m

3m

Soal 2
P ! 3 32 2t
t
P=
45

q = 1 t/m'

HA
A

VA

C
RB

2m

4m

2m

Balok AB dengan beban


seperti tergambar
A = sendi
B = rol
P1 = 4 ton
P2 = 4 2 ton
Ditanyakan;
a) reaksi perletakan
b) bidang N, D dan M
Balok ADCB dengan beban
seperti tergambar
A = sendi
B = rol
P1 = 3 2 ton q = 1 ton/m
Ditanyakan;
a) reaksi perletakan
b) bidang N, D dan M

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)


-63-

Soal 3

2

, t/m'

HA

2 2t

6m

P1

VA

2t

RB
2m

2m

Balok ADCB dengan beban seperti tergambar :


A = sendi
B = rol ; P1 = 2 ton
P2 = 2 2 ton ;
Ditanyakan; a). reaksi perletakan
b). bidang N, D dan M

q = 1,5 ton /m

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-1-

2.2.11. Rangkuman
Dalam suatu konstruksi ada gaya dalam sebagai berikut :
M (momen) dengan tanda
+

D (gaya lintang) dengan tanda


+

N (gaya normal) dengan tanda


+

2.2.12. Penutup
Untuk mengukur prestasi, mahasiswa bisa melihat kunci dari soal -soal
yang ada sebagai berikut :

Jawaban Soal No. 1


Keterangan

Titik

Nilai

Tanda/arah

Reaksi vertikal

A : VA
B : RB
A : HA
AD
DB
AC
CD
DB
A
C
D
B

4.5 ton
3.5 ton
4 ton
4 ton
0
4.5 ton
0.5 ton
3.5 ton
0
9 tm
10.5 tm
0

o
o
p
- tekan

Reaksi horisontal
Gaya normal = N
Gaya lintang = D

Momen = M

+
+
+
+

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-2-

Jawaban Soal No. 2


Keterangan

Titik

Nilai

Tanda/arah

Reaksi vertikal

A : VA
B : RB
A : HA
AD
DB
A D kiri
D kanan
B kiri
B kanan
C
A
D
B
C
2 m kanan
D

3 ton
6 ton
3 ton
3 ton
0
3 ton
0
4 ton
2 ton
0
0
6 tm
2 tm
0
4 tm

o
o
p
- tekan

Reaksi horisontal
Gaya normal = N
Gaya lintang = D

Momen = M

+
+

+
+

Jawaban Soal No. 3


Keterangan

Titik

Nilai

Tanda/arah

Reaksi vertikal

A : VA
B : RB
A : HA
ADBC
A
D kiri
D kanan B kiri
B kanan C
X = 3.08 m kanan A
A
X = 3.08 m
D
B
C

4.625 ton
4.375 ton
2 ton
2 ton
4.625 ton
4.375 ton
2.375 ton
2 ton
0
0
7.13 tm
0.75 tm
4.0 tm
0

o
o
p
- tekan
+
+

Reaksi horisontal
Gaya normal = N
Gaya lintang = D

Momen = M

+
+
-

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-3-

2.3. Hubungan Antara Momen (M) ; Gaya Lintang D dan q


(Muatan)
Pada gambar terdapat potongan sepanjang dx batang yang diberi beban
terbagi rata (qx), potongan tersebut antara I dan II
sepanjang dx. Dengan beban sepanjang dx tersebut kita
akan mencari hubungan antara beban, gaya lintang dan
momen.

qx

qx.dx
Mx

beban

dx

Dx

M x + dMx
D x + dDx

batang

II

qx = beban terbagi rata


Mx = momen di potongan I ( )
Dx = gaya lintang di potongan I ( o)
qx . dx = berat beban terbagi rata
Sepanjang dx
Dx + dDx = gaya lintang di potongan
II ()
dDx = selisih gaya lintang antara
Potongan I dan II.
Mx + dMx = momen di potongan II (
)
dMx = selisih momen antara I dan II

dx
Gambar 2.24. distribusi gaya dalam pada balok
sepanjang dx
Keseimbangan gaya gaya vertikal 7V = 0 di potongan II
Dx qx dx (Dx + d Dx) = 0 (kiri ada Dx (o) dan qx dx (q) dan kanan
ada Dx + d Dx
(q)
dDx = - qx dx
d Dx
!  qx
dx

(turunan pertama dari gaya lintang adalah beban)

Keseimbangan momen
7 M = 0 di potongan II
Mx + Dx dx qx .dx . dx (Mx + d Mx) = 0
q. dx - 0
d Mx = Dx . dx

o Kiri ada Mx ; Dx dx dan qx.dx.


dx dan kanan ada Mx + dMx
o qx.dx } 0 karena dx = cukup
kecil dan dx bertambah kecil
sehingga bisa diabaikan.

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-4-

d Mx
! Dx
dx

* turunan pertama dari momen adalah gaya lintang

2.4. Balok Miring


Pada pelaksanaan sehari -hari sering kita menjumpai balok yang
posisinya miring seperti : tangga, dalam hal ini kita harus tahu
bagaimana menyelesaikannya.

2.4.1. Pengertian Dasar


Balok miring adalah suatu balok yang berperan sebagai pemikul
struktur yang posisinya membentuk sudut dengan bidang datar,
misal : tangga, balok atap dan lain sebagainya.
Pada kenyataan sehari -hari balok-balok tersebut bisa berdiri
sendiri atau digabungkan dengan balok vertikal atau horisontal.
Seperti pada gambar.

Dasar Penyelesaian
Dalam

penyelesaian

struktur,

terutama untuk menghitung dan


menggambar gaya dalam adalah
(a)

sama

dengan

balok

biasa

(horizontal). Namun disini perlu


lebih

berhati-hati

menghitung
(b)

Gambar 2.25. Skema balok miring

karena

dalam
baloknya

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-5-

Dalam hal ini mahasiswa bisa lebih mendalam dalam pengetrapan


pengertian gaya -gaya dalam pada semua kondisi balok.

2.4.2. Contoh soal


Diketahui
Suatu balok miring di atas 2 tumpuan, perletakan A = sendi duduk di
bidang horizontal, perletakan B = rol duduk pada bidang miring //
dengan sumbu batang. Beban P 1 = 4 t vertikal di C dan beban P2 =
4t vertikal di D, dan beban terbagi rata q = 1 t/m dari D ke B dengan
arah vertikal.

Ditanya : Gambar bidang M, N, D

Jawab:
q = 1 t/m

B
rol
P2=4
t

P 1=4

RB

D
E 1m

1m

Di B
3 m = rol jadi reaksinya hanya
satu B sumbu batang
5

1m

send
R AH

E

RAV

4m

1m

1m

2m

4
di B = rol jadi reaksinya hanya
satu B sumbu batang

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-6-

Gambar 2.26.a. Pembebanan pada balok miring

Untuk mencari reaksi kita lebih cepat kalau yang dicari reaksi di B dulu.
Reaksi di B RB B bidang sentuh
RB dicari dengan 7 MA = 0
RB.5 q.2.3 P2.2 P1.1 = 0
18
! 3.6 ton (arah R B B sumbu batang)
RB.5 1.2.3 4.2 4.1 = 0 RB =
5
Untuk mencari R AV dicari dulu R AH dengan syarat keseimbangan horizontal.
RAH 7H = 0
RAH RB sin2 = 0
3
RAH = .3.6 ton = 2.16 ton
5
Mencari R AV dengan 7 M B = 0
RAV 7 MB = 0
RAV.4 RAH.3 P 1.3 P2.2 q.2.1 = 0
RAV.4 2.16.3 4.3 4.2 2.1.1 = 0
RAV = 7.12 ton

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-7-

MENGHITUNG BIDANG NORMAL (N)


Beban P dan q diuraikan menjadi :
- // sumbu batang
- B sumbu batang

1
m

E
E

b
q

Gambar 2.26.b. Distribusi beban pada balok miring


Gaya yang // sebagai bata ng

menjadi gaya normal (N)

Gaya yang B sebagai batang

menjadi gaya lintang (D)

ND kn = -2q . sin E = -2 .1. 3/5 = -1.2 ton


(dari kanan)
ND kr = - (4 + 2) sin E = -6 .3/5 = - 3.6 ton
NC kr = - (4 + 4 + 2) sin E = -10. 3/5 = - 6 ton

MENGHITUNG GAYA LINTANG (D) (dari kanan)

DB kr = - RB = - 3.6 ton
Dari B ke D

Dx = - 3.6 + q.x . cos E

DD kn = - 3.6 + q.2 . cos E= - 3.6 + 2. 4/5 = - 2 ton


DD kr = -3.6 + (2 + 4) 4/5 = 1.2 ton
Dc kr = - 3.6 + (2 + 4 + 4) cos.E!4.4 ton
4/5

a
! q sin E

b
! q cos E

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-8-

1 t/m
B
4t
4t

3m
D
x

A
1m

1m

2m

1 t/m
MENGHITUNG BIDANG MOMEN (M)
Dihitung dari kanan

B ke D
4
t

x
1
Mx = RB .
 .q.x
cos E 2

4
t

RB

A
Untuk x = 0

MB = 0

Untuk x = 2

M D = 3.6 .

2
1
 .1.4 !  7 tm
4/5 2

x
cos E
E
x

Mc

= RB .

3
- q.2.2 P.1
cos E

= 3,6 . 3,75 2.2 4.1 = + 5.5 tm

Gambar bidang M, N, D

1 t/m

4t

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-9-

Seperti teori sebelumnya kita bisa menghitung gaya -gaya dalam dari dan
hasilnya harus sama. Seperti contoh dibawah ini.
Gambar 2.27. Bidang gaya dalam pada balok miring

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-10-

PERHITUNGAN DARI KIRI


RAV diuraikan menjadi :
RAV. Cos E (gaya B sumbu batang)
RAV . sin%
E
E

E

RAV. Sin E (gaya // sumbu batang)

RAV . cos E

RAV

RAH 

RAH diuraikan menjadi :

R AH sin E
A
E

RAH. sin E (gaya B sumbu batang)


RAH. cos E (gaya // sumbu batang)

RAH cos E
N = - (RAV . sin E + RAH . Cos E) RAH = 2.16 t
D = + RAV . cos E - RAH . sin E

Sin E = 3/5
Cos E = 4/5

RAV = 7.12
NA kn = - (7.12 . 3/5 + 2.16 . 4/5) = - 6 ton
t
Gaya normal di C kanan ke D kiri adalah konstan
Di Nc kanan ada pengaruh beban P = 4 ton.
NC kn = - [(7.12 4). 3/5 + 2,16 . 4/5] = - 3.6 ton
Gaya normal di D kanan ada pengaruh P = 4 ton.
NDkn = - [(7,12 4 4) 3/5 + 2,16 . 4/5] = - 1,2 ton
Gaya normal dari D ke B linier { NB = - 1.2 + q.2 . sin E
NB = - 1,2 + 2.1 . 3/5 = 0 ton
Gaya lintang DA kn = R AV cos E - R AH sin E
Gaya lintang dari A kn ke C kiri adalah konstan.
DA kn = 7.12 . 4/5 2,16 . 3/5 = 4,4 ton
Gaya lintang di C kanan ada pengaruh P = 4 ton
Gaya lintang dari C kanan ke D kiri adalah konstan
Dc kn = (7,12 4) 4/5 2,16 . 3/5 = 1,2 ton
Gaya lintang di D kanan ada pengaruh P = 4t
DD kn = (7,12 4 4) 4/5 2,16 . 3/5 = - 2 ton.
Gaya lintang dari D ke B adalah linier karena ada beban terbagi rata.
DB = -2 2.1 . 4/5 = - 3,6 ton
2.5. Beban Segitiga
Pada kenyataan di lapangan beban tak hanya terpusat a tau terbagi
rata, namun ada yang berbentuk segitiga seperti beban tekanan ,
beban tekanan tanah dan lain sebagainya.
2.5.1. Pengertian Dasar
Beban segitiga seiring terjadi pada kenyataan di lapangan seperti
beban tekanan air dan tekanan tanah.
Contoh
dinding
dinding tangki
tangki

air

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

2.5.2.

Gambar 2.28.a. Diagram beban segitiga

-11-

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-12-

Dasar Penyelesaian
Prinsip dasar penyelesaiannya adalah sama dengan yang lain -lain
namun kita harus lebih hati -hati karena bebannya membentuk
persamaan.

Persamaan a x =
x
.a
l

a t/m
ax

B
Px

RA =

a.l
6

2/3x 1/3x

RB =

a .l
ton
2
x
Gambar 2.28.b. Beban segitiga pada struktur
P=

l
Mencari Reaksi Perletakan
Titik berat beban P : 2/3 l dari A atau 1/3 l dari B
1/ 3 l
1/3 l
M B ! 0 p R A .l  P .12/3 ! 0 p R A !
/ 3l l
P
l
1 / 3 l a.l a.l
ton
RA !
x
!
2
6
l
2/3 l
M A ! 0 p R B .l  P . 2 / 3 l ! 0 p R B !
P
l
2 / 3 l a.l a.l
x !
R !
ton
l
2
3

Menghitung Bidang D (dari kiri)


X = variable bergerak dari A ke B
x
Di potongan x ax = . a
l
Beban segitiga sepanjang x Px = x. ax
ax
x
Beban Px = x . . a !
2l
l
Persamaan gaya lintang :
a.l ax
Dx = RA Px =
(parabola)

6 2l
Persamaan pangkat 2
Mencari tempat dimana gaya lintang = 0

a .l
3

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

D=0

RA Px = 0
a.l ax
l
!
p x !
6
2. l
3
XD ! 0 !

l 1
! l 3
3 3

MENGHITUNG BIDANG M
x
Mx = RA . x Px .
3
a.l
ax x
=
.x 
.
6
2 .l 3
a
a .l
=
(persamaan pangkat 3 / parabola)
x  . x
6l
6

M max terletak di daerah untuk D = 0


1
x= l 3
3
3
a.l 1

a 1
M max =
l 3 l l 3

6 3

6 3
a.l
a .l
3
3
=
54
18

-13-

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-14-

Contoh Perhitungan
ax =

x
.3
6

x
2/3 x

Jawab :
h=3
ton/m
TOTAL BEBAN

1/3 x

B
P=lxh

Px
RA

RB
P

2 l/3

l/3

P=
7 MB

l=6
m

7 MA
3,464 m
+

RA.l P l/3 = 0

RA . 6-9.2 =

0
RA =

3t

3.6
= 9 ton
2

2
.9 = 3 ton
6
RB . l P.2/3 l = 0

RB .6-9.4 =

0
D=0

RB =
-

BIDANG D

6t

4
.9 = 6 ton
6

Menghitung Bidang D
x = variable bergerak dari A ke B
ax !

Gambar 2.29. Bidang gaya dalam pada beban


segitiga
x = 0 DA = + 3 ton
x = 6 DB = - 6 ton
+
Menghitung Bidang M
x
Mx
= RA . x Px .
3
x x
x
= 3x . ! 3x 
BIDANG
4 3
12 Mmax
M
D=0
M max (x = 3,464 m)
M

max

x
x
.3 !
2
6

Px = x . ax
Px !

x x x
. !
4 2 4

Persamaan gaya lintang


Dx = 3 -

x
4

Tempat dimana gaya lintang = 0

x
D=0
!3
3
4
3,464
3.3,464 -
! 10,392  3,464 ! 6,928 tm
12

2.5.3. LATIHAN
Soal 1 : Balok Miring

Dx = R A Px

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-15-

1 t/m'

3t

Balok miring ABC


ditumpu di A = sendi,
B = rol, seperti
tergambar
Beban q = 1 t/m , P =
3 ton
Ditanyakan;
a) reaksi
perletakan
b) bidang N, D
dan M

30

HA

VA
6m

1m

Soal 2
q = 1.5 t/m'

P=4t

RB

HA

3m

VA
4m

3m

Portal ACB dengan


perletakan A = sendi ,
B = rol, seperti
tergambar;
Beban q = 1 t/m , P =
3 ton
Ditanyakan;
a) reaksi
perletakan
b) bidang N, D
dan M

Soal 3 : Balok dengan beban segitiga.

t/m'

X
RHA

VA

RB
L

Balok AB dengan beban segitiga seperti tergambar


A = sendi, B = rol
Ditanyakan;
a) reaksi perletakan
c) bidang N, D dan M

Soal 4

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-16-

RHA

3 t/m'

A
C

B
RAV

RB
2m

4m

Balok ABC dengan beban segi tiga q = 3 t/m ditumpu pada A = sendi ,
B = rol, seperti tergambar;
Ditanyakan;
a) reaksi perletakan
b) bidang N, D dan M
2.5.4. Rangkuman
Balok miring adalah balok yang seiring dipergunakan dalam struktur
tangga, ketelitian perhitungan perlu.
Beban segitiga (() adalah beban yang terjadi akibat tekanan air dan
tekanan tanah, besarnya merupakan fungsi x.

2.5.5. Penutup
Untuk mengukur prestasi, mahasiswa bisa melihat kunci soal -soal
yang ada sebagai berikut :
Soal no. 1
Keterangan

Titik

Nilai

Tanda/arah

Reaksi vertikal
Reaksi miring

A : VA
B : RB
Atau : H B
VB
A : HA

4.12 ton
5.63 t
2.815 t
4.88 t
3 ton

A
B kiri
B kanan C
A
B kiri
B kanan C
X = 2.88m jarak miring dr A
A
B
C
X = 2.88 m

9.76 ton
1.50 t
1.50 t
2.16 t
t
2.6 t
0
0
3 tm
0
3.11 tm

Reaksi horisontal
Gaya normal = N

Gaya lintang = D

Momen = M

n
o
p
- tekan
- tekan
- tekan
+
+

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-17-

Jawaban soal no. 2


Keterangan

Titik

Nilai

Tanda/arah

Reaksi vertikal

A : VA
B : RB
A : HA
Sin E
Cos E
A
C bawah
C kanan B
A
C kiri
C kanan B
A
C
X = 2 m horisontal
dari A
B

6 ton
4 ton
0
3/5
4/5
3.6 ton
0
0
5.2 ton
0
4 ton
0
12 tm(max)
9 tm

o
o
p

Reaksi horisontal
Data pendukung
Gaya normal = N

Gaya lintang = D

Momen = M

- tekan

+
+
+

Jawaban soal no. 3


Keterangan

Titik

Nilai

Tanda/arah

Reaksi vertikal

A : RAV

q.l
6
q.l
3
0
0
q.l
6
q.l
3
0

B : RB
Reaksi horisontal
Gaya normal = N
Gaya lintang = D

A : RAH
A-B
A ..
B ..
X=

L
3

= 0.5774 L dari A

Momen = M

A
B
C
X=

Jawaban soal no. 4

L
3

+
-

0
0
0.06415 x q
x l2
(max)

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-18-

Keterangan

Titik

Nilai

Tanda/arah

Reaksi vertikal

A : VA
B : RB
A : RAH
AB-C
A
B kiri
B kanan
C
X = 2.24m dari B
A
B
X = 2.24m

4.5 ton
4.5 ton
0
0
4.5 ton
3.5 ton
1 ton
0
0
0
0.67 tm
3.73 tm

o
o
p

Reaksi horisontal
Gaya normal = N
Gaya lintang = D

Momen = M

2.5.6. Daftar Pustaka

Suwarno, Mekanika Teknik Statis Tertentu, UGM, Bab I

Soemono, Statika I, ITB, Bab I.

2.5.7. Senarai
Balok miring = balok yang membentuk sudut
Beban segitiga
= besarnya merupakan fungsi x

+
+

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

4/5 RB

-19-

RB

3/5 R B

catatan : q.2.2

2 = panjang beban terbagi rata


2 = jarak titik berat q ke titik D.

Di ujung titik A RAV dan RAH diuraikan menjadi gaya -gaya yang B (tegak
lurus) dan // (sejajar) dengan sumbu

x
= jarak R B ke sepanjang batang
cos E
BD

x
.a
l
a .l
ton
Resultante Beban : P =
2
Persamaan garis ax =

Diketahui :

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-20-

Balok di atas 2 perletakan A dan B, dengan beban segitiga diatasnya,


tinggi beban di atas perletakan B adalah 3 ton/m= h.
Ditanya : Selesaikan dan gambar bidang gaya dalamnya

Pada pelaksanaan sehari -hari sering dijumpai beban yang berbentuk


linier segitiga, seperti bebab Tekanan tanah dan beban air pada
tandon air, bagaimana penyelesaiannya bisa lihat dalam contoh soal.
Balok statis tertentu diatas 2 perletakan dengan beban U (segitiga)
seperti pada gambar.
Tahap penyelesaiannya adalah sebagai berikut :

Persamaan a x =
x
.a
l

a t/m
ax

B
Px

RA =

a.l
6

RB =

2/3x 1/3x

P=

a .l
ton
2

x
l
2/3 l

1/3 l

a.l
3

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-21-

2.6. Gelagar Tidak Langsung


2.6.1. Pengertian Dasar
Ada beberapa macam model jembatan yang ada di lapangan yaitu jembatan
yang terbuat dari beton dan jembatan yang terbuat dari kayu,
bambu, dan profil baja.
Kalau jembatan yang terbuat dari beton karena bentuknya bisa
dibuat sesuai dengan yang diinginkan, maka dalam hal ini roda
kendaraan bisa diterima langsung oleh plat lantai yang terbuat dari
beton tersebut.
Plat lantai kendaraan yang
terbuat dari beton

Gambar 2.30.
Jembatan dengan
gelagar langsung

Jembatan yang roda kendaraannya bisa diterima langsung oleh plat lantai
kendaraan yang terbuat dari beton disebut dengan gelagar
langsung.
Untuk jembatan yang terbuat dari kayu, bambu, baja, maka roda
kendaraan tidak bisa secara langsung diterima oleh struktur kayu,
bambu atau baja tersebut, melainkan harus lewat suatu perantara
yang disebut dengan gelagar melintang, gelagar memanjang dan
plat lantai dasar (lihat Gambar 2.31).
Untuk jembatan dimana yang roda kendaraan tidak bisa langsung
diterima oleh struktur utama disebut dengan gelagar tidak langsung
atau beban tidak langsung yang mana da lam penggambaran
seperti pada Gambar 2.31.

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-22-

arah
muatan
aspa
l

Gel.
melintang

Potongan
melintang
Gelagar
induk

Gel.
memanjang

Potongan Melintang

Gambar 2.31. Skema gelagar tidak langsung dari suatu


jembatan

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-23-

2.6.2. Skema Penggambaran MuatanTidak Langsung dalam


Mekanika Teknik
Untuk mempercepat perhitungan maka struktur dengan muatan tak
langsung harus mengalami penyederha naan.
gel. memanjang
gel. melintang
gel. induk /

Gambar 2.32. Penyederhanaan awal, gel. tida k


langsung

Gambar 2.33.
Penyederhanaan
akhir, untuk
gel. tidak

2.6.3. Cara distribusi beban


Karena roda kendaraan tidak langsung diterima oleh gelagar utama (gel. induk),
melainkan lewat perantara gelagar melintang, maka beban yang
diterima oleh gelagar induk tidak selalu sama dengan beban yang
berada diatas jembatan.
q kg/m

beban terbagi
rata
gel. melintang
P

beban
terbagi
rata
diatas gel. memanjang
P

gelagar induk / utama


beban terbagi rata tersebut akan
ditransfer ke gelagar induk melewati
gelagar
melintang
jadi
yang
sebenarnya beban merata, mas uk ke
gelagar induk (utama) menjadi beban

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-24-

Jika beban terpusat Q berada diantara gel.

melintang, maka Q tersebut didistribusi


menjadi beban Q 1 dan Q 2. dimana
Q2 =

P
Q1

b
a
Q dan Q1 !
x
x

Q2

Gambar 2.35. Distribusi beban terpusat pada gelagar tidak langsung

BEBAN TAK LANGSUNG


Contoh :
Suatu gelagar yang tidak langsung mendapat beban q t/m dengan jumlah bentang gel. memanjang
genap.

II

I
q
t/m

II
P/2

gelagar
induk
6P

Potongan I I = tepat diatas gel.


melintang
Potongan II-II = ditengah-tengah gel.
melintang

3 q P II I

Menghitung momen di potongan I -I


P

P/2

3qP

M I (untuk potongan I -I)


M I = RA . 2P - P/2 . 2P
- P. P
= 6q P - qP - qP
= 4 q P
(muatan tidak langsung)

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-25-

Kalau dicek memakai muatan langsung adalah :


M I = beban langsung
M I = 3.q P . 2P - q (2P)
= 6q P - 2 q P = 4 q P

Catatan :
Besar M (momen) pada titik balok penghubung (gel. Melintang) boleh
dihitung sebagai beban langsung.
Penyelesaian :
P=qP
RA = RB = 3q P
Beban diantara perletakan P = q P
Beban di atas perletakan P/2 = q P/2
Perhitungan Momen
Pada Potongan II q t/m

II

Dengan memakai beban langsung


MII

= 3 qP . 1.5 P - q (1.5 P)
= 4.5 P - 1.125 qP

II
P

= 3.375 qP

P/2

3qP
qP

qP

II
Jika dihitung dengan beban tidak langsung

P/2

3qP

q t/m

II

M II

= 3q P . 1.5P - q P . 1.5 P
- q P . P = 3.25 q P

Perbedaan momen (0.125 q P)


q t/m
Perbedaan tersebut adalah dari :
P

Momen lantai =
0.125 qP

kendaraa

1
q P ! 0.125 q P
8

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-26-

Catatan :
Momen tidak langsung (diantara gelagar)
MII

= M langsung M. lantai
= 3.375 q P - 0.125 q P
= 3.25 q P

jadi dalam hal ini ada perbedaan nilai perhitungan momen pada gelagar
tak langsung untuk potongan dibawah gelagar melintang dan potongan
diantara gelagar melintang.

Perhitungan gaya lintang (D)

Walaupun beban terbagi rata, tapi kalau


gelagarnya tidak langsung, maka gambar
bidang D (bidang gaya lintang), garisnya
3P

3P
P

2
P

bukan linier, namun s eperti gaya lintang


beban terpusat.

P
+

P
P
P

2
P

Bidang D

Gambar 2.37. Bidang gaya l intang (D) dari gelagar


tidak langsung

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-27-

2.6.4. Latihan
Soal 1:
Balok AB mendapat beban tak langsung
seperti tergambar, q = 1,5 t/m
sepanjang bentang.
Ditanyakan :
a). Gaya reaksi V A,
H A , RB
b). Bidang N, D, M

q = 1.5 t/m

A

1 2
3
HA
VA P
P
P
=
2m

5
B

4
P

R B

Soal 2 :
P1=3t
1m
2
3

P2=1t
4

HA
P

P
= 3m

B
P
RB

VA

Balok ABC mendapat beban tak


langsung seperti tergambar,
3t
P 2 = 1t

Ditanyakan : a). Gaya reaksi V A, H A,


RB
b). Bidang N, D, M.

2.6.5. Rangkuman

Gelagar tidak langsung biasanya terdapat pada jembatan kayu


atau baja

Apapun

bentuk

beban

yang

terdapat

diatas

jembatan,

transfernya ke gelagar utama selalu berbentuk beban terpusat.

2.6.6. Penutup
Untuk mengukur prestasi, mahasiswa bisa melihat hasil atau kunci kunci yang ada.

P1 =

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

Soal no 1
Keterangan
Reaksi Vertikal
Reaksi Horizontal
Beban Pada Titik

Gaya Normal = N
Gaya Lintang = D

Momen = M

-28-

Titik
A : VA
B : RB
A : HA
1
2
3
4
5
1-2-3-4-5
1-2
2-3
3-4
4-5
A=1
2
3
4
5=B

Nilai
6t
6t
0
1,5 t
3,0 t
3,0 t
3,0 t
1,5 t
0
4,5 t
1,5 t
1,5 t
4,5 t
0
9 tm
12 tm
9 tm
0

Arah / Tanda
o
o

Titik
A : VA
B : RB
A : HA
1
2
3
4
5
6
1-2-3-4-5-6
1-2
2-3
3-4
4-5
5-6
A=1
2
3
4

Nilai
1,75 t
2,25 t
0
0
2t
1t
0
0
1t
0
1,75 t
0,25 t
1,25 t
1,25 t
1,00 t
0
5,25 tm
4,5 tm
0,75 tm

Arah / Tanda
o

q
q
q
q
q









Soal No. 2
Keterangan
Reaksi Vertikal
Reaksi Horizontal
Beban Pada Titik

Gaya Normal = N
Gaya Lintang = D

Momen = M

q
q

q









MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

5=B
6=C
ABC

3,0 tm
0
0

A
B kiri
B Kanan
C
X = 2.24 m dari
B
A
B
X = 2.24 m

4.5 ton
3.5 ton
1 ton
0
0

+
+

Gaya Normal = N
Gaya Lintang = D

Momen = M

-29-

0
0.67 tm
3.73 tm

2.6.7. Daftar Pustaka

Soemono, Statika I, ITB-Bab I

Suwarno, Mekanika Teknik Statis Tertentu, UGM Bab I.

2.6.8. Senarai
Muatan tak langsung = beban tak langsung = beban yang tak
langsung terletak di balok induk.

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

2.7.

-30-

Garis Pengaruh

2.7.1. Pendahuluan
Kalau kita meninjau atau melihat suatu jembatan, maka struktur
tersebut selalu dilewati oleh suatu muatan yang berjalan.
Di sisi lain kalau kita meng analisa struktur maka yang dicari dari struktur tersebut
adalah, reaksi-reaksi kemudian gaya -gaya dalamnya yaitu, gaya momen,
gaya lintang dan gaya normal. Jika dua hal tersebut dipadukan, maka
kaitannya adalah : Berapa besarnya nilai maksimum dari gaya -gaya dalam
di suatu tempat di struktur tersebut, jika ada muatan yang berjalan di
atasnya ?. Untuk menjawab hal tersebut diperlukan suatu garis pengaruh.
Garis pengaruh ini sebagai alat bantu untuk mencari nilai reaksi; gaya
momen, gaya lintang, dan gaya no rmal,

jika di atas struktur jembatan

tersebut berjalan suatu muatan.

2.7.2. Pengertian Dasar


Untuk mempermudah suatu penyelesaian, maka didalam suatu
garis pengaruh, muatan yang dipakai sebagai standard adalah
beban P sebesar satu satuan (ton atau kg atau Newto n) yang
berjalan diatas struktur suatu jembatan tersebut.
Sedang bentuk garis pengaruh tersebut adalah suatu garis yang
menunjukkan nilai dari apa yang akan dicari tersebut misal : Reaksi
(R) atau gaya momen (M) atau, gaya lintang (D) atau gaya normal
(N) di suatu tempat pada gelagar tersebut.

Definisi
Garis pengaruh : adalah garis yang menunjukkan besarnya R (Reaksi),
atau gaya dalam M (Momen), atau N (Normal), atau D (Lintang)
disuatu titik akibat pengaruh dari muatan sebesar 1 ton berjalan.

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-31-

Contoh 1 : Mencari garis pengaruh Reaksi (R A dan R B)


x

x = variabel sesuai letak (posisi) P yang bergerak


P=1
ton

dari titik A ke titik B

Muatan P = 1 ton berjalan dari A ke B


G.P.R A (Garis Pengaruh Reaksi di A)

RA

RB

7 MB = 0
RA =

G.P. R A

RA . l P (l-x) = 0

P(l - x) l  x
!
ton (linier )
l
l

Untuk P di A
Untuk P di B

+
1 ton

x=0
x=l

RA = 1 ton
RA = 0 ton

G.P.RB (Garis Pengaruh Reaksi di B)


7 M A = 0 R B.l P.x = 0
P.x x
RB =
ton (linier)
!
l
l

G.P. R B
+

1 ton Untuk P di A
Untuk P di B

Gambar 2.38. Gambar garis pengaruh R A dan


RB

x=0
x=l

RB = 0
RB = 1 ton

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-32-

2.7.3. Kegunaan dari suatu Garis Pengaruh


X

P=1
t

B
RA

1t

RB
Ini adalah GP.R A (Garis Pengaruh Reaksi di
A)
Garis ini menunjukkan besarnya nilai R A sesuai
dengan posisi P yang berjalan diatas gelagar

+
GP.R A
+

1t

b
y1

GP.RA

y2

GP.R B

P=1
t

Gambar 2.39

A
c
1t

d
y3

GP.RA

GP.RB
Gambar 2.40
P= 4
ton

y4 +

A
a

1t

Ini adalah GP.R B (Garis Pengaruh Reaksi di


B)
Garis ini menunjukkan besarnya n ilai R B sesuai
B dengan posisi P yang berjalan diatas gelagar

P=1 GP.R B
t

* Jika beban P = 1 ton berada di titik C


sejauh a dari perletakan A dan sejauh b
dari perletakan B, maka besarnya reaksi di
A RA = y1 dan besarnya reaksi di B R B
= y2, dimana
1t
b
a
y1 =
ton
dan y 2 =
ton, jadi
l
l
b
a
ton dan R B =
ton
RA =
l
l
B Gambar 2.39. Kegunaan dari garis pengaruh
untuk beban di titik c
* Jika beban P = 1 ton berada di atas titik D
sejauh c dari perletakan A dan sejauh d
dari perletakan B, maka besarnya reaksi
di A R A = y3 dan besarnya reaksi di B
1t
RB = y4, dimana
d
c
ton
dan y 4 =
ton, jadi
y3 =
l
l
d
c
RA =
ton dan R B =
ton
B
l
l

b
Gambar

1t

y1
GP.R A
y2

2.40.
Kegunaan
digaris
pengaruh untuk beban di
titik D

Bagaimana kalau P tidak sama dengan


1 ton
Jika P = 4 ton terletak di titik c
Maka untuk y1 dan RB 4 . y2
Gambar 2.41.
Kegunaan garis pengaruhRA = 4 .beban tidak=sama atau
4b
4a
dengan 1 ton
RA =
dan RB !
l
l
GP.R B

1t

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-33-

P=6
t

Jika P = 6 ton terletak ti titik D

RA =

y3

1t

Maka RA = 6 . y3 dan R B = 6 y4 atau


c
6d
ton dan R B ! 6 ton
l
l

Gambar 2.42. Kegunaan garis pengaruh

GP.R A

untuk beban P = 6t
y4

GP.RB

+
+

1t
Bagaimana kalau ada beberapa muatan :

P= 4
ton

P2= 6
ton

P1 = 4t di c, sejarak dari titik A, sejarak b

sejarak d dari titik B, maka

y3
GP.RA

+
y2
GP.R B

dari titik B, dan P 2 = 6t sejarak c dari titik A,

y1

Jika di atas gelagar ada muatan

1t

y4

1t

RA = 4y1 + 6y3 = 4 .

b
d
ton  6 ton
l
l

RB = 4 y2 + 6 y4 = 4

c
a
ton  6 ton
l
l

Gambar 2.43. Kegunaan garis pengaruh


untuk beban P 1 = 4 ton dan P 2
= 6 ton

Beberapa Contoh
1.

Mencari Garis Pengaruh Gaya Lintang (G.P.D)


P = 1 ton berjalan dari A ke B
X = variabel yang bergerak sesuai dengan posisi P dari A ke B
C = suatu titik terletak antara A B

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-34-

P = 1t

G.P. Dc (Garis Pengaruh Gaya Lintang di


C)

P berjalan dari A ke C

C
7 MA = 0
RA

RB

RB =
a

RB . l P.x = 0

Px x
! ton
l
l

Dc dihitung dari kanan


Dc = -RB = 
P = 1t

x
ton (linier)
l

Untuk P di A

x=0

Dc = 0

Untuk P di C kr x = a

Dc = -

x
A

a
ton
l

C
a
l

G.P. R B

P berjalan dari C ke B
P (l  x ) l  x
RA =
!
ton
l
l
Dc dihitung dari kiri

+
b/l

Dc = RA =
G.P. R A

G.P. D c

l x
ton (linier )
l

Untuk P di C kn
Dc =

x=a

l a b
! ton
l
l
ll
! 0 ton
l

Gambar 2.44. Gambar garis pengaruh


gaya lintang

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-35-

Mencari Garis Pengaruh Momen (G.P.M)


P = 1 ton berjalan dari A ke B
x = variabel yang bergerak dari A ke B sesuai posisi P.
P = 1t
G.P. Mc (Garis Pengaruh Gaya Lintang di
C)

C
RA

RB

l
a

P berjalan dari A ke C
RB =

Px x
! ton
l
l

Mc dihitung dari kanan

Mc = + RB . b = 

x
. b tm (linier )
l

Untuk P di A

x=0

Mc = 0

Untuk P di C

x=a

Mc = +

P = 1t
x
A

a .b
tm
l

P berjalan dari C ke B
RA =

P (l  x )
l x
ton !
ton
l
l

Mc dihitung dari kiri


l x
Mc = + RA . a tm =
. a tm
l

+
GP RB.b

a.b
tm
l

Untuk P di C
GP R A.a

G.P. M c

Mc =

l a b

! . a . tm
l l
Untuk P di B

Gambar 2.45. Gambar garis pengaruh


momen di c (GP Mc)

x=a

x=l

l l
Mc =
a . tm
l
= 0 tm

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-36-

3. Contoh lain

Diketahui : Balok ABC diatas 2


perletakan A dan B

x
D

A
2
m

l=6
m

l 1= 2 m

Ditanya : Gambar Garis Pengaruh R A,


RB, M D, DD, DBkn
Jawab :
GP.R A : 7 MB = 0

GP.RA

1t

GP.R B : 7 . M A = 0

GP.R B
+

1t

Untuk P di A
Untuk P di B
Untuk P di C
8 8
! !
RB =
l 6

4
3

2/3
ton
GP.M D

GP.R A.2

4
tm
3

GP.R B

GP.DD
-

2
3

1
t
3

+
GP.R A

x=0
x=l
x=8
4
ton
3

x
ton
lt
RB = 0
RB = 1 ton

RB =

GP. MD
P antara A-D

1
t
3

lx
ton
l

1/3
t
Untuk P di A x = 0 RA = 1 ton
Untuk P di B x = l RA = 0
Untuk P di C x = 8
1
l 8 68
2
RA =
!
!  ton ! ton
3
l
6
6

GP.R B.4

RA =

lihat kanan bagian


x
M D = RB . 4 =
. 4 tm
l
Untuk P di A x = 0 MD = 0
Untuk P di D x = 2 m
2.4 4
MD =
! tm
6
3
P antara D-C lihat bagian
l x
M D = RA . 2 =
.2
l
Untuk P di D x = 2m
4
l 2
62
.2 ! tm
.2 !
MD =
3
l
6
Untuk P di B x = 8 m
2
68
MD =
. t !  tm
3
63

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-37-

GP.DD
P antara A-D

lihat kanan bagian

x
ton
l
x = 0 DD = 0
x = 2 DD = -2/6 ton = -1/3 ton

D D = - RB = P di A
P di D

P antara D-C
D D = RA =

lihat kiri bagian

l x
ton
l

P di D

x=2

P di B

x=6m

62 2
! ton
6
3
DD = 0

P di C

x=8m

DD =

DD =

68
1
!  ton
6
3
GP.DBkr

Bkn

Bkr

P antara A-Bkr

lihat kanan bagian

DBkr = - RB
P antara B-C

GP.DBkr
-

1t

GP.R A

lihat kiri bagian

DBkr = + RA
1/3
t
GP.DBkn

GP.R B

P antara A B

lihat kanan bagian

DBkn = 0
GP.D Bkn

P antara B C
DBkn = P = 1 ton

1t

lihat kanan bagian

GP.MB
2 tm

P antara A B

lihat kanan bagian

MB = 0

GP.M B

P antara B C

lihat kanan bagian

M B = -x tm
x

x=0

P di C
Gambar 2.46.
Gambar knmacam-macam garis

P di B

x = 2m

MB = 0
M B = -2 tm

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-38-

2.7.4. LATIHAN
Soal 1

berjalan
1 t bejana

I
RA

RB
3m

5m

a) Akibat beban P = 1ton berjalan diatas balok ABC, ditanyakan GPR A, GPRB,
GPD I, GPMI

3m

b) Bila beban
P1 =
Ditanya;
4t
DI (+) max.
DI (-) max.
MI max.
M max. max.

berjalan,
P2 =
2t

  


P = 1 t berjalan

Soal 2
A

I
RA

RB
4m

5m

3m

Akibat beban P = 1ton berjalan diatas balok ABC, ditanyakan GP R A, GP RB, GP


D I, GP MI
a) Bila beban
Ditanya;
RB max.
MI max.

3m

berjalan,

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-39-

2.7.5. Rangkuman
o

Garis pengaruh adalah : garis yang menunjukkan besarn ya reaksi atau


gaya-gaya dalam disuatu titik, akibat muatan berjalan sebesar 1 ton.

Beban yang dipakai untuk garis pengaruh adalah satu satuan muatan
(ton atau kg atau Newton).

2.7.6. Penutup
o Untuk

mengukur

prestasi, mahasiswa bisa melihat hasil jawaban

sebagai berikut :

Jawaban soal no. 1


Keterangan

P = 1 ton di titik

Nilai

RA

A
B
A
B
A

1 ton
0
0
1 ton
0
3
t
8
5
8

RB
DI

I kiri
I kanan
MI

A
B
I

RA max.
= + 5.5 ton
D I (+) max. = + 3.3 ton
MI max.
= + 9 tm
Mmax. Max. = + 9.1875 tm

0
0
15
tm
8

Tanda/arah
+

o
+

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-40-

Jawaban soal no. 2


Keterangan

P = 1 ton di titik

Nilai

RA

A
B
C
A
B
C
A
I kiri
I kanan
B
C
A
B
I
C
A
B
C

1 ton
0
0.3 ton
0
1 ton
1.3 ton
0
0.4 ton
0.6 ton
0
0.3 ton
0
0
2.4 tm
1.2 tm
0
0
3 TM

RB

DI

MI

MB

RB max.
MI max.

Tanda/arah
+

+
+

o
o
+
-

+
-

= + 5.175 ton
= + 9.18 tm

2.7.7. Daftar Pustaka


- Soemono, Statika I, ITB, Bab I.

Suwarno, Mekanika Teknik Statis Tertentu, UGM Bab I.

2.7.8. Senarai
- Garis pengaruh

Beban berjalan

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-41-

MODUL : 3 : ARTI BALOK GERBER DAN CARA


PENYELESAINNYA

3.1. Judul : BALOK GERBER

Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah membaca materi ini diharapkan mahasiswa mengerti apa arti
balok gerber serta mengetahui bagaimana cara menyelesaikan struktur
tersebut.

Tujuan Pembelajaran Khusus


Mahasiswa diharapkan bisa mengerti dengan seksama tentang pengertian
balok gerber, syarat -syarat yang diperlukan untuk menyelesaikan dan
mahasiswa bisa menggambarkan bidang -bidang gaya dalam balok
tersebut.

3.1.1. Pendahuluan
Didalam kenyataan se -hari-hari jarang dijumpai jembatan y ang
berbentang Satu.
(

). Untuk mengatasi penyeberangan sungai

yang mempunyai lebar


> 100 m

penampang cukup besar (>100m) (

) maka dibuatlah suatu

jembatan yang berbentang lebih dari satu, sehingga mempunyai


perletakan > 2 buah.

a).

Jembatan berbentang
satu

Kalau dilihat pada gambar b,


perletakan dari jembatan tersebut >
2 buah, yaitu 3 buah dimana A =
sendi; B = rol dan C = rol. Kalau di
perletakan A terdapat 2 reaksi
(karena A = sendi) yaitu R AH dan
R AV, perletakan di B terdapat 1
reaksi (karena B = rol) yaitu R BV,
perletakan di C ada 1 reaksi (karena
C = rol) yaitu R , maka jumlah

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

b).
A

-42-

Jembatan berbentang lebih dari


satu
Gambar 3.1. Macam-macam bentang
jembatan
Jika dalam persamaan keseimbangan hanya punya 3 buah ( 7V = 0; 7H =
0; 7M = 0) berarti untuk bisa menyelesaikan struktur jembatan (b) masih
memerlukan 1 buah persamaan baru lagi, supaya bilangan yang tidak
diketahui yaitu RAV; RAH; RBV, RCV bisa didapat sedang untuk konstruksi
statis tertentu persamaan yang tersedia hanya 3 buah yiatu 7V = 0; 7H =
0; 7M = 0. dalam keadaan tersebut konstruksi jembatan (b) disebut
dengan kontruksi statis tidak tertentu.
Kalau 1 (satu) persamaan baru tadi bisa disediakan maka syarat syarat keseimbangan masih bisa dipakai untuk menyelesaikan konstruksi
jembatan (b) tersebut (4 buah bilangan yang dicari yaitu R AV; RAH; RBV,
RCV dengan 4 buah persamaan yaitu 7V = 0; 7H = 0; 7M = 0 dan 1 (satu)
persamaan baru). Dalam kondisi tersebut konstruksi masih
tertentu,

karena

masih

bisa

diselesaikan

dengan

statis

syarat -syarat

keseimbangan dan konstruksinya dinamakan dengan konstruksi balok


gerber.

Sendi
gerber
Gambar 3.2. Skema balok gerber

Jika 1 (satu) persamaan baru tersebut


dengan memberikan 1 buah perletakan
baru di D yang berbentuk sendi, maka
persamaan baru tersebut adalah 7 M D =
0
Sedang titik D tersebut disebu t dengan
sendi gerber

3.1.2. Definisi Balok Gerber


Dengan uraian seperti dalam pendahuluan, maka bisa didefinisikan
bahwa :

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-43-

Konstruksi balok gerber :

adalah suatu konstruksi balok jembatan yang

mempunyai jumlah reaksi perletakan > 3 buah,


namun masih bisa diselesaikan dengan syarat syarat keseimbangan.

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-44-

Contoh :
Sendi gerber
RAH
B

A
RAV

RBV

C
RCV

Suatu
konstruksi
balok
gerber
ABC
dengan
perletakan :
A = sendi, dimana ada 2
reaksi yaitu R AV dan R AH.
B = rol, dimana ada 1 reaksi
yaitu R BV.
C = rol, dimana ada 1 reaksi
yaitu R CV
Jadi jumlah reaksi adalah 4
buah yaitu, R ; R ; R dan

Persamaan yang tersedia adalah :


3 (tiga) buah persamaan syarat keseimbangan yaitu 7V = 0; 7H = 0
dan 7M = 0
1 (satu) buah persamaan baru yaitu 7 M D = 0
Jadi jumlah persamaan ada 4 (empat) buah yaitu 7V = 0; 7H = 0; 7M = 0
dan 7M D = 0.
Kondisi kontruksi tersebut adalah :
Jumlah bilangan yang tidak diketahui = jumlah persamaan yang ada ( 7V
= 0; 7H = 0; 7M = 0 dan 7MD = 0) = jumlah persamaan
(yaitu R AV; RAH; RBV dan R CV) = jumlah bilangan yang dicari
Maka konstruksi tersebut, disebut dengan konstruksi balok ge rber, yang
masih statis tertentu.

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-45-

3.1.3. Bentuk Sendi Gerber


Kalau balok gerber tersebut adalah dibuat dari balok beton, maka bentuk
konstruksi gerber tersebut seperti pada gambar.
Sendi gerber
D
A

RAH

R AV

RB
RC

Detail perletakan D
(sendi gerber)
Gambar 3.3. Detail sendi gerber

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-46-

RAH
RAV

RCV

RBV

RAH
RCV

RAV

RBV
atau
D

RDH
RDV
A

RAH

RDV

R CV

D
RDH

RAV

R BV

Gambar 3.4. Skema pemisahan balo k gerber

Catatan : Reaksi di balok DC menjadi (beban) pada balok AB.


Jadi kalau diuraikan balok gerber ABC tersebut merupakan gabungan dari
2 balok statis tertentu DC dan ABD, dimana balok DC tertumpu di balok
AB.

3.1.4. Menentukan letak sendi gerber

B
A

beban = q
kg/m
C

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-47-

Jika dalam balok ABC, sendi gerber


belum ada, maka konstruksinya masih
statis tak tertentu, dan jika diberi beban
terbagi rata sebesar q kg/m, maka
gambar bidang momennya (bidang M)
seperti gambar dibawahnya. Bagaimana
cara mencari bidang momen (bidang M)
tersebut, untuk mahasiswa semester I
belum bisa mengerjakan, jadi untuk
sementara diterima saja. Kalau dilihat
dari sub bab 3.1.2. dimana di titik D
dibuat sendi gerber dengan persamaan
baru 7M D = 0, maka alangkah tepatnya
jika untuk menentukan posisi di titik D
dicari tempat-tempat yang momennya

Gambar 3.5. Balok statis tak


tentu dan skema
bidang momennya

Dalam hal seperti tersebut diatas, alternatif tempat dimana momennya


sama dengan nol adalah titik 1 dan 2 yang posisinya di kiri dan kanan
perletakan B. Karena kita hanya membutuhkan 1 (satu) buah persamaan
baru, maka kita cukup memilih salah sa tu dari 2 (dua) alternatif tersebut
sendi gerber
diatas, sehingga struktur bisa diselesaikan.
D
B
C
Cara memilih : alternatif (1), jika kita
a1 A

memilih titik (1) sebagai sendi gerber,


maka gambarnya adalah seperti pada

1
A

Gambar a 1 dimana balok AD terletak di

D
B

a2

atas balok DBC, balok tersebut jika


disederhanakan

Gambar

a 2,

akan
dan

seperti
jika

pada

diuraikan

strukturnya akan seperti pada gambar

a3

TIDAK MUNGKIN
Gambar 3.6. Penentuan sendi gerber
yang tak mungkin

Perhatikan

a 3.
Apakah mungkin ?

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-48-

Lihat balok AD, perletakan A = sendi dengan 2 reaksi (R AV, RAH)


perletakan D = sendi dengan 2 reaksi (R DV, RDH), sehingga jumlah reaksi
ada 4 (empat) buah, sehingga strukturnya adalah statis tidak tertentu.
Perhatikan balok DBC; perletakan B = rol dengan 1 buah reaksi (R

BV);

perletakan C = rol dengan 1(satu) buah reaksi (R CV), sehingga jumlah


reaksi hanya ada 2 (dua) buah, karena kedua perletakan B dan C adalah
rol, maka struktur balok DBC tidak stabil sendi gerber adalah tidak
Alternatif 2
mungkin.
D

sendiC
gerber

b1

Jika yang

2
A

sebagai
C

b2

dipilih adalah titik (2)


sendi

gerber,

maka

gambarnya adalah seperti gambar


(b1) dimana balok DC terletak diatas

balok

ABD,

gambarnya
RDH

B
D

tersebut

disederhanakan

jika
akan

seperti pada gambar (b 2), dan jika


diuraikan strukturnya ak an menjadi

RDV
b3 A

balok

RDH

seperti pada gambar (b 3) apakah


mungkin ?.
Perhatikan balok DC yag terletak
diatas balok ABD. Perletakan D =

Gambar 3.7. Balok gerber dan cara


pemisahannya

sendi mempunyai 2 (dua) reaksi


yaitu

R DV

dan

R DH,

sedang

Jumlah letak reaksi adalah 3 (tiga), maka konstruksi balok DC adalah


statis tertentu
y Perhatikan balok ABD, perletakan A = sendi, mempunyai 2 (dua) reaksi
yaitu R AH dan R AV, perletak B = rol, mempunyai 1 (satu) reaksi yaitu
RBV.
Jumlah total reaksi adalah 3 (tiga) buah, jadi konstruksi balok ABD
masih statis tertentu.
y Jadi pemilihan titik (2) sebagai sen di gerber adalah mungkin.

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-49-

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-50-

3.1.5. Mekanisme Penyelesaian Balok Gerber

C
Jika

ada

suatu

konstruksi

balok

gerber seperti pada gambar a, maka


D

b1
1

yang

perlu

dikerjakan

pertama

adalah memisahkan balok tersebut


A

menjadi beberapa konstruksi balok

statis tertentu.
D

b2
A

Jika

gambar

RD

konstruksinya
(a),

memisahkan

seperti

maka

kita

konstruksi

pada
bisa

tersebut

b1 dan b 2
C1

beberapa

konstruksi

menjadi

beberapa

konstruksi

tertentu

seperti

pada gambar (b) atau (c),

tidak
D
C

menjadi
tersebut

RD

dimana

gambar (b) terdiri dari gambar (b 1)


dan (b 2), demikian juga gambar (c)

C
RD
RD

C2
A

B
C1 dan C2

statis

mungkin

Gambar 3.8. Skema penyelesaian balok gerber

Tinjauan gambar b 1 dan b2

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-51-

Titik D dari balok ABD (gambar (b1) menumpu pada titik D pada balok DC,
dan jika dijabarkan (diuraikan) strukturnya akan menjadi seperti gambar
(b2), dimana titik D pada balok ABD menumpu pada titik D balok DC,
sehingga reaksi R D dari balok ABD akan menjadi beban (aksi) pada titik D
balok DC.
Perhatikan struktur balok ABD (gambar b2), per letakan A = sendi (ada
2 reaksi); perletakan B = rol (ada 1 reaksi), perletakan D = sendi (ada
2 reaksi). Jadi total perletakan balok ABD ada 5 (lima) buah, jadi balok
ABD merupakan balok statis tidak tertentu.
Perhatikan balok DC (gambar b2), titik D = be bas (tak mempunyai
tumpuan), jadi tidak ada reaksi, perletakan, c = rol (ada 1 reaksi), jadi
jumlah total reaksi hanya ada 1 buah yaitu R CV di C. Dalam kondisi
seperti tersebut diatas balok DC merupakan balok yang tidak stabil
atau labil. Sehingga alternatif (b) adalah tidak mungkin.

Tinjauan gambar (c1) dan (2)


Titik D dari balok DC (gambar (C1) menumpu pada titik D balok ABD, dan
jika diuraikan strukturnya akan menjadi seperti pada gambar (C2), dimana
titik D dari balok DC menumpu pada titik D balok ABD, sehingga reaksi RD
dari balok DC akan menjadi beban (aksi) pada titik D balok ABD.

Perhatikan struktur balok DC gambar (C2), perletakan D = sendi, (ada


2 reaksi), perletakan C = rol (ada 1 reaksi) total jumlah perletakan
ada 3 (tiga) buah.
Jadi balok DC adalah balok statis tertentu
Perhatikan struktur balok ABD (gambar (C2)), perletakan A = sendi
(ada 2 reaksi), perletakan B = rol (ada 1 reaksi) jumlah perletakan
ada 3 (tiga) buah. Jadi balok ABD adalah balok statis tertentu juga.
Jadi alternatif (C) adalah mungkin.

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-52-

Tahapan Penyelesaian

Sendi gerber
P

D
a
A

Kalau kita mempunyai balok


gerber ABC seperti pada gambar
(a), yang kemudian diuraikan
seperti pada gambar (b), maka
tahapan pengerjaannya adalah
sebagai berikut :

P
y
D

C
y
RD

RD

RC

D
A

Gambar 3.9. Skema pemisahan balok gerber

Balok DC dikerjakan dulu


sehingga menemukan R D
dan R C.
Reaksi R D dari balok DC
akan menjadi beban di titik
D dan balok ABD.
Dengan beban yang ada (q)
dan beban R D, maka balok
AB bisa diselesaikan.
Bidang-bidang gaya dalam
(M, N, D) bisa diselesaikan
sendiri-sendiri pada balok
DC dan AB.
Penggambaran bidang M, N,
D balok gerber merupakan
penggabungan dari bidang
M, N, D dari masing-masing

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-53-

3.1.6. Contoh Soal

Suatu

P=4t
(a)

q = 2t /m

1m

struktur

balok

gerber

ABC

dengan beban seperti pada gambar.

A = rol

B = sendi

C = rol

S = sendi gerber

Beban P = 4 ton, dengan jarak 1 m


dari A, dan beban terbagi rata q = 2

2m

4m

6m

t/m dari B ke C.
Ditanya : Gambar bidang M, N, D.

Jawab: Struktur balok gerber seperti

P=4t

pada gambar (a) kalau diuraikan akan

(b) A

menjadi struktur seperti pada gambar

Rs =
x1

RA = 3t

(b).

2 t/m

Balok AS harus diselesaikan lebih

x2

Rs

C
S

balok As menjadi beban / aksi ke

B
3
tm

(c)

dahulu, baru selanjutnya reaksi Rs dari

balok SBC

R B = 7 1/3 t
2
tm

RC = 5

8.0287
tm

2 Balok A-S (mencari RA dan RS)


t
3
7 MS = 0

RA. 4 P.3 = 0

RA.=

+
7 MA = 0

BID. M

5.667 m

RS. 4 P.1 = 0
RS =

2.833 m

P.3 4.3
!
! 3t
4
4

P.1 4.1
!
! 1t
4
4

Reaksi Rs = 1t akan menjadi beban di


titik S pada balok S B C (gambar (b))
Balok S B C (mencari RB dan R C)

6.33t
3t

1t

7 MC = 0

RB.6 RS.8 q.6.3 = 0

BID. D

RB.6 1.8 2.6.3 = 0

2
5
t
1
44
3
RB =
t!7 t
3
6
7 MB = 0

BID. N
Gambar 3.10.
Gambar-gambar gaya
Bidang Momen (M)
dalam balok gerber

RC.6 + RS.2 q.6.3 = 0


RC.6 + 1.2 2.6.3 = 0

34
! 5 2 / 3t
6

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-54-

Balok A-S
Daerah A

P (P = letak beban P = 4t)

Mx = RA.x = 3.x (linear)


x=0

MA = 0

x=1

MP = 3 tm (momen dibawah P)

Daerah P

Mx = RA.x-P (x-1) = 3.x 4 (x-1)


x=1

MP = 3 tm

x=4

MS = 0

Balok SBC
Daerah S

B (dari kiri)

Mx1 = - Rs.x1 = - 1.x1 (linear)


= -x1
x1 = 0

Ms = 0

x2 = 2

MB = -2 tm

Daerah C

B (dari kanan)

Mx2 = Rc.x2 -

1
.q x2 (parabola)
2

Mx2 = 5.667.x 2 -

1
.2.x2
2

= 5.667 x 2 - x2
Mencari M max

dMx 2
=0
dx 2

5.667 2 x2 = 0

= x2 = 2.833 m (lokasi dimana terletak M max


M x2 max =5.667. 2.833 (2.833)
= 16.0546 8.02589 = 8.0287 tm.
Mencari titik dimana momen = 0
M x =5,667 x 2 x22 = 0
X2 (5,667-x2 ) = 0
x2 =5,667 m ( Letak dimana momen = 0 )
Bidang D ( GAYA LINTANG )

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-55-

Balok A-S
Daerah A P ( dari Kiri )
D2 = + Ra = + 3 + ( Konstan )
Daerah P S ( Dari kiri )
Dx = + R a - P = 3 4 = -1 t (Konstan )

Balok S B C
Daerah S B ( Dari Kiri )
Dx = - Rs = -1 t (Konstan)
Daerah C

B (Dari Kanan)

Dx2 = - Rc + q . x

= - 5,667 + 2 . x

(Linieair)

X2 = 0

Dc = - 5,667 t

X2 = 6

Dbkn = -5,667 + 2.6 = + 6,333 t

Mencari titik dimana D = 0


-5,667 + 2X 2 = 0

X2 = 2,833 m

(Letak D = 0 sama dengan letak

Bidang N ( Normal )
Bidang N tidak ada

3.1.6. Latihan

M max )

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

Dalam

-56-

mempraktekan teori teori yang ada di depan ( bagian


sebelumnya ), maka perlu diadakan (diberi) suatu latihan
.

1).

P = 5t

q = 2t/m
S
B

2
m
5m

2
m

4m
Beban : P = 5t, 2m dari A
q = 2t/m sepanjang
bentang SC.
Gambar : bidang-bidang
gaya dalamnya (Bidang
M, N, D)

P=5
2t
45

2).
S

Suatu
balok
gerber
dengan
beban
dan
struktur seperti gambar,
dengan perletakan A =
sendi,
B = rol
C = rol,
S = sendi
gerber

Suatu

balok gerber dengan

beban dan struktur seperti


A

B
2m

3m

3m

pada

gambar

dengan

perletakan :
A = jepit,

B = rol

S = sendi gerber
Beban

P = 5

2 t dengan

sudut 45 terletak di tengah


bentang SB.
Gambar :

bidang- bidang

3.1.8. Rangkuman
o

Balok gerber adalah :


- Suatu balok yang mempunyai jumlah reaksi lebih besar dari 3 buah,
tapi masih bisa diselesaikan dengan syarat -syarat keseimbangan.
Atau
- Rangkaian dari beberapa balok statis tertentu.

Tahap awal penyelesaiannya adalah : balok tersebu t harus diuraikan


lebih dahulu, dan di sendi gerber ditentukan daerah bagian balok
tertumpu

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-57-

mana yang terletak diatas (tertumpu) dan mana yang menumpu (


)
o

Penyelesaiannya dilakukan secara bertahap dari masing -masing balok


tersebut.

Balok

yang

salah

satu

perletakannya tertumpu

(menumpang)

diselesaikan terlebih dahulu.


o

Gambar bidang gaya dalamnya adalah merupakan gabungan dari


masing-masing balok tersebut.

3.1.9. Penutup
Untuk mengukur prestasi, mahasiswa bisa melihat sebagian jawaban
dari soal-soal tersebut diatas sebagai kontrol.

Soal No. 1
Keterangan

Gaya Lintang (D)

Gaya Normal (N)

1.4 ton

7.6 ton

4 ton

Momen (M)

Arah

Keterangan

Harga

Reaksi

Titik

4 ton

Titik
A
B
S
C
A
B kiri
B kanan
C
-

Harga
0
8 tm
0
0
1.4 ton
3.6 ton
4 ton
4 ton
-

Tanda

(-)
(+)
(-)
(+)
(-)
-

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-58-

Soal 2
Keterangan

5 ton
5 tm
2.5 ton

2.5 ton

5 tm

di P

7,5 tm

2.5 ton

(+)

2.5 ton

(-)

5 ton

(-)

5 ton

(-)

P kiri

Gaya Normal (N)

AH

Gaya Lintang (D)

2.5 ton

MA

Momen (M)

Harga

AV
Reaksi

Titik

Tanda

5 ton

(-)

(-)

(+)

3.1.10. Daftar Pustaka


1. Soemono Statika I ITB bab V
2. Suwarno. Mekanika Teknik Statis Tertentu UGM bab V-4
3.1.11. Senarai :
Sendi Gerber : tempat penggabu ngan balok satu dengan balok lainnya.

3.2. Garis Pengaruh Balok Gerber

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-59-

3.2.1. Pendahuluan
Seperti halnya balok diatas 2 perletakan, maka untuk balok gerber
inipun kita harus mencari besarnya reaksi, atau gaya momen (M)
atau gaya lintang (D) atau gaya normal (N), jika ada muatan yang
berjalan diatas balok gerber tersebut.
Pengertian dasar dan definisinya sama dengan garis pengaruh
balok diatas 2 perletakan.
Standart

beban

yang

dipakai

juga

sama

yaitu

muatan

berjalan dengan beban P = 1 t on atau satu satuan beban.

3.2.2. Prinsip Dasar


Yang perlu diperhatikan dalam membuat garis pengaruh balok
gerber adalah :
(a
)

o Harus bisa memisahkan balok yang

mana yang disangga dan yang mana


yang menyangga.
o Dalam gambar sebelah
o Balok SC yang disangga
RS
RS

(b
)

RC o Balok ABS yang menyangga.

o Kalau ada muatan berjalan diatas ABS


P

RA

maka reaksi di S (R S) dan reaksi di C

RB

ada

(Rc) tidak ada (Gambar d).


RS
RS

RC
ada

o Namun jika ada muatan berjalan diatas

(c
)

balok S-C

maka reaksi di A (R A), reaksi

di B (R B); reaksi di S (Rs) dan reaksi di C


(Rc) semuanya ada (Gambar c).

RA ada

R B ada
P
tidak
ada
reaksi

(d
)
RA ada

tidak
ada
reaksi

RB ada

Gambar 3.11.
Reaksi perletakan pada balok
gerber dengan muatan berjalan diatas

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-60-

Contoh
Balok gerber seperti pada gambar
Cari garis pengaruh reaksi -reaksinya
P=1 x1
x
P=1t
t
S

A
l

C
l

RS
RS
B

GP.R A (Garis Pengaruh Reaksi di A)


P berjalan dari A ke S
x = variable bergerak sesuai posisi P dari A
ke C
7 Ms = 0
P (l1  x ) l1  x
RA =
ton
!
l1
l1
Untuk P di A x = 0 RA = 1 ton
Untuk P di S x = l1 RA = 0
P dari S ke C
RA

tidak ada pengaruh terhadap

GP.R S (Garis Pengaruh Reaksi di S)


GP.R A
1t

P dari A
Rs =

GP.R S
+

ke S

Px
x
!
l1 l1

P di A x = 0 Rs = 0
P di S x = l1 RS = 1t
P dari S ke C tidak ada pengaruh untuk
reaksi
di S (Rs)

GP.R B (Garis Pengaruh Reaksi di B)


x1 variabel bergerak dari C ke A sesuai

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-61-

1t

P=
1t

1t

GP.R B

x1

l2  a

2
A

GP.Rc (Garis Pengaruh Reaksi di C)


P berjalan dari C ke S

GP. Rc

l  x1
Rc = 2
t
l2
P di C x1 = 0

P = 1t
x1

Rc = 1t

P di B

+
1t

a/l

x 1 = l2

P di S

Rc =

Rc = 0

Rs . a
a
karena
!
l2
l2

(Rs = 1t)

P di A

Gambar 3.12. Garis pengaruh reaksi


(RA; Rs; RB dan Rc)
Jika potongan I -I antara : A3
Jika potongan II-II antara : BC
b
x

Rc = 0

cari garis pengaruh D I-I dan M I-I


cari garis pengaruh D II-II dan M II-II
e

Rs = 0

GARIS PENGARUH D DAN M

P
I

B
S

II
II

l1

l2

G.P.DI-I (Garis Pengaruh Gaya


Lintang di potongan I -I)
P berjalan di kiri potongan I -I
(perhitungan dari kanan potongan)
DI = - Rs (dari kanan)

Rs

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-62-

Gambar 3.13. Garis pengaruh D I-I dan M I-I

G.P.MI-I (Garis Pengaruh Momen di Potongan I-I)


P berjalan di kiri potongan I -I (perhitungan dari kanan)
M I = Rs . c =

x
Px
.c
.c !
l t1
l t1

Untuk P di A

x=0

Untuk P di I-I

MI = 0

x=b

MI =

b.c
l1

P berjalan di kanan potongan (perhitungan dari kiri)


l x
M I = RA . b = 1
.b
l1
Untuk P di I-I

x=b

l b
c.b
MI = 1
.b !
l1
l1

Jika P berjalan dari S ke C tidak ada M I


x

P
S

e
II

C
G.P. D II-II (Garis Pengaruh Gaya
Lintang di potongan II -II)

II
a

l1

l2

P berjalan dari A ke P otongan II


(perhitungan kanan potongan II)
DII = - Rc (sama dengan g.p. Rc)

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

Sama dengan g.p.


Rc

-63-

Sama dengan g.p.


RB
G.P. M II-II (Garis Pengaruh Momen di
potongan II-II)

a/l2.
b
d/l2 .
e

P berjalan dari A ke II (perhitungan


dari kanan potongan)
MII = Rc . e (sama dengan GP.Rc x
e)
Untuk P di S

g.p. Rc.e

Rs = 1t

Rc = -

g.p. R B.d
M II = -

Gambar 3.14. Garis pengaruh D II-II dan


M II-II
P berjalan dari II ke C (perhitungan dari kiri)
M II = RB . d
Untuk P di II

RB =

e
l2

M II =

e
l2

dtm

e
l2

Untuk P di II

Rc =

a
l2

.e

d
l2
M II = -

d
.e
l2

a
l2

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-64-

3.2.3. MENCARI HARGA MOMEN DAN GAYA LINTANG DENGAN


GARIS
PENGARUH
Jika ada suatu rangkaian muatan atau muatan terbagi rata
berjalan diatas gelagar berapa momen maximum di titik C
dan berapa gaya lintang maximum di titik C.
A
C
B Mencari harga Mc
a
b
l
Kondisi muatan seperti pada 1)
Mc = P1 y1 + P 2 y2 + P3 y3
* P
P2
P3
1
Kondisi muatan seperti pada 2)
1)
Mc = P1 y1 + P2 y2 + P3 y3 + P4
*
y4
P4
2) P 1 P2 P3
y1

y2

y3 y 1 y4 y2
C

Mc = 7 P.y

y3
B

Untuk muatan terbagi rata = q t/m


GP.Mc

d
P.a.b x
l

q t/m

d Mc = y.q dx
Mc =
y.qdx ! q y dx

GP.Mc

y dx ! luas bagian yang diarsir ! F

+
Mc = q F

Luas =
F

q dx = muatan q sejarak dx, dimana dx 0 (mendekati


0)

y
P 1

P2

P 3

P 4

= ordinat dibawah dx

Mencari harga Dc
Untuk beban titik
GP.Dc

Dc = -P1 y1 + P 2 y2 + P 3 y3 + P4 y4

y1

y2

y3

y4

Dc = q F
Beban terbagi rata

Dc = q F

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-65-

q t/m
Luas = F

GP.Dc
+
-

Gambar 3.15. Mencari gaya lintang (D) dan momen (M) dengan garis
pengaruh

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-66-

3.2.4. Mencari Momen Maximum di Suatu Titik Pada Gelagar


3.2.4.1. Pendahuluan
Pada kenyataannya, muatan yang melewati suatu jembatan adalah
tidak menentu, ada yang lewat sendirian atau merupakan suatu
rangkaian muatan, Dalam kondisi tersebut kita tetap harus mencari
berapa nilai momen maximum di suatu tempat pada gelagar
tersebut.
Misal :
Suatu gelagar muatan
P1

P2

P3

P4

P5

P6

C
a

Suatu
gelagar
Jembatan

Gambar 3.16. Muatan berjalan diatas gelagar

Berapa momen maximum yang terjadi di titik C jika ada suatu


rangkaian muatan seperti pada gambar tersebut melewati jembatan
seperti pada gambar.

3.2.4.2. Prinsip dasar perhitungan

- Untuk mencari nilai momen maximum di suatu untuk didalam


gelagar

maka kita perlu mencari posisi dimana muatan

tersebut berada yang menyebabkan momen di titik tersebut


maximum.

- Untuk mencari nilai maximum tersebut perlu memakai ga ris


pengaruh dari gaya dalam yang dicari sebagai perantaranya.

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-67-

- Kemudian nilai maximum tersebut didapat dengan cara


mengalikan antara beban yang terletak diatas gelagar dengan
ordinat dari garis pengaruh yang dipakai.

Contoh
Mencari Momen Maximum Pada Gelagar
Ada suatu balok terletak diatas 2 perletakan seperti pada Gambar, jika ada
rangkaian muatan yang berjalan diatasnya berapa Mc maximum yang
terjadi.
(x
P1

P 1 P P 2 P3 P3 P4 P4 P5 P5
2
Jawab :
B

Mencari Mc max untuk rangkaian


muatan berjalan (dari kiri k e
kanan)
Jarak rangkaian muatan constant
(tetap)
= posisi awal

(l- c)

(c)
l
l

(x
y 1

y2

y 3

y4

= posisi kedua

y5

y1
y4

y2

y5

Pada posisi awal, ordinat garis


pengaruh dinyatakan dengan y 1

y3
C1

s/d yS, atau


Mc = 7 Py

GP.Mc

= P 1 y1 + P 2 y 2 + P 3 y 3 + P 4

y
y

y4
+ P5 y 5

Gambar 3.17. Perpindahan ordinat untuk muatan berjalan

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-68-

Muatan bergerak ke kanan sejauh (x, dimana ordinat garis pengaruh


dinyatakan dengan y 1 s/d y5 dan Mc = 7 Py
(dalam hal ini y berubah menjadi y)
Jika ditinjau 2 bagian :

- bagian kiri titik C dan


- bagian kanan titik C

Di kiri titik C ordinat bertambah y dan


Di kanan titik C ordinat berkurang y

y =

(x
. c1
c

y =

(x
. c1
( l  c)

Perbedaan nilai momen ( (M) dari perpindahan posisi beban adalah


sebagai berikut :
(Mc = P1 y + P2 y P3 y P4 y P5 y
= (P1 + P2) y - (P3 + P4 + P5) y

jika (P1 + P2) = 7 Pl dan (P3 + P4

+ P5) = 7 Pr

(x
(x

= 7 Pl
.c1  Pr
.c1
c
l c

Pl Pr
( x.c1

q
! (x.c1 ? l  qr A
l c
c
ql

qr

ql = jumlah beban rata -rata di sebelah kiri titik C


qr = jumlah beban rata -rata di sebelah kanan titik C

Jika q l > qr

( M positif

Jika muatan bergeser terus ke kanan sehingga P2 melampaui C


P1
C

ql =

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-69-

ql menjadi kecil sehingga q l < qr

( M negatif (pergerakan P2 dari kiri C

ke kanan C menjadikan tanda ( M dari positif ke negatif)


Jadi

Mmax terjadi jika P2 diatas C.

M max terjadi jika salah satu muatan di atas potongan sehingga

Pl
Pr
!
atau
C
l c

ql = qr
Mmax di suatu titik untuk muatan terbagi rata

Untuk muatan terbagi rata Mc


max terjadi jika :
ql = qr

a
b
ab
!
!
c (l  c)
l

C
c

ql

(l c)

qr

qs

Gambar 3.18. Posisi beban terbagi rata untuk


Mencari M maximum
kiri kana
n
Mmax terjadi jika psosisi beb an

tota
l

q l = qr = q s

Mencari perkiraan posisi beban dalam mencari momen max supaya beban
di kiri dan di kanan potongan seimbang, maka bisa diperkirakan secara
grafik sebagai berikut :
Gelagar diatas 2 perletakan A -B, digunakan rangkaian muatan berjalan
dengan nomor urut 01, 12, 23,34 dan 45
Cara : buat garis AB dibawah gelagar, - di ujung bagian kanan (B) buat
muatan tumpukan beban dari 45; 34; 23;12; dan 01 (dengan skala)

- Tarik dari titik 0 (ujung dari beban 01) ke ujung garis bagian kiri
(A) sehingga membentuk sudut (E)

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-70-

- Kalau kita mau mencari dimana letak beban yang mengakibatkan


momen di potongan I maksimum, yaitu dengan menarik garis
dari potongan I kebawah, sampai memotong garis A -B di I.

- Tarik dari titik I sejajar (//) dengan garis A0 dan garis tersebut
akan memotong tumpukan muatan di beban 01.

- Jadi M I akan maximum jika beban 01 terletak di atas potongan I.


* Bagaimana posisi beban untuk mendapatkan momen di potongan II
maximum.

- Dengan cara yang sama, tarik garis dari potongan II ke bawah


sampai pada garis A-B dan memotong di potongan II.

- Dari titik II ditarik garis // (sejajar) dengan A O dan


memotong tumpukan muatan di beban 12.

- Jadi M II akan maximum jika beban 12 terletak diatas potongan


II.

12

23

34

III

II

45

Mmax terjadi jika


q l = qr = qs = tg E
B

IV

l
0

2
3
4

E
A

tg E!

01  12  23  34  45

l

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-71-

I
II
III
IV
B
Gambar 3.19. Mencari posisi muatan untuk mendapatkan Mmax dengan
cara grafis

M I max terjadi jika muatan OI terletak diatas potongan I -I.


M II max terjadi jika muatan 12 terletak diatas potongan II -II.
M III max terjadi jika muatan 34 terletak diatas potongan III -III.
M IV max terjadi jika muatan 34 terletak diatas potongan atau mutan
45 terletak diatas potongan IV -IV dan diambil yang besar.

3.2.5. Mencari Momen Maximum Maximorum di Suat u Gelagar


3.2.5.1.

Pendahuluan

Mencari momen maximum maximorum ini berbeda dengan


mencari momen maximum di suatu titik pada gelagar, mencari
momen maximum-maximorum di suatu gelagar ini posisi titiknya
tidak tertentu. Jadi dalam hal ini titik letak dimana momen
maximum

terjadi,

serta

posisi

beban

yang

menyebabkan

terjadinya momen maximum harus dicari. Jadi dalam hal ini-: dicari !!.

- Letak posisi titik dimana momen maximum terjadi.


- Letak posisi beban yang menyebabkan momen maximum.

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-72-

3.2.5.2. Prinsip Dasar Perhitungan


- Untuk mencari momen maximum -maximorum di suatu gelagar
ini tidak bisa memakai garis pengaruh karena titik letak momen
maximum terjadi harus dicari.

- Dalam

mencari

momen

maximum -maximorum

ini

harus

memakai persamaan.

Contoh 1
P1

P2

P3

P4 P 5

(a
) A

P1

P2

P3

R1

P4

P5

R2

Suatu gelagar diatas 2 perletakan A


B, dan suatu rangkaian muatan dari P 1
s/d P5. Berapa dan dimana momen
maximum-maximorumnnya ?.
Jawab:
R1 = resultante dari P 1 dan P 2
R2 = resultante dari P 3 dan P 4
Rt = resultante dari R 1; R2 dan P3 atau
resultante P 1; P2; P 3; P4; P5
r = jarak antara Rt dan P 3
a = jarak antara R 1 dan P 3
b = jarak antara R 2 dan P 3

Rt
a

Rangkaian muatan terl etak diatas gelagar dan dimisalkan momen


maximum terletak dibawah beban P 3 dengan jarak x dari perletakan A.
r
P1 P2
P 4 P5
P3
(b
)

7M di P 3 = 0
RB Rt.r = R1 . a R2 . b

RA
R1

R2
a

b
Rt

x
l

Rt

7 MA = 0
1
_P3 .x  R1 ( x  a )  R 2 ( x  ba
lt
Momen dibawah P 3 dengan jarak x dari titik
A
RB =

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-73-

Rt

M max terdapat dibawah P 4 =


M4max
Dalam hal ini r = jarak antara Rt
dengan P 4
Mextrem = Mmax maximorum
adalah tengah-tengah
momen yang terbesar
diantara bentang
Mmax (1,2,3,4,5).
P1
(e A
)

Mmax terjadi dibawah beban


B P 1 M 1 max

r
r r

Dalam hal ini r = jarak antara


Rt dengan P 1.
Rt

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-74-

M max terdapat dibawah P1 = M 1


max
P1

P2

P3

P4 P5

(f) A
tengahtengah

Mmax terjadi dibawah beban


P2 M 2 max
Dalam hal ini r = jarak antara
Rt dengan P 2.

r
Rt

x=l+r
M max terdapat dibawah P 2 = M 2
max
P 1 P2

P 3 P4 P 5

(g A
)

r
tengah
bentang

Rt
x=l+r

Mmax terjadi dibawah beban


P5 M 5 max
Dalam hal ini : r = jarak
antara Rt dengan P 5

M max terdapat di
bawah P 5 = M 5

Gambar 3.20. Posisi beban untuk kondisi Mmax 1 s/d M


Suatu gelagar dengan bentang l = 10
max5 Contoh 2
m dan ada suatu rangkaian muatan
P1=8 P2=6 P 3=6
berjalan dengan lebar seperti pada
gambar.
1m
1m
Cari besarnya momen maximum A
B maximum maximorum.
l = 10

Jawab : kondisi beban seperti pada


gambar

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-75-

Kondisi 1

P1

P2

P3

8t

4t

6t

Dimana M max dibawah P 1


tengah
P1

P2

P3

A
B

5m

1m

1m

l-x

x=l+
= 5 0,45
+ r

Rt

Rt

4,55

Rt = P 1 + P2 +
P 3=
20 ton
Statis momen
terhadap P 1
P 2.1 + P3.2 =
Rt.x
6.1 + 6.2 = 20 .
x
x=

Kondisi 2
Dimana M max dibawah P 2
P1
P2 P3
B

A
0,1
4,95

tengahtengah
bentang

Rt
Kondisi 3
Dimana M max dibawah P 3
P1
tengah-tengah
bentang

4,45

P2

r
=1.1

P3

4,45

Rt
Gambar 3.21. Posisi beban untuk mencari
momen maximum
maximorum

3.2.6. Latihan : Garis pengaruh pada balok menerus dengan


sendi-sendi gerber
Soal 1 :
P=1t berjalan
2m
S
A

Balok ABC dengan sendi


gerber S seperti tergambar.
Akibat beban P = 1t berjalan
diatas balok, ditanyakan :
GP R A; GP RB; GP RC

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

Soal 2 :

-76-

P = 1 t berjalan

4m
S1
A

S2

C
RB

RA
8m

2m

D
RC

6m

2m

RD

Balok ABCD dengan


sendi gerber S 1 dan S 2
seperti tergambar.

6m

a). Akibat beban P = 1t berjalan diatas balok, ditanyakan;


GP RA; GP R B; GP RC; GP RD
GP M I; GP D I; GP M B; GP DB kanan

b). Akibat rangkaian beban


M

berjalan,

max

P1=4 P2=4 P 3=2


t
t
t
maximorum pada balok tersebut.

3.2.7. Rangkuman

ditanyakan : MI max ,

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-77-

- Untuk mengerjakan garis pengaruh balok gerber, harus tahu


dulu bagaimana memisahkan balok terse but menjadi bagian bagian yang tertumpu dari bagian yang menumpu.

- Sebelum mengerjakan garis pengaruh gaya -gaya dalam, perlu


dibuat dulu garis pengaruh reaksi, karena dari garis pengaruh
reaksi tersebut garis pengaruh gaya dalam mudah dikerjakan.

3.2.8. Penutup
Untuk melihat prestasi mahasiswa dalam mengerjakan latihan,
maka bisa melihat jawaban soal sebagai berikut :

Jawaban :
Soal No. 1
Keterangan
RA

RB

RC

P =1t Titik
A
B
S
C
A
B
S
C
A
B
S
C

Nilai
1t
0
1/3 t
0
0
1t
4/3 t
0
0
0
0
1t

Tanda / Arah

o





o
o

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-78-

Lanjutan Jawaban Soal 1

Keterangan
MI

DI

MB

P =1t Titik
A
I
B
S
C
A
I kiri
I kanan
B
S
C
A
B
S
C

Nilai
0
1,333 tm
0
0,667 tm
0
0
1/3 t
2/3 t
0
1/3 t
0
0
0
2 tm
0

Tanda / Arah







Soal No. 2
a).
Keterangan
RA

RB

RC

P = 1 dititik
A
B
S1
S2
C
D
A
B
S1
S2
C
D
A
B
S1
S2
C
D

Nilai
1t
0
0,25 t
0
0
0
0
1t
1,25 t
0
0
0
0
0
0
1,333 t
1t
0

Tanda / Arah

o





o
o




o
o

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

Keterangan
RD

MI

P = 1 dititik
A
B
S1
S2
C
D
A
I
B
S1
S2
C
D

-79-

Nilai
0
0
0
0,333 t
0
1t
0
2 tm
0
1 tm
0
0
0

Tanda / Arah




Lanjutan Jawaban Soal 2

Keterangan
DI

MB

DB kanan

P =1t Titik
A
I kiri
I kanan
B
S1
S2
C
D
A
C
S1
S2
C
D
A
I kiri
I kanan
B
S1
S2
C
D

Nilai
0
0,5 t
0,5 t
0
0,25 t
0
0
0
0
0
2 tm
0
0
0
0
0
1t
1t
0
0
0

b). MI max = + 14 tm, pada saat P 2 terletak pada titik I

Tanda / Arah






MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-80-

MI max maximum = + 14.05 tm, terjadi pada titik dibawah P 2

3.2.9. Daftar Pustaka

- Soemono, Statika I, ITB, bab V


- Suwarno, Mekanika Teknik Statis Tertentu, UGM, bab V-4

3.2.10.

Senarai

Balok gerber = balok yang bisa dipisah -pisah menjadi beberapa


konstruksi statis tertentu
Sendi gerber =

sendi yang dipakai sebagai penghubung antara

balok satu dengan balok yang lain.

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-81-

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

MODUL 4 :

-82-

PELENGKUNG DAN PORTAL 3 SENDI


SERTA CARA PENYELESAIANNYA

4.1. Judul : PELENGKUNG 3 SENDI


Tujuan Pembelajaran Umum
Dengan membaca materi ini mahasiswa bisa mengetahui apa itu arti
struktur pelengkung 3 sendi dan tahu bagaimana menyelesaikan struktur
tersebut.

Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah membaca materi ini mahasiswa salain mengerti apa arti struktur
pelengkung 3 sendi, mengerti juga kapan struktur itu digunakan dan tahu
cara menyelesaikan struktur tersebut, serta bisa menggambarkan bidang
gaya dalamnya (Bidang M, N, D)
4.1.1. Pendahuluan
Konstruksi pelengkung 3 sendi biasanya dipergunakan pada konstruksi
jembatan, tapi dengan kondisi yang bagaimana ?.
(a).
a. Untuk sungai yang lebarnya tidak besar missal :
+ 30, dan dasar sungainya tidak terlampau
+ 30
(b).

dalam, pada umumnya dipakai jembatan balok


diatas 2 perletakan bias a seperti pada Gambar
Untuk sungai yang mempunyai lebar
cukup berarti misal : + 100 m, dan dasar
sungainya tidak terlampau dalam, maka

+ 100 m

Pilar

dibuatlah

jjembatan

balok

dengan

beberapa bentang, seperti pada gambar


(b) yaitu jembatan balok dengan 2
bentang

(perletakan

Tapi bagaimana kalau kit a mendapatkan sungai dengan lebar yang cukup
berarti dan dasar sungai juga cukup dalam, sehingga sulit
untuk membuat pilar di tengah -tengah jembatan ?.
(c).

di

tengah

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-83-

Tiang
penyangga
Maka
jawabannya
adalah
konstruksi
utama
dibuat
pelengkung
sehingga
tidak
memerlukan pilar di tengah -tengah
sungai
(Gambar
c).
Dengan
konstruksi pelengkung terse but,
gelagar
memanjang,
tempat
dimana kendaraan lewat bisa
tertumpu
pada
tiang-tiang
penyangga yang terletak pada
pelengkung tersebut.

Pelengkung

sungai

Gambar 4.1.
Bermacam-macam bentuk jembatan
4.1.2. Pengertian tentang Pelengkung 3 Sendi
4.1.2.1.

Pengertian Dasar
S

HA

HB

VA

VA
Gambar (a)

Untuk menjaga kestabilan dari perletakan,


struktur pelengkung tersebut, kedua
perletakan dibuat sendi.
Perletakan
A = sendi (ada 2 reaksi V A dan H A).
B = sendi (ada 2 reaksi V B dan H B).
Jadi total reaksi ada 4 (empat) buah,
sedang persamaan dari syarat
keseimbangan hanya 3 (tiga) buah yaitu :
7 H = 0; 7 V = 0 dan 7 M = 0.

Gambar 4.2. Skema pelengkung 3


Jadi agar struktur tersebut bisa
sendi
diselesaikan secara statis tertentu, maka perlu tambahan 1 (satu)
persamaan lagi yaitu 7 Ms = 0 (jumlah momen pada sendi = 0). S =
sendi yang terletak pada pelengkung tersebut sehingga struktur
tersebut dinamakan struktur pelengkung 3 sendi atau struktur
pelengkung yang mempunyai 3 buah sendi.
4.1.2.2. Penempatan Titik s (sendi)

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-84-

Sendi s yang dipakai untuk melengkapi persamaan pelengkung 3 s endi terletak di


busur pelengkung antara perletakan A dan B.
S

Letak sendi
tersebut bisa
ditengah-tengah
busur pelengkung atau
tidak. Hal ini
tergantung dari
kondisi lapangan
: seperti pada
gambar (b),
dimana letak
sendi s tidak di
tengah-tengah
busur
pelengkung

(b)
Gambar 4.3.
Contoh posisi sendi pelengkung 3 sendi

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-85-

4.1.2.3. Pemilihan Bentuk Pelengkung


q kg/m

B Kita kembali ke belakang, kalau kita


R B mempunyai balok statis tertentu diatas 2

RA

(dua) perletakan A dan B dengan beban

terbagi

rata

kg/m,

maka

bidang

+
Bidang M

parabola

momennya berbentuk parabola dengan


tanda bidang M adalah positif (+) dengan
nilai maximum di tengah -tengah bentang

(c)
Gambar 4.4. Bidang M struktur statis tertentu
1
M=
q l
dengan beban terbagi rata
8

1
q l (coba dihitung lagi sendiri)
8

dengan persamaan momen


Sekarang kalau ditin jau struktur pelengkung 3 sendi dengan beban terbagi rata
1
Mx = RA.x - q x
diatasnya.
2
q kg/m

Struktur pelengkung dengan bentang =


l dan tinggi = f
di A ada 2 reaksi VA dan H A
di B ada 2 reaksi VB dan H B

f
HA

Kalau kita mau mencari besarnya momen di


1
potongan E E, maka M E-E = VA.x1- q x12
2
B HA.h1
I
II
VB

HB

S
l

Nilai M E-E dibagi menjadi 2 bagian.


h1

f
I = VA . x 1 -

HA

HB

1
q x1 2
2

II = HA.h1
B
Nilai I = V A . x1 -

1
q x12 sama dengan
2

l
persamaan momen gambar (c) yaitu 2 (dua)
VA

x1

VB

perletakan dan dengan gambar bidang momen

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-86-

Bidang M.
Gambar nilai I = V A.x1 q x1
+
+

Bidang M
-

Gambar nilai II = H A.h1


Gambar 4.5. Skema NilainyaM pada pelengkung
bidang mengecil
Harga momen total adalah sebagai berikut :
Nilai I dan nilai II = nilai tota l M E-E
= nilai total M E-E
+
+
= nilai kecil (saling menghapus)
Dari uraian tersebut diatas terlihat bahwa bentuk pelengkung itu akan memperkecil nilai
momen.
4.1.3. Cara Penyelesaian
4.1.3.1.

Mencari Reaksi Perletakan


S

P1

Ada 2 (dua) cara pendekatan


penyelesaian untuk mencari reaksi.
Pendekatan 1 :

S1
hB
HB
a1
A

b1

HA

B
VB

hA

Jika HA dan V A atau H B dan V B dicari


bersamaan.
Pendekatan 2 :
Jika V A dan V B dicari dulu

baru H A dan H B kemudian


a
b
Gambar 4.6. Skema gaya dan jarak pada pelengkung (pendekatan 1)
Pendekatan 1VA
HA dan V Al
dicari dengan persamaan 7MB = 0 dan 7M S =
0 (bagian kiri) (2 persamaan dengan 2 bilangan tak diketahui)
Gambar (a)
7M B = 0

V A.l HA. (hA-hB) P1.b1 = 0

(1)

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

7M S = 0 V A.a HA.hA P1.S 1 = 0


(bagian kiri)

-87-

(2)

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-88-

Dari 2 persamaan tersebut diatas yaitu (1) dan (2) maka V A dan H A bisa dicari.
HB dan V B dicari dengan persamaan 7M A = 0 dan 7M S = 0 (bagian
kanan)

2 persamaan dengan 2 bidang tidak diketahui

7M A = 0 VB.l + HB (hA hB) P1.a1 = 0


7M S = 0 VB.l - HB . hB) = 0
(bagian kanan)
Dari persamaan (3) dan (4) maka V B dan H B bisa dicari.

(3).
(4).

Pendekatan 2
P1

Reaksi horizontal H A dan HB ditiadakan kemudian

S1

arahnya diganti, masing -masing menuju ke arah


perletakan yang lainnya menjadi Ab dan Ba

f
a

Ba

B Dengan arah Ab yang menuju perletakan B dan

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

Mencari reaksi Av
7 MB = 0

Av.l P1. b1 = 0

Bv.l P1. a1 = 0

(1)

Pa
Bv = 1 1
l

(2)

Mencari reaksi Ab
7 MS = 0
(bagian kiri)

Pb
Av = 1 1
l

Mencari reaksi Bv
7 MA = 0

-89-

Av.a P 1.S1 Ab . f = 0
Av . a  P1S1
dengan memasukkan nilai A v dari
Ab =
f
persamaan (1), maka nilai Ab bisa dicari.

Mencari reaksi Ba
7 MS = 0
(bagian kanan)

Bv.b Ba . f = 0
Bv . b
Ba =
dengan memasukkan nilai Bv dari
f

persamaan (2)
maka nilai Ba bisa dicari.
Lihat posisi Ba dan Ab
dan Ab ( )

merupakan reaksi yang arahnya miring Ba ( )

Ba cos E
Ba E
Ab sin E

Ba sin E
Ab

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-90-

Kedua

reaksi

diuraikan
gaya

ini

harus

menjadi

gaya -

yang

vertical

horizontal
Ab diuraikan menjadi 2 (dua) gaya yaitu :
Ab cos E( ) merupakan uraian horizontal dan
Ab sin E() merupakan uraian vertical sedang.

Ba juga diuraikan menjadi 2 (dua) gaya yaitu :


Ba cos E() merupakan uraian horizontal dan
Ba cos E() merupakan uraian vertikal.

Bagaimana dengan komponen -komponen itu selanjutnya ?


Ternyata :
Ab cos E = HA pada cara pendekatan 1 yaitu merupakan reaksi
horizontal di A.
( )
Ba cos E= HB pada cara pendekatan 2 yaitu merupakan reaksi
horizontal di B.
()
dan :
VA ()

= Av ( ) + Ab sin E ()

Pendekatan 1 gambar (a)


VB ()

pendekatan 2 gambar (b) dan

= Bv () + Ba sin E ()

Pendekatan 1 gambar (a)

pendekatan 2 gambar (b)

dan

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-91-

4.1.3.2. Mencari Gaya-gaya Dalam


Seperti telah diketahui sebelumnya, gaya-gaya dalam yang ada pada suatu balok adalah gaya dalam
momen (M), gaya lintang (D) dan gaya normal (N).

A
a

RA

Untuk balok yang lurus, bukan pelengkung,


seperti pada gambar (4.8), maka dengan mudah
B kita menggambarkan bidang momennya (Bidang
M) dan bidang gaya lintangnya (Bidang D).
RA Karena bidang M merupakan fungsi x
Mx = RA . x, (x dari 0 ke a) linear dan

Bidang

bidang D

merupakan nilai konstan Dx = R A (x

dari 0 ke a).

P.a.b
l
RA

Bidang D
-

RB

Gambar 4.8. Gaya dalam untuk balok diatas 2 perletakan

Bagaimana dengan bidang gaya dalam pada pelengkung ?.


x

q kg/m

Lihat pada gambar 4.9 disamping, dimana


suatu pelengkung 3 sendi dibebani beban
terbagi
rata q kg/m. Jika x adalah titik yang
ditinjau bergerak dari A s/d B, maka
Mx = V A . x q x - HA . y

S
y

B
HA

HB

VA
Gambar 4.9
Pelengkung 3 sendi
dengan beban terbagi
rata

VB

I = VA . x q x gambarnya adalah parabola


seperti pada I
sub bab 4.1.2.3 Gambar (c).
II
II = HA . y HA = konstan nilainya
y
= jarak titik dasar ke
pelengkung

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-92-

y adalah merupakan persamaan parabola dari pelengkung, dimana pada


umumnya persamaannya adalah : y =
II = HA.y

4 fx (l  x )
l

gambarnya juga parabola

Jadi Mx = I II merupakan penggabungan 2 parabola yaitu parabola I


dan II yang tidak mudah penggambarannya !.
* Bagaimana dengan bidang D (bidang gaya lintang)

Kita lihat titik dimana x berada di situ ada


x

Vx dan Hx.

Hx

Vx = V A q . x (jumlah gaya -gaya vertikal

di x kalau di hitung dari bagian kiri)


Vx

Hx = H A

HB

HA
VA

VB

Gambar 4.10.
Gaya vertical dan
horizontal disuatu titik pa da
pelengkung 3 sendi
Bagaimana nilai Dx dan Nx ?

gaya-gaya tersebut Vc dan Hx harus

diuraikan ke gaya -gaya yang B (tegak lurus) dan // (sejajar sumbu)


Dimana posisi sumbu batang?.
Posisi sumbu batang adalah merupakan garis singgung dimana titik x
berada.
Garis singgung tersebut membentuk

E

Garis singgung di
x

sudut E dengan garis horizontal.


maka Vx dan Hx harus diuraikan
ke

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-93-

Hx sin E
Vx sin E

Hx

E
Vx cos E
Vx

* Uraian Vx ke garis singgung

E

Hx cos
E

* Uraian Hx ke garis

singgung
Gambar 4.11. Uraian Vx dan Hx pada sumbu batang
Dx = jumlah komponen yang B garis singgung
Nx = jumlah komponen yang // garis singgung, maka
Dx = Vx cos E -

Jumlah
gaya
dari kiri bagian
arah ke atas
tanda (+)

Hx sin E

Jumlah gaya dari


kiri bagian dengan
arah ke bawah
tanda (-)

Nx = - Vx sin E,x cos E


= - ( Vx sin EHx cos E 

Kedua gaya ini menekan
batang tanda (-)
Dari uraian tersebut diatas kalau kita mau menggambar bidang D (gaya
lintang) atau bidang N (gaya normal) akan mendapat kesulitan.
Karena setiap letak x berubah garis singgung akan berubah sudutnya dan
nilai E akan berubah lihat gambar bawah.
Garis
singgung

Garis
singgung

x di sebelah kanan titik


puncak

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-94-

Gambar 4.12. Perubahan arah garis singgung


Biasanya yang ditanyakan dalam struktur pelengkung bukanlah bid ang
momen (Bid. M); bidang gaya lintang (Bid. D) ataupun bidang normal
(Bid. N). Namun biasanya yang ditanyakan adalah besarnya nilai momen,
nilai gaya lintang, dan nilai gaya normal di salah satu titik di daerah
pelengkung tersebut.

Contoh Penyelesaian
Contoh 1

3 t/m
Diketahui :
Pelengkung 3 sendi dengan persamaan
4fx(lt  x )
parabola y =
l
y = jarak pelengkung dari garis
horizontal dasar
x = aksis
yang
bergerak
secara
horizontal dari A ke B
l = bentang pelengkung
f = tinggi pelengkung

S
Ec
C
yc

f=3
m
H

2.5 m
xc
VA
5m

Pelengkung tersebut dibebani secara


terbagi rata q = 3 t/m.

VB
5m

Gambar 4.13.
Pelengkung 3 sendi
dengan beban terbagi rata

Dintanya : Nilai

VA; VB; H; Mc; Dc dan Nc

Dimana c terletak sejarak x c = 2.5 m dari titik A.

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-95-

Jawab : Lihat notasi reaksi yang ada di perletakan A dan B; di A ada V A


dan H dan di B ada V B dan H
Reaksi horizontal di A ditulis H buk anlah H A demikian juga, reaksi
horizontal di B ditulis H bukanlah H B

yang berarti reaksi horizontal di A

(HA) dan di B (H B) adalah sama.

kenapa ? dengan mengacu bahwa 7H = 0

HA = HB

secara horizontal tidak ada

dimana beban luar

maka H A = HB = H

Mencari V A dan VB
7 MB = 0

VA . l q.l. l = 0

7 MA = 0

VB . l q. l. l = 0

VA = .3.10 = 15 ton (o)


VB = 15 ton (o)

mencari H
7 Ms = 0 (kiri bagian dari S)
VA . 5- H . 3 q . (5) = 0
H=

V .5  1 / 2.q (5) 15.5  1 / 2 . 3 . 25


!
! 12.5 ton
3
3

y Mencari ordinat titik c guna mencari Mc dengan persamaan parabola y


=

4 fx (l  x )
l

untuk x = 2.5 m
yc =

4.3.2,5 (10  2,5)


! 2,25 m
10

y Mencari Mc (momen di titik c) dihitung dari kiri c


Mc = VA .Xc H.yc .q.Xc
= 15 . 2,5 12,5 . 2,25 . 3 . 2,5 = 0
(nilai momen = 0)
y Mencari gaya normal dan gaya
Hc

Ec

lintang
Untuk mencari gaya lintang maupun

Vc

gaya normal pada potongan x, maka


A

B
2.5m
Gambar 4.14. Sudut Ec

Menentukan nilai Ec
y=

4 f x (l  x )
4 f (l  2 x
y' !
l
l

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-96-

kita perlu mencari sudut Ec yaitu sudut yang terbentuk antara garis
singgung di titik c dan garis horizontal.

Vc = VA q.x = 15 3.2,5 = 7,5 ton (o)


Hc = H = 12,5 ton ( )

Dc = Vc cos Ec Hc sin Ec
= 7,5 . 0,8575 12,5 . 0,5145
= 6,4312 6,4312 = 0
Hc sin
Ec
Ec

Vc sin Ec
Hc

Ec
Vc cos Ec

Hc cos Ec

Vc

Gambar 4.15. Uraian gaya Vc dan Hc

Nc = - (Vc.sin Ec + Hc cos Ec)


= - (7,5 . 0,5145 + 12,5 . 0,8575)
= - 14,5774 ton
Dari
Mc

hasil
=

nilai

gaya

dalam

tersebut

tampak

bahwa

nilai

0; Dc = 0; Nc = -14,5774 ton, jadi ini jelas bahwa struktur

pelengkung ditekankan menerima gaya tekan.


Contoh 2
Diketahui :

xc=2.5m

xp=2m
C
P=6t
yp
HA

yc

f=3
m
HB

Pelengkung 3 sendi dengan persamaan


4fx(l  x )
bentang l = 10 m
parabola
l
dan tinggi f = 3 m persis seperti pada
contoh 1, hanya beban luar yang
berbeda yaitu P = 6 ton ( ) horizontal

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

Gambar 4.16.
Gambar
pelengkung 3 sendi
pada contoh soal

-97-

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-98-

Jawab :
Karena ada beban horizontal maka H A { HB
Mencari V A dan V B
Untuk mencari VA dan VB perlu tahu tinggi yp untuk Xp = 2 m
4.3.2 (10  2)
! 1,92 m
Yp =
10
7 MB = 0

7 MA = 0

7v=0

VA . l + P.yp = 0
VA . 10 + 6 . 1,92 = 0

VA = -1,152 ton (q)

VB . l - P.yp = 0
VB . 10 - 6 . 1,92 = 0

VB = + 1,152 ton (o)

VA + VB = 0

cocok

Mencari H A dan HB
7 M S = 0 (kiri)
7 MS = 0

VA . l HA . f P ( f yp ) = 0
- 1,152 . 5 HA . 3 6 (3 1,92) = 0
- 5,76 HA . 3 6 . 1,08 = 0
HA =

 5,76  6,48
! 4,08 ton (n)
3

7 M S = 0 (kanan)
7 MS = 0

VB . l H B . f = 0
1,152 . 5 HB . 3 = 0

Kontrol

HB = 1,92 ton (n)

7H = 0
P + HA + HB = 0
6 4,08 1,92 = 0 (cocok)

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-99-

Mencari M, Dc dan Nc
Seperti pada contoh 1

yc = 2,25 m

Ec = 30,96
sin Ec = 0,5145; cos E = 0,8575

Mc = - V A .Xc + HA . yc P (yc yp)

Mc

Ec

= -1,152 . 2,5 + 4,08 . 2, 25 6 (2,25

1,92)
yc

P=6
t

HA

= - 2,88 + 9,18 1,98


= 4,32 tm

HB

VA

VB

Hc C
Hc
Ec

Vc

Hc sin
Ec
Ec

P
Vc sin E

Vc cos E
Vc

HA

Hc cos Ec

VA
Gambar 4.17. Distribusi Vc dan Hc

Vc = 1,152 ton (q)

Dc

Hc = 6 4,08 = 1,92 ( )

= - Vc cos Ec Hc sin Ec
= -1,152 . 0,8575 1,92 .

0,5145
= -1,9757 ton
Nc

= + Vc sin Ec Hc cos Ec

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)


100-

= 1,152 . 0,5145 1,92 .


0,8575
= - 1,0537 ton

4.1.4. Latihan
Untuk mempraktekan teori -teori yang ada diuraian depan, maka
perlu diadakan suatu lat ihan sebagai berikut :
1).

q=2
P = 6t
S

Suatu pelengkung 3 sendi ABS dengan beban


terbagi rata q = 2 t/m sepanjang setengah
bentang; dan P = 6t vertical terletak sejarak 2
m horizontal dari B.

f=3
m
A

HA

2m

Ditanyakan : VA; HA; VB; HB; Mc; Nc; Dc

HB
2m
VA

VB
4m

4m

Persamaan Parabola :

4 f x (l  x )
l

y=
2).

Suatu pelengkung
terbagi rata
q
setengah bentang
terletak di sejarak 2

q=3

sendi ABS dengan beban


=
3
t/m
sepanjang
dan P = 4 ton horizontal
m dari A.

P = 4t

Ditanyakan : VA; HA; VB; HB; Mc; Nc; Dc


f=4
m

HA

HB

B
Persamaan parabola : y =

Xp=2 m

VA

Xc=3 m

5m

VB
5m

4 f x (l  x )
l

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)


101-

4.1.5. Rangkuman
o Pelengkung 3 sendi adalah struktur jembatan yang dipergunakan
untuk penampang sungai yang mempunyai dasar cukup dalam.
o Struktur tersebut masih merupakan struktur statis tertentu yang
bisa diselesaikan dengan syarat -syarat keseimbangan.
o Yang biasanya dicari dalam struktur pelengkung adalah nilai
momen, gaya lintang dan gaya normal di salah satu titik. Sedang
bidang momen, bidang ga ya lintang dan bidang normal tidak
dihitung karena penggambarannya cukup kompleks.

4.1.6. Penutup
Untuk mengukur prestasi, mahasiswa bisa melihat sebagian jawaban darsoal -soal
tersebut diatas sebagai kontrol.

Soal No. 1
Keterangan

Titik

Nilai

Arah /
Tanda

Data Pendukung

7,5 ton

6,5 ton

4,667 ton

Reaksi Horizontal

A
B

Reaksi Vertikal

4,667 ton

yc

2,25 m

0,75

Sin E

0,6

Cos E

0,8

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)


102-

Momen

0,5625 tm

(-)

Gaya Lintang

~0

Normal

5,8336 ton

(-)

Keterangan

Titik

Nilai

Arah /

Soal No. 2

Tanda
A

10,226 ton

4,774 ton

1,9675 ton

5,9675 ton

yc

3,36 m

0,64

Sin E

0,539

Cos E

0,842

Momen

7,3672 tm

(+)

Gaya Lintang

2,184 ton

(-)

Normal

5,6854

(-)

Reaksi Vertikal

Reaksi Horizontal

Data Pendukung

4.1.7. Daftar Pustaka


1. Soemono Statika I ITB, bab
2. Suwarno Mekanika Teknik Statis Tertentu, UGM, bab

4.1.8. Senarai
Pelengkung sendi : struktur pelengkung di suatu jembatan dimana
salah

satu

sendinya

(selain

perletakan),

pelengkung tersebut menjadi statis tertentu.

berfungsi

supaya

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)


103-

4.2. Garis Pengaruh Pelengkung 3 Sendi


4.2.1. Pendahuluan
Seperti pada balok diatas dua perletakan, s truktur pelengkung 3 sendi
difungsikan sebagai jembatan yang mana diatasnya selalu
ada muatan yang berjalan. Untuk mencari besarnya gaya
dalam (momen, gaya lintang) pada suatu titik dipelengkung
tersebut perlu adanya garis pengaruh.
4.2.2. Pengertian Dasar
Pengertian tentang garis pengaruh pada pelengkung 3 sendi sama
dengan pengertian garis pengaruh pada balok menerus, yaitu besarnya
reaksi atau gaya -gaya dalam disuatu tempat yang diakibatkan muatan
berjalan sebesar satu satuan muatan.
4.2.3 Prinsip penyelesaian.
a. Garis Pengaruh Reaksi
x

G.P. V A dan V B (garis pengaruh reaksi di A dan B)

P berjalan dari A ke B, 6 MA = 0

VB =

VB

f
H

VB
Untuk P di A ; x = 0

VB = 0

Untuk P di B ; x = l

VA

V B = 1 ton

6 MB = 0

l
a

VA =

G.P V B

(+

1t Untuk P di B ; x = l

V A = 1 ton
VA = 0

G.P.H (Garis Pengaruh reaksi horizontal)

(+)

HA = HB (karena beban hanya vertikal)

1t

Jika P berjalan dari A ke S (li hat bagian kanan S)

G.P. H

6 MS = 0

P. a . b
l .f

VB .

P (l x)
ton (linier)
l

Untuk P di A ; x = 0

G.P VA

b
f

Px
l

VA .

a
f

Gambar 4.18. Garis pengaruh V A, V B dan


H

H=

Px
)
l

VB . b
=
f

V B . b H . f = 0,

Px b
. ton (di persamaan atas V B =
l f

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)


104-

Untuk P di A ; x = 0 p H = 0
Untuk P di S ; x = a p H =

P. a .b
ton
l.f

Jika P berjalan dari S ke B (lihat bagian kiri S):


H.f = 0
a
H = VA . f ton
H=

P ( l  x ) a ton
f
l

dipusatkan

VA =

VA . a -

P (l  x )
l

H=0
P. a.b
ton
H=
l .f

Untuk P di B ; x = l
Untuk P di S ; x = a

G.P. M C (Garis Pengaruh Momen dititik C).


Jika P berjalan di kanan Potongan C (dari C
ke B), maka lihat kiri potongan (kiri C).

6MS = 0

M C = VA . u - H . c
I
II
(dibagi menjadi dua bagian I dan II)
VA

VB

P dikiri potongan C (dari A ke C) lih at


kanan potongan.
B

A
H

H
a

MC = VB . v - H . c
I
II
(dibagi menjadi dua bagian I dan II)
Bagian I VA . u dan V B . v sama dengan

l
G.P. bagian I
(+)

G.P. M C pada balok di atas dua perletakan


Untuk P di C

P . u .v
l

C
u

G.P. bagian II
(-)

maka M C = P . u . R

P. a .b
c
l .f

VA
VB
Bagian II

H.C = G.P. H x C

G.P. M C
Garis Pengaruh Total (M C) sama
dengan jumlah dari garis
pengaruh bagian I dan bagian II
(+

(-)

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)


105-

Gambar 4.19. Gambar GP.Mc


C. Garis Pengaruh Gaya Lintang (D) dan Normal (N)
u

v
G.P. N dan D
Jika P berada dikanan C (lihat dari A ke C)

VA
S
D
H

C
VA

H
a

l
G.P. NC bagian I
Q
sin E
l
(+)
( - ) v sin E

GP VB sin
GP. V A Sin
D
D
GP NC Bagian II
()

V C = VA
HC = H
VA sin D
VA diuraikan
VB
menjadi gaya
VA cos D
D
yang sejajar
C
( // ) dan ( ^ )
garis
B
singgung di C,
VA sin D dan V A cos D.
HC = H
H cos
H diuraikan
D
E
menjadi gayaD
gaya yang
Sin
sejajar ( // )
H sin
dan tegak lurus
VA

P. a . b
cos E
l .f

yaitu H cos D dan H sin D, sehingga:


NC = - (VA sin D + H cos D )
I
II
DC = VA cos D - H sin D
I
II
I -> identik dengan G.P. Gaya Lintang
balok diatas 2 perletakan untuk G.P. Gaya
normal perlu dikalikan sin D dan untuk
G.P Gaya Lintang perlu dikalikan cos D

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)


106-

GP NC Total ( I dan II )

v
sin E
l

II
(-)

identik dengan garis


pengaruh gaya horizontal
(H), untuk GP. Gaya normal

a .b
cos E
l .f

perlu dikalikan cos E dan

G.P. NC

untuk GP. Gaya lintang


v
cos E
l

perlu dikalikan cos sin E

(-)
(+)

v
cos E
l

Mencari Nilai E
Persamaan parabola
VA cos E

VB cos E

y=

4fx (lt  x )
l

y =

4f ( lt  2 x )
l

GP.DC bagian II

Pab
sin E
lf

u
cos E
l

GP DC Total (I + II)

4f ( l  2 x )
l
Untuk nilai x tertentu E bisa dicari

(-)

y' =

v
cos E
l.
G.P. D C

Mencari nilai E
Persamaan parabola
4fx (l  x )
y=
l

a b
sin E
l. f

Gambar 4.20.
Garis pengaruh gaya lintang
(D) dan gaya normal (N)

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)


107-

1. Contoh Soal
P

Diketahui : suatu pelengkungan 3 sendi seperti pada gambar


dengan persamaan parabola:

S
EC

4 fx ( l  x )
l
Ditanyakan : G.P reaksi dan G.P. Nc dan Dc
Y=

f =3
m
H

A
VA

H
5m

5m

2.5
m

B
VB

l
G.P. VA

(+)
G.P. V B
t
(+)
G.P. H
(+)

5/6

GP V A
MB = 0
P (l  x)
lx
ton =
ton
VA =
l
l
Untuk P di A
x=0
VA = 1 ton
Untuk P di B
x=l
VA = 0
G.P. V B
MA = 0
Px
x
VB =
ton ! ton
l
l
1tUntuk P di A
Untuk P di B

MA = 0

VB =

VB = 0
VB = 1 ton

Px
x
!
l
l

1
l - H.f = 0
2
VB . 5 - H. 3 = 0
H=
VA . 5
3
( l  x ) 5 (10  x ) 5
H=
. !
t
l
3
10 3
Untuk P di B
x = 10
H=0t
Untuk P di S
x=5 H=
105 5
5 5 5
! t
. !
10 3 10 3 6
.a.b 1.5.5 5
Atau H =
!
! t
l. f
10.3 6
MS = 0

Gambar 4.21. GP VA; VB dan H dari


pelengkung 3 sendi

x=0
x= l

G.P. H
P berjalan antara A - S (lihat kanan S)

VB

1t

Jawab :

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)


108-

S
i

VA
VC = VA
HC = H

VA sin E

VA cos E

EC
A
B

G.P. NC Bagian I

H cos E

0.1286 t

(+

EC

(-)

0.3858

H sin E

G.P. NC Bagian

NC = - (VA sin E + H cos E)

(-)
0.714 t

DC

I
= VA cos E - H sin E

G.P NC

0.5144
t

II

II

Mencari nilai EC
4 f .x (l  x ) 4.3 (10  x )
!
Y=
l
10

(
-)

4 f ( l  x ) 4 . 3 x (10  2 x )
!
l
10
4.3 (10  5)
60
3
Untuk x = m y' =
!
!
100
100 5
y' =3/5 = arc tg EC
EC = 30.96
sin E = 0.5145
cos E = 0.8575
.G.P. NC
NC = - (VA sin E + N cos E)
Y' =

0.9712
(-)

0,2143
Bag.I
(+)

G.P.D C

0.643
1
G.P. DC bag. II
(-)
0.42875

I
I untuk P di C

(-)

G.P. D C
0.4286

0,428
8
Gambar 4.22.
GP Nc dan Dc pada
pelengkung 3 sendi

II
x = 2.5 m VA = t
VB =

t
VA sin E = . 0,5145 = 0,3858
VB sin E = . 0,5145 = 0,1286
II H cos E
Untuk P di S H cos E = 5/6 . 0,8575 =
0,714
G.P. D C
DC = V A cos E - H sin E
Untuk P di C
x = 2,5

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)


109-

4.3.

Muatan tak langsung untuk pelengkung 3 sendi

4.3.1. Pendahuluan
Seperti pada balok menerus, pada pelengkung 3 sendi ini pun
terdapat muatan yang tak langsung.
Pada kenyataannya tidak pernah ada muatan yang langsung
berjalan diatas gelagar pelengkung 3 sendi, yang melewati diatas
pelengkung 3 sendi harus melalui gelagar perantara.
Gelagar perantara
Kolom perantara
Pelengkungan

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)


110-

Gambar 4.23. Gelagar perantara pada pelengkung 3 sendi

4.3.2. Prinsip dasar


Prinsip dasar penyelesaiannya sama dengan muatan tak langsung
pada balok. Muatan akan ditransfer ke struktur utama, dalam hal ini
pelengkung 3 sendi, melewati gelagar perantara dan kemudian ke
kolom perantara.

q = kg/m

P
L =5P

R2

R3

R4

R5

R6

R1

R1

q kg/m

R2

R3

R4

R5

R6

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)


111-

(a). Kondisi pembebanan

(b). transfer beban lewat

kolom
perantara
P
q = kg/m

R1

R2

R3

R4
a P b

R5

R6

(c) Perhitungan nilai R (beban yang ditransfer)

R1 = q . P = qP
R2 = q . P

= qP

R3 = q . P + (b/P ). P
R4 =

= qP + (L/P )P

a
P
P

R5 = R6 = 0
Gambar 4.24. Distribusi beban pada pelengkung 3 sendi

1t 1t
q = 1 t/m
2

4 a a5
S

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)


112-

Contoh.
Muatan
Tak
Langsung
Pelengkung 3 Sendi.

Pada

Suatu konstruksi pelengkung 3 sendi


dengan muatan tak langsung seperti
pada gambar.
Prinsip penyelesaian sama dengan
muatan tak langsung pada balok
sederhana diatas 2(dua) perletakan.

Beban dipindahkan ke pelengkungan


melalui gelagar. Menjadi (R1; R2; R3;
R4 dan R5)

a
R2

R1

R2 = R3 = P.qton

b
R4

C R3

R4 = 0.5 ton

R5

R5 = 1.5 ton
R6

Vc = Av R1

e
.

Hc = H

Yc
HA

Mc = VA.Xc-R2.e-HA.Yc

HB

Vc = VA.Xc-R2.e-HA.Yc
Nc = -(Vc . sinE + Hcos E)

VA

Vc

VB

Vc sin E

Dc = Vc. Cos E - Hc sin E

Hc cos E
Ec

Vc cos E
C

C
Hc
Hc sin E

Gambar 4.25. Distribusi beban pada pelengkung 3


sendi

4.4. Garis pengaruh gelagar tak langsung pada pelengkung 3


sendi
4.4.1. Pendahuluan

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)


113-

Seperti biasanya pada sutau jembatan tentu selalu dilewati muatan yang
berjalan diatasnya, untuk itu garis pengaruh selalu
diperlukan untuk mencari reaksi atau gaya-gaya dalam
(M,N,D) disuatu ttitik pada gelagar tersebut.
4.4.2. Prinsip Dasar
Sama seperti pada balok diatas gelagar tak langsung 2 tumpuan,
transfer beban hanya disalurkan lewat kolom perantara. Beban
standart yang dipakai adalah muatan berjalan sebesar satu satuan.
(1 ton, atau 1 kg atau Newton) .

Seperti garis pengaruh pada gelagar


tak langsung diatas-atas 2 tumpuan.


P P
+
1,5 P . 2,5 P 15
! P
P
8
GP M I untuk gelagar langsung
Gambar 4.26. Garis pengaruh momen di
potongan I untuk gelagar
langsung
54,33

54,33

54,33

B
I

y1 y

y2

 Gambar b adalah gambar garis


pengaruh mome n dipotong I
(GP M I) untuk gelagar langsung
dengan
puncak
dibawah
potongan I, dengan ordinat
1,5P .25P 15
! P
puncak adalah
4P
8
 Kalua gelagarnya tak langsung,
maka kalau diperhatikan beban
tak
pernah
lewat
diatas
potongan I, karena potongan I
tersebut
terletak
diantara
gelagar lintang C dan D.

54,33

A
C

Bagaimana garis pengaruh momen


dipotongan I pada gambar dengan
gelagar tak langsung (gambar a).

Kalau muatan berada diatas gelagar


C D beban tak penuh melewati
tepat pada potongan I
P

C
P1

D
P2

GP M I gel. langsung
y1

y2

Beban tersebut selalu ditransfer ke


gelagar lewat titik C dan D dengan
C
D
I
nilai P1 dan P2.
Jadi ordinat yang bawah titik I
adalah (P1.Y1 + P2.Y2). Jika letak

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)


114-

GP. M I gel. tak


langsung
y1 +
y

potongan I ditengah -tengah C-D


maka ordinat dibawah potongan I
adalah y 1 + y2

Gambar 4.27. Garis pengaruh m omen di


potongan I untuk gelagar
tak langsung

y1

y2

y1 +
y
Jadi garis pengaruh untuk gelagar
tak langsung sama dengan garis
pengaruh pada gelagar langsung
dengan pemotongan puncak dipap ar
dimana titik tersebut berada.
Pemaparan pada gelagar disebelah
kiri dan kanan dimana titik berada
seperti pada gambar d.

Contoh
Suatu struktur pelengkug 3 sendi dengan gelagar tak langsung seperti
pada gambar. Gambarkan Garis pengaruh Mc , Dc dan Nc

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)


115-

Penyelesaian;
Untuk garis pengaruh gelagar tak
langsung.

Penyelesaiannya sama dengan beban langsung,


Cuma dipapar pada bagian gelagar yang
bersangkutan.

yc

f
H

H
VA

GP Mc = VAx  H.yc
. ]

II
I

VB

GPMc bagian I
pemaparan

I +

P.Q.Y
l

GPMc bagian II

pemaparan
P.a .b
yc
l.f
G.P. Mc total

II

(bag I + bag II)


+

P.Q.Y
l

pemaparan

P.a .b
yc
l.f

Sin E

G.P.Nc = - (Av sin E + H cos E )

P.a .b
cos E
lf

pemaparan

pemaparanG.P.Dc = Av cos E - H sin E

Cos E

P.a.b
sin E
lf
pemaparan

Gambar 4. 28.
4.5. Judul : Portal 3 sendi
4.5.1. Pendahuluan

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)


116-

Bentuk dengan suatu struktur adalah bermacam-macam, bisa


berupa balok menerus, balok gerder, pelengkung 3 sendi dan
gelagar lainnya.
Kalau dibagian sebelumnya ada struktur pelengkung 3 sendi, maka
bentuk lain dari struktur tersebut adalah portal 3 sendi sepeti
tergambar dibawah ini

Gambar 4.29. Bentuk portal 3 sendi


Portal 3 sendi adalah suatu penyederhanaan sederhana dari
pelengkung 3 sendi supaya penyelesaiannya lebih sederhana dan
tidak perlu memakai gelagar yang tak langsung.

4.5.2. Prinsip Dasar


Prinsip dasar penyelesaian nya sama dengan pelengkung 3 sendi
yaitu memakai 2 pendekatan

Pendekatan I

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)


117-

S2
P1
P2

P1
S
a1

b1
a2

b2

h
HB
A

VB

h'

HA

VA

b
L

Gambar 4.30. Arah reaksi -reaksi dari portal 3 sendi untuk


penyelesaian dengan cara pendekatan I
Prinsip penyelesaiannya sama den gan pada pelengkung 3 sendi
yaitu memakai 2 pendekatan.

Pendekatan I
2 cara seperti pada pelengkung 3 sendi.
7 MA = 0

VB.l + HB.h P2 . a2 P1 . a1 = 0

7 MS = 0

VB.l + HB. (h h) P2 . S 2 = 0

VB dan H B dapat
ditentukan

(dari kanan)
7 MB = 0

VA.l + HA.h P 1 . b1 P2 . b2 = 0

7 MS = 0

VA.a + HA.h P 1 . S1 = 0

(dari kiri)

Pendekatan II

VA dan H A dapat
ditentukan

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)


118-

P1

S1

P1
P2
S

S S2

a1

b1
b2

B
BA
BV
A

h'

a2

AB

AV

P1

P1
S

ff

B
BA
BV
AB

A
AV

Av

AB

HB
BA

B
Bv

HA

Gambar 4.31. Arah reaksi portal 3 sendi dengan cara pendekatan II

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)


119-

Cara 2
7 MB = 0
Av.l P1 . b 1 P2 . b 2 = 0
P1.b1  P2 .b 2
l

Av =

7 MA = 0
Bv.l P1 . a1 P2 . a2 = 0
P1.a 1  P2 .a 2
l

Bv =

7 MS = 0 (kiri)

HA . f

Av.a P1 . S 1 AB . f = 0

Nilai
A B . f = HA . f

.a  P1 . S1
AB = Av
f
7 MS = 0 (kanan) HB . f
Bv.b P2 . S 2 BA . f = 0
BA =

Bv . b  P2 . S 2
f

AB dan B A diuraikan
HA = AB cos E
HB = BA cos E
Av = A B sin E
Bv = B A sin E
Maka :
VA = Av + Av
VB = Bv Bv
HA = AB cos E
HB = BA cos E

Contoh

Nilai
BA . f = HB . f

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)


120-

Suatu struktur portal 3 sendi seperti pada gambar , selesaikanlah struktur


tersebut.
P =1 m
Penyelesaian;
P1
q 2t/m'
S
4t
Memakai pendekatan 2
D


4m

7 MB = 0
5m (f)

Av.l q . 3 . 4,5 -

P.1 = 0

Av.6 2.3. 4,5 4.1 = 0

AB
2m

HA

BA

Av

Av =

27  4
! 5 1 / 6 ton
6

3m

3m

7 MA = 0

Bv

HB

Av.l P.5 - q . 3 . 1,5 = 0

Av.6 4.5 2.3 . 1,5 = 0


Bv =
HA
E
AB

MS = (dari kiri)

BA

Av

Av . 32.3 . 1,5 HA.5 = 0


Bv

HB =

HB
Gambar 4.32. Skema reaksi yang terjadi
dalam portal 3 sendi

=0

6 + 4 = 4,7334 + 5,2666
Kontrol : 7

4t
P1

2t/m'
S

Pusat

1.3t

=0

HA ( ) = HB (n)

1.3t

4.7334t

= 5 1/6 0,4333 = 4,7334 t

Kontrol : 7

VA = Av Av

= 4 5/6 + 0,4333 = 5,2666 t

Bv = 0,4333 (o)

4 5/6 . 38
! 1.3 ton n
5

VB = Bv + 0,4333 m

HA = 1,3 ton
Av = H A . tg E
Av = 1,3 . 2/6 = 0,4333 ( q)

20  9
! 4 5 / 6 ton
6

B
B

5,2666 t

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)


121-

Bidang M (momen)

5,2 tm

- C

7,8 tm

Mc = -HA . 4 = -1,3.4 = - 5,2


tm
Mmax teletak di D = 0
x = 2,3667 m (daerah cs)
x = 2,3667 Mx = -HA . 4 +
VA . 2,3667 . q (x)

A
x
4,7334
t

BIDANG M

Mx = -1,3 . 4 + 4,7334 .
2,3667 . 2 (2,3667)

B
1,2666 t

= -5,2 + 11,20254 5,60127


-

1,3 t

5,2666 t

MD = -HB . 6 = -1,3 . 6 = - 7,8


tm
+

Momen dibawah beban P

BIDANG D

MP=VB.1 H B.6 = 5,2666.1


7,8

1,3 t
-

1,3 t

= 0,40127 tm (M max)

1,3 t

= - 2,5334 tm
Bidang D (gaya lintang)

4,7334 t
BIDANG N

Daerah A-C

D = -HA = -1,3t

Daerah C-D

Dx = VA qx

Di S
5,2666 t

Gambar 4.32. Bidang M, N, D portal 3 sendi

x=3m

Ds = 4,7334 6 = -1,2666 tm
Daerah B-D

D = -HB = -1,3 t

Bidang N (gaya Normal)


Daerah A-C

N = -VA

= -4,7334 ton
Daerah C-D

N = -HA = -HB

= -1,3 ton
Daerah B-D
5,2666 tm

N = -V B = -

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)


122-

4.6. JUDUL : BALOK GERBER PADA PORTAL 3 SENDI


4.6.1. Pendahuluan
Seperti pada balok menerus diatas 2 perletakan, maka untuk
memperpanjang bentang, dibuat balok gerber dari portal 3
sendi dengan skema struktur seperti pada Gambar (a).
S1

C
(a)

S = sendi dari portal 3 sendi


S1 = sendi gerber
B

RS1

Rc
Gambar 4.33.
Skema pemisahan struktur gerber
portal 3 sendi menjadi 2 bagian

RS1

(b
)

Prinsip penyelesaian dasar seperti


pada Balok gerber biasa.

4.6.2. Prinsip Penyelesaian Dasar


S1
C

Dipisahkan

dulu

struktur

gerber

tersebut menjadi 2 ba gian, dimana


kedua-duanya

R S1
R S1

harus

merupakan

konstruksi statis tertentu.

Harus pula diketahui mana struktur


yang

ditumpu

dan

mana

pula

struktur yang menumpu.

Struktur yang ditumpu diselesaikan


dulu

Gambar 4.34. Skema pemisahan struktur


gerber portal 3 sendi

beban

dan

reaksinya

pada

menumpu.

merupakan

struktur

yang

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)


123-

4.6.3.

Contoh Penyelesaian

GERBER PADA PORTAL 3 SENDI


P1

q t/m
S

S1

S = sendi portal
S1 = sendi gerber
A

Penyelesaian
dengan prinsip
balok gerber

sama
pada

P1
Balok S 1-C merupakan
struktur yang ditumpu
dari portal 3 sendi
RS1
q t/m

RS1

HA

RC
A B S, merupakan
struktur
yang menumpu.

HB
B

VA

VB

Reaksi R S1 pada struktur


S1-C merupakan beban
pada
struktur
portal
sendi A B S 1.
Baik
struktur
S 1-C
ataupun struktur A B S 1
kedua-duanya
merupakan struktur sta tis tertentu

Gambar 4.35. Pemisahan struktur gerber portal 3 sendi


Penyelesaian kedua struktur tersebut, baik S 1-C maupun A B S 1
diselesaikan seperti biasanya, termasuk penyelesaian gaya -gaya
dalamnya.

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)


124-

4.7. Garis Pengaruh Gerber Pada Portal 3 Sendi


4.7.1. Pendahuluan
Seperti biasanya, bahwa jembatan gerber pelengkung 3 sendi selalu
dimuati oleh suatu kendaraan yang berjalan. Jadi untuk
menghitung besarnya reaksi, besarnya momen serta gaya
lintang disuatu titik memerlukan suatu garis pengaruh.
4.7.2. Prinsip Dasar
Untuk menghitung garis pengaruh tersebut perlu diketahui mana struktur
yang ditumpu dan mana yang menumpu.
(a)

Seperti pada gambar (a) dan (b)

S1

struktur

S,C

adalah

yang

ditumpu sedang struktur ABS 1


adalah struktur yang menumpu

Kalau
A

muatan

berada

diatas

struktur ABS1, maka RS 1 dan Rc

di struktur S 1C tidak ada, namun


S1

sebaliknya

jjika muatan berada

diats S1C maka reaksi-reaksi di


struktur ABS 1 ada.

S
(b)

A
B
Gambar 4.36. Pemisahan struktur pada gerber portal 3 sendi

4.7.3. Contoh Penyelesaian

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)


125-

GARIS PENGARUH GERBER PORTAL 3 SENDI


P

x
u
E

S1

f
H

A
c

d
l
-

l c
l

C
l

1t

GP.R B
V
l

d
l

Q
l
GP.RB
b.c
l .f

l d
l

1t

c
l

GP.R A

GP.RA
a.b
l .f

a.d
l.f

u.v
l

cb
l

a.b
a.b
.f !
l. f
l

GP.DD

GP.ND=GP.H

d.a
l
cb
l

Gambar 4.37. Garis pengaruh pada gerber portal 3 sendi


GP.RA

GP.M D

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)


126-

RA =

l x
ton
l
x=-c

P di A

x=0

RA =

P di B

x=l

R A = 0 ton

P di S 1

RA =

l c
ton
l

P di E

x=l+d

l
! 1 ton
l

RA = -

d
ton
l

GP.RB
RB =

x
ton
l

x=-c

P di A

x=0

RB = 0 ton

P di B

x=l

R B = 1 ton

P di S 1

RB =

c
ton
l

P di E

x=l+d

RA =

l d
ton
l

GP. DD
P berada antara E

lihat kanan potongan

P berada antara D

lihat kiri potongan

DD = -RB

D D = RA

GP. N D
Garis pengaruh N D sama dengan g.p nilai H.
P berada antara E

lihat kanan S

7 Ms = 0 (lihat kanan s)

RB =

x
l

RB . b H.f = 0
H = RB .

P di E

RB =

b
. ~ g.p. R B
f

c
c l
c.b
p H ! x p ND ! 
l
l f
lf

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)


127-

P di S

RB =

a.b
a
a b
p H ! x p ND ! 
l
l f
lf

P berada antara DC

lihat kiri S

7 Ms = 0 (lihat kiri s)

RA =

l x
t
l

RA . a H.f = 0
H=

R A .a
f

P di S

b a
ab
RA = b p H ! . p N D ! 
l
l f
lf

P di S 1

ab
b a
RA = b p H ! . p N D ! 
l
l f
l f

GP.MD
P berada antara D

M D = RA . Q - H . f
I

II

I = RA Q = Garis pengaruh M D diatas 2 perletakan


P di D

MD =

Q.V
l

II = H . f = Garis pengaruh H x f.

4.8. Latihan : Garis pengaruh pada Pelengkung dan Portal tiga


sendi

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)


128-

Untuk memacu mahasiswa belajar maka perlu diberi latihan


Soal 1.
4m

P = 1 t berjalan

C
yc

f= 4

H
H

8m

8m

VA

VB

Pelengkung 3 sendi seperti tergambar.


Pelengkung mengikuti persamaan
parabola:
y = 4fx (l - x) / l
Akibat beban P = 1t berjalan diatas
pelengkung, ditanyakan :
G.P. VA , G.P. H, G.P. N C , G.P.D C ,
G.P. M C

Soal 2.
S

f=3m

A
B
H

EE

4m
VA

4m

4m

H
4m
VB

Portal 3 sendi ABCD seperti


tergambar
Akibat beban P = 1t berjalan
diatas portal, ditanyakanL
G.P VA , G.PH, G.P N C bawah ,
G.P D C bawah, G.P NC kanan,
G.P D C kanan

Portal 3 sendi adalah suatu portal yang kondisinya


masih statis tertentu. Gerber portal 3 sendi adalah suatu rangkaian antara
portal 3 sendi dan balok statis tertentu, dimana dalam penyelesaiannya
merupakan gabungan dari penyelesaian masing -masing struktur statis
tertentu tersebut.

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)


129-

4.9. Rangkuman
4.10. Penutup
Untuk mengetahui kemampuan mahasiswa, perlu melihat jawaban
soal-soal tersebut seperti dibawah ini.

Keterangan
VA

P = 1t dititik
A
B

Nilai
1t
0

Di A = H

A
S
B

0
1t
0

Data pendukung

Yc
Y' = tng E
Sin E
Sin E

3m
0.5
0.447
0.894

Keterangan
NC

P = 1t di titik
A
C kiri
C kanan
S
B

Nilai
0
0,335t
0.782t
1,1175t
0

A
C kiri
C kanan
S
B

0
0,447t
0,447t
0
0

A
C
S
B

0
1,5t m
1,0t m
0

DC

MC

Tanda / Arah
+
o

Tanda / Arah
-

+
-

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)


130-

Soal No. 2
Keterangan
VA

P = 1t di titik
A
B

Nilai
1t
0

Di A = H

A
S
B

0
1,333t
0

A
C bawah
C kanan
S
B

0
0,384t
0,084t
1,336t
0

A
C bawah
C kanan
S
B

0
0,60t
0,20t
0,40t
0

A
S
B

0
1,333t
0

DC kanan

MC

C bawah
C kanan
B
A
C
S
B

0
0,25t
0,75t
0
0
1t m
2t m
0

NC bawah

DC bawah

NC kanan

Tanda/ Arah
+
o

+
-

4.11. Daftar Pustaka


Suwarno, Mekanika Teknik Statis Tertentu, UGM Bab VI dan
VII

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)


131-

4.12. Senarai
Pelengkung 3 sendi : struktur pelengkung yang masih statis tertentu
Portal 3 sendi = struktur portal yang masih statis tertentu
Gerber pelengkung 3 sendi = gabungan antara pelengkung 3 sendi
dan balok.
Gerber portal 3 sendi = gabungan antara portal 3 sendi dan balok.

MODUL 5 : ARTI KONSTRUKSI RANGKA BATANG DAN


CARA PENYELESAIANNYA
5.1.

JUDUL : KONSTRUKSI RANGKA BATANG (K.R.B.)

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)


132-

5.1.2. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan bisa mengerti arti
serta cara menyelesaikan struktur konstruksi rangka batang.
5.1.3. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah membaca materi ini mahasiswa bisa mengetahui bentuk -bentuk
KRB serta bisa menyelesaikan struktur tersebut dengan
beberapa cara pendekatan yang telah dijalankan diajarkan
serta tahu persyaratan-persyaratan yang diperlukan.
5.1.4. Pendahuluan
Dalam membuat suatu struktur bangunan maka kita harus menyesuaikan
dengan material yang ada terutama dengan nilai harga yang
paling murah. Jika materialnya dari beton, maka struktur
bisa dibuat sesuai dengan keinginan perencana, tapi kalau
materialnya dari kayu, ba mbu atau baja, maka kita harus
merangkai material tersebut. Rangkaian dari material bambu,
kayu atau baja tersebut disebut dengan konstruksi rangka
batang.
Missal :
Rangka batang dari suatu jembatan

Rangka batang dari suatu kuda kuda

Gambar 5.1. Bentuk-bentuk dari suatu konstruksi

Bentuk Rangkaian
Konstruksi rangka batang tersebut merupakan rangkaian dari be ntuk
segitiga.

Kenapa bentuk ( tersebut dipilih !.

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)


133-

Bentuk
bentuk
bentuk
bentuk

segitiga (() tersebut dipilih karena segitiga tersebut adalah suatu


yang mantap (stabil)
tidak mudah berubah. Bagaimana jika
tersebut segiempat (
)
segiempat (
) tersebut tidak stabil.
P

segiempat mudah berubah menjadi jajaran genjang.

5.1.5. Bentuk Konstruksi Rangka Batang


5.1.5.1. Bentuk
K.R.B. = Suatu konstruksi yang terdiri dari batang -batang yang
berbentuk segitiga
Segitiga (bentuk teta p).
Untuk menyambung titik sudut digunakan plat buhul / simpul.
Pada

konstruksi

baja

sambungan -sambungan

pada plat

digunakan baut, paku keling atau las.


Pada konstruksi kayu memakai baut, pasak atau paku.

buhul

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)


134-

titik buhul

K.R.B = segitiga yang


dihubungkan melalui plat
buhul pada titik buhulnya

I
titik buhul
Gambar 5.2. Bentuk Konst ruksi Rangka Batang

+ +

Batang

+ +
+ +
+ +

Plat buhul

Titik buhul
Paku keling / baut

Gambar 5.3. Detail I, salah satu sambungan

Titik buhul sebagai sambungan tetap / stabil, tapi dalam perhitungan


titik buhul ini dianggap SENDI.

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)


135-

K.R.B. Pada Jembatan

K.R.B. Ruang

terdiri dari

2 K.R.B. sisi

1 K.R.B. atas (ikatan angin atas)

1 K.R.B. bawah (ikatan angin


bawah)

K.R.B. Ruang bisa dipisahkan menjadi K.R.B. Bidang.


Gambar 5.4. Bentuk konstruksi rangka batang pada jembatan

5.1.5.2. Perletakan :

1 sendi dan 1 lagi merupakan rol karena

konstruksi statis tertentu


Sendi
Rol

2 Reaksi
1 Reaksi

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)


136-

RH

Perletakan sendi

ada 2 reaksi
R V = Reaksi vertikal
R H = Reaksi horizontal

RV

Perletakan rol

ada 1 reaksi
R V = Reaksi vertikal

RV

5.1.5.3.

Konstruksi Statis Tertentu Pada K.R.B. (Konstruksi

Rangka Batang)
Konstruksi statis tertentu adalah suatu konstruksi yang masih bisa
diselesaikan dengan syarat -syarat keseimbangan ;
7H = 0
3 persamaan keseimbangan

7V = 0
7M = 0

Jadi maximum harus ada 3 reaksi yang tidak diketahui (3 bilangan yang
tidak diketahui)

Pendekatan Penyelesaian Konstruksi Rangka Batang


K.R.B. merupakan kumpulan dari batang -batang yang mana gaya -gaya
batang tersebut harus diketahui. Dalam hal ini gaya -gaya batang tersebut
beberapa gaya tarik atau tekan. Pada konstruksi dibawah ini (Gambar 5).
Jumlah bilangan yang tidak
4

diketahui :

Reaksi
5

RH

6
3

12

11

3
1

Jumlah batang

10
5

13

Bilangan yang tidak


8

RV
Gambar 5.5. Konstruksi rangka batang bidang

=3
Jumlah
= 13

RV

diketahui = 3 + 13 = 16

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)


137-

Titik simpul : dianggap sendi


Jadi tiap-tiap titik simpul ada 2 persamaan
7V = 0
atau
7H = 0

Yaitu :

7Kx = 0
7Ky = 0

Pada gambar (5.5) ad a 8 titik simpul


jadi ada 2 x 8 persamaan = 16 persamaan
Dari keseluruhan konstruksi :
3 reaksi
13 gaya batang

Ada 16 bilangan yang tidak diketahui

Ada 16 persamaan
(karena

masih

Konstruksi statis tertentu

bisa

diselesaikan

dengan

syarat -syarat

persamaan

keseimbangan)

5.15.4. Rumus Umum Untuk K.R.B.


7k=b+r
k = banyaknya titik simpul (titik buhul)
b = jumlah batang pada K.R.B.
r = jumlah reaksi perletakan

5.1.6. Rangka Batang Gerber


Seperti pada balok menerus, maka pada konstruksi rangka batangpun ada
balok gerber
2
3

1
1

Sendi

7
8

11 13

15

10

16

19
18

S 9

rol

Rol (Sendi Gerber)

12

23
22

20
21

17

14

5
B

10

12

6
3

11

14

24
25

13

26
15
rol
C
C

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)


138-

Gambar 5.6. Rangka batang gerber

A = sendi
B = rol
S = sendi gerber
C = rol

Jumlah reaksi perletakan

1 sendi + 2 rol
2

Jumlah batang

26

30

Jumlah bilangan yang


tidak diketahui

Jumlah titik simpul = 15

Persamaan yang tersedia = 2 x 15 = 30 persamaan.


Ada 30 bilangan yang tidak diketahui dan tersedia 30 persamaan Konstruksi
statis
tertentu
Konstruksi statis tertentu
5.1.7. Prinsip Penyelesaian
Ada beberapa cara penyelesaian K.R.B.
1. Keseimbangan titik buhul
a. Cara analitis dengan menggu nakan
7.Kx = 0 dan
7.Ky = 0
b. Cara grafis dengan metode Cremona

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)


139-

2. Metode Potongan :
a. Cara Analitis
Metode Ritter
b. Cara Grafis
Metode Cullman
3. Metode Penukaran batang

5.1.8. Keseimbangan Titik Simpul


Dalam bagian ini hanya membahas teori tentang keseimbangan titik
simpul saja.
a. Penyelesaian secara analitis
Cara menyelesaikannya dengan keseimbangan titik simpul.
7H=0
7.V = 0

ata

7.Kx =0
7.Ky = 0

semua
gaya
yang
searah
x
dijumlahkan
demikian juga yang
searah y dan resultantenya harus
sama dengan rol.

b. Distribusi Beban
Konstruksi rangka batang merupakan gelagar tidak langsung, jadi kalau
ada beban terbagi rata atau beban titik yang terletak di
tengah-tengah antara 2 titik simpul (gelagar lintang) harus
diuraikan menjadi beban titik pad simpul -simpul terdekat.
P1 = distribusi akibat
beban terbagi rata

P1

P2

P3

Akibat
beban P

P2 = distribusi akibat
beban terbagi rata
dan P
P3 = distribusi akibat
beban P

Akibat

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)


140-

c. Contoh distribusi beban pada konstruksi Rangka batang


q = 1 t/m (muatan terbagi
rata)

4m
A

4m

4m

4m

4m

Muatan terbagi rata tersebut dijadikan mua tan terpusat pada titik -titik
simpulnya.

2t
2t

4t

4t

4t

Gambar 5.8. Beban terbagi rata didistribusikan menjadi beban titik

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)


141-

5.1.9. Contoh Soal 1


Suatu konstruksi Rangka Batang dengan beban sebesar P = 4 ton seperti
pada gambar !. selesaikan struktur tersebut.

P
A

4t
RA =

RB =

Gambar 5.9. Konstruksi rangka batang dengan beban P = 4t

Mencari reaksi perletakan


7 M A = 0 RB . 4 P - 4 . P = 0
RB = 1t
7 MB = 0

RA . 4 P - 4 . 3P = 0
RA = 3t

Pemberian notasi

Untuk mempermudah penyelesaian, tiap -tiap batang perlu diberi notasi.


Untuk batang atas diberi notasi A 1; A2 dan A 1; A 2
Untuk batang bawah diberi notasi B 1, B2 dan B1, B2
Untuk batang diagonal diberi notasi D 1; D2 dan D 1; D2
Untuk batang vertikal diberi notasi V 1; V2 dan V 1; V 2 serta V 3
Tiap-tiap titik simpul diberi nomor urut dari I s/d X.

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)


142-

A1

II

D1

V1
I

B1
3t

IV
V2
III
4t

A2

VI

D2

B2

V3
V

A2
D 2

VIII
V2

B2

VII

A1
D 1

B1

IX

V1
X

Gambar 5.10. Pemberian notasi pada gaya -gaya batang

Penyelesaian keseimbangan titik simpul diselesaikan dengan memakai


syarat-syarat keseimbangan pada titik simpul yaitu 7 Kx = 0 dan 7 Ky =
0
Jadi keseimbangan pada tiap -tiap titik tersebut bisa diselesaikan jika
terdapat maximum 2 batang yang tidak diketahui, karena hanya
menyediakan 2 persamaan yaitu 7Kx = 0 dan 7 Ky = 0.
Catatan
Mulailah bekerja pada titik simpul yang mempunyai 2 batang yang tidak
diketahui.
y

sebelum mengerjakan perlu perjanjian tanda terhadap gaya -gaya


batangnyua

(Anggapan) / perjanjian pada K.R.B.

titik simpul
Batang tertekan dengan tanda ( -) (gaya menuju titik simpul)

Batang tertarik dengan tanda (+) (gaya menjauhi titik simpul)


Penyelesaian
Mulai dari titik simpul yang mempunyai 2 batang tak diketahui
Titik I
V1
B1

Anggap dulu semua batang yang tidak diketahui


adalah batang tarik. Jika hasil positif
berarti
anggapan kita betul batang betul-betul tertarik.
Jika hasil negatif
berarti anggapan kita salah
batang tertekan.
Dalam penjumlahan, gaya yang searah diberi tanda
sama.

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)


143-

3t

7V=0

3 t + V1 = 0
V1 = -3 ton (berarti batang tekan)

7H=0

B1 + 0 = 0

B1 = 0 (batang nol)

V1

B1 = 0
Batang A1 dan D1 dianggap tarik dan
batang D1 diuraikan menjadi gaya batang
horizontal dan vertikal.
V1 = - 3 t (menuju titik simpul)

Titik II

3t

A1

V1

Batang D 1 diuraikan menjadi arah vertikal


D1

2 dan arah horizontal

D1

2.

D1

7V=0

- 3 t + D1
D1

7H=0

2=0

2= 3

A 1 + D1

D1 = 3 2 t (tarik)

2= 0

A1 = - D 1

2= - . 3 2 . 2

A1 = - 3 ton (tekan)
Batang V 2 dan B2 dianggap tarik

Titik III
V2

Batang D1 = 3 2 (tarik) diuraikan menjadi

3 2

batang vertikal = 3 t dan horizontal = 3t


3t

7V=0

3t

V2 = 1 t (tarik)

B2
7H=0

B1 = 0
P = 4t

4 t 3 t V2 = 0

B2 3 t = 0
B2 = 3 t (tarik)

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)


144-

Batang A 2 dan D2 dianggap tarik.


Batang D 2 diuraikan menjadi gaya

Titik IV
3t
D2
2

A2

D2
2

horizontal dan vertikal D 2 2


7V=0

D2 = - 2 t (tekan)

D2

1t

D2 2 + 1 t = 0

7H=0

3 + A 2 + D2 2 = 0
3 + A 2 1 ton = 0
A 2 = - 2 ton (tekan)

Titik VI

Batang A 2 dan V 3 dianggap tarik


A2

7V=0

V3 = 0 ton

7H=0

2t

A2 + 2 t = 0
A2 = - 2 t (tekan)

V3 = 0

Batang D 2 dan B 2 dianggap tarik


Batang D 2 diuraikan horizontal dan vertikal

Titik V

0t D
2

7V=0

D 2 =

D2

1t

7H=0

1t
D 2

3t

D 2 2 + 0 1 t = 0
2 t (tarik)

B2 + 1t 3 t + 1t = 0
B2 = 1 ton (tarik)

2 B2

Batang A 1 dan V 2dianggap tarik

Titik VIII

7H=0

2t

2 t + A1 1 t = 0
A1 = - 1 t (tekan)

2t

A1
V2

7V=0

1 + V2 = 0
V2 = - 1t (tekan)

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)


145-

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)


146-

Titik VII

D 1

Batang D 1 dan B 1dianggap tarik

D 1

Batang D 1 diuraikan menjadi


1t
1t

D 1 2
D 1

B1

7V=0

D 1 2 1 t = 0
D 1 =

7H=0

2 t (tarik)

B1- D1 2 - 1t = 0
B + 1 1 = 0
B = 0t

Titik X

V1

7V=0

1t + V1 = 0
V 1 = - 1t (tekan)

B1 = 0
RB =
1t

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)


147-

Kontrol ke Titik IX

7V=0
V1 D1

A1 = 1 t
(tekan)

1t .
D1 = 2
(tarik)

V 1 = 1 t

2 =0
2 . 2 !0

(cocok)
7H=0
A1 D1 2 = 0
1 .

2.

2 = 0 (cocok)

DAFTAR

BATANG
A1
A2
A2
A1
B1
B2
B2
B1
V1
V2
V3
V2
V1
D1

GAYA BATANG
-3t
-2t
-2t
-1t
0
3t
1t
0
-3t
1t
0
-1t
-1 t
3 2t

D2

- 2t

D 2

2t

D 1

2t

Batang B 1 dan B1 = 0, menurut teoritis batang -batang tersebut tidak ada,


tapi mengingat K.R.B. terbentuk dari rangkaian bentuk ( maka batang ini
diperlukan.
Batang atas pada umumnya batang tekan
Batang bawah pada umumnya batang tarik.

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)


148-

Contoh Soal 2
Suatu konstruksi Rangka Batang, dengan notasi seperti pada ga mbar,
beban sebesar 3 ton terletak di titik simpul III

II
D1

P
A

D2

V1
B1

2t

B3

VI

1t

IV

3t

D3

V2

B2
III

Jumlah batang = 9 = b
Jumlah reaksi = 3 = r
12

Jumlahg titik simpul = 6 = k


2k=b+r 2x6=9+3
konstruksi .r.b. statis tertentu
Mencari Reaksi
7 MB =
2
RA =
3
7 MA =
1
RB =
3

0
x3t=2t
0
x3t=1t

Titik Simpul I

Batang D 1 dan B1 dianggap tarik


Batang D 1 diuraikan ke arah vertikal dan horizontal sebesar D 1

D1

D1

D1

2
B1

2 t (reaksi)

7 Ky = 0
D1 2 + 2t = 0
2
D1 = . 2 = - 2 2 t . (tekan)
2
7 Kx = 0
B1 - D1 2 = 0 B1 = 2 ton (tarik)

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)


149-

Titik III

Gaya batang V1 dan B2 dianggap


tarik

V1

7 Ky = 0
2t

B2

3t

Titik II
D2
D1

7 Kx = 0

B2 = 2 ton (tarik)

Gaya batang A dan D2 dianggap tarik


7 Kx = 0

D1 2 - 3t D2 2 = 0
D2 2 = -3 t + . 2 2 . 2 = -3 + 2 = -1
(tekan)
D2 = - 2 t (tekan)

D1 = 2 2
D2

3t
D2
D1

V1 = 3 ton (tarik)

7 Ky = 0

2
A + D1 2 + D2 2 = 0
A + . 2 2. 2 - . 2. 2 = 0
A = 1 2 = -1t (tekan)
Gaya batang V2 dan B3 dianggap tarik
7 Ky = 0

Titik IV

V2
D2 =

D 2 2 - V2 = 0
V2= . 2 . 2 = 1 t (tarik)

2t

B2 = 2t

B3

7 Kx = 0
B3 B2 + D2 2 = 0
B3 = 2 - . 2 . 2 = 1 t (tarik)

Titik VI

Gaya batang D3 dianggap tarik


7 Ky = 0
D3
D3 2 + 1t = 0
D3 = - 2 . 1t
D3 = - 2 t (tekan)
7 Kx = D 3 2 + B3 = 0
- . 2 . 2 + B3 = 0

B3 = 1t

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)


150-

B3 =
1t

1t

Kontrol

Titik V

7 Kx = 0

A = 1t

A . D3
1t .

D3

2 =0

2. 2 = 0

(cocok)

V2 =
1t
5.1.10.

Latihan : Konstruksi Rangka Batang

Untuk mendorong mahasiwa belajar maka perlu dibuatkan suatu latihan sebagai berikut :

Soal 1 A1
D1
RAH

A2

D2
E

D3

D6

D5

3
m

E
B1

RAV

D4

B2
P1=6
t

Konstruksi Rangka Batang


seperti tergambar
P1 = 6t ;
P2 = 3t
Ditanyakan :

B3
P2=3
t

a). Gaya reaksi


b). Gaya-gaya batang

RB
P

P= 4m

P2 = 600 kg

Soal 2
P1 = 600 kg 8

10

Kuda-kuda konstruksi Rangka


Batang seperti tergambar.
Beban ; P 1 = 600 kg
P2 = 600 kg
P3 = 400 kg

P3 = 400 kg

9
5

7
6

R AH

3m

3m

12

45

A
RAV

Ditanyakan:

13

11

45
3
3m

4
3m

a). Gaya Reaksi


B b). Gaya- gaya batang
RB

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)


151-

5.1.11.

Rangkuman

KRB merupakan rangkaian dari bentuk ( (segitiga)

Dalam KRB yang dicari adalah gaya -gaya batangnya, bisa


berupa gaya tarik, atau gaya tekan.

Tiap-tiap titik simpulnya dianggap sendi.

Pencarian gaya-gaya batang, hanya bisa diselesaikan jika


jumlah gaya batang yang tidak diketahui max hanya 2.

5.1.12.
Penutup
Agar mahasiswa bisa mengontrol pekerjaan latihan, maka
mahasiswa bisa melihat jawaban dibawah ini :

Jawaban :

Soal No. 1
Keterangan
Reaksi vertikal
Reaksi Horizontal
Data Pendukung
Gaya Batang

Gaya Batang

Titik / Gaya
A : RAV
B : RB
A : RAH
Sin E
Cos E
A1
A2
B1
B2
B3
D1
D2
D3
D4
D5
D6

Nilai
5t
4t
0
0,835
0,555
6,667 t
5,333 t
3,333 t
6,000 t
2, 667 t
6,00 t
6,00 t
1,20 t
1,20 t
4,808 t
4,808 t

Arah / Tanda
o
o

Tekan Tekan Tarik +


Tarik +
Tarik +
Tekan Tarik +
Tarik +
Tekan Tekan Tarik +

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)


152-

Soal No. 2
Keterangan
Reaksi Vertikal
Reaksi Horizontal
Gaya Batang

Titik / Gaya
A : RAV
B : RB
A : RAH

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Nilai
850 kg
750 kg
0
850 kg
850 kg
750 kg
750 kg
1202 kg
0
424 kg
778 kg
500 kg
778 kg
283 kg
0
1061 kg

Arah / Tanda
o
o
Tarik +
Tarik +
Tarik +
Tarik +
Tekan Tekan Tekan Tarik +
Tekan Tekan Tekan -

5.1.13.
-

Daftar Pustaka
Suwarno, Mekanika Teknik Statis Tertentu, UGM Bab
Soemono, Statika I, bab

5.1.14.
-

Senarai
Konstruksi Rangka Batang : Suatu rangkaian batang -batang
yang berbentuk ( (segitiga)
Titik simpul : dianggap sendi.

Anda mungkin juga menyukai