-8-
Modul 1
1.1. Judul : Gaya Gaya dan Keseimbangan Gaya
Tujuan Pembelajaran Umum :
Setelah membaca modul, mahasiswa bisa memahami pengertian tentang gaya.
Tujuan Pembelajaran Khusus :
Mahasiswa dapat menjelaskan konsep pengertian tentang gaya dan bagaimana
bisa melakukan penjumlahannya
1.1.1. Pendahuluan
Gaya serta sifat-sifatnya perlu difahami dalam ilmu Mekanika Teknik
karena dalam ilmu tersebut, mayoritas membicarakan tentang gaya,
sedang Mekanika Teknik adalah merupakan mata kuliah dasar keahlian
yang perlu dimengerti oleh semua sarjana Teknik Sipil. Jadi dengan
memahami sifat-sifat gaya, mahasiswa akan lebih mudah memahami
permasalahan yang terjadi di pelajaran Mekanika Teknik. Misal pada
suatu jembatan, kendaraan yang lewat adalah merupakan suatu beban
luar yang ditampilkan dalam bentuk gaya.
Contoh :
gaya
struktur jembatan
adalah
merupakan
vektor
yang
mempunyai
besar
dan
arah.
Contoh 1
Panjang gaya
1 cm
Jadi 50 kg adalah gaya yang diakibatkan oleh orang berdiri tersebut dengan arah
gaya kebawah yang diwakili sebagai gambar anak panah dengan panjang 1 cm
karena panjang 1 cm setara dengan berat 50 kg.
* Contoh 2
Batu diatas meja dengan berat 10 kg
Arah berat = kebawah (sesuai arah
gravitasi) ditunjukkan dengan gambar
anak panah dengan skala 1 cm = 10 kg
Panjang gaya = 1 cm
Jadi 10 kg adalah gaya yang diakibatkan oleh batu yang menumpu di atas meja
dengan arah gaya ke bawah yang diwakili sebagai gambar anak panah dengan
panjang 1 cm karena panjang 1 cm setara dengan gaya 10 kg.
* Contoh 3
15 kg
Orang mendorong mobil
mogok kemampuan orang
mendorong tersebut adalah 15 kg.
1 cm
Panjang gaya
Arah dorongan kesamping kanan ditunjukkan
dengan gambar anak panah arah kesamping
dengan skala 1 cm = 15 kg
Jadi 15 kg adalah gaya yang diberikan oleh orang untuk mendorong mobil
mogok dengan arah kesamping kanan, yang diwakili sebagai gambar anak panah
dengan panjang 1 cm karena 1 cm setara dengan 15 kg.
Garis kerja
gaya
gaya
50 kg
mb
ar
1.1
.
Ga
K1
mb
ar
gar
is kerja gaya
K1
R = K1 + K2
D
K2
Titik tangkap gaya
ar 1.3
Penju
mlaha
n gaya
secara
K1
grafis,
yang
Urutan-urutan penjumlahan
- Gaya K1 dipindah searah garis kerja gaya sampai garis kerja
gaya K1 bertemu dengan garis kerja gaya K2, pertemuannya di titik
0.
- Buat garis-garis sejajar gaya K1 dan K2 di ujung-ujung gaya yang
berlainan sehingga membentuk suatu jajaran genjang, OABC
- Salah satu diagonal yang terpanjang (R) adalah merupakan jumlah dari
K1 dan K2.
R1=K1+K2
R2
R1
K2
R2
R2 = R + K
1
3
= K1 + K2 + K3
K1
K3 D
membuat
garis
sejajar
R1 di ujung gaya-gaya
yang berlainan
Urut-urutan penjumlahan
(posisi awal)
K1
(Posisi awal)
K2
R1 = K1 + K2
C
A
K1
cara :
K2
Tarik
gaya
K1
dan
K2
R2 = R1 + K3
= K1 + K2 + K3
O.
ujung-ujung
yang
berlainan
gaya
sehingga
R1
E
K3
01
Gambar 1.5. Penjumlahan 3 gaya yang tidak
mempunyai titik tunggal, secara
grafis
Tarik
gaya
R1
dan
K3
Buat garis sejajar R1 dan K3 melalui ujung gaya yang berlainan sehingga
membentuk jajaran genjang 01, D F E, salah satu diagonal yang terpanjang
adalah R2 yang merupakan jumlah antara R1 dan K3 berarti jumlah antara K1
dan K2 dan K3.
K3
a
K1
b1
K1
A
B K2
K3
K2
K4
titik tangkap
K1
c
K3
d
K4
e
Polygon Batang
Jari-jari Polygon
buat rangkaian gaya K1, K2, K3 dan K4 secara berurutan dimana tiap-tiap
gaya sejajar dengan gaya aslinya (pada gambar jari-jari polygon).
jari-jari polygon.
-
) memotong K3 di
titik C.
Dari titik C dibuat garis sejajar Od (
) memotong K4 di D.
, perpanjangan garis
(
)
)
pada polygon batang akan ketemu di titik O
K2
K2 y
K1
K1 y
E
K1x
K2x
K1x = K1 cos E
K2x = K2 cos F
K1y = K1 sin E
K2y = K2 sin F
Rx = Kx
Ry = K1y + K2y
Ry = Ky
Rx Ry
K1
K1y
E
K2
K2y
F
K1x
K2x
Rx = Kx
Ry = Ky
R=
Rx Ry
1.1.5. Latihan
1.
K1
45
K2
2.
K1
Dua gaya K1 dan K2 tidak mempunyai titik
tangkap yang sama
K1 = 10 ton dan K2 = 4 ton
Garis kerja ke dua gaya tersebut bertemu dan
K2
membentuk sudut 60
Cari besarnya jumlah gaya-gaya tersebut (R) baik secara analitis maupun garfis.
3.
5 ton
7 ton
9 ton
4 ton
0
K1
K2
K3
K4
Cari besar dan arah jumlah gaya-gaya tersebut (R) dengan cara polygon batang.
1.1.6. Rangkuman
Gaya adalah suatu besaran vektor yang mempunyai besar dan arah serta
diketahui letak titik tangkapnya.
1.1.7. Penutup
Untuk mengukur prestasi, mahasiswa bisa melihat hasil atau kunci-kunci
yang ada, secara bertahap.
Soal 1 dan 2 ada jawaban secara analitis dan grafis, sedang soal no. 3
hanya berupa grafis, skor penilaian ada di tabel bawah untuk mengontrol
berapa skor yang didapat.
Grafis
Analitis
Grafis
Grafis
Jari-jari polygon
Polygon batang
Jawaban
R = 11,1 ton
sdt = 22,5 dari
sumbu x
R = 11,1 ton
sdt = 22,5 dari
sumbu x
R = 12,5 ton
sdt = 30 dari
sumbu x
R = 12,5 ton
sdt = 30 dari
sumbu x
Skor Nilai
R = 24 ton
50
50
50
50
50
50
2.
3.
1.1.9. Senarai
Gaya
Resultante
= jumlah
beban,
balok,
kolom,
reaksi,
gaya
dalam
dan
bagaimana
kolom
balok
perletakan
cara
perletaka
n
Gambar 1.10. Gambar jembatan dalam mekanika teknik
1.2.2. Beban
Didalam suatu struktur pasti ada beban, beban yang bisa bergerak umumnya
disebut beban hidup misal : manusia, kendaraan, dan lain
sebagainya. Beban yang tidak dapat bergerak disebut beban mati,
misal : meja, peralatan dan lainsebagainya. Ada beberapa macam
beban yaitu beban terpusat dan beban terbagi rata.
a. Beban terpusat
Beban terpusat adalah beban yang terkonsentrasi di suatu tempat.
a.1.
manusia yang berdiri diatas jembatan
beban terpusat
Penggambaran dalam mekanika teknik
a.2.
Kendaraan berhenti diatas jembatan
P1
P2
P3
Penggambaran dalam mekanika teknik
q t/m
Penggambaran dalam mekanika teknik
ton/m, kg/cm
1.2.3. Perletakan
y
1.2.3.1.
Pendahuluan
perletakan
Pondasi
Penggambaran pada mekanika
(bangunan
struktur
1.2.3.2.
perletakan
Gambar 1.14. Gambar perletakan gedung
(tumpuan)dalam mekanika teknik
Macam-Macam Perletakan
silinder baja
Balok jembatan
Gambar 1.16. Aplikasinya perletakan rol dalam
mekanika teknik
Rv
b. Sendi
Strukt
RH
silinder baja
Rv
karena itu
mempunyai
vertikal
(Rv).
bergeser
horizontal.
Oleh
Rv
balok
jembatan
Gambar 1.18. Aplikasinya perletakan sendi
di dalam mekanika teknik
RH
c. Jepit
Rv
RH
RM
RV
RH
Gambar 1.20.
Aplikasi perletakan
jepit di dalam mekanika
teknik
RM
R
d. Pendel V
balok baja
pendel
Gambar 1.21. Skema perletakan
pendel pada suatu
struktur baja
RR
balok baja
Gambar
1.22.
Aplikasi
pendel
pende
l
perletakan
di
mekanika teknik
dalam
meja
Pv
Kotak
Lem
Meja
Pv
Rv
Kotak
Kotak tenggelam
vertikal (Rv).
(Gambar 1.25)
Gambar 1.25. Kotak tenggelam dalam lumpur
b. Keseimbangan horisontal
Kotak
PH
Lem
RH
tersebut
tidak
bisa
meja
tersebut
mampu
Gambar 1.26. Keseimbangan horizontal
memberi perlawanan horisontal (RH), sehingga bisa menahan kotak untuk tidak
bergeser. Perlawanan horisontal tersebut (RH) disebut reaksi horisontal.
Bandingkan hal tersebut diatas dengan kotak yang berada di atas meja tanpa di
lem
Kalau kotak tersebut
dibebani secara
kotak yang
bergeser
PH
(RH)
(Gambar 1.27)
Gambar 1.27. Kotak yang bergeser
Karena beban horizontal
c. Keseimbangan Momen
Kalau kotak tersebut dibebani momen (PM), maka kotak tersebut tidak bisa
berputar (tidak bisa terangkat), yang berarti lem perekat antara kotak dan meja
tersebut mampu memberikan perlawanan momen (RM), perlawanan momen
tersebut (RM) disebut dengan reaksi momen.
PM
Kotak
Lem
Meja
Bandingkan hal tersebut diatas dengan kotak yang berada di atas meja tanpa di
lem.
Kalau
PM
Kotak yang terangkat
kotak
dibebani
tersebut
momen
(PM),
karena
tidak
yang
berarti
tersebut
tidak
memberikan
PM
PV
Kotak
PH
yang
Lem
RH
berarti
harus
Meja
RV
tidak
bisa
bergeser
RM
1.3.4. Latihan
1. Suatu benda diatas meja dengan berat sendiri = 5 kg
Pv = 5
kg
1.3.5. Rangkuman
o Macam-Macam Beban
- Beban terpusat; notasi; P; satuan; kg atau ton atau Newton
- Beban terbagi rata; notasi; q; satuan kg/m atau ton/m atau Newton /
m
o Macam Perletakan
- Rol punya 1 reaksi
Rv
Rv dan RH
Rv; RH dan RM
sejajar dengan batang pendel
o Syarat Keseimbangan
Ada 3 syarat keseimbangan yaitu :
7v = 0
7H = 0
7M = 0
1.3.6. Penutup
Besar Reaksi
5 kg
5 kg
2 kg
5 kg m
Arah
o
o
p
1
1.3.8. Senarai
-
Beban = aksi
MODUL 2 :
2.1.1. Pendahuluan
Dalam bangunan teknik sipil, seperti gedung-gedung, jembatan dan lain
sebagainya, ada beberapa macam sistem struktur, mulai dari yang
sederhana sampai dengan yang kompleks; sistim yang paling sederhana
tersebut disebut dengan konstruksi statis tertentu. Mahasiswa diwajibkan
memahami struktur yang paling sederhana sebelum melangkah ke yang
lebih kompleks.
perletakan A dan B
B
A
rol
sendi
a).
RAH
diketahui (RAV
dan
RAH adalah
RBV
di A).
B=
rol
dengan
reaksi
tidak
b).
P
RM
RM = momen di A.
RAH
A
RAV
Gambar 2.3. Konstruksi statis tertentu
c)
P
A
B
Gambar 2.4. Konstruksi statis
tidak tertentu
2.1.4. Latihan
a).
suatu balok ABC berkantilever terletak diatas
dua perletakan dengan beban P seperti pada
gambar. Perletakan A adalah sendi dan di B
adalah rol.
Tunjukkan apakah konstruksi tersebut statis
tertentu atau bukan.
b).
P
C
A
dua
seperti pada
adalah
P
B
C
tersebut
2.1.5. Rangkuman
Konstruksi disebut statis
titik
C
Macam Perletakan
A
B
Sendi
sendi
Total reaksi
Jumlah
reaksi
2 buah
1 buah
3 buah
konstruksi
P
B
A
Itik
A
B
dengan
Contoh :
a).
o
P1
L1
P2
A
L2
P1
P
P
B beban
reaksi A
RB
RA
l
tersebut
berubah
melentur.
Gaya
momen
yang
o Balok tersebut menderita gaya tekan karena adanya beban P dari kiri dan
kanan. Balok yang menerima gaya yang searah dengan sumbu batang,
maka akan menerima beban gaya dalam yang disebut Normal yang diberi
notasi N.
o Balok tersebut menderita gaya lintang, akibat adanya reaksi perletakan
atau gaya-gaya yang tegak lurus ( B ) sumbu batang, balok tersebut
menerima gaya dalam yang disebut gaya lintang dan diberi notasi D.
q
kg/m
P (kg)
B
c
x
l
(m)
RA
RB
lentur
atau
momen.
(atau
Definisi
Momen adalah perkalian antara gaya x jarak.
Balok yang terletak antara tumpuan A dan B menderita (menerima) momen.
Momen untuk daerah balok antara perletakan A ke perletakan B
dengan variable x bisa ditulis sebagai berikut :
I
(1)
II
Mx = RA . x q.x. x
1)
gaya jarak gaya jarak
RA (reaksi di A) merupakan
gaya
x = adalah jarak dari RA ke potongan c-c
sejauh x
II
Q1= qx
x
Gambar 2.10. Gambar potongan struktur bagian
kiri
Kalau dihitung dari sebelah kanan ke (c-c)
I
II
titik
II
q (kg/m)
(2)
Kalau menghitung besarnya momen di cboleh dari kiri potongan seperti pada
persamaan (1) ataupun menghitung dari
kanan potongan seperti pada persamaan
dan hasilnya pasti sama.
(l-x)
Dalam
Q2 = q (lx)
l -x
Tanda Gaya
Momen
P
(kg)
q (kg/m)
arahnya
B (tegak
lurus)
RB
(1)
x
c
q (kg/m)
c
Q1=q x
RA
Gambar 2.14. Potongan balok bagian kiri
y
(2)
kanan
potongan)
P
c
q (kg/m)
Q2 = q (lx)
(l x)
RB
B
RB
RA
ditinjau,
Coba dilihat pada Gambar 1 dari kalau kita mau menghitung besarnya
gaya lintang di c (Dc).
C
Dilihat dari kiri potongan C, gaya yang ada hanya RA, jadi
jumlah gaya-gayanya yang B sumbu hanya RA dengan arah
RA
(q )
kebawah.
Karena
RB
adalah
arah ( q ) kebawah,
*
P
Definisi :
A
D
ke atas.
Gambar 2.17. Gambar 2
Skema gaya lintang
dengan tanda negatif (-)
Coba dilihat pada Gambar 2.17 bagaimana kalau kita mau menghitung besarnya
gaya
P
lintang di D (DD).
RA
adalah
Jadi untuk menghitung gaya lintang, baik dihitung dari kiri ataupun kanan hasilnya harus sama.
P
A
RA
RB
Gambar 3
Gambar 2.18. Balok tanpa beban
normal
2.18 yang
tidak
mempunyai
gaya
normal (N).
P
P
Kalau dilihat pada Gambar 3.19
dimana ada gaya-gaya yang //
Gambar 4
RA
RB
Gambar 2.19. Balok menerima beban gaya
normal
P
n
}.
- Jika gaya yang ada arahnya menarik balok, maka tanda gaya normalnya
P
p }.
M
tekan
tarik
tarik
tekan
M
Sebuah balok statis tertentu diatas 2 perletakan dengan beban seperti pada
gambar,
P1 = 2 2 t (), P2 = 6t (), P3 = 2t ()
P4 = 3t ; q1 = 2 t/m; q2 = 1 t/m
P1 = 2 2 t
P1v = 2 t
45
C
P1H = 2 t A
q2 = 1 t/m
P2 = 6 ton
q1 = 2t/m
D P = 2t
3
E
B
RBV
6m
RAV
2m
10
m
2m
RBH
P4 = 3 ton
Diminta :
Jawab :
RB () juga keatas.
Mencari RAV
RAV =
Pemberian tanda pada persamaan berdasarkan atas arah momen, yang searah
diberi tanda sama, sedang yang berlawanan arah diberi tanda berlawanan.
RBV 71%!
RBV =
Karena tanda RBV adalah positif berarti arah reaksi RBV sama dengan permisalan
yaitu () keatas.
Untuk mengetahui apakah reaksi di A (RA) dan reaksi di B (RB) adalah benar,
maka perlu memakai kontrol yaitu V = 0
ada RBH.
D
Beban P1 = 2 2 (45) bisa diuraikan
menjadi P1V = 2t () dan P1H = 2t ( )
P2 = 6
q1 = 2
ton
2t
t/m
P3 = 2
ton
C
D
6m
RA = 13 t
X
Variabel x berjalan dari A ke D (sebelah kiri titik P2), sedang beban yang dihitung
dimulai dari titik C.
Dx = -2 + 13 q1 x = (-P1V + RA q1x)
Persamaan (Linier)
Untuk x = 0
didapat
DAkn = -2 + 13 = + 11 ton
2.6
didapat
Untuk x = 6 m
Dari titik D s/d B tidak ada beban, jadi Bidang D sama senilai DD kn (konstan dari
D sampai B).
Daerah B-E
2m
q2 = 1
t/m
P4 = 3 ton
x.2
RBV = 9 ton
DB kn = + 2 ton
(kanan
potongan
arah ke
kebawah)
DB kr (kiri titik B) DB kr = + 2 9 = - 7 ton (kanan potongan arah ke atas)
Melewati
perletakan B
dihitung dari kiri (beban yang dihitung mulai dari titik C, batang
Daerah DB
P1V = 2t
P1H = 2t
2m
x
Untuk x = 0
x=2
Mc = 0
MA = - 2.2 = - 4 tm.
Daerah A D
A
D
P1H = 2t
x.1
RAV =
13t
2
m
6
m
p x1 ! 5.5.m
= - .q1.x12 + 11 x1 4 = 0
= x12 11 x1 + 4 = 0
Untuk x1 = 6
MD = -36 + 66 4 = + 26 tm
Daerah E-B (dihitung dari kanan, titik E ke titik B) variabel x2 berjalan dari E
ke B
q2 = 1 t/m
E
2m
x2
Untuk x2 = 0
ME = 0
didapat
Untuk x2 = 2
MB = - . 1.4 = -2 tm
P4 = 3 t
P1H
P2 = 6
ton
q1 =
2t/m
P1V = 2 t
C
=2t
q2 =
1t/m
B
P3 = 2
ton
RBV
ton
RAV = 13 t
11
2
1
t
6
t
2
t
RBH
7t
=9
E P4 = 3
ton
=
7
t
BIDANG D
2
t
2
t
4t
+
BIDANG N
3
t
5.5 m
linier
-
4 tm
2 tm parabola
+
0.286
0.3756 parabola
linier
BIDANG M
2.2.9. Contoh 2
Diketahui:
KONSOL (CANTILEVER)
P2
D
=
P1
q=1
t/m
1t
C
2t
2m
A
Ditanya : Gambar bidang M, N, D
1m
3m
x1
RD
x2
7v = 0
RD P2 P1 q.5 = 0
RD = 2 + 1 + 5.1 = 8 t (o)
Untuk menggambar gaya dalam kita bisa dari kiri
atau kanan, pilih yang lebih mudah dalam hal
ini pilih yang dari kanan.
BIDANG D
5
8
DA kr = + 2 ton
Daerah A B
1t
BIDANG M
10.5
parabola
24.5
32.5
parabola
Dx2 = 2 + 1 + q . x2
Untuk x2 = 3 DB kr = 2 + 1 + 1.3 = 6 ton
Untuk x2 = 5 DC = 2 + 1 + 5 = 8 ton
Daerah M B
Bidang A (dari kanan)
MA = 0
2
Daerah B - C : Mx2 = -P1 x2 P2 (x2 3) q x2
2.2.10. Latihan
Balok diatas 2 tumpuan.
Soal 1
P1 = 4t
P2 = 4 2t
45
HA
A
VA
RB
2m
3m
3m
Soal 2
P ! 3 32 2t
t
P=
45
q = 1 t/m'
HA
A
VA
C
RB
2m
4m
2m
Soal 3
2
, t/m'
HA
2 2t
6m
P1
VA
2t
RB
2m
2m
q = 1,5 ton /m
-1-
2.2.11. Rangkuman
Dalam suatu konstruksi ada gaya dalam sebagai berikut :
M (momen) dengan tanda
+
2.2.12. Penutup
Untuk mengukur prestasi, mahasiswa bisa melihat kunci dari soal -soal
yang ada sebagai berikut :
Titik
Nilai
Tanda/arah
Reaksi vertikal
A : VA
B : RB
A : HA
AD
DB
AC
CD
DB
A
C
D
B
4.5 ton
3.5 ton
4 ton
4 ton
0
4.5 ton
0.5 ton
3.5 ton
0
9 tm
10.5 tm
0
o
o
p
- tekan
Reaksi horisontal
Gaya normal = N
Gaya lintang = D
Momen = M
+
+
+
+
-2-
Titik
Nilai
Tanda/arah
Reaksi vertikal
A : VA
B : RB
A : HA
AD
DB
A D kiri
D kanan
B kiri
B kanan
C
A
D
B
C
2 m kanan
D
3 ton
6 ton
3 ton
3 ton
0
3 ton
0
4 ton
2 ton
0
0
6 tm
2 tm
0
4 tm
o
o
p
- tekan
Reaksi horisontal
Gaya normal = N
Gaya lintang = D
Momen = M
+
+
+
+
Titik
Nilai
Tanda/arah
Reaksi vertikal
A : VA
B : RB
A : HA
ADBC
A
D kiri
D kanan B kiri
B kanan C
X = 3.08 m kanan A
A
X = 3.08 m
D
B
C
4.625 ton
4.375 ton
2 ton
2 ton
4.625 ton
4.375 ton
2.375 ton
2 ton
0
0
7.13 tm
0.75 tm
4.0 tm
0
o
o
p
- tekan
+
+
Reaksi horisontal
Gaya normal = N
Gaya lintang = D
Momen = M
+
+
-
-3-
qx
qx.dx
Mx
beban
dx
Dx
M x + dMx
D x + dDx
batang
II
dx
Gambar 2.24. distribusi gaya dalam pada balok
sepanjang dx
Keseimbangan gaya gaya vertikal 7V = 0 di potongan II
Dx qx dx (Dx + d Dx) = 0 (kiri ada Dx (o) dan qx dx (q) dan kanan
ada Dx + d Dx
(q)
dDx = - qx dx
d Dx
! qx
dx
Keseimbangan momen
7 M = 0 di potongan II
Mx + Dx dx qx .dx . dx (Mx + d Mx) = 0
q. dx - 0
d Mx = Dx . dx
-4-
d Mx
! Dx
dx
Dasar Penyelesaian
Dalam
penyelesaian
struktur,
sama
dengan
balok
biasa
berhati-hati
menghitung
(b)
karena
dalam
baloknya
-5-
Jawab:
q = 1 t/m
B
rol
P2=4
t
P 1=4
RB
D
E 1m
1m
Di B
3 m = rol jadi reaksinya hanya
satu B sumbu batang
5
1m
send
R AH
E
RAV
4m
1m
1m
2m
4
di B = rol jadi reaksinya hanya
satu B sumbu batang
-6-
Untuk mencari reaksi kita lebih cepat kalau yang dicari reaksi di B dulu.
Reaksi di B RB B bidang sentuh
RB dicari dengan 7 MA = 0
RB.5 q.2.3 P2.2 P1.1 = 0
18
! 3.6 ton (arah R B B sumbu batang)
RB.5 1.2.3 4.2 4.1 = 0 RB =
5
Untuk mencari R AV dicari dulu R AH dengan syarat keseimbangan horizontal.
RAH 7H = 0
RAH RB sin2 = 0
3
RAH = .3.6 ton = 2.16 ton
5
Mencari R AV dengan 7 M B = 0
RAV 7 MB = 0
RAV.4 RAH.3 P 1.3 P2.2 q.2.1 = 0
RAV.4 2.16.3 4.3 4.2 2.1.1 = 0
RAV = 7.12 ton
-7-
1
m
E
E
b
q
DB kr = - RB = - 3.6 ton
Dari B ke D
a
! q sin E
b
! q cos E
-8-
1 t/m
B
4t
4t
3m
D
x
A
1m
1m
2m
1 t/m
MENGHITUNG BIDANG MOMEN (M)
Dihitung dari kanan
B ke D
4
t
x
1
Mx = RB .
.q.x
cos E 2
4
t
RB
A
Untuk x = 0
MB = 0
Untuk x = 2
M D = 3.6 .
2
1
.1.4 ! 7 tm
4/5 2
x
cos E
E
x
Mc
= RB .
3
- q.2.2 P.1
cos E
Gambar bidang M, N, D
1 t/m
4t
-9-
Seperti teori sebelumnya kita bisa menghitung gaya -gaya dalam dari dan
hasilnya harus sama. Seperti contoh dibawah ini.
Gambar 2.27. Bidang gaya dalam pada balok miring
-10-
E
RAV . cos E
RAV
RAH
R AH sin E
A
E
RAH cos E
N = - (RAV . sin E + RAH . Cos E) RAH = 2.16 t
D = + RAV . cos E - RAH . sin E
Sin E = 3/5
Cos E = 4/5
RAV = 7.12
NA kn = - (7.12 . 3/5 + 2.16 . 4/5) = - 6 ton
t
Gaya normal di C kanan ke D kiri adalah konstan
Di Nc kanan ada pengaruh beban P = 4 ton.
NC kn = - [(7.12 4). 3/5 + 2,16 . 4/5] = - 3.6 ton
Gaya normal di D kanan ada pengaruh P = 4 ton.
NDkn = - [(7,12 4 4) 3/5 + 2,16 . 4/5] = - 1,2 ton
Gaya normal dari D ke B linier { NB = - 1.2 + q.2 . sin E
NB = - 1,2 + 2.1 . 3/5 = 0 ton
Gaya lintang DA kn = R AV cos E - R AH sin E
Gaya lintang dari A kn ke C kiri adalah konstan.
DA kn = 7.12 . 4/5 2,16 . 3/5 = 4,4 ton
Gaya lintang di C kanan ada pengaruh P = 4 ton
Gaya lintang dari C kanan ke D kiri adalah konstan
Dc kn = (7,12 4) 4/5 2,16 . 3/5 = 1,2 ton
Gaya lintang di D kanan ada pengaruh P = 4t
DD kn = (7,12 4 4) 4/5 2,16 . 3/5 = - 2 ton.
Gaya lintang dari D ke B adalah linier karena ada beban terbagi rata.
DB = -2 2.1 . 4/5 = - 3,6 ton
2.5. Beban Segitiga
Pada kenyataan di lapangan beban tak hanya terpusat a tau terbagi
rata, namun ada yang berbentuk segitiga seperti beban tekanan ,
beban tekanan tanah dan lain sebagainya.
2.5.1. Pengertian Dasar
Beban segitiga seiring terjadi pada kenyataan di lapangan seperti
beban tekanan air dan tekanan tanah.
Contoh
dinding
dinding tangki
tangki
air
2.5.2.
-11-
-12-
Dasar Penyelesaian
Prinsip dasar penyelesaiannya adalah sama dengan yang lain -lain
namun kita harus lebih hati -hati karena bebannya membentuk
persamaan.
Persamaan a x =
x
.a
l
a t/m
ax
B
Px
RA =
a.l
6
2/3x 1/3x
RB =
a .l
ton
2
x
Gambar 2.28.b. Beban segitiga pada struktur
P=
l
Mencari Reaksi Perletakan
Titik berat beban P : 2/3 l dari A atau 1/3 l dari B
1/ 3 l
1/3 l
M B ! 0 p R A .l P .12/3 ! 0 p R A !
/ 3l l
P
l
1 / 3 l a.l a.l
ton
RA !
x
!
2
6
l
2/3 l
M A ! 0 p R B .l P . 2 / 3 l ! 0 p R B !
P
l
2 / 3 l a.l a.l
x !
R !
ton
l
2
3
a .l
3
D=0
RA Px = 0
a.l ax
l
!
p x !
6
2. l
3
XD ! 0 !
l 1
! l 3
3 3
MENGHITUNG BIDANG M
x
Mx = RA . x Px .
3
a.l
ax x
=
.x
.
6
2 .l 3
a
a .l
=
(persamaan pangkat 3 / parabola)
x . x
6l
6
a 1
M max =
l 3 l l 3
6 3
6 3
a.l
a .l
3
3
=
54
18
-13-
-14-
Contoh Perhitungan
ax =
x
.3
6
x
2/3 x
Jawab :
h=3
ton/m
TOTAL BEBAN
1/3 x
B
P=lxh
Px
RA
RB
P
2 l/3
l/3
P=
7 MB
l=6
m
7 MA
3,464 m
+
RA.l P l/3 = 0
RA . 6-9.2 =
0
RA =
3t
3.6
= 9 ton
2
2
.9 = 3 ton
6
RB . l P.2/3 l = 0
RB .6-9.4 =
0
D=0
RB =
-
BIDANG D
6t
4
.9 = 6 ton
6
Menghitung Bidang D
x = variable bergerak dari A ke B
ax !
max
x
x
.3 !
2
6
Px = x . ax
Px !
x x x
. !
4 2 4
x
4
x
D=0
!3
3
4
3,464
3.3,464 -
! 10,392 3,464 ! 6,928 tm
12
2.5.3. LATIHAN
Soal 1 : Balok Miring
Dx = R A Px
-15-
1 t/m'
3t
30
HA
VA
6m
1m
Soal 2
q = 1.5 t/m'
P=4t
RB
HA
3m
VA
4m
3m
t/m'
X
RHA
VA
RB
L
Soal 4
-16-
RHA
3 t/m'
A
C
B
RAV
RB
2m
4m
Balok ABC dengan beban segi tiga q = 3 t/m ditumpu pada A = sendi ,
B = rol, seperti tergambar;
Ditanyakan;
a) reaksi perletakan
b) bidang N, D dan M
2.5.4. Rangkuman
Balok miring adalah balok yang seiring dipergunakan dalam struktur
tangga, ketelitian perhitungan perlu.
Beban segitiga (() adalah beban yang terjadi akibat tekanan air dan
tekanan tanah, besarnya merupakan fungsi x.
2.5.5. Penutup
Untuk mengukur prestasi, mahasiswa bisa melihat kunci soal -soal
yang ada sebagai berikut :
Soal no. 1
Keterangan
Titik
Nilai
Tanda/arah
Reaksi vertikal
Reaksi miring
A : VA
B : RB
Atau : H B
VB
A : HA
4.12 ton
5.63 t
2.815 t
4.88 t
3 ton
A
B kiri
B kanan C
A
B kiri
B kanan C
X = 2.88m jarak miring dr A
A
B
C
X = 2.88 m
9.76 ton
1.50 t
1.50 t
2.16 t
t
2.6 t
0
0
3 tm
0
3.11 tm
Reaksi horisontal
Gaya normal = N
Gaya lintang = D
Momen = M
n
o
p
- tekan
- tekan
- tekan
+
+
-17-
Titik
Nilai
Tanda/arah
Reaksi vertikal
A : VA
B : RB
A : HA
Sin E
Cos E
A
C bawah
C kanan B
A
C kiri
C kanan B
A
C
X = 2 m horisontal
dari A
B
6 ton
4 ton
0
3/5
4/5
3.6 ton
0
0
5.2 ton
0
4 ton
0
12 tm(max)
9 tm
o
o
p
Reaksi horisontal
Data pendukung
Gaya normal = N
Gaya lintang = D
Momen = M
- tekan
+
+
+
Titik
Nilai
Tanda/arah
Reaksi vertikal
A : RAV
q.l
6
q.l
3
0
0
q.l
6
q.l
3
0
B : RB
Reaksi horisontal
Gaya normal = N
Gaya lintang = D
A : RAH
A-B
A ..
B ..
X=
L
3
= 0.5774 L dari A
Momen = M
A
B
C
X=
L
3
+
-
0
0
0.06415 x q
x l2
(max)
-18-
Keterangan
Titik
Nilai
Tanda/arah
Reaksi vertikal
A : VA
B : RB
A : RAH
AB-C
A
B kiri
B kanan
C
X = 2.24m dari B
A
B
X = 2.24m
4.5 ton
4.5 ton
0
0
4.5 ton
3.5 ton
1 ton
0
0
0
0.67 tm
3.73 tm
o
o
p
Reaksi horisontal
Gaya normal = N
Gaya lintang = D
Momen = M
2.5.7. Senarai
Balok miring = balok yang membentuk sudut
Beban segitiga
= besarnya merupakan fungsi x
+
+
4/5 RB
-19-
RB
3/5 R B
catatan : q.2.2
Di ujung titik A RAV dan RAH diuraikan menjadi gaya -gaya yang B (tegak
lurus) dan // (sejajar) dengan sumbu
x
= jarak R B ke sepanjang batang
cos E
BD
x
.a
l
a .l
ton
Resultante Beban : P =
2
Persamaan garis ax =
Diketahui :
-20-
Persamaan a x =
x
.a
l
a t/m
ax
B
Px
RA =
a.l
6
RB =
2/3x 1/3x
P=
a .l
ton
2
x
l
2/3 l
1/3 l
a.l
3
-21-
Gambar 2.30.
Jembatan dengan
gelagar langsung
Jembatan yang roda kendaraannya bisa diterima langsung oleh plat lantai
kendaraan yang terbuat dari beton disebut dengan gelagar
langsung.
Untuk jembatan yang terbuat dari kayu, bambu, baja, maka roda
kendaraan tidak bisa secara langsung diterima oleh struktur kayu,
bambu atau baja tersebut, melainkan harus lewat suatu perantara
yang disebut dengan gelagar melintang, gelagar memanjang dan
plat lantai dasar (lihat Gambar 2.31).
Untuk jembatan dimana yang roda kendaraan tidak bisa langsung
diterima oleh struktur utama disebut dengan gelagar tidak langsung
atau beban tidak langsung yang mana da lam penggambaran
seperti pada Gambar 2.31.
-22-
arah
muatan
aspa
l
Gel.
melintang
Potongan
melintang
Gelagar
induk
Gel.
memanjang
Potongan Melintang
-23-
Gambar 2.33.
Penyederhanaan
akhir, untuk
gel. tidak
beban terbagi
rata
gel. melintang
P
beban
terbagi
rata
diatas gel. memanjang
P
-24-
P
Q1
b
a
Q dan Q1 !
x
x
Q2
II
I
q
t/m
II
P/2
gelagar
induk
6P
3 q P II I
P/2
3qP
-25-
Catatan :
Besar M (momen) pada titik balok penghubung (gel. Melintang) boleh
dihitung sebagai beban langsung.
Penyelesaian :
P=qP
RA = RB = 3q P
Beban diantara perletakan P = q P
Beban di atas perletakan P/2 = q P/2
Perhitungan Momen
Pada Potongan II q t/m
II
= 3 qP . 1.5 P - q (1.5 P)
= 4.5 P - 1.125 qP
II
P
= 3.375 qP
P/2
3qP
qP
qP
II
Jika dihitung dengan beban tidak langsung
P/2
3qP
q t/m
II
M II
= 3q P . 1.5P - q P . 1.5 P
- q P . P = 3.25 q P
Momen lantai =
0.125 qP
kendaraa
1
q P ! 0.125 q P
8
-26-
Catatan :
Momen tidak langsung (diantara gelagar)
MII
= M langsung M. lantai
= 3.375 q P - 0.125 q P
= 3.25 q P
jadi dalam hal ini ada perbedaan nilai perhitungan momen pada gelagar
tak langsung untuk potongan dibawah gelagar melintang dan potongan
diantara gelagar melintang.
3P
P
2
P
P
+
P
P
P
2
P
Bidang D
-27-
2.6.4. Latihan
Soal 1:
Balok AB mendapat beban tak langsung
seperti tergambar, q = 1,5 t/m
sepanjang bentang.
Ditanyakan :
a). Gaya reaksi V A,
H A , RB
b). Bidang N, D, M
q = 1.5 t/m
A
1 2
3
HA
VA P
P
P
=
2m
5
B
4
P
R B
Soal 2 :
P1=3t
1m
2
3
P2=1t
4
HA
P
P
= 3m
B
P
RB
VA
2.6.5. Rangkuman
Apapun
bentuk
beban
yang
terdapat
diatas
jembatan,
2.6.6. Penutup
Untuk mengukur prestasi, mahasiswa bisa melihat hasil atau kunci kunci yang ada.
P1 =
Soal no 1
Keterangan
Reaksi Vertikal
Reaksi Horizontal
Beban Pada Titik
Gaya Normal = N
Gaya Lintang = D
Momen = M
-28-
Titik
A : VA
B : RB
A : HA
1
2
3
4
5
1-2-3-4-5
1-2
2-3
3-4
4-5
A=1
2
3
4
5=B
Nilai
6t
6t
0
1,5 t
3,0 t
3,0 t
3,0 t
1,5 t
0
4,5 t
1,5 t
1,5 t
4,5 t
0
9 tm
12 tm
9 tm
0
Arah / Tanda
o
o
Titik
A : VA
B : RB
A : HA
1
2
3
4
5
6
1-2-3-4-5-6
1-2
2-3
3-4
4-5
5-6
A=1
2
3
4
Nilai
1,75 t
2,25 t
0
0
2t
1t
0
0
1t
0
1,75 t
0,25 t
1,25 t
1,25 t
1,00 t
0
5,25 tm
4,5 tm
0,75 tm
Arah / Tanda
o
q
q
q
q
q
Soal No. 2
Keterangan
Reaksi Vertikal
Reaksi Horizontal
Beban Pada Titik
Gaya Normal = N
Gaya Lintang = D
Momen = M
q
q
q
5=B
6=C
ABC
3,0 tm
0
0
A
B kiri
B Kanan
C
X = 2.24 m dari
B
A
B
X = 2.24 m
4.5 ton
3.5 ton
1 ton
0
0
+
+
Gaya Normal = N
Gaya Lintang = D
Momen = M
-29-
0
0.67 tm
3.73 tm
2.6.8. Senarai
Muatan tak langsung = beban tak langsung = beban yang tak
langsung terletak di balok induk.
2.7.
-30-
Garis Pengaruh
2.7.1. Pendahuluan
Kalau kita meninjau atau melihat suatu jembatan, maka struktur
tersebut selalu dilewati oleh suatu muatan yang berjalan.
Di sisi lain kalau kita meng analisa struktur maka yang dicari dari struktur tersebut
adalah, reaksi-reaksi kemudian gaya -gaya dalamnya yaitu, gaya momen,
gaya lintang dan gaya normal. Jika dua hal tersebut dipadukan, maka
kaitannya adalah : Berapa besarnya nilai maksimum dari gaya -gaya dalam
di suatu tempat di struktur tersebut, jika ada muatan yang berjalan di
atasnya ?. Untuk menjawab hal tersebut diperlukan suatu garis pengaruh.
Garis pengaruh ini sebagai alat bantu untuk mencari nilai reaksi; gaya
momen, gaya lintang, dan gaya no rmal,
Definisi
Garis pengaruh : adalah garis yang menunjukkan besarnya R (Reaksi),
atau gaya dalam M (Momen), atau N (Normal), atau D (Lintang)
disuatu titik akibat pengaruh dari muatan sebesar 1 ton berjalan.
-31-
RA
RB
7 MB = 0
RA =
G.P. R A
RA . l P (l-x) = 0
P(l - x) l x
!
ton (linier )
l
l
Untuk P di A
Untuk P di B
+
1 ton
x=0
x=l
RA = 1 ton
RA = 0 ton
G.P. R B
+
1 ton Untuk P di A
Untuk P di B
x=0
x=l
RB = 0
RB = 1 ton
-32-
P=1
t
B
RA
1t
RB
Ini adalah GP.R A (Garis Pengaruh Reaksi di
A)
Garis ini menunjukkan besarnya nilai R A sesuai
dengan posisi P yang berjalan diatas gelagar
+
GP.R A
+
1t
b
y1
GP.RA
y2
GP.R B
P=1
t
Gambar 2.39
A
c
1t
d
y3
GP.RA
GP.RB
Gambar 2.40
P= 4
ton
y4 +
A
a
1t
P=1 GP.R B
t
b
Gambar
1t
y1
GP.R A
y2
2.40.
Kegunaan
digaris
pengaruh untuk beban di
titik D
1t
-33-
P=6
t
RA =
y3
1t
GP.R A
untuk beban P = 6t
y4
GP.RB
+
+
1t
Bagaimana kalau ada beberapa muatan :
P= 4
ton
P2= 6
ton
y3
GP.RA
+
y2
GP.R B
y1
1t
y4
1t
RA = 4y1 + 6y3 = 4 .
b
d
ton 6 ton
l
l
RB = 4 y2 + 6 y4 = 4
c
a
ton 6 ton
l
l
Beberapa Contoh
1.
-34-
P = 1t
P berjalan dari A ke C
C
7 MA = 0
RA
RB
RB =
a
RB . l P.x = 0
Px x
! ton
l
l
x
ton (linier)
l
Untuk P di A
x=0
Dc = 0
Untuk P di C kr x = a
Dc = -
x
A
a
ton
l
C
a
l
G.P. R B
P berjalan dari C ke B
P (l x ) l x
RA =
!
ton
l
l
Dc dihitung dari kiri
+
b/l
Dc = RA =
G.P. R A
G.P. D c
l x
ton (linier )
l
Untuk P di C kn
Dc =
x=a
l a b
! ton
l
l
ll
! 0 ton
l
-35-
C
RA
RB
l
a
P berjalan dari A ke C
RB =
Px x
! ton
l
l
Mc = + RB . b =
x
. b tm (linier )
l
Untuk P di A
x=0
Mc = 0
Untuk P di C
x=a
Mc = +
P = 1t
x
A
a .b
tm
l
P berjalan dari C ke B
RA =
P (l x )
l x
ton !
ton
l
l
+
GP RB.b
a.b
tm
l
Untuk P di C
GP R A.a
G.P. M c
Mc =
l a b
! . a . tm
l l
Untuk P di B
x=a
x=l
l l
Mc =
a . tm
l
= 0 tm
-36-
3. Contoh lain
x
D
A
2
m
l=6
m
l 1= 2 m
GP.RA
1t
GP.R B : 7 . M A = 0
GP.R B
+
1t
Untuk P di A
Untuk P di B
Untuk P di C
8 8
! !
RB =
l 6
4
3
2/3
ton
GP.M D
GP.R A.2
4
tm
3
GP.R B
GP.DD
-
2
3
1
t
3
+
GP.R A
x=0
x=l
x=8
4
ton
3
x
ton
lt
RB = 0
RB = 1 ton
RB =
GP. MD
P antara A-D
1
t
3
lx
ton
l
1/3
t
Untuk P di A x = 0 RA = 1 ton
Untuk P di B x = l RA = 0
Untuk P di C x = 8
1
l 8 68
2
RA =
!
! ton ! ton
3
l
6
6
GP.R B.4
RA =
-37-
GP.DD
P antara A-D
x
ton
l
x = 0 DD = 0
x = 2 DD = -2/6 ton = -1/3 ton
D D = - RB = P di A
P di D
P antara D-C
D D = RA =
l x
ton
l
P di D
x=2
P di B
x=6m
62 2
! ton
6
3
DD = 0
P di C
x=8m
DD =
DD =
68
1
! ton
6
3
GP.DBkr
Bkn
Bkr
P antara A-Bkr
DBkr = - RB
P antara B-C
GP.DBkr
-
1t
GP.R A
DBkr = + RA
1/3
t
GP.DBkn
GP.R B
P antara A B
DBkn = 0
GP.D Bkn
P antara B C
DBkn = P = 1 ton
1t
GP.MB
2 tm
P antara A B
MB = 0
GP.M B
P antara B C
M B = -x tm
x
x=0
P di C
Gambar 2.46.
Gambar knmacam-macam garis
P di B
x = 2m
MB = 0
M B = -2 tm
-38-
2.7.4. LATIHAN
Soal 1
berjalan
1 t bejana
I
RA
RB
3m
5m
a) Akibat beban P = 1ton berjalan diatas balok ABC, ditanyakan GPR A, GPRB,
GPD I, GPMI
3m
b) Bila beban
P1 =
Ditanya;
4t
DI (+) max.
DI (-) max.
MI max.
M max. max.
berjalan,
P2 =
2t
P = 1 t berjalan
Soal 2
A
I
RA
RB
4m
5m
3m
3m
berjalan,
-39-
2.7.5. Rangkuman
o
Beban yang dipakai untuk garis pengaruh adalah satu satuan muatan
(ton atau kg atau Newton).
2.7.6. Penutup
o Untuk
mengukur
sebagai berikut :
P = 1 ton di titik
Nilai
RA
A
B
A
B
A
1 ton
0
0
1 ton
0
3
t
8
5
8
RB
DI
I kiri
I kanan
MI
A
B
I
RA max.
= + 5.5 ton
D I (+) max. = + 3.3 ton
MI max.
= + 9 tm
Mmax. Max. = + 9.1875 tm
0
0
15
tm
8
Tanda/arah
+
o
+
-40-
P = 1 ton di titik
Nilai
RA
A
B
C
A
B
C
A
I kiri
I kanan
B
C
A
B
I
C
A
B
C
1 ton
0
0.3 ton
0
1 ton
1.3 ton
0
0.4 ton
0.6 ton
0
0.3 ton
0
0
2.4 tm
1.2 tm
0
0
3 TM
RB
DI
MI
MB
RB max.
MI max.
Tanda/arah
+
+
+
o
o
+
-
+
-
= + 5.175 ton
= + 9.18 tm
2.7.8. Senarai
- Garis pengaruh
Beban berjalan
-41-
3.1.1. Pendahuluan
Didalam kenyataan se -hari-hari jarang dijumpai jembatan y ang
berbentang Satu.
(
a).
Jembatan berbentang
satu
b).
A
-42-
karena
masih
bisa
diselesaikan
dengan
statis
syarat -syarat
Sendi
gerber
Gambar 3.2. Skema balok gerber
-43-
-44-
Contoh :
Sendi gerber
RAH
B
A
RAV
RBV
C
RCV
Suatu
konstruksi
balok
gerber
ABC
dengan
perletakan :
A = sendi, dimana ada 2
reaksi yaitu R AV dan R AH.
B = rol, dimana ada 1 reaksi
yaitu R BV.
C = rol, dimana ada 1 reaksi
yaitu R CV
Jadi jumlah reaksi adalah 4
buah yaitu, R ; R ; R dan
-45-
RAH
R AV
RB
RC
Detail perletakan D
(sendi gerber)
Gambar 3.3. Detail sendi gerber
-46-
RAH
RAV
RCV
RBV
RAH
RCV
RAV
RBV
atau
D
RDH
RDV
A
RAH
RDV
R CV
D
RDH
RAV
R BV
B
A
beban = q
kg/m
C
-47-
1
A
D
B
a2
Gambar
a 2,
akan
dan
seperti
jika
pada
diuraikan
a3
TIDAK MUNGKIN
Gambar 3.6. Penentuan sendi gerber
yang tak mungkin
Perhatikan
a 3.
Apakah mungkin ?
-48-
BV);
sendiC
gerber
b1
Jika yang
2
A
sebagai
C
b2
gerber,
maka
balok
ABD,
gambarnya
RDH
B
D
tersebut
disederhanakan
jika
akan
RDV
b3 A
balok
RDH
R DV
dan
R DH,
sedang
-49-
-50-
C
Jika
ada
suatu
konstruksi
balok
b1
1
yang
perlu
dikerjakan
pertama
statis tertentu.
D
b2
A
Jika
gambar
RD
konstruksinya
(a),
memisahkan
seperti
maka
kita
konstruksi
pada
bisa
tersebut
b1 dan b 2
C1
beberapa
konstruksi
menjadi
beberapa
konstruksi
tertentu
seperti
tidak
D
C
menjadi
tersebut
RD
dimana
C
RD
RD
C2
A
B
C1 dan C2
statis
mungkin
-51-
Titik D dari balok ABD (gambar (b1) menumpu pada titik D pada balok DC,
dan jika dijabarkan (diuraikan) strukturnya akan menjadi seperti gambar
(b2), dimana titik D pada balok ABD menumpu pada titik D balok DC,
sehingga reaksi R D dari balok ABD akan menjadi beban (aksi) pada titik D
balok DC.
Perhatikan struktur balok ABD (gambar b2), per letakan A = sendi (ada
2 reaksi); perletakan B = rol (ada 1 reaksi), perletakan D = sendi (ada
2 reaksi). Jadi total perletakan balok ABD ada 5 (lima) buah, jadi balok
ABD merupakan balok statis tidak tertentu.
Perhatikan balok DC (gambar b2), titik D = be bas (tak mempunyai
tumpuan), jadi tidak ada reaksi, perletakan, c = rol (ada 1 reaksi), jadi
jumlah total reaksi hanya ada 1 buah yaitu R CV di C. Dalam kondisi
seperti tersebut diatas balok DC merupakan balok yang tidak stabil
atau labil. Sehingga alternatif (b) adalah tidak mungkin.
-52-
Tahapan Penyelesaian
Sendi gerber
P
D
a
A
P
y
D
C
y
RD
RD
RC
D
A
-53-
Suatu
P=4t
(a)
q = 2t /m
1m
struktur
balok
gerber
ABC
A = rol
B = sendi
C = rol
S = sendi gerber
2m
4m
6m
t/m dari B ke C.
Ditanya : Gambar bidang M, N, D.
P=4t
(b) A
Rs =
x1
RA = 3t
(b).
2 t/m
x2
Rs
C
S
B
3
tm
(c)
balok SBC
R B = 7 1/3 t
2
tm
RC = 5
8.0287
tm
RA. 4 P.3 = 0
RA.=
+
7 MA = 0
BID. M
5.667 m
RS. 4 P.1 = 0
RS =
2.833 m
P.3 4.3
!
! 3t
4
4
P.1 4.1
!
! 1t
4
4
6.33t
3t
1t
7 MC = 0
BID. D
2
5
t
1
44
3
RB =
t!7 t
3
6
7 MB = 0
BID. N
Gambar 3.10.
Gambar-gambar gaya
Bidang Momen (M)
dalam balok gerber
34
! 5 2 / 3t
6
-54-
Balok A-S
Daerah A
MA = 0
x=1
MP = 3 tm (momen dibawah P)
Daerah P
MP = 3 tm
x=4
MS = 0
Balok SBC
Daerah S
B (dari kiri)
Ms = 0
x2 = 2
MB = -2 tm
Daerah C
B (dari kanan)
Mx2 = Rc.x2 -
1
.q x2 (parabola)
2
Mx2 = 5.667.x 2 -
1
.2.x2
2
= 5.667 x 2 - x2
Mencari M max
dMx 2
=0
dx 2
5.667 2 x2 = 0
-55-
Balok A-S
Daerah A P ( dari Kiri )
D2 = + Ra = + 3 + ( Konstan )
Daerah P S ( Dari kiri )
Dx = + R a - P = 3 4 = -1 t (Konstan )
Balok S B C
Daerah S B ( Dari Kiri )
Dx = - Rs = -1 t (Konstan)
Daerah C
B (Dari Kanan)
Dx2 = - Rc + q . x
= - 5,667 + 2 . x
(Linieair)
X2 = 0
Dc = - 5,667 t
X2 = 6
X2 = 2,833 m
Bidang N ( Normal )
Bidang N tidak ada
3.1.6. Latihan
M max )
Dalam
-56-
1).
P = 5t
q = 2t/m
S
B
2
m
5m
2
m
4m
Beban : P = 5t, 2m dari A
q = 2t/m sepanjang
bentang SC.
Gambar : bidang-bidang
gaya dalamnya (Bidang
M, N, D)
P=5
2t
45
2).
S
Suatu
balok
gerber
dengan
beban
dan
struktur seperti gambar,
dengan perletakan A =
sendi,
B = rol
C = rol,
S = sendi
gerber
Suatu
B
2m
3m
3m
pada
gambar
dengan
perletakan :
A = jepit,
B = rol
S = sendi gerber
Beban
P = 5
2 t dengan
bidang- bidang
3.1.8. Rangkuman
o
-57-
Balok
yang
salah
satu
perletakannya tertumpu
(menumpang)
3.1.9. Penutup
Untuk mengukur prestasi, mahasiswa bisa melihat sebagian jawaban
dari soal-soal tersebut diatas sebagai kontrol.
Soal No. 1
Keterangan
1.4 ton
7.6 ton
4 ton
Momen (M)
Arah
Keterangan
Harga
Reaksi
Titik
4 ton
Titik
A
B
S
C
A
B kiri
B kanan
C
-
Harga
0
8 tm
0
0
1.4 ton
3.6 ton
4 ton
4 ton
-
Tanda
(-)
(+)
(-)
(+)
(-)
-
-58-
Soal 2
Keterangan
5 ton
5 tm
2.5 ton
2.5 ton
5 tm
di P
7,5 tm
2.5 ton
(+)
2.5 ton
(-)
5 ton
(-)
5 ton
(-)
P kiri
AH
2.5 ton
MA
Momen (M)
Harga
AV
Reaksi
Titik
Tanda
5 ton
(-)
(-)
(+)
-59-
3.2.1. Pendahuluan
Seperti halnya balok diatas 2 perletakan, maka untuk balok gerber
inipun kita harus mencari besarnya reaksi, atau gaya momen (M)
atau gaya lintang (D) atau gaya normal (N), jika ada muatan yang
berjalan diatas balok gerber tersebut.
Pengertian dasar dan definisinya sama dengan garis pengaruh
balok diatas 2 perletakan.
Standart
beban
yang
dipakai
juga
sama
yaitu
muatan
(b
)
RA
RB
ada
RC
ada
(c
)
balok S-C
RA ada
R B ada
P
tidak
ada
reaksi
(d
)
RA ada
tidak
ada
reaksi
RB ada
Gambar 3.11.
Reaksi perletakan pada balok
gerber dengan muatan berjalan diatas
-60-
Contoh
Balok gerber seperti pada gambar
Cari garis pengaruh reaksi -reaksinya
P=1 x1
x
P=1t
t
S
A
l
C
l
RS
RS
B
P dari A
Rs =
GP.R S
+
ke S
Px
x
!
l1 l1
P di A x = 0 Rs = 0
P di S x = l1 RS = 1t
P dari S ke C tidak ada pengaruh untuk
reaksi
di S (Rs)
-61-
1t
P=
1t
1t
GP.R B
x1
l2 a
2
A
GP. Rc
l x1
Rc = 2
t
l2
P di C x1 = 0
P = 1t
x1
Rc = 1t
P di B
+
1t
a/l
x 1 = l2
P di S
Rc =
Rc = 0
Rs . a
a
karena
!
l2
l2
(Rs = 1t)
P di A
Rc = 0
Rs = 0
P
I
B
S
II
II
l1
l2
Rs
-62-
x
Px
.c
.c !
l t1
l t1
Untuk P di A
x=0
Untuk P di I-I
MI = 0
x=b
MI =
b.c
l1
x=b
l b
c.b
MI = 1
.b !
l1
l1
P
S
e
II
C
G.P. D II-II (Garis Pengaruh Gaya
Lintang di potongan II -II)
II
a
l1
l2
-63-
a/l2.
b
d/l2 .
e
g.p. Rc.e
Rs = 1t
Rc = -
g.p. R B.d
M II = -
RB =
e
l2
M II =
e
l2
dtm
e
l2
Untuk P di II
Rc =
a
l2
.e
d
l2
M II = -
d
.e
l2
a
l2
-64-
y2
y3 y 1 y4 y2
C
Mc = 7 P.y
y3
B
d
P.a.b x
l
q t/m
d Mc = y.q dx
Mc =
y.qdx ! q y dx
GP.Mc
+
Mc = q F
Luas =
F
y
P 1
P2
P 3
P 4
= ordinat dibawah dx
Mencari harga Dc
Untuk beban titik
GP.Dc
Dc = -P1 y1 + P 2 y2 + P 3 y3 + P4 y4
y1
y2
y3
y4
Dc = q F
Beban terbagi rata
Dc = q F
-65-
q t/m
Luas = F
GP.Dc
+
-
Gambar 3.15. Mencari gaya lintang (D) dan momen (M) dengan garis
pengaruh
-66-
P2
P3
P4
P5
P6
C
a
Suatu
gelagar
Jembatan
-67-
Contoh
Mencari Momen Maximum Pada Gelagar
Ada suatu balok terletak diatas 2 perletakan seperti pada Gambar, jika ada
rangkaian muatan yang berjalan diatasnya berapa Mc maximum yang
terjadi.
(x
P1
P 1 P P 2 P3 P3 P4 P4 P5 P5
2
Jawab :
B
(l- c)
(c)
l
l
(x
y 1
y2
y 3
y4
= posisi kedua
y5
y1
y4
y2
y5
y3
C1
GP.Mc
= P 1 y1 + P 2 y 2 + P 3 y 3 + P 4
y
y
y4
+ P5 y 5
-68-
y =
(x
. c1
c
y =
(x
. c1
( l c)
+ P5) = 7 Pr
(x
(x
= 7 Pl
.c1 Pr
.c1
c
l c
Pl Pr
( x.c1
q
! (x.c1 ? l qr A
l c
c
ql
qr
Jika q l > qr
( M positif
ql =
-69-
Pl
Pr
!
atau
C
l c
ql = qr
Mmax di suatu titik untuk muatan terbagi rata
a
b
ab
!
!
c (l c)
l
C
c
ql
(l c)
qr
qs
tota
l
q l = qr = q s
Mencari perkiraan posisi beban dalam mencari momen max supaya beban
di kiri dan di kanan potongan seimbang, maka bisa diperkirakan secara
grafik sebagai berikut :
Gelagar diatas 2 perletakan A -B, digunakan rangkaian muatan berjalan
dengan nomor urut 01, 12, 23,34 dan 45
Cara : buat garis AB dibawah gelagar, - di ujung bagian kanan (B) buat
muatan tumpukan beban dari 45; 34; 23;12; dan 01 (dengan skala)
- Tarik dari titik 0 (ujung dari beban 01) ke ujung garis bagian kiri
(A) sehingga membentuk sudut (E)
-70-
- Tarik dari titik I sejajar (//) dengan garis A0 dan garis tersebut
akan memotong tumpukan muatan di beban 01.
12
23
34
III
II
45
IV
l
0
2
3
4
E
A
tg E!
01 12 23 34 45
l
-71-
I
II
III
IV
B
Gambar 3.19. Mencari posisi muatan untuk mendapatkan Mmax dengan
cara grafis
Pendahuluan
terjadi,
serta
posisi
beban
yang
menyebabkan
terjadinya momen maximum harus dicari. Jadi dalam hal ini-: dicari !!.
-72-
- Dalam
mencari
momen
maximum -maximorum
ini
harus
memakai persamaan.
Contoh 1
P1
P2
P3
P4 P 5
(a
) A
P1
P2
P3
R1
P4
P5
R2
Rt
a
7M di P 3 = 0
RB Rt.r = R1 . a R2 . b
RA
R1
R2
a
b
Rt
x
l
Rt
7 MA = 0
1
_P3 .x R1 ( x a ) R 2 ( x ba
lt
Momen dibawah P 3 dengan jarak x dari titik
A
RB =
-73-
Rt
r
r r
-74-
P2
P3
P4 P5
(f) A
tengahtengah
r
Rt
x=l+r
M max terdapat dibawah P 2 = M 2
max
P 1 P2
P 3 P4 P 5
(g A
)
r
tengah
bentang
Rt
x=l+r
M max terdapat di
bawah P 5 = M 5
-75-
Kondisi 1
P1
P2
P3
8t
4t
6t
P2
P3
A
B
5m
1m
1m
l-x
x=l+
= 5 0,45
+ r
Rt
Rt
4,55
Rt = P 1 + P2 +
P 3=
20 ton
Statis momen
terhadap P 1
P 2.1 + P3.2 =
Rt.x
6.1 + 6.2 = 20 .
x
x=
Kondisi 2
Dimana M max dibawah P 2
P1
P2 P3
B
A
0,1
4,95
tengahtengah
bentang
Rt
Kondisi 3
Dimana M max dibawah P 3
P1
tengah-tengah
bentang
4,45
P2
r
=1.1
P3
4,45
Rt
Gambar 3.21. Posisi beban untuk mencari
momen maximum
maximorum
Soal 2 :
-76-
P = 1 t berjalan
4m
S1
A
S2
C
RB
RA
8m
2m
D
RC
6m
2m
RD
6m
berjalan,
max
3.2.7. Rangkuman
ditanyakan : MI max ,
-77-
3.2.8. Penutup
Untuk melihat prestasi mahasiswa dalam mengerjakan latihan,
maka bisa melihat jawaban soal sebagai berikut :
Jawaban :
Soal No. 1
Keterangan
RA
RB
RC
P =1t Titik
A
B
S
C
A
B
S
C
A
B
S
C
Nilai
1t
0
1/3 t
0
0
1t
4/3 t
0
0
0
0
1t
Tanda / Arah
o
o
o
-78-
Keterangan
MI
DI
MB
P =1t Titik
A
I
B
S
C
A
I kiri
I kanan
B
S
C
A
B
S
C
Nilai
0
1,333 tm
0
0,667 tm
0
0
1/3 t
2/3 t
0
1/3 t
0
0
0
2 tm
0
Tanda / Arah
Soal No. 2
a).
Keterangan
RA
RB
RC
P = 1 dititik
A
B
S1
S2
C
D
A
B
S1
S2
C
D
A
B
S1
S2
C
D
Nilai
1t
0
0,25 t
0
0
0
0
1t
1,25 t
0
0
0
0
0
0
1,333 t
1t
0
Tanda / Arah
o
o
o
o
o
Keterangan
RD
MI
P = 1 dititik
A
B
S1
S2
C
D
A
I
B
S1
S2
C
D
-79-
Nilai
0
0
0
0,333 t
0
1t
0
2 tm
0
1 tm
0
0
0
Tanda / Arah
Keterangan
DI
MB
DB kanan
P =1t Titik
A
I kiri
I kanan
B
S1
S2
C
D
A
C
S1
S2
C
D
A
I kiri
I kanan
B
S1
S2
C
D
Nilai
0
0,5 t
0,5 t
0
0,25 t
0
0
0
0
0
2 tm
0
0
0
0
0
1t
1t
0
0
0
Tanda / Arah
-80-
3.2.10.
Senarai
-81-
MODUL 4 :
-82-
+ 100 m
Pilar
dibuatlah
jjembatan
balok
dengan
(perletakan
Tapi bagaimana kalau kit a mendapatkan sungai dengan lebar yang cukup
berarti dan dasar sungai juga cukup dalam, sehingga sulit
untuk membuat pilar di tengah -tengah jembatan ?.
(c).
di
tengah
-83-
Tiang
penyangga
Maka
jawabannya
adalah
konstruksi
utama
dibuat
pelengkung
sehingga
tidak
memerlukan pilar di tengah -tengah
sungai
(Gambar
c).
Dengan
konstruksi pelengkung terse but,
gelagar
memanjang,
tempat
dimana kendaraan lewat bisa
tertumpu
pada
tiang-tiang
penyangga yang terletak pada
pelengkung tersebut.
Pelengkung
sungai
Gambar 4.1.
Bermacam-macam bentuk jembatan
4.1.2. Pengertian tentang Pelengkung 3 Sendi
4.1.2.1.
Pengertian Dasar
S
HA
HB
VA
VA
Gambar (a)
-84-
Letak sendi
tersebut bisa
ditengah-tengah
busur pelengkung atau
tidak. Hal ini
tergantung dari
kondisi lapangan
: seperti pada
gambar (b),
dimana letak
sendi s tidak di
tengah-tengah
busur
pelengkung
(b)
Gambar 4.3.
Contoh posisi sendi pelengkung 3 sendi
-85-
RA
terbagi
rata
kg/m,
maka
bidang
+
Bidang M
parabola
(c)
Gambar 4.4. Bidang M struktur statis tertentu
1
M=
q l
dengan beban terbagi rata
8
1
q l (coba dihitung lagi sendiri)
8
f
HA
HB
S
l
f
I = VA . x 1 -
HA
HB
1
q x1 2
2
II = HA.h1
B
Nilai I = V A . x1 -
1
q x12 sama dengan
2
l
persamaan momen gambar (c) yaitu 2 (dua)
VA
x1
VB
-86-
Bidang M.
Gambar nilai I = V A.x1 q x1
+
+
Bidang M
-
P1
S1
hB
HB
a1
A
b1
HA
B
VB
hA
(1)
-87-
(2)
-88-
Dari 2 persamaan tersebut diatas yaitu (1) dan (2) maka V A dan H A bisa dicari.
HB dan V B dicari dengan persamaan 7M A = 0 dan 7M S = 0 (bagian
kanan)
(3).
(4).
Pendekatan 2
P1
S1
f
a
Ba
Mencari reaksi Av
7 MB = 0
Av.l P1. b1 = 0
Bv.l P1. a1 = 0
(1)
Pa
Bv = 1 1
l
(2)
Mencari reaksi Ab
7 MS = 0
(bagian kiri)
Pb
Av = 1 1
l
Mencari reaksi Bv
7 MA = 0
-89-
Av.a P 1.S1 Ab . f = 0
Av . a P1S1
dengan memasukkan nilai A v dari
Ab =
f
persamaan (1), maka nilai Ab bisa dicari.
Mencari reaksi Ba
7 MS = 0
(bagian kanan)
Bv.b Ba . f = 0
Bv . b
Ba =
dengan memasukkan nilai Bv dari
f
persamaan (2)
maka nilai Ba bisa dicari.
Lihat posisi Ba dan Ab
dan Ab ( )
Ba cos E
Ba E
Ab sin E
Ba sin E
Ab
-90-
Kedua
reaksi
diuraikan
gaya
ini
harus
menjadi
gaya -
yang
vertical
horizontal
Ab diuraikan menjadi 2 (dua) gaya yaitu :
Ab cos E( ) merupakan uraian horizontal dan
Ab sin E() merupakan uraian vertical sedang.
= Av ( ) + Ab sin E ()
= Bv () + Ba sin E ()
dan
-91-
A
a
RA
Bidang
bidang D
dari 0 ke a).
P.a.b
l
RA
Bidang D
-
RB
q kg/m
S
y
B
HA
HB
VA
Gambar 4.9
Pelengkung 3 sendi
dengan beban terbagi
rata
VB
-92-
4 fx (l x )
l
Vx dan Hx.
Hx
Hx = H A
HB
HA
VA
VB
Gambar 4.10.
Gaya vertical dan
horizontal disuatu titik pa da
pelengkung 3 sendi
Bagaimana nilai Dx dan Nx ?
E
Garis singgung di
x
-93-
Hx sin E
Vx sin E
Hx
E
Vx cos E
Vx
E
Hx cos
E
* Uraian Hx ke garis
singgung
Gambar 4.11. Uraian Vx dan Hx pada sumbu batang
Dx = jumlah komponen yang B garis singgung
Nx = jumlah komponen yang // garis singgung, maka
Dx = Vx cos E -
Jumlah
gaya
dari kiri bagian
arah ke atas
tanda (+)
Hx sin E
Garis
singgung
-94-
Contoh Penyelesaian
Contoh 1
3 t/m
Diketahui :
Pelengkung 3 sendi dengan persamaan
4fx(lt x )
parabola y =
l
y = jarak pelengkung dari garis
horizontal dasar
x = aksis
yang
bergerak
secara
horizontal dari A ke B
l = bentang pelengkung
f = tinggi pelengkung
S
Ec
C
yc
f=3
m
H
2.5 m
xc
VA
5m
VB
5m
Gambar 4.13.
Pelengkung 3 sendi
dengan beban terbagi rata
Dintanya : Nilai
-95-
HA = HB
maka H A = HB = H
Mencari V A dan VB
7 MB = 0
VA . l q.l. l = 0
7 MA = 0
VB . l q. l. l = 0
mencari H
7 Ms = 0 (kiri bagian dari S)
VA . 5- H . 3 q . (5) = 0
H=
4 fx (l x )
l
untuk x = 2.5 m
yc =
Ec
lintang
Untuk mencari gaya lintang maupun
Vc
B
2.5m
Gambar 4.14. Sudut Ec
Menentukan nilai Ec
y=
4 f x (l x )
4 f (l 2 x
y' !
l
l
-96-
kita perlu mencari sudut Ec yaitu sudut yang terbentuk antara garis
singgung di titik c dan garis horizontal.
Dc = Vc cos Ec Hc sin Ec
= 7,5 . 0,8575 12,5 . 0,5145
= 6,4312 6,4312 = 0
Hc sin
Ec
Ec
Vc sin Ec
Hc
Ec
Vc cos Ec
Hc cos Ec
Vc
hasil
=
nilai
gaya
dalam
tersebut
tampak
bahwa
nilai
xc=2.5m
xp=2m
C
P=6t
yp
HA
yc
f=3
m
HB
Gambar 4.16.
Gambar
pelengkung 3 sendi
pada contoh soal
-97-
-98-
Jawab :
Karena ada beban horizontal maka H A { HB
Mencari V A dan V B
Untuk mencari VA dan VB perlu tahu tinggi yp untuk Xp = 2 m
4.3.2 (10 2)
! 1,92 m
Yp =
10
7 MB = 0
7 MA = 0
7v=0
VA . l + P.yp = 0
VA . 10 + 6 . 1,92 = 0
VB . l - P.yp = 0
VB . 10 - 6 . 1,92 = 0
VA + VB = 0
cocok
Mencari H A dan HB
7 M S = 0 (kiri)
7 MS = 0
VA . l HA . f P ( f yp ) = 0
- 1,152 . 5 HA . 3 6 (3 1,92) = 0
- 5,76 HA . 3 6 . 1,08 = 0
HA =
5,76 6,48
! 4,08 ton (n)
3
7 M S = 0 (kanan)
7 MS = 0
VB . l H B . f = 0
1,152 . 5 HB . 3 = 0
Kontrol
7H = 0
P + HA + HB = 0
6 4,08 1,92 = 0 (cocok)
-99-
Mencari M, Dc dan Nc
Seperti pada contoh 1
yc = 2,25 m
Ec = 30,96
sin Ec = 0,5145; cos E = 0,8575
Mc
Ec
1,92)
yc
P=6
t
HA
HB
VA
VB
Hc C
Hc
Ec
Vc
Hc sin
Ec
Ec
P
Vc sin E
Vc cos E
Vc
HA
Hc cos Ec
VA
Gambar 4.17. Distribusi Vc dan Hc
Dc
Hc = 6 4,08 = 1,92 ( )
= - Vc cos Ec Hc sin Ec
= -1,152 . 0,8575 1,92 .
0,5145
= -1,9757 ton
Nc
= + Vc sin Ec Hc cos Ec
4.1.4. Latihan
Untuk mempraktekan teori -teori yang ada diuraian depan, maka
perlu diadakan suatu lat ihan sebagai berikut :
1).
q=2
P = 6t
S
f=3
m
A
HA
2m
HB
2m
VA
VB
4m
4m
Persamaan Parabola :
4 f x (l x )
l
y=
2).
Suatu pelengkung
terbagi rata
q
setengah bentang
terletak di sejarak 2
q=3
P = 4t
HA
HB
B
Persamaan parabola : y =
Xp=2 m
VA
Xc=3 m
5m
VB
5m
4 f x (l x )
l
4.1.5. Rangkuman
o Pelengkung 3 sendi adalah struktur jembatan yang dipergunakan
untuk penampang sungai yang mempunyai dasar cukup dalam.
o Struktur tersebut masih merupakan struktur statis tertentu yang
bisa diselesaikan dengan syarat -syarat keseimbangan.
o Yang biasanya dicari dalam struktur pelengkung adalah nilai
momen, gaya lintang dan gaya normal di salah satu titik. Sedang
bidang momen, bidang ga ya lintang dan bidang normal tidak
dihitung karena penggambarannya cukup kompleks.
4.1.6. Penutup
Untuk mengukur prestasi, mahasiswa bisa melihat sebagian jawaban darsoal -soal
tersebut diatas sebagai kontrol.
Soal No. 1
Keterangan
Titik
Nilai
Arah /
Tanda
Data Pendukung
7,5 ton
6,5 ton
4,667 ton
Reaksi Horizontal
A
B
Reaksi Vertikal
4,667 ton
yc
2,25 m
0,75
Sin E
0,6
Cos E
0,8
Momen
0,5625 tm
(-)
Gaya Lintang
~0
Normal
5,8336 ton
(-)
Keterangan
Titik
Nilai
Arah /
Soal No. 2
Tanda
A
10,226 ton
4,774 ton
1,9675 ton
5,9675 ton
yc
3,36 m
0,64
Sin E
0,539
Cos E
0,842
Momen
7,3672 tm
(+)
Gaya Lintang
2,184 ton
(-)
Normal
5,6854
(-)
Reaksi Vertikal
Reaksi Horizontal
Data Pendukung
4.1.8. Senarai
Pelengkung sendi : struktur pelengkung di suatu jembatan dimana
salah
satu
sendinya
(selain
perletakan),
berfungsi
supaya
P berjalan dari A ke B, 6 MA = 0
VB =
VB
f
H
VB
Untuk P di A ; x = 0
VB = 0
Untuk P di B ; x = l
VA
V B = 1 ton
6 MB = 0
l
a
VA =
G.P V B
(+
1t Untuk P di B ; x = l
V A = 1 ton
VA = 0
(+)
1t
G.P. H
6 MS = 0
P. a . b
l .f
VB .
P (l x)
ton (linier)
l
Untuk P di A ; x = 0
G.P VA
b
f
Px
l
VA .
a
f
H=
Px
)
l
VB . b
=
f
V B . b H . f = 0,
Px b
. ton (di persamaan atas V B =
l f
Untuk P di A ; x = 0 p H = 0
Untuk P di S ; x = a p H =
P. a .b
ton
l.f
P ( l x ) a ton
f
l
dipusatkan
VA =
VA . a -
P (l x )
l
H=0
P. a.b
ton
H=
l .f
Untuk P di B ; x = l
Untuk P di S ; x = a
6MS = 0
M C = VA . u - H . c
I
II
(dibagi menjadi dua bagian I dan II)
VA
VB
A
H
H
a
MC = VB . v - H . c
I
II
(dibagi menjadi dua bagian I dan II)
Bagian I VA . u dan V B . v sama dengan
l
G.P. bagian I
(+)
P . u .v
l
C
u
G.P. bagian II
(-)
maka M C = P . u . R
P. a .b
c
l .f
VA
VB
Bagian II
H.C = G.P. H x C
G.P. M C
Garis Pengaruh Total (M C) sama
dengan jumlah dari garis
pengaruh bagian I dan bagian II
(+
(-)
v
G.P. N dan D
Jika P berada dikanan C (lihat dari A ke C)
VA
S
D
H
C
VA
H
a
l
G.P. NC bagian I
Q
sin E
l
(+)
( - ) v sin E
GP VB sin
GP. V A Sin
D
D
GP NC Bagian II
()
V C = VA
HC = H
VA sin D
VA diuraikan
VB
menjadi gaya
VA cos D
D
yang sejajar
C
( // ) dan ( ^ )
garis
B
singgung di C,
VA sin D dan V A cos D.
HC = H
H cos
H diuraikan
D
E
menjadi gayaD
gaya yang
Sin
sejajar ( // )
H sin
dan tegak lurus
VA
P. a . b
cos E
l .f
GP NC Total ( I dan II )
v
sin E
l
II
(-)
a .b
cos E
l .f
G.P. NC
(-)
(+)
v
cos E
l
Mencari Nilai E
Persamaan parabola
VA cos E
VB cos E
y=
4fx (lt x )
l
y =
4f ( lt 2 x )
l
Pab
sin E
lf
u
cos E
l
GP DC Total (I + II)
4f ( l 2 x )
l
Untuk nilai x tertentu E bisa dicari
(-)
y' =
v
cos E
l.
G.P. D C
Mencari nilai E
Persamaan parabola
4fx (l x )
y=
l
a b
sin E
l. f
Gambar 4.20.
Garis pengaruh gaya lintang
(D) dan gaya normal (N)
1. Contoh Soal
P
S
EC
4 fx ( l x )
l
Ditanyakan : G.P reaksi dan G.P. Nc dan Dc
Y=
f =3
m
H
A
VA
H
5m
5m
2.5
m
B
VB
l
G.P. VA
(+)
G.P. V B
t
(+)
G.P. H
(+)
5/6
GP V A
MB = 0
P (l x)
lx
ton =
ton
VA =
l
l
Untuk P di A
x=0
VA = 1 ton
Untuk P di B
x=l
VA = 0
G.P. V B
MA = 0
Px
x
VB =
ton ! ton
l
l
1tUntuk P di A
Untuk P di B
MA = 0
VB =
VB = 0
VB = 1 ton
Px
x
!
l
l
1
l - H.f = 0
2
VB . 5 - H. 3 = 0
H=
VA . 5
3
( l x ) 5 (10 x ) 5
H=
. !
t
l
3
10 3
Untuk P di B
x = 10
H=0t
Untuk P di S
x=5 H=
105 5
5 5 5
! t
. !
10 3 10 3 6
.a.b 1.5.5 5
Atau H =
!
! t
l. f
10.3 6
MS = 0
x=0
x= l
G.P. H
P berjalan antara A - S (lihat kanan S)
VB
1t
Jawab :
S
i
VA
VC = VA
HC = H
VA sin E
VA cos E
EC
A
B
G.P. NC Bagian I
H cos E
0.1286 t
(+
EC
(-)
0.3858
H sin E
G.P. NC Bagian
(-)
0.714 t
DC
I
= VA cos E - H sin E
G.P NC
0.5144
t
II
II
Mencari nilai EC
4 f .x (l x ) 4.3 (10 x )
!
Y=
l
10
(
-)
4 f ( l x ) 4 . 3 x (10 2 x )
!
l
10
4.3 (10 5)
60
3
Untuk x = m y' =
!
!
100
100 5
y' =3/5 = arc tg EC
EC = 30.96
sin E = 0.5145
cos E = 0.8575
.G.P. NC
NC = - (VA sin E + N cos E)
Y' =
0.9712
(-)
0,2143
Bag.I
(+)
G.P.D C
0.643
1
G.P. DC bag. II
(-)
0.42875
I
I untuk P di C
(-)
G.P. D C
0.4286
0,428
8
Gambar 4.22.
GP Nc dan Dc pada
pelengkung 3 sendi
II
x = 2.5 m VA = t
VB =
t
VA sin E = . 0,5145 = 0,3858
VB sin E = . 0,5145 = 0,1286
II H cos E
Untuk P di S H cos E = 5/6 . 0,8575 =
0,714
G.P. D C
DC = V A cos E - H sin E
Untuk P di C
x = 2,5
4.3.
4.3.1. Pendahuluan
Seperti pada balok menerus, pada pelengkung 3 sendi ini pun
terdapat muatan yang tak langsung.
Pada kenyataannya tidak pernah ada muatan yang langsung
berjalan diatas gelagar pelengkung 3 sendi, yang melewati diatas
pelengkung 3 sendi harus melalui gelagar perantara.
Gelagar perantara
Kolom perantara
Pelengkungan
q = kg/m
P
L =5P
R2
R3
R4
R5
R6
R1
R1
q kg/m
R2
R3
R4
R5
R6
kolom
perantara
P
q = kg/m
R1
R2
R3
R4
a P b
R5
R6
R1 = q . P = qP
R2 = q . P
= qP
R3 = q . P + (b/P ). P
R4 =
= qP + (L/P )P
a
P
P
R5 = R6 = 0
Gambar 4.24. Distribusi beban pada pelengkung 3 sendi
1t 1t
q = 1 t/m
2
4 a a5
S
Contoh.
Muatan
Tak
Langsung
Pelengkung 3 Sendi.
Pada
a
R2
R1
R2 = R3 = P.qton
b
R4
C R3
R4 = 0.5 ton
R5
R5 = 1.5 ton
R6
Vc = Av R1
e
.
Hc = H
Yc
HA
Mc = VA.Xc-R2.e-HA.Yc
HB
Vc = VA.Xc-R2.e-HA.Yc
Nc = -(Vc . sinE + Hcos E)
VA
Vc
VB
Vc sin E
Hc cos E
Ec
Vc cos E
C
C
Hc
Hc sin E
Seperti biasanya pada sutau jembatan tentu selalu dilewati muatan yang
berjalan diatasnya, untuk itu garis pengaruh selalu
diperlukan untuk mencari reaksi atau gaya-gaya dalam
(M,N,D) disuatu ttitik pada gelagar tersebut.
4.4.2. Prinsip Dasar
Sama seperti pada balok diatas gelagar tak langsung 2 tumpuan,
transfer beban hanya disalurkan lewat kolom perantara. Beban
standart yang dipakai adalah muatan berjalan sebesar satu satuan.
(1 ton, atau 1 kg atau Newton) .
P P
+
1,5 P . 2,5 P 15
! P
P
8
GP M I untuk gelagar langsung
Gambar 4.26. Garis pengaruh momen di
potongan I untuk gelagar
langsung
54,33
54,33
54,33
B
I
y1 y
y2
54,33
A
C
C
P1
D
P2
GP M I gel. langsung
y1
y2
y1
y2
y1 +
y
Jadi garis pengaruh untuk gelagar
tak langsung sama dengan garis
pengaruh pada gelagar langsung
dengan pemotongan puncak dipap ar
dimana titik tersebut berada.
Pemaparan pada gelagar disebelah
kiri dan kanan dimana titik berada
seperti pada gambar d.
Contoh
Suatu struktur pelengkug 3 sendi dengan gelagar tak langsung seperti
pada gambar. Gambarkan Garis pengaruh Mc , Dc dan Nc
Penyelesaian;
Untuk garis pengaruh gelagar tak
langsung.
yc
f
H
H
VA
GP Mc = VAx H.yc
. ]
II
I
VB
GPMc bagian I
pemaparan
I +
P.Q.Y
l
GPMc bagian II
pemaparan
P.a .b
yc
l.f
G.P. Mc total
II
P.Q.Y
l
pemaparan
P.a .b
yc
l.f
Sin E
P.a .b
cos E
lf
pemaparan
Cos E
P.a.b
sin E
lf
pemaparan
Gambar 4. 28.
4.5. Judul : Portal 3 sendi
4.5.1. Pendahuluan
Pendekatan I
S2
P1
P2
P1
S
a1
b1
a2
b2
h
HB
A
VB
h'
HA
VA
b
L
Pendekatan I
2 cara seperti pada pelengkung 3 sendi.
7 MA = 0
VB.l + HB.h P2 . a2 P1 . a1 = 0
7 MS = 0
VB.l + HB. (h h) P2 . S 2 = 0
VB dan H B dapat
ditentukan
(dari kanan)
7 MB = 0
VA.l + HA.h P 1 . b1 P2 . b2 = 0
7 MS = 0
VA.a + HA.h P 1 . S1 = 0
(dari kiri)
Pendekatan II
VA dan H A dapat
ditentukan
P1
S1
P1
P2
S
S S2
a1
b1
b2
B
BA
BV
A
h'
a2
AB
AV
P1
P1
S
ff
B
BA
BV
AB
A
AV
Av
AB
HB
BA
B
Bv
HA
Cara 2
7 MB = 0
Av.l P1 . b 1 P2 . b 2 = 0
P1.b1 P2 .b 2
l
Av =
7 MA = 0
Bv.l P1 . a1 P2 . a2 = 0
P1.a 1 P2 .a 2
l
Bv =
7 MS = 0 (kiri)
HA . f
Av.a P1 . S 1 AB . f = 0
Nilai
A B . f = HA . f
.a P1 . S1
AB = Av
f
7 MS = 0 (kanan) HB . f
Bv.b P2 . S 2 BA . f = 0
BA =
Bv . b P2 . S 2
f
AB dan B A diuraikan
HA = AB cos E
HB = BA cos E
Av = A B sin E
Bv = B A sin E
Maka :
VA = Av + Av
VB = Bv Bv
HA = AB cos E
HB = BA cos E
Contoh
Nilai
BA . f = HB . f
4m
7 MB = 0
5m (f)
Av.l q . 3 . 4,5 -
P.1 = 0
AB
2m
HA
BA
Av
Av =
27 4
! 5 1 / 6 ton
6
3m
3m
7 MA = 0
Bv
HB
MS = (dari kiri)
BA
Av
HB =
HB
Gambar 4.32. Skema reaksi yang terjadi
dalam portal 3 sendi
=0
6 + 4 = 4,7334 + 5,2666
Kontrol : 7
4t
P1
2t/m'
S
Pusat
1.3t
=0
HA ( ) = HB (n)
1.3t
4.7334t
Kontrol : 7
VA = Av Av
Bv = 0,4333 (o)
4 5/6 . 38
! 1.3 ton n
5
VB = Bv + 0,4333 m
HA = 1,3 ton
Av = H A . tg E
Av = 1,3 . 2/6 = 0,4333 ( q)
20 9
! 4 5 / 6 ton
6
B
B
5,2666 t
Bidang M (momen)
5,2 tm
- C
7,8 tm
A
x
4,7334
t
BIDANG M
Mx = -1,3 . 4 + 4,7334 .
2,3667 . 2 (2,3667)
B
1,2666 t
1,3 t
5,2666 t
BIDANG D
1,3 t
-
1,3 t
= 0,40127 tm (M max)
1,3 t
= - 2,5334 tm
Bidang D (gaya lintang)
4,7334 t
BIDANG N
Daerah A-C
D = -HA = -1,3t
Daerah C-D
Dx = VA qx
Di S
5,2666 t
x=3m
Ds = 4,7334 6 = -1,2666 tm
Daerah B-D
D = -HB = -1,3 t
N = -VA
= -4,7334 ton
Daerah C-D
N = -HA = -HB
= -1,3 ton
Daerah B-D
5,2666 tm
N = -V B = -
C
(a)
RS1
Rc
Gambar 4.33.
Skema pemisahan struktur gerber
portal 3 sendi menjadi 2 bagian
RS1
(b
)
Dipisahkan
dulu
struktur
gerber
R S1
R S1
harus
merupakan
ditumpu
dan
mana
pula
beban
dan
reaksinya
pada
menumpu.
merupakan
struktur
yang
4.6.3.
Contoh Penyelesaian
q t/m
S
S1
S = sendi portal
S1 = sendi gerber
A
Penyelesaian
dengan prinsip
balok gerber
sama
pada
P1
Balok S 1-C merupakan
struktur yang ditumpu
dari portal 3 sendi
RS1
q t/m
RS1
HA
RC
A B S, merupakan
struktur
yang menumpu.
HB
B
VA
VB
S1
struktur
S,C
adalah
yang
Kalau
A
muatan
berada
diatas
sebaliknya
S
(b)
A
B
Gambar 4.36. Pemisahan struktur pada gerber portal 3 sendi
x
u
E
S1
f
H
A
c
d
l
-
l c
l
C
l
1t
GP.R B
V
l
d
l
Q
l
GP.RB
b.c
l .f
l d
l
1t
c
l
GP.R A
GP.RA
a.b
l .f
a.d
l.f
u.v
l
cb
l
a.b
a.b
.f !
l. f
l
GP.DD
GP.ND=GP.H
d.a
l
cb
l
GP.M D
RA =
l x
ton
l
x=-c
P di A
x=0
RA =
P di B
x=l
R A = 0 ton
P di S 1
RA =
l c
ton
l
P di E
x=l+d
l
! 1 ton
l
RA = -
d
ton
l
GP.RB
RB =
x
ton
l
x=-c
P di A
x=0
RB = 0 ton
P di B
x=l
R B = 1 ton
P di S 1
RB =
c
ton
l
P di E
x=l+d
RA =
l d
ton
l
GP. DD
P berada antara E
P berada antara D
DD = -RB
D D = RA
GP. N D
Garis pengaruh N D sama dengan g.p nilai H.
P berada antara E
lihat kanan S
7 Ms = 0 (lihat kanan s)
RB =
x
l
RB . b H.f = 0
H = RB .
P di E
RB =
b
. ~ g.p. R B
f
c
c l
c.b
p H ! x p ND !
l
l f
lf
P di S
RB =
a.b
a
a b
p H ! x p ND !
l
l f
lf
P berada antara DC
lihat kiri S
7 Ms = 0 (lihat kiri s)
RA =
l x
t
l
RA . a H.f = 0
H=
R A .a
f
P di S
b a
ab
RA = b p H ! . p N D !
l
l f
lf
P di S 1
ab
b a
RA = b p H ! . p N D !
l
l f
l f
GP.MD
P berada antara D
M D = RA . Q - H . f
I
II
MD =
Q.V
l
II = H . f = Garis pengaruh H x f.
P = 1 t berjalan
C
yc
f= 4
H
H
8m
8m
VA
VB
Soal 2.
S
f=3m
A
B
H
EE
4m
VA
4m
4m
H
4m
VB
4.9. Rangkuman
4.10. Penutup
Untuk mengetahui kemampuan mahasiswa, perlu melihat jawaban
soal-soal tersebut seperti dibawah ini.
Keterangan
VA
P = 1t dititik
A
B
Nilai
1t
0
Di A = H
A
S
B
0
1t
0
Data pendukung
Yc
Y' = tng E
Sin E
Sin E
3m
0.5
0.447
0.894
Keterangan
NC
P = 1t di titik
A
C kiri
C kanan
S
B
Nilai
0
0,335t
0.782t
1,1175t
0
A
C kiri
C kanan
S
B
0
0,447t
0,447t
0
0
A
C
S
B
0
1,5t m
1,0t m
0
DC
MC
Tanda / Arah
+
o
Tanda / Arah
-
+
-
Soal No. 2
Keterangan
VA
P = 1t di titik
A
B
Nilai
1t
0
Di A = H
A
S
B
0
1,333t
0
A
C bawah
C kanan
S
B
0
0,384t
0,084t
1,336t
0
A
C bawah
C kanan
S
B
0
0,60t
0,20t
0,40t
0
A
S
B
0
1,333t
0
DC kanan
MC
C bawah
C kanan
B
A
C
S
B
0
0,25t
0,75t
0
0
1t m
2t m
0
NC bawah
DC bawah
NC kanan
Tanda/ Arah
+
o
+
-
4.12. Senarai
Pelengkung 3 sendi : struktur pelengkung yang masih statis tertentu
Portal 3 sendi = struktur portal yang masih statis tertentu
Gerber pelengkung 3 sendi = gabungan antara pelengkung 3 sendi
dan balok.
Gerber portal 3 sendi = gabungan antara portal 3 sendi dan balok.
Bentuk Rangkaian
Konstruksi rangka batang tersebut merupakan rangkaian dari be ntuk
segitiga.
Bentuk
bentuk
bentuk
bentuk
konstruksi
baja
sambungan -sambungan
pada plat
buhul
titik buhul
I
titik buhul
Gambar 5.2. Bentuk Konst ruksi Rangka Batang
+ +
Batang
+ +
+ +
+ +
Plat buhul
Titik buhul
Paku keling / baut
K.R.B. Ruang
terdiri dari
2 K.R.B. sisi
5.1.5.2. Perletakan :
2 Reaksi
1 Reaksi
RH
Perletakan sendi
ada 2 reaksi
R V = Reaksi vertikal
R H = Reaksi horizontal
RV
Perletakan rol
ada 1 reaksi
R V = Reaksi vertikal
RV
5.1.5.3.
Rangka Batang)
Konstruksi statis tertentu adalah suatu konstruksi yang masih bisa
diselesaikan dengan syarat -syarat keseimbangan ;
7H = 0
3 persamaan keseimbangan
7V = 0
7M = 0
Jadi maximum harus ada 3 reaksi yang tidak diketahui (3 bilangan yang
tidak diketahui)
diketahui :
Reaksi
5
RH
6
3
12
11
3
1
Jumlah batang
10
5
13
RV
Gambar 5.5. Konstruksi rangka batang bidang
=3
Jumlah
= 13
RV
diketahui = 3 + 13 = 16
Yaitu :
7Kx = 0
7Ky = 0
Ada 16 persamaan
(karena
masih
bisa
diselesaikan
dengan
syarat -syarat
persamaan
keseimbangan)
1
1
Sendi
7
8
11 13
15
10
16
19
18
S 9
rol
12
23
22
20
21
17
14
5
B
10
12
6
3
11
14
24
25
13
26
15
rol
C
C
A = sendi
B = rol
S = sendi gerber
C = rol
1 sendi + 2 rol
2
Jumlah batang
26
30
2. Metode Potongan :
a. Cara Analitis
Metode Ritter
b. Cara Grafis
Metode Cullman
3. Metode Penukaran batang
ata
7.Kx =0
7.Ky = 0
semua
gaya
yang
searah
x
dijumlahkan
demikian juga yang
searah y dan resultantenya harus
sama dengan rol.
b. Distribusi Beban
Konstruksi rangka batang merupakan gelagar tidak langsung, jadi kalau
ada beban terbagi rata atau beban titik yang terletak di
tengah-tengah antara 2 titik simpul (gelagar lintang) harus
diuraikan menjadi beban titik pad simpul -simpul terdekat.
P1 = distribusi akibat
beban terbagi rata
P1
P2
P3
Akibat
beban P
P2 = distribusi akibat
beban terbagi rata
dan P
P3 = distribusi akibat
beban P
Akibat
4m
A
4m
4m
4m
4m
Muatan terbagi rata tersebut dijadikan mua tan terpusat pada titik -titik
simpulnya.
2t
2t
4t
4t
4t
P
A
4t
RA =
RB =
RA . 4 P - 4 . 3P = 0
RA = 3t
Pemberian notasi
A1
II
D1
V1
I
B1
3t
IV
V2
III
4t
A2
VI
D2
B2
V3
V
A2
D 2
VIII
V2
B2
VII
A1
D 1
B1
IX
V1
X
titik simpul
Batang tertekan dengan tanda ( -) (gaya menuju titik simpul)
3t
7V=0
3 t + V1 = 0
V1 = -3 ton (berarti batang tekan)
7H=0
B1 + 0 = 0
B1 = 0 (batang nol)
V1
B1 = 0
Batang A1 dan D1 dianggap tarik dan
batang D1 diuraikan menjadi gaya batang
horizontal dan vertikal.
V1 = - 3 t (menuju titik simpul)
Titik II
3t
A1
V1
D1
2.
D1
7V=0
- 3 t + D1
D1
7H=0
2=0
2= 3
A 1 + D1
D1 = 3 2 t (tarik)
2= 0
A1 = - D 1
2= - . 3 2 . 2
A1 = - 3 ton (tekan)
Batang V 2 dan B2 dianggap tarik
Titik III
V2
3 2
7V=0
3t
V2 = 1 t (tarik)
B2
7H=0
B1 = 0
P = 4t
4 t 3 t V2 = 0
B2 3 t = 0
B2 = 3 t (tarik)
Titik IV
3t
D2
2
A2
D2
2
D2 = - 2 t (tekan)
D2
1t
D2 2 + 1 t = 0
7H=0
3 + A 2 + D2 2 = 0
3 + A 2 1 ton = 0
A 2 = - 2 ton (tekan)
Titik VI
7V=0
V3 = 0 ton
7H=0
2t
A2 + 2 t = 0
A2 = - 2 t (tekan)
V3 = 0
Titik V
0t D
2
7V=0
D 2 =
D2
1t
7H=0
1t
D 2
3t
D 2 2 + 0 1 t = 0
2 t (tarik)
B2 + 1t 3 t + 1t = 0
B2 = 1 ton (tarik)
2 B2
Titik VIII
7H=0
2t
2 t + A1 1 t = 0
A1 = - 1 t (tekan)
2t
A1
V2
7V=0
1 + V2 = 0
V2 = - 1t (tekan)
Titik VII
D 1
D 1
D 1 2
D 1
B1
7V=0
D 1 2 1 t = 0
D 1 =
7H=0
2 t (tarik)
B1- D1 2 - 1t = 0
B + 1 1 = 0
B = 0t
Titik X
V1
7V=0
1t + V1 = 0
V 1 = - 1t (tekan)
B1 = 0
RB =
1t
Kontrol ke Titik IX
7V=0
V1 D1
A1 = 1 t
(tekan)
1t .
D1 = 2
(tarik)
V 1 = 1 t
2 =0
2 . 2 !0
(cocok)
7H=0
A1 D1 2 = 0
1 .
2.
2 = 0 (cocok)
DAFTAR
BATANG
A1
A2
A2
A1
B1
B2
B2
B1
V1
V2
V3
V2
V1
D1
GAYA BATANG
-3t
-2t
-2t
-1t
0
3t
1t
0
-3t
1t
0
-1t
-1 t
3 2t
D2
- 2t
D 2
2t
D 1
2t
Contoh Soal 2
Suatu konstruksi Rangka Batang, dengan notasi seperti pada ga mbar,
beban sebesar 3 ton terletak di titik simpul III
II
D1
P
A
D2
V1
B1
2t
B3
VI
1t
IV
3t
D3
V2
B2
III
Jumlah batang = 9 = b
Jumlah reaksi = 3 = r
12
0
x3t=2t
0
x3t=1t
Titik Simpul I
D1
D1
D1
2
B1
2 t (reaksi)
7 Ky = 0
D1 2 + 2t = 0
2
D1 = . 2 = - 2 2 t . (tekan)
2
7 Kx = 0
B1 - D1 2 = 0 B1 = 2 ton (tarik)
Titik III
V1
7 Ky = 0
2t
B2
3t
Titik II
D2
D1
7 Kx = 0
B2 = 2 ton (tarik)
D1 2 - 3t D2 2 = 0
D2 2 = -3 t + . 2 2 . 2 = -3 + 2 = -1
(tekan)
D2 = - 2 t (tekan)
D1 = 2 2
D2
3t
D2
D1
V1 = 3 ton (tarik)
7 Ky = 0
2
A + D1 2 + D2 2 = 0
A + . 2 2. 2 - . 2. 2 = 0
A = 1 2 = -1t (tekan)
Gaya batang V2 dan B3 dianggap tarik
7 Ky = 0
Titik IV
V2
D2 =
D 2 2 - V2 = 0
V2= . 2 . 2 = 1 t (tarik)
2t
B2 = 2t
B3
7 Kx = 0
B3 B2 + D2 2 = 0
B3 = 2 - . 2 . 2 = 1 t (tarik)
Titik VI
B3 = 1t
B3 =
1t
1t
Kontrol
Titik V
7 Kx = 0
A = 1t
A . D3
1t .
D3
2 =0
2. 2 = 0
(cocok)
V2 =
1t
5.1.10.
Untuk mendorong mahasiwa belajar maka perlu dibuatkan suatu latihan sebagai berikut :
Soal 1 A1
D1
RAH
A2
D2
E
D3
D6
D5
3
m
E
B1
RAV
D4
B2
P1=6
t
B3
P2=3
t
RB
P
P= 4m
P2 = 600 kg
Soal 2
P1 = 600 kg 8
10
P3 = 400 kg
9
5
7
6
R AH
3m
3m
12
45
A
RAV
Ditanyakan:
13
11
45
3
3m
4
3m
5.1.11.
Rangkuman
5.1.12.
Penutup
Agar mahasiswa bisa mengontrol pekerjaan latihan, maka
mahasiswa bisa melihat jawaban dibawah ini :
Jawaban :
Soal No. 1
Keterangan
Reaksi vertikal
Reaksi Horizontal
Data Pendukung
Gaya Batang
Gaya Batang
Titik / Gaya
A : RAV
B : RB
A : RAH
Sin E
Cos E
A1
A2
B1
B2
B3
D1
D2
D3
D4
D5
D6
Nilai
5t
4t
0
0,835
0,555
6,667 t
5,333 t
3,333 t
6,000 t
2, 667 t
6,00 t
6,00 t
1,20 t
1,20 t
4,808 t
4,808 t
Arah / Tanda
o
o
Soal No. 2
Keterangan
Reaksi Vertikal
Reaksi Horizontal
Gaya Batang
Titik / Gaya
A : RAV
B : RB
A : RAH
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Nilai
850 kg
750 kg
0
850 kg
850 kg
750 kg
750 kg
1202 kg
0
424 kg
778 kg
500 kg
778 kg
283 kg
0
1061 kg
Arah / Tanda
o
o
Tarik +
Tarik +
Tarik +
Tarik +
Tekan Tekan Tekan Tarik +
Tekan Tekan Tekan -
5.1.13.
-
Daftar Pustaka
Suwarno, Mekanika Teknik Statis Tertentu, UGM Bab
Soemono, Statika I, bab
5.1.14.
-
Senarai
Konstruksi Rangka Batang : Suatu rangkaian batang -batang
yang berbentuk ( (segitiga)
Titik simpul : dianggap sendi.