Anda di halaman 1dari 66

Kuliah keempat

Ilmu Gaya
Reaksi Perletakan pada balok di
atas dua tumpuan

89
1126

Tujuan Kuliah
Memberikan pengenalan dasar-dasar ilmu gaya
dan mencari reaksi perletakan balok di atas dua
tumpuan
Diharapkan pada kuliah keempat mahasiswa
mengenali konsep dasar superposisi gaya-gaya yang
bekerja sejajar dan menguraikan satu gaya menjadi
dua gaya sejajar
Materi kuliah : konsep dasar tentang superposisi gaya-gaya yang
bekerja sejajar dan menguraikan satu gaya menjadi dua gaya
yang bekerja saling sejajar, konsep dasar mencari reaksi
perletakan balok yang ditumpu pada dua tumpuan
89
1126

Mencari resultante
gaya-gaya sejajar
dengan menggunakan
diagram kutub.
89
1126

Pada kuliah ketiga sudah dijelaskan


bagaimana mencari resultante gayagaya sejajar dengan menggunakan cara
grafis dan analitis.
Penyelesaian secara analitis relatif lebih
mudah dibandingkan cara grafis. Jumlah
beban tidak memberikan dampak yang
signifikan terhadap proses penyelesaian
secara analitis.
Persoalan akan muncul jika diselesaikan
secara grafis dengan segitiga gaya dan
jumlah beban yang dihitung lebih dari
dua.
89
1126

Untuk menyelesaikan persoalan mencari


resultante gaya sejajar dengan cara
grafis dapat dilakukan dengan
pendekatan lain yang dikenal sebagai
pendekatan diagram kutub. Metode
pendekatan ini merupakan
pengembangan dari pendekatan dengan
menggunakan segitiga gaya.

89
1126

Konsep penyelesaian dengan diagram kutub.


Contoh dengan jumlah beban dua seperti pada contoh
sebelumnya.

600 cm

2
W1 = 10 kN
W2 = 20 kN
20.00

Skala 20 mm = 10 kN

89
1126

400

Garis Kerja Gaya W2

600

Garis Kerja Gaya R

Garis Kerja Gaya W1

Teknik mencari resultante dua gaya


sejajar dengan diagram kutub

200

W1

Diagram
Kutub
1'
W1

W2

2'

0'
// 0'2
'

//

0'1
'

W2
R

II
//

T12

'
0'3

3'

89
1126

Mencari resultante
gaya-gaya sejajar
dengan
menggunakan
diagram kutub.

Dikethui dua gaya sejajar


W1 dan W2 masing-masing
10 kN dan 20 kN dengan
jarak 600 cm

Susun gaya-gaya W1 dan W2 secara


berurutan. Tentukan titik sebarang 0'.
Hubungkan titik 0 dan 1'. Hubungkan titik
0'dan 2'. Hubungkan titik 0'dan 3'. Cara ini
dikenal dengan Lukisan Kutub Gaya dengan
titik 0' disebut titik kutub

Diagram
Kutub

Melalui titik A (sebarang) tarik


garis // 0'1' hingga memotong garis
kerja gaya P1 di titik I.
Melalui titi I tarik garis // 0'2'
hingga memotong garis kerja gaya
P2 di titik II.
Melalui titik II tarik garis // 0'3'
hingga memotong sambungan dari
garis AI (// 0'1') dititik T12.
Melalui titik T12 tarik garis // 1'3'
dan memotong garis penghubung
titik 1 dan 2 di titik K. Garis yang
melalui titik T12 dan K merupakan
garis kerja Gaya R.

89
1126

89
1126

Jika segitiga 0'1'2' dianggap


sebagai segitiga gaya yang
tersusun dari gaya-gaya W1, P1'0'
dan P2'0', maka gaya P1'0' dan
P2'0' merupakan uraian gaya W1.

Jika segitiga 0'2'3' dianggap


sebagai segitiga gaya yang
tersusun dari gaya-gaya W2, P2'0'
dan P3'0', maka gaya P2'0' dan
P3'0' merupakan uraian gaya W2.

89
1126

89
1126

Gaya P2'0' pada segitiga gaya 0'1'2' mempunyai besar yang


sama dengan gaya P2'0' pada segitiga gaya 0'2'3'. Kedua
gaya tersebut mempunyai arah yang saling berlawanan
sehingga bisa saling menghilangkan.
Karena kedua gaya tersebut saling menghilangkan maka
tinggal menyisakan gaya-gaya W1, W2, P1'0' dan gaya P3'0'.
Jika gaya W1 dan W2 diketahui, maka kita dapat
menguraikan resultante gaya (W1 + W2) menjadi gaya-gaya
P1'0' dan P3'0'.
Atau sebaliknya jika dua gaya P1'0' dan P3'0' diketahui
besar dan arah dan garis kerjanya, maka kita dapat mencari
resultante dari gaya (P1'01 dan P3'0'). Resultante gaya-gaya
P1'01 dan P3'0' besarnya sama dengan W1 + W2.
89
1126

W1 + W2 = R
Segitiga gaya yang tersusun dari gaya-gaya W1, W2, P1'0'
dan P3'0' sama dengan segitiga gaya yang tersusun dari R,
P1'0' dan P2'0'.
Jadi jika gaya P1'0' dan P3'0' diketahui besar, arah dan garis
kerjanya, maka kita dapat menentukan besar, arah dan letak
garis kerja dari gaya R yang merupakan resultante dari gaya
W1 dan W2
Jadi R juga merupakan resultante dari gaya P1'0' dan P3'0'.

89
1126

Mengapa kita dapat menggunakan


pendekatan diagram kutub untuk
mencari resultante gaya-gaya yang
sejajar ?
(Metode ini dapat pula digunakan
untuk gaya-gaya yang tidak
sejajar)
89
1126

1'
P1'0'

W1
2'
2'

P2'0'
P2'0'

0'
0'

W2

3'

20.00

P3'0'
Skala 20 mm = 10 kN

89
1126

Jika kita perhatikan titik I dan II


Pada titik I bertemu tiga garis yaitu Garis I-T12, I-II dan garis
kerja gaya W1.
Pada titik II bertemu tiga garis yaitu Garis I-II, T12-II dan garis
kerja gaya W2.

1'
P1'0'

W1
2'
2'

P2'0'
P2'0'

0'
0'

W2

3'

20.00

P3'0'
Skala 20 mm = 10 kN

Pada titik I kita dapat menguraikan gaya W1 menjadi dua gaya


yang garis kerjanya sesuai garis I-T12 dan garis I-II.
Uraian gaya W akan menghasilkan gaya P10 dan P20
89
1126

1'
P1'0'

W1
2'
2'

P2'0'
P2'0'

0'
0'

W2

3'

20.00

P3'0'
Skala 20 mm = 10 kN

Pada titik II kita dapat menguraikan gaya W2 menjadi dua gaya


yang garis kerjanya sesuai garis I-II dan II-T12 . Uraian gaya W2
akan menghasilkan gaya P20 dan P30
89
1126

89
1126

Pada segitiga gaya W1, P10,P20 (segitiga 012) gaya W1


diuraikan menjadi dua gaya P10 dan P20 (ingat bagaimana
bentuk dasar dari uraian satu gaya menjadi dua gaya dengan
menggunakan segitiga gaya).
Pada titik I juga dapat disusun tiga gaya W1, P10 dan P20. gaya
W1 diuraikan menjadi dua gaya P10 dan P20.

Pada segitiga gaya W2, P20,P30 (segitiga 012) gaya W2


diuraikan menjadi dua gaya P20 dan P30.
Pada titik II juga dapat disusun tiga gaya W2, P20 dan P30. gaya
W2 diuraikan menjadi dua gaya P20 dan P30.
89
1126

Gaya P20 dan P20 bekerja pada garis kerja gaya yang sama yaitu
garis I-II dan panjang vektor kedua gaya tersebut sama dengan
arah berlawanan, sehingga kedua gaya tersebut bisa saling
menghilangkan.
89
1126

Pada segitiga gaya (W1+W2), P10 dan P30, gaya (W1 + W2)
dapat diuraikan menjadi dua gaya P10 dan P30.
Jika kita tinjau titik T12, gaya P10 , gaya P30 dan gaya R
bertemu pada titik T12. Garis kerja ketiga gaya tersebut bertemu
pada titik T12.
Jika dilihat konsep resultante dua gaya, maka gaya R = W1 + W2
merupakan resultante dari gaya P10 dan P30.
89
1126

Jadi dengan menggunakan


bantuan diagram kutub kita
dapat menentukan besar dan
titik tangkap resultante dua
gaya yang bekerja sejajar.

89
1126

89
1126

Catatan :
dengan diagram
kutub juga dapat
dicari resultante
gaya-gaya yang
bekerja tidak sejajar.
Bagaimana caranya?

Jadi dengan menggunakan


bantuan diagram kutub kita
dapat menentukan besar dan
titik tangkap resultante dua
gaya yang bekerja sejajar.

Posisi resultante
dapat dicari
dengan bantuan
diagram kutub
89
1126

Menentukan resultante tiga


gaya sejajar dengan
menggunakan diagram kutub
gaya
89
1126

Diagram
Kutub

(1)
1. Susun gaya-gaya W1, W2 dan W3 dan beri
nama titik awal gaya 1, 2, 3 dan 4
2. Tentukan titik pole 0 dan hubungkan
dengan titik 1, 2, 3 dan 4 membentuk
diagram kutub

(2)

89
1126

(3)

(6)
(4)

(5)

Diagram
Kutub

(1)

89
1126

3. Tarik garis sembarang //10 dan akan


memotong garis kerja W1 di titik I.
4. Melalui titik I tarik garis // 20 dan memotong
garis kerja W2 di titik II
5. Melalui titik II tarik garis // 30 dan akan
memotong garis kerja W3 di titik III
6. Melalui titik III tarik garis // 40 dan akan
berpotongan dengan garis //01 ditik T123

(2)

(3)
(6)

(4)

(5)

Diagram
Kutub

(1)
7. Melalui titik T123 tarik garis // garis 14 yang
merupakan garis kerja gaya R dan akan
memotong haris horizontal di titik A.
8. Titik A merupakan letak titik yang akan dilewati
garis kerja resultante R.
9. Ukurkan panjang vektor gaya R melalui A.

(2)

89
1126

Pengontrolan keseimbangan
gaya-gaya dengan
menggunakan segitiga gaya

89
1126

Mencari resultante gaya-gaya sejajar


dapat dilakukan dengan urutan yang
berbeda.
Perhatikan cara penentuan urutan
penarikan garis dengan urutan /
susunan gaya yang berbeda.
Latihan : tentukan resultante gayagaya yang sama di depan (3 gaya)
dengan urutan susunan diagram
kutub adalah W3-W1-W2.
89
1126

URAIAN SATU GAYA MENJADI DUA


GAYA YANG GARIS KERJANYA
SEJAJAR

89
1126

2. Uraian satu gaya menjadi dua gaya yang garis kerjanya sejajar.

Pada bagian ini akan


diterangkan bagaimana
menguraikan satu gaya (P1
bekerja pada garis (b))
menjadi dua gaya yang
masing-masing bekerja pada
garis (a) dan garis (c).
Garis (a) dan garis (c)
diketahui posisinya terhadap
garis (b).

89
1126

2. Uraian satu gaya menjadi dua gaya yang garis kerjanya sejajar.

Jika diketahui gaya P1 bekerja


pada garis (b) dengan panjang
vektor gaya (misal panjang vektor
60 mm = 6 kN) akan diuraikan
menjadi dua gaya yang garis
kerjanya menurut garis (a) dan
garis (c). Pada contoh ini posisi
kedua garis (a) dan garis (c)
berjarak 40 cm dan 60 cm
terhadap garis (b). P1, garis (a),
garis (b) dan garis (c) dikethui.
Hasil perhitungan (uraian) gaya P1
pada garis (a) akan menghasilkan
gaya P2 dan pada garis (c) akan
menghasilkan gaya P3.
89
1126

Teknik menguraikan satu gaya menjadi


dua gaya sejajar dengan menggunakan
cara grafis (diagram kutub)

Panjang vektor gaya


13 merupakan besar
gaya P2
40.00

60.00

P3

P2
3'

23.88

60.00

P2

36.12

1'

// 13
0'

P3
P1

P1
1

2'
3

'1'

'
// 0'2

89
1126

40.00

Skala 40 mm = 4 kN

Garis (c)

Garis (b)

2
Garis (a)

Garis (b)
merupakan
garis kerja gaya
P1

// 0

Panjang vektor gaya


32 merupakan besar
gaya P3

2. Uraian satu gaya menjadi dua gaya yang garis kerjanya sejajar.

89
1126

Untuk mencari besarnya gaya P2 dan


P3, pertama-tama dibuat diagram
kutub gaya 012.

2. Uraian satu gaya menjadi dua gaya yang garis kerjanya sejajar.

1. Melalui titik 1 sebarang di garis (a) tarik garis sejajar dengan 10. Garis ini
akan memotong garis (b) di titik 2.
2. Melalui titik 2 tarik garis sejajar 20 yang memotong garis ( c ) di titik 3.
3. Hubungkan titik 1 dan 3.
4. Melalui titik 0 pada diagram kutub tarik garis sejajar 13. Garis ini akan
memotong garis 12 di titik 3.
89
1126

2. Uraian satu gaya menjadi dua gaya yang garis kerjanya sejajar.

Menurut cara uraian gaya


sebagaimana diterangkan di depan,
maka vektor gaya 13 ekivalen
dengan gaya P2 dan vektor gaya 32
ekivalen dengan gaya P3.

Cara grafis ini merupakan kebalikan dengan mencari resultante


dua gaya sejajar.

89
1126

2. Uraian satu gaya menjadi dua gaya yang garis kerjanya sejajar.

Secara grafis :
Besarnya gaya P2 = panjang vektor h1
Besarnya gaya P3 = panjang vektor h2
P2 + P3 = P1

89
1126

Dengan cara analitis maka dapat dicari besarnya gaya P2 dan P3.
Kedua gaya tersebut dimomenkan ke titik B.
M2 = P2 * a1
M3 = P3 * a2 = (P1 P2) * a2
M2 = M3 (ingat agar gaya-gaya seimbang atau tidak mengalami
perputaran)
P2 * a1 = (P1 P2) * a2 P2*a1 + P2 * a2 = P1 * a2
P2 = (a2/(a1+a2) )* P1
P3 = P1 P2 P3 = P1 (a2/(a1+a2) )* P1
P3 = (a1/(a1+a2)) * P1

Contoh :

P1 = 6 kN bekerja pada garis (a) akan


diuraikan menjadi dua gaya P2 dan P3
yang bekerja pada garis (a) dan garis (
c) yang berjarak 40 cm dan 60 cm dari
garis (b).

Dengan cara grafis diperoleh


panjang P2 = 36.12 mm = 3.612 kN.
Panjang P2 = 23.88 mm = 2.388 kN

Dengan cara analitis :


P2 = 60/(60+40) * 6 kN = 3.6 kN
P3 = 40/(60+40)* 6 kN = 2.4 kN.

Catatan : semua ukuran panjang


pada pengukuran dilakukan oleh
komputer. Jika menggunakan
penggaris maka perlu
memperhatikan skala terkecil dari
penggaris.

89
1126

Pada beberapa contoh tentang uraian satu


gaya menjadi dua gaya yang bekerja sejajar
dilakukan pada gaya-gaya dengan arah
vertikal. Cara ini juga dapat dilakukan untuk
gaya-gaya yang bekerja dengan arah miring
atau membentuk sudut tertentu terhadap garis
horizontal.

89
1126

2. Uraian satu gaya menjadi dua gaya yang garis kerjanya sejajar.

Secara Grafis:

P = 70 mm = 70/20 * 2 kN = 7 kN
Pa = 41.93 mm = 41.93 / 20 * 2 kN = 4.193 kN
Pb = 28.09 mm = 28.09/20 * 2 kN = 2.809 kN
89
1126

2. Uraian satu gaya menjadi dua gaya yang garis kerjanya sejajar.
60.00

90.00
544
80 .

Pa
Secara Analitis:

b
ris
Ga

ri
Ga
sk
erj
ag
ay

a
ris
Ga

aP

89
1126

Pa = 90/150 P = 4.2 kN
Pb = 60/150 P = 2.8 kN

26.5o

Untuk mencari uraian gaya P menjadi dua gaya Pa


dan Pb secara analitis, maka momen Ma dan Mb
dihitung sebagai berikut :
Ma = Pa * 60 cos 26.5o
Mb = Pb * 90 cos 26.5o
Ma = Mb
Pa * 60 cos 26.5o= Pb * 90 cos 26.5o
Pa = 90/60 * Pb
Pa = 90/60 * (P Pa)
150/60 Pa = 90/60 P
Pa = 90/150 P
Pb = 60/90 * 90/150 Pa = 60/150 P

Pb

00
70 .

53.

696

Jika kita melihat kembali konsep resultante dari


beberapa gaya baik yang bekerja konkuren
maupun sejajar, maka gaya resultante
merupakan satu gaya fiktif yang menggantikan
bekerjanya beberapa gaya pada satu benda yang
sama. Jika konsep ini kita aplikasikan pada
persoalan mencari uraian beberapa gaya
menjadi dua gaya, maka gaya-gaya yang akan
diuraikan pertama-tama harus dicari
resultantenya (misal R).
Gaya resultante ( R ) dari beberapa gaya
kemudian diuraikan menjadi dua gaya yang garis
kerjanya telah diketahui.
89
1126

Secara Grafis:

60.00

40.00

25.00

75.00
23.00

12.00

35.00

Pa

33.00

Pb

60.00

60.00

57.00

30.00

P2

//
oc

P1
// o
a

// ob

b
30.00

P1
II

P2

I R

T12

40.00

Skala 40 mm = 4 kN

57.00

// 13

Pa
3'

33.00

Garis kerja P1

Garis kerja P2

'1'

Garis a

// 0

90.00

Garis b

//
0

'2
'

1'

Pb

2'

0'

89
1126

Secara Grafis:

60.00

Untuk mencari uraian gaya P1 dan P2 menjadi dua gaya


dengan garis kerja menurut garis a dan garis b, pertamatama dibuat diagram kutub untuk mencari resultante R yang
merupakan resultante dari gaya P1 dan P2. Diagram kutub
oabc digunakan untuk mencari resultante R.

40.00

25.00

75.00
23.00

12.00

35.00

Pa

33.00

Pb

60.00

60.00

57.00

30.00

P2

//
oc

P1
// o
a

// ob

b
30.00

P1
II

P2

I R

T12

40.00

Skala 40 mm = 4 kN

57.00

// 13

Pa
3'

33.00

Garis kerja P1

Garis kerja P2

'1'

Garis a

// 0

90.00

Garis b

//
0

'2
'

1'

Pb

2'

0'

Dengan menggunakan gaya resultante R kemudian dibuat


diagram kutub 01'2'. Diagram kutub 0'1'2' digunakan untuk
mencari gaya Pa dan Pb

89
1126

Secara Grafis:

60.00

40.00

25.00

75.00
23.00

12.00

35.00

Pa

33.00

(1)

Pb

60.00

60.00

57.00

30.00

P2

//
oc

P1
// o
a

// ob

b
30.00

P1
II

P2

I R

T12

'2
'

1'

(2)

Skala 40 mm = 4 kN

57.00

// 13

Pa
3'

33.00

40.00

90.00

Garis kerja P2

'1'
Garis kerja P1

// 0

Garis b

//
0

Garis a

Proses menguraikan dua


gaya menjadi dua gaya
lain dilakukan dengan
dua tahap dengan
membuat dua diagram
kutub (I) dan (2).
Diagram kutub (1)
digunakan untuk
mencari nilai R dan posisi
R. Diagram kutub (2)
untuk mencari uraian
gaya R menjadi gayagaya P1 dan P2. Panjang
vektor gaya ab pada
diagram kutub (1) sama
dengan 12 pada
diagram kutub (2)
karena P1+P2 = R. Garis
0a// dengan 01 dan garis
0C // dengan 02.
Segitiga oac sebangun
dengan segitiga 012.

Pb

2'

0'

89
1126

60.00

Secara Grafis:

40.00

25.00
23.00
12.00

Pb

P2
90.00

Pa

33.00

30.00

35.00

60.00

57.00

P1

'2

'

a=1'

'1'

II

57.00

// ob

40.00

90.00

Garis kerja P2

Garis kerja P1

0=0'
Pa P1
3'

33.00

// 0

Garis b

//
0

Garis a

Karena kedua segitiga


tersebut sebangun maka
jika kedua segitiga tersebut
digabungkan maka akan
terbentuk diagram kutub
yang baru.
Garis I-T12 // garis 12 dan
garis II-T12// garis 32.
Dengan kondisi tersebut
maka kedua garis tersebut
dapat digabungkan
(dihimpitkan). Dengan
pendekatan tersebut maka
alur penentuan uraian
gaya menjadi sederhana.
Untuk mencari gaya-gaya
Pa dan Pb diperlukan titiktitik 1-I-II-3.
Garis I-II // garis ob.
Jadi untuk mencari gaya Pa
dan Pb tidak memerlukan
posisi dari R..

75.00

Pb P2
c=2'

89
1126

Skala 40 mm = 4 kN

// 13

Secara Grafis (cara lain) :

Untuk mencari uraian gaya P1 dan P2 menjadi dua gaya


dengan garis kerja menurut garis a dan garis b dibuat
diagram kutub 0'1'2'3'.
Melalui titik 1 (sebarang) pada garis a tarik garis //0'1' yang
memotong garis kerja gaya P1 di titik 2. Melalui titik 2 dibuat
garis // 0'2' yang memotong garis kerja gaya P2 di titik 3.
Melalui titik 3 ditarik garis // 0'3' yang memotong garis b di
titik 4.
Hubungkan titik 1 dan 4.
Melalui titik 0' tarik garis //14 yang memotong garis 1'3' di
titik 4'.
Komponen garis 1'4' merupakan komponen vektor gaya Pa
dan garis 4'3' merupakan komponen vektor gaya Pb.
Panjang Pa = 57 mm = 5.7 kN
Panjang Pb = 33 mm = 3.3. kN
89
1126

Secara Analitis:
Untuk mencari besarnya uraian gaya P1 dan
P2 ke titik A dan B maka dilakukan cara
superposisi (penjumlahan) dari uraian akibat
gaya P1 dan akibat P2 masing-masing
terhadap titik A dan B (Lihat materi kuliah
5).
Akibat P1:
Pa = 75/100 * P1
Pb = 25/100 * P1
Akibat P2 :
Pa = 40/100 * P2
Pb = 60/100 * P2

Pa = 75/100 * 6 + 40/100 * 3 = 5.7 kN


Pb = 25/100 * 6 + 60/100 * 3 = 3.3 kN
Pa = 5.7 kN
Pb = 3.3 kN
89
1126

Secara Grafis:

89
1126

Secara Grafis:

Untuk mencari uraian gaya P1, P2 dan P3 menjadi dua gaya


dengan garis kerja menurut garis a dan garis b, pertamatama dibuat diagram kutub 0'1'2'3'4'
Melalui titik 1 sebarang pada garis a tarik garis // 0'1' yang
memotong garis kerja gaya P1 di titik 2. Melalui titik 2 tarik
garis // 0'2' yang memotong garis kerja gaya P2 di titik 3.
Melalui titik 3 tarik garis // 0'3' yang memotong garis kerja
gaya P3 di titik 4. Melalui titik 4 tarik garis // 0'4' yang
memotong garis b di titik 5. Hubungkan titik 1 dan 5. Pada
diagram kutub, melalui titik 0' tarik garis // 15. Garis ini akan
memotong garis 1'2'3'4' di titik 5'.
Komponen garis 1'5' merupakan vektor gaya Pa dan
komponen garis 5'4' merupakan vektor gaya Pb.
Pa = 74 mm = 7.4 kN
Pb = 66 mm = 6.6 kN
89
1126

Secara Analitis:
Akibat P1:
Pa = 75/100 * P1
Pb = 25/100 * P1
Akibat P2 :
Pa = 40/100 * P2
Pb = 60/100 * P2
Akibat P3:
Pa = 25/100 * P3
Pb = 75/100 * P3
Pa = 75/100 * 6 + 55/100 * 3 + 25/100 * 5 =
7.4 kN
Pb = 25/100 * 6 + 45/100 * 3 + 75/100 * 5 =
6.6 kN
Pa = 7.4 kN
Pb = 6.6 kN
89
1126

Pada kuliah ini sudah dibahas konsep uraian satu gaya


menjadi dua gaya yang memiliki garis kerja yang
sejajar. Dasar analisis yang digunakan pada uraian satu
gaya menjadi dua gaya yang garis kerjanya sejajar
mengilhami analisa penting pada rekayasa struktur
yaitu perhitungan reaksi tumpuan pada struktur.
Sebagaimana halnya pada analisa gaya (resultante,
uraian dan keseimbangan gaya) maka perhitungan
reaksi tumpuan pada struktur dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu cara analitis dan cara grafis.
Secara umum perhitungan reaksi tumpuan pada
struktur selalu akan menggunakan analisa resultante
gaya, uraian gaya dan keseimbangan gaya.

89
1126

Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok


Untuk menghitung reaksi
tumpuan pada balok
yang ditumpu di dua
tumpuan, maka perlu
dihitung distribusi beban
P pada posisi as
tumpuan. Perhitungan
distribusi beban ini
dilakukan dengan prinsip
uraian satu beban
menjadi dua beban yang
bekerja sejajar.

P = 10 kN
P1

Garis kerja gaya P

P2

RB1

RB2

200.00

60.00

140.00
1'

// 1
'0'
2
80.00

Skala 80 mm = 10 kN

80.00

56.00

'0'

P1

// 13

0'

3'

24.00

// 2

Garis kerja gaya P2


Garis kerja gaya RB2

Garis kerja gaya P1

Garis kerja gaya RB1

P2

P
2'

Diagram kutub gaya


untuk mencari
uraian gaya P
menjadi P1 dan P2

89
1126

Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok


Jika P1 dan P2 adalah
distribusi beban P pada
kedua as tumpuan, maka
reaksi RB1 dan RB2
dihitung dengan konsep
keseimbangan dua gaya
pada garis kerja yang
sama.

P = 10 kN
P1

Garis kerja gaya P

P2

RB1

RB2

200.00

60.00

140.00
1'

// 1
'0'
2
80.00

Skala 80 mm = 10 kN

80.00

56.00

'0'

P1

// 13

0'

3'

24.00

// 2

Garis kerja gaya P2


Garis kerja gaya RB2

Garis kerja gaya P1

Garis kerja gaya RB1

P2

P
2'

Diagram kutub gaya


untuk mencari
uraian gaya P
menjadi P1 dan P2

89
1126

Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok


Menurut cara grafis
RB1 = P1 = 56 mm =
56/80 * 10 kN = 7 kN.
RB2 = P2 = 24 mm =
24/80 * 10 kN = 3 kN.

P = 10 kN
P1

Garis kerja gaya P

P2

RB1

Menurut cara analitis


RB1 = P1 = 140/200 *
10 kN = 7 kN.
RB2 = P2 = 60/200 * 10
kN = 3 kN = 3 kN.

RB2

200.00

60.00

140.00
1'

// 1
'0'
2
80.00

Skala 80 mm = 10 kN

80.00

56.00

'0'

P1

// 13

0'

3'

24.00

// 2

Garis kerja gaya P2


Garis kerja gaya RB2

Garis kerja gaya P1

Garis kerja gaya RB1

P2

P
2'

Diagram kutub gaya


untuk mencari
uraian gaya P
menjadi P1 dan P2

89
1126

Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok


Dari uraian di atas dapat ditarik
kesimpulan akibat gaya P akan
menimbulkan reaksi tumpuan
RB1 dan RB2. Atau secara
umum pada balok sekarang
bekerja 3 gaya yaitu P, RB1 dan
RB2. Ketiga gaya tersebut
harus bekerja secara seimbang
agar struktur tetap seimbang
atau ketiga gaya tersebut harus
memenuhi persamaan
keseimbangan yaitu
V=0, H=0 dan M=0

P = 10 kN
P1

Garis kerja gaya P

P2

RB1

RB2

200.00

60.00

140.00
1'

// 1
'0'
2
80.00

Skala 80 mm = 10 kN

80.00

56.00

'0'

P1

// 13

0'

3'

24.00

// 2

Garis kerja gaya P2


Garis kerja gaya RB2

Garis kerja gaya P1

Garis kerja gaya RB1

P2

P
2'

Diagram kutub gaya


untuk mencari
uraian gaya P
menjadi P1 dan P2

89
1126

P = 10 kN
MRB1

MRB2

RB2

RB1
200.00
140.00

Jika kita melihat kembali keseimbangan pada balok di atas, maka :


Berdasarkan V=0, maka akan menghasilkan persamaan RB1 + RB2 = P
Berdasarkan H=0, karena tidak ada gaya horizontal, maka H=0
Berdasarkan M=0, maka
MRB1 = MRB2 atau
RB1 * 60 = RB2 * 140
RB1 = 140/60 * RB2
RB1 = 140/60 * (P-RB1)
RB1 (1 + 140/60) = 140/60 * P
RB1 * 200/60 = 140/60 * P
RB1 = 140/200 * P
RB1 = 140/200 * P
RB2 = 60/200 * P
89
1126

Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok

P = 10 kN
MP

MRB2

2
RB2

RB1

200.00
60.00

140.00

Menurut cara analitis


SV = 0 RB1 + RB2= P
RB1 = P RB2 = 10 3 = 7 kN

Pada perhitungan reaksi


perletakan RB1 dan RB2
dengan cara analitis di
depan digunakan
keseimbangan momen di
posisi beban P.
Perhitungan reaksi
perletakan juga dapat
dilakukan dengan cara
yang sama tetapi
menggunakan
keseimbangan momen di
titik tumpuan kiri dan
kanan.

Menurut cara analitis


SM1 = 0 MP MRB2 = 0
10 * 60 RB2 * 200 = 0
RB2 = 60/200 * 10 kN = 3 kN.

89
1126

Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok

P = 10 kN
MRB1

MP

2
RB2

RB1

200.00
60.00

140.00

Menurut cara analitis


SV = 0 RB1 + RB2= P
RB2 = P RB2 = 10 7 = 3 kN

Menurut cara analitis


SM2 = 0 MP MRB1 = 0
10 * 140 RB1 * 200 = 0
RB1 = 140/200 * 10 kN = 7 kN.

89
1126

Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok


Dari uraian keseimbangan gaya
sebagaimana telah di sampaikan di
depan maka M = 0 untuk sebarang titik
di balok.

P = 10 kN
MP

MRB2

2
RB2

RB1

200.00
60.00

Jika dicari keseimbangan pada titik kiri


dari balok (titik A) diperoleh
MP - MRB2 = 0 (1)
Dengan persyaratan M = 0
Maka persamaan (1) dapat dituliskan

140.00

P = 10 kN
MRB1

MP

2
RB2

RB1

200.00
60.00

140.00

MA = MP MRB2 = 0
P * a RB2 * L = 0
RB2 = P*a/L
Jadi dengan menggunakan rumus
MA = 0
Dapat dicari reaksi RB2

89
1126

Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok


Dengan cara yang sama :
Jika dicari keseimbangan pada titik kanan
dari balok (titik B) diperoleh
MRB1 - MP = 0 (1)
Dengan persyaratan M = 0
Maka persamaan (1) dapat dituliskan

P = 10 kN
MP

MRB2

2
RB2

RB1

200.00
60.00

140.00

MB = MRB1 MP = 0
RB1 * L P * b = 0
RB1 = P*b/L
Jadi dengan menggunakan rumus
MB = 0
Dapat dicari reaksi RB1

P = 10 kN
MRB1

MP

MA = 0 RB2 = P * a / L
1

2
RB2

RB1

200.00
60.00

MB = 0 RB1 = P * b / L
RB1 + RB2 = P * (b/L + a/L)

140.00

RB1 + RB2 = P * (L/L) = P


V = 0 RB1 + RB2 = P

89
1126

Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok


P2 = 15 kN

PA

PB
1'

60.00

PA

40.00
52.00

40.00

P1 = 10 kN

P1

2'

RA

RB

200.00
60.00

P2
80.00

3'

Garis kerja gaya P2

1'

// 2'0
'

40.00

2'
RB

0'

Diagram kutub
gaya untuk mencari
uraian gaya P1 dan
P2 menjadi gaya
PA dan PB

P1

4'

// 14

0'

60.00
48.00

//
3

'
'0
2

Garis kerja gaya RB

1
//

'0
'

40.00
52.00

RA

Garis kerja gaya PB

Garis kerja gaya P1

// 14

PB

140.00
120.00

Garis kerja gaya RA


Garis kerja gaya PA

60.00
48.00

4'

P2
3'

Diagram kutub gaya


untuk mencari reaksi
tumpuan RA dan RB
akibat beban P1 dan P2

Skala 40 mm = 10 kN

89
1126

RA = 52 mm = 52/40 * 10 kN = 13 kN
RB = 48 mm = 48/40 * 10 kN = 12 kN

Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok


P2 = 15 kN

SMA = 0
RB * 200 P1 * 60 P2 * 120 = 0
RB = (10*60 + 15*120)/200= 12 kN

60.00

MRB
MP1MP2

40.00

P1 = 10 kN

B
RB

RA

200.00
60.00

SV = 0
RA + RB P1 P2 = 0
RA = P1 + P2 RB = 10 + 15 12 = 13 kN

140.00
80.00

120.00

40.00

P1 = 10 kN

60.00

P2 = 15 kN

MRA
MP1
MP2

B
RB

RA

200.00
60.00

140.00
120.00

80.00

SMB = 0
RA * 200 P1 * 140 P2 * 80 = 0
RA = (10*140 + 15*80)/200= 13 kN
SV = 0
RA + RB P1 P2 = 0
RB = P1 + P2 RA = 10 + 15 13 = 12 kN

89
1126

Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok

MRB
MP1MP2

40.00

P1 = 10 kN

60.00

P2 = 15 kN

B
RB

RA

SMA = 0
RB * 200 P1 * 60 P2 * 120 = 0
RB = (10*60 + 15*120)/200= 12 kN

200.00
60.00

140.00
80.00

120.00

40.00

P1 = 10 kN

60.00

P2 = 15 kN

MRA
MP1
MP2

B
RB

RA

200.00
60.00

140.00
120.00

80.00

SMB = 0
RA * 200 P1 * 140 P2 * 80 = 0
RA = (10 * 140 + 15 * 80)/200 = 13 kN

89
1126

Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok


P2 = 15 kN

SMA = 0
RB * 200 P1 * 60 P2 * 120 = 0
RB = (10*60 + 15*120)/200= 12 kN

60.00

MRB
MP1MP2

40.00

P1 = 10 kN

B
RB

RA

200.00
60.00

SV = 0
RA + RB P1 P2 = 0
RA = P1 + P2 RB = 10 + 15 12 = 13 kN

140.00
80.00

120.00

40.00

P1 = 10 kN

60.00

P2 = 15 kN

MRA
MP1
MP2

B
RB

RA

200.00
60.00

140.00
120.00

80.00

SMB = 0
RA * 200 P1 * 140 P2 * 80 = 0
RA = (10*140 + 15*80)/200= 13 kN
SV = 0
RA + RB P1 P2 = 0
RB = P1 + P2 RA = 10 + 15 13 = 12 kN

89
1126

Anda mungkin juga menyukai