0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
126 tayangan77 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang anatomi sinus paranasal yang terdiri atas empat bagian yang terletak di tulang wajah, fungsi sinus paranasal untuk meringankan berat kepala dan memperkeras suara, serta patologi yang dapat terjadi pada sinus paranasal seperti infeksi, trauma, kista retensi, dan tumor.
Dokumen tersebut membahas tentang anatomi sinus paranasal yang terdiri atas empat bagian yang terletak di tulang wajah, fungsi sinus paranasal untuk meringankan berat kepala dan memperkeras suara, serta patologi yang dapat terjadi pada sinus paranasal seperti infeksi, trauma, kista retensi, dan tumor.
Dokumen tersebut membahas tentang anatomi sinus paranasal yang terdiri atas empat bagian yang terletak di tulang wajah, fungsi sinus paranasal untuk meringankan berat kepala dan memperkeras suara, serta patologi yang dapat terjadi pada sinus paranasal seperti infeksi, trauma, kista retensi, dan tumor.
ANATOMI SINUS PARANASALIS Tengkorak manusia selain terdiri dari tulang tulang wajah, juga memiliki rongga rongga udara yang lebih dikenal dengan sinus paranasal. Sinus paranasal ada empat bagian , dan terdapat di tulang wajah antara lain sinus frontalis pada os frontalis, sinus ethmoidalis pada os ethmoidalis, sinus sphenoidalis pada os sphenoid dan sinus maxillaris pada os maxilla (Ballinger W Phillips 2003). Sementara itu pengertian sinus paranasal adalah ruangan atau rongga yang berada pada tulang tengkorak. Rongga ini berisi udara yang berfungsi untuk meringankan berat kepala, sehingga pada saat seseorang terserang influenza maka kepala penderita akan terasa berat karena peradangan pada rongga sinus yang berisi cairan. Fungsi lain dari sinus ini untuk memperkeras suara pembicaraan. Jalur udara pada sinus sinus tersebut akan meresonansi suara selama produksi suara berlangsung. ( Clark, 2005:275 ) Selain itu, rongga rongga tersebut ikut berperan membentuk tengkorak yang berguna untuk penampilan bentuk dari wajah manusia. Terjadinya perubahan bentuk muka pada masa pubertas dipengaruhi oleh sinus sinus tersebut karena mengalami perkembangan. Sinus ini dalam keadaan normal dilapisi oleh mukosa tipis yang melekat pada dinding sinus. Semua rongga atau sinus ini berhubungan dengan saluran pernapasan.
Sinus pada fetus merupakan perkembangan dari kantung dan secara perlahan lahan akan tumbuh besar membentuk rongga rongga sehingga terbentuklah sinus sinus lainnya. Secara radiografi rongga ini tampak terisi udara pada saat lahir, dibandingkan dengan rongga lain yang lebih lama berkembang dan tidak tampak terisi udara.
Gambar 2.1 Anatomi Sinus Paranasal (http://www.google.co.id/)
Sinus paranasal terdiri dari 4 kelompok yaitu: 1. Sinus Frontalis Sinus frontalis merupakan sinus terbesar kedua setelah sinus maxillaris. Sepasang sinus ini terletak antara bidang terluar dan dalam dari tulang frontalis. Sinus frontalis bentuk dan ukurannya berubah ubah dan sering memperluas diri ke daerah di luar tulang frontalis, sebagian besar sering menuju permukaan orbita. Sinus frontalis ini bentuknya tidak simetris, hal ini disebabkan karena disekitarnya terdapat macam macam septum. Dinding sinus ini ditandai oleh septum yang tidak lengkap yang akan memisahkan sinus frontalis. 2. Sinus Ethmoidalis Sinus ethmoidalis memiliki dua labirin ethmoidale yang berada dalam masses lateral tulang ethmoidal. Labirin disusun beraneka macam air cell, dan cell pada setiap kapsul dibagi kedalam tiga kelompok yang dinamai menurut posisinya yaitu cell ethmoid anterior berjumlah 10 sampai 12 buah, cell etmoid medial berjumlah 3 sampai 4 buah, dan cell ethmoid posterior berjumlah 1 sampai 7 buah. ( Bajpai RN,1991 ) 3. Sinus Sphenoidalis Sinus sphenoidalis secara normal jumlahnya sepasang dan menempati badan tulang dari sphenoid. Sinus ini banyak mengalami perubahan dari segi ukuran dan bentuk, biasanya tidak simetris. Sinus sphenoidalis berada tepat dibawah sellatursica dan meluas sampai diantara dorsum sellae dan ethmoid air cell posterior. 4. Sinus Maxillaris Sinus maxillaris merupakan sinus sinus terbesar dan disebut juga antrum of highmore. Jumlahnya sepasang dan terletak pada sisi hidung di dalam tulang maxilla. Pada proyeksi lateral bentuknya segi 4 panjang tapi sebenarnya berbentuk piramid yang memiliki 3 dinding. Ukuran dari sinus maxillaris adalah : tinggi vertical 3,5 cm , ukuran transversal (lebar 2,5 cm, dan panjang anteroposterior 3,2 cm, dan kapasitas 15 ml. Sedangkan osteum atau pintu sinus terletak di meatus media rongga hidung di bagian posterior hiatus semilunaris. Pintu sinus maxillaris ini lebih dekat ke akar sinus daripada ke dasar sinus, maka terdapat gangguan alami dalam pembebasan aliran cairan sinus (Bajpai RN, 1991) Dari segi klinis, anatomi maksilaris diantaranya adalah dasar sinus maksilaris sangat berdekatan dengan akar gigi rahang atas yaitu premolar, molar, dan juga kadang kadang gigi taring (caninus) dan gigi molar 3, bahkan akar akar gigi tersebut dapat menonjol ke dalam sinus, sehingga infeksi gigi geligi mudah naik keatas menyebabkan sinusitis. Keadaan sinus normal pada gambaran rontgen akan tampak berwarna lucent (keabu abuan) karena rongga tersebut berisi udara dan dapat diperlihatkan dengan proyeksi occipitomental. Sinus normal mempunyai translucent yang kira kira sama dengan rongga orbita. Sinus sinus tersebut dilapisi mukosa tipis sehingga sulit divisualisasikan dengan gambaran rontgen. Diposkan oleh NADYA ULFAH di 07.28 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest PATOLOGI PADA SINUS PARANASALIS
Secara umum sinus paranasal sering mengalami kelainan yang diakibatkan karena adanya peradangan. Indikasi lain dari pemeriksaan sinus paranasal adalah sinusitis yang terjadi jika pada rongga sinus terdapat cairan, trauma pada kepala bagian muka yang memungkin pendarahan dan polip pada rongga sinus, tumor dirongga sinus. Menurut rasad (1999), ada beberapa penyebab terjadinya sinusitis yaitu : a. Infeksi sinus paranasalis Infeksi pada sinus paranasal sangat sering terjadi dengan gejala klinis yang nyata. Yang paling sering adalah rhinitis dengan sinusitis sebagai komplikasi, yang terbanyak adalah sinusitis bacterial, yaitu sinusitis yang terjadi karena adanya infeksi dari sinus ke sinus yang menyebabkan ostium tersumbat yang diikuti pembentukan secret yang berlebihan. Sinusitis akut adalah peradangan akut mukosa pada sebagian atau seluruh sinus paranasal. Sedangkan sinusitis kronis adalah proses peradangan kronis pada mukosa dan dinding tulang dari sinus paranasal. Bakteri yang sering ditemukan pada sinusitis adalah streptococcus, pneumococcus, stafilococcus. b. Trauma Infeksi sinus paranasal juga sering terjadi oleh adanya trauma pada muka, yang selajuntnya harus secepat mungkin dilakukan pemeriksaan radiologi, oleh karena ada beberapa informasi yang sangat penting yang harus diketahui. Antara lain ada atau tidaknya fraktur yang menyebabkan gangguan fisilogis normal sinus, mulut, dasar hidung dan orbita. Fraktur pada tulang tulang muka dapat menyebabkan perselubungan pada sinus paranasal, hal ini karena adanya pendarahan (fraktur pada salah satu dinding sinus) atau gangguan aliran (drainase) pada daerah bagian bawah sinus. c. Kista Retensi Kista retensi terbentuk dar kelenjar kelenjar mucus sekresi yang tersumbat pada mukosa yang terdapat di dinding sinus. Biasanya yang sering terserang adalah sinus maxillaris, bentuknya conveks dan homogen. Dan apabila kista ini makin lama makin besar maka akan membentuk air fluid level. d. Tumor Tumor pada sinus paranasal biasanya disekitar cavum nasi, ditandai dengan gejala gejala yang sesuai denga lokasi massa tersebut, antara lain penyumbatan hidung. Tumor ini sangat jarang memberikan gejala yang khas, sehingga baru dapat didiagnosis setelah tumor ini meluas kemana mana. Oleh karena itu pemeriksaan lebih awal mempunyai peranan yang sangat penting untuk menegakkan diagnosa dini dan menentukan peta luasnya daerah yang terserang. Tanda klasi tumor ini adalah destruksi (merusak) tualng tulang yang agresif dan meliputi seluruh ruangan sinus. Diposkan oleh NADYA ULFAH di 07.25 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest KUALITAS GAMBAR RADIOGRAFI Kualitas gambar dapat didefinisikan sebagai rasio antara signal dan noise Kualitas Gambar = Signal : Noise a. Signal adalah informasi yang diperlukan dari sistem pencitraan, misalnya radiograf b. Signal dapat didefinisikan sebagai siza minimum objek yang harus terlihat c. Noise adalah sesuatu yang dapat mengurangi signal pada gambaran d. Noise, dalam film / screen sistem konvensional, dapat didefinisikan sebagai graininess gambar Eksposi dan proses pada film akan menghasilkan derajat dan pola penghitaman film yang tergantung dari berbagai factor. Beberapa kualitas gambar yang dapat dilihat pada hasil gambaran radiografi adalah a. Densitas Radiografi Menurut Stuart dan Michael, densitas radiografi adalah keseluruhan derajat penghitaman pada film radiografi yang telah dieksposi dan mengalami proses pencucian. b. Kontras Radiografi Menurut Stuart dan Michael, kontras radiografi biasanya melukiskan jarak atau perbandingan hitam dan putih pada gambaran radiografi. c. Detail Radiografi Detail radiografi adalah hasil gambaran radiografi yang mampu memperlihatkan struktur yang kecil dari organ yang difoto. d. Ketajaman Ketajaman adalah hasil gambaran radiografi yang mampu memperlihatkan batas yang tegas bagian-bagian objek yang difoto sehingga struktur organ terlihat dengan baik. Adapun pembahasan tentang: a. Densitas Radiografi Menurut The Collaboration for NDT Education. 2010. Radiography Densitas film adalah ukuran tingkat kegelapan dari suatu film. Secara teknik, hal ini disebut transmitted density yang terjadi pada film berbahan dasar transparan yangdiukur sejak saat cahaya ditransmisikan melewati film. Densitas merupakanfungsi logaritma yang menjelaskan suatu perbandingan dari dua pengukuran,secara spesifik merupakan perbandingan antara intensitas cahaya yang masuk kefilm (I 0 ) terhadap intensitas cahaya yang keluar melewati film (I t ). D=logI 0 I t
Densitas film diukur dengan alat yang disebut densitometer. Secara sederhana, densitometer memiliki sensor fotoelektrik (photoelectric sensor) yang dapat menghitung banyaknya cahaya yang ditransmisikan melewati selembar film. Film diletakkan di antara sumber cahaya dengan sensor dan pembacaan densitas dilakukan oleh instrumen. b. Kontras Radiografi
Menurut The Collaboration for NDT Education. 2010.Radiography Kontras radiografi merupakan derajat densitas perbedaan antara dua area pada gambar radiografi. Kontras memudahkan identifikasi ciri-ciri yang berbeda pada area inspeksi seperti goresan, patahan dan sebagainya. Gambar di bawah menunjukkan perbedaan dua film hasil radiografi dengan obyek yang sama yaitu stepwedge. Gambar radiografi yang atas memiliki kontras yang lebih tinggi, sedangkan gambar yang bawah memiliki kontras yang lebih rendah. Saat keduanya disinari pada material dengan ketebalan yang sama, gambar dengan kontras yang tinggi memberikan perubahan densitas radiografi yang mencolok. Pada kedua gambar terdapat lingkaran kecil dengan densitas yang sama. Lingkaran ini lebih mudah diamati pada gambar radiografi dengan kontras yang tinggi.
Gambar 1. Radiografi dengan kontras tinggi dan kontras rendah. Ada dua hal yang mempengaruhi kontras radiografi , yaitu subyek kontras dan detektor kontras atau film radiografi itu sendiri. 1) Subjek kontras Subyek kontras merupakan perbandingan intensitas radiasi yang ditransmisikan melewati area berbeda dari maerial yang diinspeksi. Hal ini tergantung pada kemampuan serapan material yang berbeda-beda, panjang gelombang radiasi dan intensitas radiasi serta hamburan balik radiasi (back scattering). Perbedaan material dalam menyerap radiasi, berakibat pada tingkat kontras film radiografi. Perbedaan ketebalan atau massa jenis material yang lebih besar, akan memberikan perbedaan densitas radiografi atau kontras yang semakin besar. Akan tetapi, dari satu obyek material bisa dihasilkan dua gambar radiografi dengan kontras yang berbeda. Sinar-X yang ditembakkan dengan kV yang lebih kecil akan menghasilkan gambar radiografi dengan kontras yang lebih tinggi. Hal ini terjadi karena energi radiasi yang rendah lebih mudah diserap oleh bahan, sehingga perbandingan foton yang ditransmisikan melewati material yang tebaldan tipis akan lebih besar dengan energi radiasi rendah.
Gambar 2. Visualisasi penyinaran radiasi stepwedge dengan kV berbeda Secara umum jika senstivitas tinggi, maka latitude akan rendah. Radiographic latitude merupakan jangkauan ketebalan material yang bias tergambar pada film. Hal ini berarti banyaknya area dari ketebalan yang berbeda akan tampak pada gambar. Gambar radiografi yang baik memiliki kontras dan latitude yang seimbang, artinya cukup kontras untuk mengidentifikasi ciri-ciri area inspeksi, tapi juga menyakinkannya dengan latitude yang baik, sehingga seluruh area dapat diinspeksi dalam satu gambar radiografi. 1) Film kontras Kontras film merupakan perbedaan densitas yang dihasilkan oleh setiap tipe film radiografi yang telah melalu proses radiografi (Chris Gunn, 2002:175). Penyinaran radiasi pada film untuk mendapatkan film dengan densitas yang lebih tinggi secara umum akan meningkatkan kontras pada gambar radiografi. Kurva karakteristik film secara umum ditunjukkan padagambar di bawah. Kurva ini memberi gambaran tentang respon film terhadap jumlah penyinaran radiasi. Dari bentuk kurva dapat dilihat bahwa saat film tidak mengalami interaksi dengan foton, kurva memiliki tingkat kemiringan yangrendah. Pada daerah kurva ini, perubahan penyinaran radiasi yang besar hanya akan memberi sedikit perubahan densitas film, sehingga sensitivitas film relatif rendah. Menurut Plaast 1969, kurva karakteristik merupakan sebuah kurva yang memberikan hubungan antara nilai densitas dengan factor eksposi yang dihasilkan oleh serangkaian eksposi (Dalam Win Priantoro, 2009:7) , adapun fungsi dari kurva karakteristik yaitu: a) Untuk mengetahui besar kecilnya fog level b) Untuk menilai kontras c) Untuk menilai besar kecilnya nilai latitude d) Untuk menilai densitas maksimum e) Untuk menilai daerah solarisasi f) Untuk membandingkan kecepatan film Kurva ini pertama kali ditemukan oleh Hurteen dan Drifield pada tahun 1890, maka dari itulah kurva ini biasanya disebut juga dengan kurva H dan D.
Gambar 3. Kurva Karakteristik Dapat disimpulkan bahwa kontras radiografi memiliki unsur yang berbeda : Kontras Objektif, perbedaan kehitaman ada seluruh bagian citra yang dapat dilihat & dinyatakan dengan angka. Adapun penyebabnya : o Faktor radiasi Kualitas sinar primer Sinar hambur / scatter o Faktor film o Faktor processing Jenis & susunan bahan pembangkit Waktu & suhu pembangkitkan Lemahnya cairan pembangkit Agitasi film Reducer Kontras Subjektif, yaitu perbedaan terang di antara bagian film, jadi tidak dapat diukur, tergantung dari pemirsa/pengamat a. Ketajaman Citra-radiografi merupakan bentuk bayangan; citra yang diperoleh sebagai akibat dari sinar x melalui tubuh, mirip dengan bayangan pada tembok bila melewatkan sinar matahari pada tubuh. Bayangan yang membentuk citra radiografi haruslah dengan bentuk yang jelas dan tajam, dimana tingkat pengaburannya berkurang. Pada praktek bentuk bayangan sering diikuti oleh pengaburan, dimana tingkat pengaburan itu disebabkan oleh beberapa hal, seperti: 1) Faktor Geometrik; yang berhubungan dengan pembentukan citra (misal : ukuran, jarak) 2) Faktor Goyang; yang berhubungan dengan penderita (pasien) dan alat 3) Faktor Fotografi atau intrinsik; yang berhubungan dengan bahan perekam citra. 4) Layar Pendar terdiri dari kristal fosfor yang bila terkena sinar-x akan memendarkan cahaya, ini menimbulkan ketidaktajaman bentuk. 5) Efek Parallax pengamatan dari jarak tertentu dengan sudut yang berbeda. 6) Emulsi film iradiation, yakni menyebar/melebarnya cahaya yang tiba pada film, menyebabkan ketidaktajaman bentuk citra Ketajaman Radiografi dimaksudkan untuk membedakan detail dari struktur yang dapat terlihat pada citra radiografi. Karena itu, semu faktor mengatur kontras (perbedaan densitas) juga mempengaruhi ketajaman. Faktor ini bersifat obyektif karena dapat diukur. Ketajaman dapatr juga dipengaruhi oleh faktor yang tidak obyektif yang disebut faktor subyektif, sangat bervariasi tidak dapat diukur, termasuk hal yang berada di luar. Citra seperti kondisi dari viewer boleh dikatakan bahwa ketajaman yang dimaksud adalah kualitas visual yang lebih bersifat subyektif. Adapun faktor yang dapat mempengaruhi ketajaman, yaitu: 1) Faktor Citra Radiografi, meliputi: a) Ketajaman dan kontras objektif b) Tingkat eksposi Bila citra radiografi berbatas/berbentuk jelas, benda densitas masih dapat diamati, walau tingkat densitasnya sedikit (ketajaman baik walau dengan kontras yang sangat rendah). Jika citra radiografi dengan perbedaan densitas tinggi, struktur masih dapat terlihat jelas walau dengan batas yang tidak begitu tegas (ketajaman masih dapat dilihat, walaupun detail struktur tidak optimal). Pada praktek radiografi, hal itu dapat kita temukan pada x-foto abdomen untuk melihat struktur dari janin, terlihat adanya perbedaan densitas yang kecil, namun bentuk janin terlihat jelas. Juga pada x-foto abdomen anak kecil tertelan uang logam terlihat adanya perbedaan densitas yang tinggi, ketajaman uang logam masih terlihat walau bentuknya tidak tegas (uang logam bergerak). Dengan demikian, batas yang tegas dari citra radiografi tidak hanya tergantung oleh ketajaman/kontras tetapi dari keduanya. Tingkat eksposi signifikan merubah kontras yang terlihat pada citra radiografi. Bila terjadi overexposure maka densitas pada seluruh bidang film juga meningkat, tetapi kontras obyektif (overexposure tidak berlebihan) tidak berubah, karena perbedaan melewatkan cahaya dari seluruh bidang x-foto tetap ada dan dapat diukur. Karena densitas yang demikian besar, mata sudah tidak dapat lagi melihat, karena tidak ada lagi cahaya dari viewer yang dapat melaluinya. Oleh karena itu pemirsa mengatakan bahwa kontras visual berkurang karena overexposure, jadi kontras visual ini bersifat subyektif tidak dapat diukur. Pada underex posure dimana densitasnya sangat minim menyebabkan kontras obyektif dan subyektif menjadi kurang. 2) Faktor Viewer/Illuiminator (alat baca x-foto) Hubungannya terhadap detail (devinition) adalah dengan contras subyektif faktor viewer dapat dilihat dari segi: a) Penerangan Penerangan lampu viewer dapat dengan berbagai warna, intensitas, dan homogenitas; diluminator yang moderen denfgan dilengkapi dengan beberapa lampu TL yang memancarkan cahaya biru cerah dan homogen, dapat meningkatkan nilai kontras kontras- fisual. X-foto yang overexposure dengan menaikan intensitas penerangan illuminator akan meningkatkan kontras subyektif, sedangkan yang underexposure intensitas cahaya diturunkan hingga kontras visual dapat tercapai. Pada umumnya viewer dilengkapi dengan alat pengatur terangnya cahaya, sesuai dengan keadaan citra radiografi yang sedang ditayangkan. Ruang baca x-foto sebaiknya ruangan redup (watt rendah) sehingga cahaya yang keluar dari viewer dapat diamati dengan baik. b) Penglihatan Pemirsa Kontras citra radiografi oleh mata kelihatnaya dipengaruhi oleh tingkat penerangan yang diadaptasi, dan oleh silaunya cahaya viewer. Mata yang beradaptasi dengan cahaya terang tidak dapat mengamati perbedaan densitas pada tingkat gelap, dan detail. Juga bila viewer dengan x-foto densitas sedikit, melewatkan cahaya yang menyilaukan, menyebabkan kegagalan untuk melihat detail struktur. Untuk mencegah cahaya yang menyilaukan, viewer dilengkapi dengan semacam diagfragma yang dapat membatasi luas penerangan. Spot light yang berada di luar viewer gunanya untuk mengamati bagian tertentu dari film yang densitasnya gelap. b. Distorsi Merupakan perbandingan yang salah dari struktur yang direkam, bentuk serta hubungan dengan struktur lainnya kurang betul. Hasil yang benar diperoleh bila garis tengah struktur yang akan di x-foto berada sejajar dengan film yang tegak lurus dengan pusat sinar-x. Hal ini sering terlihat pada x-ray foto gigi, bila hal ini terjadi, maka x-ray foto gigi akan terlihat bertumpuk satu sama lain, dapat lebih panjang atau lebih pendek. c. Ukuran Citra Radiografi Karena sinar-x yang memencar dari focus sifatnya divergen mengaklibatkan ukuran citra radiografi boleh disebut menjadi lebih besar dari ukuran sebenarnya. Adapun pembesaran yang terjadi disebabkan oleh jarak focus ke film (FFD), jarak film ke objek (FOD), garis tengah struktur sejajar film dan tegak lurus dengan pusat sinar x. Menghitung besarnya pembesaran : ukuran sebenarnya = (ukuran citra x FOD) : FFD d. Detil dan Ukuran Objek Obyek di dalam tubuh terdiri dari berbagai macam ukuran. Semakin kecil ukuran obyek maka semakin detil gambar anatomi yang harus didapatkan. Sebagai contoh, bila ukuran obyek besar maka detil yang dihasilkan dapat diamati (tidak mengalami kekaburan), begitu pula bila ukuran obyek diperkecil, maka detil yang dihasilkan juga dapat diamati (tidak mengalami kekaburan). Jadi ketika tidak terjadi kekaburan maka baik obyek yang besar maupun yang kecil dapat kita amati. Sekarang bagaimana kalau obyek tersebut kita kaburkan? Kekaburan mempunyai batas untuk mampu dilihat pada bayangan yang kecil. Sehingga kekaburan itu mengakibatkan keterbatasan penglihatan detil gambar. Ada tiga pengaruh dari kekaburan, yaitu: 1) Kekaburan mengakibatkan penurunan kemampuan untuk memperlihatkan detil anatomi obyek. Padahal hal tersebut sangat penting dalam penggambaran citra medik. 2) Kekaburan menurunkan nilai ketajaman (sharpness) struktur dan obyek citra medik. Sehingga ketidaktajaman (unsharpness) sering digunakan sebagai pengganti istilah kekaburan (blurring). 3) Kekaburan menurunkan karakteristik citra medik yang disebut resolusi bagian (spatial resolution). Resolusi adalah pengaruh dari kekaburan yang dapat diukur dengan mudah dan digunakan untuk mengevaluasi dan menentukan karakteristik kekaburan dari system dan komponen citra medik. Resolusi digambarkan sebagai banyaknya jumlah pasang garis (LP) yang tampak dalam setiap satuan mm. Menaikkan nilai LP/mm biasanya berhubungan dengan menaikkan detil citra medik. Oleh sebab itu resolusi bagian yang tinggi (baik) menandakan kenampakan (visibility) detil anatomi yang akurat.
Diposkan oleh NADYA ULFAH di 07.19 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest SEJARAH PERKEMBANGAN CT SCAN Nama lain dari Computed Tomography yaitu : Computerized aided tomography (gambaran yang asli), Reconstructive tomography (Gambar tidak langsung jadi, harus direkonstruksi terlebih dahulu melalui komputer), Computed Transmission Tomography (eksposi dengan kV yang rendah menghasilkan gambaran yang kurang baik. Sehingga untuk mendapatkan gambaran yang lebih baik, sinar-X yang dihasilkan harus banyak untuk mendapatkan kV yang tinggi), Computerized Axial Tomography (biasanya dikerjakan untuk melihat potongan- potongan jaringan otak. Posisi axial merupakan posisi yang populer dan paling baik. Karena sejajar dengan basis cranii), Computerized Transverse Axial Tomography yaitu CT yang dapat memotong secara transversal. Berdasarkan perkembangan teknologi, CT mengalami beberapa perkembangan sesuai dengan kemajuan teknologi. Pesawat CT scan ditemukan pada tahun 1970 oleh Allan Carmack (fisikawan nuklir) dan Geoffrey Hounsfield (engineer). Dimana mereka menemukan dengan memproses sejumlah penyerapan sinar-X pada pertemuan baris dan kolom dari matrix jaringan tubuh, sehingga dengan teknik tersebut dapat dihasilkan citra lapisan tubuh. CT awalnya digunakan untuk pemeriksaan jaringan otak yang mengkomersilkan atau memasarkan di Atkinson Morleyss Hospital tahun 1971. CT pertama yaitu EMI CT Unit. Mempunyai ciri yaitu pemutarannya masih bersamaan dengan gantry dan meja kontrol seperti meja kontrol pada konvensional. Saat ini CT tersebut masih disimpan di Museum Jerman.
Gambar 1. CT Generasi Pertama EMI CT Unit
Dalam perkembangan waktu scanning dari CT Scan ini berkembang semakin cepat sejalan dengan perkembangan teknologi komputer yang telah ada. Dengan bertambahnya cepatnya waktu scanning, maka dikembangkan pula jumlahnya. Secara perkembangan CT dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Generasi Pertama Perintis dari CT generasi pertama yaitu EMI, London pada tahun 1977. Pada CT generasi ini digunakan berkas sinar x tipis tunggal yang disebut Pencil Beam. Berkas sinar ini bertranslasi dan berotasi (gerakan menyilang dan berputar) mengelilingi pasien sampai 180 diikuti oleh detektor tunggal pada sisi yang lain. CT generasi ini hanya untuk CT kepala, karena waktu scanning yang sangat lama. Alasan yang utama adalah karena otak merupakan organ yang relatif tidak bergerak, sehingga lebih mudah untuk difoto dalam waktu yang cukup lama. Waktu scan dari CT generasi ini adalah 4,5-5,5 menit.
Gambar 2. CT Scan Generasi Pertama
2. Generasi Kedua Merupakan pengembangan dari CT generasi pertama. Pada CT generasi kedua ini dipakai berkas sinar-X tipis yang melebar yang disebut Narrow Fan Beam. Gerakan scanning adalah sama dengan generasi sebelumnya, yaitu bertranslasi dan berotasi mengelilingi objeknya sampai 180. Detektor yang digunakan berjumlah 3-60 buah (Multy Detector) Linear Array Detector. CT pada generasi inipun masih hanya untuk scanning kepala saja, walaupun waktunya sudah semakin cepat. Waktu scanning 20 detik - 2 menit per slice.
Gambar 3. CT Scan Generasi Kedua
3. Generasi Ketiga Merupakan pengembangan dari CT generasi kedua. Pada CT generasi ketiga dipakai berkas sinar-X tipis dan melebar seperti pada generasi kedua, tetapi dengan sudut yang lebih lebar hingga seluruh lingkaran tubuh pasien berada dalam berkas sinar-X tersebut. Berkas sinar-X ini biasa disebut Wide Fan beam. Karena sudut yang lebih lebar hingga seluruh tubuh pasien berada dalam berkas sinar-X tersebut, generasi ini tidak lagi diperlukan gerakan translasi seperti gerakan sebelumnya. Jadi gerakannya hanya berotasi saja. Gerakan rotasi ini diikuti oleh detektornya. Untuk menangkap berkas sinar yang semakin melebar itu, maka jumlah detektor yang dipergunakan berjumlah 10-280 (Multi Detektor) dengan Curve Array Detector. Waktu scanning yang dibutuhkan pada CT generasi ini untuk berotasi hanya 1,4- 14 detik per scan slice, sehingga dapat dipakai untuk scanning seluruh organ tubuh pasien yang disebut dengan Whole Body Scanner.
Gambar 4. CT Scan Geerasi Ketiga
4. Generasi Keempat Merupakan pengembangan dari generasi ketiga. Pada CT generasi keempat dipakai berkas sinar-X tipis dan melebar seperti pada generasi ketiga. Berkas sinar-X ini biasa disebut Wide Fan Beam. CT scan generasi ini detektornya berbentuk seperti cincin (ring) yang dinamakan Slip Ring Detector. Sehingga hanya tabungnya saja yang berputar. Detektornya statis (diam). Gerakannya biasa disebut stationary-rotate system. Detektor tersusun melingkar berbentuk lingkaran. Sekitar 424-2400 detektor (multi detektor) yang diperlukan. Tabung sinar-X berotasi mencapai 360. Waktu yang dibutuhkan untuk satu kali scanning selama < 10 detik. CT pada generasi keempat ini bisa dipakai untuk scanning Whole Body Scanner.
Gambar 5. CT Scan Generasi Keempat
5. Generasi Kelima Merupakan pengembangan dari CT generasi keempat. Berkas sinar-X pada generasi ini sama dengan generasi sebelumnya yaitu Wide fan Beam. Gerakannya stationary-rotate system yaitu meja bergerak dalam terowongan gantry selama scanning yang biasa disebut Spiral CT. Detektornya juga tersusun melingkar berbentuk lingkaran seperti cincin yaitu slip ring detektor. Diperlukan sekitar 424-2400 detektor (multi detektor). Berkas sinar ini berotasi mencapai 360. Keistimewaan dari CT generasi kelima yaitu : ukurannya relatif kecil dan compact,lebih tahan terhadap goncangan, memiliki kapasitas penahan panas yang tinggi, khusus untuk generasi kelima memiliki teknik memfokuskan berkas (Electron Beam Technique).
bLok 8,4_ronTgen STEP 1 1. Foto Rontgen : Unit yg dgunakan u/ melihat anggota tubuh dlm Foto yg mnggunakan smber sinar pegion dan bukan pegion, gel.suara, dan mahnet u/ diagnostik dan terapi 2. sinar X : Macam dari sinar pegion 3. Proteksi diri dari Radiasi Sinar X : Melindungi diri dari akibat pancaran radiasi sinar X 4. Radiasi : Pancaran Energi dr sumbernya, brupa : photon dlm bntuk gel.radio, sinar x ato sinar gamma
STEP2 TEKNIK FOTO DAN KEHARUSAN DALAM RONTGEN GIGI TEKNIK PEMOTRETAN DALAM FOTO RONTGEN PENGGUNAAN FOTO RONTGEN DALAM KG STEP 3 RONTGEN : Unit yg dgunakan u/ melihat anggota tubuh dlm.
1. FUNGSI DAN TUJUAN : FUNGSI DAN TUJUAN : UTK MENDIAGNOSIS JAR DENTAL SKELETAL YG TDK TERLIHAT SECARA KLINIS , MENENTKAN WAKTU ERUPSI. 2. MACAM RONTGEN DALAM KG : PERI APIKAL , PANORAMIK , CHEPALO , CLOSE UP , BITE WINGS 3. ALAT : LI FILM 4. TEKNIK FOTO DAN INTERPRETASI : 5. JENIS PEMERIKSAAN RONTGEN : DASAR : PEMERIKSAAN RONTGEN TANPA KONTRAS SEPERTI TORAKS , CRANIUM , DALAM PEMERIKSAAN RONTGEN DGN BAHAN KONTRAS SEPERTI GASTER, URINARIUM KHUSUS : PEMERIKSAAN ARTERIOGRAFI, DIPERLUKAN ALAT KHUSUS 6. KELEBIHAN KEKURANGAN : KELEBIHAN : BISA MELIHAT ORGAN YG TDAK TERLIHAT OLEH KASAT MATA KEKURANGAN : MAHAL , BAHAYA BAGI IBU HAMIL 7. INDIKASI DALAM RONTGEN : LI RADIASI SINAR X 1. DEFINISI RADIASI : Pancaran Energi dr sumbernya, brupa : photon dlm bntuk gel.radio, sinar x ato sinar gamma
2. DEFINISI SINAR X : Macam dari sinar pegion 3. SIFAT RADIASI : 4. EFEK RADIASI ( JAR GIGI , JAR TUBUH , DSK ) : KANKER , DAPAT MENYEBABKAN KERUSAKAN PADA JAR TUBUH , KERUSAKAN GEN , 5. SIFAT SINAR X : MEMILIKI DAYA TEMBUS , MENGALAMI ETANUASI , MENIMBULKAN RADIASI SEKUNDER, MEMILIKI EFEK FOTOGRAFIS 6. EFEK SINAR X : KANKER , DAPAT MENYEBABKAN KERUSAKAN PADA JAR TUBUH , KERUSAKAN GEN , KEMANDULAN 7. PROSES TERJADINYA SINAR X : BAYU 8. SUMBER RADIASI : SINAR X 9. KEGUNAAN RADIASI DALAM KG : UNTUK MEMBUAT GAMBARAN GIGI, TULANG DAN JAR LUNAK, PADA FILM. 10. SATUAN DALAM RADIASI : RONTGEN : (R) GRAY ( GY ) BECQUEREL ( BQ ) CURIE REM 11. PERATURAN2 YANG BERLAKU DALAM PROTEKSI RADIASI ( OPERATOR , PASIEN , RUANGAN ) : STERIL , PSIEN TDK BOLEH MENGGUNAKAN PERHIASAN , SELAMA PEMERIKSAAN, PASIEN TDK BOLEH BERGERAK , DAN ORG DISEKITAR PASIEN TDK BOLEH DI DEKAT TEMPAT PEMERIKSAAN .
STEP 7 RONTGEN 1. DEFINISI : Unit yg dgunakan u/ melihat anggota tubuh dlm Foto yg mnggunakan smber sinar pegion dan bukan pegion, gel.suara, dan mahnet u/ diagnostik dan terapi
2. FUNGSI DAN TUJUAN : 1. Untuk mendeteksi lesi, dll. 2. Untuk membuktikan suatu diagnosa penyakit. 3. Untuk melihat lokasi lesi/benda asing yang terdapat pada rongga mulut. 4. Untuk menyediakan informasi yang menunjang prosedur perawatan. 5. Untuk mengevaluasi pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi. 6. Untuk melihat adanya karies, penyakit periodontal dan trauma. 7. Sebagai dokumentasi data rekam medis yang dapat diperlukan sewaktu waktu. ( Haring. 2000)
3.alat : Untuk dapat menghasilkan suatu pencitraan sinar-X diperlukan beberapa instrumetasi yang baku sebagai berikut : 1. Tabung sinar-X Tabung sinar-X berisi filament yang juga sebagai katoda dan berisi anoda. Filamen terbuat dari tungsten, sedangkan anoda terbuat dari logam anoda (Cu, Fe atau Ni). Anoda biasanya dibuat berputar supaya permukaannya tidak lekas rusak yang disebabkan tumbukan elektron. 2. Trafo Tegangan Tinggi Trafo tegangan tinggi berfungsi pelipat tegangan rendah dari sumber menjadi tegangan tinggi antara 30 kV sampai 100 kV. Pada trafo tegangan tinggi diberi minyak sebagai media pendingin. Trafo tegangan tinggi berfungsi untuk mempercepat elektron di dalam tabung. 3. Instrumentasi kontrol Sistem kontrol berfungsi sebagai pengatur parameter pada pengoperasian pesawat sinar-X. Instrumentasi kontrol terbagi menjadi 5 modul yaitu : a. modul Power supplay (Catu daya DC ) b. modul pengatur tegangan (kV) c. modul pengatur arus (mA) d. modul pengatur waktu pencitraan (S) e. modul Kendali system f. catu daya AC dari sumber PLN.
4.teknik foto dan interpretasi : Jenis-jenis Foto Rontgen Gigi Secara garis besar foto Rontgen gigi, berdasarkan teknik pemotretan dan penempatan film, dibagi menjadi dua: foto Rontgen Intra oral dan foto Rontgen extra oral. 1 Teknik Rontgen Intra oral Teknik radiografi intra oral adalah pemeriksaan gigi dan jaringan sekitar secara radiografi dan filmnya ditempatkan di dalam mulut pasien. Untuk mendapatkan gambaran lengkap rongga mulut yang terdiri dari 32 gigi diperlukan kurang lebih 14 sampai 19 foto. Ada tiga pemeriksaan radiografi intra oral yaitu: pemeriksaan periapikal, interproksimal, dan oklusal. (Brocklebank. 1997) - Teknik Rontgen Periapikal Teknik ini digunakan untuk melihat keseluruhan mahkota serta akar gigi dan tulang pendukungnya. Ada dua teknik pemotretan yang digunakan untuk memperoleh foto periapikal yaitu teknik paralel dan bisektris, yang sering digunakan di RSGM adalah teknik bisektris. Untuk menentukan gigi yang tidak ada, apakah karena telah dicabut, impaksi atau agenese. Untuk menentukan posisi gigi yang belum erupsi terhadap permukaan rongga mulut berguna untuk menetapkan waktu erupsi, Untuk membandingkan ruang yang ada dengan lebar mesiodistal gigi permanen yang belum erupsi.
- Teknik Bite Wing Teknik ini digunakan untuk melihat mahkota gigi rahang atas dan rahang bawah daerah anterior dan posterior sehingga dapat digunakan untuk melihat permukan gigi yang berdekatan dan puncak tulang alveolar. Teknik pemotretannya yaitu pasien dapat menggigit sayap dari film untuk stabilisasi film di dalam mulut. - Teknik Rontgen Oklusal Teknik ini digunakan untuk melihat area yang luas baik pada rahang atas maupun rahang bawah dalam satu film. Film yang digunakan adalah film oklusal. Teknik pemotretannya yaitu pasien diinstruksikan untuk mengoklusikan atau menggigit bagian dari film tersebut.
2 Teknik Rontgen Ekstra Oral Foto Rontgen ekstra oral digunakan untuk melihat area yang luas pada rahang dan tengkorak, film yang digunakan diletakkan di luar mulut. Foto Rontgen ekstra oral yang paling umum dan paling sering digunakan adalah foto Rontgen panoramik, sedangkan contoh foto Rontgen ekstra oral lainnya adalah foto lateral, foto antero posterior, foto postero anterior, foto cephalometri, proyeksi-Waters, proyeksi reverse-Towne, proyeksi Submentovertex.( Haring. 2000) - Teknik Rontgen Panoramik Foto panoramik merupakan foto Rontgen ekstra oral yang menghasilkan gambaran yang memperlihatkan struktur facial termasuk mandibula dan maksila beserta struktur pendukungnya. Foto Rontgen ini dapat digunakan untuk mengevaluasi gigi impaksi, pola erupsi, pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi, mendeteksi penyakit dan mengevaluasi trauma. Untuk menentukan keadaan gigi dan jaringan pendukungnya secara keseluruhan dalam satu Rontgen foto, Untuk menentukan urutan erupsi gigi, dll.
- Teknik Lateral Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat keadaan sekitar lateral tulang muka, diagnosa fraktur dan keadaan patologis tulang tengkorak dan muka. - Teknik Postero Anterior Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat keadaan penyakit, trauma, atau kelainan pertumbuhan dan perkembangan tengkorak. Foto Rontgen ini juga dapat memberikan gambaran struktur wajah, antara lain sinus frontalis dan ethmoidalis, fossanasalis, dan orbita. - Teknik Antero Posterior Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat kelainan pada bagian depan maksila dan mandibula, gambaran sinus frontalis, sinus ethmoidalis, serta tulang hidung. - Teknik Cephalometri Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat tengkorak tulang wajah akibat trauma penyakit dan kelainan pertumbuhan perkembangan. Foto ini juga dapat digunakan untuk melihat jaringan lunak nasofaringeal, sinus paranasal dan palatum keras. foto rontgen seluruh tengkorak kepala yang diambil dari arah samping. Rotgen ini bermanfaat untuk melihat adanya permasalahan pada tulang rahang atas dan bawah, yang mungkin menyebabkan gigi tonggos atau pun cakil. Hal ini dimaksudkan sebagai pertimbangan dilakukannya terapi pada tulang rahang atas maupun bawah.
- Proyeksi Waters Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat sinus maksilaris, sinus ethmoidalis, sinus frontalis, sinus orbita, sutura zigomatiko frontalis, dan rongga nasal. - Proyeksi Reverse-Towne Foto Rontgen ini digunakan untuk pasien yang kondilusnya mengalami perpindahan tempat dan juga dapat digunakan untuk melihat dinding postero lateral pada maksila. 10 - Proyeksi Submentovertex Foto ini bisa digunakan untuk melihat dasar tengkorak, posisi kondilus, sinus sphenoidalis, lengkung mandibula, dinding lateral sinus maksila, dan arcus zigomatikus.
Interpretasi Dasar Foto Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan interprestasi foto yaitu: 1. Identitas: nama, nomor RM, tangal dan jam pembuatan foto, tindakan selanjutnya. 2. Ketajaman sinar, apabila terlalu radiopaque (terlalu terang) atau terlalu gelap (radiolusen), maka foto harus diulang karena akan terjadi salah interprestasi. Dalam membaca foto rontgen, hal pertama yang perlu diperhatikan adalah densitas atau derajat tebalnya bayangan hitam pada film. Para radiolog menggolongkan adanya empat densitas yaitu: gas atau udara, air, lemak dan logam. Radiograf paling baik dilihat dalam ruang agak gelap dengan sinar yang mengarah langsung ke film; semua sinar dari luar harus dihilangkan. Radiograf harus dipelajari dengan kaca pembesar untuk mendeteksi perubahan mendetil densitas gambar. Berbagai intensitas sumber sinar juga harus tersedia. Hal ini dapat menggantikan film overexposed atau underexposed atau film dengan kesalahan proses. Banyak film dapat diselamatkan dengan cara ini, termasuk menghindari pengulangan foto dan paparan radiasi tambahan ( Goaz, 1994).
5.jenis pemeriksaan rontgen : Macam Pemeriksaan : 1. Pemeriksaan Tanpa Kontras Pemeriksaan ini dipakai rutin dan sebagai pendahuluan yakni pembuatan radiografi thoraks dengan proyeksi dorsoventral, ventrodorsal, dan lateral. Pemeriksaan lainnya yaitu pembuatan radilologi thoraks proyeksi oblique kanan dan kiri, dengan esofagus diisi barium, dan pemeriksaan tembus (fluoroskopi). Pemeriksaan tembus berguna untuk menilai pulsasi jantung dan gerakan diafragma. Pemeriksaan ini harus dibatasi penggunaannya karena besarnya radiasi yang dipancarkan.
2. Pemeriksaan Dengan Kontras Kontras dimasukkan melalui pembuluh darah ke dalam jantung diikuti pembuatan serial radiografi. Pemeriksaan ini berguna untuk melihat kelainan-kelainan yang terdapat dalam jantung seperti: dinding jantung sebelah dalam, katub jantung dan pembuluh darah besar, serta gambaran sirkulasi jantung dengan paru. Pemeriksaan ini juga berguna untuk memberikan informasi keadaan jantung dan pembuluh darah sebelum dilakukan pembedahan.
6.kelebihan kekurangan : kelebihan : bisa melihat organ yg tdak terlihat oleh kasat mata kekurangan : mahal , bahaya bagi ibu hamil 7.indikasi dalam rontgen : dalam keadaan tertentu yg memerlukan pancabutan gigi. disamakan dgn tujuan
RADIASI SINAR X 1. definisi radiasi : sinar X yang panjang gelombangnya range 10 sampai 0.01 nanometer.
2. definisi sinar x : macam dari sinar pegion 3. sifat radiasi : 4. efek radiasi ( jar gigi , jar tubuh , dsk ) Efek deterministik didefinisikan sebagai efek somatik yang meningkat.Efek ini berasal dari dosis radiasi yang cukup besar melebihi kebutuhan dalam radiologi diagnostik, dapat timbul segera setelah paparan atau beberapa bulan atau tahun setelah paparan. Contoh efek deterministik adalah katarak, eritema kulit, fibrosis dan pertumbuhan dan perkembangan abnormal yang mengikuti paparan pada uterus. Efek stokastik didefinisikan sebagai sesuatu yang menyebabkan terjadinya keparahan tanpa dipengaruhi oleh ambang. Efek stokastik menunjukan respon all or none, di modifikasi dengan faktor-faktor resiko individual. Efek ini dapat timbul setelah paparan dengan dosis yang relative rendah seperti yang mungkin terjadi dalam radiologi diagnostik. Kanker dan efek genetik merupakan efek stokastik (White & Pharoah 2000).
5. sifat sinar x : memiliki daya tembus , mengalami etanuasi , menimbulkan radiasi sekunder, memiliki efek fotografis 6. efek sinar x : Efek yang dapat ditimbulkan adalah kematian sel2 tubuh. Pemakaian dalam jangka waktu lama dan terus menerus dapat mengakibatkan terjadi mutasi pada sel yang memicu kanker. Makanya biasanya ditetapkan rontgen ideal maksimal 3 bulan sekali. Diharapkan dalam tempo 3 bulan, sel2 tubuh yang rusak akibat sinar X terdahulu sudah regenerasi dan menjadi normal seperti sedia kala.
7. proses terjadinya sinar x : Sinar-X dapat terbentuk apabila partikel bermuatan misalnya electron oleh pengaruh gaya inti atom bahan mengalami perlambatan. Sinar-X yang tidak lain adalah gelombang elektromagnetik yang terbentuk melalui proses ini disebut sinar-X bremsstrahlung. Sinar-X yang terbentuk dengan cara demikian mempunyai energi paling tinggi sama dengan energi kinetic partikel bermuatan pada waktu terjadinya perlambatan. Andaikata mula-mula ada seberkas electron bergerak masuk kedalam bahan dengan energi kinetic sama, electron mungkin saja berinteraksi dengan atom bahan itu pada saat dean tempat yang berbeda-beda. Karena itu berkas electron selanjutnya biasanya terdiri dari electron yang memiliki energi kinetic berbeda-beda. Ketika pada suatu saat terjadi perlambatan dan menimbulkan sinar-X, sinar-X yang terjadi umumnya memiliki energi yang berbeda-beda sesuai dengan energi kinetik elektron pada saat terbentuknya sinar-X dan juga bergantung pada arah pancarannya. Berkas sinar-X yang terbentuk ada yang berenergi rendah sekali sesuai dengan energi elektron pada saat menimbulkan sinar-X itu, tetapi ada yang berenergi hampir sama dengan energi kinetik elektron pada saat elektron masuk kedalam bahan. Dikatakan berkas sinar-X yang terbentuk melalui proses ini mempunyai spektrum energi nirfarik.
Sinar-X dapat juga terbentuk dalam proses perpindahan elektron elektron atom dari tingkat energi yang lebih tinggi menuju ke tingkat energi yang lebih rendah, misalnya dalam proses lanjutan efek fotolistrik. Sinar-X yang terbentuk dengan cara seperti ini mempunyai energi yang sama dengan selisih energi antara kedua tingkat energi yang berkaitan. Karena energi ini khas untuk setiap jenis atom, sinar yang terbentuk dalam proses ini disebut sinar-X karakteristik, kelompok sinar-X demikian mempunyai energi farik. sinar-X karakteristik yang timbul oleh berpindahnyaelektron dari suatu tingkat energi menuju ke lintasan k, disebut sinar-X garis K, sedangkan yang menuju ke lintasan l, dan seterusnya.
Sinar-X bremsstrahlung dapat dihasilkan melalui pesawat sinar-X atau pemercepat partikel. Rangkaian dasar pesawat sinar-X terlihat pada gambar di atas.pada dasarnya pesawat sinar-X terdiri dari tiga bagian utama, yaitu tabung sinar-X, sumber tegangan tinggi yang mencatu tegangan listrik pada kedua elektrode dalam tabung sinar-X, dan unit pengatur.bagian pesawat sinar-X yang menjadi sumber radiasi adalah tabung sinar-X. Didalam tabung pesawat sinar-X yang biasanya terbuat dari bahan gelas terdapat filamen yang bertindak sebagai katode dan target yang bertindak sebagai anode. Tabung pesawat sinar-X dibuat hampa udara agar elektron yang berasal dari filamen tidak terhalang oleh molekul udara dalam perjalanannya menuju ke anode. Filamen yang di panasi oleh arus listrik bertegangan rendah (If) menjadi sumber elektron. Makin besar arus filamen If, akan makin tinggi suhu filamen dan berakibat makin banyak elektron dibebaskan persatuan waktu.
Elekitron yang dibebaskan oleh filamen tertarik ke anode oleh adanya beda potensial yang besar atau tegangan tinggi antara katode dan anode yang dicatu oleh unit sumber tegangan tinggi (potensial katode beberapa puluh hingga beberapa ratus kV atau MV lebih rendah dibandingkan potensial anode), elektron ini menabrak bahan target yang umumnya bernomor atom dan bertitik cair tinggi (misalnya tungsten) dan terjadilah proses bremsstrahlung.
Khusus pada pemercepat partikel energi tinggi beberapa elektron atau partikel yang dipercepat dapat agak menyimpang dan menabrak dinding sehingga menimbulkan bremsstrahlung pada dinding. Beda potensial atau tegangan antara kedua elektrode menentukan energi maksimum sinar-X yang terbentuk, sedangkan fluks sinar-X bergantung pada jumlah elektron persatuan waktu yang sampai ke bidang anode yang terakhir ini disebut arus tabung It yang sudah barang tentu bergantung pada arus filamen It. Namun demikian dalam batas tertentu, tegangan tabung juga dapat mempengaruhi arus tabung. Arus tabung dalam sistem pesawat sinar-X biasanya hanya mempunyai tingkat besaran dalam milliampere (mA), berbeda dengan arus filamen yang besarnya dalam tingkat ampere. Spektrum energi sinar-X pada pesawat sinar-X jenis ortho terlihat pada gambar dibawah. Spektrum garis yang biasanya muncul menunjukkan adanya sinar-X karakteristik. Pesawat sinar-X yang tidak dinyalakan atau tidak diberikan tegangan tinggi tidak memancarkan sinar-X. Dari uraian diatas kita ketahui bahwa bidang target dalam tabung sinar-X itulah sumber radiasi yang sebenarnya. Bidang ini disebut bidang fokus. Pada proses bremsstrahlung sinar-X mempunyai kemungkinan dipancarkan kesegala arah. Namun demikian bagian dalam tabung atau di sekitar tabung, misalnya logam penghantar anode gelas tabung dan juga rumah tabung yang biasanya terbuat dari logam berat menyerap sebagian besar sinar-X yang dipancarkan sehingga sinar-X yang keluar dari rumah tabung, kecuali yang mengarah ke jendela tabung sudah sangat sedikit. Sinar-X yang dimanfaatkan adalah berkas yang mengarah ke jendela bagian yang tipis dari tabung. Pesawat sinar-X energi tinggi (s/d tingkat MV) biasanya lebih dikenal dengan nama pemercepat partikel. Dalam pesawat ini percepatan elektron dilaksanakan bertingkat-tingkat sehingga pada waktu mencapai target mempunyai energi sangat tinggi, misalnya ada yang sampai setinggi 20 MV atau lebih. Energi sinar-X yang dipancarkan sudah tentu juga sangat tinggi. Sinar-X yang dipancarkan dari pesawat pemercepat partikel memiliki energi yang lebih seragam dibandingkan dengan yang dipancarkan melalui pesawat sinar-X energi rendah. Sasaran pada pesawat pemercepat partikel biasanya sangat tipis, karena ketika mencapai target elektron mempunyai energi yang sama, energi sinar-X yang dipancarkan juga hampir sama. Selain itu arah berkas sinar-X hampir seluruhnya kedepan.
8. sumber radiasi : Menurut Asalnya Radiasi Alam Radiasi dari luar angkasa --> Cosmogenic Radionuclide 1H3, 4Be7, 11Na22, 11Na24, 6C14 Radiasi dari dalam bumi --> Primodial Radionuclide 19K40, deret 92U238 dan 90Th232 Radiasi Buatan Reaktor Nuklir --> Reaksi inti tidak aktif dengan Neutron cepat Industri --> Gauging, PLTN Kesehatan --> Pesawat Sinar X * Linac, Afterloading ( Zat Radioaktif ) 9. kegunaan radiasi dalam kg : untuk membuat gambaran gigi, tulang dan jar lunak, pada film. 10. satuan dalam radiasi : rontgen : (r) gray ( gy ) becquerel ( bq ) curie rem
11.peraturan2 yang berlaku dalam proteksi radiasi ( operator , pasien , ruangan ) TUJUAN PROTEKSI RADIASI Mencegah penerimaan paparan radiasi baik terhaang memungkinkdap individu maupun lingkungan dalan intensitas yang memungkinkan terjadinya bahaya radiasi. Mencegah meningkatnya efek somatis non stokastik dan mengurangi frekwensi peluang timbulnya efek somatik stokastik Agar setiap pemanfaatn radiasi benar-benar dapat dipertanggung jawabkan
1. Desain dan paparan di ruangan radiasi
a. Ukuran Ruangan Radiasi Ukuran minimal ruangan radiasi sinar-x adalah panjang 4 meter, lebar 3 meter, tinggi 2,8 meter. Ukuran tersebut tidak termasuk ruang operator dan kamar ganti pasien.
b. Tebal Dinding Tebal dinding suatu ruangan radiasi sinar-x sedemikian rupa sehingga penyerapan radiasinya setara dengan penyerapan radiasi dari timbal setebal 2 mm. Tebal dinding yang terbuat dari beton dengan rapat jenis 2,35 gr/cc adalah 15 cm. Tebal dinding yang terbuat dari bata dengan plester adalah 25 cm.
c. Pintu dan Jendela Pintu serta lobang-lobang yang ada di dinding (misal lobang stop kontak, dll) harus diberi penahan-penahan radiasi yang setara dengan 2 mm timbal. Di depan pintu ruangan radiasi harus ada lampu merah yang menyala ketika meja kontrol pesawat dihidupkan. Tujuannya adalah : Untuk membedakan ruangan yang mempunyai paparan bahaya radiasi dengan ruangan yang tidak mempunyai paparan bahaya radiasi. Sebagai indikator peringatan bagi orang lain selain petugas medis untuk tidak memasuki ruangan karena ada bahaya radiasi di dalam ruangan tersebut. Sebagai indikator bahwa di dalam ruangan tersebut ada pesawat rontgen sedang aktif. Diharapkan ruangan pemeriksaan rontgen selalu tertutup rapat untuk mencegah bahaya paparan radiasi terhadap orang lain di sekitar ruangan pemeriksaan rontgen.
Jendela di ruangan radiasi letaknya minimal 2 meter dari lantai luar. Bila ada jendela yang letaknya kurang dari 2 meter harus diberi penahan radiasi yang setara dengan 2 mm timbal dan jendela tersebut harus ditutup ketika penyinaran sedang berlangsung. Jendela pengamat di ruang operator harus diberi kaca penahan radiasi minimal setara dengan 2 mm timbal.
d. Paparan Radiasi Besarnya paparan radiasi yang masih dianggap aman di ruangan radiasi dan daerah sekitarnya tergantung kepada pengguna ruangan tersebut. Untuk ruangan yang digunakan oleh pekerja radiasi besarnya paparan 100 mR/minggu. Untuk ruangan yang digunakan oleh selain pekerja radiasi besarnya paparan 10 mR/minggu.
2. Perlengkapan Proteksi Radiasi
a.Pakaian Proteksi Radiasi (APRON) Setiap ruangan radiasi disediakan pakaian proteksi radiasi dalam jumlah yang cukup dan ketebalan yang setara dengan 0,35 mm timbal.
b.Sarung tangan timbal Setiap ruangan fluoroskopi konvensional harus disediakan sarung tangan timbal.
3. Alat monitor Radiasi
a. Film Badge Setiap pekerja radiasi dan/atau pekerja lainnya yang karena bidang pekerjaannya harus berada di sekitar medan radiasi diharuskan memakai film badge setiap memulai pekerjaannya setiap hari. Film badge dipakai pada pakaian kerja pada daerah yang diperkirakan paling banyak menerima radiasi atau pada daerah yang dianggap mewakili penerimaan dosis seluruh tubuh seperti dada bagian depan atau panggul bagian depan.
b. Survey meter Di unit radiologi harus disediakan alat survey meter yang dapat digunakan untuk mengukur paparan radiasi di ruangan serta mengukur kebocoran alat radiasi.
4. Pesawat Radiasi a. Kebocoran tabung Tabung pesawat rontgen (tube) harus mampu menahan radiasi sehingga radiasi yang menembusnya tidak melebihi 100 mR per jam pada jarak 1 meter dari fokus pada tegangan maksimum.
b. Filter Filter radiasi harus terpasang pada setiap tabung pesawat rontgen.
c. Diafragma berkas radiasi Diafragma berkas radiasi pada suatu pesawat harus berfungsi dengan baik. Ketebalan difragma minimal setara dengan 2 mm timbal. Posisi berkas sinar difragma harus berhimpit dengan berkas radiasi.
d. Peralatan Fluoroskopi Tabir flouroskopi harus mengandung gelas timbal dengan ketebalan yang setara dengan 2 mm timbal untuk pesawat rontgen berkapasitas maksimum 100 KV atau 2,5 mm timbal untuk pesawat rontgen berkapasitas maksimum 150 KV. Karet timbal yang digantungkan pada sisi tabir flouroskopi harus mempunyai ketebalan setara dengan 0,5 timbal dengan ukuran 45 x 45 cm. Tabung peswat rontgen dengan tabir flouroskopi harus dihubungkan secara permanen dengan sebuah stop kontak otomatis harus dipasang untuk mencegah beroperasinya pesawat apabila pusat berkas radiasi tidak jatuh tepat di tengah-tengah tabir flouroskopi. Semua peralatan flouroskopi harus dilengkapi dengan tombol pengatur waktu yang memberikan peringatan dengan bunyi sesudah waktu penyinaran terlampaui. Penyinaran akan berakhir jika pengatur waktu tidak di reset dalam waktu satu menit.
5. Pemeriksaan Kesehatan Setiap pekerja radiasi harus menjalani pemeriksaan kesehatan secara berkala sedikitnya sekali dalam setahun.
6. Kalibrasi Pesawat Rontgen Pesawat rontgen harus dikalibrasi secara berkala terutama untuk memastikan penunjukkan angka-angkanya sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
7. Dosis Radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi Dosis tertinggi yang diizinkan untuk diterima oleh seorang pekerja radiasi didasarkan atas rumus dosis akumulasi : D = 5 ( N - 18 ) rem
D :Dosis tertinggi yang diizinkan untuk diterima oleh seorang pekerja radiasi selama masa kerjanya N :Usia pekerja radiasi yang bersangkutan dinyatakan dalam tahun 18:Usia minimum seseorang yang diizinkan bekerja dalam medan radiasi dinyatakan dalam tahun
Jumlah tertinggi penerimaan dosis rata-rata seorang pekerja radiasi dalam jangka waktu 1 tahun ialah 5 rem. Jumlah tertinggi penerimaan dosis rata-rata seorang pekerja radiasi dalam jangka waktu 13 minggu ialah 1,25 rem . Sedangkan untuk wanita hamil 1 rem. Jumlah tertinggi penerimaan dosis rata-rata seorang pekerja radiasi dalam jangka waktu satu minggu adalah 0,1 rem.
8. Ekstra Fooding Rumah sakit berkewajiban menyediakan makanan ekstra puding yang bergizi bagi pekerja radiasi untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap radiasi.
9. Prosedur Kerja di Ruangan Radiasi 1. Menghidupkan lampu merah yang berada di atas pintu masuk ruang pemeriksaan. 2. Berkas sinar langsung tidak boleh mengenai orang lain selain pasien yang sedang diperiksa. 3. Pada waktu penyinaran berlangsung, semua yang tidak berkepentingan berada di luar ruangan pemeriksaan , sedangkan petugas berada di ruang operator. Kecuali sedang menggunakan flouroskopi maka petugas memakai pakaian proteksi radiasi. 4. Waktu pemeriksaan harus dibuat sekecil mungkin sesuai dengan kebutuhan. 5. Tidak menyalakan flouroskopi apabila sedang ada pergantian kaset. 6. Menghindarkan terjadinya pengulangan foto. 7. Apabila perlu pada pasien dipasang gonad shield. 8. Ukuran berkas sinar harus dibatasi dengan diafragma sehingga pasien tidak menerima radiasi melebihi dari yang diperlukan. 9. Apabila film atau pasien memerlukan penopang atau bantuan, sedapat mungkin gunakan penopang atau bantuan mekanik. Jika tetap diperlukan seseorang untuk membantu pasien atau memegang film selama penyinaran maka ia harus memakai pakaian proteksi radiasi dan sarung tangan timbal serta menghindari berkas sinar langsung dengan cara berdiri disamping berkas utama. 10. Pemeriksaan radiologi tidak boleh dilakukan tanpa permintaan dari dokter.
10. Prosedur Kerja di Ruang ICU dengan menggunakan Mobile Unit X-Ray 1. Berkas sinar langsung tidak boleh mengenai orang lain selain pasien yang sedang diperiksa. 2. Pada waktu penyinaran berlangsung, semua petugas harus berada sejauh mungkin dari pasien dan memakai pakaian proteksi radiasi. 3. Waktu pemeriksaan harus dibuat sekecil mungkin sesuai dengan kebutuhan. 4. Menghindarkan terjadinya pengulangan foto. 5. Apabila perlu pada pasien dipasang gonad shield. 6. Ukuran berkas sinar harus dibatasi dengan diafragma sehingga pasien tidak menerima radiasi melebihi dari yang diperlukan. 7. Apabila film atau pasien memerlukan penopang atau bantuan, sedapat mungkin gunakan penopang atau bantuan mekanik. Jika tetap diperlukan seseorang untuk membantu pasien atau memegang film selama penyinaran maka ia harus memakai pakaian proteksi radiasi dan sarung tangan timbal serta menghindari berkas sinar langsung dengan cara berdiri disamping berkas utama.
A. Keselamatan arus listrik 1. Arde listrik peralatan sinar-x Arde dilakukan dengan menghubungkan permukaan metal/logam pada pesawat sinar-x ke tanah melalui konduktor tembaga. Konduktor ini bisa berupa: Satu lempeng tembaga yang ditempelkan ke permukaan metal/logam dari meja pemeriksaan, tuas penyangga tabung, tranformator dan control consoul dan menghu- bungkannya ke tanah. PERHATIKAN BETUL BAHWA LEMPENG LOGAMNYA BENAR-BENAR MENEMPEL. Satu konduktor bumi yang terdapat pada kabel utama dari pesawat sinar-x bergerak (mobile unit) yang terhubung pada bagian akhir dari rangkaian pesawat yang membutuhkan arde dan ujung yang lain pada konduktor bumi di dalam colokan listrik (pulg socket). INGAT, penggunaan kabel pe-nyambung (extention cable) atau adaptor akan meng-hambat kelancaran kerja dari konduktor bumi dan jangan digunakan, kecuali jika tidak terdapat alternatif lain. Tetapi, jika harus menggunakan kabel penyambung harap diingat ukuran dan besar kabel harus sama dengan kabel utamanya dan kedua ujung ardenya harus benar-benar tersambung dengan baik. PERIKSALAH SECARA TERATUR KABEL DAN SAMBUNGAN PADA KEDUA UJUNG dengan kondisi seperti di bawah ini: Karet pembungkus kabel. Jika terdapat potongan atau kerusakan hendaknya segera diperbaiki atau diganti. Sambungan antara ujung kabel dan colokan listrik. Karet pembungkus kabel hendaknya terlindung di dalam kotak colokan listrik. Kotak colokan listrik. Jika kotak ini retak atau pecah hendaknya segera diganti. Ujung arde yang terdapat di dalam colokan listrik hendaknya terkait dengan baik. Setiap 6 bulan teknisi listrik atau petugas yang cakap harus mengecek keadaan ini. jika colokannya putus, maka jangan dimasukkan ke dalam soket listrik sampai ia benar-benar telah diperbaiki dan aman. Catatan: Kerusakan dapat dicegah dengan penanganan yang cermat dan hati-hati terhadap peralatan sinar-x dan kabelnya. Jangan sampai kabel dalam keadaan tegang, kusut, menempel pada permukaan yang tajam saat digerakkan.
2. Sekering/Fuse Peralatan listrik diperlengkapi dengan sekering sebagai alat pengaman untuk mencegah arus yang tidak sesuai pada saat melewati rangkaian. Oleh sebab itu, sangat penting untuk memasang sekering yang benar nilainya. Jika sekeringnya tidak berfungsi maka sebaiknya ditukar dengan yang lain pada nilai yang sama. Jika gagal lagi maka terdapat kerusakan pada rangkaian dan harus dicari sebabnya serta diperbaiki. JANGAN PERNAH menaikkan nilai sekering, karena hal ini sangat bahaya dilakukan. Beberapa model pesawat sinar-x mempunyai colokan listrik khusus, biasanya berwarna merah dan ditandai dengan hanya sinar-x. Hal ini jangan digunakan untuk pemakaian yang lain, karena ia colokan khusus tanpa sekering. Alat itu didisain khusus untuk menerima tegangan listrik pada saat eksposi yang amat sangat rendah, akan tetapi sangat berbahaya bila digunakan dengan tegangan listrik biasa yang tidak mempunyai peralatan pengaman khusus di dalam pesawat sinar-x nya.
3. Colokan dan soket listrik Jika memungkinkan hendaknya semua soket listrik harus punya penghubung (switch) sehingga aliran listrik dapat diputus sebelum colokan dilepaskan. INGAT, jangan pernah mencabut colokan dengan menarik kabelnya. Dengan cara mematikan penghu-bungnya adalah lebih baik, hal itu akan menghindari terjadinya bunga api pada colokan dan soket tetap baik. Soket harus terhindar dari air atau cairan dan jangan ditempatkan pada tempat yang memungkinkan terjadinya percikan air atau air yang mengalir . Jika peralatan kamar gelap seperti tabung iluminator- membu-tuhkan penghubung listrik, maka kabelnya harus ditempatkan pada posisi yang aman dan jangan sampai tersentuh petugas yang sedang bekerja. Jika colokan atau soket sudah berumur tua atau jika sekering penghubung tidak mengait dengan baik, maka ujung logam co-lokannya atau soketnya akan menjadi panas. Kalau hal ini terjadi, hendaknya colokan atau soketnya harus diganti walaupun sebe-narnya disebabkan oleh ukuran kabel yang tidak sesuai dengan besar arus listrik yang mengalir. Atau panggillah tenaga yang berkompeten tentang listrik untuk memperbaikinya.
4. Pelindung/pembungkus peralatan Peralatan yang berisi komponen listrik harus mempunyai pelindung. Pelindung ini untuk meyakinkan bahwa tidak ada komponen yang terkelupas dan bisa tersentuh. Bagian ini dirancang terpisah dengan bagian lain dan mempunyai pembungkus. Sehingga pembungkusnya harus selalu terlindung dengan baik dan jika rusak harus dipindahkan setelah semua peralatan listrik diputus , dan periksalah semua ujung peralatan, tidak ada yang menempel pada bagian lain. Jika terdapat kerusakan pada bagian dalam dari peralatan hendaknya yang mengambil adalah teknisi listrik. Dan semua ujung peralatan harus dalam keadaan tidak ada arus listrik. INGAT, periksa sekering apakah masih melekat ketika pelindung logam sedang diperbaiki.
5. Pembersihan peralatan Jangan pernah menggunakan air atau lap basah untuk membersihkan peralatan listrik. Gunakanlah krim pembersih yang tidak mudah terbakar (non-flammable) seperti krim pembersih bodi mobil yang dengan mudah dapat dibeli di pasar.
6. Perbaikan peralatan Perbaikan peralatan harus dilakukan oleh orang terlatih dan mem-punyai kecakapan untuk jenis pekerjaan tersebut.
7. Konsleting (electrical fire) Peralatan listrik karena kesalahan- bisa terjadi konsleting atau kelebihan arus listrik sehingga menjadi panas yang bisa mengakibatkan kebakaran. Jika asap atau rasa panas terasa, peralatan yang ada harus diputus dari sambungan listriknya dengan segera. Api yang timbul pada peralatan listrik biasanya tidak cepat merambat bila penghubung listriknya dimatikan, karena bahannya dibuat dari yang tidak mudah terbakar. Tetapi jika api telah menjalar hendaknya dipadamkan dengan tabung pemadam api yang berisi gas CO2 atau bubuk pemadam api. JANGAN pernah menggunakan air bila terjadi konsleting. Pasir yang kering bisa digunakan bila tidak terdapat peralatan yang lain. INGAT bila terjadi kebakaran, panggil teman untuk memindahkan setiap orang/pasien ke tempat yang aman dan dekat dengan pintu. Karena untuk mencegah bahaya kebakaran, maka segala serpihan yang mudah terbakar jangan berada dekat atau di dalam bagian yang mengandung listrik. Udara harus dapat dengan mudah bertukar pada bagian peralatan tersebut sehingga tidak terjadi peningkatan panas pada bagian itu.
B. Keselamatan peralatan mekanik Buatkanlah ruangan untuk pesawat sinar-x dan kamar gelap yang cukup besar agar tidak terjadi kecelakaan pada radiografer dan pekerja lainnya. Periksalah apakah: 1. Barang-barang perabot terletak secara aman di dinding, lantai atau atap. 2. Kunci dan gembok berfungsi dengan baik. 3. Tombol dan pembungkus peralatan terletak dengan aman pada posisinya sehingga tidak ada jari-jari pasien atau radiografer yang tersentuh atau luka akibat keadaan tersebut. Sekrup atau mur yang lepas harus diganti dengan ukuran yang sama. 4. Periksalah konus dan pembatas sinar-x, apakah tersambung dengan baik ke tabung sinar-x dan tabung sinar-x tersambung dengan baik dengan penyangganya.
C. Keselamatan radiasi 1. Periksalah karet Pb. yang digunakan untuk meyakinkan tidak adanya sinar-x yang tembus ketika melakukan pemeriksaan (terutama pada eksposi yang dekat organ/daerah sensitif). Jika karet timbal yang digunakan tidak cukup tebal, maka gunakan karet timbal yang lebih tebal sehingga tidak timbul kabut pada film hasil. 2. Apron/Pelindung Pb. Periksalah apron untuk meyakinkan bahwa tidak ada bagian yang rusak, ingat bahwa bila apron yang digunakan terdapat celah atau renggang yang kecil sekalipun maka tetap harus dilakukan perbaikan atau pemindahan letak bagian yang rusak tersebut. Lipatan dapat ditekan dan ditempel dengan lem perekat untuk menghindari terjadinya berbagai pecahan pada karet Pb. Jika bagian yang rusak ini telah diperbaiki, hendaknya diperiksa dengan menggunakan sinar-x apakah masih terdapat kebocoran radiasi.
D. Pengamanan cairan kimia Cairan kimia untuk pemrosesan film adalah bahan yang berbahaya karena ia dapat merusak/iritasi kulit dan menyebabkan uap yang berbahaya ketika terhirup. Oleh sebab itu ventilasi yang baik pada kamar gelap adalah kebutuhan yang mendasar dan jika ingin membuat larutan kimia hendaknya dilakukan di luar ruangan kamar gelap/udara terbuka. Perlu dingatkan juga pada petugas yang mengaduk cairan/bubuk pemroses film agar berhati- hati ketika menuangkan cairan/bubuk tersebut ke dalam air karena bisa terpercik, terhirup atau menempel pada dinding ruangan dan berakibat larutan menjadi terkontaminasi. Pakaian pelindung: sarung tangan karet, masker, apron dan kaca mata pelindung harus digunakan ketika mengaduk cairan kimia. Tangan harus selalu dicuci segera setelah bekerja dengan larutan. Jika larutan terpercik ke wajah atau mata maka harus dicuci dengan air bersih. Penggunaan larutan penetap (fixer) harus selalu hati-hati karena terdapat kandungan perak (Ag.) yang bisa menyebabkan polusi. (C)
TEKNIK,KEGAGALAN,PROTEKSI RADIASI PADA KEDOKTERAN GIGI 20.17 |
PENDAHULUAN Orang yang pertama kali menggunakan radiografi adalah W.G.Morton di Amerika pada tahun 1896, kemudian C. Edmund Kells adalah dokter gigi pertama yang menganjurkan penggunaan radiografi secara rutin pada praktek dokter gigi .Radiografi dapat menjadi dasar rencana perawatan dan mengevaluasi perawatan yang telah dilakukan.Radiografi dapat digunakan untuk memeriksa struktur yang tidak terlihat pada pemeriksaan klinis. Kegunaan foto Rontgen gigi yaitu: 1. Untuk mendeteksi lesi, dll. 2. Untuk membuktikan suatu diagnosa penyakit. 3. Untuk melihat lokasi lesi/benda asing yang terdapat pada rongga mulut. 4. Untuk menyediakan informasi yang menunjang prosedur perawatan. 5. Untuk mengevaluasi pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi. 6. Untuk melihat adanya karies, penyakit periodontal dan trauma. 7. Sebagai dokumentasi data rekam medis yang dapat diperlukan sewaktu-waktu. ( Haring. 2000) Gambaran yang dihasilkan foto Rontgen panoramik atau periapikal seorang pasien bagi seorang dokter gigi sangat penting terutama untuk melihat adanya kelainan kelainan yang tidak tampak dapat diketahui secara jelas, sehingga akan sangat membantu seorang dokter gigi dalam hal menentukan diagnosa serta rencana perawatan. Bagian Radiologi terdiri dari dokter gigi, Radiografer,Petugas proteksi radiasi, Ahli proteksi radiasi, Pekerjaan radiasi sesuai dengan PP. NO 11,12,13 tahun 1975 PERSONIL BAGIAN RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI (P.P. NO. 11.12,13 Tahun 1975) 1. Dokter/dokter gigi ahli radiologi (radiolog/radiologist) Seorang dokter atau dokter gigi yang mempunyai spasialisasi dalam mendiagnosis dalam melakukan terapi dengan menggunakan energy radiasi. 2. Radiografer Orang yang telah mendapat pendidikan formal dan mempunyai sertifikat Untuk membuat foto radigrafis 3. Petugas proteksi radiasi Petugas yang ditun juk oleh penguasa instalasi atom dan instalasi yang berwenang dan dinyatakan mampu melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan personal proteksi radiasi. 4. Ahli proteksi radiasi Seorang yang telah mendapatkan pendidikan khusus dalam keselamatan kerja terhadap radiasi yan g menurut instalasi yang berwenang dianggap mempunyai cukup keahlian dari kemampuan untuk menyelesaikan persoalan persoalan yang berhubungan dengan proteksi radiasi. 5. Pekerjaan radiasi Setiap orang yang karena jabatannya atau tugasnya selalu berhubungan dengan medan radiasi dan oleh instalasi yang berwenang senantiasa memperoleh pengamatan tentang dosis-dosis radiasi yang diterimanya.
BAB II
II.1 TEKNIK RADIOGRAFI KEDOKTERAN GIGI Secara garis besar Menurut Brocklebank (1977), proyeksi radiografi yang digunakan di Kedokteran gigi yaitu foto Rontgen Intra oral dan foto Rontgen extra oral II.1.i Teknik Rontgen Intra oral Teknik Radiografi intra oral adalah pemeriksaan gigi dan jaringan sekitar Secara radiografi dan filmnya ditempatkan di dalam mulut pasien. Untuk mendapatkan gambaran lengkap rongga mulut yang terdiri dari 32 gigi diperlukan kurang lebih 14 sampai 19 foto. Ada tiga pemeriksaan radiografi intra oral yaitu: pemeriksaan periapikal, interproksimal, dan oklusal. (Brocklebank. 1997) a. Teknik Rontgen Periapikal Teknik ini digunakan untuk melihat keseluruhan mahkota serta akar gigi dan tulang pendukungnya. Ada dua teknik pemotretan yang digunakan untuk memperoleh foto periapikal yaitu teknik paralel dan bisektris, b. Teknik Bite Wing Teknik ini digunakan untuk melihat mahkota gigi rahang atas dan rahang bawah daerah anterior dan posterior sehingga dapat digunakan untuk melihat Permukan gigi yang berdekatan dan puncak tulang alveolar. Teknik pemotretannya yaitu pasien dapat menggigit sayap dari film untuk stabilisasi film di dalam mulut. c. Teknik Rontgen Oklusal Teknik ini digunakan untuk melihat area yang luas baik pada rahang atas maupun rahang bawah dalam satu film. Film yang digunakan adalah film oklusal. teknik pemotretannya yaitu pasien diinstruksikan untuk mengoklusikan atau menggigit bagian dari film tersebut.
II.1.ii Teknik Rontgen Ekstra Oral Foto Rontgen ekstra oral digunakan untuk melihat area yang luas pada rahang dan tengkorak, film yang digunakan diletakkan di luar mulut. Foto Rontgen ekstra oral yang paling umum dan paling sering digunakan adalah foto Rontgen panoramik, sedangkan contoh foto Rontgen ekstra oral lainnya adalah foto lateral, foto antero posterior, foto postero anterior, foto cephalometri, proyeksi-Waters, proyeksi reverse-Towne, proyeksi Submentovertex.( Haring. 2000) a. Teknik Rontgen Panoramik Foto panoramik merupakan foto Rontgen ekstra oral yang menghasilkan gambaran yang memperlihatkan struktur facial termasuk mandibula dan maksila beserta struktur pendukungnya. Foto Rontgen ini dapat digunakan untuk mengevaluasi gigi impaksi, pola erupsi, pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi, mendeteksi penyakit dan mengevaluasi trauma. b. Teknik Lateral Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat keadaan sekitar lateral tulang muka, diagnose fraktur dan keadaan patologis tulang tengkorak dan muka c. Teknik Postero Anterior Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat keadaan penyakit, trauma, atau kelainan pertumbuhan dan perkembangan tengkorak. Foto Rontgen ini juga dapat memberikan gambaran struktur wajah, antara lain sinus frontalis dan ethmoidalis,fossanasalis, dan orbita.
d. Teknik Antero Posterior Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat kelainan pada bagian depan maksila dan mandibula, gambaran sinus frontalis, sinus ethmoidalis, serta tulang hidung. e. Tekni Cephalometri Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat tengkorak tulang wajah akibat trauma penyakit dan kelainan pertumbuhan perkembangan. Foto ini juga dapat digunakan untuk melihat jaringan lunak nasofaringeal, sinus paranasal dan palatum keras. f. Teknik Proyeksi Waters Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat sinus maksilaris, sinus ethmoidalis, sinus frontalis, sinus orbita, sutura zigomatiko frontalis, dan rongga nasal. g. Teknik Proyeksi Reverse-Towne Foto Rontgen ini digunakan untuk pasien yang kondilusnya mengalami perpindahan tempat dan juga dapat digunakan untuk melihat dinding postero lateral pada maksila h. Proyeksi Submentovertex Foto ini bisa digunakan untuk melihat dasar tengkorak, posisi kondilus, sinus sphenoidalis, lengkung mandibula, dinding lateral sinus maksila, dan arcus zigomatikus
II.2 Factor penyebab kegagalan fotografi dental Hasil foto radiografis tang baik harus memenui syarat : 1. Kontras, detail dan ketajaman foto radiografis harus baik, setiap struktur anatomis dapat dibedakan dengan jelas, misalnya perbedaan email, dentin,kamar pulpa, saluiran akar, lamina dura dan tulang penyangga disekitarnya serta struktur anatomis oainnya yang penting untuk diinterprestasikan 2. Seluruh objek yang diperiksa dapat tampak secara keseluruhan dengan jelas pada film radigrafis yang dihasilkan. 3. Bentuk dan ukuran objek atau gigi tidak mengalami distorsi atau perubahan bentuk. Misalnya pada film radiografis intra oral proyeksi periapikal, tonjol bukal palatal atau bukal lingual terletak pada satu bidang (berhimpit) 4. Pada film radiografis intraoral proyeksi periapikal, daerah interdental,harus tampak jelas, kecuali pada kasus gigi berjejal. Pada pembuatan foto radiografis teknik intra oral atau ekstra oral ada beberapa factor yang harus diperhatikan untuk mendapat hasil foto radiografis yang baik. Factor penyebab kegagalan adalah : 1. Operator/ radiographer,pasien,dokter gigi a. Dalam peraturan pemerintah no. 11 tahun 1975 tentang persyaratan suatu instalasi atom, dikatakan bahwa suatu instalasi atom harus memiliki tenaga-tenaga yang cakap dan terlatih. Oleh sebab itu operator/radiographer harus memiliki dan menguasai kemampuan teknik pemotretan yang baik juga memperoleh pendidikan resmi dari Departemen kesehatan atau BATAN tentang Keselamatan Kerja dan Proteksi Radiasi.
Kesalahan yang disebabkan oleh Operator yang akan dibahas berikut ini terutama yang disebabkan oleh kecerobohan operator pada waktu pemotretan dan teknik proses pencucian film akan dibahas tersendiri. Superimposed Gambar radiografis tumpang tindih dengan gambaran selain gigi dan struktur anatomis disekitarnya, karena kelalaian operator memeriksa kesiapan pasien sebelum melakukan pemotretan. Gambaran tumpang tindih ini antara lain dapat berupa gambaran kacamata, cengkraman gigi tiruan lepasan,gigi tiruan kerangka logam, atau kawat alat orthodonsi. Pada teknik periapikal, pasien menahan film dengan jari apabila jari pasien pada daerahyang terkena sinar- X primer selama pemotretan akan tampak gambaran radiografis tulang jari tangan. Double expose : Film yang telah dipakai, sebelum dicuci dipakai lagi untuk pemotretan pasien lain(film dipakai dua kali pemotretan), sehingga akan tampak dua gambaran radiografis pasien yang berbeda pada satu film.
Sidik jari tangan : Gambaran sidik jari ini terjadi karena operator melakukan pencucian tanpa menggunakan clip film langsung dipegang oleh operator. Sehingga pada waktu pencucian dalam developer, gambaran sidik jari operator akan tercetak pada film radiografis yang dihasilkan. b. PENDERITA/ PASIEN Pemotretan pada pasien anak kadang-kadang sulit dilakukan, karena ada rasa takut yang berlebihan. Pasien sering bergerak atau merontah pada waktu pemotretan. Pasien lanjut usia juga kadang kadang sulit dilakukan pemotretan, karena pasien tidak dapat diam atau tremor yang mungkin terjadi. Pada pasien-pasien ini dapat terjadi double image.
Bentuk anatomis rahang sempit dan palatum dangkal dapat menyebabkan tidak seluruh struktur yang akan diperiksa dapat terproyeksi dengan utuh (terpotong). Sedangkan gigi yang berjejal atau pada gigi impaksi dapat terjadi tumpang tindih satu gigi dengan gigi geligi disekitarnya.
Pasien dengan reflex muntah tinggi juga dapat menyulitkan pemotretan. Terutama pemotretan region posterior rahang atas dan rahang bawah.
c. DOKTER GIGI
Pengetahuan, ketelitian dan keterampilan dokter gigi juga mempengaruhi foto radiografis yang dihasilkan. Kelalaian dokter gigi pada waktu menulis surat rujukan , misalnya salah menulis elemen gigi atau region, tidak menulis maksud tujuan pemeriksaan radiografis atau regio, tidak menulis maksud tujuan pemeriksaan radiografis atau tidak menulis diagnose sementara berdasarkan pemeriksaan radiografis sebelumnya menyebabkan hasil pemeriksaan radiografis sebelumnya menyebabkan hasil pemeriksaan radiografis yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang dimaksud / diharapkan.
2. BAHAN/ MATERIAL
a. Film
Beberapa hal yang harus diperharikan dalam melilai film radiografis adalah waktu kadaluarsa serta kemasan pembungkus film. Hal ini penting diperhatikan karena apabila kedua hal tersebut sudah tidak memenuhi syarat lagi, hasil foto radiografisnya tidak dapat sebaik yang diharapkan.
b. Bahan pencucian film
Developer dan fixed jenis powder yang penggunaanya harus dilarutkan terlebih dahulu, lebih baik dari pada yang sudah tersedia dalam bentuk cairan. Developer dalam bentuk cairan sering menyebabkan noda kuning pada hasil foto radiografis.
3. TEKNIK PEMOTRETAN a. Pengaturan posisi kepala penderita Kesalahan pengaturan posisi kepala penderita pada teknik intra oral (terlalu menunduk atau menengadah) menyebabkan kesulitan menentukan posisi tube (penentuan sudut vertical dan horizontal) atau menyebabkan tidak tercakupnya daerah yang akan diperiksa (terpotong) pada foto radiografis yang dihasilkan. Sedangkan pada teknik ekstra oral kesalahan pengaturan posisi kepala penderita dangat berpengaruh terhadap foto radiografis yang dihasilkan. Kesalahan berupa objek yang dituju tumpang tindih dengan struktur anatomis lain sehingga tidak terproyeksi dengan baik atau terjadi gambaran radiografis yang terpotong.
b. Peletakan film Pada teknik intra oral peletakan film dalam rongga mulut harus sedemikian rupa sehingga objek yang akan diperiksa terletak di pertengahan film, untuk itu perlu diperhatikan bahwa untuk letak film di gigi anterior film diletakkan vertical dan pada gigi posterior di letakkan horizontal. Dengan demikian seluruh gigi sampai dengan daerah periapikal dapat tercakup semua dalam film. Sisakan 2-3 mm antara jarak tepi permukaan gigi dengan permukaan oklusal atau insisal.
Sekalahan yang dapat terjadi apabila tidak diperhatikan hal-hal tersebut di atas adalah terpotongnya gambar radiografis yang dihasilkan. Gambaran ini juga dapat terjadi akibat kondisi anatomis pasien berupa palatum atau dasar mulut yang dangkal.
Kesalahan peletakan cassette pada teknik ekstra oral baik teknik pemotretan yang menggunakan cassette holder atau tidak adalah terpotongnya gambaran radiografis yang dihasilkan.
C. CARA MENAHAN FILM Pada teknik intraoral proyeksi periapikal yang benar adalah dengan menggunakan ibu jari atau telunjuk didaerah pertemuan antara mahkota dan gusi (di daerah lehar gigi). Penekanan yangh berlebihan dan menahan film pada daerah palatum, dapat menyebabkan film tertekuk yang gambarannya akan tampak mirip kasus elongasi, ujung akar gigi tampak membengkok sedankan mahkotanya tetap pada ukuran sebenarnya. Penekukan ini dapat pula terjadi karena gigig yang akan diperiksa terletak pada sudut rahang yaitu gigi kaninus-premolaratas maupun bawah. Pada teknik ekstraoral,pemahaman film sehingga tidak berpengaruh pada foto radiografis yang dihasilkan.
D. PENENTUAN SUDUT PEMOTRETAN Kesalahan penentuan vertical dapat berupa : Elongasi yaitu pemanjangan gambaran radiografis gigi yang dihasilkan, akibat penentuan sudut vertical terlalu besar. Kesalahn penentuan sudut horizontal : Horizontal overlapping yaitu gambaran radiografis yang tumpang tindih antara satu gigi dengan gigig yang berdekatan, akibat sinar-X tidak sejajar dengan permukaan interproximal gigi atau tidak tegak lupus dengan sumbu gigi yang diperiksa.
Cone cutting hdala terpotongnya sebagian gambaran radiografis gigi yang dihasilkan dengan batas tepi berupa lengkungan, terjadi akibat sinar-X tidak tepat pada pertengahan film, sehingga ada sebagian film yang tidak terkena sinar-X. Kesalahn penentuan sudut pemotretan pada teknik ekstraoral dapat menyebabkan gambaran tumpang tindih (overlapping) antara objek yang diperiksa dengan struktur anatomis disekitarnya.
E. PENENTUAN KONDISI SINAR-X Kondisi sinar-X yang dihasilkan oleh statu pesawat sinar-X adalah : kV, mA, & sec. Pada umumnya pesawat sinar-X baik sudah mempunyai kV, dan mA yang sudah distandarisasi, sehinggga pada waktu melakukan pemotretan hanya diubah waktunya saja. Overexposed adalah kondisi waktu pemotertannya yang terlalu lama sehinggga gambaran radiografis yang dihasilkan akan tampak gelap/ hitam (radiolusen) secara keseluruhan. Underexposure terjadi bila waktu pemotretannya terlalu singkat dan gambaran radiografisnya yang dihasilkan akan tampak putih (radiopak) secara keseluruhan. Tidak ada gambaran sama sekali (film bening) tidak ada sinar-X yang mengenai film yang disebabkan pesawat rontgen rusak dan tidak menghasilkan sinar-X atau salah melakukan menekan tombol expose.
F. PROSESSING / PENCUCIAN FOTO RODIOGRAFIS Beberapa macam kesalahn dapat terjadi pada waktu proses pencucian film, baik intraoral maupun dalam kamar gelap, yaitu : Overdeveloped adalah kondisi waktu pencucian dalam developer yang telalu lama sehingga gambaran radiografis yang dihasilkan tampak hitam secara keseluruhan. Underdevelope adalah kondisi waktu pencucian dalam developer yang terlalu cepat.
PROTEKSI RADIASI RADIOLOGI
Usaha proteksi terhadap masyarakat disekitar instalasi radiasi merupakan satu hal yang kompleks. Karena biasanya bagian radiologi merupakan bagian dari suatu gedung, yang akan berdampingan dengan bagian-bagian lain. Ada dua hal yang perlu diperhatikan untuk mengurang radiasi terhadap masyarakat dan lingkungan disekitar instalasi radiasi: 1. pembatasan penggunaan sumber-sumber radiasi untuk tujuan survey kesehatan masyarakat, kecuali bila ada kemungkinan ditemukan suatu penyakit secara pasti. 2. pengawasan ketat dan persyaratan perizinan yang mutlak bagi pemakaian sumber radiasi, dan dilaksanakan dengan baik serta penjualan alat-alat yang memenuhi persyaratan.
Khusus untuk bidang kedokteran gigi usaha-usaha proteksi yang dilakukan terhadap masyarakat adalah sebagai berikut : A. Perencanaan Pembangunan 1. Lokasi, tata letak dan orientasi. Bagian radiologi yang berada di dalam atau merupakan bagian dari suatu rumah sakit harus direncanakan sebaik mungkin, baik mengenai lokasi maupun tata letaknya. Sedapat mungkin, lokasi tidak bersebelahan langsung dengan bagian bagian lain (tersendiri). Selain itu pengaturan arah bekas sinar X primer diutamakan ke daerah daerah yang kosong. 2. Beberapa fasilitas lain yang juga sangat penting untuk diperhatikan dan sifatnya mudah pengontrolannya adalah - Instalasi listrik - Instalasi air - Saluran pembuangan
B. Bahan Proteksi 1. Timbal (Pb) adalah bahan proteksi radiasi utama yang paling umum dipakai. Biasanya dibuat dalam bentuk apron, sarung tangan atau penutup gonad. Dapat juga dipakai sebagai bahan untuk melapisi dinding, lantai dan langit - langit. 2. Konstruksi dinding dari beton dapat juga digunakan sebagai bahan proteksi radiasi 3. Bahan bangunan biasa, dapat juga dipakai sebagai bahan proteksi radiasi. Nilai kesetaraannya adalah sebagai berikut : Tebal beton equivalen = (tebal bahan x densitas) / 2,35 4. Bahan bahan lain seperti baja, barium plaster, batu, keramik, bata atau kaca juga memiliki kemampuan menyerap radiasi yang dapat dihitung nilai kesetaraannya dengan Pb.
Usaha usaha lain yang dpat dilakukan adalah: 1. Pemberian tanda khusus berupa symbol radiasi di daerah sumber sumber radiasi termasuk di ruangan pesawat radiodiagnostik. 2. Pemeriksaan yang menggunaka sinar X di rimah sakit atau poliklinik, harus dilakukan di bagian Radiologi kecuali bila keadaan pasien tidak memungkinkan. 3. Orang tua atau orang lain yang mengantar pasien harus berada jauh dari ruangan sinar X atau memakai pelindung bila berada di dalam ruangan. 4. Pemakaian bahan proteksi pada dinding, lantai dan langit langit. 5. Penggunaan pesawat sinar X dengan kualutas terbaik, telah mendapat izin dari Departemen Kesehatan. 6. Pemeriksaan periodik tentang kebocoran radiasi pada pesawat sinar X. 7. Gunakan alat pengukur radiasi di ruangan, misalnya dengan survey meter.
C. Proteksi Radiasi terhadap Pasien Usaha usaha proteksi terhadap pasien dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Ada dua hal yang perlu diperhatikan : 1. Tidak boleh melakukan penyinaran tanpa adanya keuntungan yang jelas 2. Pemeriksaan diagnostic dengan sinar X baru dilakukan bila pemeriksaan klinis mengarah pada kelainan pada struktur di daerah yang tidak dapat dilihat secara klinis.
Usaha usaha proteksi terhadap pasien dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Hilangkan tata kerja yang tidak perlu atau berlebihan 2. Operator harus terlebih dahulu memeriksa identitas pasien 3. Tanyakan apakah penderita pernah menerima radiasi (kapan?) 4. Kurangi pemeriksaan radiografi dengan seleksi kasus 5. Untuk semua wanita pada masa subur, pemeriksaan radiografi terutama rahang atas harus ditunda. 6. Teknik pemotretan radiografis dan penentuan kondisi sinar X, harus betul betul telah direncanakan dengan baik Teknik pemotretan bite wing dapat memperlihatkan gigi gigi rahang atas dan bawah terlihat pada satu film. Dengan demikian dapat mengurangi pemotretan radiografis yang dilakukan, sehingga dapat mengurangi radiasi yang diterima oleh pasien. Teknik ini juga sebaiknya dipakai untuk pemotretan anak anak. Untuk pemeriksaan menyeluruh, film yang digunakan untuk teknik bite wing hanya 4 fil sedangkan pada teknik biseksi 6-8 film. 7. Pengurangan film tipe high speed (sangat peka) dengan mutu terbaik. Gunakan cassette yang dilengkapi intensifying screen tipe high speed untuk mengurangi radiasi. 8. Penggunaan pesawat sinar X sebaiknya menggunakan filter : Filter yang tepat, untuk menyaring radiasi tidak berguna. Filter adalah materi menyerap, biasanya lempengan aluminium (Al) yang ditempatkan di dalam tabung sinar X dan dilewati oleh berkas sinar X, berguna untuk meneyerap dan menyaring sinar X berenergi rendah yang tidak berguna dalam pembentukan gambar radiografis. Sehingga sinar X yang mencapai film lebih homogen panjang gelombangnya, dengan demikian proses ionisasi AgBr pada film akan lebih merata, dan akan memperoleh gambaran radiografis yang lebih kontras. Selain itu dosis radiasi yang diterima pasien juga akan berkurang. Tebal filter minimum, ditentukan oleh tegangan maksimal pada pesawat sinar-X. Filter untuk pesawat sinar-X diagnostic biasa, termasuk pesawat sinar-X dental harus setara dengan : 1,5 mm Al untuk pesawat sinar-X dengan tegangan sampai dengan 75 kV 2 mm Al untuk pesawat sinar-X dengan tegangan 75-100 kV 2,5 mm Al untuk pesawat sinar-X dengan tegangan di atas 100 kV
9. Penggunaan pesawat sinar-X yang menggunakan : Cone dari logam Cone yang panjang Cone yang ujungnya terbuka 10. Penggunaan diafragma/ collimeter/ shutter yang tepat untuk mebatasi ukuran lapangan (lebar berkas) penyinaran. 11. Waktu pemotretan yang sesingkat-singkatnya, tetapi memberikan hasil gambaran radiografis yang terbaik. 12. Pasien menggunakan apron proteksi dan gonad proteksi selama penyinaran. 13. Passion harus mengikuti instruksi operator. D. Proteksi radiasi terhadap operator Pada umumnya pengurangan dosis kepada penderita akan mengakibatkan pengurangan dosis terhadap operator dan personil lainnya. Hal penting yang diperhatikan juga adalah operator harus berdiri dibelakang sinar-X primer. 1. Jarak berdiri operator Besarnya radiasi yang diterima seseorang, berbanding terbalik dengan besarnya jarak antara orang tersebut berdiri dengan sinar-X. hal ini dapat dibuktikan dengan hokum bidang (inverse law). Hokum ini menunjukkan hubungan antara besarnya radiasi yang diterima seseorang dengan besarnya jarak antara orang tersebut berdiri dan sumber sinar-X. Radiasi yang diterima operator bila berdiri pada jarak 4 feet dari sumber sinar-X dibandingkan bila berdiri pada jarak 2 feet dari sumber sinar-X adaah (1/2) : 2= (seperempat) kali jumlah yang diterima pada jarak 2 feet. Hal ini menggambarkan dengan jelas, pentingnya operator berdiri pada jarak sejauh-jauhnya dari sinar-X. untuk penggunaan pesawat sinar-x diagnostic, dianjurkan operator berdiri minimal 6 feet dari sumber sinar-X. sselain itu operator perlu memperhatikan untuk : 1. Tidak memegang film di dalam mulut penderita 2. Tidak memegang kaca mulut di dalam mulut penderita selama pemotretan 3. Tiba memegang cone atau tube selama pemotretan 4. Selalu menggunakan apron proteksi dan gonad proteksi 5. Selalu menggunakan monitor radiasi berupa : film badge
pocket dose meter
cara pemeriksaan apron dan sarung tangan Pb
Apron dan sarung tangan Pb harus mempunyai ketebalan minimum 0,25 mm, untuk pesawat dengan 150 kV. Sarung tangan dan apron Pb harus di periksa setahun sekali. Caranya : pada apron dan sarung tangan Pb dilakukan penyinaran dengan sinar-X pada kondisi 80 kV dengan mAs tertentu dengan jarak 1 meter. Untuk ketebalan 0,25 mm Pb dipakai mAs = 10, pada penyinaran ini apron dan sarung tangan Pb harus kedap/ tidak dapat dilewati sinar-X.
2. Posisi berdiri operator Perlu ditekankan bahwa selama melakukan pemotretan radiografis operator juga mendapat radiasi. Oleh karena itu operator tidak diperbolehkan berdiri didaerah radiasi sinar-X primer. Untuk mengurangi dosis radiasi yang diterimanya, sebaiknya operator juga berdiri pada tempat yang aman yaitu dibalik dinding pelindung berlapis Pb dan berjarak cukup jauh dari sumber sinar-X selama melakukan pemotretan radiografis. Umumnya operator berdiri pada posisi yang membentuk sudut antara 90 dan 135 terhadap sinar-X pusat. Akan tetapi yang terbaik adalah jauh di belakang sumber sinar-X atau berlawanan arah dengan sinar-X pusat. Untuk pemotretan radiografis dental region : 1. Gigi anterior, operator berdiri pada sebelah depan kanan atau sebelah depan kiri pasien. 2. Gigi posterior, operator lebih baik berdiri di sebelah belakang pasien daripada sebelah depan pasien. Ada pembagian 3 daerah radiasi beserta penggolongan orang yang berada di sekitarnya : 1. Controlled area (daerah I), yang berada di daerah ini termasuk : Orang-orang yang langsung menggunakan pesawat sinar-X (operator) E. Proteksi Radiasi terhadap bahaya radiasi bocor Persyaratan sarana dan fasilitas proteksi radiasi termasuk juga proteksi terhadap adanya radiasi bocor. Untuk mengetahui ada tidaknya atau besarnya radiasi bocor,perlu dilakukan pengetesan pada pesawat dengan cara mengaktifkan pesawat dalam beberapa saat. Kemudian dihitung dalam satuan R/jam. Radiasi bocor adalah radiasi yang dihasilkan dan dikeluarkan dari kepala tabung sinar-X yang tidak melalui Cone: 1. untuk pesawat diagnostik, radisai bocor yang diperbolehkan maksimum 100mR/jam pada jarak 1 meter dari tabung sinar-X, pada waktu pesawat dalam kondisi katif penuh. 2. untuk pesawat terapi, radiasi bocor yang diperbolehkan sebesar 100 mR/jam pada jarak 1 meter dari tabung sinar-X dan 100mR/menit pada setiap titik diatas tube housing. 3. untuk pesawat telegama, sourhead dan peralatan kolimasi harus dibuat sedemikian rupa sehingga pada jarak 1 meter dalam setiap arah dari sumber sinar dalam keadaan tertutup. Radiasi maksimum tidak boleh lebih dari 10 mR/jam dan radiasi rata-rata tidak lebih dari 2 mR/jam. PERSYARATAN PEKERJA INSTALASI RADIASI Persyaratan pekerja instalasi radiasi dalam hal ini tenaga operator merupakan masalah yang sangat penting, karena berhubungan secara langsung dengan mutu hasil foto radiografis. Selain memiliki keterampilan yang memenuhi syarat, pekerja instalasi radiasi juga memiliki dan harus memperhatikan semua faktor-faktor mengenai proteksi radiasi. Persyaratn tersebut meliputi : 1. usia pekerja. Tidak semua orang dapat bekerja di daerah radiasi. Orang-oramg yang berusia di bawah 18 tahun, tidak diperbolehkan bekerja di daerah radiasi. 2. operator harus mempunyai pengetahuan yang baik tentang pesawar dan teknik penggunaannya. Untuk instalasi radioterapi operator juga harus memiliki pengetahuan tentang bahan-bahan radioaktif, kegunaan, aturan pemakaian, serta bahaya radiasi yang dapat ditimbulkan. 3. operator harus terampil, memiliki pengetahuan dan menguasai pemotretan dengan baik. Termasuk juga penggunaan film yang baik, memilih ukuran film yang sesuai dengan kebutuhan pemotretan radiografis serta cara memberikan instruksi yang penting bagi pasien. 4. di bagian Radiologi Kedokteran Gigi, operator harus menguasai teknik oral maupun ekstra oral dengan baik. 5. menguasai teknik pencucian foto radiografis dengan baik. Selain itu, memahami cara penyimpanan film radiografis yang baik dan aman terhadap kontaminasi sinar-X dan cahaya lainnya. 6. operator di bagian Radiologi Kedokteran Gigi, harus memahami struktur anatomis daerah rongga mulut, khususnya anatomi gigi dan mulut, baik pada anak-anak maupun orang dewasa. 7. mengetahui penyebab kegagalan pembuatan foto radiografis dan mengetahui semua faktor-faktor penyebabnya. 8. dalam melakukan tugasnya sehari-hari, operator harus dapat memilih pola kerja yang sistematis, teliti dan hati-hati, untuk dapat menghindari kesalahan. 9. ketelitian operator biasanya diperlukan pada waktu membaca surat konsul, terutama dalam hal region gigi yang akan diperiksa dan tujuan pembuatan foto radiografis tersebut. Standar Proteksi Radiasi Dalam implementasi optimisasi seperti yang direkomendasikan oleh International At mic Energy Agency maka pelaksanaan Tingkat Panduan Dosis atau Guidance Level bagi pasien mau tidak mau harus dilaksanakan agar pasien terlindung dari pemberian dosis ya yang tidak perlu. Untuk mencapai hal ini maka perlu diperhatikan Peralatan yang dipergunakan apakah handal dan teruji dan Tenaga kerjanya terkualifikasi atau tidak. 1. Peralatan yang handal. Agar supaya dosis pasien yang dikehendaki dapat tercapai maka hal pertama yang harus diper hatikan adalah kemampuan pesawat sinarX. Untuk meyakinkan bahwa kemampuannya masih dapat dipercaya maka perlu dilakukan uji fungsi terhadap pesa wat sinarX secara periodik sesuai dengan peraturan yang berlaku. Kalauperaturan mengharuskan dilakukan uji kesesuaian sekali dalam setahun maka harus dila kukan. Permasalahan adalah siapa yang dapat melakukan uji kesesuaian yang sesuai dengan standar internasional.Menurut peraturan perundangan yang berlaku maka insta nsi atau lembaga yang dapat melakukan uji kesesuaian boleh siapa saja asalkan sudah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) yang berada di dalam organisasi Badan Standardisasi Nasional (BSN). Secara internasional KAN diakui sebagai satusatunya instansi yang dapat melaksanakan akreditasi terhadap instansi yang melaksanakasertifikasi jasa maupun produk. Oleh karena itu semua lembaga di Indonesia yan g akan melaksanakansertifikasi harus terlebih dahulu mendapat akreditasi dari KAN. Sertifik at pesawat sinarXakan menjadi syarat utama untuk mengajukan permohonan izin penggunaan pesawat sinarX.
2. Tenaga yang terkualifikasi Untuk mencapai dosis pasien yang diharapkan tidak cukup hanya menguji peralatan akan teta pi kualifikasi personil yang mengoperasikan alat juga harus mendapat perhatian. Personil tersebut harus memiliki pendidikan yang standar sesuai dengan yang dipersyaratkan untuk mengoperasikan pesawat sinarX. Untuk operator pesawat sinar- X persyaratan minimum harus berpendidikan Diploma D3 atau setara dengan akademi yang khusus untuk pesawat sinar- X diagnostik. Dengan latar belakang pendidikan ini maka pemberian paparan radiasi pada pas ien akan mendapatkan citra yang diharapkan serta dosis pasien yang sesuai dengan tingkat panduan dosis pada setiap jenis pemeriksaan yang dimintakan dokter. Sedangkan untuk pemeriksaan angiografi, mammografi, dan CT Scan, disamping tenaga operator yang terkualifikasi juga diopersyaratkan adanya tenaga Fisika Medik
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN Penggunaan sinar Rontgen telah lama di kenal sebagai suatu alat dalam bidang kedokteran umum dan kedokteran gigi yang sangat membantu dalam menegakkan diagnosa dan untuk menentukan rencana perawatan. Ada dua teknik yang digunakan pada radiografi kedokteran gigi, yaitu teknik intra oral dan teknik ekstra oral. Kegagalan pada radiografi kedokteran gigi bias pula terjadi,hal ini bias disebabkan oleh dokter gigi, pasien, bahan material dan teknik yang salah saat pengambilan gl gambar. Radiasi yang ditimbulkkan oleh X-ray saat pengambilan gambar harus diantisipasi,karena dapat berbahaya bagi tubuh kita. Untuk itu harus dilakukan proteksi baik pada alat,operator, maupun pasien saat melakukan foto X-ray, terutama bila harus terus berhubungan dengan ruangan radiologi.
SARAN Proteksi radiasi dalam bidang kesehatan yang selama ini lebih difokuskan pada keselamatan pekerja, masyarakat, dan lingkungan hidup.Untuk masa yang akan datang proteksi radiasi harus juga lebih mementingkan keselamatan pasien. Oleh karena itu diperluk an tenaga yang cakap dan terlatih baik serta memenuhi standar keselamatan dan kompetensi. Sedangkan pesawat sinarX harus diuji oleh lembaga atau instansi yang telah mendapat akreditasi dari KAN. Dengan memberlakukan peraturan yang sesuai dengan standar internasional maka penggunaan pesawat sinarX akan memberikan jaminan dan manfaat kepada pasien, pekerja, masyarakat, dan lingkungan.
DAFTAR PUSKATA IAEA Safety Series, International Basic Safety Standard No. 115 on Protection against ion izing radiation and safety of radioactive sources
Boel,Trelia.2000.Dental Radiologi;prinsip dan teknik.Medan
Langland., O.E. and R. P. Langlais., 2002. Principles of Dental Imaging.,Philadelphia., Williams & Willins
KEGUNAAN DAN PENATALAKSANAAN RADIOGRAFIS DI KEDOKTERAN GIGI 20.15 |
BAB I PENDAHULUAN
I.I Latar belakang Pemeriksaan radiografis dalam kedokteran gigi merupakan bagian dari pemeriksaan yang menunjang hasil pemeriksaan fisik dan mempertegas diagnosa sementara yang sudah ditentukan sebelumnya. Penggunaan radiografis sering digunakan dalam bidang kedokteran gigi untuk melihat keadaan rongga mulut dan jaringan sekitarnya yang tidak dapat dilihat visual langsung.
I.II Tujuan Mengetahui kegunaan radiografis dalam bidang kedokteran gigi Mengetahui cara penatalaksanaan radiografis dalam bidang kedokteran gigi
I.III Masalah Apa kegunaan radiografis dalam kedokteran gigi? Bagaimana prosedur penatalaksanaan radiografis untuk kedokteran gigi?
BAB II ISI
Penggunaan sinar-X merupakan bagian dari pemeriksaan klinis kedokteran gigi, yaitu dengan melakukan berbagai pemeriksaan radiografis yang penting dalam prosedur diagnosis keadaan pasien.
II.I Penggunaan Foto Radiografis dalam Bidang Kedokteran Gigi Sinar-X dalam kedokteran gigi umumnya digunakan untuk: 1. Memotret bagian dalam tubuh - Penggunaan sinar-X di klinik atau praktek dokter gigi Secara umum, penggunaan sinar-X pada klinik atau praktek dokter gigi bertujuan untuk: a. Membantu menegakkan diagnosis Dalam mendiagnosis penyakit atau kelainan gigi tidak selalu dapat terlihat langsung melalui pemeriksaan fisik. Penggunaan foto rontgen dapat membantu mengetahui ada atau tidaknya kelainan, besarnya kerusakan atau keparahan, serta hubungannya denagn jaringan di sekitarnya. b. Mengarahkan rencana perawatan Setelah diagnosis penyakit ditegakkan, maka dapat segera ditentukan rencana perawatan yang akan dilakukan. c. Evaluasi hasil perawatan Untuk melihat keberhasilan perawatan yang telah dilakukan , maka dilakukan foto rontgen. Contohnya: mengetahui apakah apeks gigi telah menutup setelah dilakukan perawatan apeksifikasi. Kegunaan foto radiografis dalam berbagai bidang kedokteran gigi: a. Oral patologi Foto radiografis digunakan untuk mendeteksi kelainan anomali dan keadaan patologis gigi dan mulut, contohnya karies, resorbsi internal atau eksternal, bermacam-macam anomali gigi (dens in dente, dan lain-lain), keadaan patologi sinus maksilaris, anomali pertumbuhan dan perkembangan rahang, dan manifestasi penyakit sistemik pada daerah oromaksilofasial (contohnya penyakit paget).
b. Oral surgery Radiografi banyak digunakan untuk keperluan prosedur eksodonsi. Contohnya melihat hubungan gigi dengan sinus maksilaris atau kanalis mandibularis sebelum dilakukan eksodonsi, melihat lokasi gigi impaksi, dan melihat ada atau tidaknya fraktur rahang.
c. Prosthodonsi Foto digunakan untuk melihat keadaan gigi penyangga dan jaringan penyangga untuk pembuatan gigi tiruan. Pada pasien edentulous, foto digunakan untuk melihat keadaan alveolar ridge. d. Pedodonsi Gambaran radiografi digunakan untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan erupsi gigi, arah erupsi, ada atau tidaknya kelainan (baik ada atau tidaknya benih gigi, kelainan jumlah, dan kelainan bentuk).
Total anodontia
- Penggunaan sinar-X di fakultas kedokteran gigi Penggunaan radiografi di fakultas kedokteran gigi bertujuan untuk menunjang proses belajar mengajar. Melalui hasil foto radiografi tersbut, dapat dipelajari struktur anatomis, hubungan gigi geligi, keadaan rahang, kelainan patologis (baik pada gigi, jaringan penyangga, sendi temporomandibular, dan sinus maksilaris).
- Penggunaan sinar-X di bidang kedokteran gigi forensik Foto radiografis digunakan untuk mengidentifikasi korban, baik korban kecelakaan maupun pembunuhan. Dokumen foto radiografis tersebut dicocokkan dengan kondisi korban.
- Penggunaan sinar-X untuk survei kesehatan gigi dan mulut masyarakat Survei untuk melihat struktur anatomis dan patologis dapat dilengkapi dengan foto radiografi. Contohnya, melalui foto bitewing dapat dipelajari keadaan jaringan periodontal dan derajat kerusakan tulang alveolar
- Penggunaan sinar-X untuk kegiatan riset kedokteran gigi Foto radiografis digunakan untuk mempelajari perubahan tumbuh kembang rahang manusia dari waktu ke waktu.
2. Terapi daerah maksilofasial Radiasi dapat digunakan sebagai terapi untuk berbagai jenis tumor yang sifatnya sangat peka terhadap radiasi (radiosensitive). Contohnya kanker pembuluh darah, dan kanker kulit.
3. Fluroskopi Dengan menggunakan sinar-X, dilakukan pemeriksaan yang langsung dapat mengamati organ atau kelainan pada daerah yang ditembus sinar.
II.2 Penatalaksanaan Sarana Radiologi Kedokteran Gigi Untuk mendapatkan gambaran radiografi yang baik, diperlukan sarana radiologi kedokteran gigi yang menunjang pula. Sarana radiologi kedokteran gigi terdiri dari: 1. Ruangan Suatu instalasi radiologi kedokteran gigi harus memiliki ruangan yang terdiri dari: - Ruangan pesawat sinar-X - Ruangan tunggu pasien - Ruangan arsip - Ruangan staf - Ruangan penyimpanan alat-alat atau gudang Setiap ruangan harus memiliki sirkulasi udara yang baik dan proteksi radiasi yang maksimal. Setiap ruangan yang satu dengan ruangan yang lainnya harus dilapisi dengan Pb sebagai lapisan pelindung.
2. Pesawat sinar-X Pesawat sinar-X (alat penghasil sinar-X) pada dasarnya dibagi menjadi dua jenis, yaitu: - Standard atau dengan pesawat kaki (mobile). Keuntungannya adalah dapat dipindah sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.
- Jenis fixed, yaitu pesawat yang menempel pada dinding dan langit-langit (plafon). Keuntungan pesawat jenis ini adalah tidak memerlukan tempat yang luas.
Syarat-syarat ideal pesawat sinar-X : - Aman dan akurat - Memiliki kemampuan untuk menghasilkan sinar-X sesuai dengan tingkat energi yang diinginkan dan memiliki mekanisme yang adekuat untuk menghilangkan panas - Mudah diatur posisinya - Mudah disimpan dan dipasang - Mudah digunakan (dioperasikan) - Kuat
Pesawat sinar-X terdiri dari 3 komponen utama, yaitu: - Kepala tabung sinar-X (tube head) Komponen tube head terdiri dari: a. Tabung hampa udara (glass X-ray tube) yang berisi filamen, Copper block, dan target. b. Step-up transformer, diperlukan untuk menaikkan tegangan utama dari 240 volt ke voltase yang lebih tinggi. c. Step-down transformer, diperlukan untuk menurunkan tegangan utama dari 240 volt ke voltase yang lebih rendah d. Pelindung Lead (surrounding lead shield) untuk meminimalisasi kebocoran e. Minyak (surrounding oil) untuk mengantisipasi panas yang timbul f. Aluminium filtration untuk menghilangkan bahaya penggunaan sinar-X (sebagai filter) g. Collimator untuk menentukan besarnya berkas sinar-X yang keluar h. Cone atau Beam Indicating Device (BID) yang digunakan untuk menentukan arah sinar-X, membatasi luas berkas sinar, dan mencegah radiasi hambur.
- Kontrol panel Komponen kontrol panel terdiri dari: a. Tombol on/off b. Timer c. Warning lights yang menyala ketika sinar-X dihasilkan d. Exposure time selector, biasanya terdiri dari: numerical, waktu ditentukan terlebih dahulu anatomical, area mulut yang akan disinari sinar-X ditentukan terlebih dahulu, selanjutnya waktu eksposur diatur secara otomatis e. Pada kontrol panel juga bisa terdapat fitur lain, seperti film speed selector, patient size selector, mains voltage compensator, kilovoltage selector, dan miliampere switch.
- Lengan pesawat sinar-X a. Intraoral b. Ekstraoral
3. Film sinar-X Dalam bidang kedokteran gigi, terdapat dua jenis film yang digunakan: - Non-screen film (film intraoral) Jenis film yang digunakan untuk film intra oral dimana dibutuhkan kualitas gambar yang baik dan detail anatomi yang jelas. Ukuran film yang sering digunakan, antara lain: a. 31 x 41 mm (untuk periapikal) b. 22 x 35 mm (bitewing) c. 57 x 76 mm (untuk foto occlusal)
Film ini dikemas dalam satu paket yang terdiri dari :
A. Pembungkus luar, B. Film, C. Lead foil, D. Kertas hitam
a. Pembungkus luar dari plastik lunak yang berfungsi untuk melindungi dari cairan saliva yang dapat mengkontaminasi film b. Kertas hitam yang berfungsi untuk melindungi film dari cahaya yang dapat merusak film, dan mencegah masuknya saliva ke film c. Lead foil terletak dibelakang film, yang berfungsi untuk mencegah adanya sisa radiasi yang dapat melewati film menuju ke jaringan pasien.
d. Film, terdiri dari: Plastic base merupakan bahan dasar yang transparan dan terbuat dari selulosa asetat dengan ketebalan 0,2 mm. Lapisan adhesif (gelatin) yang memfiksasi emulsi melekat pada bahan dasar Lapisan pelindung (protective layer) yang berfungsi melindungi emulsi dari kerusakan mekanis Emulsi kristal AgBr
- Screen film (film ekstraoral) Jenis film ini pada saat penggunaanya dikombinasikan dengan intensifying screens pada cassette. Keuntungannya adalah digunakan tingkat eksposur yang pendek dari sinar-X, sehingga dosis radiasi yang diberikan ke pasien menjadi rendah. Namun, kualitas gambar yang dihasilkan rendah jika dibandingkan dengan non-screen film. Ukuran screen film, terdiri dari: a. 15 cm x 30 cm (panoramik) b. 24 cm x 30 cm (cephalometry) c. 13 cm x 15 cm (carpal bone) Bagian-bagian screen film sebenarnya sama dengan bagian non-screen film, tapi screen film memiliki: a. Emulsi AgBr pada film ini lebih sensitif terhadap cahaya biasa daripada sinar-X b. Terdapat beberapa emulsi yang produksinya sensitif terhadap cahaya biru, cahaya hijau, dan cahaya merah. Standard emulsi AgBr (sensitif terhadap cahaya biru) Modifikasi emulsi AgBr dengan ultraviolet sensitizer (sensitif terhadap cahaya ultraviolet) Emulsi orthochromatic (sensitif terhadap cahaya hijau) Emulsi panchromatic (sensitif terhadap cahaya merah) Tingkat sensitifitas ini tergantung dari jenis intensifying screen yang digunakan. Cara menyimpan film yang ideal, yaitu: - Disimpan dalam lemari pendingin dalam keadaan kering - Ditempatkan jauh dari bahan-bahan radiasi yang dapat mengionisasi - Ditempatkan jauh dari bahan kimia, termasuk mercury - Ditempatkan pada kotak untuk mencegah terjadinya tekanan pada film
4. Intensifying screen Intensifying screen terdiri dari garam anorganik atau fosfor yang dapat berflurosensi. Komponen intensifying screen terdiri dari:
Sinar-X yang mengenai intensifying screen akan berubah menjadi foton cahaya yang kemudian akan mengionisasi emulsi AgBr.
5. Cassette
A. Oblique lateral cassette. B. Intraoral occlusal cassette. C. Flat panoramic cassette. D. Skull cassette. E. Curved panoramic cassette
Intensifying screen dan film ditempatkan dalam sebuah cassette. Di dalam cassette, intensifying screen dan film menempel satu dengan yang lainnya. Intensifying screen ditempatkan pada sisi depan dan belakang film.
film
6. Grid Alat yang digunakan untuk menghilangkan atau mengurangi radiasi hambur yang dapat menyebabkan kabut pada hasil radiografis atau membuat kontras gambar menjadi berkurang.
7. Listrik - Pesawat sinar-X intraoral dengan kondisi sinar-X 65kV dan 10 mA memerlukan tenaga listrik 0,9 kVA - Pesawat sinar-X ekstraoral dengan kondisi sinar-X 90kV dan 10 mA memerlukan tenaga listrik 1,85 kVA
8. Kamar Gelap Syarat-syarat kamar gelap, yaitu: - Luas kamar minimal 2,5 m x 2,5 m - Tertutup rapat (kedap cahaya) - Sistem ventilasi yang baik - Sistem pencucian yang baik - Dinding berwarna gelap - Diusahakan agar lokasinya sedekat mungkin dengan lokasi pemotretan
Kamar gelap sebaiknya dilengkapi dengan: - Meja basah yaitu tempat pencucian film dan terdapat beberapa tangki dengan urutan developer-air-fixer-air (mengalir). - Meja kering yaitu tempat mengeluarkan film dari pembungkusnya. - Safe lamp yaitu lampu yang membantu penglihatan operator dalam kamar gelap pada waktu pencucian dan ditempatkan 90 cm di atas meja kerja - Alat pengukur waktu yang digunakan untuk mengukur waktu pada waktu pencucian - Lemari untuk menyimpan film yang belum digunakan dan perlengkapan lainnya - Exhouser (pengaturan sirkulasi udara) yang berfungsi untuk mengatur sirkulasi udara dalam kamar gelap - Instalasi air dan sirkulasi yang baik, karena proses pencucian sangat membutuhkan air. - Lampu di atas kamar gelap agar setiap orang yang hendak masuk ke kamar gelap mengetahui sedang berlangsung atau tidaknya proses pencucian - Cassete Hatch (jendela khusus) yaitu tempat memasukkan dan mengeluarkan film yang akan diproses di kamar gelap - Film marker (patient name printer) yaitu alat untuk memberi identitas pada film. Alat ini diletakkan di atas meja kering.
Prosedur pencucian film secara manual: - Paket film yang telah diekspos dibuka, kemudian film dijepit dengan menggunakan hanger. - Film diberi imersi DEVELOPER beberapa kali untuk menghilangkan gelembung udara dan dibiarkan selama 5 menit pda suhu 20C - Sisa-sisa zat developer dibilas dengan air selama 10 detik - Selanjutnya film diberi imersi FIXER selama 8-10 menit - Kemudian, film dicuci dengan air selama 10-20 menit - Film selanjutnya dikeringkan dengan cara digantung di udara bebas.
9. Film Holder Adalah alat yang digunakan pada pemotretan intraoral teknik periapikal proyeksi paralel.
A. Hawe-Neos Superbite posterior holder, B. Hawe-Neos Superbite anterior holder, C. Rinn XCP posterior holder, D. Rinn XCP anterior holder.
10. Dryer (pengering) Alat yang digunakan untuk mengeringkan film setelah proses pencucian. Alat pengering terdiri dari dua macam, yaitu: - Konvensional, yaitu menggunakan dryer dan digantung di udara bebas - Menggunakan alat pengering otomatis
11. Viewer atau Light Cast Alat untuk melihat hasil foto radiografis yang telah selesai diproses. Sebaiknya alat ini ditempatkan di dekat atau di dalam kamar gelap.
12. Hanger atau Clia Alat untuk menjepit film pada waktu pengeringan. Ukuran dari hanger ini bervariasi tergantung ukuran film yang digunakan.
13. Personel monitoring - Film Badge
Alat yang dapat mengukur jumlah radiasi yang diterima oleh operator. Film badge terdiri dari frame plastik berwarna biru yang didalamnya terdapat berbagai macam logam filter dan film radiografi yang bereaksi terhadap radiasi. Film badge ini dipasang dipermukaan luar baju.
Keuntungan penggunaan film badge, antara lain: a. Memberikan catatan tentang banyaknya radiasi yang diterima b. Dapat diperiksa dengan mudah c. Dapat mengukur jenis dan jumlah energi radiasi d. Relatif murah Kerugian penggunaan film badge, yaitu: a. Badge film mudah kehilangan kemampuan filternya b. Dapat saja terjadi kesalahan prosedur
- Ionization chamber dan Charger Reader Ionization chamber berbentuk pocket dose meter yang dikenakan operator dapat menampung ion-ion. Bila disinari sinar-X, jumlah listrik yang dihasilkan oleh ion-ion yang tertampung dibaca pada charge reader.
Keuntungan ionization chamber: a. Alat yang akurat dalam menentukan dosis radiasi b. Hasil pengukuran dapat langsung dibaca
Kerugian ionization chamber, yaitu: a. Tidak dapat mengetahui jenis dari radiasi b. Kurang sensitif terhadap radiasi yang energinya rendah c. Mudah rusak
- Rate meter Alat yang cara kerjanya sama dengan ionization chamber. Alat ini dapat membaca jumlah radiasi per menit atau per jam.
- Thermoluminescent dosemeters (TLDs)
Alat ini terdiri dari material lithium fluoride (LiF) yang dapat mengabsorbsi radiasi dan melepaskan energi tersebut dalam bentuk cahaya. Intensitas cahaya yang dihasilkan tergantung dari banyaknya radiasi yang diabsorbsi.
Keuntungan TLDs, yaitu: a. Material lithium fluoride dapat dipakai kembali b. Pembacaan hasil pengukuran secara otomatis dan cepat
Kerugian penggunaan TLDs, antara lain: a. Relatif mahal b. Gradien dosis radiasi tidak dapat dideteksi
- Kartu pencatat radiasi dan kartu kesehatan Jumlah radiasi yang diterima oleh operator harus dicatat dalam kartu khusus (kartu pencatat radiasi). Selain itu, kondisi kesehatan juga harus selalu dimonitor terus menerus.
- Proteksi radiasi Macam-macam bahan proteksi radiasi yang dapat dipakai, antara lain: a. Lapisan Pb pada tembok, kaca jendela terbuat dari Pb, apron Pb, sarung tangan Pb, dan penutup gonad yang terbuat dari Pb b. Tembok dari bata atau batako c. Dinding dan lantai dari beton d. Lead portable
BAB III PENUTUP
Pemeriksaan radiografis sering digunakan dalam bidang kedokteran umum dan kedokteran gigi. Pada bidang kedokteran umum, pemeriksaan radiografis biasanya digunakan untuk menentukan kelainan di daerah yang memerlukan pemeriksaan penunjang. Pelaksanaan prosedur pemeriksaan dalam kedokteran gigi ditunjang dengan pemeriksaan radiografis. Pemeriksaan radiografis dapat membantu menegakkan diagnosis suatu penyakit dan membantu menentukan rencana perawatannya. Penggunaan radiografis ini sendiri tidak hanya terfokus pada dokter gigi dalam praktek klinik saja, namun juga memberikan kontribusi dalam bidang pendidikan di tingkat fakultas kedokteran gigi, keperluan forensik, survei kesehatan gigi dan mulut, serta kegiatan riset kedokteran gigi. Untuk menghasilkan gambaran radiografis yang baik, tidak hanya diperlukan penguasaan teknik yang benar tetapi juga harus juga disertai dengan pemahaman sarana radiologi kedokteran gigi. Oleh karena itu, diperlukan operator yang benar-benar berkompeten serta alat-alat yang lengkap. Selain semua sarana tersbut, juga harus diperhatikan upaya proteksi, baik untuk operator maupun pasien terhadap eksposur radiasi yang diterima.
DAFTAR PUSTAKA
Whaites, Eric. 2002. Essentials of Dental Radiography and Radiology. Churchill Livingstone: United Kingdom Mari Membaca Rontgen Rontgen sebagai suatu sarana diagnostik penting untuk kita ketahui, terutama bagi praktisi kesehatan layaknya seorang dokter. Saya jujur saja juga seringkali mengalami kesulitan saat menemui rontgen-rontgen yang hitam putih itu, kebanyakan gambarnya sama dan mirip- mirip. Alhasil yang saya lakukan hanyalah menebak-menebak sambil bingung sendiri (gak pake garuk-garuk kepala ya^^). saya kan juga masih belajar itu tuh alasannya. heheee Tapi, mau tidak mau yah kita mesti berusaha untuk manjadi familiar dengan si mr. rontgen ini, harus bisa githu meski dikit-dikit aja.. Nah, oleh karena disebabkan oleh itulah, saya berusaha menyusun cara sistematik buat membaca rontgen, ringkasnya gini.. PERTAMA Sebelum lebih jauh membaca dan mentelaah suatu foto rontgen, kita harus memastikan terlebih dahulu kelengkapan IDENTITAS foto rontgennya. Nama, umur, jenis kelamin, nomor foto, tanggal foto dan klinisnya. Harus dipastikan supaya tidak tertukar. Setelah lengkap dan jelas barulah kita memusingkan kepala kita dengan menerawang lalu membacanya. okeh ! KEDUA tapi.. sebelum kita baca (lagi-lagi) pastikan dulu, foto tersebut LAYAK BACA atau tidak. Beberapa foto dengan kualitas yang tidak baik sebaiknya tidak kita baca untuk menghindari misinterpretasi. Seperti misalnya, foto yang terlalu keras, yang terpotong, posisinya tidak baik, inspirasi kurang (inspirasi cukup jika costa 6 memotong hemidiafragma di tengah) dll. Untuk menghindari kesalahan pembacaan, kita bisa minta ulang fotonya. KETIGA Mari Membaca. Untuk tulisan ini, kita fokuskan pada foto rontgen thorak saja Tentukan posisi foto terlebih dahulu. Yang penting pada foto thorak adalah apakah posisi pengambilan foto adalah AnteroPosterior (AP) atau PosteroAnterior (PA). Karena posisi foto akan sangat mempengaruhi pembacaannya. Foto AP berarti sinar X berasal dari bagian depan tubuh dan film berada di belakang. Sementara foto PA berarti sinar X ada di belakang dan film berada di bagian depan tubuh. Hal ini penting, karena semakin jauh letak organ dari film maka gambaran foto yang didapat akan termagnifikasi (diperbesar) sehingga tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya. So yang lebih mendekati keadaan organ yang sebenarnya adalah foto PA (jika kita menilai jantung dan paru, karena lebih dekat ke film). Nah, bagaimana membedakan foto AP atau PA? Pada foto AP clavicula akan tampak mendatar, scapula berada di dalam lapangan paru, dan yang tampak depan adalah costae anterior. Sedangkan pada foto PA yang tampak depan adalah costae posterior, clavicula menjungkit, dan scapula berada di luar lapangan paru. Selanjutnya. KEEMPAT Untuk membaca foto rontgen prinsipnya adalah membandingkan keadaan kiri dan kanan, jadi jika kita melihat suatu keadaan di bagian kanan maka bandingkan dengan bagian kirinya. Selanjutnya untuk pembacaan dapat dilakukan dari dalam ke luar atau dari luar ke dalam (saya sih lebih suka dari luar ke dalam ><). Tulisan ini dari pembacaan dibuat luar ke dalam yah,,, Pertama perhatikan soft tissuenya terlebih dahulu, apakah terdapat soft tissue swelling atau tidak. Soft tissue swelling bisa terjadi misalnya pada trauma, tumor, dll. Kemudian nilai tulang-tulang, intak atau tidak. Apakah ada kelainan, fraktur, destruksi, dan lainnya. Fraktur bisa kita lihat dari putusnya kontinuitas jaringan tulang. Dari gambaran rontgen ini dapat pula kita nilai jenis frakturnya. Destruksi bisa terjadi misal akibat metastasis tumor ganas ke tulang sehingga tulang menjadi tidak utuh bahkan bisa hilang. Gambaran metastasis yang ada dapat berupa gambaran radiolusen (hitam) atau radioopaque (putih) yang abnormal pada gambaran tulang. Kelainan, misalnya lordosis, kifosis, atau scoliosis pada vertebrae yang juga bisa kita nilai lewat foto rontgen. Mediastinum dinilai normal atau tidak, apakah terdapat pembesaran atau tidak. Misal, adanya tumor pada mediastinum akan menampakkan gambaran mediastinum yang melebar atau tampak adanya massa pada mediastinum. Trakea juga dapat kita nilai. Trakea yang normalnya berada di tengah, bisa mengalami pergeseran akibat desakan atau proses-proses lain. Pleura, bagaimana sudut costofrenikusnya, lancip atau tumpul, normalnya lancip. Sudut costofrenikus yang tumpul dapat menandakan suatu efusi pleura. Bisa juga berupa suatu perselubungan atau massa yang belum bisa ditentukan. Sehingga untuk lebih jelasnya kita bisa melihat foto lateralnya. Jelasnya, lokasi sudut costofrenikus lihat di gambar di bawah ini,,,
Sketsa Thorak Normal
Kemudian nilai juga parenkim paru, keadaan hilus, corakan bronkovaskuler, dan apakah terdapat lesi atau tidak. Hilus merupakan tempat keluar masuknya arteri dan vena pulmonalis, bronkus, dan juga saluran limfe. Normalnya diameter hilus sama dengan diameter trakea. Pada foto rontgen, hilus memberikan gambaran yang padat. Untuk corakan bronkovaskuler, normalnya hanya terdapat pada 1/3 lapangan paru dari central pada dewasa, sedangkan pada anak hanya 1/4 dari lapangan paru. Corakan bronkovaskuler yang meningkat dapat menjadi suatu tanda suatu proses perandangan paru misalnya pada bronkitis, pneumonia, dll. Kemudian lesi pada parenkim paru. Terdapat banyak gambaran lesi yang mungkin terjadi. Misal pada Tuberkulosis (TB) bisa terdapat gambaran infiltrat, fibrotik, kavitas, dan lain-lain. Proses TB aktif ditandai dengan adanya lesi kavitas atau infiltat. Sementara bekas TB lama atau yang sudah tidak aktif lagi bisa tampak gambaran fibrotik berupa garis-garis radioopaque dengan batas yang tegas. Bisa juga tampak gambaran metastasis pada parenkim paru dengan adanya bentukan-bentukan lesi yang noduler, milier, koin, cannon ball, dll (masalah lesi pada parenkim paru buanyakkk sangat,,, lengkapnya silahkan browsing lebih lanjut, okeh ! ) Selanjutnya jantung, nilai besar dan ukurannya, normal atau tidak. Ukuran bisa kita nilai dengan menghitung CTR (Cardio Thoracic Ratio), normalnya pada orang dewasa adalah 48%-50%, sedangkan pada anak-anak sebesar 52%-53%. Cara menghitungnya adalah a + b : c. Jelasnya lihat gambar
CTR
Selanjtnya, diafragma, apakah terdapat elevasi, bagaimana bentuknya, dan permukaannya licin atau tidak. Diaframga letak tinggi misalnya bisa disebabkan oleh desakan massa dari bawah, paralisis m. diafragmatika atau lumpuhnya n. phrenicus
Hufffff sekian dulu,, chit-chat kita mengenai baca-baca rontgen ya mungkin lain kali disambung lagi (cieee hahaaa :D ),, semoga bermanfaat ^^V STANDAR OPERATIONAL PROSEDURE (SOP)
Standar Operational Procedure adalah cara kerja / operasional dari suatu aktivitas tertentu yang di tetapkan secara formal ( tertulis ) dan legal ( disah pejabat yang berwenang ). Standar Operational Procedure berfungsi untuk mempertahankan hasil kerja dengan kualitas yang dikehendaki dan dapat dilakukan pula oleh orang lain.
Untuk dapat di pertanggungjawabkan, sesuatu kegiatan yang dilakukan oleh suatu bagian atau personil dari suatu bagian atau personil dari suatu perusahaan haruslah mengikuti suatu pokok aturan aturan prosedur yang telah ditetapkan.
Prosedur-prosedur tersebut atau yang dikenal dengan Standar Operational Procedure baru dapat ditetapkan setelah mengalami beberapa pertimbangan anatar lain :
1. Prosedur itu merupakan hasil analisa kegiatan yang menghasilkan keluaran dengan kualitas yang optimal. 2. Prosedur itu tidak menyimpang dari kegiatan yang telah dilakukan. 3. Prosedur itu tidak berbelit, kompleks sehingga membingungkan penerima tanggung jawab. 4. Prosedur itu haruslah dimengerti oleh bagian-bagian yang berhubungan dengan kegiatan itu, dan ditetapkan secara formal dan legal. 5. Prosedur itu tidak menyimpang dari hukum yang berlaku. 6. Prosedur itu tidak menyimpang dari hukum yang berlaku.
Dalam kegiatan pelayanan sehari-hari prosedur operasi standar sudah menjadi hal yang biasa, Standar Operational Procedure berisikan hal-hal sebagai berikut : Sasaran dari kegiatan tersebut Pedoman umum Petunjuk pelaksanaan Form-form yang digunakan Contoh penggunaan
Standar Operational Procedure yang selalu up to date akan menciptakan keteraturan pelaksanaan kegiatan dimanapun kegiatan tersebut dilakukan. Pola yang teratur ini selaian akan menaikkan kualitas hasil kegiatan pelayanan juga akan meningkatkan moral petugas untuk melaksanaan setiap kegiatan secara bersungguh-sungguh.
Dengan demikian Standar Operational Procedure merupakan suatu keharusan yang perlu dimiliki oleh setiap instansi pengelola radiasi, karena tidak saja akan meningkatkan kualitas pengelolaan radiasi tetapi juga akan meningkatkan manfaat radiasi iru sendiri guna kebutuhan kesehatan masyarakat juga akan meningkatkan derajat keselamatan dan kesehatan pekerja yang mengelola radiasi serta lingkungan dimana sumber radiasi itu manfaatkan.
Pengelolaan radiasi yang diselenggarakan untuk pelayanan kesehatan, sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku harus tersedia berbagai Standar Operasional Prosedur mulai dari awal pengelolaan radiasi sampai akhir pengelolaan radiasi, termasuk standar prosedur operasional pengelolaan zat atau sumber radiasi yang sudah tidak digunakan lagi.
Adapun Standar Operasional yang minimal harus tersedia dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan adalah :
1. Standar Prosedur Operasional Pemanfaatan Radiasi.
Setiap pengelola yang menyelenggarakan pelayanan radiasi harus mempunyai izin operasional pemanfatan radiasi yang diterbitkan oleh Badan Pengawas Tenaga Nukiir ( BAPETEN ), yang akan diterbitkan apabila semua persyaratan pemanfaatan radiasi telah terpenuhi diantaranya adalah :
a. Adanya hasil Survey radiasi yang diukur oleh Petugas Proteksi Radiasi yang berlisensi dan menyatakan bahwa pesawat dan atau sumber radiasi laik pakai dan aman untuk dioperasikan dengan ketentuan sebagaiberikut : 1. Radiasi bocor tabung tidak lebih dari 100 m R / Jam pada jarak 1 m dari fokus 2. Tersedianya lampu luas lapangan penyinaran dan diafragma yang berfungsi dengan baik 3. tingkat paparan radiasi di daerah-daerah yang diperkirakan akan selalu ditempati oleh pekerja radiasi dan atau masyarakat menunjukan tingkat paparan radiasi yang aman. 4. Tersedianya tanda bahaya radiasi berupa lampu merah yang akan menyala secara otomatis apabila pesawat radiasi dan atau sumber ladiasi lainnya dioperasikan. 5. Tersedinya tanda-tanda adanya bahaya radiasi yang dapat dilihat dengan jelas b. Tersedianya tenaga pekerja radiasi pengelola radiasi dengan kualifikasi yang telah ditetapkan sesuai dengan Permenkes 366 Tahun 1997 yaitu : Dokter Spesialis Radiologi, Radiografer, Fisika Medik dan Petugas Proteksi Radiasi yang berlisensi ( disesuaikan dengan Kalsifikasi Type Rumah Sakit )
c. Tersedianya fasilitas peralatan Proteksi radiasi dalam jumlah dan fungsi yang cukup memadai ( Apron dengan kesetaraan Pb 0.25 dan 0.5 mm , Gloves, kaca mata Pb yang semuanya mempunyai ketebalan setara dengan 0.25 mm Pb ) termasuk didalamnya luas ruangan radiasi dan tebal dinding sesuai dengan standar serta tersedianya alat monitoring perorangan yang dikelola dengan baik dan benar yang ditandai dengan adanya catatan dosis setiap pekerja radiasi untuk setiap bulannya dan dilengkapi dengan catatan medik pekerja radiasi.
d. Tersedianya dokumen-dokumen penyerta peralatan radiologi yang tersimpan dengan baik sehingga bila sewaktu-waktu diperlukan dapat dengan mudah diperoleh
e. Tersedianya prosedur kerja dengan radiasi yang sudah diuji coba sehingga diyakinkan efektif dan efesien dan dapat dikembangkan sebagaimana mestinya apabila diperlukan
2. Standar Pelayanan Radiologi.
Standar 1. Falsafah dan Tujuan
Bagian Radiologi di Rumah Sakit memberikan pelayanan radiodaignostik dan pelayanan radioterapi sebaik-baiknya kepada penderitta yang membutuhkan.
Kriteria
1.1. Pelayanan radiologi disesuaikan dengan pengembangan dan tujuan dari rumah sakit secara keseluruhan. Pengertian : a. Pelayanan radiologi adalah pelayanan kesehatan yang menggunakan energi pengion dan energi bukan pengion (non-pengion) baik dalam bidang diagnostik maupun dalam bidang terapi. b. Memberikan pelayanan rutin, khusus dan gawat darurat. c. Membicarakan dengan staf mengenai pengertian diagnostik foto dan pemeriksaan imejing lainnya (USG, CT, Nuklir dan lain-lain) serta tindakan radioterapi. d. Bersikap profesional sesuai dengan etik profesi. e. Membantu menetapkan dan menjaga pelayanan dengan mutu tinggi melalui analisa, tinjauan dan evaluasi dari gambaran klinik yang ada di rumah sakit. f. Melakukan riset dan percobaan baru setelah evaluasi. g. Memberikan informasi tentang tingkat paparan radiasi yang aman bagi pekerja dan masyarakat di tempat-tempat yang mudah dibaca.
1.2. Pelayanan radiologi khusus dan rutin yang diselenggarakan tergantung dari tingkatan kelas rumah sakit dan kemampuan dari rumah sakit.
1.3. Jika pimpinan rumah sakit akan mengambil keputusan yang berkaitan dengan fungsi dan peranan radiologi harus diminta terlebih dahulu pendapat dan sasaran dari staf radiologi.
Pengertian Bentuk dari partisipasi yang dimintakan : a. Partisipasi dalam mengevaluasi pelayanan rumah sakit. b. Memelihara komunikasi dengan administrator dan staf medis rumah sakit serta mengikuti pertemuan-pertemuan tim medis rumah sakit antar bagian/unit dan bagian lain di luar rumah sakit yang ada hubungannya dengan kesehatan. c. Menghadiri dan berpartisipasi dalam pertemuan berkala dan pertemuan antar bagian/unit dan badan di luar rumah sakit.
Standar 2. Administrasi dan Pengelolaan
Bagian radiologi yang harus mempunyai bagan organisasi dan uraian tugas yang jelas bagi semua klasifikasi pegawai yang ada.
Kriteria
2.1. bagan organisasi akan memperhatikan jalur komunikasi dan garis komando dalam bagian radiologi anatara bidang administrasi, dokter radiologi dan kepala bagian radiologi dan juga hubungan dengan bagian lain terutama bagian yang sering meminta bantuan pelayanan radiologi. 2.2. Harus ada uraian tugas tertulis dari tiap-tiap jabatan struktural dan fungsional yang ada di bagian radiologi. Uraian tugas ini ditetapkan berdasarkan : a. kualifikasi dari posisi yang diperlukan, b. garis wewenang, c. fungsi dan tanggung jawab, d. penilaian atas tingkah laku dari tiap anggota staf. 2.3. Struktur organisasi dan uraian tugas akan ditinjau paling tidak tiap tiga tahun sekali dan kalu diperlukan dapat dilakukan perubahan. Pengertian :
Perubahan yang dilakukan didasarkan atas: a. adanya jabatan baru, b. perubahan jabatan baru, c. adanya sasaran baru.
2.4. Laporan hasil pemeriksaan radiodiagnostik dicatat direkam medis pasien dalam waktu 24 jam setelah interpretasi foto, sedang salinannya harus ada di bagian radiologi. Ahli radiologi akan memberitahu secepatnya kepada dokter yang mengirim pasien untuk pemeriksaan radiologi apabila ditemukan hal-hal serius. 2.5. Semua foto dan rekaman imejing lainnya yang sudah dibaca, akan disimpan di rumah sakit paling tidak untuk jangka waktu 3 5 tahun, ini diperlukan bila pasien diperiksa ulang. 2.6. Catatan dari film X-ray, film USG, kedokteran Nuklir, CT-scan, MRI dan lain-lain dibutuhkan untuk pendidikan baik bagi mahasiswa fakultas kedokteran maupun untuk residen dan pendidikan lainnya yang membutuhkan. 2.7. Statistik yang akurat diperlukan untuk tiap jenis pemeriksaan radiologi.
Standar 3. Staf dan Pimpinan
Bagian radiologi dipimpin oleh seorang dokter spesialis radiologi dan dibantu oleh staf yang dianggap mampu sehingga tujuan dan pelayanan bisa tercapai.
Kriteria 3.1. Kepala bagian radiologi bisa seorang tenaga purna waktu atau paruh waktu tergantung kemampuan dari bagian. 3.2 Dokter spesialis radiologi dan radiografer harus siap bila dibutuhkan. 3.4 Tanggung jawab seluruh hasil pemeriksaan radiologi imejing dimengerti oleh dokter spesialis radiologi dan dokter pengirim (merujuk). 3.5. Staf bagian radiologi imejing selain dokter spesialis juga radiografer, perawat, tata usaha, staf administrasi yang jumlahnya sesuai dengan kegiatan yang ada. 3.6. Pertemuan reguler staf diadakan untuk menjamin adanya komunikasi yang baik diantara staf bagian maupun dengan bagian lain dalam rumah sakit.
Standar 4. Fasilitas dan Peralatan
Ruangan peralatan radiologi imejing mempunyai luas yang cukup dan nyaman agar seluruh pelayanan yang diberikan aman, baik bagi petugas maupun pasien serta linggkungan.
Kriteria
4.1. Pengamanan radiasi harus harus diperhatikan secara seksama oleh kepala bagian. Pengertian : Tindakan pengamanan selain terhadap bahaya radiasi juga terhadap listrik, mekanik, api dan bahan-bahan mudah meledak. Apabila kepala bagian tidak ada maka orang yang bertanggung jawab adalah orang yang ditunjuk oleh kepala bagian. 4.2. Tenaga yang dijalankan peralatan radiologi imejing yang menggunakan sinar- sinar pengion harus menggunakan alat monitoring dan secara periodik diperiksa di laboratorium yang hasilnya dilaporkan kepada kepala bagian secara berkesinambungan. 4.3. Tindakan terhadap pengamanan ditujukan untuk melindungi pasien, staf dan tenaga lain yang bekerja pada peralatan radiologi. 4.4. Untuk pengamanan ruang peralatan radiologi yang menggunakan sinar-sinar pengion dinilai oleh radiasi. Program perbaikan peralatan direncanakan untuk jangka waktu sepuluh tahun. 4.5. Untuk flouroskopi harus mempunya image intensifier
Standar 5. Kebijakan dan Prosedur
Agar pelayanan terhadap pasien bisa optimal maka perlu ada prosedur tertulis yang didasarkan pada pengetahuan dalam bidang radiologi imejing.
Kriteria.
5.1. Kebijakan dan prosedur tata kerja di bagian radiologi imejing harus tertulis. Pengertian : Kebijakan dan prosedur dalam pernyataan ini adalah : a. pemeriksaan radiologi imejing dilakukan hanya berdasrkan permintaan dari dokter. Dalam surat permintaan tersebut dicantumkan keadaan klinik dan pemeriksaan fisik dari pasien. b. Tanggung jawab dari hasil pemeriksaan radiologi imejing adalah dokter spesialis radiologi. c. Semua foto seharusnya dibaca oleh seorang dokter spesialis radiologi atau bukan spelialis radiologi yang sudah mendapat penataran dalam bidang radiologi. d. Prosedur/tata kerja radiologi juga meliputi jadwal pemeriksaan radiologi yang dilakukan di luar ruang/unit radiologi termasuk penyuntikan kontars oleh paramedis dan perawat pasien sakit berat. Harus ada prosedur tertulis mengenai penanggulangan terhadap pasien syok akibat kontras media. 5.2. Buku penuntun prosedur dalam bidang pelayanan radiologi diberikan kepada semua dokter. 5.3. Penuntun prosedur teknik dan pemeliharaan rutin diberikan kepada radiografer. 5.4. Penuntun prosedur administratif diketahui oleh semua staf. 5.5. Kebijakan dan prosedur akan dikembangkan oleh staf radiologi imejing dan komite pengamanan radiasi, bekerja sama dengan profesi lain terkait. 5.6. Kebijakan dan prosedur ini akan ditinjau paling tidak dalam tiga tahun 5.7. Staf harus menjalankan kebijakan dan prosedur ini dan mengikuti semua kegiatan yang ada.
Standar 6. Pengembangan Staf dan Program Pendidikan.
Program pendidikan diberikan kepada semua staf bagian radiologi
Kriteria
6.1. Staf yang profesional akan didorong untuk aktif dalam menghadiri kursus-kursus post graduate yang diadakan oleh organisasi profesional atau universitas. 6.2. Dalam program pendidikan berkelanjutan bila ada perkembangan baru dalam bidang radiologi imejing diinformasikan kepada semua staf. Pengertian : Hal-hal yang menyangkut program pendidikan berkelanjutan ini adalah sebagai berikut : a. program dan pelatihan dasar, b. menentukan literatur yang harus dibaca c. menghadiri konfrensi dan pertemuan-pertemuan ilmiah, d. diskusi dan evaluasi mengenai pelayanan. 6.3. Instruksi pengamanan terhadap bahaya ditujukan untuk melindungi paisen, staf dan semua tenaga yang bekerja dengan peralatan yang berbahaya. 6.4. tersedianya perpustakaan.
Standar 7. Evaluasi dan Pengendalian Mutu
Prosedur evaluasi akan menilai profesionalisme dalam pelayanan radiologi imejing dan pengalaman etika profesi setiap staf. Mekanisme dari prosedur ini dengan mengumpulkan data-data evaluasi agar cara bekerja di bagian radiologi imejing lebih efektif dari pelayanan lebih ditingkatkan agar tujuan bisa tercapai.k Kriteria :
7.1. Kriteria ini digunakan untuk menilai penampilan staf oleh kepala bagian setelah dilakukan konsultasi kepada setiap staf. 7.2. Penilaian penampilan kerja staf berdasarkan data atau fakta yang dikumpulkan dalam menjalankan tugasnya. 7.3. Seluruh staf mengikuti evaluasi dan ikut merencanakan kegiatan, mengatasi tiap hal yang tidak efisien. A.Pendahuluan Instalasi Radiologi adalah salah satu instalasi penunjang medis di suatu rumah sakit. Keberadaan instalasi radiologi ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam membantu menegakkan diagnosa. Selain ketersediaan prasarana dan peralatan penunjang diagnostik yang memadai, tata letak ruangan di instalasi radiologi merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan demi kelancaran dan efektifnya suatu pelayanan. Dalam perencanaan dan pengembangan tata ruang instalasi radiologi di suatu rumah sakit, biasanya kedua hal tersebut , proses pengerjaannya dilakukan oleh seorang arsitek yang telah ditunjuk oleh pihak rumah sakit. Karena seorang arsitek tidak memiliki latar belakang ilmu radiologi, kadang-kadang hasil pengerjaan dari tata letak ruangan tersebut belum sesuai dengan standar ruang radiologi yang kita inginkan., misalnya tata letak ruang kamar gelap yang terlalu jauh dari kamar pemeriksaan, lebar pintu kamar pemeriksaan yang terlalu sempit, penempatan wastafel yang tidak sesuai, dsb. Memang dalam proses perencanaan dan pengembangan tata letak ruangan di instalasi radiologi, pihak manajemen rumah sakit biasanya meminta saran kepada kita tentang tata letak ruangan yang sesuai dengan standar ruang radiologi. Namun jika kita dapat mempresentasikan dengan lebih detail disertai gambaran 3D tentang tata letak ruangan di instalasi radiologi seperti penempatan meja pemeriksaan, meja control, dan assesoris ruangan lainnya, tentu ini akan lebih memudahkan kita dalam mengkomunikasikan hal tersebut pada pihak manajemen rumah sakit, sehingga ketidaksesuaian pada hasil akhir pengerjaan pengembangan di instalasi radiologi dapat diatasi. Aplikasi program Home Designer Suite 6.0 adalah aplikasi program yang dikembangkan oleh perusahaan Broderband Amerika Serikat. Aplikasi program ini secara khusus didesain menganut teknologi virtual building yang dengan cepat membantu mewujudkan ide desain kita kedalam bentuk 3D. Keunggulan nyata dari perangkat lunak ini adalah selain kemampuan membuat gambar kerja (technical drawing) 2D untuk pedoman pelaksanaan pekerjaan lapangan, Aplikasi program ini juga dapat mencitrakan gambar perspektif virtual 3D berdasarkan gambar kerja yang telah kita buat. Dalam perkembangannya aplikasi program ini dapat dipergunakan untuk perencanaan desain interior seperti tata letak ruangan, maupun desain eksterior seperti perencanaan taman bermain. Aplikasi program ini memiliki dua fungsi utama yaitu merencanakan sebuah desain bangunan berdasarkan denah atau gambar kerja 2D, dan fungsi pengembangan berdasarkan tata letak sebuah bangunan yang sudah ada, misalnya desain rumah tumbuh, merubah tata ruang interior, dll. Dalam makalah ini penulis akan lebih banyak membahas fungsi Aplikasi Home Designer Suite 6.0 untuk pengembangan tata ruang interior di instalasi radiologi. B. Persiapan Manual Sebelum kita menginjak pada pembahasan Aplikasi Program Home Designer Suite 6.0 untuk pengembangan tata letak ruangan di Instalasi Radiologi, ada beberapa persiapan manual yang perlu kita lakukan yaitu : 1. Mempersiapkan denah ruang instalasi radiologi. 2. Mengukur dimensi peralatan-peralatan radiologi, furniture, dan assesoris ruangan 3. Menentukan jarak peralatan-peralatan radiologi, furniture, dan assesoris terhadap letak bangunan atau ruang radiologi. 4. Memindahkan semua data manual yang sudah kita dapatkan menjadi sebuah gambar kerja.
C. Spesifikasi Komputer yang diperlukan Pembahasan berikut akan memberikan gambaran pada kita tentang persyaratan spesifikasi hardware (perangkat keras komputer) dan sistim operasi yang harus dipenuhi untuk menjalankan Aplikasi Program Home Designer Suite 6.0. Adapun spesifikasi komputer yang diperlukan adalah sebagai berikut : 1. Sistem operasi yang diperlukan adalah Microsoft Windows XP Professional. 2. Processor Intel Pentiun 4 dengen kecepatan prossesor minimal 2 Ghz. 3. RAM (memory) sebesar 512 megabyte. 4. Ruang kosong hard disk sebesar 500 megabyte. 5. Resolusi monitor 1024 x 768 pixel. 6. VGA Card atau kartu grafis dengan memory 64 megabyte. 7. CD-ROM atau DVD-ROM Drives untuk proses instalasi program.
Beberapa kegunaan Aplikasi Home Designer Suite 6.0 Setelah penulis mendalami Aplikasi Home Designer Suite 6.0, ada beberapa kelebihan dari aplikasi tersebut dalam perencanaan dan pengembangan tata letak ruangan di instalasi radiologi, diantaranya : 1. Jika Instalasi Radiologi suatu rumah sakit mendapatkan penawaran peralatan baru oleh suatu supplier peralatan x-ray disertai brosur dan dimensi peralatan x-ray yang ditawarkan, aplikasi program Home Designer Suite 6.0 dapat membantu dalam pemilihan ukuran pesawat x-ray yang sesuai dengan ruangan yang tersedia. 2. Aplikasi program Home Designer Suite 6.0 dapat mencitrakan tampilan 3D perencanaan tata letak ruangan baru di Instalasi Radiologi secara detail, hingga tata letak, maupun ukuran furniture, dan assesoris yang sesuai dengan ruangan yang akan dibangun. 3. Aplikasi program Home Designer Suite 6.0 memudahkan kita dalam mengkomunikasikan perencanaan dan pengembangan tata letak ruangan di instalasi radiologi pada pihak managemen rumah sakit 4. Aplikasi program Home Designer Suite 6.0 membantu kita dalam perencanaan penempatan asessoris baru pada ruangan di instalasi radiologi, contoh : penempatan meja emergency pada pemerikaan kontras, penempatan alat Computer Radiography baru, dsb 5. Tampilan gambar kerja dan tampilan virtual 3D dari Aplikasi program Home Designer Suite 6.0 dapat diolah oleh aplikasi program designer lainnya seperti Adobe Photoshop,Coreldraw dan Google Sketchup.
Sudah sering kita mendengar istilah "kompeten" dan "kompetensi". Lalu apa maksud dari kedua kata itu? Kompeten adalah ketrampilan yang diperlukan seseorang yang ditunjukkan oleh kemampuannya untuk dengan konsisten memberikan tingkat kinerja yang memadai atau tinggi dalam suatu fungsi pekerjaan spesifik. Sedangkan kompetensi adalah apa yang seorang mampu kerjakan untuk mencapai hasil yang diinginkan dari satu pekerjaan. Kinerja atau hasil yang diinginkan dicapai dengan perilaku ditempat kerja yang didasarkan pada pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap (attitude) dan sifat-sifat pribadi lainnya.
Secara umum, kompetensi sendiri dapat dipahami sebagai sebuah kombinasi antara ketrampilan (skill), atribut personal, dan pengetahuan (knowledge) yang tercermin melalui perilaku kinerja (job behavior) yang dapat diamati, diukur dan dievaluasi.
Yang dimaksud dengan kompetensi adalah : seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu. Kompetensi profesional didapatkan melalui pendidikan, pelatihan dan pemagangan dalam periode yang lama dan cukup sulit, pembelajarannya dirancang cermat dan dilaksanakan secara ketat, dan diakhiri dengan ujian sertifikasi (Keputusan Mendiknas Nomor 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi).
Standar Kompetensi Standar Kompetensi adalah pernyataan yang menguraikan keterampilan dan pengetahuan yang harus dilakukan saat bekerja serta penerapannya, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh tempat kerja (industri).
Dimensi Kompetensi 1. Mampu melakukan tugas per tugas (task skills). Contoh : Mampu melakukan pengambilan sampel dan memindahkan biakan secara aseptik. 2. Mampu mengelola sejumlah tugas yang berbeda dalam melaksanakan pekerjaan (task management skills). Contoh : Mampu melakukan pengambilan sampel dan memindahkan biakan secara aseptik. 3. Mampu menanggapi kelainan dan kerusakan dalam pekerjaan sehari-hari (contingency management skills). Contoh : Sedang memindahkan biakan, gas habis. Menggunakan lampu spiritus untuk sterilisasi ose. 4. Mampu mengahadapi tanggung jawab dan harapan dari lingkungan kerja termasuk bekerjasama dengan orang lain (Job role Environment Skills). Contoh : Biakan tumpah, menangani tumpahan (didisinfeksi) sehingga tidak membahayakan dirinya dan orang lain / lingkungan. 5. Mampu mentransfer kompetensi yang dimiliki dalam setiap situasi yang berbeda /situasi yang baru/ tempat kerja yang baru (transfer skills/adaptation skills). Contoh : Memindahkan biakan bakteri dalam safety cabinet.
Tujuan dan Manfaat Standar Kompetensi 1. Dasar pemberian rekomendasi kewenangan pelayanan bagi tenaga kesehatan. 2. Dasar pelaksanaan uji kompetensi tenaga kesehatan. 3. Jembatan kesenjangan antara kurikulum pendidikan dengan implementasi kewenangan bagi tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan. 4. Pedoman CPD (Continuing Profesional Development) bagi organisasi profesi. 5. Sebagai salah satu alat untuk skrining tenaga kesehatan asing yang akan beri pelayanan kesehatan
Standar Kompetensi Analis Kesehatan 1. Ilmu pengetahuan yang melatarbelakangi dan berkaitan dengan fungsinya di laboratorium kesehatan 2. Kemampuan untuk merancang proses teknik operasional o Dapat merancang alur kerja pengujian/pemeriksaan mulai tahap pra analitik, analitik, sampai dengan paska analitik. o Membuat SOP, Manual Mutu, indikator kinerja dan proses analisis yang akan digunakan. 3. Kemampuan melaksanakan proses teknik operasional. o Melakukan pengambilan spesimen :pengetahuan persiapan pasien o Penilaian terhadap spesimen (memenuhi syarat atau tidak). o Pelabelan, pengawetan, fiksasi, pemrosesan, penyimpanan, pengiriman o Dapat melakukan pemilihan alat, alat bantu, metode, reagent untuk pemeriksaan atau analisa tertentu. o Dapat mengerjakan prosedur laboratorium o Dapat memahami cara kerja dan menggunakan peralatan dalam proses teknis operasional o Mengetahui cara-cara kalibrasi dan cara menguji kelaikan alat o Dapat memelihara alat dan menjaga kinerja alat tetap baik 4. Kemampuan untuk memberikan penilaian (judgement) hasil proses teknik operasioanl. o Mampu menilai layak dan tidak hasil pemeriksaan, pemantapan mutu yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan proses selanjutnya o Mampu menilai proses pemeriksaan atau rangkaian pemeriksaan. Diterima tidaknya suatu hasil atau rangkaian hasil pemeriksaan 5. Kemampuan komunikasi dengan pelanggan atau pemakai jasa, seperti pasien, klinisi, mitra kerja, dll. 6. Mampu mendeteksi secara dini : o munculnya penyimpangan dalam proses operasional o terjadinya kerusakan media, reagent alat yang digunakan atau lingkungan pemeriksaan o mampu menilai validitas (kesahihan) suatu hasil pemeriksaan atau rangkaian hasil pemeriksaan 7. Kemampuan untuk melakukan koreksi atau penyesaian terhadap masalah teknis operasional yang muncul. 8. Kemampuan menjaga keselamatan kerja dan lingkungan kerja 9. Kemampuan administrasi
Tugas Pokok Analis Kesehatan Analis Kesehatan bertugas melaksanakan pelayanan laboratorium kesehatan meliputi bidang hematologi, kimia klinik, mikrobiologi, imunoserologi, patologi anatomi (histology, histopatologi, imunopatologi, histokimia), toksikologi, kimia lingkungan, biologi dan fisika. Di dalam pelayanan laboratorium, Analis Kesehatan melakukan pengujian/analisis terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan bukan berasal dari manusia yang tujuannya adalah menentukan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan dan faktor yang berpengaruh pada kesehatan perorangan atau masyarakat
Peran Analis Kesehatan 1. Pelaksanaan teknis dalam pelayanan laboratorium kesehatan 2. Penyelia teknis operasional laboratorium kesehatan 3. Peneliti dalam bidang laboratorium kesehatan 4. Penyuluh dalam bidang laboratorium kesehatan (Promotion Health Laboratory)
Analis Kesehatan Sebagai Profesi Memberikan pelayanan kepada masyarakat bersifat khusus atau spesialis. Melalui jenjang pendidikan tinggi. Keberadaannya diakui dan diperlukan oleh masyarakat. Mempunyai kewenangan yang sah, peran dan fungsi jelas. Mempunyai kompetensi jelas dan terukur. Memiliki organisasi profesi, kode etik, standar pelayanan, standar praktek, standar pendidikan.
Standar Profesi Analis Kesehatan Profesionalisme : tuntutan profesi sebagai jawaban memenangkan kompetisi GLOBAL Standar mutu : berlaku bagi semua Analis Kesehatan di Indonesia Melindungi pasien/klien & masyarakat dari pelayanan yg tidak profesional Melindungi Analis Kesehatan dari tuntutan klien Penapisan Ahli Laboratorium asing
Kewajiban Analis Kesehatan 1. Mengembangkan prosedur untuk mengambil dan memproses spesimen. 2. Melaksanakan uji analitik terhadap reagen maupun terhadap spesimen, yang berkisar dari yang sederhana sampai dengan yang kompleks. 3. Mengoperasikan dan memelihara peralatan laboratorium dari yang sederhana sampai dengan yang canggih. 4. Mengevaluasi data laboratorium untuk memastikan akurasi dan prosedur pengendalian mutu dan mengembangkan pemecahan masalah yang berkaitan dengan data hasil uji. 5. Mengevaluasi teknik, instrumen dan prosedur baru untuk menentukan manfaat kepraktisannya. 6. Membantu klinisi dalam pemanfaatan yang benar dari data laboratorium untuk memastikan seleksi yang efektif dan efisien terhadap uji laboratorium dalam menginterpretasi hasil uji. 7. Merencanakan, mengatur, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan laboratorium. 8. Membimbing dan membina tenaga kesehatan lain dalam bidang Teknik kelaboratoriuman. 9. Merancang dan melaksanakan penelitian dalam bidang laboratorium kesehatan.
Kemampuan yang Harus Dimiliki Analis Kesehatan 1. Ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan fungsinya di laboratorium kesehatan. 2. Keterampilan dan pengetahuan dalam pengambilan spesimen, termasuk penyiapan pasien (bila diperlukan), labeling, penanganan, pengawetan, atau fiksasi, pemrosesan, penyimpanan dan pengiriman spesimen. 3. Keterampilan dalam melaksanakan prosedur laboratorium. 4. Keterampilan dalam melaksanakan metode pengujian dan pemakaian alat dengan benar. 5. Keterampilan dalam melakukan perawatan dan pemeliharaan alat, kalibrasi dan penanganan masalah yang berkaitan dengan uji yang dilakukan. 6. Keterampilan dalam pembuatan uji kualitas media dan reagen untuk pemeriksaan laboratorium. 7. Pengetahuan untuk melaksanakan kebijakan pengendalian mutu dan prosedur laboratorium. 8. Kewaspadaan terhadap faktor yang mempengaruhi hasil uji. 9. Keterampilan dalam mengakses dan menguji keabsahan hasil uji melalui evaluasi mutu spesimen, sebelum melaporkan hasil uji. 10. Keterampilan dalam menginterpretasi hasil uji. 11. Kemampuan merencanakan kegiatan laboratorium sesuai dengan jenjangnya.