Anda di halaman 1dari 11

1

BAB II
PEMBAHASAN
A. Prioritas Dalam Memilih Literatur
Ada beberapa hal yang harus menjadi prioritas dala memilih literatur. Jenis-
jenis literatur apa saja yang harus dimasukan dalam tinjauan pustaka?
Mempertimbangkan beberapa hal berikut:
1. Jika meneliti topik tertentu, namun belum tahu bagaimana harus
melakukannya, cobalah memulainya dengan mempelajari sintesis-sintesis
umum dari literatus yang ada. Misalnya, mencari ringkasan-ringkasan literatur
yang terkait dengan topik yang sedang dilakukan di beberapa
ensiklopedia(misalnya, Aikin, 1992; Keveves, 1988), atau bisa mencarinya
dalam artikel-artikel jurnal atau abstraksi-abstraksi ilmiah(misalnya, dalam
Anual Review of Psychology, 1950-) .
2. Selanjutnya, beralihlah pada artikel-artikel ilmiah yang diterbitkan oleh jurnal-
jurnal nasional/internasional kenamaan, khususnya jurnal-jurnal yang
menampilkan laporan penelitian. Para penulis seperti ini biasanya mempunyai
rumusan masalah hipotesis penelitian mereka. Dari sini cobalah menjawab
rumusan masalah dan hipotesis tersebut. Ada beberapa jurnal yang dapat
dipelajari dengan yang berhubungan dengan penelitian yang sedang
dikerjakan. Biasanya jurnal yang dipelajari berasal dari jurnal yang dterbitkan
oleh dewan editorial dan para penulis profesional dari belahan Amerika
Serikat dan dunia. Mulailah menulis isu-isu terkini dalam jurnal-jurnal
tersebut dan carilah artikel-artikel penelitian yang terkait dengan topik yang
sedang dilakukan.
3. Setelah artikel, kita bisa mencari buku-buku yang berkaitan dengan topik yang
dibahas. Mulailah dengan penelitian yang merujuk pada penelitian penting.
Kemudian pertimbangkan beberapa buku yang berhubungan dengan satu topik
yang ditulis oleh pengarang atau kelompok pengarang, atau buku-buku yang
berisi bab-bab yang ditulis oleh pengarang yang berbeda-beda.
4. Lanjutkan usaha untuk mencari makalah-makalah seminar. Hadirilah seminar-
seminar nasional, lalu dapatkan makalah-makalah yang disampaikan oleh
penyaji. Jika tidak bisa bisa menggunakkan database. Sebagian besar seminar,
ada yang membutuhkan dan ada pula yang meminta para penyaji untuk
2
mencantumkan maklahnyadalam database-database terkomputerisasi. Dari
database inilah dapat menulis makalah yang relevan. Tanyakan pula apakah
mungkin mereka mempunyai instrumen yang mungkin bisa digunakkan atau
dimodifikasi untuk penelitian.
5. Jika memungkinkan, periksalah entri-entri dalam Disertation Abstracts
(University Microfilms, 1938). Akan tetapi, perlu adanya kehati-hatian karena
setiap disertasi memiliki kualitas yang berbeda-beda, dan perlu selektif dalam
memilih disertasi-disertasi tersebut disertakan dalam tinjauan pustaka.
6. Website juga dapat menyediakan bahan-bahan yang berguna untuk tinjauan
pustaka. Kemudahan mengakses dan kemampuan untuk memposting beragam
artikel membuatnya lebih atraktif serta harus berhati-hati agar memperoleh
artikel yang benar-benar berkualitas. Perhatikanlah apakah artikel-artikel ang
memang mencerminkan penelitian yang digrid, berkualits, dan sistematis,
yang layak dimasukkan ke dalam tinjauan pustaka, atau hanya menampilkan
hal-hal yang kurang berkualitas. Jurnal-jurnal online, di sisi lain, sering kali
juga menyertakan artikel-artikel yang telah diperiksa secara cermat oleh
editor. Tetapi harus mencari tahu juga editor yang profesional dan menetapkan
standar-standar untuk menerima naskah-naskah yang masuk atau tidak.
Artikel-artikel jurnal diletakkan diurutan atas karena artikel semacam ini dapat
dengan mudah dicari dan digandakan. Artikel tersebut juga tak jarang
merepresentasikan suatu penelitian tenteng topik tertentu. Disertasi diletakkan dalam
daftar priorits yang lebih rendah karena disertasi pada umumnya memiliki kualitas
yang berbeda-beda dan karenanya sangat sulit dicari, apalagi pada umunya disrtasi
merupakan materi yang sangat sulit dipahami. Selain itu, berhati-hatilah memilih
artkel-artikel ilmiah di websitekecuali jika artikel-artikel tersebut berasal dari slah satu
artikel ilmiah yang diterbitkan oleh jurnal-jurnal tertentu.
B. Peta Literatur Penelitian
Selain mencari literatur peneliti juga perlu menyusun literatur tersebut
sedemikian rupa ntuk disajikan dalam tinjauan putaka. Seperti yang sudah dijalaskan
sebelumnya apakah penelitian yang diajukan hanya sekedar menembah,
menduplikasi, atau justru memperluas penelitian yang sudah ada sebelumnya.
Pendekatan penting dalam menyusun literatur dalah engan membuat literature map
(peta literatur). Pendektan ini adalah dengan membuat gagasan pendekatan yang
3
diperkenalkan beberapa tahun lalu, yang ternyata sangat membantu para mhasiswa
ketika mereka menyusun tinjauan pustaka untuk dipresentasikan dihadapan penguji,
atau dalam makalah presentasi dan artikel ilmiah.
Peta literatur merupakan ringkasan visual dari penelitian-pnelitian yang sudah
dilakukan orang lain. Peta biasanya disajikan dalam bentuk gambar dan bisa disusun
dengan berbagai cara. Salah satu caranya adalah disusun secara hierarkis, yakni
menyajikan literatur dengan teknik top-down, yang pada bagian paling bawah diisi
oleh penelitian yang diajukan. Struktur lain yang bisa saja dibuat menyerupai flowcat,
dimana pembaca melihat tinjauan pustaka disusun layaknya suatu hamparan
(unfolding) yang membentang dari kiri ke kanan, dengan sisi-kanan paling akhir diisi
oleh penelitian yang diajukan. Model ketiga bisa berbentuk lingkaran-lingkaran
dimana setiap lingkaran mencerminkan satu literatur dan titik potong lingkaran-
lingkaran yang mengindikasikan penelitian selanjutnya.
Intinya, peneliti sebaiknya membangun gambaran visual atas penelitian-
penelitian atau literatur-literatur yang sudah ada sebelumnya. Contoh peta literatur
yang mengilustrasikan literatur-literatur yang berkaitan dengan keadilan prosedural
dalam studi-studi organisasi(Jacovic, 2001). Peta Jacovic menggambarkan tentang
model hierarkis, dengan prinsip-prinsip rancangan peta yang sangat baik.
Dia menempatkan topik penelitiannya di kotak hierarki paling atas.
Selanjutnya, dia mencari penelitian-penelitian lain di database
terkomputerisasi, lalu menyusunnya ke dalam tiga subtopik umum
(misalnya, Susunan Persepsi Keadilan, Efek-Efek Keadilan, dan
Keadilan demi Perubahan Organisasi). Untuk peta seperti ini, peneliti
bisa saja menempatkan lebih sedikit atau lebih banyak dari dari sekedar
empat ketegori, tergantung pada ketersediaan penelitian-penelitian lain
sebelumnya.
Dalam setiap kotak, ada pula label-label yang menggambarkan sifat dari
penelitian yang terdapat di dalamnya.
Dalam setiap kontak itu pula disertakan referensi-referensi relevan lain
yang terkait. Gunakanlah resensi-resensi yang terbit baru-baru ini dan
secara tepat menuliskan referensi-referensi tersebut, dalam setiap kotak,
berdasarkan gaya tertentu, seperti gaya APA.
4
Terdapat pula tingkatan-tingkatan dalam peta literatur ini. Setiap topik
umum menuntun subtopik-subtopik tertentu yang dilanjutkan dengan
subtopik-subtopik berikutnya, bgitu seterusnya.
Selain itu dapat pula membuat peta litaratur yang lebih luas ketimbang
peta literatur yang ada. Namun, perluasan ini tentu saja bergantung pada
jumlah literatur yang tersedia dan kedalaman eksplorasi dari setiap
literatur tersebut.
Khusus untuk peta literatur, cobalah memasukkan penelitian-penelitian
kuantitatif, kualitatif, dan metode campuran di dalamnya.
C. Mengabstraksikan Literatur
Ketika peneliti menulis tinjauan pustaka untuk penelitiannya, dia perlu mencari
literatur-literatur, lalu membuat abstraksi atas literatur-literatur tersebut. Abstraksi ini
harus mewakili isi dari setiap literatur, terutama yang terkait dengan topik penelitian.
Abstraksi merupakan tinjauan singkat atas literatur (biasanya dalam bentuk paragraf
pendek) yang meringkas elemen-elemen utama agar pembaca dapat memahami
keunggulan-keunggulan dasar dari setiap literatur. Untuk membuat abstraksi, peneliti
perlu mempertimbangkan materi apa yang akan diringkas dari literatur yang ada.
Abstraksi menjadi informasi penting manakala peneliti ingin meninjau puluhan atau
bahkan ratusan literatur. Dalam jurnal-jurnal ilmiah, kita dapat melihat banyak contoh
abstraksi. Biasanya, abstraksi yang baik mencakup beberapa poin berikut:
Menyatakan masalah yang tengah dibahas.
Menyatakan tujuan atau fokus utama peneliti.
Menyatakan secara singkat informasi tentang sample, populasi, atau
data.
Membahas hasil-hasil inti yang berhubungan dengan penelitian yang
diajukan.
Jika tinjauan pustakanya bersifat metodologis (Cooper, 1984), tunjukkan
kekurangan teknis dan metodologis dalam literatur/penelitian tersebut.
Dalam jurnal ilmiah, abstraksi pada umumnya ditulis di bagian awal penelitian.
Namun, dalam penelitian-penelitian akademik, seperti disertasi atau tesis, abstrksi
tidak hanya ditulis dalam bagian tinjauan pustaka, yang biasanya ditujukan untuk
mendeskripsikan materi literatur-literatur atau penelitian-penelitian sebelumnya yang
5
terkait dengan topik penelitian sebelumnya yang terkait dengan topik penelitian yang
diajukan.
Untuk mengabstraksikan penelitian-penelitian penelitian lain yang sudah
dilakukan sebelumnya, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Jika penelitian
berbentuk karya tulis ilmiah, carilah masalah dan tujuannya. (biasanya terdapat dalam
pendahuluan). Sedangkan informasi tentang sample, populasi, atau data penelitian,
carilah di pertengahan (biasanya dalam bagian metode/prosedur penelitian),
sedangkan hasil penelitian sering kali disampaikan di akhir ini, carilah pernyataan-
pernyataan si penulis yang menunjukkan jawaban singkat atas rumusan masalah dan
hipotesis penelitian yang diajukan sebelumnya. Hal yang sama juga dilakukan jika
penelitiannya berbentuk buku.
Bagaimana mengabstraksikan esai, opini, tipologi, dan sintesis dari penelitian
sebelumnya, padahal tulisan-tulisan seperti ini tidak termasuk dalam studi penelitian?
Untuk tulisan-tulisan yang berbasis penelitian non empiris seperti diatas, abstraksinya
dapat dibuat dengan cara berikut:
Sebutkan masalah yang dibahas oleh tulisan tersebut.
Identifikasilah tema utama tulisan tersebut.
Nyatakan kesimpulan utama yang berhubungan dengan tema itu.
Jenis tinjauan pustakanya bersifat metodologis, jelaskan kekurangan-
kekurangan tulisan tersebut dalam hal penalaran, logika, kekuatan
argumentasi, dan seterusnya.
D. Petunjuk Gaya
Pentujuk gaya (style manual) menyediakan arahan-arahan bagi para peneliti
untuk menuliskan penelitian bergaya akademis, seperti format yang konsisten dalam
mengutip referensi, membuat judul, menyajikan tabel dan gambar, dan
menggunakkan bahasa yang tidak diskriminatif. Landasan utama dalam melakukan
tinjauan pustaka adalah menggunakkan gaya referensi yang tepat dan kosisten di
sepanjang tulisan. Ketika mendapat dokumen yang penting dan relevan, jadikanlah
dokumen tersebut sebagai referensi dengan menggunakkan gaya sesuai. Untuk
proposal disertasi, mahasiswa pascasarjana seharusnya meminta arahan dari pihak
fakultas, dewan pertimbangan disertasi, staf jurusan atau universitas tentang gaya
seperti apa yang harus digunakkan dalam mengutip referensi.
6
Publication Manual of the American Psychological Association, Fifth Edition
(APA, 2001) merupakan petunjuk gaya yang paling sering digunakkan dalam bidang
pendidikan dan psikologi. Gaya penulis Universitas Chicago (A Manual of style,
1982), Turabian (1973), dan Campbell dan Ballou (1977) juga sering digunakkan
dalam bidang ilmu sosial meskipun tetap kurang populer jika dibandingkan dengan
gaya APA. Beberapa jurnal juga telah mengembangkan variasi gaya mereka sendiri.
Penulis direkomendasikan untuk mengidentifikasi satu gaya yang dapat diterima oleh
para pembaca dan segera mengadopsinya dalam proyek penelitian.
Style Manual pada umumnya mempertimbangkan beberapa format penting,
seperti in-text, end-of-text, judul, dan penggunaan gambar dan tabel. Berikut ini
beberapa petunjuk gaya untuk keperluan penulisan akademik:
Ketika menulis referensi in-text, perhatikan format yang tepat untuk
jenis-jenis referensi dan kutipan ganda.
Ketika menulis referensi end-of-text, perhatikan juga apakah petunjuk
gaya yang digunakkan mengharuskan referensi ini ditulis secara alfabetis
atau numerik. Selain itu, pastikan pula bahwa setiap referensi in-text
sudah masuk dalam daftar end-of-text.
Dalam makalah/karya tulis akademik, judul (heading) biasanya disusun
dalam bentuk tingkatan-tingkatan. Pertama, adalah memperhatikan
banyak tingkatan judul yang ditulis dalam penelitian. Kemudian carilah
gaya yang sesuai dengan tingkatan tersebut. Biasanya laporan penelitian
berisi sekitar dua hingga empat tingkatan judul.
Jika menggunakkan catatan kaki (footnote), perhatikan cara untuk
menggunakkannya agar sesuai. Footnote, saat ini jarang sekali
digunakkan dalam makalah/karya tulis akademik dibandingkan beberapa
tahun lalu. Jika ingin menyertakan footnote, perhatikan apakah footnote
tersebut berada di bagian bawah setiap halaman, di akhir setiap bab, atau
di akhir makalah.
Tabel (table) dan gambar (figure) memiliki format-formatnya tersendiri
dalam setiap petunjuk gaya. Perhatikan aspek penting, seperti garis yang
harus dicetak tebal (bold), judul, dan spasi, pada contoh-contoh yang
disajikan.
7
Ringkasnya, aspek terpenting dalam menggunakkan petunjuk gaya adalah
konsistensi di sepanjang tulisan.
E. Definisi Istilah
Dalam tinjauan pustaka dibutuhkan juga identifikasi dan definisi istilah-istilah
yang dibutuhkan pembaca untuk memahami proyek penelitian yang diajukan.
Penulisan definisi istilah bisa disatukan dengan tinjauan pusaka, bisa juga terpisah
dengan tinjauan pustaka, atau bisa pula diletakan dibagian lain dalam proposal
penelitian.
Definisi istilah-istilah dilakukan untuk istilah-istilah yang kemungkinan tidak
dimengerti oleh orang-orang diluar bidang penelitian yang sedang kita laksanakan,
atau untuk istilah-istilah yang terdengar asing (Locke, Spirduso, & Silverman, 2007).
Dan pendefinisian istilah-istilah dilakukan ketika muncul pertama kali, agar pembaca
tidak perlu kembali lagi membaca dibagian awal ketika mereka menemukan istilah-
istilah tersebut dibagian akhir atau dipertengahan. Sebagaimana pendapat Wilkinson
(1991), Para ilmuwan harus mendefinisikan istilah-istilah yang dapat menjelaskan
penelitian mereka secara tepat dan dapat mengomunikasikan penemuan-penemuan
dan gagasan-gagasan secara akurat. Dan mendefinisikan istilah dapat menambah
keakuratan suatu penelitian, seperti diungkapkan oleh Firestone (1987), Bahasa
sehari-hari memiliki makna yang sangat kaya dan beragam. Seperti halnya symbol,
kekuatan bahasa berasal dari kombinasi antara makna dan konteks tertentu Bahasa
ilmu saat ini tampaknya terlalu sering mengabaikan keanekaragaman makna ini,
utamanya dalam hal keakuratan. Inilah alasan mengapa istilah-istilah umum atau
bahasa sehari-hari pun bisa saja memiliki makna-makna teknis jika digunakan
untuk tujuan keilmuan. Maka pentinglah pendefinisian istilah-istilah untuk
memudahkan dan mengakuratkan istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian.
Definisi istilah bisa saja ditulis untuk semua jenis penelitian, baik itu penelitian
kualitatif, kuantitatif, ataupun metode campuran. Penggunaan definisi istilah dalam
setiap jenis penelitian akan dibahas sebagai berikut :
1. Dalam penelitian kualitatif, karena bersifat induktif dan melibatkan
rancangan metodologis, penelitian bisa saja mendefinisikan beberapa istilah
diawal penelitian meskipun definisi hanya tentatif semata. Sebagai gantinya,
8
tema-tema (atau perspektif-perspektif atau dimensi-dimensi) dapat ditulis
setelah analisis data. Dalam bagian prosedur penelitian, peneliti dapat
mendefinisikan istilah-istilah penting pada saat istilah-istilah ini muncul
pertama kali.
2. Disisi lain, dalam penelitian kuantitatif yang biasanya ditulis secara
deduktif, peneliti dapat menyertakan definisi-definisi ekstensifdalam proposal
penelitiannya. Peneliti meletakan definisi-definisi ini pada bagian terpisah.
Peneliti juga mencoba mendefinisikan secara komprehensif istilah-istilah yang
relevan di awal penelitian dan menggunakan definisi-definisi lain yang
diperoleh dari literature-literatur.
3. Sedangkan dalam metode campuran, definisi istilah bisa diletakan
dibagian terpisah jika penelitiannya dimulai dengan tahap awal pengumpulan
data kuantitatif. Jika penelitiannya diawali dengan pengumpulan data kualitatif,
berarti istilah-istilah bisa didefinisikan sepanjang penelitian, atau bahkan
dibagian akhir penelitian. Dan jika pengumpulan data kualitatif dan kuantitatif
dilakukan secara bersamaan, berarti penulisan definisi istilah bergantung pada
prioritas yang diberikan atas salah satu dari dua jenis penelitian tersebut.
Dan secara keseluruhan tidak ada pendekatan yang dianggap paling baik dalam
mendefinisikan istilah-istilah dalam penelitian. Oleh karena itu Locke (2007)
memberikan beberapa saran, yaitu :
1. Definisikan suatu istilah ketika ia pertama kali dalam proposal anda.
2. Tulislah definisi dalam tingkatan operasional tertentu. Definisi
operasional ditulis dalam bahasa tertentu, tidak dalam bahasa
konseptual yang abstrak.
3. Jangan mendefinisikan istilah-istilah dan bahasa sehari-hari, maka
gunakanlah bahasa-bahasa teknis yang sudah ada dalam literature.
Dalam hal ini istilah-istilah harus didasarkan pada literature dan tidak
boleh dibuat oleh sendiri. Sedangkan jika definisi yang tepat atas suatu
istilah tidak tersedia dalam literatur, menurut Wilkinson (1991) bahasa
sehari-hari dapat digunakan. Meskipun dapat digunakan sajikanlah
9
definisi yang tepat dan gunakanlah istilah-istilahnya secara konsisten
disepanjang proposal penelitian.
4. Definisi istilah dapat mendeskripsikan istilah sehari-hari, definisi juga
bisa disandingkan dengan batasan tertentu, definisi juga bisa terdiri dari
criteria yang digunakan dalam penelitian, dan definisi juga bisa
menjelaskan istilah secara operasional.
5. Meskipun tidak ada satu format yang dianggap paling tepat, sebagian
besar definisi istilah diletakan di bagian khusus penelitian, yang sering
kali bertajuk Definisi Istilah, dan memasang istilah-istilah dengan
definisi-definisinya dengan cara meng-highlight istilah tersebut yang
menunjukan bahwa istilah itu memiliki makna tertentu.
F. Tinjauan Pustaka Kuantitatif atau Metode Campuran
Ketika menyusun tinjauan pustaka, biasanya peneliti akan sulit menentukan
seberapa banyak literatur yang harus dikaji dan direview. Untuk penelitian kuantitatif
atau metode campuran yang memprioritaskan penelitian kuantitatif, tulislah tinjauan
pustaka yang berisi materi-materi penting dalam literatur yang berhubungan dengan
variable-variabel bebas, variable-variabel terikat, dan relasi antara variable bebas
dengan variable terikat.
Kemudian dalam membuat tinjauan pustaka, buatlah tinjauan pustaka tersusun
dari lima komponen yaitu : pendahuluan, Topik 1 (tentang variabel bebas), Topik 2
(tentang variabel terikat), topic 3 (keterangan-keterangan lain yang membahas relasi
antara variabel bebas dan variabel terikat), dan kesimpulan. Untuk lebih jelasnya akan
dibahas seperti berikut :
1. Tulislah paragraph awal tinjauan pustaka dengan memerinci bagian-
bagian yang akan dibahas didalamnya.
2. Tinjauan Topik 1, yakni dengan meninjau literatur-literatur akademik
tentang satu atau beberapa variabel bebas. Jika ada beberapa variabel
bebas yang dibahas dalam literatur tersebut, perhatikan subbagian-
subbagiannya atau fokuslah pada satu variabel saja.
10
3. Tinjaulah Topik 2, yakni dengan meninjau literatur-literatur akademik
tentang satu atau beberapa variabel terikat. Jika ada beberapa variabel
terikat yang dibahas dalam literatur tersebut, perhatikan subbagian-
subbagiannya atau fokuslah pada satu variabel saja.
4. Tinjaulah Topik 3, yakni dengan meninjau literatur-literatur akademik
yang membahas hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
Disinilah inti dari penelitian, bagian ini harus padat dan berisi.
5. Diakhiran terakhir tinjauan pustaka, buatlah kesimpulan atau ringkasan
yang menonjolkan literatur-literatur yang dianggap paling penting dan
relevan. Tunjukan tema-tema utama yang diangkat oleh literatur-literatur
tersebut, jelaskan mengapa tema-tema ini membutuhkan penelitian lebih
lanjut.
Langkah-langkah diatas dapat diterapkan untuk menulis tinjauan pustaka
untuk jenis penelitian yang membahas variabel-variabel. Tidak hanya itu, langkah-
langkah ini juga dapat mempersempit ruang lingkup penelitian yang diajukan
sehingga rumusan masalah dan metode penelitian yang nantinya disajikan benar-benar
dapat terjangkau dengan baik.









11
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Ketika melakukan tinjauan pustaka, harus mengidentifikasi kata kunci (keywords)
untuk mencari literatur. Kemudian mencari database online serta mencari database
yang sesuai dengan kebutuhan, pertama dari buku-buku, artikel jurnal, disertasi,
dan yang lainnya. Dapatkan pula penelitian lain yang menunjang penelitian.
2. Mulai dengan mengasbstraksi penelitian berdasarkan pentunjuk gaya.
3. Definisikan istilah kata kunci, nahkan jika dibutuhkan buatlah subbab khusus
auntuk definisi istilah di dalam proposal.
4. Pertimbangkan seluruh struktur penyusunan tinjauan pustaka. Untuk kualitatif
dapat menyediakan bagian khusus untuk tinjauan pustaka berdasarkan variabel
utama, atau berdasarkan subtema-subtema penting suatu fenomena untuk penelitian
kualitatif.

Anda mungkin juga menyukai