Kejadian BSK lebih banyak terjadi pada pegawai administrasi dan orangorang yang banyak duduk dalam melakukan pekerjaannya karena banyak duduk mengganggu proses metabolisme tubuh1. Pasien yang terlalu banyak duduk atau hanya ditempat tidur saja, maka kalsium tulang akan dilepas ke darah, selanjutnya hiperkalsemia akan memacu timbulnya batu saluran kemih karena adanya supersaturasi elektrolit/ kristal dalam air kemih. Kenaikan konsentrasi bahan pembentuk batu di dalam tubulus renalis akan merubah zona stabil saturasi rendah menjadi zona supersaturasi metastabil dan bila konsentrasinya makin tinggi menjadi zona saturasi tinggi. Pada teori supersaturasi bisa juga dipengaruhi pH dan suhu air kemih. (Lina Nur, 2008)
2. Kebiasaan menahan buang air kemih Analisis multivariat menunjukkan bahwa laki-laki yang mempunyai kebiasaan menahan buang air kemih memiliki risiko terkena BSK 5,954 kali lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki yang tidak mempunyai kebiasaan menahan buang air kemih. Kebiasaan sering menahan BAK menimbulkan stasis air kemih. Stasis air kemih menimbulkan hipersaturasi dan agregasi kristal sehingga timbul BSK54. Stasis air kemih juga sering menyebabkan infeksi urea spliting bacteria. Kuman yang termasuk bakteri pemecah urea tersebut menghasilkan urease yang memecah urea menjadi ammonium yang mengakibatkan kenaikan pH air kemih menjadi basa. Keadaan ini memudahkan terbentuknya ammonium magnesium fosfat atau batu struvit (Lina Nur, 2008)
3. Kurang Minum Penelitian yang dilakukan oleh Rita mendapatkan hasil bahwa responden yang mempunyai kebiasaan minum kurang dari 1,5 liter per hari mempunyai risiko 4,911 kali lebih besar untuk terkena BSK dibandingkan responden yang mempunyai kebiasaan jumlah minum yang cukup. Penelitian lain oleh Curhan memberikan hasil bahwa minum air putih merupakan faktor protektif terhadap kejadian BSK. Air sangat penting dalam proses pembentukan BSK, bila seseorang kekurangan air minum maka dapat terjadi supersaturasi bahan pembentuk batu. Hal ini akan menyebabkan terjadinya BSK. Pada penderita dengan dehidrasi kronik pH air kemih cenderung turun, berat jenis air kemih naik, saturasi asam urat naik dan menyebabkan terjadinya penempelan kristal kalsium oksalat pada kristal asam urat (teori epitaksi). Penderita dianjurkan minum 2500 ml per hari dan atau dianjurkan minum 250 ml tiap 4 jam diambah 250 ml tiap kali makan, sehingga diharapkan menghasilkan sekitar 2000 ml air kemih, yang cukup untuk mengurangi kemungkinan terjadinya BSK (Lina Nur, 2008) Minum banyak menghasilkan diuresis yang cukup banyak. Diuresis yang cukup banyak dapat menyebabkan terjadinya pengenceran bahan pembentuk batu yang ada dalam air kemih, sehingga tidak terjadi supersaturasi, penderita sering buang air kemih sehingga tidak ada kesempatan terjadi stasis air kemih. Aliran dalam saluran kemih akan lebih cepat sehingga kristal yang mungkin sudah terjadi tidak sempat mengendap dan segera keluar bersama aliran air kemih. Butz menganjurkan minum 2-2,5 liter air setiap hari dan penting untuk minum 250 ml sebelum tidur karena selama tidur air kemih mengalami konsentrasi relatif lebih tinggi dan terjadi stasis air kemih. Trivedi menganjurkan minum satu gelas (250 ml) tiap 1-2 jam pada siang hari, minum 2 gelas pada malam hari sebelum tidur ditambah satu gelas (250 ml) tiap terbangun malam hari. 4. Jenis minuman yang mempengaruhi BSK Jus jeruk dapat menurunkan risiko pembentukan batu kalsium ginjal sebesar 6%43. Jeruk merupakan sumber sitrat yang paling banyak. Sitrat mencegah pembentukan dan pembesaran kristal kalsium oksalat dan kalsium fosfat sebab sitrat akan bereaksi dengan kalsium menjadi kalsium sitrat yang mudah larut. Terjadinya kristal kalsium oksalat dihambat oleh sitrat dengan 3 cara: pertama terjadinya kompleks kalsium sitrat yang mudah larut yang akan menurunkan kadar kalsium dalam air kemih sehingga saturasi kalsium oksalat dan kalsium fosfat menurun bahkan dapat sampai keadaan saturasi bawah, bila terjadi hal ini dapat menimbulkan disolusi atau larutnya garam kalsium. Kedua, sitrat secara langsung dapat menghambat kristalisasi kalsium oksalat dan kalsium fosfat. Ketiga, sitrat juga dapat mencegah aglomerasi (penumpukan) kristal-kristal kalsium oksalat yang sudah terbentuk sehingga sitrat akan menghambat kristal kalsium oksalat maupun kalsium fosfat tumbuh menjadi besar (Lina Nur 2008). Soft drink diartikan sebagai minuman berkarbonasi. Karbonasi merupakan proses penginjeksian gas-gas CO 2 (karbon dioksida) ke dalam minuman sehingga memiliki penampakan bergelembung-gelembung yang memberi kesan segar. Dalam bahasa sehari-hari, soft drink sering juga disebut sebagai minuman bersoda. Kemasan minuman bersoda umumnya kaleng atau botol, baik botol gelas maupun botol polietilen. Pemilihan kemasan didasarkan pada kemampuan dalam mencegah pelepasan CO2. Penelitian menemukan bahwa risiko munculnya batu ginjal sejalan dengan kandungan asam fosfat dalam soft drink. Mekanisme pemunculan batu ginjal adalah sebagai berikut. Rasio Ca:P normal dalam tubuh adalah 2:1. Dalam kondisi rasio yang ideal ini, penyerapan terhadap kalsium menjadi optimal. Soft drink memiliki kadar asam fosfat tinggi yang menyebabkan peningkatan asupan fosfor dalam tubuh. Hal ini menyebabkan terganggunya keseimbangan rasio Ca:P yang berakibat pada terhambatnya penyerapan kalsium. Gangguan keseimbangan rasio Ca:P menyebabkan penyerapan kalsium menjadi terhambat dan menyebabkan kalsium menjadi tidak larut. Akibatnya, kalsium mengendap di ginjal dalam bentuk kristal kompleks. Endapan kristal inilah yang lama-kelamaan membesar dan menjadi batu ginjal (Lina Nur 2008)