Anda di halaman 1dari 36

2

NO. 8/ III/ 2012/EDISI KHUSUS HARI KELUARGA


3
NO. 8/ III/ 2012/EDISI KHUSUS HARI KELUARGA
5 | Wawancara
Program KB, Kebutuhan
Masyarakat, Tanggung
Jawab Bersama
30 | Jurnal
Ini Dia Cokelat Chocodot
Genre Series
32 | Jurnal
MDK, dari Tanggal Lahir
sampai Jamban
31 | Jurnal
Email, Hemat Kertas,
Kurangi Seminar
33 | Wacana
Memahami Perbedaan
Data Penduduk
35 | Kinerja
Pencapaian Kinerja Utama
KKP BKKBN Jabar
4 | Editorial
Hari Keluarga Milik
Keluarga Jawa Barat
13 | Jurnal
Gubernur Ahmad
Heryawan Raih
Satyalancana Wira Karya
15 | Laporan Khusus
Tuntutlah Ilmu (KKB)
sampai ke Negeri China!
16 | Laporan Khusus
BKKBN Jabar Aisyiyah
Sepakat Kembangkan
PPKS
20 | Jurnal
Pesona Jawara Mupen
on the Road 2012
Berlangsung Meriah
24 | Jurnal
Bersama Mahasiswa
Meretas Jalan
Kependudukan
26 | Jurnal
Mereka Ingin Belajar TPD
ke Jawa Barat
28 | Jurnal
From Rancabadak to
Rancabuaya
18 | Lensa
Parade Foto Program KKB
Jawa Barat
8 | Laporan Utama
Keluarga Penentu Kualitas
Bangsa
10 | Laporan Utama
Mitra Kerja Kunci Sukses
Program KKB
11 | Laporan Utama
Penerima Penghargaan
Hari Keluarga XIX Jawa
Barat
aftar isi d
3
NO. 8/ III/ 2012/EDISI KHUSUS HARI KELUARGA
4
NO. 8/ III/ 2012/EDISI KHUSUS HARI KELUARGA
WARTA KENCANA Media Advokasi
Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga Jawa Barat diterbitkan
BKKBN Jawa Barat untuk keperluan
penyebarluasan informasi dan kajian
kependudukan dan keluarga berencana
di Jawa Barat. Warta Kencana hadir
setiap dua bulan. Redaksi menerima
kiriman artikel, liputan kegiatan, dan
foto kegiatan kependudukan atau
keluarga berencana. Redaksi akan
memprioritaskan kiriman dari daerah.
Setiap pemuatan akan mendapatkan
bingkisan menarik dari redaksi.
Pemimpin Umum
Kepala BKKBN Jawa Barat
Ir. Siti Fathonah, MPH.
Dewan Redaksi
Drs. H. Saprudin Hidayat
Drs. Eli Kusnaeli, M.Pd.
Dra. Ida Indrawati
Dra. Tetty Sabarniati
Drs. H. Yudi Suryadi
Drs. Rudy Budiman
Drs. Soeroso Dasar, MBA
Pemimpin Redaksi
Drs. Rudy Budiman
Wakil Pemimpin Redaksi
Elma Triyulianti, S.Psi.
Tim Redaksi
Arif R. Zaidan, S.Sos.
Chaerul Saleh
Managing Editor
Najip Hendra SP
Fotografer
Toni Fathoni
Dodo Supriatna
Tata Letak
Litera Media Grafka
Kontributor
Nurjaman, S.Pd.
IPKB Jawa Barat
Sirkulasi
Ida Farida
Alamat Redaksi
Kantor BKKBN Jawa Barat
Jalan Surapati No. 122 Bandung
Telp : (022) 720 7085
Fax : (022) 727 3805
Email: kencanajabar@gmail.com
Website: www.jabar.bkkbn.go.id
Percetakan
Litera Media - 081320646821
Hari
Keluarga
Milik
Keluarga
Jawa Barat
Keluarga memiliki peran strategis dalam sejarah perjalanan
sebuah bangsa. Keluarga merupakan wadah utama untuk
mewariskan peradaban dan budaya. Dalam keluargalah
dibentuk dan dipraktikkan nilai-nilai dasar hubungan
antarmanusia.
Sayangnya, kita kadang lupa atau bahkan memungkiri arti
penting keluarga. Kesibukan sehari-hari kerap melupakan
hakikat dan makna keluarga bagi hidup masing-masing sebagai
perorangan dan makna keluarga bagi kehidupan bangsa.
Padahal, bangsa-bangsa lain, termasuk bangsa-bangsa yang
sekarang maju, juga menempatkan keluarga pada posisi sentral
dalam kehidupan masyarakatnya.
Benarlah apa yang dikatakan para ahli bahwa keluarga
sebenarnya adalah inti dan asal-usul dari peradaban manusia
yang kita kenal sekarang ini. Begitu strategisnya peran keluarga
itu, sehingga dalam upaya mewujudkan masyarakat Jawa Barat
yang mandiri, dinamis , dan sejahtera, maka kualitas kehidupan
keluarga Indonesia juga harus ditingkatkan.
Hari Keluarga memiliki makna spesial karena makna keluarga
itu sendiri yang begitu penting. Gebyar Hari Keluarga bertujuan
mengingatkan kepada seluruh keluarga di Jawa Barat bahwa
peningkatan kualitas sumber daya manusia itu berawal dari
lingkup keluarga itu sendiri.
Kemudian kita juga harus mengapresiasi bahwa dalam satu
tahun itu kita punya satu hari khusus yang memang harus kita
spesialkan untuk keluarga. Ya, itulah Hari Keluarga. Tanggl 29
Juni yang diperngati sebagai Hari Keluarga menjadi sebuah
evaluasi tentang makna keluarga. Dirgahayu Keluarga Indonesia!
Rudy Budiman
Pemimpin Redaksi
ditorial e
4
NO. 8/ III/ 2012/EDISI KHUSUS HARI KELUARGA
5
NO. 8/ III/ 2012/EDISI KHUSUS HARI KELUARGA
awancara w
Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Padjadjaran (Unpad) menggelar program
pengabdian kepada masyarakat di daerah Jawa Barat bagian selatan. Kegiatan
ini diberi tajuk From Rancabadak to Rancabuaya: From West Java to the World for
Global Health. Apa tujuannya dan bagaimana program tersebut bersinggungan
dengan program kependudukan dan keluarga berencana (KKB)? Berikut wawancara
Warta Kencana dengan Dekan Fakultas Kedokteran Unpad Prof. Dr. Med. Tri
Hanggono Achmad, dr. di Rancabuaya 29 Juni 2012 lalu.
Wawancara Khusus dengan Dekan Fakultas Kedokteran Unpad
Prof. Dr. Med. Tri Hanggono Achmad, dr.
PROGRAM KB, KEBUTUHAN
MASYARAKAT, TANGGUNG
JAWAB BERSAMA
6
NO. 8/ III/ 2012/EDISI KHUSUS HARI KELUARGA
awancara w
Dok, bisa dijelaskan tentang program pengabdian
masyarakat ini?
Tajuk awalnya ke sini itu pengabdian masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, itu pasti
fokus ke kesehatan. Kesehatan itu luas, multidisiplin,
multisektor. Sasaran penting kami juga sebenarnya
tidak sempit, karena saat kita berbicara tentang
kesehatan ke depan itu aspek preventif. Sekarang
banyak pendidikan kedokteran itu kuatnya pada aspek
pendidikan kuratif. Pelayanan kesehatan sendiri lebih
banyak kuratif, lihat saja klinik-klinik, RS-RS, yang
orang tahu pelayanan kesehatan itu kuratif. Kalau
berbicara tentang wealthness, jarang yang berpikir
tentang itu.
Seperti apa kesehatan preventif itu?
Kalau berbicara dokter layanan primer, berarti
masih hospital based. Tindakan prevensinya berat.
Kalau sudah berbicara preventif , berarti lebih ke arah
masyarakat. Berarti kita berbicara masalah kualitas ibu,
kualitas keluarga. Hal ini penting karena manajemen
kesehatan ada di keluarga. Karena itu, kesehatan
preventif itu menggunakan pendekatan dokter
keluarga. Dengan semakin bertambahnya penduduk,
berarti kebutuhan pelayanan kesehatan makin
tinggi. Artinya perlu banyak lagi tenaga dan tempat
pelayanan kesehatan. Di sinilah pentingnya kesehatan
preventif tadi.
Menyangkut kependudukan, sejauhmana hubungannya
dengan kesehatan?
Pentingnya kesehatan berkaitan erat dengan aspek
kependudukan. Masalah berat kesehatan itu adalah
populasi penduduk yang tinggi, apalagi Jawa Barat.
Jawa Barat itu dengan provinsi dengan populasi
tertinggi di Indonesia. Kita nggak mau excuse, Unpad
ada di sini sudah seharusnya bisa bertanggung jawab
untuk membantu memecahkan permasalahan Jawa
Barat. Salah satu upaya yang kami lakukan adalah
dengan membangun simpul jaringan kesehatan di
Jawa Barat bagian selatan ini. Upaya lainnya dengan
mengembangkan konsep kesehatan preventif tadi. Di
Rancabuaya misalnya, kami membangun rumah sehat
yang dimaksudkan untuk memberikan pelayanan
kesehatan dalam bentuk preventif.
Berarti peran keluarga sangat penting ya?
Begitu berbicara tentang keluarga, tentu menjadi
topik yang sangat penting. Proses hidup berlangsung
di situ, maka di situlah kesehatan berbicara lebih
komprehensif. Kesehatan tidak hanya obat, tetapi
lebih ke dasar-dasar kesehatan keluarga.
Bagaimana kesadaran masyarakat sendiri?
Sebenarnya kita juga sudah mendorong hospital
based-nya sudah lepas dari RS Hasan Sadikin (RSHS).
Itu yang saya katakan tadi terbukti itu. Sejak 2006
lalu sudah cukup bagus. Terbukti kunjungan ke RSHS,
terutama di bagian gawat darurat, berkurang drastis.
Penurunan signifkan terjadi pada 2010. Kita sudah
mengurangi kesan RSHS sebagai puskesmas raksasa.
Kalaupun dilempar ke RSHS, biasanya karena aspek
pembiayaan dan bobot penyakit.
Artinya, masyarakat sudah sadar pentingnya kesehatan
preventif?
Secara keseluruhan tentu belum. Terbukti dengan
membaiknya tingkat kesehatan masyarakat yang
ditandai menurunnya volume pasien di RSHS. Namun
begitu, kesan di masyarakat masih melekat bahwa
bicara kesehatan itu berarti berbicara rumah sakit,
obat, dan lain-lain. Padahal, kita bisa melakukan
manajemen kesehatan di keluarga masing-masing.
Keluarga berperan besar dalam kesehatan preventif
ini. Sehingga, kami mengembangkan konsep dokter
keluarga yang menitikberatkan pada pendekatan
manajemen kesehatan berupa pola hidup sehat di
setiap keluarga.
NO. 8/ III/ 2012/EDISI KHUSUS HARI KELUARGA
Pilot Project Rumah Sehat di Rancabuaya
7
NO. 8/ III/ 2012/EDISI KHUSUS HARI KELUARGA
awancara w
Oh ya, Dok. Di manakah sebenarnya letak program KB
dalam kesehatan dan kependudukan?
Bagi Unpad, kami di FK punya kepentingan
tersendiri. Pola ilmiah Unpad diterjemahkan menjadi
keunggulan keilmuan kesehatan reproduksi dan
kesehatan lingkungan. Nah, kesehatan reproduksi itu
pasti kuat kaitannya dengan keluarga berencana dan
kependudukan, kan begitu. Jadi, sisi-sisi itu kembali
ke kualitas kehidupan manusia itu dimulai dari aspek
reproduksi.
Dalam lima tahun ini kami bekerjasama dengan tiga
perguruan tinggi di Eropa, dapat grant untuk riset HIV
(AIDS). Awalnya Jawa Barat itu AIDS cukup tinggi. Dulu
dianggap banyak penularan dari jalur penggunaan
suntik, tapi sekarang mulai bergeser. Produk dari
riset kita itu kita kembangkan terhadap kurikulum
namanya Hebat: hidup sehat dengan sahabat.
Bagaimana kita hidup dengan ODHA, berikutnya
mencegah AIDS. Berikutnya kita buat lagi kurikulum
kesehatan reproduksi remaja untuk SMP. Yang terakhir
ini didukung juga oleh Dinas Pendidikan. Unpad yang
membuat kurikulum, eksekusinya Dinas Pendidikan.
Lima SMP di Kota Bandung menjadi pilot project
program ini. Sekarangsudah 40 sekolah di Bandung,
nanti akan kita perluas ke seluruh Jawa Barat.
Khusus program KB, ada impresi khusus?
Sebenarnya itu rutin. Pendidikan residen atau
pendidikan bidan misalnya, pasti ada pelatihan
mengenai kontrasepsi. Bukan hanya di rumah sakit,
di masyarakat juga kami sudah rutin melaksanakan.
Sasaran pentingnya justru membangun kesadaran
karena tingkat pemahanan masyarakat masih kurang.
Program ini ke depannya diharapkan muncul dari
kesadaran masyarakat, bukan karena pemerintah yang
memprogramkan. Program KB merupakan kebutuhan
masyarakat, mereka yang mebutuhkan.
Bagaimana program KB selama ini?
Saya kira upayanya sudah luar biasa. Tapi, kembali
ke kompleksitas tantangannya. Untuk itu, semua
orang harus bekerja sama, bukan BKKBN sendiri,
bukan tanggung jawab sektor kesehatan sendiri.
Kita harus berusaha bangun bersama. Alhamdulillah,
ternyata banyak pihak yang sadar bersama. Aspek
pentingnya itu harus dicontoh karena kalau banyak
wacananya, nggak jadi-jadi. Masyarakat merupakan
potensi besar. Mereka sangat partisipatif bila sudah
memahami programnya.
Kembali ke kegiatan di Rancabuaya ini, feed back apa
yang diharapkan?
Saya pikir feed back-nya nanti kita akan digunakan
untuk memperbaiki kurikulum kita. Karena balik lagi,
kalau bicara pendidikan dokter, ya itu tadi, kuatnya
di kuratif. Kalaupun ada komunikasi, mata kuliah
manajemen kesehatan, tapi tidak pernah berbicara
lebih mendalam tentang konteks kesehatan keluarga.
Dengan begini nanti kita bisa juga dapat feedback di
mana kekurangan kurikulum kami. Kalau kami tidak
pernah terjun langsung melihat seperti ini, mungkin
sok tahu saja dalam menyusun kurikulum. Makanya
ini dilakukan setiap tahun, dengan ini relevansinya
akan makin kuat.
Bagi kami, yang penting bukan acara besarnya,
tapi setelah ini yang penting adalah program
pendidikan yang kita jalankan itu. Kami pun tidak
mungkin menjalankan pendidikan yang baik kalau
tidak ada pelayanan kesehatan yang baik. Karena
pada karakteristik praktik kedokteran itu pendidikan,
pelayanan, dan penelitian tidak pernah terpisahkan.
Nanti dari data-data ini mucul lagi ke media,
berinovasi pelayanan yang lebih baik lagi.
Terkait rumah sehat, bagaimana sebenarnya konsep
rumah sehat itu dikembangkan?
Konsepnya sama seperti kesehatan preventif tadi,
kesehatan dari rumah. Bumi Walagri ini tujuannya
seperti itu. Kami menempatkan mahasiswa di sini.
Bukan rahasia lagi, tidak banyak dokter yang bersedia
ditempatkan di sini. Paling satu atau dua bulan sudah
pindah. Nah, melalui program ini kami akan mencoba
membuat sebuah sistem terpadu manajemen
pelayanan kesehatan. FK Unpad akan melaksanakan
program berkelanjutan untuk menggarap Jabar
bagian selatan yang selama ini belum banyak
terjangkau pelayanan kesehatan. Makanya kalau
mengirimkan mahasiswa ke sini nggak akan khawatir.
Sisi penting memelihara kesehatan juga dari
tenaganya ya harus update, kalau di sini kita mati-
matian pasang satelit biar bisa connect ke dunia luar
itu. Ini kan daerah terisolasi. Kalau ada koneksi dengan
dunia luar kan ilmu ter-update, kita bisa berhubungan
pusat pemeritahan, pusat layanan kesehatan lain itu
bisa dilakukan.
Bagaimana siklusnya?
Rotasinya empat minggu sekali diganti. Itu berjalan
bukan hanya di sini. Bakal ada di Pameungpeuk, di
Garut juga ada, Hasan Sadikin pun ada. Dan kalau pola
ini bagus, kita akan dorong klinik-klinik 24 jam atau
puskesmas yang ada di jalur ini itu untuk menjalankan
pola yang sama. Yang namanya Bumi Walagri itu
bukan hanya Unpad, BKKBN (harusnya) punya, banyak
yang menjalankan program yang sama.
Jadi connect-nya itu dibentuk network yang melingkar
dari Jabar selatan ya?
Ya. Karena ujung sudah kita patok di Banjar dan
Sukabumi. Di sini sumbu. Nanti mulai dari sumbu
ini Kabupaten Bandung yang akan kita buat. Nanti
diintegrasikan dengan pendidikan.(*)
8
NO. 8/ III/ 2012/EDISI KHUSUS HARI KELUARGA
aporan utama l
M
engapa kita memperingati Hari Keluarga?
Kata Wakil Presiden Boediono saat memulai
sambutan pada puncak peringatan Hari
Keluarga (Harga) tingkat nasional di Mataram,
Nusa Tenggara Barat (NTB) pada 30 Juni 2012 lalu.
Pertanyaan itu seperti mengingatkan kembali seluruh
masyarakat tentang arti penting keluarga.
Sebab kita menempatkan keluarga pada posisi
yang sangat strategis dalam membangun bangsa.
Keluarga adalah penentu kualitas bangsa. Keluarga
yang sehat dan sejahtera adalah prasyarat bagi
bangsa yang sehat dan sejahtera. Keluarga yang
cerdas adalah landasan dari bangsa yang cerdas. Dari
keluarga-keluarga seperti itulah akan lahir pemimpin-
pemimpin bangsa yang andal, kata Boediono
menegaskan pentingnya Harga diperingati setiap
tahun.
Ekonom yang akrab disapa Pak Boed ini
mengungkapkan lebih jauh, Dalam keluarga kita
membentuk dasar-dasar karakter manusia, terutama
karakter dan kepribadian anak-anak kita, generasi
penerus bangsa, penerima estafet kepemimpinan
bangsa. Dalam keluarga kita membangun kualitas
manusia. Kualitas manusia dalam arti yang utuh, yaitu
mencakup segi kesehatan, pendidikan, keterampilan,
sikap, karakter, dan lain-lain.
Dengan demikian, imbuh Boediono, keluarga
mempunyai peran sentral dalam pembentukan
karakter manusia Indonesia. Pada dasarnya, setiap
manusia mendapatkan landasan dasar pendidikan,
kesehatan, karakter, kasih sayang, rasa tenteram, rasa
saling memiliki dari keluarga masing-masing. Kualitas
manusia memang ditentukan oleh kualitas keluarga.
Lebih jauh Wapres menjelaskan, suatu bangsa
sebenarnya adalah kumpulan dari keluarga-keluarga.
Dan, satu hal penting yang perlu diingat adalah bahwa
simpul syaraf sentral dalam keluarga umumnya adalah
ibu. Ibu memegang peranan yang luar biasa dalam
menentukan kesejahteraan dan kekuatan sebuah
keluarga. Perempuan berpendidikan dan sehat akan
memiliki keturunan yang pandai dan sehat pula.
Memberdayakan perempuan sebagai titik sentral
pembangunan keluarga adalah strategi yang tepat.
Itulah yang diandalkan pemerintah, tegas Boediono.
Sesaat sebelumnya, Ketua Panitia Harga XIX Vita
Gamawan Fauzi mengungkapkan, Hari Keluarga yang
diperingati setiap tahunnya merupakan perwujudan
kepedulian dan perhatian pemerintah dan seluruh
masyarakat dalam upaya menjadikan keluarga sebagai
KELUARGA PENENTU
KUALITAS BANGSA
Wapres Pimpin Puncak Peringatan Hari Keluarga XIX
Puncak Peringatan Hari Keluarga XIX
9
NO. 8/ III/ 2012/EDISI KHUSUS HARI KELUARGA
aporan utama l
subjek dan objek pembangunan bangsa. Tahun ini,
Harga mengusung tema Dengan Semangat Hari
Keluarga Kita Bangkitkan Program Kependudukan
dan Keluarga Berencana Nasional. Semangat itu
ditegaskan dalam motto Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera, Keluarga Tangguh dan Mandiri.
Vita menegaskan, peringatan Harga mengingatkan
akan pentingnya keluarga sebagai tempat persemaian
putra-putri bangsa dalam membangun nilai luhur
bangsa. Juga sebagai tempat berkembang mereka
untuk menjadi manusia yang berkualitas.
Keluarga juga menjadi tempat untuk
menanamkan nilai-nilai sosial budaya dalam aspek
kegotongroyongan dan keswadayaan masyarakat yang
perlu dikembangkan, didayagunakan, dan dilestarikan
oleh segenap anggota keluarga. Nilai-nilai itu menjadi
kekuatan dalam membangun bangsa dan menjadi
keluarga sebagai wahana yang tanggung dan mandiri
demi terwujudnya ketahanan nasional, tegas Vita.
Dalam kesempatan terpisah, Gubernur Jawa
Barat Ahmad heryawan juga mengungkapkan
pentingnya keluarga. Ditemui usai bertemu 1.500
tenaga penggerak desa TPD di kampus Universitas
Padjadjaran, Heryawan mengungkapkan bahwa dalam
semua literatur, dalam semua flosof kemasyarakatan,
keluarga memiliki peran yang besar untuk
menentukan keberhasilan masyarakat dalam lingkup
lebih besar.
Tak peduli apakah itu flosof Barat, flosof
Timur, termasuk flosof Islam, keluarga adalah
unit masyarakat paling kecil yang menentukan
masyarakat yang lebih besar. Kita tidak akan mungkin
memimpikan masyarakat yang serta negara yang
aman dan tenteram tanpa ketenteraman yang hadir di
keluarga masing-masing, ujar Heryawan.
Oleh karena itu, peringatan Hari Keluarga sangat
penting dan kita harus menggaungkan pentingnya
keluarga dalam tatanan masyarakat modern.
Keutuhan keluarga sangat penting. Ibu, ayah, dan anak
harus hadir dalam sebuah harmoni yang sangat kuat
dalam sebuah keluarga bahagia, pungkas Gubernur.
Peringatan Hari Keluarga Jawa Barat
Sementara itu, peringatan Hari Keluarga XIX tingkat
Jawa Barat akan digelar pada 17 dan 18 Juli 2012.
Acara yang digelar di Kota Depok ini sekaligus juga
digabung dengan peringatan Hari Anak Nasional yang
jatuh pada tanggal 23 Juli. Kepala Perwakilan BKKBN
Jawa Barat Siti Fathonah menjelaskan, Harga selalu
diperingati spesial karena makna keluarga yang begitu
penting. Gebyar Harga bertujuan mengingatkan
kepada seluruh keluarga di Jawa Barat bahwa
kebahagiaan atau kesejahteraan sebuah keluarga itu
berawal dari lingkup keluarga itu sendiri.
Kemudian kita juga harus mengapresiasi bahwa
dalam satu tahun itu kita punya satu hari khusus yang
memang harus kita spesialkan untuk keluarga, cetus
Fathonah.
Selain itu, puncak perayaan Harga di Depok juga
akan mengangkat adanya integrasi kegiatan-kegiatan
BKKBN dengan program-program lainnya. Sebut
saja misalnya yang dilakukan PKK dalam posyandu.
Kemudian Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB
untuk masalah pemberdayaan perempuan dan hari
anak, termasuk di dalamnya kegiatan untuk remaja.
Untuk pameran dagang, BKKBN juga bekerja sama
dengan Disperindag khususnya untuk UPPKS. Jadi,
kerjasama lintas sektor itu akan kita satukan dalam
momen tersebut, kata Fathonah.
BKKBN juga akan mengglar Lomba cerdas
cermat antarkader dan temu kader se-Jawa Barat.
Pada kesempatan temu kader itu, BKKBN sekaligus
melakukan pembekalan bagi para kader. Di temu
kader itu kita akan memberikan motivation training
untuk para kader kita, pungkas Fathonah.(ELM/NJP)
10
NO. 8/ III/ 2012/EDISI KHUSUS HARI KELUARGA
aporan utama l
P
ada peringatan Hari Keluarga tingkat nasional
di Mataram 30 Juni lalu, Kepala BKKBN Sugiri
Syarief menekankan semakin pentingnya
program Keluarga Berencana (KB). Apalagi. dalam
tiga abad terakhir ini jumlah penduduk Indonesia
diperkirakan naik empat kali lipat. Pada abad ke-17
jumlah penduduk Indonesia diperkirakan hanya
sekitar 10 juta jiwa. Pada abad ke-20 naik menjadi 40
juta jiwa.
Indonesia hanya membutuhkan waktu satu
abad (1900-2000) untuk bertambah penduduknya
sebanyak lima kali lipat. Hasil Sensus Penduduk 2010,
jumlah penduduk Indonesia telah melampaui angka
proyeksi nasional yaitu sebanyak 237,6 juta jiwa dan
laju pertumbuhan penduduk (LPP) rata-rata 1,49
persen atau sekitar 4 juta per tahun. Indonesia sendiri
menduduki peringkat ke-4 penduduk terbesar di
dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat.
Oleh karena itu, program Kependudukan, Keluarga
Berencana, dan Keluarga Sejahtera harus digarap
secara serius agar tidak akan terjadi ledakan penduduk
(baby boom) pada masa yang akan datang, ujar Sugiri.
Meskipun program Kependudukan dan KB telah
berhasil menurunkan angka fertilitas dan LPP, ternyata
jumlah penduduk masih terus meningkat. Hal ini
disebabkan masih banyaknya jumlah penduduk usia
reproduksi sebagai dampak dari tingginya angka
kelahiran pada masa lalu. Hal tersebut memberikan
isyarat bahwa pencapaian kondisi Penduduk Tumbuh
Seimbang akan memerlukan upaya yang lebih keras
lagi.
Hasil Survei Demograf dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) 2007 menggambarkan total fertility rate (TFR)
mencapai angka 2,6, kesertaan ber-KB 61,4 persen,
dan sekitar 9,1 persen PUS yang ingin ber-KB tetapi
belum terlayani (unmet need). Namun, kami percaya
bahwa melalui kerja keras dengan seluruh komponen
masyarakat, instansi pemerintah, TNI dan Polri selama
empat tahun terakhir ini kesertaan KB semakin
meningkat. Dampaknya angka kelahiran semakin
menurun, kata Sugiri.
Sugiri menegaskan, kuantitas penduduk memang
sangat penting. Namun begitu, kualitas juga tak kalah
pentingnya. Kualitas penduduk dipengaruhi oleh
kualitas keluarga, karena itu BKKBN terus melakukan
pembangunan keluarga melalui program keluarga
sejahtera. Kesejahteraan keluarga akan lebih mudah
untuk dicapai apabila anak pada keluarga inti
jumlahnya ideal, yaitu dua anak lebih baik. Caranya
dengan mengatur jarak kelahiran dan jumlah anak,
disertai serta melaksanakan delapan fungsi keluarga
secara baik.
Pria kelahiran Lampung ini percara, keluarga
yang sejahtera menjadikan keluarga damai dalam
kehidupan yang saling menghormati dan saling
menghargai. Dengan demikian, dapat melahirkan
keluarga dan masyarakat yang berkepribadian dan
bermoral tinggi dengan tidak meninggalkan nilai-nilai
sosial budaya bangsa Indonesia untuk bersama-sama
membangun negara yang penuh kedamaian.
MITRA KERJA KUNCI
SUKSES PROGRAM KKB
Sugiri Syarief
Kepala BKKBN Sugiri Syarief
11
NO. 8/ III/ 2012/EDISI KHUSUS HARI KELUARGA
aporan utama l
1. BKB
Terbaik I Kelompok BKB Bougenvile Kab. Bandung Ny. Tita R
Terbaik II Kelompok BKB Melati Kab. Garut Ny. Lilis Eddy
Terbaik III Kelompok BKB Anggrek Kota Bandung Hj. Yuli Fajri
2. BKB KEMAS
Terbaik I BKB Kemas Al Mukarromah Kab. Ciamis Ny. Ani Yulianti
Terbaik II BKB Kemas Nur Drajat Kab. Cirebon Ny. Aan Rohanah
Terbaik III BKB Kemas Roudhatul Alfah Kab. Bekasi
3. KADER BKB
Terbaik I Ny. Wyanita Setya H. Kab. Sukabumi
Terbaik II Ny. Sri Widiyawati Kab. Bandung Barat
Terbaik III Ny. Yani Nurliani
4. BINA KELUARGA REMAJA
Terbaik I Kelompok BKR Mawar IX Kab. Bandung Ny. Sari Sundari
Terbaik II Kelompok BKR Rostika Kab. Bogor Ny. Ris Susi
Terbaik III Kelompok BKR Garuda Kota Depok Ny. Rostika
5. BINA KELUARGA LANSIA
Terbaik I Kelompok Flamboyan Kab. Bogor Ny Susi Rianawati
Terbaik II Kelompok Rosella Kota Cimahi Ny. Ninik
Terbaik III Kelompok An Nur Kab. Indramayu Ny. Inah
6. KELUARGA HARMONIS
Terbaik I Tn. Usman Hermanto dan Ny. Ini Sumiati Kab. Kuningan
Terbaik II Tn. Nour Hakim S. dan Ny. Siti Etingah Kota Bekasi
Terbaik III H. Iman Sudjadi dan Hj. Anie Mulyani Kab. Bandung Barat
7. PIK TAHAP TUMBUH
Terbaik I SMA 5 Kota Bekasi
Terbaik II Kerta Muda Kab. Cianjur
Terbaik III Galaxy Baralak Kab. Majalengka
8. PIK TAHAP TEGAK
Terbaik I Gemas Kab. Bogor
Terbaik II Irma Baetussyukur Kota Banjar
Terbaik III Frerss Kota Bandung
PENERIMA PENGHARGAAN GUBERNUR JAWA BARAT
DALAM RANGKA LOMBA HARI KELUARGA XIX TINGKAT PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012
Di sisi lain, kenyataan yang sering kita temukan
adalah adanya berbagai permasalahan sosial saat ini.
Terutama kemiskinan, kerukunan, dan keharmonisan
antarwarga masyarakat menjadi masalah yang perlu
mendapat perhatian serius yang dirasakan keluarga-
keluarga Indonesia, papar Sugiri lebih jauh.
Kondisi seperti ini tidak lepas dari akar
permasalahan kependudukan yang apabila tidak
ditangani dengan serius dan dikelola dengan baik
akan semakin menyulitkan kehidupan keluarga,
masyarakat dan akhirnya akan mempengaruhi
ketahanan bangsa Indonesia. Hal ini berarti menjadi
tanggungjawab semua pihak baik pemerintah pusat,
provinsi, dan kabupaten atau kota serta semua
komponen bangsa termasuk LSOM, swasta, tokoh
masyarakat dan tokoh agama serta masyarakat itu
sendiri.
Dalam era otonomi daerah saat ini program
kependudukan dan KB di Indonesia sempat melemah.
Saat ini masih ada yang beranggapan bahwa program
KKB masih belum menjadi prioritas pembangunan di
daerah, terutama daerah dengan jumlah penduduk
masih jarang, atau yang PADnya rendah. Atau
sebaliknya, ada sebagian daerah yang merasa sudah
cukup mampu secara fnansial beranggapan boleh
memiliki jumlah penduduk yang banyak.
Padahal kita menyadari bahwa dengan semakin
banyak jumlah penduduk, juga akan timbul isu
persaingan, memperebutkan kesempatan maupun
merebutkan sumber daya alam yang jumlahnya
semakin terbatas, imbuh Sugiri.
Menutup sambutannya, Sugiri menekankan
pentingnya kerjasama semua kalangan dalam
menyukseskan program KKB. Kita menyadari betul
bahwa prinsip kemitraan dan kerjasama yang
sebaik-baiknya dengan semua mitra kerja adalah
kunci keberhasilan program Kependudukan, KB dan
Keluarga Sejahtera, Sugiri menegaskan.(ELM)
12
NO. 8/ III/ 2012/EDISI KHUSUS HARI KELUARGA
aporan utama l
9. PIK TAHAP TEGAR
Terbaik I Sinatria Kab. Bandung Barat
Terbaik II Andalan Kota Cimahi
Terbaik III Mitra Medika Kab. Sukabumi
10. DUTA REMAJA DAN DUTA MAHASISWA
Duta Remaja Putri
Terbaik I Mutiara Nurul A. Kab. Bogor
Terbaik II Riezka Wanda Kab. Karawang
Terbaik III Dian Maris Kab. Purwakarta
Duta Remaja Putra
Terbaik I Iman Abdul R. Kab. Tasikmalaya
Terbaik II Ade ARD Kab. Majalengka
Terbaik III Candra Prawira Kota Sukabumi
Duta Mahasiswa Putri
Terbaik I Risya Kab. Karawang
Terbaik II Pipit Kab. Bandung Barat
Terbaik III Sri Puji Kab. Garut
Duta Mahasiswa Putra
Terbaik I Eggy Nurginanjar Kota Bandung
Terbaik II M. Farid Kab. Karawang
Terbaik III Azhar Kab. Bandung Barat
11. KELOMPOK UPPKS
Terbaik I Pelita Hati Ny. Virgowati Kab. Bogor
Terbaik II Sawargi Ny. Ika Sulikah Kab. Majalengka
Terbaik III Karya Mekar Ny. Nia Kania Dewi Kab. Kuningan
Harapan I Teratai Ny. Neneng Marwati Kota Depok
Harapan II Melati 20 Ny. Septiani Kab. Bandung Barat
Harapan III Anggrek Ny. Betty Nurbaety Kota Sukabumi
12. IMP TELADAN
Terbaik I Atiqah, S.Ag. Kab. Bandung
Terbaik II Dedeh Widaningsih, S.Pd. Kab. Ciamis
Terbaik III Sri Widaningsih Kota Bogor
13. PLKB TELADAN
Terbaik I Anita Latifah Kab. Cianjur
Terbaik II Ahmad Taufk Kota Banjar
Terbaik III Endang Lestari Kota Cirebon
14. KB LESTARI 10 TH
Terbaik I Tn. Rukman-Ny. Eti Rohaeti Kab. Ciamis
Terbaik II Tn. Dahyono-Ny. Sapaah Kab. Kuningan
Terbaik III Tn. Adam Ramdhani-Ny. Ina Herlina Kota Sukabumi
15. KB LESTARI 15 TH
Terbaik I Tn. Lukman Abdul Wafa-Ny. Een Suhaenah Kota Depok
Terbaik II Tn. Setiaatmojo-Ny. Tatik Rahayu Kab. Bandung
Terbaik III Tn Ajat Sudrajat-Ny. Illis Kota Bekasi
16. KB LESTARI 20 TH
Terbaik I Tn. Imam Harmadji-Ny. Gustini Kota Bandung
Terbaik II Tn. Weddy Indra Tossin-Ny. Ika Rostika Kab. Tasikmalaya
Terbaik III Tn. Manopo-Ny. Atin Sunarti Kota Cirebon
17. KB PERUSAHAAN
Terbaik I PT Pindo Deli Kab. Karawang
Terbaik II PT Indonesia Power Kab. Bandung
Terbaik III PT Sanghiang Sri Kab. Subang
18. KELOMPOK KB PRIA
Terbaik I Ki Ageng Jongor Kab. Cirebon
Terbaik II Sejati Kota Banjar
Terbaik III Bahagia Kab. Bandung Barat
13
NO. 8/ III/ 2012/EDISI KHUSUS HARI KELUARGA
A
dalah program TPD
yang kemudian menjadi
pertimbangan utama
Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono menganugerahkan
penghargaan tertinggi bidang
kependudukan dan keluarga
berencana (KKB) tersebut. Maklum,
Jabar merupakan satu-satunya
provinsi yang memiliki petugas lini
lapangan dari kalangan masyarakat
dengan pembiayaan bersumber
dari anggaran pendapatan dan
belanja daerah (APBD).
Kredit poin pertama untuk
Pak Gubernur (Jawa Barat) adalah
TPD. Tidak ada satu daerah pun di
Indonesia yang memiliki program
seperti TPD. Artinya, beliau sangat
prihatin terhadap KKB, dalam hal
ini kekurangan sumber daya PLKB
atau petugas lapangan KB. Itu
kredit poin paling besar, terang
Kepala BKKBN Jawa Barat Siti
Fathonah.
Fathonah yang ditemui sesaat
sebelum pertemuan TPD di Graha
Sanusi Hardjadinata kampus
Unievrsitas Padjadjaran (Unpad)
belum lama ini menambahkan,
alasan kedua pengusulan
Heryawan adalah keberpihakannya
pada program KKB secara umum.
Yakni, kebijakan menghibahkan
dana APBD kepada BKKBN untuk
program KKB.
Di Indonesia ini hanya ada
dua provinsi yang menerima
hibah APBD, yaitu Jawa Barat
dan Jawa Timur. Dibanding Jawa
Timur, cara atau mekanisme yang
ditempuh Pak Gubernur dalam
menghibahkan anggaran untuk
program KKB ini lebih baik. Bila
Langkah Gubernur Jawa
Barat Ahmad Heryawan
meluncurkan program
tenaga penggerak desa (TPD)
mendapat apresiasi positif
sejumlah kalangan. Selain
menjadi rujukan bagi daerah
lainnya, kiprah Heryawan
juga mendapat perhatian
pemerintah pusat. Bertepatan
dengan puncak peringatan
Hari Keluarga ke-19 tingkat
nasional di Mataram, Nusa
Tenggara Barat, pada 30 Juni
2012 lalu, Heryawan mendapat
anugerah Satyalencana
Wira Karya (SWK) bidang
kependudukan dan KB.
Gubernur Ahmad Heryawan Raih
Satyalancana Wira Karya
Sukmawijaya Pelopori Kampung KKB di Sukabumi
aporan utama l
Ahmad Heryawan dan Sukmawijaya
14
NO. 8/ III/ 2012/EDISI KHUSUS HARI KELUARGA
aporan utama l
di Jawa Timur diperoleh setelah
BKKBN perwakilan di sana
mengajukan kepada gubernur.
Sementara itu, di Jawa Barat
berbeda. Saya yang dipanggil oleh
Pak Gubernur dan ditanya, butuh
bantuan apa dari kami? Itu kan luar
biasa, terang Fathonah.
Itu hanya pertimbangan
pengusulan. Di sisi lain, proses
seleksi yang dilakukan Istana boleh
dibilang sangat ketat sekaligus
berat. Fathonah membandingkan,
bila sebelumnya proses
pengusulan hanya dilakukan tim
Sekretariat Militer (Setmil) Presiden,
tahun ini ada lima tingkatan. Selain
menurunkan tim Setmil ke Jawa
Barat, Presiden masih menugaskan
empat pihak untuk melakukan
verifkasi berkas pengajuan yang
dilakukan BKKBN Jabar.
KKB mulai puncuk pemerintahan
hingga masyarakat melalui
Kampung KKB yang di dalamnya
terdapat Taman Posyandu, kata
Fathonah.
Kabupaten Sukabumi terpilih
menjadi model atau pilot project
pelaksanaan program KKB secara
menyeluruh di tengah masyarakat
melalui model Kampung KKB.
Yakni, implementasi pengelolaan
program KKB secara terintegrasi
dan paripurna.
Prinsip Kampung KKB adalah
mengajak kita untuk bersama-
sama, sareundeuk, saigel, sabobot,
sapihanean, sapapait, samamanis,
samanah, satanaga, samilik,
sabilulungan untuk mewujudkan
pembangunan yang menyentuh
masyarakat. Program dikelola oleh
dan untuk masyarakat, terang
Bupati Sukabumi Sukmawijaya
pada kesempatan berbeda.
Ditemui perpisah, Ahmad
Heryawan mengaku bersyukur
mendapat kepercayaan dari
pemerintah pusat. Alhamdulillah,
atas nama masyarakat Jawa Barat,
aaya sampaikan ucapan terima
kasih kepada Pemerintah Pusat
atas penghargaan yang saya
terima. Ini merupakan wujud
apresiasi Pemerintah Pusat
terhadap kinerja Pemerintah
Provinsi Jawa Barat serta seluruh
pihak terkait. Utamanya dalam
mensukseskan program KKB,
ungkap Heryawan.
Lebih lanjut Heryawan
menyatakan jumlah penduduk
Jawa Barat yang besar harus
dikelola dengan baik sebagai
sebuah potensi SDM. Untuk
itu, pihaknya menggulirkan
sejumlah program, baik bidang
pendidikan, kesehatan, penguatan
perekonomian masyarakat,
ketenagakerjaan, pelestarian
lingkungan pembangunan
infrastruktur, dan ketahanan
pangan. Diharapkan dengan
program tersebut SDM
yang melimpah itu menjadi
sumber kekuatan penggerak
pembangunan Jawa Barat. SDM
kita harus tampil unggul dan
berdaya saing, ujarnya.(NJP)
ungkap Fathonah sumringah.
Yang tidak kalah membuat
Fathonah deg-degan
adalah dilibatkannya Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK)
dan Badan Intelejen Negara
(BIN). Beruntung kekhawatiran
perempuan berdarah Solo ini tak
terbukti. Baik KPK maupun BIN
menilai Heryawan bersih sehingga
layak mendapat anugerah SWK.
Fathonah makin berbunga-
bunga karena kandidat lain dari
Jawa Barat, Bupati Sukabumi
Sukmawijaya, juga lolos dari seleksi
ketat Istana.
Alhamdulillah tahun ini Jawa
Barat meloloskan dua orang.
Pertama Pak Ahmad Heryawan,
kedua Pak Sukmawijaya.
Keduanya benar-benar layak
mendapat anugerah SWK karena
Kandidat harus bersih dari
masalah hukum. Untuk keperluan
tersebut, Presiden meminta
Kejaksaan Tinggi Jawa Barat
melakukan pemeriksaan setiap
berkas pencalonan. Hasilnya positif,
mantan ketua Persatuan Umat
Islam (PUI) ini dianggap bersih.
Heryawan pun melenggang ke
pos berikutnya.
Berikutnya, Presiden juga
menurunkan tim Polri untuk
turun ke Jawa Barat. Mereka tidak
ke gubernur, tapi ke sejumlah
stake holders yang berkaitan
dengan KKB. Mereka mendatangi
BKKBN, BPPKB, Dinas Kesehatan,
dan pihak-pihak lainnya. Tim
tersebut mewawancarai tentang
komitmen Gubernur terhadap KKB.
Alhamdulillah tahap ini juga lolos,
keberpihakan mereka pada
program KKB sungguh luar biasa,
ujar Fathonah bangga.
Selama memimpin Sukabumi,
imbuh Fathonah, Sukmawijaya
sukses memelopori program
Kampung KKB yang di dalamnya
berisi pelayanan terpadu program
KKB. Dalam pelaksanaannya,
Kampung KKB ini tak melulu
mengandalkan satuan kerja
perangkat daerah (SKPD) yang
menaungi KKB, melainkan
melibatkan lintas sektoral.
Sebenarnya yang mengajukan
itu Pemkab Sukabumi, namun
kami di BKKBN Jabar tentu
sangat mendukung. Beliau
memang layak mendapatkan
SWK atas keberhasilannya dalam
menggerakkan kembali program
Bersama TPD
15
NO. 8/ III/ 2012/EDISI KHUSUS HARI KELUARGA
N
ah, keunggulan negara
komunis tersebut rupanya
menjalar hingga ke
berbagai aspek. Salah satunya
mengenai one child policy alias
kebijakan untuk hanya memiliki
satu anak bagi sebuah keluarga
China. Negara berpenduduk lebih
dari satu miliar jiwa ini pun berhasil
mengembangkan pelayanan
terpadu program keluarga
sejahtera. Konsep inilah yang
diadopsi Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) menjadi Pusat Pelayanan
Keluarga Sejahtera (PPKS).
Daerah Aisyiyah dari kabupaten
dan kota di Jabar.
Ditemui di sela penandata-
nganan kesepahaman tersebut,
Kepala Bidang Keluarga Sejahtera
dan Pembangunan Keluarga (KSPK)
BKKBN Jawa Barat Tetty Sabarniati
menguraikan secara rinci konsep
PPKS. Tentu saja, keberadaan tidak
bisa dipisahkan dari konsep serupa
di negeri asalnya, China.
Di China, terang Tetty, fokus
pelayanan PPKS meliputi lima
aspek pelayanan. Yakni, 1) Keluarga
bayi berusia 0-3 melalui pendidikan
anak usia dini; 2) Kesehatan
remaja; 3) Kesehatan reproduksi
dan konseling pernikahan
keluarga prenatal dan postnatal;
4) Pembinaan lansia; 5) Konseling
berkaitan dengan kualitas hidup,
kesehatan, dan keluarga sejahtera.
Pelayanan pendidikan usia
aporan khusus l
Di Jabar, pengembangan
PPKS akan dilakukan dengan
menggandeng Pimpinan Wilayah
Aisyiyah (PWA) Jawa Barat.
Kesepakatan tentang Peningkatan
Program Kependudukan dan KB
Nasional melalui Fasilitas Pimpinan
Wilayah Aisyiyah Jawa Barat ini
ditandangani Kepala Perwakilan
BKKBN Jabar Ir. Siti Fathonah,
MPH dan Ketua PWA Jabar Dra.
Muthiah Umar, M.Si di Wisma
Kartini, Jalan Van Deventer, Kota
Bandung, pada 22 Juni 2012 lalu.
Penandatanganan kesepamahan
juga disaksikan seluruh Pimpinan
Tuntutlah Ilmu (KKB)
sampai ke Negeri CHINA!
Tuntutlah ilmu sampai ke Negeri China, begitu kata pepatah
bijak. Ungkapan itu seakan memberikan pengakuan pesatnya
kemajuan ilmu pengetahuan di China. Wajar bila negara
berjuluk Negeri Tirai Bambu ini menjadi rujukan sejumlah
bangsa di dunia untuk mempelajari aneka ilmu pengetahuan.
Pelayanan Kesehatan
16
NO. 8/ III/ 2012/EDISI KHUSUS HARI KELUARGA
aporan khusus l
dini meliputi penyediaan
ruang parenting, berupa ruang
pertemuan bagi orang tua untuk
mendapatkan informasi tentang
tumbuh kembang anak. Ada juga
ruang pojok ASI, yaitu ruang yang
disiapkan bagi ibu menyusui yang
hadir pada pertemuan.
Tersedia juga ruang bermain
yang menyediakan berbagai
mainan yang mampu mendorong
kreativitas anak. PPKS juga
menyediakan perpustakaan anak
yang di dalamnya menyediakan
aneka buku cerita bergambar.
Anak-anak juga dikenalkan pada
kekayaan budaya melalui beberapa
alat permainan maupun alat musik.
Tidak kalah pentingnya
penyediaan ruang pengenalan
publik. Ruangan ini menyediakan
beberapa contoh yang
menggambarkan tempat
tersedia ruang pameran yang di
dalamnya berisi berbagai informasi
yang dibutuhkan oleh remaja,
antara lain alat kontrasepsi, mesin
kontrasepsi, dan lain-lain. Remaja
juga bisa berdiskusi dan membahas
permasalahan yang dihadapi di
ruang meeting khusus remaja.
Sementara itu, ruang konsultasi
kesehatan reproduksi (Kespro)
diperuntukkan untuk melayani
remaja yang akan berkonsultasi
mengenai kespro, termasuk
konsultasi pernikahan dan
fertilitas. Ini berbeda dengan
ruang konsultasi privat yang tidak
menyediakan konselor. Di ruang
ini, remaja memperoleh informasi
melalui teknologi informasi tanpa
berhadapan langsung dengan
konselor.
Ruang pelayanan remaja
juga menyediakan pemeriksaan
kesehatan sekaligus mendeteksi
kemunculan penyakit. Ada juga
ruang kuis untuk menambah
pengetahuan dan ruang healthy
chilbearing untuk mendapatkan
informasi mengenai proses
terjadinya kehamilan serta proses
melahirkan secara sehat.
Kalangan lansia juga mendapat
perhatian memadai. Setelah
melakukan pendaftaran, lansia
bisa mendapatkan informasi
melalui internet di ruang khusus.
Bagi yang bermasalah, lansia bisa
berkonsultasi di ruang konseling.
Sementara ruang pemeriksaan
digunakan untuk memeriksa
lansia yang mengalami gangguan
kesehatan.
Lansia juga bisa berlatih khusus
di ruang kebugaran. Dengan
alat-alat yang sudah disesuaikan
dengan kondisi fsik lansia, alat-alat
kebugaran tersebut bisa digunakan
untuk menjaga agar para lansia
tetap sehat dan dapat beraktivitas
dengan normal. Melihat betapa
paripurnanya pelayanan tersebut,
tampaknya sangat layak bila
kita belajar kependudukan dan
keluarga berencana (KKB) ke
Negeri China.(NJP)
K
esepakatan dituangkan
dalam nota kesepahaman
yang ditandatangani di
Wisma Kartini, Bandung, pada
22 Juni 2012 lalu. Kerjasama
tentang Peningkatan Program
Kependudukan dan KB Nasional
melalui Fasilitas Pimpinan
Wilayah Aisyiyah Jawa Barat ini
ditandangani Kepala Perwakilan
BKKBN Jabar Ir. Siti Fathonah, MPH
dan Ketua PWA Jabar Dra. Muthiah
Umar, M.Si. Penandatanganan
kesepamahan juga disaksikan
seluruh Pimpinan Daerah Aisyiyah
pelayanan umum, seperti super-
market, rumah sakit, dan lain-lain.
Di sisi lain, pelayanan kesehatan
remaja, kesehatan reproduksi dan
konseling pernikahan keluarga,
prenatal, dan postnatal dilakukan
di aula jasa konsultasi. Ada juga
kartu layanan persalinan dan
masalah informasi medis. Sistem
ini dijalankan dengan manajemen
pelayanan modern yang didukung
layanan elektronik, laboratorium
dengan peralatan terbaru, dan
berorientasi pada kesepakatan
dengan keluarga. Pemerintah
China juga mengembangkan
mesin kontrasepsi yang tersebar di
perdesaan yang dapat dijangkau
selama 24 jam menggunakan kartu
pelayanan tadi.
Pelayanan bagi remaja diberikan
di beberapa ruang terpisah. Di sana
Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) Perwakilan
Provinsi Jawa Barat dan
Pimpinan Wilayah Aisyiyah
(PWA) Jawa Barat sepakat
untuk mengembangkan
Pusat Pelayanan Keluarga
Sejahtera (PPKS) yang dalam
pelaksanaannya bekerjasama
dengan Pengurus Wilayah
Aisyiyah Jawa Barat.
Tetty Sabarniati
17
NO. 8/ III/ 2012/EDISI KHUSUS HARI KELUARGA
aporan khusus l
dari kabupaten dan kota di Jabar.
Ditemui usai penandatangan,
Fathonah menjelaskan PPKS
merupakan tempat pelayanan
terpadu program kependudukan
dan keluarga berencana (KKB).
Dalam hal ini, BKKBN membantu
memfasilitasi sarana dan prasarana
pusat layanan informasi dan
dokumentasi KKB, dan layanan
konseling keluarga balita. PPKS
juga melayani pasangan pranikah,
keluarga remaja dan remaja,
keluarga lansia dan lansia, KB dan
kesehatan reproduksi, keluarga
harmonis, dan usaha ekonomi
keluarga.
Kemitraan BKKBN dengan
PW Aisyiyah Jabar merupakan
salah satu tindak lanjut nota
kesepahaman antara BKKBN Pusat
dengan Pengurus Pusat Aisyiyah.
Di Jawa Barat, kesepamahan
itu dikonkretkan dengan
mengembangkan model PPKS,
terang Fathonah.
Melalui PPKS ini, imbuh
Fathonah, masyarakat bisa
mendapatkan informasi,
pelayanan, rujukan, dan lain-
lain. Tahun ini, BKKBN Pusat
menargetkan pembentukan
masing-masing satu model di
setiap provinsi. Mantan Kepala
BKKBN Kalimantan Barat ini
berharap pada 2013 mendatang
PPKS dapat dibentuk di tiap
kabupaten dan kota di Jabar.
Di tempat yang sama, Muthiah
mengaku akan berusaha keras
mewujudkan model PPKS tersebut.
Rencananya, PPKS Jawa Barat akan
diresmukan pada Juli bulan depan.
PPKS akan memanfaatkan salah
satu bangunan milik Aisyiyah Jabar
di Jalan Rancagoong, tidak jauh
dari pusat perbelanjaan terpadu
di daerah Gatot Subroto, Kota
Bandung.
Kerjasama ini meliputi
capacity building program KKB
bagi para pimpinan Aisyiyah di
Jawa Barat. Selain itu, ada juga
kegiatan konseling, advokasi,
komunikasi, informasi, dan edukasi
(KIE), serta promosi program
KKB. Aisyiyah juga berkomitmen
dalam peningkatan ketahanan
keluarga remaja melalui program
Generasi Berencana (GenRe) di
lingkungan Aisyiyah Jawa Barat.
Kami juga memberikan pelayanan
KB dan kesehatan reproduksi
yang berkualitas bagi masyarakat,
terang Muthiah.
Rencananya, peluncuran resmi
PPKS Jawa Barat bakal digelar
pada 16 Juli 2012. Kegiatan ini
merupakan rangkaian kegiatan
Hari Keluarga XIX tingkat Provinsi
Jawa Barat yang dipusatkan di Kota
Bekasi. (NJP)
BKKBN Jabar Aisyiyah
Sepakat Kembangkan PPKS
Kepala Perwakilam BKKBN
Jawa Barat Siti Fathonah dan
Pimpinan Wilayah Aisyiyah
Jawa Barat Muthiah Umar
menandatangani naskah
kerjasama tentang Peningkatan
Program Kependudukan dan
KB Nasional melalui Fasilitas
Pimpinan Wilayah Aisyiyah
Jawa Barat di Wisma Kartini,
Bandung, pada 22 Juni 2012.
18
NO. 8/ III/ 2012/EDISI KHUSUS HARI KELUARGA
ensa l
TPD Bertanya,
Gubernur Menjawab
19
NO. 8/ III/ 2012/EDISI KHUSUS HARI KELUARGA
19
ensa l
20
NO. 8/ III/ 2012/EDISI KHUSUS HARI KELUARGA
ingatan masyarakat, kata Ade saat menyambut
kedatangan rombongan.
Turut mengiringi defle menuju kawasan industri
kebanggaan Jawa Barat tersebut adalah 100 sepeda
motor penyuluh KB, 20 motor besar kelompok Motor
Besar Club (MBC) Karawang, 25 unit mobil of-road,
dan tentu saja 27 unit mobil unit penerangan (Mupen)
KB. Bupati Ade memimpin langsung rangakaian
sepanjang lebih kurang dua kilometer yang melintasi
jalan utama di Kabupaten Karawang tersebut.
Rombongan tiba di kawasan pabrik Pupuk Kujang
seluas 510 hektar tersebut menjelang malam. Seolah
tak kenal lelah, peserta rombongan melanjutkan
kegiatan berupa pemutaran flm di lima titik berbeda.
Rangkaian kegiatan hari itu berakhir sekitar pukul
21.00. Peserta pun memanfaatkan waktu dengan
beristirahat sekaligus mempersiapkan perjalanan
berikutnya menuju Jawa Tengah.
urnal j
SPEKTAKULER
Pesona Jawara Mupen on the Road 2012 Berlangsung Meriah
Spektakuler! Barangkali itulah kata yang tepat untuk menggambarkan betapa spektakulernya
rangkaian kegiatan Penggerakkan Sasaran Operasional Program Kependudukan dan Keluarga
Berencana Jawa Madura (Pesona Jawara) Mupen on the Road 2012 lintas Jawa Barat yang
berlangsung selama dua hari, 4-5 Mei 2012, di Kabupaten Karawang. Di Jawa Barat, kegiatan yang
dimulai dengan pencanangan Bakti TNI KB Kesehatan di Cilegon tersebut dipusatkan di kompleks
industri PT Pupuk Kujang, Cikampek, Kabupaten Karawang.
R
angkaian kegiatan diawali dengan penerimaan
rombongan di lapangan Karawang Pawitan
pada Jumat sore, 4 Mei 20120, oleh Bupati
Karawang Ade Swara. Ade pula yang menerima
pataka Pesona Jawara untuk kemudian diserahkan
kembali kepada Direktur Advokasi dan KIE Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) Paulina Johana S. Dari Karang Pawitan,
rombongan melanjutkan perjalanan sepanjang lebih
kurang 12 kilometer menuju kompleks Pupuk Kujang.
Saya atas nama pribadi dan masyarakat Kabupaten
Karawang menyambut baik kegiatan ini. Kami
percaya kegiatan Mupen on the Road ini mampu
mengakselerasi program KB di Kabupaten Karawang
maupun di Jawa Barat pada umumnya. Kegiatan
ini mengingatkan masyarakat tentang program KB
setelah beberapa tahun sempat tenggelam dari
21
NO. 8/ III/ 2012/EDISI KHUSUS HARI KELUARGA
urnal j urnal j
Kemeriahan sesungguhnya dimulai keesokan
harinya, Sabtu 5 Mei 2012. Perpaduan antara
pelayanan KB dan entertainment berlangsung penuh
kemeriahan di Graha Pupuk Kujang. Di gedung
konvensi berkapasitas besar tersebut dilangsungkan
pertunjukkan menyambut kedatangan peserta
berupa angklung, celempungan, stand up comedy,
dan simulasi story telling tentang perilaku hidup
berwawan kependudukan (PHBK).
Tidak kurang dari Gubernur Jawa Barat Ahmad
Heryawan dan Netty Heryawan larut dalam
kemeriahan yang digelorakan anggota PIK Remaja
salah satu SMP di Kabupaten Karawang itu. Netty
tampak ikut bernyanyi saat kelompok musik angklung
membawakan lagu Keluarga Bahagia yang tidak lain
ciptaan Netty sendiri. Kelompok PIK Remaja juga
tampak piawai saat membawakan lagu kebangsaan
Indonesia Raya dan Mars KB dengan iringan angklung.
Kolaborasi apik antara angklung dan tradisional
berirama khas Pantura terjalin padu saat mengiringi
penari cantik melengak-lengok di hadapan hadirin.
Lagu Goyang Karawang yang familiar hampir di semua
telinga hadirin menggiring pada gerakan tepuk
tangan yang disesuaikan dengan ketukan musik.
Ada nuansa berbeda saat Nurani Widaningsih
dari Picu Pacu Kreativitas mengajak sejumlah anak
naik ke atas panggung. Muka-muka imut tersebut
dipersilakan untuk unjuk kabisa di hadapan gubernur
dan undangan lainnya. Kak Rani, panggilan Nurani,
kemudian mengumpulkan mereka untuk menyimak
cerita tentang kemacetan.
Celoteh polos terus mengiringi tokoh Kaci dan Beni
yang setiap hari berhadapan dengan kemacetan di
kotanya. Mereka pun akhirnya mengerti mengapa
kemacetan muncul. Salah satu akibatnya adalah
terlalu banyaknya jumlah penduduk. Karena itu, harus
dikendalikan dengan baik.
Lain lagi ketika duo Urban, kelompok stand up
comedy asal Bandung, mengocok perut hadirin.
Banyolan segar yang sesekali disisipi pesan tentang
kependudukan dan keluarga berencana (KKB) sukses
membawa rombongan yang melakukan perjalanan
panjang dari Banten hingga Cikampek cukup rileks.
Luar biasa. Sambutan Jawa Barat benar-benar
meriah. Saya salut untuk Jawa Barat yang berhasil
mengemas acara ini dengan luar biasa. Terima kasih
kepada Gubernur Jawa Barat yang berkenan hadir
dan Bupati Karawang serta direksi Pupuk Kujang yang
telah bersedia menjadi tuan rumah acara ini, ungkap
Sekretaris Utama BKKBN Subagyo saat dimintai
tanggapannya tentang acara tersebut.
Menjelang tengah hari, rombongan utama Pesona
Jawara sebanyak 21 unit mupen dilepas Gubernur
Jawa Barat di halaman kantor pusat PT Pupuk Kujang.
Rombongan langsung menuju Jawa Tengah untuk
kemudian melanjutkan kembali di Yogyakarta,
Madura, dan Gresik. Penyambutan Pemerintah Provinsi
Jawa Tengah akan dilakukan di Kabupaten Brebes,
sebelum kemudian puncak kegiatan dilangsungkan di
Ungaran, Semarang.
Dalam sambutannya, Kepala Perwakilan BKKBN
Jawa Barat Siti Fathonah menjelaskan, Pulau Jawa
dan Madura menjadi sasaran kegiatan ini didasarkan
atas pertimbangan bahwa 58 persen penduduk di
Indonesia saat ini bertempat tinggal di dua pulau
tersebut. Bila dirata-rata, sehingga setiap kilometer
per segi dihuni sekitar 1.055 orang. Padahal, luas
daerahnya hanya 7 persen dari total Indonesia.
Melalui kegiatan Pesona Jawara Mupen On The
Road tahun 2012 ini, diharapkan komitmen pemerintah
dan pemerintahan daerah, serta dukungan mitra kerja
semakin kuat, serta meningkatnya akses masyarakat
terhadap program KKB. Kegiatan tersebut juga
diharapkan dapat meningkatkan citra program KKB di
Indonesia, tandas Fathonah.
Ahmad Heryawan yang membuka kegiatan secara
resmi mengaku sangat mengapresiasi kegiatan
Pesona Jawara Mupen On The Road yang digagas
BKKBN. Jawara dalam pengertian lain, kata Gubernur,
menegaskan bahwa mupen dan penggerak lini
lapangan merupakan jawara dalam menyukseskan
program KB. Heryawan berharap kegiatan mampu
membangkitkan kesadaran dan menghadirkan
kebersamaan dalam menyelesaikan program
kependudkan di Jawa Barat.
Sebab, kependudukan akan jadi masalah yang
sangat rumit bila kita tidak melakukan langkah-
langkah pengendalian dan langkah penanggulangan
serta penyelesaiannya. Pertambahan penduduk
tidak semata-mata tambah jumlah, tapi ada konsep
sosiologis yang terkait dengan kebutuhan. Semakin
banyak jumlah, semakin bertambah kebutuhan, kata
Heryawan.(NJP)
Sestama BKKBN Subagyo
22
NO. 8/ III/ 2012/EDISI KHUSUS HARI KELUARGA
P
asangan muda itu maju mundur mendekati
etalase kondom di sebuah pusat perbelanjaan.
Si perempuan mendorong sang lelaki untuk
maju, tapi sang lelaki justru merangsek mundur.
Keduanya malu-malu, tatapan tajam karyawan
perempuan di belakang etalase membuat keduanya
semakin ciut. Yang terjadi justru mereka balik kanan
menjauhi etalase kondom. Tak ada komunikasi verbal,
hanya tatapan mata saja tak bisa menjelaskan bahwa
keduanya sudah menikah, suami istri.
Kejadian semacam itu seringkali terjadi. Stigma
negatif masyarakat terhadap kondom membuat
kampanye pemakaian kondom di Indonesia selalu
memancing kontroversi. Pada 2007, penolakan keras
juga terjadi ketika muncul ide untuk menyediakan
ATM kondom di tempat umum. Image kondom yang
lekat dengan seks bebas dan perzinaan membuat
kondom menjadi hal yang selalu memicu kontroversi,
Cobalah jangan mendiskreditkan orang yang
memakai kondom, ungkap Siti Fathonah Kepala
Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Barat menanggao
polemik kondom yang kembali mencuat setelah
Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi menggulirkan
kampanye kondom.
Terkait stigma negatif kondom yang sering
disamakan dengan zina atau seks bebas, Fathonah
tidak menampik bahwa penjualan kondom meningkat
setiap perayaan Valentine atau malam Tahun Baru.
Fakta itu merupakan fenomena penyakit sosial di
masyarakat. Namun, bukan berarti suami istri harus
sembunyi-sembunyi untuk mendapatkan kondom.
Akan sakit kita bila pasangan suami istri sembunyi-
sembunyi membeli kondom hanya karena masyarakat
membuat judgement yang tidak benar bahwa
kondom equal to zina, jelas Siti Fathonah lebih jauh.
Ya, Juni lalu Menteri Nafsiah kembali mengangkat
kampanye pemakaian kondom dalam masyarakat.
Sasaran kampanye ini adalah golongan dengan risiko
seksual tinggi (high risk), seperti pasangan suami istri
yang salah satunya merupakan penderita HIV/AIDS
dan pekerja seks komersial (PSK).
Mencegah Kehamilan,
Melindungi dari HIV/AIDS
Tentang Kondom, Kebijakan BKKBN Tidak Berubah
urnal j
Edukasi Alat Kontrasepsi
23
NO. 8/ III/ 2012/EDISI KHUSUS HARI KELUARGA
urnal j
Hal tersebut ditegaskan kembali oleh Fathonah.
Dalam program BKKBN, selain sebagai alat kontrasepsi
untuk mencegah terjadinya kehamilan yang tak
diinginkan, kondom memiliki dua fungsi sekaligus
dalam dual protection bagi pasangan suami istri
dengan ODHA. Kondom sebagai dual protection itu
sesuatu yang tidak bisa dilepaskan, untuk kontrasepsi
dan mencegah HIV saling terkait.
Dari dulu sampai sekarang, program BKKBN
itu memberikan kondom seumur
hidup bagi pasangan suami
istri yang suami atau istrinya
salah satu sudah terinveksi
HIV. BKKBN harus menjamin
ketersediaan kondom bagi
keluarga-keluarga tersebut.
Pertama, tidak akan terjadi
kehamilan dalam keluarga yang
salah satunya positif HIV, dan yang
kedua tidak menulari pasangannya.
Ini yang harus diingat benar, dual
protection artinya ke situ, jelasnya
panjang lebar.
Kondom juga dipergunakan sebagai
kontraseosi sela. Misalnya seorang pria
menjalani vasektomi, maka dalam waktu
minimal 20 kali berhubungan badan harus
tetap menggunakan kondom. Hal yang sama
digunakan bagi keluarga yang memilih KB alami.
Yakni, keluarga yang melakukan hubungan badan
berdasarkan sistem kalender. Dengan begitu, bila
mereka dituntut memperhatikan betul kapan masa
subur seorang perempuan.
Nah, ketika mereka melakukan hubungan badan
pada masa subur, maka harus menggunakan kondom.
Harus diingat bahwa tidak semua masyarakat
Indonesia mau menggunakan alat kontrasepsi modern
dan hormonal. Karena itu, kondom menjadi alternatif,
kata Fathonah.
Menurut data BKKBN, dari tahun ke tahun
pengguna kondom terus meningkat setiap tahun.
Menurut Fathonah, BKKBN sendiri sulit melakukan
pencatatan akseptor kondom karena banyak pria
mendapatkan kondom di apotek atau toko. Pengguna
kondom yang tercatat hanyalah yang mendapatkan
kondom dari klinik KB saja.
Ditemui terpisah, Kepala Bidang KB dan Kesehatan
Reproduksi BKKBN Jabar Yudi Suryadi
mengungkapkan,
rendahnya angka
penggunaan kondom
melalui klinik KB berkaitan
erat dengan aspek kultural.
Banyak orang merasa malu
ketika harus mendaftarkan
namanya di klinik KB untuk
mendapatkan kondom.
Beda dengan penjualan di tempat umum yang tidak
memerhatikan latar belakang pembeli.
Aspek lainnya berkaitan dengan kepraktisan.
Kadang orang itu tidak mau ribet. Ketika akan
melakukan hubungan seksual misalnya, tidak jarang
laki-laki menganggapnya ribet ketika harus terlebih
dahulu memasang kondom, kata Yudi.
Di sisi lain, Yudi berharap agar kebijakan kondom
tidak harus menjadi polemik. Dalam kerangka
program KB, imbuh Yudi, kondom merupakan
alat kontrasepsi dan memberikan perlindungan
bagi keluarga yang terinfeksi HIV. Sehingga, data
penjualan kondom yang dimilikinya sejalan
dengan kebijakan itu.
Hingga Mei tahun ini, pihaknya baru
berhasil menjaring 20.165 orang atau sekitar
30 persen target akseptor yang dicanangkan
BKKBN Jabar. Sementara target BKKBN
Jabar pada angka 66.430 orang. Dari
pemakai aktif, paling banyak di Kota
Bekasi sejumlah 9.864 orang, lalu disusul
Kabupaten Bekasi 8.148 orang. Angka
pengguna terendah di Kota Cirebon,
hanya 847 orang. Untuk Cirebon sudah
melampaui target karena targetnya kita
hanya 700 orang, tutup Yudi.
Pada kesempatan berbeda, Ketua Forum
Antarumat Beragama Peduli Keluarga Sejahtera dan
Kependudukan Jawa Barat Rachmat Syafei percaya
kampanye kondom bukan untuk melegalisasi seks
bebas. Lagipula perlu diteliti juga, apa karena kondom
ini seks bebas jadi merebak atau karena kesadaran
agamanya yang kurang, kata Rachmat.
Rachmat menilai, program ini bertujuan
mencegah timbulnya bahaya yang lebih besar. Ini
kan dampaknya ke HIV/AIDS. Perlu dipahami dulu
bagaimana dampak yang ditimbulkan. Seringkali di
masyarakat itu timbul persepsi melegalkan prostitusi
dan lainnya, kata Rachmat.
Salah satu ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Jawa Barat ini optimistis program Menkes Nafsiah ini
tak akan menimbulkan hal begitu negatif. Karena
apa? Negatif atau tidak itu kembali kepada masyarakat
masing-masing. Tapi intinya, usaha ini dilakukan
untuk mengatasi problema yang lebih besar, pungkas
Rachmat di Bandung pada 26 Juni lalu.(IKA)
P
r
o
f. D
r. R
a
c
h
m
a
t
S
y
a
fe
i
24
NO. 8/ III/ 2012/EDISI KHUSUS HARI KELUARGA
urnal j
K
etujuh PT itu terdiri atas Universitas
Padjadjaran (Unpad), Universitas Pendidikan
Indonesia (UPI), Universitas Islam Negeri
(UIN) Sunan Gunung Djati Bandung, Universitas
Pasundan (Unpas), Universitas Islam Bandung
(Unisba), Universitas Langlangbuana (Unla), dan
Universitas Jenderal Ahmad Yani (Unjani). Pada saat
yang sama, Kepala BKKBN Jabar Siti Fathonah juga
menandatangani nota kesepahaman dengan Ikatan
Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Bandung.
Perguruan tinggi sangat melekat dengan tugas
pokok Tri Dharma yang salah satunya berupa
pengabdian kepada masyarakat. Sementara pemilihan
kegiatan KKN karena di sanalah berlangsung kegiatan
yang melibatkan mahasiswa dan masyarakat
secara bersama-sama. Kami berharap materi-
materi kependudukan akan lebih mudah diterima
masyarakat, harap Ketua Koalisi Indonesia untuk
Kependudukan dan Pembangunan Jawa Barat Ferry
Hadiyanto yang menginisiasi kerjasama tersebut.
Selain menjalankan fungsi-fungsi komunikasi,
informasi, dan edukasi (KIE), peserta KKN juga akan
dilibatkan secara langsung dalam kegiatan KKB di
tengah masyarakat. Lebih dari itu, mahasiswa akan
diajak untuk ikut mencari peserta baru keluarga
berencana (KB). Ketua Program Magister Ilmu Ekonomi
Unpad berharap kerjasama BKKBN dengan PT bisa
menjadi model kemitraan dalam implementasi
pendidikan kependudukan.
Ferry menegaskan, kependudkan perlu mendapat
perhatian serius demi terwujudnya tujuan
pembangunan. Terlebih Jawa Barat tercatat sebagai
provinsi dengan jumlah penduduk paling gemuk di
Indonesia. Karena itu, para pemimpin daerah perlu
memiliki visi kependudukan dalam membangun
daerahnya.
Pembangunan harus senantiasa berpusat pada
kependudukan. Tanpa itu, maka program-program
pemerintah bisa menjadi garam yang ditabur ke
lautan. Semuanya mubazir, tegas Ferry.
Di sisi lain, pimpinan Unpad menawarkan kerjasama
lebih luas dari sekadar program KKN. Tawaran itu tidak
lepas dari besarnya potensi sumber daya manusia
(SDM) yang dimiliki salah satu perguruan tinggi
terkemuka di Jawa Barat tersebut.
Berbicara di hadapan pimpinan tujuh LPPM dan
peserta seminar kependudukan, Wakil Rektor Bidang
PPM, Kerja Sama, dan SDM Unpad Dr. dr. med.
Setiawan mengaku sangat tertarik menjalin kerjasama
program konkret KKB. Setiawan pun langsung
menantang BKKBN Jabar untuk menyiapkan seorang
wakilnya untuk mendiskusikan lebih jauh mengenai
program-program yang akan dilakukan.
Sampai Desember 2011, Unpad memiliki jumlah
41.412 mahasiswa, dengan rincian Doktor 1.792
Tujuh Perguruan Tinggi Sepakat Gelar KKN Tematis
BERSAMA MAHASISWA MERETAS
JALAN KEPENDUDUKAN
Tujuh perguruan tinggi (PT) di Jawa Barat
memastikan diri siap melaksanakan kuliah
kerja nyata (KKN) dengan tema kependudukan
bagi mahasiswanya. Kesiapan ini tertuang
dalam nota kesepahaman antara Badan
Kependudukan dan Beluarga Berencana
Nasional (BKKBN) Perwakilan Jawa Barat
dengan tujuh pimpinan Lembaga Penelitian
dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) yang
ditandatangani pada 4 Juli 2012 lalu di Bale
Rumawat, kampus Universitas Padjadjaran
(Unpad), Jalan Dipati Ukur 35 Bandung.
25
NO. 8/ III/ 2012/EDISI KHUSUS HARI KELUARGA
orang, Magister 3.616 orang, Spesialis 1.147 orang,
Profesi 1.482 orang. Proporsi terbesar Strata Satu (S-1)
sebanyak 28.295 orang. Ada juga Diploma IV (D-IV)
76 orang, Diploma III (D-III) 5.004 orang. Unpad juga
memiliki sekitar 192 ribu alumni yang tersebar di
berbagai tempat, baik di dalam maupun luar negeri,
kata Setiawan.
Jumlah yang besar tersebut, merupakan potensi
luar biasa bagi pengembangan program KKB di
Jawa Barat. Terlebih di dalamnya terdapat ahli-
ahli kesehatan yang siap diterjunkan memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Belum lagi sekitar 1.800
dosen yang tersebar di 16 fakultas di almamaternya.
Kepada BKKBN, kami menawarkan untuk
melakukan kerjasama lebih konkret. Misalnya dengan
memberikan pelatihan kepada dokter-dokter untuk
melakukan pelayanan KB kepada masyarakat.
BKKBN tinggal menyiapkan kontak. Unpad juga
akan menyiapkan hal yang sama. Kemudian duduk
satu meja untuk membicarakan program, Setiawan
menambahkan.
Bagi Setiawan, kemitraan PT dan lembaga
pemerintah maupun masyarakat sangat penting untuk
membangun kualitas SDM. Dengan begitu, kuantitas
penduduk yang melimpah bisa diimbangi dengan
peningkatan kualitas.
Masalahnya, imbuh Setiawan, semua harus
melakukan sinergi secara konkret. Betapapun
perguruan tinggi memiliki SDM melimpah, tentu tidak
bisa menyelesaikan masalah sendirian. Bahkan, untuk
perguruan tinggi nomor satu sekalipun.
Taruhlah misalnya Harvard University,
universitas nomor satu di dunia. Tentu, tak akan
bisa menyelesaikan masalah sendirian. Karena itu,
Unpad mengapresiasi sinergi BKKBN yang diinisiasi
Koalisi Kependudukan mengenai kerjasama KKN
kependudukan, tegas Setiawan.
Gayung pun bersambut. Kepala Perwakilan BKKBN
Jabar Siti Fathonah mengaku sangat beruntung
bisa bermitra dengan kalangan pendidikan tinggi.
Untuk pelayanan kesehatan misalnya, Fathonah
sangat berterima kasih bila Unpad bersedia turut
menyediakan sumber daya manusia.
Salah satu keterlibatan Fakultas Kedokteran
(FK) Unpad misalnya, saya berharap dalam proses
screening atau penapisan klinis calon akseptor. Proses
ini memang hanya bisa dilakukan tenaga medis atau
paramedis. Ini yang kita harapkan, terang Fathonah.
Lebih jauh lagi, Fathonah berharap FK Unpad juga
turut membantu dalam pelayanan metode kontrasepsi
jangka panjang (MKJP) berupa pemasagan IUD dan
implant. Sementara itu, tindakan medis operasi pria
(MOP) maupun wanita (MOW) hanya bisa dilakukan
dokter spesialis obgyn yang sudah terlatih.
Untuk dapat memberikan pelayanan tersebut,
terang Fathonah, seorang dokter spesialis harus
sudah terlebih dahulu mendapat pelatihan khusus
dari P2KS di tingkat provinsi dan P2KP di tingkat
kabupaten dan kota. Instruktur yang dalam P2KS
maupun P2KP merupakan dokter-dokter spesialis
obgyn yang terlatih melakukan pelayanan.
Mereka itu seperti master of trainer. Tugasnya
memberikan pelatihan kepada dokter lain, Fathonah
menambahkan.(NJP)
urnal j
Kemitraan dengan Perguruan Tinggi
26
NO. 8/ III/ 2012/EDISI KHUSUS HARI KELUARGA
urnal j
T
iap daerah harus mencontoh Jawa Barat.
Begitu kata Deputi Keluarga Sejahtera dan
Pembangunan Keluarga (KSPK) Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) Soedibyo Alimoeso menyikapi kekurangan
petugas lapangan keluarga berencana (PLKB) hampir
di seluruh daerah di tanah air pada akhir tahun 2011
lalu.
Meskipun provinsi ini kekurangan PLKB, mereka
tidak kehilangan akal. Jawa Barat menggunakan
dana APBD provinsi untuk mengangkat tenaga
honor tenaga penggerak desa atau TPD untuk
membantu tenaga PLKB melakukan penyuluhan KB,
kata Soedibyo yang kala itu masih menjadi sekretaris
utama BKKBN.
Rupanya, imbauan Soedibyo tak sia-sia. Hingga
pertengahan 2012 ini, Gubernur Jawa Barat Ahmad
Heryawan mengaku kerap menerima kunjungan
dari provinsi lain untuk studi banding kebijakan TPD.
Sekarang banyak daerah lain datang ke Jawa Barat
untuk melakukan studi banding mengenai TPD. Mereka
tertarik mengikuti jejak Jawa Barat dalam menyediakan
tenaga sukarela untuk membantu PLKB yang jumlahnya
terus berkurang setiap tahun, kata Heryawan saat
ditemui usai bertemu sekitar 1.500 TPD dari kabupaten
dan kota se-Jabar di Graha Sanusi Hardjadinata, kampus
Universitas Padjadjaran (Unpad), Jalan Dipati Ukur 35
Bandung, 9 Juli 2012 lalu.
Heryawan yang belum lama ini menerima
penghargaan Satyalancana Wira Karya menjelaskan,
selain menyangkut mekanisme kerja dan pola
rekruitmen, sejumlah provinsi juga mempelajari skema
penganggaran yang dilakukan Pemprov Jabar. Hal ini
menjadi salah satu perhatian pemerintah daerah di
tempat lain karena pembiayaan TPD bersumber dari
APBD provinsi. Di sisi lain, BKKBN merupakan lembaga
vertikal.
Tahun ini, imbuh Heryawan, Gedung Sate
menggelontorkan dana tidak kurang dari Rp 9 miliar
untuk penguatan program KKB di Jawa Barat. Jumlah
ini meningkat tajam dibanding kali pertama program
TPD digulirkan tiga tahun lalu sebesar Rp 5 miliar.
Mereka Ingin Belajar
TPD ke Jawa Barat
Heryawan menyapa TPD
27
NO. 8/ III/ 2012/EDISI KHUSUS HARI KELUARGA
urnal j
Bagi Fathonah yang sebelumnya bertugas di
Kalimantan Barat tersebut, keinginan daerah lain
untuk melakukan studi banding TPD merupakan
sebuah pengakuan atas prestasi Jawa Barat dalam
mengakselerasi program kependudukan dan keluarga
berencana (KKB). Apalagi, sejauh ini hanya Jawa Barat
yang memiliki 1.500 orang tenaga honor lapangan KB.
Janji Pertahankan TPD
Seakan menegaskan komitmennya pada program
KKB, Heryawan berjanji untuk mempertakankan
keberadaan TPD. Cuma saja, dia mengaku tidak bisa
menjamin kebijakannya akan terus berlanjut atau
tidak manakala dirinya sudah tidak lagi menjabat
sebagai orang nomor satu di Jawa Barat.
Bahkan, saya menginginkan adanya penambahan
jumlah TPD di Jawa Barat. TPD sangat membantu
akselerasi program kependudukan dan KB di
masyarakat. Kebijakan TPD ini selaras dengan
kebijakan-kebijakan lain dalam rangka mengakselerasi
pembangunan di Jawa Barat. Di bidang pertanian
juga kita menambah sejumlah penyuluh pertanian.
Demikian juga dengan sektor lain lainnya dilakukan
upaya-upaya percepatan, kata Heryawan.
Penegasan Heryawan tersebut menanggapi
pernyataan sejumlah TPD yang mengaku
mengkhawatirkan masa depannya. Selain meminta
penjelasan kemungkinan naiknya status kepegawaian
menjadi pegawai negeri sipil (PNS), sebagian di antara
mereka malah mengaku khawatir kebijakan TPD akan
berhenti di tengah jalan.
Bagaimana dengan kemungkinan peralihan
status menjadi PNS? Heryawan yang dinobatkan
sebagai salah satu tokoh perubahan oleh sebuah
harian nasional ini menjelaskan bahwa kewenangan
mengangkat dan memberhentikan PNS ada pada
pemerintah pusat. Upaya yang bisa dilakukan
pemerintah provinsi adalah mengusulkan skema
penerimaan CPNS bagi tenaga lapangan KB kepada
pemerintah pusat.
Kalau kewenangan (mengangkat PNS) itu ada pada
pemerintah provinsi, maka sudah sejak awal seluruh
TPD diangkat menjadi PNS. Atau bila pemerintah
provinsi bebas mengajukan calon PNS, maka saya
akan mengusulkan seluruh TPD jadi PNS, kata
Heryawan disambut gemuruh tepuk tangan sekitar
1.500 TPD yang datang dari kabupaten dan kota di
Jawa Barat.
Namun demikian, Heryawan meminta TPD tidak
berkecil hati. Pihaknya akan berusaha menaikkan
bantuan operasional TPD sesuai kemampuan
keuangan pemerintah provinsi. Cara lainnya, dia
mengimbau agar TPD juga berkiprah di dunia usia
atau kewirausahaan. Dengan demikian, akan terhindar
dari ketergantungan kepada tunjangan daerah atau
bahkan gaji sebagai pegawai.
Saya bersyukur dan bangga manakala ada
Bapak atau Ibu yang berwirausaha. Dengan jadi
wirasauahawan, Bapak atau Ibu juga berpeluang
untuk melibatkan orang lain sebagai tenaga kerja.
Hal ini akan membantu membuka lapangan kerja dan
pengantasan kemiskinan, papar Heryawan.(NJP)
Tidak semua dana APBD diberikan untuk
keperluan operasional TPD. Ada juga bentuk lain
yang masih satu kerangka dalam program penguatan
KKB. Saya melihat bahwa kependudukan merupakan
persoalan serius yang harus disikapi secara strategis.
Caranya, penduduk yang belum lahir dikendalikan,
sementara yang sudah lahir diberdayakan, kata
Heryawan.
Kepala Perwakilan BKKBN Jawa Barat Siti Fathonah
yang ditemui sesaat sebelum pertemuan TPD bersama
Gubernur Jawa Barat mengungkapkan hal senada.
Saat kami mengikuti peringatan Hari Keluarga XIX
tingkat nasional di Nusa Tenggara Barat, banyak
kawan dari kabupaten dan kota yang mengaku
tertarik dengan TPD. Mereka ingin mempelajari
lebih jauh mengenai TPD kepada Jawa Barat, kata
Fathonah.
Deputi KSPK BKKBN Sudibyo Alimoeso
Silaturahmi TPD se-Jawa Barat
28
NO. 8/ III/ 2012/EDISI KHUSUS HARI KELUARGA
D
eburan ombak yang terus menderu
sepanjang hari menjadi teman bagi lebih
dari 1.000 mahasiswa Fakultas Kedokteran
(FK) Universitas Padjadjaran (Unpad) saat berada di
Rancabuaya, sebuah kawasan pantai di Kecamatan
Caringin, daerah paling selatan Kabupaten Garut,
selama tiga hari, 28-30 Juni 2012. Selama tiga hari
itu pula mereka tinggal dan berkegiatan bersama
masyarakat.
Itulah rangkaian kegiatan pengabdian masyarakat
FK Unpad yang diberi label From Rancabadak to
Rancabuaya: From West Java to the World for Global
Health. Kegiatan pokok yang diikuti 1.100 mahasiswa
dari program studi diploma kebidanan, sarjana
kedokteran, dan pendidikan dokter spesialis serta staf
pendidik dan kependidikan FK Unpad ini meliputi
balai pengobatan, khitanan massal, operasi katarak,
operasi bibir sumbing, penyuluhan kesehatan dan
pemeriksaan kehamilan serta KB, dan pembuatan
MCK. Kegiatan dihelat bersamaan di enam desa
di Kecamatan Caringin yang berbatasan langsung
dengan Samudera Indonesia tersebut.
Ada juga kegiatan survei kesehatan dasar,
peresmian Bumi Padjadjaran Walagri (Health Science
Centre), dan peresmian e-health. Bumi Walagri yang
berarti rumah sehat ini merupakan satu model baru
pelayanan kesehatan masyarakat yang dikembangkan
FK Unpad. Berbeda dengan pusat kesehatan
masyarakat (Puskesmas) yang lebih mengedepankan
aspek kuratif atau pengobatan, rumah sehat ala FK
Unpad ini mencoba mengajak masyarakat lebih
mewaspadai kemungkinan datangnya penyakit. Di
sinilah aspek preventif lebih dikedepankan.
Dekan FK Unpad Tri Hanggono Achmad
menjelaskan, pengabdian kepada masyarakat
merupakan salah satu bentuk pengejewantahan misi
FK Unpad, yaitu Science for Society, from West Java to the
World for Global Health. Kegiatan ini juga diharapkan
dapat menjadi sarana dan kesempatan bagi civitas
akademika FK Unpad untuk berperan serta dalam
penanganan masalah kesehatan lokal dan global.
Bukan rahasia lagi, tidak banyak dokter yang
bersedia ditempatkan di sini. Paling satu atau dua bulan
From Rancabadak
to Rancabuaya
urnal j
Pemeriksaan Kesehatan Gratis
29
NO. 8/ III/ 2012/EDISI KHUSUS HARI KELUARGA
urnal j
sudah pindah. Nah, melalui program ini kami akan
mencoba membuat sebuah sistem terpadu manajemen
pelayanan kesehatan. FK Unpad akan melaksanakan
program berkelanjutan untuk menggarap Jabar bagian
selatan yang selama ini belum banyak terjangkau
pelayanan kesehatan, terang Tri.
Tri menegaskan, kegiatan tiga hari di Rancabuaya
bukanlah kepedulian sesaat. Kegiatan selanjutnya
justru menjadi sangat penting. From Rancabadak to
Rancabuaya hanya momentum untuk mengenalkan
mahasiswa kedokteran kepada kondisi masyarakat
secara riil. Tri berharap kegiatan ini mampu
membangun empati mahasiswa untuk kemudian
berperan lebih besar di masyarakat.
Pelibatan lebih jauh dalam pelayanan masyarakat,
papar Tri, pihaknya akan menjadikan Jabar Selatan
sebagai daerah ujicoba manajemen kesehatan
terpadu. Caranya, FK Unpad akan membangun simpul-
simpul pelayanan di beberapa titik. Di antaranya
Pameungpeuk dan Caringin. Jaringan akan diperkuat
dengan kerjasama pembangunan layanan kesehatan
di Banjar dan Sukabumi. Dengan demikian, tidak
semua pelayanan kesehatan dirujuk ke RS Hasan
Sadikin (RSHS) di Bandung.
Simpul-simpul rumah sakit ini akan membangun
jaringan komunikasi, baik dengan sesama rumah
sakit di Jabar Selatan maupun dengan RSHS dan FK
Unpad. Dengan begitu, pasien bisa ditangani di rumah
sakit-rumah sakit binaan tadi. FK Unpad juga akan
menghubungkan antarrumah sakit melalui satelit.
Karena itu, kita mati-matian memasang perangkat
teknologi di sini. Harapannya, dalam keadaan tertentu,
dokter atau tenaga kesehatan di sini bisa memberikan
tindakan medis dengan panduan dari dokter ahli di
RSHS atau FK Unpad, papar Tri.
Pembantu Dekan III FK Unpad A Hussein S
Kartamihardja menjelaskan, program ini merupakan
rangkaian dari Lustrum XI FK Unpad. Kegiatan ini
diharapkan merupakan program berkelanjutan dan
dapat memberdayakan masyarakat serta mengajak
masyarakat untuk berpartisipasi aktif. Kegiatan ini
melibatkan sejumlah pihak, antara lain RSHS, Rumah
Sakit Mata Cicendo, Kepolisian Resor Garut, Kostrad,
BKKBN Perwakilan Provinsi Jawa Barat, dan lain-lain.
Sebagai sebuah institusi pendidikan, FK Unpad
tidak hanya memperhatikan aspek akademik semata
tetapi juga memberikan perhatian yang sama pada
pengembangan soft skill peserta didik. FK Unpad pun
menekankan pentingnya empati (kesantunan perilaku)
dan moralitas (kesantunan batin) dengan melaksanakan
program-program yang dapat mengembangkan nilai-
nilai luhur. Karena itu, program pengabdian kepada
masyarakat ini dikemas sebagai bagian dari pembinaan
kemahasiswaan FK Unpad, terang Hussein. (NJP)
30
NO. 8/ III/ 2012/EDISI KHUSUS HARI KELUARGA
T
entu, Jurus Jitu Mencari
Jodoh begitu Chocodot
menyebutnya tak hanya
melulu soal itu. Ada tiga pesan lain
yang disampaikan dalam salah satu
kemasan cokelat Chocodot Genre
Series yang diluncurkan di markas
Chocodot Garut tersebut.
Seri pertama dengan tema
Cokelat Pencari Jodoh ini
mensyaratkan kesiapan mental,
fsik, dan kedewasaan dalam
persiapan menikah. Juga, carilah
pasangan menikah dengan usia
ideal: pria 25 tahun, perempuan 20
tahun. Tak kalah pentingnya adalah
kepiawaian dalam memikat calon
pasangan, orang tua, dan teman-
temannya.
Pesan berbeda akan ditemukan
dalam kemasan lainnya. Kali ini
Chocodot mengusung tema
Cokelat untuk Keluarga Kecil.
Dengan bungkus perpaduan warna
putih, biru cerah, dan kuning,
penggila cokelat akan menemukan
pesan penting di bagian belakang.
Pastikan anak Anda Cuma dua
karena lebih banyak anak, makin
banyak cokelat yang harus dibagi,
bunyi pesan dalam kepingan white
chocolate 100 gram tersebut.
Sederet pesan yang diberi
label Rumus Tepat Menyantap
Cokelat ini menyarankan agar
cokelat dibagi rata menjadi empat
bagian. Ayah, ibu, kakak, dan
adik akan mendapat bagian yang
sama. Dengan ketentuan itu,
makan cokelat pun menjadi lebih
nikmat. Apalagi, bila dinikmati
saat bercengkerama. So, cokelat
pun bisa membuat keluarga kecil
tambah bahagia.
Ngomong-ngomong, di mana
cokelat Chocodot Genre Series
ini didapatkan? Ya, tentu saja di
outlet-outlet Chocodot. Seperti
halnya kemasan 100 gram lainnya,
cokelat seri generasi berencana
ini dibanderol dengan harga yang
sama.
Pada prinsipnya kami hanya
menitipkan pesan-pesan Genre
kepada Chocodot. Adapun
bunyi pesan disesuaikan dengan
konsep yang dikembangkan tim
kreatif Chocodot. Bagi kami yang
penting substansi pesan sampai
kepada remaja, kata Kepala Sub
Bidang Advokasi BKKBN Jabar
Elma Triyulianti ihwal cokelat edisi
khusus tersebut.
Penerbitan Chocodot Genre
Series, terang Elma, merupakan
sebuah sinergi pemerintah dan
masyarakat dalam penyebarluasan
informasi program kependudukan
dan keluarga berencana (KKB).
Pemilihan tema Genre semata-
mata karena pada umumnya
remaja merupakan penggila
cokelat. Oke deh, Selamat ya! (NJP)
Ini Dia Cokelat
Chocodot Genre Series
Katakan cinta dengan
cokelat! Itulah salah satu
pesan yang tertera dalam
kemasan cokelat keren
ala Chocodot. Bagaimana
jika cokelat belum berhasil
meluluhkan hati sasaran
tembak kamu? Tenang,
kepingan dark chocolate
seberat 100 gram itu masih
bisa jadi obat patah hati. Tuh,
kan!
urnal j
Cokelat untuk Keluarga Kecil
31
NO. 8/ III/ 2012/EDISI KHUSUS HARI KELUARGA
Di samping arah kebijakan program KKB 2013
mendatang, Sugiri juga menyampaikan enam poin
yang berkaitan dengan efsiensi dan efektivitas
anggaran. Pertama, Sugiri meminta seluruh anak
buahnya di berbagai tingkatan untuk membatasi
belanja-belanja yang bersifat pemborosan.
Caranya dengan memaksimalkan pemanfaatkan
teknologi informasi dalam pelaksanaan tugas-tugas
perkantoran. Saya mengajak Saudara-saudara
sekalian untuk memanfaatkan email, sehingga
dapat menghemat kertas dan sumber daya lain, pria
kelahiran Lampung ini menyerukan pesannya.
Kedua, mantan Sekretaris Jenderal Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) ini meminta timnya
mengurangi kegiatan-kegiatan yang kurang
berdampak terhadap prioritas pembangunan nasional.
Juga, kegiatan-kegiatan yang kurang memberikan
kontribusi pada keberhasilan program KKB.
Upaya tersebut dianggap sebagai salah satu
representasi reformasi birokrasi yang tengah dilakukan
BKKBN. Karena itu, setiap rencana kerja harus benar-
benar disesuaikan dengan output dan indikator
rencana kerja BKKBN. Sejalan dengan itu, seluruh
pegawai BKKBN dituntut meningatkan disiplin kerja
dengan budaya cerdas, ulet, dan kemitraan (CUK)
sebagaimana telah disepakati sebagai nilai-nilai dalam
bekerja.
Ketiga, doktor jebolan Universitas Padjadjaran
(Unpad) ini mengingatkan anak buahnya untuk
mengamankan barang milik negara (BMN) berupa
aset lembaga. Setiap BMN harus dimanfaatkan dan
dipelihara secara tertib. Caranya dengan membuat
pencatatan dan pelaporan setiap upaya pengelolaan
keuangan dan BMN.
Keempat, peraih sertifkat Champion for Safe
Motherhood ini mendesak seluruh unit kerja BKKBN
untuk membatasi pertemuan dan seminar. Sugiri
lebih cenderung untuk menggunakan gedung kantor
sebagai termpat bekerja. Dengan begitu, perencanaan
2013 hendaknya lebih memprioritaskan kegiatan yang
menyentuh program KKB.
Email, Hemat
Kertas, Kurangi
Seminar
Cara BKKBN dalam Mengefektifkan Anggaran
Ada beberapa poin menarik yang disampaikan
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) Sugiri Syarief
saat berlangsungnya Rapat Konsultasi
dan Perencanaan (Koren) I Pembangunan
Kependudukan dan Keluarga Berencana (KKB)
Tahun 2013 di Bandung akhir Mei lalu.
Saya minta hal ini diperhatikan dengan baik agar
percepatan pencapaian sasaran pembangunan KKB
dapat dicapai dan tidak terjadi temuan pengawasan.
Kita juga perlu mengingat ketetapan bahwa 30-50
persen anggaran yang diberikan kepada BKKBN
Provinsi merupakan kegiatan di kabupaten dan kota,
tegas Sugiri.
Kelima, Suguru mengajak anak buahnya untuk
bersungguh-sungguh menjalankan pakta integritas.
Jangan menganggap pakta integritas tersebut
normatif belaka, kita harus menjabarkannya
dalam budaya kerja sehari-hari, kata Sugiri seraya
menambahkan pentingnya akuntabilitas pengelolaan
pembangunan KKB.(NJP)
urnal j
Pemanfaatan IT
32
NO. 8/ III/ 2012/EDISI KHUSUS HARI KELUARGA
Secara umum, formulir MDK
memuat data dalam empat
kategori. Yakni, identitas keluarga,
status keluarga dan kesertaan
KB, indikator dan status tahapan
keluarga sejahtera, dan keluarga
mendapatkan modal tahun ini
dan keluarga ikut unit usaha
peningkatan pendapatan keluarga
sejahtera (UPPKS).
Kategori identitas keluarga di
dalamnya memuat 22 indikator.
Bagian pertama memuat nomor
induk kependudukan, kemudian
nama kepala dan anggota
keluarga, hubungan anggota
keluarga dengan kepala keluarga,
jenis kelamin, tempat lahir, tanggal
lahir, usia, kepemilikan akta
kelahiran, dan status pendidikan.
Ada juga jenis pekerjaan, status
kawin, usia kawin pertama, data
kematian yang dirinci berdasarkan
usia dan jenis kelamin.
Data ketagori kesertaan
KB juga tak kalah rigid. Kolom
pertama formulir memuat
apakah pasangan usia subur
(PUS) sudah menggunakan KB
atau tidak. Kapan PUS tersebut
mulai menggunakan kontrasepsi
dan metode apa yang terakhir
digunakan. Bagi peserta KB, di
manakah mereka mendapat
pelayanan. Apakah di tempat
pelayanan pemerintah atau swasta.
Pada kolom kategori tahapan
keluarga sejahtera (KS), formulir
juga menyajikan data indikator
KS, apakah prasejahtera, KS I, KS
MDK, dari Tanggal Lahir
sampai Jamban
II, KS III, atau KS III plus. Kolom
berikutnya adalah kepemilikan
fasilitas buang air besar, apakah
memiliki jamban/kakus sendiri
atau tidak. Keluarga juga ditanya
ihwal penggunaan sumber
penerangan listrik, sumber air
minum, dan bahan bakar untuk
memasak. Indikator terakhir MDK
menyangkut UPPKS.
Situasi dan kondisi penduduk
menentukan pencapaian
pembangunan. Sebaliknya,
pencapaian pembangunan juga
menentukan situasi dan kondisi
penduduk waktu berikutnya. Data
kependudukan merupakan bekal
untuk membuat perencanaan
pembangunan, terang Kepala
Subbidang Data dan Informasi
BKKBN Jabar Syarifudin.
Dalam konteks mikro, papar
Syarifudin, data keluarga yang
terus diperbarui melalui MDK
merupakan modal bagi kegiatan
operasional tenaga penggerak
lapangan program KKB. Data
yang sama juga digunakan para
pemangku kepentingan di setiap
tingkatan. Melalui MDK ini, kader
di lapangan akan mengetahui data
keluarga secara rinci. Kader juga
bisa mengetahui jumlah calon
peserta baru KB, alat kontrasepsi
yang harus disediakan, dan lain-
lain, terang Syarifudin.
Dengan begitu, Syarifudin
menegaskan bahwa data keluarga
merupakan sebuah kebutuhan.
Data ini sangat penting bagi
perencanaan program KKB.
Sehingga, perlu ada komitmen
bersama dari semua pemangku
kepentingan untuk bersama-sama
mendukung MDK yang digelar
selama tiga bulan pada Juli-
September setiap tahunnya. (NJP)
Tidak berlebihan kiranya bila Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) optimistis pemutakhiran
data keluarga atau MDK bisa dijadikan pijakan bagi perencanaan
program dan pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan
pembangunan kependudukan dan keluarga berencana (KKB).
Maklum, formulir F/I/MDK/II yang menjadi lembar pengisian
MDK menyajikan data komprehensif tentang keluarga.
urnal j
Input Data Keluarga
33
NO. 8/ III/ 2012/EDISI KHUSUS HARI KELUARGA
P
ada konsep pembangunan
yang menempatkan
manusia sebagai titik
sentral pembangunan, posisi
penduduk tidak lagi sebagai
obyek melainkan menjadi subyek.
Berkenaan dengan itu, sudah
seharusnya setiap perencanaan
pembangunan di sektor mana
pun selalu berbasiskan data
penduduk. Permasalahan yang
muncul, data penduduk yang
tersedia dan dijadikan acuan untuk
perencanaan adakalanya berbeda-
beda. Pada akhirnya timbul
pertanyaan, data penduduk mana
yang sebaiknya digunakan.
Adanya perbedaan data, penulis
sendiri melihatnya sebagai hal yang
sangat wajar, karena sangat sulit
untuk membuat suatu publikasi
data penduduk akurat, berkenaan
dengan sifatnya yang dinamis.
Misalkan pada hari tertentu kita
melakukan pendataan, belum juga
data diterbitkan, mungkin beberapa
jam kemudian data sudah berubah
karena adanya proses kelahiran atau
kematian maupun migrasi. Apalagi
jika data penduduk tersebut hasil
estimasi atau proyeksi.
Walaupun perbedaan
tersebut wajar, tentunya tidak
elok jika dalam membuat suatu
perencanaan, setiap sektor pada
wilayah administrasi yang sama
menggunakan data yang berbeda-
beda, apalagi jika masing-masing
dengan data penduduk yang
berasal dari sumber lain seperti
hasil survey dan registrasi.
Survei. Pelaksanaan sensus
penduduk oleh BPS di Indonesia
hanya dilakukan sepuluh tahun
sekali, pada tahun yang berakhiran
angka nol. Mengatasi masalah
waktu tersebut, dilakukan survei
setiap tahun berakhiran angka
lima, yang dikenal dengan istilah
Supas atau Survei Penduduk Antar
Sensus. Sama halnya dengan hasil
sensus, data penduduk hasil survei
pun baru diterbitkan beberapa
waktu kemudian, walaupun waktu
penerbitan biasanya lebih cepat
dibandingkan dengan sensus.
Survei berkaitan dengan
proses sampling. Sampling
sendiri dalam wacana statistika
didasarkan pada kaidah-kaidah
probabilitas atau kemungkinan-
kemungkinan. Pendataan tidak
dilakukan terhadap seluruh
populasi, sehingga datanya tidak
bisa disebut sebagai parameter,
tetapi disebut sebagai statistik.
Dalam ranah statistika inferensial,
hasil survei masih perlu diuji
untuk menentukan interval
kepercayaannya.
Registrasi. Data penduduk
yang lebih aktual bisa diperoleh
dari hasil registrasi, karena dalam
konsep registrasi palaporan
kelahiran, kematian, dan migrasi
sektor merasa datanya lah yang
paling benar. Dalam menyikapi
perbedaan tersebut, yang perlu
dilakukan adalah menyamakan
persepsi sektoral terhadap data
penduduk yang tersedia.
Sumber Data
Sensus. Di Indonesia saat ini, data
penduduk yang dapat disebut paling
mendekati kondisi sebenarnya
hanyalah data penduduk hasil
sensus. Mengapa demikian, karena
pada waktu yang bersamaan
dilakukan pendataan di seluruh
wilayah terhadap seluruh populasi.
Dalam istilah statistika angkanya
disebut paramater, bukan lagi
statistik. Terhadap parameter tidak
perlu dilakukan uji statistik karena
dianggap sudah merepresentasikan
seluruh populasi.
Kekurangan sensus, data
penduduk baru bisa diterbitkan
dalam waktu yang relatif lama,
sehubungan dengan banyaknya
data yang harus diolah. Peran data
seperti ini tentu saja bukan untuk
dijadikan sebagai dasar perencaan
sektoral, karena data yang
diperlukan dalam perencanaan
adalah kondisi-kondisi penduduk
di tahun-tahun mendatang. Namun
jika ketersediaan data sensus
dijadikan sebagai basis untuk
melakukan estimasi atau proyeksi,
akan lebih baik dibandingkan
Memahami
Perbedaan
Data Penduduk
Nugraha Setiawan
Peneliti Puslit Kependudukan
Unpad, Ketua Komisi Data
dan Adminduk Koalisi
Kependudukan Jawa Barat
acana w
34
NO. 8/ III/ 2012/EDISI KHUSUS HARI KELUARGA
penduduk dilakukan secara rutin
dan kontinyu, sehingga data
bisa ter-update setiap saat. Data
registrasi inilah yang sebetulnya
menjadi harapan sebagai basis
data terbaik untuk melakukan
estimasi dan proyeksi penduduk,
karena datanya lebih aktual.
Sayang pelaksanaan registrasi di
Indonesia pada umumnya masih
belum berjalan dengan baik.

Estimasi dan Proyeksi
Telah diuraikan sebelumnya,
paling tidak ada tiga sumber
data penduduk, yang masing-
masing memiliki kekurangan
dan kelebihan tersendiri. Namun
dalam konteks perencanaan
pembangunan berbasiskan data
penduduk pada masa yang akan
datang, data tersebut hanya
dapat dijadikan acuan sebagai
basis untuk memperkirakan
data penduduk tahun-tahun
mendatang, melalui teknik estimasi
maupun proyeksi.
Istilah estimasi penulis gunakan
untuk teknik perhitungan yang
biasa dipakai untuk memperkirakan
total penduduk, sementara istilah
proyeksi untuk teknik perhitungan
yang dapat memperkirakan jumlah
penduduk berdasarkan kelompok
umur. Ada beberapa teknik estimasi
yang bisa dipakai, secara garis besar
dibedakan menjadi intercencal dan
postcencal.
Pada teknik estimasi penduduk
kelompok postcencal, tersedia
beberapa pendekatan yang biasa
dipakai, antara lain pendekatan
aritmatik dan geometrik yang
didasarkan pada asumsi pola
pertumbuhan penduduk linier, dan
pendekatan eksponensial dengan
memakai asumsi pertumbuhan
penduduk nonlinier. Adanya
perbedaan asumsi yang dipakai
sebagai dasar estimasi tentu saja
akan menghasilkan data penduduk
yang berbeda pula, walau mungkin
perbedaannya tidak terlalu besar.
Bahkan dengan memakai data
dasar yang sama pun, teknik
estimasi yang berbeda akan
menghasilkan angka berbeda pula.
perbedaan sumber data serta
metode yang digunakan. Bahkan
ketika data dasar yang dipakai untuk
estimasi penduduk sama, tetapi
metode yang dipakai berbeda bisa
menghasilkan hasil estimasi yang
berbeda pula.
Lebih-lebih dalam teknik
proyeksi, misalnya metode
yang dipakai sama, data dasar
penduduk sama, juga variabel
fertilitas, mortalitas, dan migrasi
yang dijadikan dasar perhitungan
sama, namun hanya karena ada
perbedaan pemakaian asumsi
untuk memprediksi kondisi
fertilitas di masa datang, juga akan
menghasilkan data penduduk yang
berlainan. Apalagi jika perbedaan
terjadi tidak hanya tentang asumsi
perkembangan fertilitas, namun
juga tentang asumsi mortalitas dan
migrasi, maka perbedaan data akan
lebih bervariasi lagi.
Dalam kaitan dengan
perencanaan pembangunan,
secara singkat bisa dijelaskan,
bahwa adanya perbedaan data
penduduk harus dipahami
sebagai adanya perbedaan
dalam sumber data, perbedaan
metode yang dipakai, dan
asumsi-asumsi yang diterapkan
dalam melakukan proyeksi. Jelas
menjadi tidak relevan lagi, ketika
ada yang mengklaim bahwa data
penduduknyalah yang paling
akurat, tanpa memberi penjelasan
mengenai sumber data, metode,
dan asumsi yang dipakai.
Penting untuk disikapi bahwa
ketersediaan data penduduk
yang akan dijadikan acuan
untuk membuat perencanaan di
berbagai sektor dalam wilayah
yang sama harus didasarkan pada
data penduduk yang disepakati
bersama. Cara yang dapat
dilakukan, proyeksi penduduk
untuk keperluan perencanaan
pembangunan, dalam prosesnya
tidak semata-mata menjadi
pekerjaan orang demograf,
tapi harus mempertimbangkan
masukan dari berbagai sektor
terkait yang kelak akan menjadi
pengguna data penduduk
tersebut.***
Pada teknik estimasi hanya
melibatkan sebuah variabel, yaitu
total penduduk, perbedaan lebih
disebabkan adanya pendekatan
tren teoretis yang masuk dalam
formulasi matematis. Pada teknik
proyeksi, variabel yang terlibat
tidak hanya data total penduduk,
juga variabel lain yaitu fertilitas,
mortalitas, dan migrasi.
Persoalan yang bisa
menimbulkan perbedaan hasil
proyeksi lebih kompleks lagi. Data
fertilitas misalnya, pada umumnya
didapat melalui perhitungan
metode tidak langsung seperti
metode own children atau yang
lainnya. Demikian pula data
mortalitas, seperti IMR atau
harapan hidup, diperoleh dari
hasil perhitungan tidak langsung.
Apalagi jika sudah menyangkut
data migrasi.
Selain persoalan data dasar
penduduk, pada teknik proyeksi,
variabel fertilitas, mortalitas,
dan migrasi harus diprediksi
kemungkinan perkembangannya
pada tahun-tahun yang akan
datang. Bagaimana misalnya prediksi
terhadap fertilitas, apakah akan
meningkat, konstan, atau menurun.
Hal ini tentu saja akan sangat terkait,
bagaimana rencana intervensi alat
kontrasepsi (alkon), bagaimana
perkembangan kesehatan ibu,
bagaimana kemungkinan kondisi
ekonomi yang bisa memperkuat
pembelian alkon secara mandiri, dan
yang lainnya.
Kecermatan dalam memprediksi
perkembangan kondisi yang akan
berpengaruh terhadap fertilitas,
mortalitas, dan migrasiakan sangat
terkait erat dengan kecermatan
hasil proyeksi. Sehingga dalam
membuat proyeksi, tidak
semata-mata pertimbangan
faktor-faktor demograf formal
atau angka-angka, tetapi perlu
mempertimbangkan masukan dari
berbagai sektor terkait.
Memahami dan
Menyikapi Perbedaan
Adanya perbedaan data
penduduk bisa berasal dari
acana w
35
NO. 8/ III/ 2012/EDISI KHUSUS HARI KELUARGA R
E
K
A
P
I
T
U
L
A
S
I

P
E
N
C
A
P
A
I
A
N

I
N
D
I
K
A
T
O
R

K
I
N
E
R
J
A

U
T
A
M
A

P
E
R
W
A
K
I
L
A
N

B
K
K
B
N

J
A
W
A

B
A
R
A
T

S
.
D
.

M
E
I

2
0
1
2
inerja k

Anda mungkin juga menyukai